• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Lembaga Keuangan dalam Siste

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengelolaan Lembaga Keuangan dalam Siste"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Pengelolaan Lembaga Keuangan dalam Sistem Keuangan Islam (SKI)

Oleh : Herianti (01.12.3110) Ekonomi Syariah (STAIN Watampone)

PROLOG

Lembaga Keuangan secara umum mempunyai peranan penting dalam hal menunjang keberhasilan perekonomian suatu negara. Berdasarkan realita yang tampak saat ini bahwa peranan lembaga keuangan baik yang berupa perbankan maupun non-bank mempunyai kontribusi yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi di indonesia, Oleh karena itu kehadiran lembaga keuangan ditengah-tengah masyarakat menjadi suatu yang sangat vital dalam mendukung segala aktivitas mereka terutama mengenai pengelolaan dana yang mereka miliki. Di indonesia lembaga keuangan terbagi atas dua yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank (asuransi, pegadaian, dana pensiun, reksa dana, dan bursa efek).1

Secara umum Lembaga keuangan yang berbasis konvensional hadir dengan sistem operasional yang berdasarkan pada prinsip bunga, yang bahkan sampai saat ini masih eksis dan sebagian besar masih dipercaya oleh masyarakat luas sebagai suatu lembaga intermediasi dalam pengelolaan keuangan mereka. Sebagaimana yang diuangkapkan Kepala Departemen Perbankan Syariah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Ahmad Buchory mengatakan, Market share lembaga keuangan syariah berada dikisaran 5% dari seluruh total aset bank secara nasional dengan jumlah nasabah dibawah 10 juta orang, dan selebihnya sekitar 95% masih dikuasai oleh lembaga keuangan perbankan konvensional”.2

Berdasarkan data tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa lembaga konvensional mempunyai pangsa pasar yang yang cukup besar dibandingkan lembaga keuangan yang berbasis syariah, akan tetapi disisi lain hal yang tak dapat pula di abaikan bahwa beberapa tahun terkhir ini perkembangan lembaga keuangan syariah cukup pesat. hal ini disebabkan adanya perkembangan pola pikir

1 Wikipedia, "Lembaga Keuangan ", The Free Encyclopedia, Dikutip dari http//:www. wikipedia.co.id, Diakses Tanggal 07 Juni 2015.

(2)

manusia sehingga mulai menyadari segala dampak dan konsekuensi moral yang harus dihadapi jika masih bergantung pada lembaga keuangan yang berbasis konvensional, dan pada akhirnya, muncullah sebuah Lembaga keuangan dengan inovasi baru yaitu lembaga keuangan yang berdasar pada asas-asas islam dimana dalam sistem operasionalnya memberikan pelayanan yang bernuansa islami serta sistem bagi hasil yang khusunya menjadi ciri utama dalam lembaga keuangan islam ini. Hal tersebut disambut baik oleh kalangan masyarakat muslim, dimana lembaga keuangan berbasis syariah bertujuan untuk menjadi solusi alternatif dari segala permasalahan yang terjadi dalam konteks sitem pengelolaan lembaga keuangan dimasa kini.

Dengan prospek dan sistem operasional yang jelas lagi manusiawi, maka hal ini menjadi bukti bahwa dalam beberapa tahun ini, pertumbuhan lembaga keuangan syariah semakin meningkat, meskipun masih belum bisa menandingi market share atau pangsa pasar lembaga keuangan konvensioanal, hal ini dikarenakan perkembagan lembaga keuangan ini sudah bertahun-tahun, namun demikian dengan melihat realita dan kebutuhan masayarkat akan lembaga keuangan yang berbasis syariah maka ada prospek kemajuan lembaga keuangan syariah dimasa yang akan datang.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh, “Pimpinan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) diwakili Ali Subianto dalam Roadshow Seminar Nasional Asuransi Syariah menjelaskan, perusahaan yang bergerak di berbagai bidang kegiatan berdasarkan Syariah, termasuk Industri Keuangan Non Bank (IKNB) syariah sudah marak dan maju pesat. Dia mencontohkan, asset IKNB syariah saja di seluruh Indonesia telah mencapai 46 triliun lebih.3 Oleh karena itu dalam konteks tersebut ini,

pengelolaan lembaga keuangan dalam sistem keuangan islam menjadi suatu hala yang menarik untuk dibahas, hal ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih kepada masyarakat akan peran lembaga keuangan dalam islam.

DIALOG

3 Harianhaluan,”Perusahaan Berdasarkan Syariah Maju Pesat” Dikutip Dari

(3)

Pengertian Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya berbentuk aset keuangan atau tagihan (seperti: saham, obligasi, dll.). Lembaga keuangan terdiri dari beraneka ragam lembaga yg bergerak di sektor financial.4

Adapun pengertian lembaga keuangan menurut beberapa ahli yaitu menurut Dahlan Siamat, lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya terutama dalam bentuk aset keuangan atau tagihan dibandingkan dengan aset nonfinansial atau aset riil. Lembaga keuangan memberikan pembiayaan/kredit kepada nasabah dan menanamkan dananya dalam surat-surat berharga. Di samping itu, lembaga keuangan juga menawarkan berbagai jasa keuangan antara lain menawarkan berbagai jenis tabungan, proteksi, asuransi, program pensiun, penyediaan sistem pembayaran dan mekanisme transfer dana.

Menurut Ahmad Rodoni Lembaga keuangan (financial institution) merupakan suatu badan usaha atau institusi yang kekayaannya terutama dalam bentuk asset-asset keuangan (financial assets) maupun non-financial asset atau asset riil. Kasmir mendefinisikan lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, menghimpun dana, menyalurkan dana atau kedua-duanya, artinya kegiatan yang dilakukan oleh lembaga keuangan selalu berkaitan dengan bidang keuangan, apakah kegiatannya hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau bahkan kedua-duanya yakni menghimpun dan menyalurkan dana. Lembaga keuangan merupakan lembaga yang kegiatan utamanya melakukan kegiatan ekonomi finansial. Dalam kaitan dengan dikotomi perekonomian, unit ekonomi hanya dibedakan menjadi dua macam, tetapi tidak dapat dipisahkan yaitu : unit ekonomi nyata (real economic units) dan unit ekonomi finansial (financial economic units). Unit ekonomi nyata melakukan kegiatan ekonomi nyata (real economic activities). Kegiatan ekonomi nyata menghasilkan barang atau jasa non finansial. Unit ekonomi finansial melakukan kegiatan ekonomi finansial (financial economic activity).

(4)

Secara umum kegiatan ekonomi finansial menghasilkan jasa finansal (financial service), yaitu jasa yang berkaitan dengan uang.5 Menurut UU No.

14/1967 pasal 1 lembaga keuangan adalah semua badan yang melalui kegiatan-kegiatannya dibidang keuangan, menarik uang dari dan menyalurkannya ke dalam masyarakat.6

Lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bidang usahanya bergerak di bidang keuangan. Lembaga keuangan dibagi menjadi dua yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Lembaga keuangan bank adalah Bank sentral, Bank Umum, dan BPR, sedangkan lembaga keuangan bukan bank yaitu asuransi, leasing anjak piutang (factoring), modal ventura, pegadaian, dana pensiun, pasar modal, reksa dana, kartu kredit, dan lembaga pembiayaan konsumen.7

Dari beberapa defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa Lembaga keuangan adalah badan usaha yang kekayaannya berbentuk aset keuangan atau tagihan (seperti: saham, obligasi, dll.). Lembaga keuangan terdiri dari beraneka ragam lembaga yg bergerak di sektor financial, dimana kegiatan usaha lembaga keuangan dapat berupa menghimpun dana dengan berbagai skema atau melakukan kegiatan menghimpun dana dan menyalurkan dana sekaligus, yang diperuntukkan investasi perusahaan, kegiatan konsumsi dan kegiatan distribusi barang dan jasa.

Berikut adalah skema dari klasifikasi lembaga keuangan :

5Ibid, h. 17

6 Thomas Suyatno dkk, Kelembagaan Perbankan (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007 ), h. 1

7 Abdul Ghofur Anshori, Gadai Syariah di Indonesia (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2011), h. 7

(5)

Fungsi Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan merupakan bagian dari sistem keuangan dalam ekonomi modern yang melayani masyarakat pemakai jasa keuangan. sistem keuangan pada dasarnya merupakan suatu jaringan pasar keuangan (financial market), institusi, sektor usaha, rumah tangga dan lembaga pemerintah yang merupakan peserta dan juga sekaligus memiliki wewenang dalam mengatur operasi sistem keuangan tersebut.

Pada dasarnya fungsi pokok lembaga keuangan adalah sebagai perantara (intermediasi) yaitu perpindahan / mengalihkan dana dari pihak yang mengalami kelebihan dana dari penabung (surplus unit) kepada peminjam (deficit unit).8

Secara umum, dua fungsi lembaga keuangan adalah (1) Transmission role yaitu berkaitan dengan peran lembaga keuangan dalam mekanisme pembayaran antara agen-agen ekonomi sebagai akibat adanya transaksi di antara mereka. (2) Intermediate role berkaitan dengan peran lembaga keuangan dalam memberikan fasilitas atau kemudahan untuk menyalurkan dana dari mereka yang kelebihan dana (lenders) kepada mereka yang kekurangan dana (borrower).9

Metode pengalihan dana dari unit surplus ke unit defisit dapat dilakukan dengan tiga metode , yaitu : (1) Metode pembiayaan langsung yaitu suatu cara pemberian pinjaman di mana surplus unit bertemu langsung dengan defisit unit tanpa melalui lembaga keuangan. Misalnya apabila kita meminjam dana dari seorang sahabat dan memberikan dia sebuah surat utang tanda kita telah meminjam dana sahabat tersebut. Metode ini merupakan metode yang paling sederhana untuk dilakukan, namun masih memiliki beberapa kelemahan, antara lain : dibutuhkan adanya kesamaan keinginan antara kedua pihak mengenai jumlah dana, tingkat bunga, dan juga jangka waktu peminjaman, resiko yang dihadapi cukup tinggi, karena ini dilakukan tanpa ada yang menjamin keterlambatan maupun kegagalan dalam pembayaran, kedua pihak harus saling bertemu langsung, dimana hal ini membutuhkan waktu khusus dan dana khusus.

8 Mohammad Yasin dan Sri Ethicawati, Ekonomi (Jakarta : Ganeca Exact, 2007) , h. 7

(6)

(2) Metode Pembiayaan Semi Langsung (Semidirect Finance) yaitu proses pertukaran dana sangat tergantung pada intervensi dari pihak ketiga untuk menyelesaikan transaksi pinjaman dana. Proses transfer dana yang sangat bergantung pada peran dan intervensi pihak ketiga, yaitu broker dan dealer. Keterlibatan pihak ketiga ini dapat mengurangi biaya transaksi dan biaya informasi yang biasanya muncul dalam pembiayaan langsung (3) Metode pembiayaan tidak langsung yaitu surplus unit menyimpan uangnya dalam bentuk sekuritas sekunder (giro, tabungan, deposito, polis asuransi, dll). Sementara defisit unit mengajukan atau menerbitkan sekuritas primer (pembiayaan, obligasi, saham, surat2 berharga lainnya, dll.) Metode ini lebih disukai oleh masyarakat baik pihak surplus maupun pihak defisit, karena tingkat resiko yang dihadapi bisa dikatakan cukup kecil, dan biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak yang bersangkutan cukup rendah dibanding kedua metode sebelumnya.10

Sejarah Lembaga Keuangan dalam Islam

Al-Qur’an tidak menyebut konsep lembaga keuangan secara eksplisit, namun jika yang dimaksud lembaga itu adalah sesuatu yang memiliki unsur-unsur seperti struktur, manajemen, fungsi serta hak dan kewajiban, maka semua lembaga itu disebut secara jelas dalam Al’Quran yaitu lembaga disebutkan sebagai struktur, manajemen, fungsi, hak dan kewajiban. Dalam sistem politik misalnya dijumpai istilah qaum untuk menunjukkan adanya kelompok sosial yang berinteraksi dengan yang lain, ummat, muluk (pemerintahan) untuk menunjukkan pentingnya sebuah pengaturan hubungan antar anggota masyarakat, balad (negeri) untuk menunjukkan adanya struktur sosial masyarakat dan, Suq misalnya menunjukkan tentang betapa aspek pasar (market) harus menjadi fokus bisnis yang penting. Demikian juga konsep-konsep yang merujuk kepada ekonomi, seperti zakat, shadaqah, maal dan sebagainya memiliki konotasi fungsi yang dilaksanakan oleh peran tertentu. Pembagian ghonimah, misalnya menunjukkan adanya mekanisme distribusi yang merata dan adil.11

10 Riva’i, Veithzal, Andria Permata Veithzal…, h.19

(7)

Lembaga keuangan pada masa Rasulullah yaitu (1) Baitul Maal, lembaga Baitul Maal (rumah dana), merupakan lembaga bisnis dan sosial yang pertama dibangun oleh nabi. Lembaga ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan. Apa yang dilaksanakan oleh rasul merupakan proses penerimaan pendapatan (revenue collection) dan pembelanjaan (expenditure) secara transparan dan bertujuan seperti apa yang disebut sekarang sebagai welfare oriented.12

Para ahli ekonomi Islam dan sarjana ekonomi Islam sendiri memiliki perbedaan dalam menafsirkan Baitul Maal ini. Sebagian berpendapat, bahwa Baitul Maal itu semacam bank sentral, seperti yang ada saat ini. Sebagian lagi berpendapat, bahwa baitul maal itu semacam menteri keuangan atau bendahara negara. Hal ini mengingat fungsinya untuk menyeimbangakn antara pendapatan dan pembelanjaan negara. Namun kehadiran lembaga ini membawa pembaruan yang besar. Dana-dana umat, baik yang bersumber dari dana sosial dan tidak wajib seperti sedekah, denda (dam), dan juga dana-dana yang wajib seperti zakat, jizyah dll, dikumpulkan melalui lembaga Baitul Maal dan disalurkan untuk kepentingan umat.13

(2) Wilayatul Hisbah, Wilayatul Hisbah merupakan framework bagi aktifitas-aktifitas ekonomi dan muamalah. Pada masa nabi fungsi lembaga kontrol ini dipegang langsung oleh beliau dengan maksud untuk mengawasi aktivitas ekonomi masyarakat agar tidak terjadi tindakan-tindakan ekonomi yang merugikan pihak lain.

(3) Pembangunan etika bisnis, Rasulullah tidak saja meletakkan dasar tradisi penciptaan suatu lembaga, tetapi juga membangun sumber daya manusia dan akhlak, lembaga sebagai pendukung dan prasyarat dari lembaga itu sendiri. Adapun berbagai bentuk pembangunan etika tersebut yaitu penghapusan riba Ini dilakukan karena praktek riba adalah tindakan ekonomi yang secara tegas dilarang oleh Allah, padahal praktek riba di Madinah saat itu sudah menjadi tradisi yang sudah mendarah daging, Penciptaan keadilan, dalam setiap kebijakan ekonomi Rasulullah selalu mementingkan keadilan, bukan hanya untuk kaum muslimin

12Ibid., h. 23.

(8)

tetapi juga untuk kaum-kaum lainnya, Penghapusan Monopoli dimana monopoli merupakan tindakan ekonomi yang sangat merugikan orang lain, serta membangun etika disnis dengan sifat-sifat terpuji lainnya.

Berikut adalah karakteristik bisnis yang dimiliki rasulullah, diantaranya adalah Honest (jujur), Forward Looking (berpikiran maju), Competent (kompeten/mampu), Inspiring (memberi inspirasi), Intelligent (cerdas), Fair-minded (adil), Broad-Fair-minded (berwawasan luas), Supportive (mendukung), Straight Forward (berterus terang), Dependable (bisa diandalkan), Cooperative (dapat bekerjasama), Determined (tegas), Imaginative (berdaya-imajinasi) 14. Ambitious (berambisi) 15. Courageous (mendorong/berani), Caring (peduli), Mature (matang/dewasa), Loyal (setia), Self-controlled (menguasai diri), Independent (mandiri). Diantara beberapa karakter yang rasulullah tanamkan dalam perjalanan bisnisnya diatas, hal ini tetap tidak bisa terpisahkan dari sifat utama yang beliau miliki sebagai rasul, antara lain (shiddiq, amanah, fathanah dan tabligh).14

Lembaga Keuangan Pada Masa Sahabat dimana tradisi yang dibangun Rasulullah diteruskan dan dikembangkan pd masa sahabat, mekanisme pasar amat diperhatikan, baitul maal sebagai instrumen dalam kebijakan fiskal. Misalnya dimulai dengan memilih Abu Bakar Shidiq sebagai khalifah pertama. Baitul Maal semakin mapan bentuknya pada zaman khalifah Umar bin Khatab. Pada masanya sistem administrasi dan pembentukan dewan-dewan dilakukan untuk ketertiban administrasi. Umar juga meluaskan basis zakat dan sumber pendapatan lainnya. Kebijakan Umar diteruskan oleh Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Para khalifah itu amat serius dalam memikirkan kesejahteraan rakyat dengan memfungsikan secara maksimal pendapatan dan penerimaan dalam Baitul Maal. Fungsi Baitul Maal sebagai instrumen dalam kebijakan fiskal ini tentu hanya dapat terlaksana dengan sosok para khalifah yang adil dan jujur serta amanah.

Pada Masa Dinasti kegiatan ekonomi semakin meluas, penciptaan standar uang bagi umat Islam, dan Baitul Maal berfungsi sebagai instrumen dalam kebijakan fiskal dan moneter. Lembaga keuangan syariah modern, pada masa ini

(9)

merupakan masa kebangakitan kembali umat Islam setelah mengalami masa kemunduran. Berbagai gerakan kebangkitan ekonomi Islam ini tampak pada munculnya berbagai institusi ekonomi dan keuangan Islam, diantaranya: Local Saving Bank di Mit Ghamir, Mesir oleh Abdul Hamid an-Naggar 1969, IDB 1975, Bank Islam dan Lembaga Keuangan Islam Non-Bank berkembang di Eropa, Asia, Afrika dan Amerika.15

Sistem Lembaga keuangan ada dua yaitu (1) non deposit taking, non deposit taking adalah lembaga keuangan selain bank yang dalam kegiatannya tidak diperkenankan menghimpun dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang terdiri dari pasar uang, pasar modal, asuransi, dana pensiun, modal ventura, leasing anjak piutang, pegadaian, kartu plastik. (2) deposit taking, merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk – bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak yaitu dewan moneter dalam hal ini bank sentral dan otoritas jasa keuangan terdiri dari BPR dan Bank Umum konvensional maupun syariah.

Pengelolaan Bank Syariah

Sebelumnya perlu diketahui bahwa Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya, sedangkan Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Dimana Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran, sedangkan Bank umum syariah, adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.16 Pada bank umum syariah terdapat 2 pembagain utama

15 Syafaruddin, Materi Power Point Ekonomi Moneter Islam, Pada Hari Minggu Tanggal 07 Juni 2015 Jam 14.24 Wita. di Watampone.

(10)

terkait jenis banknya, yaitu (1) Unit usaha syariah, yaitu yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah. (2) Channeling syariah yaitu melayani transaksi-transaksi dengan skim syariah, dengan syarat bank bersangkutan telah memiliki UUS atau unit usaha syariah.

Adapun perkembangan jumlah Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dan Dana Pihak Ketiga (DPK)

mulai tahun 2011-2013 adalah:

Kelompok Bank 2011 2012 2013

Bank Umum Syariah 11 11 11

Unit Usaha Syariah 24 24 23

- Jumlah Kantor 1737 2262 2526

BPRS 155 158 160

- Jumlah Kantor 364 401 399

Jumlah Account (DPK) 8,2 10,8 12,3

Jumlah Pekerja 27.660 31.578 42.062

Sumber: Outlook Perbankan Syariah 2014

Data di atas menggambarkan bahwa UUS pada tahun 2013 mengalami pengurangan, hal ini dikarenakan adanya restrukturisasi HSBC Amanah. BUS dan UUS pada tahun 2013 bertambah 264 kantor, dan jumlah account (DPK) yang dikelola pada tahun 2013 mencapai Rp 12,3 juta atau meningkat 13,9% pada tahun 2012. Hal ini menunjukkan bahwa perbankan syariah terus mengalami pertumbuhan.

(11)

jasa, tidak menggunakan “bunga” sebagai alat untuk memperoleh pendapatan, azas utamanya yaitu kemitraan, keadilan, transparansi dan universal, tidak membedakan secara tegas sektor moneter dan sektor riil dimana dapat melakukan dua transaksi sektor riil.

Berikut adalah skema dari fungsi bank syariah :

Sedangkan dari sisi produk dan jasa yang di tawarkan oleh bank syariah, berikut adalah skemanya :

(12)

Produk penyaluran dana, terdiri dari pembiayaan modal kerja dengan prinsip mudharabah, musyarakah, murabahah, Pembiayaan proyek menggunakan prinsip mudharabah, musyarakah, Pengadaan barang investasi (jual beli barang) menggunakan prinsip Murabahah, Produksi agribisnis / sejenis berdasarkan prinsip salam dan salam paralel, Manufaktur kontruksi prinsip istishna dan istishna paralel, Penyertaan prinsip musyarakah, Leter of Credit-Ekspor (pembiayaan ekspor) dengan prinsip mudharabah, musyarakah, murabahah (Al-Ba’i), LC–Impor prinsip murabahah, salam/istishna dan murabahah, mudharabah, Surat berharga (Obligasi) berdasarkan prinsip mudharabah, ijarah.

Produk Sewa yaitu sewa beli berdasarkan prinsip syariah ijarah muntahiya bittamlik (Ijarah Wa Igtina), sewa dengan opsi pemindahan hak berdasarkan prinsip ijarah muntahiya bittamlik. Produk Lain, Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank (SIMA), berdasarkan prinsip mudharabah , Sertifikat Wadiah Bank Indonesia berdasarkan prinsip wadiah.

Berdasarkan pada uraian diatas, berikut ini adalah perbedaan mendasar antara bank syariah dan bank konvensional, yaitu :

Secara umum, berdasar pada tabel diatas maka akan lebih mudah menggambarkan perbedaan diantara bank syariah dan bank konvensional yang ditinjau dari berbagai persfektif.

Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah Non Bank (LKSNB)

(13)

a. Baitul Maal Wattamwil (BMT)

Baitul Maal Wattamwil adalah Lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip syariah untuk mensejahterakan fakir miskin. Modal awalnya adalah swadaya dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi islam. BMT memiliki dua kegiatan yaitu kegiatan ekonomi dan sosial. Kegiatan ekonomi yaitu mengembangkan usaha-usaha ekonomi produktif dengan mendorong kegiatan menabung dn pembiayaan kegiatan usaha ekonomi anggota dan masyarakat lingkungannya. Kegiatan sosial yaitu dengan menggalang titipan dana sosial untuk kepentingan masyarakat, sep: dana zakat, infaq, sadaqah dn mendistribusikannya dengan prinsip pemberdayaan masyarakat sesuai dengan peraturan dan amanahnya.17

Peran BMT yaitu sebagai motor penggerak ekonomi dan sosial masyarakat banyak, ujung tombak pelaksanaan sistem ekonomi syariah, penghubung antara kaum kaya dan kaum miskin, sarana pendidikan informal untuk mewujudkan prinsip hidup yang barakah. Selain itu BMT juga berfungsi untuk meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan pengelola menjadi lebih professional, salam, dan amanah sehingga semakin utuh dan tangguh dlm berjuang dan berusaha menghadapi tantangan global, mengorganisir dan memobilisasi dana sehingga dana yang dimiliki oleh masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal di dalam dan luar organisasi untuk kepentingan rakyat banyak, mengembangkan kesempatan kerja, mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar produk-produk anggota, memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga ekonomi dan sosial rakyat banyak.

b. Asuransi Syariah.

(14)

Asuransi syariah dikenal juga dengan nama takaful yang secara etimologi berarti menjamin atau saling menanggung, sedangkan dalam pengertian muamalah berarti saling memikul risiko diantara sesama orang sehingga antara satu orang dengan orang lainnya menjadi penanggung dari atas penaggung yang lain.18 Asuransi syariah memiliki karakteristik

diantaranya : prinsip dasar dalam asuransi syariah adalah saling tolong menolong (ta’awuni) dan saling menanggung (takafuli) antara sesama peserta asuransi, akad yang digunakan dalam asuransi syariah adalah akad tabarru’ dan akad tijari. akad tabarru’ digunakan diantara para peserta, sedangkan akad tijari digunakan antara peserta dengan entitas asuransi syariah, pembayaran dari peserta dapat meliputi kontribusi atau kontribusi dan investasi, dana tabarru’ dibentuk dari akumulasi dari surplus underwriting dana tabarru’ yang merupakan milik peserta secara kolektif yang dikelola oleh entitas asuransi syariah, pembayaran manfaat asuransi/klaim berasal dari dana peserta kolektif (dana tabarru’) dimana risiko ditanggung secara bersama antara peserta asuransi.

Produk asuransi syariah yaitu produk takaful terbagi atas (1) Takaful keluarga (asuransi jiwa) yaitu takaful individu dan takaful grup atau kumpulan, (2) Takaful umum (asuransi umum).

c. Pegadaian Syariah.

Pegadaian syariah adalah salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, Sedangkan Pegadaian Syariah menurut fatwa DSN No. 25/DSN-MUI/III/2002 adalah pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang. Barang yang ditahan oleh bank syariah harus memiliki nilai ekonomis.19

18 Abdullah Amrin, Asuransi Syariah : Keberadaan & Kelebihannya di Tengah Asuransi Konvensional, (Jakarta: PT. Alex Media Kamputindo, 2006), h. 20

(15)

Akad dalam pegadaian syariah menggunakan akad qardhul hasan (menggadaikan barang hanya untuk keperluan konsumtif, rahin memberikan fee kepada murtahin), akad mudharabah (menggadaikan barang untuk pembiayaan investasi dan modal kerja dengan prinsip bagi hasil), dan akad Al-muqayyadah (menggadaikan barang untuk keperluan produktif yang menginginkan barang).

d. Pasar Uang Syariah

Pasar uang syariah (PUAS) ialah pasar yang memperdagangkan surat berharga jangka pendek untuk memobilisasi sumber dana jangka pendek dan mengatur likuiditas secara efisien, dan dapat memberikan keuntungan serta sesuai dgn syariah. PUAS diperlukan karena bank syari'ah dapat mengalami kekurangan likuiditas disebabkan oleh perbedaan jangka waktu antara penerimaan dan penanaman dana atau kelebihan likuiditas yang dapat terjadi karena dana yang terhimpun belum dapat disalurkan kepada pihak yang memerlukan, serta dalam rangka peningkatan efisiensi pengelolaan dana, bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah memerlukan adanya PUAS. Adpun Instrumen yang digunakan dalam pasar uang syariah yaitu IMA (Sertifikat Investasi Mudharabah Antarbank Syariah), SBPU (Surat Berharga Pasar Uang) Syariah, dan SBI (Sertifikat Bank Indonesia) Syariah.

e. Pasar Modal Syariah

Pasar modal syariah secara singkat dapat diartikan sebagai pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip islam. Oleh karena itu instrumen yang diperdagangkan tidak boleh terkait dengan kegiatan bisnis yang diharamkan seperti perjudian, riba, spekulasi, dll.20 sedangkan Berdasarkan

Undang-undang No.8 Tahun 1995, Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran uang, dan perdagangan efek, perusahaan

(16)

publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar Modal Syariah terdiri dari :

(1) Saham syariah, saham syariah merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan bersifat musyarakah (kemitraan) jika ditawarkan secara terbatas, bersifat mudharabah (bagi hasil) bila ditawarkan kepada publik, semua saham mempunyai kualitas sama sehingga tidak dikenal saham prefensi atau golden shares.. Pedoman saham syariah yaitu saham dapat diperjualbelikan dalam rangka investasi bukan spekulasi, juga mewakili kepemilikan atas aset suatu bisnis., transaksi saham dilakukan sesuai dengan prinsip syariah, transaksi yang tidak sesuai dengan prinsip syariah yaitu short selling, melalui KKN (riswah), lingkup dan jenis kegiatan usaha emiten tidak bertentangan dengan prinsip syariah, misalnya perjudian, bank berbasis bunga, leasing berbasis bunga, jual beli resiko yang mengandung unsur ketidakpastian (gharar) misalnya asuransi konvensional. Lingkup dan jenis kegiatan usaha yaitu memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau menyediakan barang-barang seperti : barang yang haram lidzaatihi, haram li ghairhi), dan lain sebagainya.

(2) Sukuk (Obligasi Syariah), adalah surat berharga yang berisi kontrak (akad) pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. Fatwa DSN No. 32/DSN-MUI/XI/2002, Sukuk merupakan suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang diterbitkan emiten kepada pemegang sukuk yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang sukuk berupa bagi hasil atau margin atau fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.21

(3) Reksadana Syariah adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan kembali dalam portofolio efek oleh manajer investasi. Reksadana syariah adalah Reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan

(17)

dan prinsip syariah islam, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (sahib al-mal/dengan manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun antara manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi.22

EPILOG

lembaga keuangan umumnya dikenal masyarakat sebagai lembaga intermediasi dalam artian lembaga yang berfungsi mengalihkan dana dari surplus unit kepada defisit unit. Secara umum lembaga keuangan dalam sistem keuangan islam dibagi atas lembaga keuangan bank syariah (LKBS) dan lembaga keuangan syariah non bank (LKSNB), dimana lembaga keuangan bank syariah moyoritas masyarakat menyebutnya dengan istilah bank syariah, yaitu bank yang menjalankan kegiatan usahanya dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah. Secara umum bank syariah terdiri bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS).

Secara historis, lembaga keuangan pun sudah ada sejak zaman dulu, misal dizaman rasulullah saw. Dikenal dengan nama baitul mal yang berfungsi sebgai bank sentral, dan seterusnya dimasa sahabat, menjadikan baitul maal sebagai instrumen kebijakan fiskal, serta dimasa dinasti pengelolaan lembaga keuangan amat sangat diperhatikan dengan menjadikan baitul tidak hanya sebagai instrumen kebijakan fiskal namun juga sebagai kebijakan moneter, sehingga seiring berkembanganya zaman dan pola pikir manusia maka perkembangan lembaga keuangan juga semakin pesat di era modern saat ini.

Sedangkan dalam konteks perkembangan lembaga keuangan syariah non bank, maka ini tidak terlepas dari peranan penting lembaga-lembaga penunjang diantaranya adalah (1) Baitul Maal wat Tamwil, yang bergerak sebagai lembaga keuangan mikro, focus sasarannya adalah mensejahterahkan fakir miskin dan dalam sistem opersisonalnya tetap berlandaskan pada prinsip syariah, (2) Asuransi Syariah, dimana prinsip dasar operasionalnya adalah takaful (saling menanggung)

(18)

dan ta’awun (tolong-menolong) antara sesama pesertanya. (3) Pegadaian Syariah, secara etimologisnya diartikan sebagai pinjaman yang memberikan barang sebagai jaminan utanganya, (4) Pasar uanga syariah, yaitu pasar yang memperdagangkan surat berharga yang sifatnya jangka pendek, dan yang reakhir adalah (5) Pasar modal syariah : tempat ditransaksikannya instrumen keuangan / modal dan tetap berlandaskan pada prinsip syariah, biasanya mayoritas terdiri dari saham syariah, sukuk, dan reksadana syariah).

REFERENSI

Amrin, Abdullah, Asuransi Syariah : Keberadaan & Kelebihannya di Tengah Asuransi Konvensional, Jakarta: PT. Alex Media Kamputindo, 2006. Ghofur Anshori, Abdul, Gadai Syariah Di Indonesia, Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press, 2011.

Harianhaluan,”Perusahaan Berdasarkan Syariah Maju Pesat” Dikutip Dari

Http://Www.Harianhaluan.Com, Diakses Tanggal 06 Juni 2015

Hariyani, Iswi dan Serfianto, Buku Pintar Hukum Bisnis Pasar Modal, Jakarta: VisiMedia, 2010.

Malahayati, Rahasia Bisnis Rasulullah, Yogyakarta: Great! Publisher, 2010. Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, .Yogyakarka: UPP AMP YKPN, 2003. Rifa’i, Veithzal. Veithzal, Permata, Andria, Bank and Financial Institution

Management, Jakarta ; PT Raja Grafindo Persada, 2007

Sriyana, Jaka, “Peran BMT Dalam Mengatasi Kemiskinan di Kabupaten Bantul “, Inferensi, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 8, No. 2, Desember 2014, h.33.

Suyatno, Thomas dkk, Kelembagaan Perbankan (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007 .

Syafaruddin, Materi Power Point Ekonomi Moneter Islam, Pada Hari Minggu Tanggal 07 Juni 2015 Jam 14.24 Wita. di Watampone.

Syakir Sula, Muhammad, Asuransi Syariah : Life And General : Konsep Dan Sistem Operasional, Jakarta: Gema Insani Press, 2004.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil percobaan dapat dlihat bahwa untuk percobaan pertama dan kedua yang merupakan percobaan periode panjang 18,6 tahun, menghasilkan nilai amplitudo

Berdasarkan azas-azas Hukum Perdata Internasional, bahwa perubahan hukum terhadap harta perkawinan tidak berlaku surut, maka dalam mengabulkan permohonan perjanjian

Selain itu, para perajin tenun akar wangi, sangat bergantung pada kapasitas produksi akar wangi yang didatangkan dari Kabupaten REPRO INTERNET Kain tenun berbahan

Dengan menambah spine phantom buatan sendiri yang merepresentasikan tulang belakang pasien maka intensitas sinar-X yang menembus obyek bisa ditangkap oleh detektor,

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan diketahui bahwa ada Perbedaan antara pelaksanaan sistem pengelolaan limbah medis padat di RSUD Raden Mattaher Jambi dengan

Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam menempuh pendidikan S-1 Jurusan Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus dan untuk memperkenalkan hasil

Keratitis pungtata superfisial yang disebut juga keratitis pungtata epithelial atau Keratitis pungtata superfisial yang disebut juga keratitis pungtata epithelial atau