• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN POTENSI PARIWISATA PERKOTAAN DI (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN POTENSI PARIWISATA PERKOTAAN DI (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN POTENSI PARIWISATA PERKOTAAN DI KOTA MALANG

BERDASARKAN STAKEHOLDER

Herlinda Pramesvari Mirajanatin, Fauzul Rizal Sutikno, Nindya Sari Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jalan MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia Telp 0341-567886 e-mail: Alamat Email Penulis 1

ABSTRAK

Peran stakeholder terhadap perkembangan pariwisata di Kota Malang tidak hanya berperan mengambil keputusan untuk kebijakan pengembangan pariwisata, namun juga berperan mengelola daya tarik wisata di Kota Malang. Beberapa permasalahan Kota Malang terkait dengan pengelolaan pariwisata saat ini adalah jumlah wisatawan yang tidak stabil dan potensi wisata yang ada telah terbengkalai. Namun, dengan kondisi tersebut, Kota Malang masih memiliki potensi wisata perkotaan yang memerlukan peran stakeholder di dalam pengelolaannya. Penelitian ini dilakukan mengidentifikasi strategi potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang berdasarkan stakeholder. Metode analisis yang digunakan di dalam penelitian adalah overlay lokasi potensi pariwisata, menentukan kriteria evaluasi menggunakan Analisis Hirarki Proses, mencari berbagai alternatif menggunakan SWOT dan IFAS-EFAS, mengevaluasi alternatif menggunakan kriteria rekomendasi kebijakan dan memilih alternatif menggunakan Goeller Scorecard. Berdasarkan hasil analisis, strategi potensi pariwisata perkotaan Kota Malang berdasarkan stakeholder, yaitu (a) mensosialisasikan kebijakan setiap daya tarik wisata pariwisata; (b) pembagian kerja yang jelas antara tugas pemerintah dan swasta; (c) menghubungkan daya tarik wisata melalui pengadaan kegiatan; (d) mengembangkan atraksi wisata dengan paket perjalanan wisata, festival, pameran; (e) memperbaiki dan merawat fasilitas wisata pada setiap daya tarik wisata; (f) mengalokasikan moda angkutan umum untuk angkutan wisata; (g) meningkatkan jumlah wisatawan melalui peningkatan kualitas pariwisata perkotaan; (h) mengadakan kegiatan promosi melalui berbagai media.

Kata Kunci : Pariwisata, Stakeholder.

ABSTRACT

The Role of stakeholders toward the development of tourism in Malang is not only to take decision for the tourism policy but also to manage the attraction of tourism in Malang. The problems being encountered are the number of tourists which is unstable, and also some existing tourism potencies which are managed inattentively. But then, Malang still has an urban tourism which needs role of stakeholders to manage the tourism. Therefore, it is conducted a study which aims to identify the strategy of urban tourism in Malang based on stakeholders. Analysis method of the study consists of overlaying the tourism sites, determining the evaluation criteria using Analytical Hierarchy Process; finding out several alternatives using SWOT and IFAS-EFAS, evaluating the alternatives using policy criteria recommendation, and deciding the alternatives using Goeller Scorecard. Based on the result of the study, the tourism strategies of Malang based on stakeholders can be formulated become: (a) to socialize the policy of every tourism attraction; (b) to determine the job division clearly between government and private enterprise; (c) to intertwine tourism attraction through holding events; (d) to develop the attraction with travel package tours, festivals, and fairs; (e) to improve and to keep facilities on every tourism places; (f) to allocate public transportation for the tour transportation (g) to increase the number of tourists by improving the quality of urban tourism; (h) to hold promotions using various media.

Keywords: Tourism, Stakeholders.

PENDAHULUAN

Pariwisata mampu memberikan kemajuan bagi suatu daerah jika daerah tersebut mampu mengelola potensi pariwisata yang dimiliki. Pariwisata telah menjadi industri paling dinamis dan tercepat pertumbuhannya dikarenakan oleh keikutsertaan penduduk di seluruh dunia dalam kegiatan berwisata (Wahab, 2003). Pembangunan ekonomi untuk membangun kemajuan daerah

melalui kepariwisataan, bergantung pada kebijakan-kebijakan yang mengatur mengenai kepariwisataan tersebut.

Stakeholder merupakan individu-individu atau kelompok-kelompok yang ahli dalam bidangnya dan mempunyai peran di dalam suatu kebijakan yang menaungi bidangnya tersebut.

(2)

untuk menghasilkan kebijakan yang tepat, efektif dan efisien. Dalam bidang pariwisata,

stakeholder memiliki peran yang signifikan.

Stakeholder tidak hanya berperan dalam mengambil keputusan bersama untuk kebijakan pengembangan pariwisata, namun juga berperan dalam mengelola daya tarik wisata yang tersebar di Kota Malang. Dalam hal ini, stakeholder

pariwisata di Kota Malang juga berperan dalam usahanya melalui berbagai strategi guna mewujudkan Tri Bina Cita Kota (Pendidikan-Pariwisata dan Industri). Secara garis besar, kebijakan pariwisata akan lebih efektif jika dibuat oleh seluruh stakeholder yang ada di Kota Malang, khususnya stakeholder yang berperan penting dalam kepariwisataan Kota Malang.

Stakeholder dapat merumuskan kebijakan pariwisata Kota Malang yang lebih efektif dalam mengatasi kelemahan, ancaman dan mengembangkan kekuatan serta peluang yang dapat mencapai sebuah kebijakan pariwisata yang efektif dan efisien.

Kota Malang meski tidak memiliki potensi pariwisata alam, namun masih memiliki fungsi wilayah yang berpotensi untuk memberikan peluang dalam menarik wisatawan, potensi tersebut berupa kegiatan wisata belanja dan wisata warisan arsitektur. Wisata belanja dan wisata warisan arsitektur merupakan potensi wisata perkotaan yang menjadi daya tarik Kota Malang bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Hal tersebut juga didukung oleh kebijakan yang tertuang dalam RTRW Kota Malang yang menyatakan bahwa Kota Malang potensial sebagai tempat berkembangnya bisnis pariwisata, terutama wisata kota. Kelemahan dan ancaman pariwisata perkotaan yang dimiliki oleh Kota Malang dapat diatasi melalui kerjasama dan sinkronisasi pendapat stakeholder untuk menyusun sebuah strategi bagi peningkatan potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang, sehingga mampu menghasilkan kebijakan pariwisata yang mampu memajukan kekuatan dan peluang potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang.

METODE PENELITIAN

Tujuan penelitian ini yaitu mengkaji potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang berdasarkan Stakeholder. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain:

Analisis Deskriptif Karakteristik Pariwisata Kota Malang

Karakteristik pariwisata Kota Malang berdasarkan faktor supply dan demand

pariwisata. Faktor supply yang meliputi segala

sesuatu yang berada dan ditawarkan sebagai suatu produk wisata dan fasilitasnya, misalnya

attraction, services, transportation, promotion. Sedangkan faktor demand yang meliputi besarnya permintaan terhadap suatu obyek wisata oleh wisatawan, dalam hal ini demand yang dibahas adalah perubahan jumlah wisatawan di Kota Malang.

Analisis Deskriptif Overlay Persebaran Lokasi Potensi Pariwisata Kota Malang

Analisa ini merupakan tahap pertama pada

a basic policy analysis yaitu menguji, merumus-kan dan mendetailmerumus-kan masalah. Analisa yang dilakukan yaitu penjabaran latar belakang, identifikasi masalah dan rumusan masalah. Selanjutnya, metode analisa yang dilakukan yaitu dengan mendeskripsikan overlay lokasi potensi pariwisata menurut masyarakat (yang telah dikaji oleh Wurianto, 2006) dengan berdasarkan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah Kota Malang. Hasil pada step pertama adalah berupa peta persebaran overlay lokasi wisata dan tabulasi data.

Analisa Evaluatif Penentuan Kriteria Evaluasi

Step kedua a basic policy analysis yaitu menentukan kriteria evaluasi, kriteria evaluasi dicari dengan melakukan metode analisa AHP. Dalam metode ini dilakukan wawancara pada

Stakeholder yang berkaitan sehingga mendapat-kan variabel yang digunamendapat-kan untuk strategi pariwisata sesuai dengan prioritas.

Analisa Preskriptif Penentuan Alternatif Strategi Pariwisata Perkotaan di Kota Malang

Pada step ketiga ini, berdasarkan variabel yang didapatkan dari metode AHP, kemudian di identifikasi strength, weakness, oppourtunity, threat yang kemudian dilakukan analisa IFAS- EFAS untuk mendapatkan strategi dengan membuat strategi pada masing-masing strategi. Pembobotan pada tahap analisa IFAS- EFAS dilakukan berdasarkan bobot Priority Vector

pada hasil analisa AHP kemudian dikonversikan sehingga menghasilkan bobot yang sesuai untuk IFAS yaitu 0,5 pada strength dan 0,5 pada

weakness serta pada EFAS yaitu 0,5 pada

opportunity dan 0,5 pada threat.

Analisa Evaluasi Setiap Alternatif

(3)

kebijakan terdiri dari efektivitas (effectiveness), efisiensi (efficiency), kecukupan (adequacy), perataan/kesamaan (equity), responsivitas (responsiveness) dan kelayakan/ketepatan (appropriateness), dimana keenam kriteria tersebut memiliki hubungan dengan biaya. Selain ke enam kriteria rekomendasi kebijakan juga menggunakan kriteria penilaian ketersediaan kebijakan yang mendukung.

Analisa Preskriptif Memaparkan dan memilih alternatif

Analisa tahap kelima pada a basic policy

analysis yaitu memaparkan dan memilih diantara berbagai alternatif. Pada step kelima ini dengan menggunakan metode Goeller Scorecard akan mendapatkan hasil pemilihan alternatif terbaik dilihat berdasarkan tingkat keberhasilan yang didapatkan dari analisa tahap ke empat dan dinilai melalui pengambilan kata kunci dari metode Goeller Scorecard.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Deskriptif Karakteristik Pariwisata Kota Malang

Gambar 1. Lokasi wisata belanja di kota Malang

Karakteristik Attraction, Kota Malang memiliki 78 daya tarik wisata yang terbagi dalam berbagai jenis wisata. Mayoritas merupakan wisata belanja yaitu sebanyak 22 lokasi (28%) dan wisata warisan arsitektur yaitu sebanyak 13

lokasi (17%). Sedangkan sebesar 55% terdiri dari berbagai macam lokasi wisata, yaitu wisata monumen, musium, taman rekreasi, candi, spiritual, makam, olahraga, boulevard, dan kawasan.

Karakteristik service, sarana pokok berupa hotel yang terdapat di Kota Malang sebanyak 70 hotel berbintang dan tidak berbintang, yaitu sebanyak satu hotel berbintang satu, dua hotel berbintang empat, satu hotel berbintang lima dan empat hotel berbintang tiga. Sedangkan 61 hotel lainnya merupakan hotel tidak berbintang, yaitu 49 golongan Melati, dua golongan Losmen dan 10 golongan Wisma. Sedangkan untuk sarana pokok berupa rumah makan, restoran dan cafe di Kota Malang terdiri dari 309 lokasi berupa depot, rumah makan, kedai, warung, dan pujasera. Sarana pokok lainnya yaitu berupa biro dan agen perjalanan wisata yang berjumlah 113 biro dan agen yang terdapat di Kota Malang. Sebagian besar sarana pariwisata tersebut berada di pusat kota, Kecamatan Klojen.

Gambar 2. Lokasi persebaran hotel berbintang

(4)

yang mengakomodir terminal dan rute angkutan umum di Kota Malang.

Karakteristik promotion, berupa promosi secara langsung dan tidak langsung. Promosi secara langsung terdiri dari peragaan (display), barang cetakan (leaflet, booklet/brosur), dan pameran khusus. Sedangkan promosi secara tidak langsung dapat berupa review, majalah, kun-jungan, dan temu karya (workshop).

Karakteristik wisatawan berupa deskripsi terhadap jumlah wisatawan, wisatawan nusantara (wisnu) dan wisatawan mancanegara (wisman). Grafik perkembangan jumlah kunjungan wisatawan ke Kota Malang sejak tahun 2001-2008 mengalami ketidakstabilan yaitu wisatawan nusantara pada tahun 2001-2004 turun sebesar 22.258 jiwa, yaitu dari 191.424 jiwa menjadi 169.166 jiwa. Sedangkan wisatawan manca-negara turun sebesar 333 jiwa, yaitu dari 702 jiwa menjadi 369 jiwa. Pada tahun 2008 wisatawan nusantara naik menjadi 340.108 jiwa dan wisatawan mancanegara menjadi 634 jiwa.

Gambar 3. Prosentase perubahan jumlah wisatawan

Analisis Deskriptif Overlay Persebaran Lokasi Potensi Pariwisata Kota Malang

Persebaran lokasi potensi pariwisata dibandingkan antara lokasi wisata menurut kebijakan yang ada di Kota Malang dengan lokasi wisata menurut pemahaman masyarakat. Setelah dibandingkan melalui metode overlay, maka jika lokasi wisata dalam kebijakan di

overlay dengan lokasi wisata menurut pemahaman masyarakat hasilnya diketahui lokasi potensi pariwisata yang tidak diketahui oleh

Stakeholder adalah sebanyak 30 lokasi (53%). Sedangkan jika lokasi wisata menurut pemahaman masyarakat di overlay terhadap

lokasi menurut kebijakan, maka didapatkan hasil lokasi wisata yang tidak diketahui oleh masyarakat adalah sebanyak 21 lokasi (45%). Melalui metode overlay juga didapatkan hasil bahwa hanya sebanyak 29 lokasi (37%) yang diketahui oleh Stakeholder maupun masyarakat. Tahap analisis kebijakan pertama yaitu tahapan menguji, merumuskan dan mendetailkan masalah diketahui bahwa permasalahan utama dalam potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang adalah lokasi pariwisata Kota Malang masih belum terpublikasi dengan baik. Terbukti dari hasil kesesuaian lokasi pariwisata perkotaan antara Stakeholder dengan masyarakat.

Gambar 4. Peta Overlay persebaran lokasi wisata perkotaan kota Malang

Analisa Evaluatif Penentuan Kriteria Evaluasi

Analisa evaluatif penentuan kriteria evaluasi dilakukan dengan menggunakan metode AHP yang menggunakan variabel supply demand pariwisata dan variabel lainnya hasil dari wawancara terhadap stakeholder. Berikut merupakan hasil perhitungan menggunakan metode AHP.

Berdasarkan perhitungan gabungan pendapat Stakeholder, diketahui bahwa pendapat kelima Stakeholder telah konsisten karena telah memenuhi ketentuan konsistensi pendapat <10%. Berdasarkan analisis terhadap pendapat

(5)

disimpulkan bahwa variabel yang memiliki rating tertinggi sebagai prioritas pertama dalam mempengaruhi strategi potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang adalah variabel kebijakan. Urutan variabel yang mempengaruhi berdasarkan pada rating untuk prioritas dalam strategi potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang yaitu (1) Kebijakan; (2) Kelembagaan; (3) Linkage System; (4) Atraksi wisata; (5) Fasilitas; (6) Transportasi; (7) Jumlah wisatawan; dan (8) Promosi.

Tabel 1. Priority Vector hasil gabungan pendapat Stakeholder terhadap strategi pariwisata perkotaan kota Malang

Total

Transportasi 139/227 0.077 VI

Promosi 341/857 0.050 VIII

Analisa Preskriptif Penentuan Alternatif Strategi Pariwisata Perkotaan di Kota Malang

Berdasarkan hasil potensi dan masalah kepariwisataan di Kota Malang digolongkan dalam strength, weakness, opportunity, dan threat. Berdasarkan hasil matriks strategi IFAS-EFAS mengenai strategi pariwisata perkotaan Kota Malang berdasarkan Stakeholder terhadap potensi, masalah, peluang dan ancaman maka keseimbangan faktor eksternal dan internal terdapat pada kuadran I ruang B, lebih tepatnya yaitu Stable Growth Strategy.

Gambar 5. Kuadran strategi IFAS-EFAS

Stable growth strategy menunjukkan bahwa pertumbuhan kebutuhan pasar terhadap pariwisata meningkat dan lebih besar daripada potensi pariwisata yang dimiliki oleh Kota Malang. Stable growth strategy merupakan strategi pertumbuhan stabil dimana pengembangan dilakukan secara bertahap dan target disesuaikan dengan kondisi. Pengembangan secara bertahap dilakukan berdasarkan dengan urutan prioritas variabel yang didapatkan dari pendapat Stakeholder. Hal ini disesuaikan dengan faktor internal maupun faktor eksternal pariwisata perkotaan di Kota Malang. Berikut merupakan alternatif strategi pariwisata perkotaan di Kota Malang.

Tabel 2. Alternatif Strategi pada kuadran

Stable Growth Strategy pariwisata perkotaan kota Malang berdasarkan Stakeholder

Variabel Alternatif Strategi

Kebijakan Mensosialisasikan kebijakan pariwisata Kota Malang secara umum pada masyarakat melalui media promosi langsung dan tidak langsung

Mensosialisasikan kebijakan setiap daya tarik wisata pariwisata melalui penerapan program kebijakan

Kelembagaan Pembagian kerja yang jelas antara tugas pemerintah untuk memelihara fasilitas umum wisata Kota Malang dan swasta dalam mengelola setiap daya tarik wisata Kota Malang

Menggandeng lebih banyak lembaga swasta untuk saling bekerjasama mengembangkan pariwsata Kota Malang

Linkage System Menghubungkan daya tarik wisata melalui

pengadaan kegiatan yang saling melengkapi antar lokasi wisata Kota Malang

Mengadakan agenda kegiatan secara bergantian dan berkelanjutan untuk menjaga hubungan antar lokasi wisata Kota Malang

Atraksi wisata

Mengembangkan atraksi wisata di Kota Malang dengan mengemas atraksi lebih menarik berupa paket perjalanan wisata, festival, pameran

Menambah atraksi wisata berupa wisata buatan

Fasilitas Memperbaiki dan merawat fasilitas wisata pada setiap daya tarik wisata Kota Malang Membuat inovasi baru terhadap fasilitas wisata agar lebih berkelanjutan

Transportasi Mengalokasikan moda angkutan umum untuk mendukung angkutan wisata

Membuat rute angkutan umum yang melintasi seluruh daya tarik wisata Kota Malang

Jumlah Wisatawan

Meningkatkan jumlah wisatawan melalui peningkatan kualitas pariwisata perkotaan Kota Malang

Membuat inovasi baru kegiatan wisata di Kota Malang untuk menambah jumlah wisatawan

Promosi Mengadakan kegiatan promosi melalui berbagai media

(6)

Analisa Evaluasi Setiap Alternatif

Analisa evaluasi setiap alternatif menggunakan kriteria rekomendasi kebijakan terdiri dari efektivitas (effectiveness), efisiensi (efficiency), kecukupan (adequacy), perataan/ kesamaan (equity), responsivitas (responsiveness) dan kelayakan/ketepatan (appropriateness), dimana keenam kriteria tersebut memiliki hubungan dengan biaya. Selain menggunakan ke enam kriteria rekomendasi kebijakan juga digunakan penilaian terhadap keberadaan alternatif-alternatif kebijakan tersebut dalam kebijakan eksisting yang sudah ada. Berikut merupakan hasil akhir evaluasi alternatif strategi potensi pariwiata perkotaan di Kota Malang.

Tabel 3. Evaluasi strategi pariwisata perkotaan kota Malang berdasarkan

Stakeholder

Variabel Alternatif Strategi Keber hasilan

Kebija-kan

Mensosialisasikan kebijakan pariwisata Kota Malang secara umum pada masyarakat melalui media promosi langsung dan tidak langsung

Sedang

Mensosialisasikan kebijakan setiap daya tarik wisata pariwisata melalui penerapan program kebijakan

Tinggi

Kelemba-gaan

Pembagian kerja yang jelas antara tugas pemerintah untuk memelihara fasilitas umum wisata Kota Malang dan swasta dalam mengelola setiap daya tarik wisata Kota Malang

Sedang

Menggandeng lebih banyak lembaga swasta untuk saling bekerjasama mengembangkan pariwsata Kota Malang

Rendah

Linkage System

Menghubungkan daya tarik wisata melalui pengadaan kegiatan yang saling melengkapi antar lokasi wisata Kota Malang

Sedang

Mengadakan agenda kegiatan secara bergantian dan berkelanjutan untuk menjaga hubungan antar lokasi wisata Kota Malang

Rendah

Atraksi wisata

Mengembangkan atraksi wisata di Kota Malang dengan mengemas atraksi lebih menarik berupa paket perjalanan wisata, festival, pameran

Sedang

Menambah atraksi wisata berupa wisata buatan

Rendah

Fasilitas Memperbaiki dan merawat fasilitas wisata pada setiap daya tarik wisata Kota Malang

Tinggi

Membuat inovasi baru terhadap fasilitas wisata agar lebih berkelanjutan

Rendah

Transpor-tasi

Mengalokasikan moda angkutan umum untuk mendukung angkutan wisata

Sedang

Membuat rute angkutan umum yang Melintasi seluruh daya tarik wisata Kota Malang

Rendah

Jumlah Wisata-wan

Meningkatkan jumlah wisatawan melalui peningkatan kualitas pariwi-sata perkotaan Kota Malang

Sedang

Membuat inovasi baru kegiatan wisata di Kota Malang untuk menambah jumlah wisatawan

Rendah

Promosi Mengadakan kegiatan promosi melalui berbagai media

Tinggi

Mengadakan promosi melalui agenda kegiatan duta pariwisata Kota Malang

Sedang

Analisa Preskriptif Memaparkan dan Memilih Alternatif

Menggunakan kata kunci matriks Goeller Scorecard yaitu best, intermediate dan worst untuk digunakan sebagai penilaian terhadap hasil evaluasi tingkat keberhasilan alternatif dan mencapai hasil alternatif terbaik yang efektif dan efisien sesuai prioritas variabel. Berdasarkan tahap ini, diperoleh strategi terbaik setiap variabel kajian sesuai urutan prioritas. Alternatif yang terpilih sebagai strategi potensi pariwisata perkotaan di Kota Malang, antara lain: (1) kebijakan: mensosialisasikan kebijakan setiap daya tarik wisata pariwisata melalui penerapan program kebijakan; (2) kelembagaan: pembagian kerja yang jelas antara tugas pemerintah untuk memelihara fasilitas umum wisata Kota Malang dan swasta dalam mengelola setiap daya tarik wisata Kota Malang; (3) linkage system: menghubungkan daya tarik wisata melalui pengadaan kegiatan yang saling melengkapi antar lokasi wisata Kota Malang; (4) atraksi wista: mengembangkan atraksi wisata di Kota Malang dengan mengemas atraksi lebih menarik berupa paket perjalanan wisata, festival, pameran; (5) fasilitas: memperbaiki dan merawat fasilitas wisata pada setiap daya tarik wisata Kota Malang; (6) transportasi: mengalokasikan moda angkutan umum untuk mendukung angkutan wisata; (7) jumlah wisatwana: meningkatkan jumlah wisatawan melalui peningkatan kualitas pariwisata perkotaan Kota Malang; dan (8) promosi: mengadakan kegiatan promosi melalui berbagai media.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian menggunakan analisis kebijakan terhadap pendapat Stakeholder

(7)

Selanjutnya pada kajian tahap ketiga teridentifikasi mengenai potensi, masalah, peluang dan ancaman pariwisata Kota Malang sehingga di dapatkan bahwa pariwisata Kota Malang termasuk dalam kuadran Stable growth strategy dan kemudian dilakukan penyusunan alternatif-alternatif strategi untuk setiap variabel yang mempengaruhi strategi pariwisata berdasarkan prioritasnya. Alternatif strategi pariwisata tersebut selanjutnya di evaluasi pada kajian tahap ke empat menggunakan kriteria rekomendasi kebijakan untuk mengevaluasi masing-masing alternatifnya guna mendapatkan alternatif terbaik yang memiliki tingkat keberhasilan terbaik untuk diterapkan dari setiap variabelnya.

Kajian tahap kelima merupakan kajian terakhir untuk mendapatkan strategi potensi pariwisata Kota Malang, yaitu menggunakan kata kunci pemilihan alternatif Goeller Scorecard yang dijadikan penilaian terhadap hasil evaluasi tingkat keberhasilan alternatif dan mencapai hasil alternatif terbaik yang efektif dan efisien sesuai prioritas variabel. Berdasarkan hasil kajian dari kelima tahap analisa terhadap pendapat

stakeholder, maka strategi potensi pariwisata perkotaan berdasarkan prioritasnya, yaitu (1)mensosialisasikan kebijakan setiap daya tarik wisata pariwisata melalui penerapan program kebijakan; (2) pembagian kerja yang jelas antara tugas pemerintah untuk memelihara fasilitas umum wisata Kota Malang dan swasta dalam mengelola setiap daya tarik wisata Kota Malang; (3) menghubungkan daya tarik wisata melalui pengadaan kegiatan yang saling melengkapi antar lokasi wisata Kota Malang; (4) mengembangkan atraksi wisata di Kota Malang dengan mengemas atraksi lebih menarik berupa paket perjalanan wisata, festival, pameran; (5) memperbaiki dan merawat fasilitas wisata pada setiap daya tarik wisata Kota Malang; (6) mengalokasikan moda angkutan umum untuk mendukung angkutan wisata; (7) meningkatkan jumlah wisatawan melalui peningkatan kualitas pariwisata perkotaan Kota Malang; dan (8) mengadakan kegiatan promosi melalui berbagai media.

Saran

Guna menyempurnakan penelitian ini terdapat beberapa saran yang dapat disampaikan, antara lain: (1) stakeholder mampu melakukan langkah pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan strategi; (2) masyarakat agar ikut mendukung pemerintah dalam mewujudkan strategi potensi pariwisata Kota Malang dan saling bekerjasama menggali, memelihara dan mengenalkan potensi pariwisata; dan (3) kajian lanjutan untuk membuat strategi lebih detail dari setiap strategi pada masing-masing variabel serta perlunya kajian lanjutan strategi yang difokuskan pada setiap daya tarik wisata yang ada. Selain itu, peneliti juga menyarankan perlunya kajian lanjutan mengenai analisis pembiayaan untuk masing-masing strategi yang terpilih.

DAFTAR PUSTAKA

Dunn, William N. (2003). Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada University.

Gunn, Clare.A. (1994). Tourism Planning Basic Concept, Casses Third Edition. Wahsington DC:Taylor&Francis Patton&Sawicki. (1986). Basic Methods of Policy

Analysis and Planning. Englewood Cliffs:Prentice Hall.

Perda No 4 Tahun 2011 tentang RTRW Kota Malang

Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kota Malang Tahun 2007

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Malang 2005-2025

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2008-2028

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Wurianto, Arif.B. (2006). Alternatif Model Pengembangan Pariwisata Terpadu Kota Malang (Penelitian P2U Universitas Muhamadiyah Malang).

(8)

Gambar

Gambar 2. Lokasi persebaran hotel berbintang
Gambar 3. Prosentase perubahan jumlah
Tabel 1. Priority Vector hasil gabungan
Tabel 3.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk kondisi minimum phase, seperti yang terlihat pada gambar 12 dan 13, kedua kontroler baik MPC maupun PI, terlihat mampu mengikuti referensi yang diharapkan,

Untuk meningkatkan kelangsungan hidup larva ikan kerapu macan, perlu adanya manajemen pemberian pakan yang tepat dan penyediaan faktor pendukung kualitas air yang baik

FIFO (Masuk Pertama, Keluar Pertama) PERSEDIAAN PERPETUAL.. Saldo awal 1 Jan Rp. 30.000/unit sehingga total penjualan Rp. Setelah penjualan, sisa persediaan Rp. Tgl 10 Jan,

Pada gambar 4.11 dan gambar 4.12, kita dapat melihat pengaruh heat flux yang diberikan terhadap nilai koefisien perpindahan kalor aliran dua fasa, dimana semakin besar heat

b) Staf laboratorium menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan paling lambat 1 hari sebelum praktikum dilaksanakan. c) Mahasiswa penanggung jawab mata kuliah praktik

Softwere Microsoft Office Publisher 2007 ini merupakan aplikasi desain yang ringan dan mudah untuk di gunakan.. aplikasi desain yang ringan dan mudah untuk

Definisi Pendidikan Karakter 1 3 x 50 menit Partisipasi Mahasiswa Tugas Kelompok: Melakukan observasi dan wawancara ke sekolah-sekolah yang berbeda mengenai apakah

dilakukan dengan memeriksa beberapa bukti penjualan setiap bulannya atau secara penuh untuk beberapa bulan terutama yang mempunyai Waspada terhadap dokumen