SKRIPSI
Diajukan oleh :
MIRANTI DYAH DWI NURMAYANI
0713010045/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Jurusan Akuntansi
Diajukan oleh :
MIRANTI DYAH DWI NURMAYANI
0713010045/FE/EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
PERUSAHAAN
PADA PT. TEJA SEKAWAN COCOA INDUSTRIES SURABAYA
yang diajukan
MIRANTI DYAH DWI NURMAYANI 0713010045/FE/EA
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama Tanggal : ...
Drs. Ec. Saiful Anwar, MSI
Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN AKUNTANSI
SOSIAL PERUSAHAAN PADA PT. TEJA SEKAWAN COCOA INDUSTRIES
SURABAYA”. Skipsi ini diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan dalam
memperoleh gelar sarjana ekonomi jurusan akuntansi.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini seringkali
menghadapi hambatan dan keterbatasan dalam berbagai hal. Namun, karena
dorongan dan bimbingan yang telah diberikan berbagai pihak akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof, DR, Ir, H. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas
Pembangunan nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak DR. H. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. H. R. A. Suwaidi, Ms selaku Wakil Dekan I Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu DR. Sri Trisnaningsih, SE. MSI, selaku Kaprogdi Akuntansi
5. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSI, selaku Dosen Pembimbing Utama yang
telah memberikan motivasi dan bimbingan hingga terselesaikannya skripsi
ini.
6. Bapak Drs. Ec. H. M. Munir Asjhar, B.A. selaku Financial and Accounting
Manager PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya yang telah
mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.
7. Bapak Erfan Jamil selaku Steering Comitte PT. Teja Sekawan Cocoa
Industries Surabaya yang telah membimbing penulis dalam melakukan
penelitian.
8. Ibu dan Mas Andri yang telah memberikan motivasi dan do’a sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhirnya, penulis menyadari bukan hal yang tidak mungkin apabila skripsi
ini jauh dari sempurna dan dengan rendah hati bersedia menerima segala saran
yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya penulis.
Surabaya, 18 April 2011
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
ABSTRAKSI ... xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 9
2.2. Landasan Teori ... 12
2.2.1. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 12
2.2.1.3. Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan ... 19
2.2.1.4. Tahapan-Tahapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 22
2.2.1.5. Pandangan Perusahaan Terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 23
2.2.1.6. Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 24
2.2.2. Stakeholders ... 26
2.2.2.1. Pengertian Stakeholders ... 26
2.2.2.2. Ruang Lingkup Stakeholders... 27
2.2.3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 29
2.2.3.1. Regulasi Pemerintah ... 29
2.2.3.1.1. Pengaruh Regulasi Pemerintah TerhadapTanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 30
Perusahaan ... 32
2.2.3.3. Tekanan Organisasi Lingkungan ... 33
2.2.3.3.1. Pengaruh Tekanan Organisasi Terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 35
2.2.4. Pengertian Akuntansi Sosial ... 36
2.2.5. Penerapan Akuntansi Sosial ... 43
2.2.5.1. Tujuan Akuntansi Sosial ... 43
2.2.5.2. Pengukuran Dalam Akuntansi Sosial ... 44
2.2.5.3. Pelaporan dan Pengungkapan Akuntansi Sosial ... 47
2.2.6. Peran Tanggung Jawab Sosial Terhadap Pentingnya Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 50
2.2.7. Kerangka Pikir ... 52
2.2.8. Hipotesis ... 52
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ... 53
3.1.1. Definisi Operasional Variabel ... 53
2.2.4. Sampel ... 58
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 59
3.3.1. Jenis Data ... 59
3.3.2. Sumber Data ... 60
3.3.3. Pengumpulan Data ... 60
3.4. Uji Kualitas Data ... 60
3.4.1. Uji Validitas ... 60
3.4.2. Uji Reliabilitas ... 61
3.4.3. Uji Normalitas ... 62
3.5. Uji Asumsi Klasik ... 62
3.5.1. Multikolinieritas ... 63
3.5.2. Heteroskedastisitas ... 64
3.6. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 65
3.6.1. Teknik Analisis ... 65
3.6.1.1. Analisa Regresi Linier Berganda ... 65
3.6.1.2. Analisa Regresi Linier Sederhana ... 65
3.6.2. Uji Hipotesis ... 66
3.6.2.1. Hipotesis Pertama ... 66
4.1.1. Sejarah Perusahaan PT Teja Sekawan Cocoa Industries
Surabaya ... 70
4.1.2. Tujuan Perusahaan ... 71
4.1.3. lokasi Perusahaan ... 72
4.1.4. Tata Letak Pabrik ... 73
4.1.5. Struktur Organisasi dan Uraian Tugas ... 73
4.2. Uji Kualitas Data ... 78
4.2.1. Uji Validitas ... 78
4.2.1.1. Variabel Regulasi Pemerintah (X1) ... 78
4.2.1.2. Variabel Tekanan Masyarakat (X2) ... 79
4.2.1.3. Variabel Tekanan Organisasi Lingkungan (X3) ... 80
4.2.1.4. Variabel Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Y1) ... 80
4.2.1.5. Variabel Akuntansi Sosial Perusahaan (Y2) ... 81
4.2.2. Uji Reliabilitas ... 82
4.3. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden ... 83
4.3.1. Variabel Regulasi Pemerintah (X1) ... 83
4.4. Analisis Regresi Linier Berganda ... 91
4.4.1. Uji Normalitas ... 91
4.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 92
4.4.3. Persamaan Regresi Linier Berganda ... 94
4.4.4. Koefisien Determinasi (R2) ... 95
4.4.5. Uji F ... 96
4.4.6. Uji t (Uji Hipotesis)... 96
4.5. Analisis Regresi Linier Sederhana ... 98
4.5.1. Persamaan Regresi Linier Sederhana ... 98
4.5.2. Koefisien Determinasi (R2) ... 99
4.5.3. Uji t (Uji Hipotesis)... 99
4.6. Pembahasan ... 100
4.6.1. Pembahasan Pengaruh Regulasi pemerintah, Tekanan Masyarakat dan Tekanan Organisasi Lingkungan Terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ... 100
4.6.2. Pembahasan Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Terhadap Akuntansi Sosial Perusahaan ... 105
4.6.3. Implikasi ... 106
4.6.5. Keterbatasan Penelitian ... 109
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ... 110
5.2. Saran ... 111
DAFTAR PUSTAKA
Miranti Dyah Dwi Nurmayani
Abstrak
Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi tentunya mempunyai peranan yang sangat penting terhadap kelangsungan hidup perekonomian dan masyarakat luas. Dalam melaksanakan usahanya perusahaan harus memperhatikan seluruh aspek, yaitu aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan yang berdasarkan konsep Triple Bottom Line. Tidak hanya mementingkan keuntungan yang akan dicapai. Perusahaan sebagai pelaku bisnis dituntut untuk semakin memperhatikan keadaan sosial dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Untuk itu perusahaan PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya harus selalu menjaga hubungan resiprositas mutualisme antara Perusahaan sebagai suatu organisasi dengan alam / lingkungan dan masyarakat selaku penjamin ketersediaan Raw Material. Tanggung Jawab Sosial perusahaan dapat dilihat dari komitmen dan dukungan perusahaan yang secara sukarela memberikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial serta stakeholdersnya . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Untuk menguji secara empirik pengaruh Regulasi Pemerintah, Tekanan Masyarakat, dan Tekanan Organisasi Lingkungan terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan, serta untuk menguji secara empirik pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan terhadap Akuntansi Sosial Perusahaan.
Obyek pada penelitian adalah PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya dengan sampel penelitian adalah para karyawan yang berjumlah 52 orang. Uji hipotesis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dan analisis regresi linier sederhana.
Berdasarkan hasil uji analisis diperoleh kesimpulan bahwa untuk hipotesis pertama menyatakan bahwa regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, dan tekanan organisasi lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap tanggung jawab sosial perusahaan sebagian teruji kebenarannya. Sedangkan untuk hipotesis kedua menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap akuntansi sosial perusahaan teruji kebenarannya.
1.1. Latar Belakang
Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka
pembangunan nasional suatu negara bukan merupakan tanggung jawab
pemerintah saja. Setiap warga negara mempunyai tanggung jawab terhadap
perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan
nasional. Salah satu yang mendorong perkembangan dan pertumbuhan
tersebut adalah dunia usaha, yaitu hasil pelaksanaan berbagai instansi dan
pihak-pihak. Instansi dan pihak-pihak tersebut diantaranya adalah
perusahaan-perusahaan. Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi
tentunya mempunyai peranan yang sangat penting terhadap kelangsungan
hidup perekonomian dan masyarakat luas. Keberadaan perusahaan memberikan
kontribusi yang cukup besar bagi masyarakat dan perekonomian suatu Negara
dalam bentuk membuka lapangan kerja, menghasilkan pendapatan untuk
Negara melalui pajak dan memberikan barang dan jasa untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Dalam melaksanakan usahanya perusahaan harus
memperhatikan seluruh aspek, yaitu aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek
lingkungan yang berdasarkan konsep Triple Bottom Line. Tidak hanya
mementingkan keuntungan yang akan dicapai. Perusahaan sebagai pelaku
bisnis dituntut untuk semakin memperhatikan keadaan sosial dan lingkungan
terhadap masyarakat tersebut. Karena perusahaan tersebut awalnya berdiri
adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat bukan hanya
untuk mencari keuntungan sendiri. Terutama perusahaan-perusahaan yang
menguasai hajat hidup orang banyak. Hal inilah yang dikatakan tanggung
jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar.
Dalam pelaksanaan aktivitasnya yang merupakan kepentingan
perusahaan tersebut, suatu perusahaan sering sekali tidak terlalu
memperhatikan bahwa mereka mempunyai suatu tanggung jawab terhadap
stakeholder. Stakeholder di sini mencakup karyawan, pelanggan, pemasok,
pemegang saham, LSM, masyarakat ataupun pemerintah. Salah satu
tanggung jawab Perusahaan yaitu tanggung jawab terhadap masyarakat
yang ada di sekitar perusahaan tersebut. Sering sekali hal ini diabaikan, atau
kalaupun dilaksanakan hanya untuk menaikkan citra perusahaan pada
stakeholder. Citra bahwa perusahaan peduli terhadap masyarakat dan
lingkungan saat ini menjadi penting. Hal ini dikarenakan perusahaan bukan
hanya mengejar keuntungan saja tetapi juga harus memberikan nilai tambah
pada masyarakat dan lingkungan sekitar.
Citra perusahaan di mata masyarakat sangat berpengaruh terhadap
produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Teknologi informasi
sekarang ini memudahkan masyarakat dalam mengakses berbagai informasi
terhadap kegiatan kemanusiaan, pelestarian lingkungan, kesehatan
masyarakat, pendidikan, penanggulangan bencana alam, maka akan
terbentuk citra positif.
Dipihak lain, banyak perusahaan industri berperang untuk mengubah
peraturan pemerintah yang baru atau mencoba mengikisnya melalui
ketidakpatuhan. Dalam kasus ini, manajemen mungkin merasa bahwa
beberapa dari peraturan tersebut, seperti undang-undang perlindungan
lingkungan akan memiliki dampak ekonomi negative terhadap perusahaan
mereka karena biaya untuk mematuhi peraturan tersebut tidak sesuai dengan
manfaatnya.
Regulasi pemerintah, tekanan masyarakat dan tekanan organisasi
lingkungan merupakan elemen yang penting bagi perusahaan dalam
menjalankan tanggung jawab sosialnya. Regulasi pemerintah berperan
dalam menetapkan peraturan yang diharapkan perusahaan dapat melakukan
suatu usaha yang akan berdampak positif baik bagi perusahaan maupun
lingkungan sosialnya. Tekanan masyarakat memiliki peran penting bagi
kelangsungan hidup perusahaan karena masyarakat baik secara individu
maupun kelompok dapat mempengaruhi arah dan kebijakan sebuah
organisasi perusahaan. Tekanan organisasi lingkungan memiliki peran
Banyak perusahaan yang menyadari arti penting dari tanggung jawab
sosial, dan memasukkan tanggung jawab sosial dalam isu strategis bisnis
perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan saat ini telah menjadi
semacam social license to operation (izin usaha). Bahkan tidak jarang
perusahaan yang memasukkan isu tanggung jawab sosial ke dalam visi dan
misi perusahaan. Tanggung jawab sosial perusahaan ini lazim disebut
sebagai Corporate Social Responsibility (CSR). Menurut Darwin (2004)
dalam Anggraini (2006) CSR merupakan mekanisme bagi suatu organisasi
untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan
sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang
melebihi tanggung jawab organisasi di bidang hukum. Lebih lanjut
Anggraini (2006) menyatakan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan
diungkapkan di dalam laporan yang disebut Sustainability Reporting atau
dapat dilihat dalam pengungkapannya pada laporan tahunan perusahaan
(annual report).
Akuntansi pertanggungjawaban sosial merupakan perluasan
pertanggungjawaban organisasi (perusahaan) diluar batas-batas akuntansi
keuangan tradisional (konvensional), yaitu menyediakan laporan keuangan
yang tidak hanya diperuntukkan kepada pemilik modal khususnya
pemegang saham saja. Perluasan ini didasarkan pada anggapan bahwa
Di Indonesia permasalahan tanggung jawab sosial dan akuntansi sosial
perusahaan telah dibahas dan dianalisis oleh Suadi (1988) dalam Kholis dan
Maksum (2003), Sudibyo (1988) dalam Kholis dan Maksum (2003), dan
Utomo (2000). Secara khusus Sudibyo (1988) dalam Kholis dan Maksum
(2003) menyimpulkan bahwa terdapat dua hal yang menjadi kendala
sulitnya penerapan akuntansi sosial di Indonesia yaitu:
1) lemahnya tekanan sosial yang menghendaki pertanggungjawaban sosial
perusahaan dan 2) rendahnya kesadaran perusahaan di Indonesia tentang
tanggungjawab sosial.
Sedemikian rendahnya kepedulian sosial perusahaan-perusahaan di
Indonesia seperti yang dikemukakan oleh para peneliti di atas menjadi
sebuah fenomena yang menarik untuk diamati dan juga untuk mengetahui
tentang pemahaman atas tanggung jawab sosial perusahaan-perusahaan di
Indonesia perlu melakukan penellitian empiris yang bertujuan untuk
menjelaskan variabel-variabel yang mempengaruhi tanggung jawab sosial
perusahaan berdasarkan persepsi manajemen perusahaan.
PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya adalah salah satu
anak cabang dari PT. Teja Sekawan yang merupakan satu-satunya
perusahaan pengolahan biji coklat di Jawa Timur. PT. Teja Sekawan Cocoa
Industries Surabaya melakukan ekspansi Market Area ke Eropa dan Afrika
Industries Surabaya selalu menjaga hubungan resiprositas mutualisme
antara Perusahaan sebagai suatu organisasi dengan alam / masyarakat selaku
penjamin ketersediaan Raw Material. Hubungan resiprositas mutualisme
tersebut direalisasikan oleh perusahaan dalam bentuk program-program
sosial berdasarkan regulasi pemerintah diantaranya pavingisasi, reboisasi,
pemeriksaan polutan berkala, bakti sosial, pemeriksaan kesehatan secara
berkala, pemagangan trainee dan perekrutan karyawatan dari warga sekitar,
serta swadaya masyarakat (wirausaha) [matrik keberhasilan program CSR
tahun 2010 PT. Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya].
Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa PT. Teja Sekawan
Cocoa Industries Surabaya telah melakukan kegiatan tanggung jawab sosial,
namun masih mengalami beberapa kendala dalam melaksanakan kegiatan
tanggung jawab sosial tersebut yaitu terletak pada komitmen perusahaan
(dokumen level I SMM butir 5.1.6). Apakah perusahaan yang bersangkutan
memiliki komitmen untuk turut bertanggung jawab terhadap lingkungan
sosialnya atau tidak. Selain komitmen perusahaan, kendala lain yang
dihadapi perusahaan dalam menjalankan kepedulian sosial adalah dukungan
dari perusahaan dan program sosial yang dilaksanakan. Banyak perusahaan
yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap masalah-masalah sosial,
Mengingat rendahnya kepedulian sosial perusahaan di Indonesia,
apakah regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, dan tekanan organisasi
lingkungan berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial PT. Teja Sekawan
Cocoa Industries Surabaya, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Tanggung Jawab Sosial dan Akuntansi Sosial Perusahaan Pada PT.
Teja Sekawan Cocoa Industries Surabaya.”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya,
maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, dan tekanan
organisasi lingkungan berpengaruh secara signifikan terhadap
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan ?
2. Apakah tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh secara
1. Untuk menguji secara empirik pengaruh regulasi pemerintah, tekanan
masyarakat, dan tekanan organisasi lingkungan terhadap tanggung
jawab sosial perusahaan.
2. Untuk menguji secara empirik pengaruh tanggung jawab sosial
perusahaan terhadap akuntansi sosial perusahaan.
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan PT. Teja
Sekawan Cocoa Industries Surabaya mengenai tanggung jawab sosial
untuk bisa lebih baik, transparan dan akuntabel.
b. Bagi Universitas
Sebagai bahan khazanah perpustakaan dan bahan masukan bagi
penelitian lebih lanjut dengan topik yang sama.
Penyusunan skripsi ini diharapkan dapat menambah wawasan berfikir
penulis mengenai konsep tanggung jawab dan akuntansi sosial
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Adapun hasil penelitian terdahulu yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Sueb Memed (2001)
a. Judul
Pengaruh Biaya Sosial Terhadap Kinerja Sosial, Keuangan
Perusahaan Terbuka di Indonesia.
b. Perumusan Masalah
Bagaimana pengaruh biaya-biaya sosial perusahaan-perusahaan
terbuka terhadap kinerja sosial perusahaan ?
c. Kesimpulan
Biaya pengelolaan lingkungan, biaya kesejahteraan pegawai,biaya
masyarakat sekitar perusahaan dan biaya pemantauan produksi
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja sosial perusahaan.
Pengaruh kinerja sosial terhadap keuangan perusahaan tidak ada.
Hal ini disebabkan tingkat kepedulian masyarakat secara umum
2. Azizul Kholis dan Azhar Maksum (2003)
a. Judul
Analisis Tentang Pentingnya Tanggung Jawab dan akuntansi Sosial
perusahaan (Corporate Responsibilities and Social Accounting).
b. Perumusan Masalah
1. Apakah regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, tekanan
organisasi lingkungan, dan tekanan media massa berpengaruh
terhadap pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan?
2. Apakah pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan
berpengaruh terhadap pentingnya akuntansi sosial perusahaan?
c. Kesimpulan
1. Regulasi pemerintah, tekanan masyarakat, tekanan organisasi
lingkungan, dan tekanan media massa berpengaruh secara
signifikan terhadap pentingnya tanggung jawab sosial
perusahaan.
2. Tanggung jawab sosial perusahaan berpengaruh positif
terhadap pentingnya akuntansi sosial.
3. Fr. Reni Retno Anggraini (2006)
a. Judul
Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi pengungkapan Informasi Sosial Dalam Laporan
Keuangan Tahunan (Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan
b. Perumusan Masalah
Sejauh mana perusahaan menunjukkan tanggung jawab sosialnya
terhadap kepentingan sosial dengan memberikan informasi sosial
serta faktor-faktor yang mempengaruhi kepentingan perusahaan
untuk mengungkapkan informasi sosial di dalam laporan keuangan
tahunan pada perusahaan-perusahaan di Indonesia.
c. Kesimpulan
Hampir semua perusahaan mengungkapkan kinerja ekonominya.
Pada perusahaan perbankan dan asuransi sebagian besar (lebih dari
50%) mengungkapkan informasi mengenai pengembangan sumber
daya manusianya dibandingkan dengan industri lainnya. Serta
perusahaan dengan kepemilikan manajer yang besar dan termasuk
dalam industri yang memiliki risiko politis yang tinggi (high
profile) cenderung mengungkapkan informasi sosial yang lebih
banyak dibandingkan perusahaan lain.
4. Amelina Maricha pratiwi (2010)
a. Judul
Pengaruh Stakeholder Terhadap tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Pada PT. PLN (Persero) AJP Sidoarjo.
b. Perumusan Masalah
Apakah regulasi pemerintah, tekanan media massa, dan komitmen
manajemen berpengaruh terhadap tanggung jawab sosial pada PT.
c. Kesimpulan
Regulasi pemerintah, tekanan media massa, dan komitmen
manajemen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
tanggung jawab sosial.
Dari hasil analisa yang disampaikan peneliti terdahulu terdapat
perbedaan dan kesamaan penelitian. Perbedaan dari penelitian terdahulu
adalah pada obyek dan tahun penelitian, sedangkan dari penelitian ini
menggunakan obyek penelitian pada PT. Teja Sekawan Cocoa Industries
Surabaya pada tahun 2011. Sedangkan persamaan antara penelitian sekarang
dengan penelitian terdahulu yaitu variabel yang digunakan, teknik analisis
regresi linier berganda dan analisis regresi linier sederhana sebagai metode
penelitian. Penelitian terdahulu hanya dipakai sebagai bahan masukan dan
pertimbangan yang mendukung penelitian.
2.2. Landasan Teori
2.2.1.Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
2.2.1.1.Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi disekitar
lingkungan masyarakat. Selain menggunakan dana dari pemegang saham,
perusahaan juga menggunakan dana dari sumber daya lain yang berasal dari
masyarakat (konsumen) sehingga hal yang wajar jika masyarakat
Tanggung jawab sosial perusahaan telah menjadi isu yang penting
dalam beberapa dekade belakangan ini. Dalam menjalankan kegiatannya
perusahaan-perusahaan harus berusaha untuk menghindari efek buruk
kepada masyarakat disekelilingnya yang terdiri dari pekerja-pekerja mereka
sendiri, perusahaan lain, pelanggan, pemasok, investor, dan masyarakat atau
penduduk sekitarnya. Tanggung jawab sosial dapat dikatakan suatu
kepercayaan bahwa para manajer, dalam menjalankan fungsi
mengorganisasi dan mengelola usaha akan membuat keputusan yang
didasarkan kepada pemaksimuman kepentingan sosial dan ekonomi
(Sukirno, dkk, 2004: 351)
Menurut Boone dan Kurtz dalam Harmoni dan Andriyani (2008: 476),
pengertian tanggung jawab sosial (social responsibility) secara umum
adalah dukungan manajemen terhadap kewajiban untuk mempertimbangkan
laba, kepuasan pelanggan dan kesejahteraan masyarakat secara setara dalam
mengevaluasi kinerja perusahaan.
Menurut B. Tamam Achda dalam Harmoni dan Andriyani (2008:
476), mengartikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk
mempertanggungjawabkan dampak operasinya dalam dimensi sosial,
ekonomi, dan lingkungan, serta terusmenerus menjaga agar dampak tersebut
menyumbang manfaat kepada masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Penjelasan pasal 15 huruf b UU penanaman modal menyebutkan
bahwa yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah
untuk tetap menciptakan hubungan serasi, seimbang, dan sesuai dengan
lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat setempat.
Pasal 1 angka 3 UUPT , tanggung jawab sosial dan lingkungan adalah
komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang
bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat maupun
masyarakat pada umumnya.
Pendapat lain tentang pengertian CSR dikemukakan oleh Darwin
(Anggraini, 2006: 5) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara
sukarela mengitegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke
dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi
tanggung jawab organisasi di bidang hukum.
Perusahaan yang ingin berkelanjutan dalam dunia bisnis yang semakin
ketat, selain mengejar keuntungan maka harus memperhatikan lingkungan
sekitarnya. Menurut Elkington (Wibisono, 2007: 32) bahwa perusahaan
yang ingin berkelanjutan haruslah memperhatikan “3P” yang terkenal
dengan istilah “Triple Bottom Line”, selain mengejar profit, perusahaan
juga harus memperhatikan dan terlibat pada pemenuhan kesejahteraan
masyarakat (people) dan turut berkontribusi dalam menjaga kelestarian
lingkungan (planet), dalam gagasan tersebut, perusahaan tidak lagi
dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single bottom line,
yaitu aspek ekonomi yang direfleksikan dalam kondosi finansial saja,
Terdapat pro dan kontra terhadap tanggung jawab sosial perusahaan
(Harahap, 2007: 401). Alasan-alasan yang mendukung adanya tanggung
jawab sosial perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan impian
masyarakat terhadap peranan perusahaan, dalam jangka panjang hal ini
sangat menguntungkan perusahaan.
2. Keterlibatan sosial mungkin akan mempengaruhi perbaikan lingkungan,
masyarakat yang mungkin akan menurunkan biaya produksi.
3. Meningkatkan nama baik perusahaan, akan menimbulkan simpati
langganan, simpati karyawan, investor dan lain-lain.
4. Menghindarkan campur tangan pemerintah dalam melindungi
masyarakat. Campur tangan pemerintah cenderung membatasi peran
perusahaan meemiliki tanggung jawab sosial mungkin dapat
menghindari pembatasan kegiatan.
5. Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai
yang berlaku dalam masyarakat.
6. Sesuai dengan keinginan para pemegang saham dalam hal ini publik.
7. Mengurangi kebencian masyarakat terhadap perusahaan yang
kadang-kadang suatu kegiatan yang di benci masyarakat tidak mungkin
dihindari.
8. Membantu kepentingan nasional seperti konversi alam, pemeliharaan
barang seni budaya, peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja dan
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tanggung
jawab sosial adalah suatu bentuk pertanggungjawaban yang seharusnya
dilakukan perusahaan, atas dampak positif maupun dampak negatif yang
ditimbulkan dari aktivitas operasionalnya, dan mungkin sedikit-banyak
berpengaruh terhadap masyarakat internal maupun eksternal dalam
lingkungan perusahaan. Selain melakukan aktivitas yang berorientasi pada
laba, perusahaan perlu melakukan aktivitas lain, misalnya aktivitas untuk
menyediakan lingkungan kerja yang aman bagi karyawannya, menjamin
bahwa proses produksinya tidak mencemarkan lingkungan sekitar
perusahaan, melakukan penempatan tenaga kerja secara jujur, menghasilkan
produk yang aman bagi para konsumen, dan menjaga lingkungan eksternal
untuk mewujudkan kepedulian sosial perusahaan.
2.2.1.2.Klasifikasi Tanggung jawab Sosial Perusahaan
Pelaksanaan pencapai tujuan ekonomis perusahaan, hampir selalu
terjadi interaksi antara perusahaan dengan lingkungannya. Interaksi tersebut
menuntut perusahaan untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan,
terutama dengan lingkungan eksternal yang pada umumnya tidak dikuasai
lansung oleh perusahaan. Interaksi yang terjadi, pada akhirnya akan
memunculkan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap pihak-pihak yang
berhubungan secara langsung atau tidak langsung atas kegiatan yang
perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan bisa diuraikan sebagai
berikut :
1. Kepada pemilik modal dan investor
Neraca dan laporan laba rugi yang idealnya mencerminkan harapan
pemilik modal dan investor seharusnya dibuat setiap tahun tutup buku.
Di samping itu diharapkan perusahaan mampu memberikan kompensasi
yang merupakan kewajiban dunia usaha pada saat jatuh tempo, serta
aktif berpartisipasi melakukan kerja sama dalam hal yang berkaitan
dengan pendanaan.
2. Kepada lembaga penelitian
Membantu pendanaan melalui pembelian peralatan maupun penyediaan
fasilitas yang dibutuhkan lembaga penelitian terkait, sehingga dari
waktu ke waktu dapat diperoleh inovasi baru yang menguntungkan
semua pihak yang berkepentingan.
3. Kepada pekerja
Membayar gaji dan balas jasa atas pengorbanan yang diberikan,
memberikan kenaikan gaji yang disesuaikan dengan perkembangan
perekonomian, memperbaiki failitas kerja, menciptakan kenyamanan
dalam bekerja, memberikan jaminan kerja, memberikan jaminan kerja
berupa asuransi, kesehatan, cuti, rekreasi, memberi respon positif
terhadap keluhan kerja, memberikan gambaran perkembangan
perusahaan setiap waktu dalam rangka menciptakan iklim kerja yang
4. Kepada konsumen atau pelanggan
Menyediakan barang dan jasa dengan kualitas yang diinginkan, dengan
harga relatif terjangkau, serta menyediakannya dalam jumlah yang
cukup dengan pelayanan yang memuaskan.
5. Kepada perantara
Memberikan imbalan atas jasa mereka.
6. Kepada masyarakat
Ikut melaksanakan program lingkungan alam yang sehat di sekitar
perusahaan, bebas polusi yang disebabkan limbah perusahaan, dan
apabila dimungkinkan, perusahaan diharapkan mampu menciptakan
kesempatan kerja serta memberikan kesejahteraan bagi lingkungannya.
7. Kepada pemerintah
Membayar pajak merupakan dana pembangunan dan pengelolaan
kegiatan-kegiatan negara tepat pada waktunya, sehingga dana yang
terkumpul dapat digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
8. Kepada penyedia atau pemasok bahan
Memberi balas jasa atas pasokan bahan baku yang dibutuhkan untuk
proses produksi dan membina hubungan baik dengan penyedia untuk
menjamin kesinambungan operasi perusahaan.
9. Kepada pesaing
Menciptakan iklim usaha yang bergairah dan suasana persaingan yang
Menurut Broadshaw (Harahap, 2007: 400) mengemukakan bahwa
tanggung jawab perusahaan ada tiga bentuk, yaitu :
a. corporate philantropy, di sini tanggung jawab perusahaan itu berada
sebatas kedermawaan atau kerelaan belum sampai pada tanggung
jawabnya. Bentuk tanggung jawab ini bisa merupakan kegiatan amal,
sumbangan atau lain yang mungkin saja tidak langsung berhubungan
dengan kegiatan perusahaan.
b. corporate responbility, di sini kegiatan pertanggungjawaban itu sudah
merupakan bagian dari tanggung jawab perusahaan bisa karena
ketentuan UU atau bagian dari kemauan atau kesediaan perusahaan.
c. corporate policy, di sini tanggung jawab sosial perusahaan itu sudah
merupakan bagian dari kebijakannya.
2.2.1.3.Prinsip-prinsip Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Menurut Warhurst dalam Wibisono (2007: 39-41) mengajukan
prinsip-prinsip CSR sebagai berikut:
1. Prioritas Korporat. Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas
tertinggi korporat dan penentu utama pembangunan berkelanjutan.
Dengan begitu korporat bisa membuat kebijakan, program, dan praktik
dalam menjalankan operasi bisnisnya dengan cara yang
2. Manajemen Terpadu. Mengintegrasikan kebijakan, program dan praktik
ke dalam setiap kegiatan bisnis sebagai satu unsur manajemen dalam
semua fungsi manajemen,
3. Proses Perbaikan. Secara berkesinambungan memperbaiki kebijakan,
program dan kinerja sosial korporat, berdasarkan temuan riset mutakhir
dan memahami kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria sosial
tersebut secara internasional,
4. Pendidikan Karyawan. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
serta memotivasi karyawan,
5. Pengkajian. Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai
kegiatan atau proyek baru dan sebelum menutup satu fasilitas atau
meninggalkan lokasi pabrik,
6. Produk dan Jasa. Mengembangkan produk dan jasa yang tak berdampak
negatif secara sosial,
7. Informasi Publik. Memberi informasi dan (bila diperlukan) mendidik
pelanggan, distributor dan publik tentang penggunaan yang aman,
transportasi, penyimpanan dan pembuangan produk, begitu pula dengan
jasa,
8. Fasilitas dan Operasi. Mengembangkan, merancang dan
mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan yang
mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial,
9. Penelitian. Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan
usaha dan penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi dampak
negatif,
10.Prinsip Pencegahan. Memodifikasi manufaktur, pemasaran atau
penggunaan produk dan jasa, sejalan dengan penelitian mutakhir, untuk
mencegah dampak sosial yang bersifat negatif,
11.Kontraktor dan Pemasok. Mendorong penggunaan prinsip-prinsip
tanggung jawab sosial korporat yang dijalankan kalangan kontraktor
dan pemasok, disamping itu bila diperlukan mensyaratkan perbaikan
dalam praktik bisnis yang dilakukan kontraktor dan pemasok,
12.Siaga menghadapi darurat. Menyusun dan merumuskan rencana
menghadapi keadaaan darurat, dan bila terjadi keadaaan berbahaya
bekerja sama dengan layanan gawat darurat, instansi berwenang dan
komunitas lokal. Sekaligus mengenali bahaya yang muncul,
13.Transfer best practice. Berkontribusi pada pengembangan dan transfer
praktik bisnis yang bertanggung jawab secara sosial pada semua
industri dan sektor publik,
14.Memberi sumbangan. Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan
kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah dan lintas departemen
pemerintah serta lembaga pendidikan yang akan meningkatkan
kesadaran tentang tanggung jawab sosial,
15.Keterbukaan. Menumbuhkembangkan keterbukaan dan dialog dengan
pekerja dan publik, mengantisipasi dan memberi respon terhadap
16.Pencapaian dan pelaporan. Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakan
audit sosial secara berkala dan mengkaji pencapaian berdasarkan
kriteria korporat dan peraturan perundang-undangan dan
menyampaikan informasi tersebut pada dewan direksi, pemegang
saham, pekerja dan publik.
2.2.1.4.Tahapan-Tahapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Menurut Wibisono (2007: 127), terdapat empat tahapan CSR, yaitu:
1. Tahap perencanaan
Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building,
CSR Assessement, dan CSR Manual Building. Awareness Building
merupakan langkah utama membangun kesadaran pentingnya CSR dan
komitmen manajeman, upaya ini dapat berupa seminar, lokakarya, dan
lain-lain. CSR Assessement merupakan upaya memetakan kondisi
perusahaan dan mengidentifikasikan aspek-aspek yang perlu
mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk
membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR
secara efektif. Langkah selanjutnya membangun CSR Manual, yaitu
hasil assesment yang merupakan dasasr untuk penyusunan manual atau
pedoman implementasi CSR. Dapat melalui bencmarking, menggali
dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar
perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan
guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan
efisian.
2. Tahap implementasi
Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang penting diperhatikan, yaitu
penggorganisasian (organizing) sumber daya, penyusunan (staffing),
pengarahan (direction), pengawasan atau koreksi (controlling),
pelaksanaan sesuai rencana, dan penilaian (evaluation) tingkat
pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari tiga langkah utama,
yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi.
3. Tahap evaluasi
Tahap evaluasi perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu
untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR.
4. Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik
untuk keperluan pengambilan keputusan maupun keperluan
keterbukaan inforrmasi material dan relevan mengenai perusahaan.
2.2.1.5.Pandangan Perusahaan terhadap Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Menurut Wibisono (2007: 79-83) menjelaskan bahwa perusahaan
memiliki berbagai cara pandang dalam memandang CSR. Berbagai cara
pandang perusahaan terhadap CSR yaitu:
1. Sekedar basa-basi atau keterpaksaan. Perusahaan mempraktekan CSR
terjadi masalah lingkungan dan reputation driven (karena ingin
mendongkrak citra perusahaan).
2. Sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance). CSR dilakukan
karena terdapat regulasi, hukum, dan aturan yang memaksa perusahaan
menjalankannya.
3. CSR diimplementasikan karena adanya dorongan yang tulus dari dalam
(internal driven). Perusahaan menyadari bahwa tanggung jawabnya
bukan sekedar kegiatan ekonomi untuk menciptakan profit demi
kelangsungan bisnisnya saja, melainkan juga tannggunga jawab sosial
dan lingkungan.
2.2.1.6.Implementasi Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Implementasi CSR di perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Faktor yang mempengaruhi tersebut diantaranya adalah komitmen
pimpinannya, ukuran atau kematangan perusahaan, regulasi atau sistem
perpajakan yang diatur pemerintah dan sebagainya. Merujuk pada Saidi dan
Abidin (Suharto, 2006: 7), ada empat model atau pola CSR yang umumnya
diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, yaitu:
1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan program CSR secara
langsung dengan menyelenggarakan sendiri kegiatan sosial atau
menyerahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.untuk
satu pejabat seniornya, seperti corporate secretary atau public affair
manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat public relation.
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. Perusahaan
mendirikan yayasan sendiri di bawah perusahaan atau grupnya. Model
ini merupakan adopsi dari model yang lazim diterapkan di
perusahaan-perusahaan dinegara maju. Biasanya perusahaan-perusahaan menyediakan dana
awal, dana rutin atau dana abadi yang dapat digunakan secara teratur
bagi kegiatan yayasan.
3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menyelenggarakan CSR
melalui kerjasama dengan lembaga sosial/organisasai non-pemerintah,
instansi pemerintah, universitas atau media massa, baik dalam
mengelola dana maupun dalam melaksanakan kegiatan sosialnya.
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsorsium. Perusahaan turut
mendirikan, menjadi anggota atau mendukung suatu lembaga sosial
yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. Dibandingkan dengan
model lainnya, pola ini lebih berorientasi pada pemberian hibah
perusahaan yang bersifat hibah pembangunan. Pihak konsorsium atau
lembaga semacam itu yang dipercaya oleh perusahaan-perusahaan yang
mendukungnya secara pro aktif mencari mitra kerjasama dari kalangan
lembaga operasional dan kemudian mengembangkan program yang
2.2.2.Stakeholders
2.2.2.1.Pengertian Stakeholders
Menurut Freeman dalam Kholis dan Maksum (2003: 938)
mendefinisikan stakeholder sebagai berikut :
“ any group or individual Who can acffect or is acffected by the achievement of the organization”s objectives” .
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Freeman dapat dipahami
bahwa stekeholder merupakan kelompok ataupun individu yang dapat
mempengaruhi atau sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan
perusahaan, sehingga secara eksplisit dapat disimpulkan bahwa stakeholder
dapat mempengaruhi kelangsungan hidup (goingcorncern) perusahaan.
Pendapat lain tentang stakeholder dikemukakan oleh Blair et.al
(Kholis dan Maksum, 2003: 938) yaitu :
“ As group or individuals who have an interest in the actions of an organization and ability to influence it “.
Pengertian yang dikemukakan oleh Blair et.al dapat diartikan bahwa
stakeholder sebagai sebuah kelompok atau individu yang memiliki
kepentingan dan dapat pula mempengaruhi jalannya operasional
perusahaan. Jika dicermati secara substansial kedua pendapat diatas,
memiliki orientasi konsep yang sama yatu menyangkut masalah
2.2.2.2.Ruang lingkup Stakeholders
Menurut Ghozali dan Chariri (2007: 409) stakeholder theory mengatakan
bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk
kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya
(shareholders, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis
dan pihak lain). Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat
dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan
tersebut.
Gray et.al (Ghozali dan Chariri, 2007: 409) mengatakan bahwa
kelangsungan hidup perusahaan bergantung pada dukungan stakeholder dan
dukungan tersebut harus dicari sehingga aktivitas perusahaan adalah untuk
mencari dukungan tersebut. Makin powerful stakeholder, makin besar usaha
perusahaan untuk beradaptasi. Pengungkapan sosial dianggap sebagai
bagian dari dialog antara perusahaan dengan stakehodernya.
Kasali dalam Wibisono (2007: 96-98) membagi stakeholders menjadi
sebagai berikut:
1. Stakeholders Internal dan stakeholders eksternal
Stakeholders internal adalah stakeholders yang berada di dalam
lingkungan organisasi. Misalnya karyawan, manajer dan pemegang
saham (shareholder). Sedangkan stakeholders eksternal adalah
stakeholders yang berada di luar lingkungan organisasi, seperti
penyalur atau pemasok, konsumen atau pelanggan, masyarakat,
2. Stakeholders primer, sekunder dan marjinal
Tidak semua elemen dalam stakeholders perlu diperhatikan. Perusahaan
perlu menyusun skala prioritas. Stakeholders yang paling penting
disebut stakeholders primer, stakeholders yang kurang penting disebut
stakeholders sekunder dan yang biasa diabaikan disebut stakeholders
marjinal. Urutan prioritas ini berbeda bagi setiap perusahaan meskipun
produk atau jasanya sama. Urutan ini juga bisa berubah dari waktu ke
waktu.
3. Stakeholders tradisional dan stakeholders masa depan
Karyawan dan konsumen dapat disebut sebagai stakeholders
tradisional, karena saat ini sudah berhubungan dengan organisasi.
Sedangkan stakeholders masa depan adalah stakeholders pada masa
yang akan datang diperkirakan akan memberikan pengaruhnya pada
organisasi seperti mahasiswa, peneliti dan konsumen potensial.
4. Proponents, opponents, dan uncommitted
Diantara stakeholders ada kelompok yang memihak organisasi
(proponents), menentang organisasi (opponents) dan ada yang tidak
peduli atau abai (uncommitted). Organisasi perlu mengenal
stakeholders yang berbeda-beda ini agar dapat melihat permasalahan,
menyusun rencana dan strategi untuk melakukan tindakan yang
5. Silent majority dan vokal minority
Dilihat dari aktivitas stakeholders dalam melakukan komplain atau
mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan pertentangan atau
dukungannya secara vokal (aktif) namun ada pula yang menyatakan
secara silent (pasif).
2.2.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tanggung Jawab Sosial
Perusahaan
2.2.3.1.Regulasi Pemerintah (Government Regulation)
Menurut Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam Kholis dan Maksum
(2003: 944), regulasi pemerintah adalah peraturan-peraturan yang mengatur
tentang tanggung jawab sosial perusahaan yang dikeluarkan pemerintah
baik pusat maupun daerah.
Tanggung jawab sosial dan etika perusahaan di Indonesia sebenarnya
tidak perlu diragukan. Hal ini terbukti dari keterlibatan perusahaan baik
langsung maupun dari jalur pemerintah atau badan-badan sosial dalam
mengatasi penyakit-penyakit sosial dan memperbaiki atau membantu sarana
dan kegiatan sosial. UU No.4 tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok
Pengelolaan Lingkungan Hidup yang bertujuan untuk mengatur pengelolaan
lingkungan hidup berdasarkan kebijakan nasional yang terpadu dan
menyeluruh. UU ini kemudian diubah dan dituangkan dalam UU No.23
lingkungan hidup berdasarkan kebijakan nasional yang terpadu dan
menyeluruh.
Secara formal, pemerintah telah mengeluarkan peraturan dan
pernyataan yang melindungi kepentingan sosial, baik bagi pendirian atau
pembangunan perusahaan maupun proyek baru. Namun kita tidak dapat
menutup mata terhadap ulah sebagian perusahaan yang merugikan
kepentingan sosial seperti, pengerusakan hutan, lingkungan, iklan palsu,
jaminan palsu, kualitas produk yang tidak benar, kebisingan, keracunan dan
produk yang merusak kesehatan. Kadang kita malu melihat situasi kita yang
didaulat sebagai sistem yang terbaik ternyata kurang memperhatikan etika
dan tanggung jawab sosial sebagaimana yang dijaga dan dimiliki oleh
sistem sosialis bahkan kapasitas sekalipun.
2.2.3.1.1.Pengaruh Regulasi Pemerintah Terhadap Peran Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan.
Menurut Coghill (1999) dalam Kholis dan Maksum (2003: 941)
regulasi pemerintah dapat dipahami sebagai bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari lingkungan perusahaan, sebab sebagai badan pembuat
peraturan (regulator body) pemerintah memiliki peran signifikan terhadap
kebijakan yang dibuat oleh perusahaan terhadap lingkungan eksternalnya.
Sejalan dengan Coghill, Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam kholis dan
Maksum (2003: 941) juga merekomendasikan bahwa regulasi pemerintah
Peran pemerintah menjadi sangat penting karena pemerintahan juga
merupakan bagian salah satu komponen stokeholders perusahaan Freeman
(1984) dalam Kholis dan maksum (2003: 941). Di Indonesia kebijakan
pemerintah yang mewajibkan PT untuk melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungannya.
Dikaitkan dengan pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh positif antara regulasi pemerintah terhadap tanggung
jawab sosial perusahaan.
2.2.3.2.Tekanan masyarakat
Masyarakat merupakan suatu komunitas besar yang ada dalam suatu
negara dimana keberadaannya teramat sangat dibutuhkan apalagi oleh suatu
badan (perusahaan). Masyarakat dapat disebut juga sebagai konsumen yang
menikmati/menggunakan produk yang mereka tawarkan. Oleh karena itu
keberadaannya juga harus dapat diperhitungkan sebagai input
berjalannya/suksesnya suatu perusahaan.
Menurut Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam Kholis dan Maksum
(2003: 944) tekanan masyarakat adalah perhatian perusahaan terhadap
informasi-informasi yang disampaikan oleh masyarakat. Tekanan
masyarakat agar perusahaan lebih teliti kepada lingkungan merupakan
kesempatan untuk memperkuat hubungan perusahaan dengan konsumen,
bahkan dapat dijadikan keunggulan kompetitif. Konsumen yang semakin
lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan harus memperhitungkan
keberadaan masyarakat sebagai input berjalannya atau suksesnya
perusahaan.
Mengenai peranan masyarakat atau konsumen terhadap keberadaan
perusahaan, dapat dilihat dari kutipan Drucker dalam Harahap (2007:406)
berikut ini : “Tidak ada suatu lembaga yang hidup sendiri ataupun mati
sendiri. Setiap orang/lembaga adalah unsur yang tidak terpisah dari
masyarakat dan hidup demi kepentingan masyarakat. Perusahaan tidak
terkacuali. Perusahaan yang bebas tidak dapat disebut sebagai baik untuk
perusahaan, ia hanya dapat dikatakan baik jika untuk masyarakat.”
2.2.3.2.1.Pengaruh Tekanan masyarakat Terhadap Peran Tanggung Jawab
Sosial Perusahaan.
Menurut Blair (1991) dalam Kholis dan Maksum (2003: 941)
masyarakat baik secara individu maupun kelompok dapat mempengeruhi
arah dan kebijakan sebuah organisasi perusahaan. Hendriques dan Sadorsky
(1999) dalam Kholis dan Maksum (2003: 941) juga merekomendasikan
bahwa tekanan masyarakat memiliki pengaruh terhadap tentang pentingnya
tanggungjawab sosial perusahaan. Peran masyarakat menjadi penting karena
juga merupakan bagian salah satu komponen stakeholder perusahaan
Freeman (1984) dalam Kholis dan Maksum (2003: 941). Di Indonesia peran
masyarakat yang diwakili oleh organisasi masyarakat seperti Majelis Ulama
produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat dijadikan contoh dari peran
masyarakat sebagai stakeholder yang harus diperhatikan oleh perusahaan.
Dikaitkan dengan pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh positif antara tekanan masyarakat terhadap tanggung
jawab sosial perusahaan.
2.2.3.3.Tekanan Organisasi Lingkungan
Menurut Hendriques dan Sadorsky (1999) dalam Kholis dan Maksum
(2003: 944) tekanan organisasi lingkungan adalah perhatian perusahaan
terhadap aktifitas organisasi lingkungan (LSM lingkungan).
Proses perubahan lingkungan telah lama terjadi dan akan berlangsung
terus-menerus. Perubahan tersebut ada yang berdampak positif dan ada pula
yang berdampak negatif. Perubahan lingkungan di masa lalu tidak
membawa kerusakan berarti, sedangkan perubahan masa kini telah
mengakibatkan kerusakan yang serius baik secara kualitatif maupun secara
kuantitatif. Pada dasarnya ada lima perbedaan perubahan lingkungan masa
lalu dan masa kini yaitu:
1. Perubahan lingkungan masa lampau berjalan sangat lambat
2. Kerusakan lingkungan akhir-akhir ini bersifat global, melewati batas
Negara
3. Kerusakan lingkungan masa kini telah menjangkau batas-batas generasi
4. Banyak kerusakan lingkungan sekarang bersifat tidak dapat dipulihkan
kembali
5. Masalah lingkungan tidak lagi meluas dalam masalah ekologi yang
ditangani secara ilmiah belaka Salim dan Roziqin (1998) dalam Memed
(2001: 625).
Heard dan Balco (1981) dalam Memed (2001: 625) berpendapat
bahwa Sebelumnya masyarakat memandang perusahaan hanya bertanggung
jawab dalam penyediaan barang dan jasa, lapangan pekerjaan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun tuntutan masyarakat telah
berubah drastis ketika lingkungan hidup semakin rusak dan tidak sehat,
sumber-sumber alam semakin menipis, bumi semakin panas dan padat, serta
pembagian pendapatan semakin timpang. Pada saat ini masyarakat menuntut
masalah kerusakan lingkungan yang mengakibatkan perusahaan harus
mampu bertanggung jawab terhadap kerusakan tersebut, dan bukan
merupakan tanggung jawab masyarakat lagi sehingga harus
dipertimbangkan dalam setiap pengambilan keputusan.
Polusi udara dan air, kebisingan suara, kemacetan lalu lintas, limbah
kimia, hujan radiasi, sampah nuklir dan masih banyak petaka lain yang
menyebabkan stress mental maupun fisik telah lama menjadi bagian dari
kehidupan kita sehari-hari Capra (1983) dalam Memed (2001: 626), lebih
lanjut Capra menuduh perusahaan sebagai penyebab utama apa yang
2.2.3.3.1.Pengaruh Tekanan Organisasi Lingkungan Terhadap Peran
Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.
Hunt dan auster (1990) dalam Kholis dan Maksum (2003: 941)
menyatakan organisasi lingkungan memiliki peran sebagai wadah kontrol
sosial yang fokus terhadap pembangunan berkelanjutan yang
memperhatikan aspek-aspek lingkungan hidup. Selanjutnya Romee (1992)
dalam Kholis dan Maksum (2003: 941) menyoroti pentingnya dunia bisnis
memperhatikan isu-isu lingkungan hidup dan sumber daya alam sebagai
media untuk menjalankan fungsi-fungsi lingkungan yang ada pada
perusahaan. Tekanan organisasi lingkungan menjadi sangat penting karena
juga merupakan salah satu komponen dari stakeholders perusahaan Freeman
(1984) dalam Kholis dan Maksum (2003: 942). Pada dunia internasional
dikenal sebuah organisasi lingkungan hidup Greenpeace yang sangat fokus
terhadap isu-isu lingkungan, sedangkan keberadaan organisasi lingkungan
hidup di Indonesia dikenal dengan organisasi LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) lingkungan hidup. Sebuah contoh aktivitas LSM lingkungan di
Indonesia adalah investigasi yang dilakukan oleh WALHI atas pencemaran
sungai propinsi Riau yang berasal dari pembuangan limbah perusahaan yang
mengakibatkan ribuan ekor ikan mati dan rusaknya habitat di muara sungai.
Temuan-temuan LSM lingkungan tersebut tentunya akan ditindaklanjuti
oleh perusahaan sehingga perusahaan akan melihat sedemikian pentingnya
tekanan organisasi lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang harus
diperhatikan oleh perusahaan (Kholis dan Maksum,2003: 942).
Dikaitkan dengan pernyataan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh positif antara tekanan organisasi lingkungan terhadap
tanggung jawab sosial perusahaan.
2.2.4.Pengertian Akuntansi Sosial
Menurut Kholis (2002: 30) istilah akuntansi sosial (Social Acounting)
sebenarnya bukanlah istilah baku dalam akuntansi. Para pakar akuntansi
membuat istilah masing-masing untuk menggambarkan transaksi antara
perusahaan dengan lingkungannya. Menurut Suadi (1998) dalam Kholis
(2002: 30) mempergunakan istilah Social Acounting dan mendefinisikannya
sebagai proses pengukuran variabel-variabel yang menentukan tingkat
prestasi sosial perusahaan baik secara internal maupun eksternal. Sementara
Belkaoui dalam Harahap (2007: 390) membuat suatu terminologi Socio
Economic Accounting (SEA) yang berarti proses pengukuran, pengaturan
dan pengungkapan dampak pertukaran antara perusahaan dengan
lingkungannya.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, pada dasarnya definisi yang
diberikan oleh para pakar akuntansi mengenai akuntansi sosial memiliki
karakteristik yang sama, sebagaimana yang dikemukakan oleh Suadi (1998)
dalam Kholis (2002: 30), yaitu Akuntansi Sosial berkaitan erat dengan
mengukur kegiatan tersebut (3) melaporkan tanggung jawab sosial
perusahaan, dan (4) sistem informasi internal dan eksternal atas penilaian
terhadap sumber-sumber daya perusahaan dan dampaknya secara sosial
ekonomi.
Kholis dan Maksum (2003) mengadaptasi gambar dari Kholis tahun
2001 mengenai siklus akuntansi sosial seperti yang akan digambarkan
dibawah ini :
Gambar 2.1. : Siklus Akuntansi Sosial
Sumber: Kholis, 2001 dalam Kholis dan Maksum (2003:940), Analisis Tentang Pentingnya Tanggung Jawab dan Akuntansi Sosial Perusahaan.
Akuntansi Sosial Perusahaan sendiri mulai mendapatkan perhatian
dari berbagai institusi akuntansi pada pertenganhan tahun 1970-an. Banyak
peneliti mulai perspektif teoritis yang berbeda-beda, termasuk di dalamnya
stakeholder theory, social contract theory dan legitimacy theory.
Perkembangan terakhir menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah
perusahaan yang secara sukarela mengungkapkan aktivitas Proses
Akuntansi Sosial
Informasi Akuntansi
Sosial Aktifitas
Dari pendapat tersebut diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
dasarnya akuntansi sosial sangat dibutuhkan dalam suatu sistem ekonomi.
Akuntansi sosial dibutuhkan karena dengan akuntansi sosial, kesejahteraan
rakyat dapat diwujudkan. Akuntansi sosial penting untuk diterapkan karena
banyak kegiatan pemerintah atau badan usaha yang justru menimbulkan
penyakit sosial seperti kerusakan ekosistem, polusi, kriminalitas.
Menurut Harahap (2007:402), bentuk keterlibatan sosial perusahaan
antara lain :
1. Lingkungan hidup :
a. pengawasan terhadap efek polusi,
b. perbaikan pengrusakan alam, konversi alam,
c. keindahan lingkungan,
d. pengurangan suara bising,
e. penggunaan tanah,
f. pengelolaan sampah dan air limbah,
g. riset dan pengembangan lingkungan,
h. kerjasama dengan pemerintah dan universitas,
i. pembangunan lokasi rekreasi,
j. dan lain-lain.
2. Energi :
a. konversi energi yang dilakukan perusahaan,
b. penghematan energi dalam proses produksi,
3. Sumber daya manusia dan pendidikan :
a. keamanan dan kesehatan karyawan,
b. pendidikan karyawan,
c. kebutuhan keluarga dan rekreasi karyawan,
d. menambah dan memperluas hak-hak karyawan,
e. usaha untuk mendorong partisipasi,
f. perbaikan pensiun,
g. beasiswa,
h. bantuan pada sekolah,
i. pendirian sekolah,
j. membantu pendidikan tinggi,
k. riset dan pengembangan,
l. pengangkatan pegawai dari kelompok miskin, minoritas,
m. peningkatan karier karyawan,
n. dan lain-lain.
4. Praktek Bisnis yang Jujur :
a. memperhatikan hak-hak karyawan,
b. peranan wanita,
c. jujur dalam iklan,
d. pemberian kredit,
e. servis yang memuaskan,
f. produk yang sehat,
h. selalu mengontrol kualitas produk,
i. dan lain-lain.
5. Membantu Masyarakat Lingkungan :
a. memanfaatkan tenaga ahli perusahaan dalam mengatasi masalah
sosial dilingkungannya,
b. tidak campur tangan dalam struktur masyarakat,
c. membangun klinik kesehatan,
d. sekolah,
e. rumah ibadah,
f. perbaikan desa/kota,
g. sumbangan untuk kegiatan sosial masyarakat,
h. perbaikan perumahan desa,
i. bantuan dana, sosial, gempa bumi, banjir,
j. perbaikan sarana pengangkutan umum,
k. pasar,
l. dan lain-lain.
6. Kegiatan Seni dan Kebuudayaan :
a. membantu lembaga seni dan budaya,
b. sponsor kegiatan senidan budaya,
c. penggunaan seni dan budaya dalam iklan,
d. merekrut tenaga yang berbakat seni dan olahraga,
7. Hubungan dengan Pemegang Saham :
a. sifat keterbukaan direksi padasemua persero,
b. peningkatan pengungkapan informasi dalam laporan keuangan,
c. pengungkapan keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial,
d. dan lain-lain.
8. Hubungan Dengan Pemerintah :
a. mentaati peraturan pemerintah,
b. membatasi kegatan lobbying,
c. mengontrol kegiatan polotik perusahaan,
d. membantu lembaga pemerintah sesuai dengan kemampuan
perusahaan, membantu secara umum usaha peningkatan
kesejahteraan sosial masyarakat,
e. membantu proyek dan kebijaksanaan pemerintah,
f. meningkatkan produktivitas sektor informal,
g. pengembangan dan inovasi manajemen,
h. menghindari praktik KKN,
i. dan lain-lain.
Menurut Harahap (2007: 397), terdapat tiga model dan kecenderungan
yang menggambarkan tentang keterlibatan perusahaan dalam kegiatan
sosial. Ketiga model tersebut adalah :
1. Model Klasik
Pendapat ini berkembang pada abad ke-19, bertitik tolak pada konsep
dengan bentuk dan jenis perilaku yang lain. Menurut pendapat ini,
usaha yang dilakukan perusahaan semata-mata hanya untuk memenuhi
permintaan pasar dan mencari untung yang akan dipersembahkan
kepada pemilik modal. Seorang fundamentalis dalam bidang ini Milton
Friedman menyatakan “ada satu dan hanya satu tanggung jawab
perusahaan yaitu menggunakan kekayaan yang dimilikinya untuk
meningkatkan laba sepanjang sesuai dengan aturan main yang berlaku
dalam suatu sistem persaingan bebas tanpa penipuan dan kecurangan”,
dengan demikian jelas bahwa perusahaan tidak perlu memikirkan efek
sosial yang ditimbulkannya dan tidak perlu memikirkan usaha untuk
memperbaiki penyakit sosial.
2. Model manajemen
Pendapat ini muncul sekitar tahun 1930. Menurutnya, perusahaan
dianggap sebagai lembaga permanen yang hidup dan punya tujuan
tersendiri. Manajer sebagai orang yang dipercayai oleh pemilik modal
menjalankan perusahaan untuk kepentingan bukan saja pemilik modal
tetapi juga mereka yang terlibat langsung dengan hidup matinya
perusahaan seperti karyawan, langganan, suplier dan pihak lain yang
ada kaitannya dengan perusahaan yang tidak semata-mata didasarkan
atas ada hubungan kontrak perjanjian.
3. Model Lingkungan Sosial
Model ini menekankan bahwa perusahaan meyakini bahwa kekuasaan
kepentingan (bersumber) dari lingkungan sosial dan bukan hanya
semata-mata dari pasar sesuai dengan teori atau model klasik.
Dengan konsekuensi bahwa perusahaan harus berpartisipasi aktif dalam
menyelesaikan penyakit sosial yang berada dilingkungannya.
Perusahaan harus memperluas tujuan yang harus dicapainya yaitu yang
mencakup kesejahteraan sosial secara umum. Sebenarnya banyak lagi
hal-hal yang dapat dikemukakan sesuai dengan keadaan, baik yang
dialami masyarakat maupun potensi yang dimiliki perusahaan. Yang
paling penting adalah bahwa kegiatan ini menyangkut keterlibatan
perusahaan dalam kegiatan sosial.
2.2.5.Penerapan Akuntansi Sosial
2.2.5.1.Tujuan Akuntansi Sosial
Adapun tujuan akuntansi sosial menurut Hendriksen (1989: 18) adalah
untuk memberikan informasi yang memungkinkan pengaruh kegiatan
perusahaan terhadap masyarakat dapat di evaluasi. Suadi (1998) dalam
Kholis (2002: 30) menguraikan tiga tujuan dari akuntansi sosial sebagai
berikut :
1. Mengidentifikasikan dan mengukur kontribusi Social neto periodic
suatu perusahaan yang meliputi bukan hanya manfaat dan biaya sosial
yang diinterlisasikan ke perusahaan, namun juga timbul dari
2. Membantu menentukan apakah strategi dan praktek perusahaan yang
secara langsung mempengaruhi relatifitas sumber daya dan status
individu, masyarakat dan segmen-segmen sosial adalah konsisten
dengan prioritas sosial yang diberikan secara luas kepada satu pihak
dan aspirasi individu pada pihak lain.
3. Memberikan dengan cara yang optimal kepada semua kelompok sosial,
informasi yang releva tentang tujuan, kebijakan, program, strategi dan
kontribusi suatu perusahaan terhadap tujuan-tujuan sosial perusahaan.
Berdasarkan tujuan akuntansi sosial yang diuraikan diatas, dapat
dipahami bahwa akuntansi sosial berperan dan menjalankan fungsinya
sebagai bahasa bisnis yang mengakomodasi masalah-masalah sosial yang
dihadapi perusahaan, sehingga pos-pos biaya sosial yang dikeluarkan
kepada masyarakat dapat menunjang operasional dan pencapaian tujuan
jangka panjang perusahaan.
2.2.5.2.Pengukuran Dalam Akuntansi Sosial
Akuntansi sosial, merupakan pengukuran hal yang sangat rumit,
karena kita harus mengukur dampak positif (Sosial Cost) dan negatif (Social
negative) yang ditimbulkan oleh kegiatan perusahaan. Biasanya dampak
positif dan negatif ini belum dapat dihitung karena memang transaksinya
bersifat uncomplete cycles, non reciprocal dan belum mempengaruhi posisi
keuangan perusahaan, dalam mengukur kerugian, semua sumber dan objek
dapat berupa kerugian finansial, seperti kerugian produksi akibat kerusakan
lingkungan atau kerugian amenity seperti penderitaan jiwa yang dialami
masyarakat, individu dan keluarga (Purnaningtyas, 2003: 268).
Menurut Belkaoui (1999) dalam Purnaningtyas (2003: 268) yang
diukur dalam akuntansi sosial adalah dampak sosial dari perusahaan yang
meliputi:
1. Biaya sosial, yaitu biaya-biaya yang dikeluaarkan oleh perusahaan yang
digunakan untuk aktivitas perusahaan yang menyebabkan habisnya
sumber sosial.
2. Faedah sosial, yaiu aktivitas perusahaan yang menyebabkan
bertambahnya sumber sosial.
Menurut Harahap (2007: 408) metode pengukuran yang akan
dilaporkan dalam Socio Economic Reporting adalah sebagai berikut :
1. Menggunakan penelitian dengan menghitung Opportunity Cost
Approach
2. Menggunakan daftar kuesioner, survey, lelang dimana mereka yang
merasa dirugikan ditanyai berapa besar jumlah yang ditimbulknnya atau
berapa biaya yang harus dibayar kepada mereka sebagai kompensasi
kerugian yang dideritanya.
3. Menggunakan hubungan antara kerugian massa dengan permintaan
untuk barang perorangan dalam menghitung jumlah kerugian
4. Menggunakan reaksi pasar dalam menentukan harga. Misalnya, vonis
hakim akibat pengaduan masyarakat akan kerusakan lingkungan dapat
juga dianggap sebagai dasar perhitungan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengukuran dalam
akuntansi sosial cenderung mengarah kepada pengukuran subyektif yang
ditimbulkan dari kegiatan perusahaan.
Ansary Zulfikar (1987) dalam kholis (2002: 31) memberikan beberapa
teknik pengukuran yang dapat dipergunakan, antara lain:
1. Penilaian pengganti, yaitu jika nilai dari sesuatu yang tidak dapat
lansung ditentukan, maka dapat mengestimasikannya dengan nilai
pengganti.
2. Teknik survey, yaitu mencakup cara-cara untuk mendapatkan informasi
dari kelompok masyarakat tentang pengukuran aktivitas sosial
perusahaan.
3. Biaya perbaikan dan pencegahan, yaitu biaya-biaya perbaikan yang
dikeluarkan oleh perusahaan sehubungan dengan lingkungan sosialnya.
4. Penilaian dan independen, yaitu memberikan suatu wewenang kepada
suatu pihak luar untuk mengukur aktivitas sosial perusahaan.
5. Putusan pengadilan, yaitu dengan suatu keputusan yang mempunyai