• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERGAUL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI DAN PERGAUL"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KESEHATAN REPRODUKSI

DAN PERGAULAN BEBAS DENGAN MASALAH HIV/AIDS

Disusun oleh:

KELAS 3A

1. Retno Dasih 05201211013

2. Sri Wahyuni L.S 05201211024

3. Desti Ayu N.A 05201211029

4. Gendewa Goa Wijaya 05201211037

5. Roby Yanuar J 05201211047

PRODI S1 KEPERAWATAN

(2)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkah dan ridha-Nya sehingga Makalah “HIV/AIDS” ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Bahan Makalah ini terlahir sebagai wacana berpikir dalam menyikapi proses pembelajaran mahasiswa keperawatan.

Bahan Makalah ini merupakan Media untuk membantu mahasiswa untuk nantinya memahami “HIV/AIDS” yang kelak mereka bukan hanya terampil dalam memberikan Asuhan tetapi juga tanggap dalam mengamati fenomena/perkembangan klien Asuhannya.

Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan,penyusun menyadari sepenuhnya bahwa Makalah ini masih sedarhana dan jauh dari wujud kesempurnaan, maka dari itu penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu ,penyusun mengucapkan terima kasih. Semoga bahan Makalah kami ini dapat bermanfaat. Amin

Wabillahi Taufik Walhidayah.

Mojokerto, 04 Desember 2014

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN... 1

Latar Belakang... 1

Rumusan Masalah... 1

Tujuan... 2

BAB II PEMBAHASAN... 3

Definisi HIV/AIDS... 3

Epidemiologi HIV/AIDS di Mojokerto... 4

Etiologi HIV/AIDS... 5

Perjalanan Infeksi HIV/AIDS... 6

Penularan HIV/AIDS... 8

Orang yang berisiko terserang HIV/AIDS... 10

Tanda dan Gejala HIV/AIDS... 10

Pemeriksaan Diagnostik... 12

Penetalaksanaan Medis... 13

Pencegahan... 15

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

HIV merupakan Human Immunodeficiency Virus adalah virus penyebab AIDS. Virus ini menyerang dan menghancurkan sistem kekebalan tubuh, sehingga tubuh tidak mampu melindungi diri dari penyakit lain. Sedangkan AIDS adalah Acquired Immune Deficiency Syndrome merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh HIV. Perkembangan penyakit HIV-AIDS terus menunjukkan peningkatan, meskipun berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan terus dilakukan.

HIV AIDS merupakan penyakit yang termasuk dalam kategori “New Emerging Disease”. Perkembangan penyakit HIV/ AIDS sampai saat ini terus menunjukkan peningkatan yang signifikan. Sehingga HIV dan AIDS menjadi masalah darurat global. Hal ini antara lain disebabkan makin tingginya mobilitas penduduk antar wilayah, menyebarnya sentra pembangunan ekonomi, meningkatnya perilaku seksual yang tidak aman, serta meningkatnya penyalahgunaan NAPZA melalui jarum suntik tidak steril di sub-populasi pengguna napza suntik (penasun), sementara penularan melalui hubungan seksual berisiko tetap berlangsung. Perkembangan penyakit HIV/AIDS di wilayah Kota Mojokerto berjalan seiring dengan peningkatan mobilitas penduduk dan ditunjang dengan wilayah Kota Mojokerto sebagai kota ”Hinterland” atau penyangga ibukota Propinsi Jawa Timur, yaitu Kota Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi HIV/AIDS ?

2. Bagaimana epidemiologi HIV/AIDS di Mojokerto ? 3. Apa penyebab HIV/AIDS ?

4. Bagaimana perjalanan Infeksi HIV/AIDS ? 5. Bagaimana penularan HIV/AIDS ?

6. Orang yang berisiko terserang HIV/AIDS ? 7. Apa Tanda dan Gejala HIV/AIDS ?

(5)

10. Bagaimana pencegahan HIV/AIDS ?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui definisi HIV/AIDS

2. Mengetahui epidemiologi HIV/AIDS di Mojokerto 3. Mengetahui penyebab HIV/AIDS

4. Mengetahui perjalanan Infeksi HIV/AIDS 5. Mengetahui penularan HIV/AIDS

6. Mengetahui Orang yang berisiko terserang HIV/AIDS 7. Mengetahui Tanda dan Gejala HIV/AIDS

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi HIV/AIDS

Human Imunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis retrovirus yang termasuk dalam family lintavirus, retrovirus memiliki kemampuan menggunakan RNA nya dan DNA penjamu untuk membentuk virus DNA dan dikenali selama masa inkubasi yang panjang. Seperti retrovirus lainnya HIV menginfeksi dalam proses yang panjang (klinik laten), dan utamanya penyebab munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan sistem imun dan menghancurkannya. Hal ini terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan limfosit untuk mereplikasikan diri. Dalam proses itu, virus tersebut menghancurkan CD4+ dan limfosit (Nursalam 2007).

Human immunodeficiency virus (HIV) adalah penyebab acquired immunodeficiency syndrome (AIDS). Virus ini terdiri dari dua grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Kedua tipe HIV ini bisa menyebabkan AIDS, tetapi HIV-1 yang paling banyak ditemukan di seluruh dunia, dan HIV-2 banyak ditemukan di Afrika Barat. Virus HIV diklasifikasikan ke dalam golongan lentivirus atau retroviridae. Genom virus ini adalah RNA, yang mereplikasi dengan menggunakan enzim reverse transcriptase untuk menginfeksi sel mamalia (Finch, Moss, Jeffries dan Anderson, 2007 ).

AIDS (acquired immunodeficiency syndrome) gambaran berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi virus HIV (Brooks, 2009). Virus HIV ini akan menyerang sel-sel sistem imun manusia, yaitu sel T dan sel CD4 yang berperan dalam melawan infeksi dan penyakit dalam tubuh manusia. Virus HIV akan menginvasi sel-sel ini, dan menggunakan mereka untuk mereplikasi lalu menghancurkannya. Sehingga pada suatu tahap, tubuh manusia tidak dapat lagi mengatasi infeksi akibat berkurangnya sel CD4 dan rentan terhadap berbagai jenis penyakit lain. Seseorang didiagnosa mengalami AIDS apabila sistem pertahanan tubuh terlalu lemah untuk melawan infeksi, di mana infeksi HIV pada tahap lanjut (AVERT, 2011).

(7)

rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia akibat infeksi virus HIV. Sedangkan HIV (Human Immunodeficiency Virus) yaitu virus yang menurunkan kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentang terhadap sembarang infeksi ataupun mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat memperlambat laju perkembangan virus. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah air mani, cairan vagina, cairan preseininal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama keharnilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tersebut.

2.2 Epidemiologi HIV/AIDS di Mojokerto

Jumlah penderita HIV(+) di Kota Mojokerto dari tahun 2003 hingga tahun 2010 berturut-turut sebanyak 6 Orang (2003); 7 orang (2004); 15 orang (2005); 2 orang (2006); 43 orang (2007); 56 orang (2008); 55 orang (2009) dan sampai dengan tahun 2010 sebanyak 43 orang. Adapun jumlah kumulatif penderita sampai dengan tahun 2010 berjumlah 227 orang.

(8)

Sumber: Bidang Pencegahan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2010

Sedangkan Kasus penderita HIV-AIDS yang ada di Kabupaten Mojokerto tahun 2009 – 2013, dapat dilihat dari diagram dibawah ini :

Penderita HIV/AIDS di Kabupaten Mojokerto Tahun 2009 – 2013 Jumlah kasus HIV/AIDS tahun 2013 sudah dapat dilihat secara terpisah, yaitu kasus HIV sebanyak 88 jiwa dan AIDS sebanyak 39 jiwa. Dimana kasus HIV laki-laki sebanyak 45 jiwa dan perempuan sebanyak 43 jiwa. Kasus AIDS laki-laki-laki-laki sebanyak 24 jiwa dan perempuan sebanyak 15 jiwa. Jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 15 jiwa pada tahun 2013.

Terjadi peningkatan kasus dari tahun 2012 ke tahun 2013, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kasus HIV-AIDS, selain itu pesatnya jumlah kasus juga didasarkan dengan adanya mobil layanan keliling untuk tes darah secara sukarela, sehingga penemuan penderita HIV cepat terdeteksi. Untuk penanganan kasus HIV/AIDS bekerjasama dengan klinik VCT RSUD Prof. Dr. Soekandar Mojosari dan UPIPI RS Dr. Soetomo Surabaya.

Hasil skrining yang dilakukan di unit transfusi darah PMI Kabupaten Mojokerto selama tahun 2013 menunjukkan jumlah pendonor sebesar 15.878 diantaranya 9.853 laki-laki dan 6.025 perempuan, dan sampel darah yang diperiksa 100%.

Kasus kematian pada pasien HIV terus meningkat, namun diharapkan dengan pemberian anti retrovirus, kematian pasien HIV dapat ditekan dan diharapkan usia hidup serta kualitas hidup akan meningkat.

(9)

AIDS disebabkan oleh virus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV ) yang berupa agen viral yang dikenal dengan retrovirus yang ditularkan oleh darah dan punya afinitas yang kuat terhadap limfosit T.

Diketahui terdapat dua jenis virus HIV-1 dan HIV-2. Sering ditemukan di Amerika Serikat. Sedankan HIV-2 ditemukan terutama di Afrika Barat. HIV-1 pertama kali di identifikasi pada awal 1980-an. Virus ini adalah suatu retrovirus yang berarti bahwa ia terdiri dari untai tunggal RNA virus yang masuk dalam anti sel pejamu dan ditranskripsikan ke dalam DNA pejamu. Transipsi virus kedalam DNA pejamu mulai langsung berkerja suatu enzim spesifik yang disebut reserve transciptase yang dibawa oleh virus kedalam sel setelah menjadi bagian dari DNA pejamu, virus beraplikasi dan bermutasi selama beberapa lahun dan, secara perlahan tetapi tetap menghasilkan sistem imun.

2.4 Perjalanan Infeksi HIV

Seseorang yang terjangkit HIV dapat tetap tidak memperlihatkan gejala (asimtomatik) selama bertahun-tahun. Selama ini jumlah sel T4 dapat berkurang dari sekitar 1000 sel per ml darah sebelum infeksi menjadi sekitar 200 sampai 300 per darah 2-10 tahun setelah infeksi. Sewaktu sel T4 mencapai kadar gejala infeksi misalnya infeksi jamur oportunistik atau timbulnya herpes zoster (cacar ular), muncul jumlah T4 kemudian menurun karena timbulnya penyakit baru akan nrenyebabkan virus berproliferasi. Akhirnya terjadi infeksi yang parah. Seseorang didiognosis mengidap AIDS apabila dihitung sel T4 jatuh dibawah 200 sel per ml, atau apabila terjadi infeksi oportunistik, kanker atau demensis AIDS.

Inefksi virus 2-3 minggu sindrom retroviral akut 2-3 minggu gejala menghilang + seroconversi infeksi kronis HIV – asintomatik rata-rata 8 tahun (dinegara berkembang lebih pendek) Infeksi HIV / AIDS sintomatik rata-rata 1,3 tahun

kematian.

(10)

Kejadian awal yang timbul setelah infeksi HIV disebut sindrom retroviral atau acute retroviral syndrome. Syndrome retroviral akut diikuti oleh penurunan CD4

(dalam gambar tampak seabagao garis yang ditandai dengan kotak hitam) dan peningkatan kadar RNA-HIV dalam plasma (viral load = dalam gambar tampak sebagai garis yang ditandai dengan segitiga hitam). Hitung CD4 secara perlahan akan

menurun dalam waktu beberapa tahun dengan laju penurunan CD4 yang lebih cepat

pada 1,5 – 2,5 tahun sebelum pasien jatuh dalam keadaan AIDS. Viral load akan meningkat dengan cepat pada awal infeksi dan kemudian turun sampai suatu titik tertentu. Dengan berlajutnya infeksi, viral load secara perlahan meningkat. Pada fase akhir penyakit akan ditemukan hitung sel CD4 < 200 / mm3 , diikuti timbulnya infeksi

opportunistic, munculnya kanker tertentu, berat badan menurun secara drastic dan munculnya komplikasi neurologist.Pada pasien tanpa pengobatan ARF rata-rata kemampuan bertahan setelah CD4 turun < 200 /mm3 adalah 3,7 tahun

Secara klinis gambaran yang terliaht terbagi dalam 4 tahap urutan, dan ini sejalan dengan perubahan fungsi imunitas dan aktivitas virus di dalam tubuh orang yang terinfeksi. Keempat urutan tahap yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Tahap infeksi primer (primeri infection)

(11)

tenggorokan, sakit kepala, fotofobia, rasa lemas dan lesu, pembesaran kelenjar limfe, dan bercak makulopapular pada kulit. Berlangsung sekitar 1-2 minggu, dan terlihat pada sekitar 70% pengidap. Anti bodi tes negative, periode ini disebut dengan periode window periode.

2. Tahap infeksi dini (early infection)

Tahap ini merupakan masa laten dari virus dan lamanya berlangsung beberapa tahun sampai 5/10 tahun. Pada tahap ini pengidap pada umumnya tanpa gejala, kecuali bebrapa dengan pembesaran kelenjar limfe secara umum. Pada tahap ini julah sel limfosit –T relative masih stabil dan antigen-HIV tidak dapat dikesan dalam serum darah pengidap. Keadaan ini menggambarkan bahwa derajat aktivitas virus HIV rendah. Pada periode ini ada yang menyebut dengan tahap seroconvertion.

3. Tahap simtomatik

Tahap ini ditandai dengan munculnya kembali antigen-HIV dan turunya limfosit-T. Dengan turunya jumlah sel limfosit T4, maka derajat kompetensi imunitas tubuh menjadi turun dan pengidap menjadi sangat rentan terhadap berbagai serangan infeksi yang ringan sekalipun. Infeksi yang terjadi biasanya multiple dan rekulen (berulang-ulang) serta resisten (rentan) terhadap obat yang biasa digunakan.

Gangguan muko-kutan (selaput lendir kulit) seperti kandidiasis di mulut, folikulitis, dan dermatitis seboroik.

4. Tahap AIDS

Tahap ini ditandai dengan timbulnya infeksi oportunistik dan neoplasma, dan penderita dalam sakit berat dengan angka kematianya yang tinggi. Tahap inilah yang disebut sakit AIDS, yang berdasarkan pemeriksaan imunologis/laboratories terlihat jelas turunya jumlah sel limfosit T4 yang bermakna.

2.5 Penularan HIV

(12)

air Iiur, dan keringat mungkin mengandung virus tetapi jumlahnya diperkirakan terlalu rendah untuk menimbulkan infeksi.

Beberapa kegiatan yang dapat menularkan HIV yaitu :

1. Hubungan seksual yang tidak aman (tidak menggunakan kondom ) dengan orang yang telah terinfeksi HIV

2. Penggunaan jarum suntik, tindik, tato yang dapat menimbulkan luka dan tidak disterilkan, dipergunakan secara bersama-sama dan sebelumnya telah digunakan oleh orang yang terinfeksi HIV

3. Melalui transfusi darah yang terinfeksi HIV

4. Ibu hamil yang terinfeksi HIV pada anak yang dikandungnya pada saat : a. Antenatal yaitu saat bayi masih berada dalam rahim, melalui plasenta b. Intranatal yaitu saat prosses persalinan, bayi terpapar darah ibu atau

cairan vagina.

c. Post-natal yaitu setelah proses persalinan melalui air susu ibu

Kenyataanya 25-35% dari semua bayi yang dilahirkan oleh ibu yang sudah terinfeksi dinegara berkembang tertular HIV, dan 90% bayi dan anak yang tertular HIV tertular dari ibunya.

Menurut WHO (1996), terdapat beberapa cara dimana HIV tidak dapat ditularkan antara lain:

5. Kontak fisik

Orang yang berada dalam satu rumah dengan penderita HIV/AIDS (ODHA yaitu pengidap HIV atau AIDS. OHIDA (Orang hidup dengan HIV atau AIDS) yakni keluarga (anak, istri, suami, ayah, ibu) atau teman-teman pengidap HIV atau AIDS), bernapas dengan udara yang sama, bekerja maupun berada dalam suatu ruangan dengan pasien tidak akan tertular. Bersalaman, berpelukan maupun mencium pipi, tangan dan kening penderita HIV/AIDS tidak akan menyebabkan seseorang tertular.

Dari keringat, ludah, air mata, pakaian, telepon, kursi toilet atau melalui hal-hal sehari-hari seperti berbagi makanan, tidak akan menyebabkan seseorang tertular.

(13)

Menggunakan tempat duduk toilet, handuk, peralatan makan maupun peralatan kerja penderita HIV/AIDS tidak akan menular.

7. Digigit nyamuk maupun serangga dan binatang lainnya.

8. Mendonorkan darah bagi orang yang sehat tidak dapat tertular HIV.

Lebih dari 80% infeksi HlV diderita oleh kelompok usia produktif terutama laki-laki, tetapi, proporsi penderita HIV perempuan cenderung meningkat. Infeksi pada bayi dan anak, 90 % terjadi dari ibu pengidap HIV. Hingga beberapa tahun, seorang pengidap HIV tidak menunjukkan gejala-gejala HIV, namun demikian orang tersebut dapat menularkan kepada orang lain. Setelah itu berkembang dan menunjukkan tanda-tanda atau gejala-gejala.

Masa inkubasi/masa laten sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang, rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-gejala, walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan sel T4 semakin menururn. Semakin rendah jumlah sel T4, semakin rusak sistem kekebalan tubuh.

Pada waktu sistem kekebalan tubuh sudah dalam keadaan parah, seseorang yang mengidap HIV/AIDS akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.

2.6 Orang Yang Beresiko Terjangkit HIV

HIV dan AIDS dapat menyerang siapa saja. Namun pada kelompok rawan mempunyai risiko besar tertular HIV penyebab AIDS, yaitu :

1. Orang yang berperilaku seksual dengan berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan kondom

2. Pengguna narkoba suntik yang menggunakan jarum suntik secara bersama-sama

3. Pasangan seksual pengguna narkoba suntik 4. Bayi yang ibunya positif HIV

(14)

HIV dapat dicegah dengan memutus rantai penularan, yaitu ; menggunakan kondom pada setiap hubungan seks berisiko, tidak menggunakan jarum suntik secara bersam-sama, dan sedapat mungkin tidak mernberi ASI pada anak bila ibu positif HIV. Sampai saat ini belum ada obat yang dapat mengobati AIDS, tetapi yang ada adalah obat untuk menekan perkembangan virus HIV sehingga kualitas hidup ODHA tersebut meningkat. Obat ini harus diminum sepanjang hidup.

2.7 Tanda dan Gejala HIV/AIDS

Menurut Komunitas AIDS Indonesia (2010), gejala klinis terdiri dari 2 gejala yaitu gejala mayor (umum terjadi) dan gejala minor (tidak umum terjadi):

1. Gejala mayor:

a. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan b. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan c. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan d. Penurunan kesadaran dan gangguan neurologis e. Demensia/ HIV ensefalopati

2. Gejala minor:

a. Batuk menetap lebih dari 1 bulan b. Dermatitis generalisata

c. Adanya herpes zoster multisegmental dan herpes zoster berulang d. Kandidias orofaringeal

e. Herpes simpleks kronis progresif f. Limfadenopati generalisata

g. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita h. Retinitis virus Sitomegalo

Menurut Mayo Foundation for Medical Education and Research (MFMER) (2008), gejala klinis dari HIV/AIDS dibagi atas beberapa fase.

1) Fase awal

(15)

bening. Walaupun tidak mempunyai gejala infeksi, penderita HIV/AIDS dapat menularkan virus kepada orang lain.

2) Fase lanjut

Penderita akan tetap bebas dari gejala infeksi selama 8 atau 9 tahun atau lebih. Tetapi seiring dengan perkembangan virus dan penghancuran sel imun tubuh, penderita HIV/AIDS akan mulai memperlihatkan gejala yang kronis seperti pembesaran kelenjar getah bening (sering merupakan gejala yang khas), diare, berat badan menurun, demam, batuk dan pernafasan pendek.

3) Fase akhir

Selama fase akhir dari HIV, yang terjadi sekitar 10 tahun atau lebih setelah terinfeksi, gejala yang lebih berat mulai timbul dan infeksi tersebut akan berakhir pada penyakit yang disebut AIDS dan bisa terjadi gejala minor. Berikut gejala – gejala yang timbul pada fase AIDS :

1. Terjadi infeksi saluran nafas, oleh organisme oportunistik pneumoctis carinii. Dapat timbul tubercolosa yang resisten bermacam-macam obat karena pasien AIDS tidak mampu melakukan respon imun yang efektif untuk melawan bakteri, walupun dibantu melakukan anti biotik.

2. Gejala susunan saraf pusat adalah defekmototri kejang perubahan kepribadian dan demensia pasien akan menjadi buta dan akhirnya menjadi buta. Banyak dari gejala tersebut karena, infeksi bakteri dan firus opertunistik pada SSP yang menyebabkan peradangan otak, HIV juga dapat secara langsung merusak sel-sel otak.

3. Diare dan berkurangnya lemak tubuh sering terjadi pada apasien AIDS. Diare terjadi akibat infeksi virus dan protozoa. Infeksi jamur dan hipotagus menyebabkan nyeri hebat sewaktu menelan dan mengunyah dan ikut berperan menyebabkan berkurangnya lemak dan gangguan pertumbuhan.

(16)

2.8 Pemeriksaan Diagnostik

Jika seseorang terinfeksi, semakin cepat dia tahu lebih baik. Pasien dapat tetap sehat lebih lama dengan pengobatan awal dan dapat melindungi orang lain dengan mencegah transmisi. Tes-tes ini mendeteksi keberadaan virus dan protein yang menghasilkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan virus. Protein ini yang dikenal sebagai antibodi, biasanya tidak terdeteksi sampai sekitar 3-6 minggu setelah infeksi awal. Maka jika melakukan tes 3 hingga 6 minggu selepas paparan akan memberi hasil tes yang negatif (Swierzewski, 2010).

Menurut University of California San Francisco (2011), ELISA ( enzyme-linked immunosorbent assay) adalah salah satu tes yang paling umum dilakukan untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi HIV. ELISA sensitif pada infeksi HIV kronis, tetapi karena antibodi tidak diproduksi segera setelah infeksi, maka hasil tes mungkin negatif selama beberapa minggu setelah infeksi. Walaupun hasil tes negatif pada waktu jendela, seseorang itu mempunyai risiko yang tinggi dalam menularkan infeksi. Jika hasil tes positif, akan dilakukan tes Western blot sebagai konfirmasi. Tes

Western blot adalah diagnosa definitif dalam mendiagnosa HIV. Di mana protein virus ditampilkan oleh acrylamide gel electrophoresis, dipindahkan ke kertas nitroselulosa, dan ia bereaksi dengan serum pasien. Jika terdapat antibodi, maka ia akan berikatan dengan protein virus terutama dengan protein gp41 dan p24. Kemudian ditambahkan antibodi yang berlabel secara enzimatis terhadap IgG manusia. Reaksi warna mengungkapkan adanya antibodi HIV dalam serum pasien yang telah terinfeksi (Shaw dan Mahoney, 2003) Tes OraQuick adalah tes lain yang menggunakan sampel darah untuk mendiagnosis infeksi HIV. Hasil tes ini dapat diperoleh dalam masa 20 menit. Hasil tes positif harus dikonfirmasi dengan tes

Western blot (MacCann, 2008).

(17)

negatif; dalam beberapa minggu pertama setelah infeksi, sebelum antibodi dapat dideteksi; jika hasil Western blot tidak tentu dan pada bayi baru lahir dimana antibodi ibunya merumitkan tes lain (Swierzewski, 2010).

2.9 Penatalaksanaan Medis

Obat–obatan Antiretroviral (ARV) bukanlah suatu pengobatan untuk HIV/AIDS tetapi cukup memperpanjang hidup dari mereka yang mengidap HIV. Pada tempat yang kurang baik pengaturannya permulaan dari pengobatan ARV biasanya secara medis direkomendasikan ketika jumlah sel CD4 dari orangyang mengidap HIV/AIDS adalah 200 atau lebih rendah. Untuk lebih efektif, maka suatu kombinasi dari tiga atau lebih ARV dikonsumsi, secara umum ini adalah mengenai terapi Antiretroviral yang sangat aktif (HAART). Kombinasi dari ARV berikut ini dapat mengunakan :

1. Nucleoside Analogue Reverse Transcriptase Inhibitors (NRTI'), mentargetkan pencegahan protein reverse transcriptase HIV dalam mencegah perpindahan dari viral RNA menjadi viral DNA (contohnya AZT, ddl, ddC & 3TC). 2. Non–nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitors (NNRTI's) memperlambat

reproduksi dari HIV dengan bercampur dengan reverse transcriptase, suatu enzim viral yang penting. Enzim tersebut sangat esensial untuk HIV dalam memasukan materi turunan kedalam sel–sel. Obat–obatan NNRTI termasuk: Nevirapine, delavirdine (Rescripta), efavirenza (Sustiva).

3. Protease Inhibitors (PI) mengtargetkan protein protease HIV dan menahannya sehingga suatu virus baru tidak dapat berkumpul pada sel tuan rumah dan dilepaskan.

(18)

menurunkan angka penularan mendekati 67%. Suatu rangkaian pendek

dimulai pada kehamilan terlambat sekitar 36 minggu menjadi 50% penurunan. Suatu rangkaian pendek dimulai pada masa persalinan sekitas 38%. Beberapa studi telah menyelidiki pengunaan dari Ziduvidine (AZT) dalam kombinasi dengan Lamivudine (3TC)

2. Nevirapine: diberikan dalam dosis tunggal kepada ibu dalam masa persalinan dan satu dosis tunggal kepada bayi pada sekitar 2–3 hari. Diperkirakan bahwa dosis tersebut dapat menurunkan penularan HIV sekitar 47%. Nevirapine hanya digunakan pada ibu dengan membawa satu tablet kerumah ketika masa persalinan tiba, sementara bayi tersebut harus diberikan satu dosis dalam 3 hari.

Post–exposure prophylaxis (PEP) adalah sebuah program dari beberapa obat antiviral, yang dikonsumsi beberapa kali setiap harinya, paling kurang 30 hari, untuk mencegah seseorang menjadi terinfeksi dengan HIV sesudah terinfeksi, baik melalui serangan seksual maupun terinfeksi occupational. Dihubungankan dengan permulaan pengunaan dari PEP, maka suatu pengujian HIV harus dijalani untuk menetapkan status orang yang bersangkutan. Informasi dan bimbingan perlu diberikan untuk memungkinkan orang tersebut mengerti obat–obatan, keperluan untuk mentaati, kebutuhan untuk mempraktekan hubungan seks yang aman dan memperbaharui pengujian HIV. Antiretrovirals direkomendasikan untuk PEP termasuk AZT dan 3TC yang digunakan dalam kombinasi. CDC telah memperingatkan mengenai pengunaan dari Nevirapine sebagai bagian dari PEP yang berhutang pada bahaya akan kerusakan pada hati. Sesudah terkena infeksi yang potensial ke HIV, pengobatan PEP perlu dimulai sekurangnya selama 72 jam, sekalipun terdapat bukti untuk mengusulkan bahwa lebih awal seseorang memulai pengobatan, maka keuntungannya pun akan menjadi lebih besar. PEP tidak merekomendasikan proses terinfeksi secara biasa ke HIV/AIDS sebagaimana hal ini tidak efektif 100%; hal tersebut dapat memberikan efek samping yang hebat dan mendorong perilaku seksual yang tidak aman.

(19)

HIV cepat bermutasi, tidak diekspresi pada semua sel yang terinfeksi dan tidak tersingkirkan secara sempurna oleh respon imun inang setelah infeksi primer (Brooks, 2005).

Pengendalian Infeksi Opurtunistik yang bertujuan menghilangkan, mengendalikan, dan pemulihan infeksi opurtunistik, nasokomial, atau sepsis.

Tindakan pengendalian infeksi yang aman untuk mencegah kontaminasi bakteri dan komplikasi penyebab sepsis.

2.10 Pencegahan

Menurut The National Women’s Health Information Center (2009), tiga cara untuk pencegahan HIV/AIDS secara seksual adalah abstinence (A), artinya tidak melakukan hubungan seks, be faithful (B), artinya dalam hubungan seksual setia pada satu pasang yang juga setia padanya, penggunaan kondom (C) pada setiap melakukan hubungan seks. Ketiga cara tersebut sering disingkat dengan ABC.

Terdapat cara-cara yang efektif untuk motivasikan masyarakat dalam mengamalkan hubungan seks aman termasuk pemasaran sosial, pendidikan dan konseling kelompok kecil. Pendidikan seks untuk remaja dapat mengajarkan mereka tentang hubungan seksual yang aman, dan seks aman. Pemakaian kondom yang konsisten dan betul dapat mencegah transmisi HIV (UNAIDS, 2000).

Bagi pengguna narkoba harus mengambil langkah-langkah tertentu untuk mengurangi risiko tertular HIV, yaitu beralih dari NAPZA yang harus disuntikkan ke yang dapat diminum secara oral, jangan gunakan atau secara bergantian menggunakan semprit, air atau alat untuk menyiapkan NAPZA, selalu gunakan jarum suntik atau semprit baru yang sekali pakai atau jarum yang secara tepat disterilkan sebelum digunakan kembali, ketika mempersiapkan NAPZA, gunakan air yang steril atau air bersih dan gunakan kapas pembersih beralkohol untuk bersihkan tempat suntik sebelum disuntik (Watters dan Guydish, 1994).

(20)

kepada ibu dan anak untuk mengurangkan risiko transmisi HIV yang bisa berlaku ketika proses partus. Selain itu, seorang ibu dengan HIV akan direkomendasikan untuk memberi susu formula karena virus ini dapat ditransmisi melalui ASI ( The Nemours Foundation, 1995).

Para pekerja kesehatan hendaknya mengikuti Kewaspadaan Universal (Universal Precaution) yang meliputi, cara penanganan dan pembuangan barang-barang tajam , mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Davey, Patrick.2006.At Glance Medicine.Jakarta:ERLANGGA

Mansjoer, Arif dkk, 2000: Kapita Selekta Kedokteran edisiketiga jilid 1, Jakarta: Media Aesculapius

Suddarth, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

http://id.wikipedia.org/wiki/AIDS http://dinkes.mojokertokab.go.id

http://mojokertokota.go.id/picture/data dinkes 2010 HIV.pdf

http://netsains.com/2008/02/lebih-jauh-dengan-hivaids-danpenanggulangannya/

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dalam novel Surga Yang Tak Dirindukan karya Asma Nadia, didalamnya terkandung pesan moral yang

DAPATKAN 1UKU TUTORIAL AAMAI TER1ARU DI. DAPATKAN 1UKU TUTORIAL AAMAI

Mustasaaren kunnostusojitushanketta koskeva lausunto (1996) herättää kysymyk- sen siitä, miten haittojen lieventämistoimet voidaan ottaa huomioon soveltamishar- kinnassa.

Pertama-tama, orang harus mengeluarkan uang yang banyak, termasuk pajak yang tinggi, untuk membeli mobil, memiliki surat ijin, membayar bensin, oli dan biaya perawatan pun

Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi. Komunikasi yang baik antara pimpinan, karyawan, bahkan dengan pelanggan.akan mengurangi hambatan dan

Istilah rasional dalam pengobatan adalah jika pengobatan dilakukan secara tepat (medically appropriate) yang tepat diagnosis, tepat indikasi, tepat jenis obat, tepat

dari energi radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh pemancar televisi pada suatu frekuensi tertentu.. Dalam hal ini, field strength gelombang

MASUK DALAM (MAJU TAPAK KIRI), SEPUKAL KIRI ULU HATI, PUTAR BADAN ARAH PUTAR AN JAM, BALAS TEMBI SIKU KANAN MUKA LAWAN, TARIK TANGAN KANAN DAN TOLAK BELIKAT LAWAN KE HADAPAN