• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teori A. Kajian Pustaka Pariwisata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Bab II Kajian Pustaka dan Landasan Teori A. Kajian Pustaka Pariwisata"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

20 Bab II

Kajian Pustaka dan Landasan Teori

Berdasarkan masalah yang diangkat peneliti, terdapat beberapa teori konseptual yang menjadi acuan dari pembahasan penelitian. Pada bab ini akan menjelaskan mengenai teori yang digunakan serta memberitahukan perbedaan antara hasil penelitian terdahulu dengan strategi perkembangan Pariwisata oleh Pemerintah Daerah yang didapatkan dari hasil bacaan jurnal maupun buku. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian.

A. Kajian Pustaka 1. Pariwisata

Dalam bukunya (A.J., 2010) Istilah pariwisata (tourism) muncul di masyarakat pada abad ke-18, dan pariwisata berarti penyelenggaraan kegiatan wisata (tourism), yaitu kegiatan mengubah tempat tinggal sementara oleh seseorang di luar tempat tinggal sehari-hari mereka, kecuali untuk mendapatkan imbalan atau aktivitas yang menghasilkan upah.

(Prasiasa, 2013) mengatakan bahwa, destinasi pariwisata/ objek wisata adalah Wilayah geografis yang berada didalam wilayah administratif dimana terdapat fasilitas umum, daya tarik, fasilitas wisata, pintu masuk, dan masyarakat yang ikut serta dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan.

Karena suatu daerah tujuan wisata ada di sebuah wilayah administrasi dan mencakup fasilitas akses wisata, maka dalam mengelola tujuan wisata adalah kebutuhan yang sangat penting, dikarenakan mengelola destinasi pariwisata terdiri dari langkah-langkah yang padu dalam mencapai tujuan yang terkait dengan destinasi pariwisata, termasuk langkah-langkah merencanakan, pengorganisasian, melaksanakan dan pemantauan/evaluasi.

Berdasarkan hal diatas Kabupaten Sumenep merupakan kawasan yang memiliki beberapa destinasi pariwisata, dalam mengelola destinasi pariwisata Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga mempunyai Renstra sebagai acuan dalam mengembangkan kawasan wisata unggulan di Kabupaten Sumenep.

(2)

21 2. Jenis-Jenis Pariwisata

Dalam buku (Nugrho & Negara, 2015) yang berjudul Pengembangan Desa Melalui Ekowisata. Yang mana disebutkan bahwa berbagai nomeklatur atau nama dapat digunakan untuk menunjukkan jenis wisata seperti:

1. Agrowisata, adalah bentuk pariwisata yang mengandalkan dan menfaatkan budidaya pertanian, perkebunan dan kehidupan para petani.

Seperti: wisata petik buah, wisata kebun teh dll.

2. Wisata bahari, adalah bentuk pariwisata yang mengandalkan dan memanfaatkan budidaya, laut, wilayah pesisir dan kehidupan nelayan.

Seperti: wisata pantai, berenang, snorkeling, dll.

3. Wisata alam, adalah jenis pariwisata yang memanfaatkan sumber daya alam, lingkungan, ekosistem, dan kehidupan sosial suatu wilayah.

Seperti: arum jeram, penjelajahan, camping atau menikmati keindahan alam.

4. Aerowisata, Merupakan jenis pariwisata yang memanfaatkan sumber daya alam, suasana, foto udara dan unsur-unsur lain yang berkaitan dengan fungsi pengamatan udara. Seperti : paralayang, terjun payung dll

5. Wisata Budaya, adalah jenis pariwisata yang diuntungkan dari kekayaan budaya, nilai-nilai tradisional, sejarah situs dan juga kehidupan etnis.. Seperti : wisata ziarah, wisata religi, bangunan tua, dll.

6. Wisata Belanja Desa, Merupakan jenis pariwisata yang diuntungkan dengan berwisata atau mengunjungi desa dengan ciri khas produk pedesaan. Seperti : wisata pasar desa, pasar terapung, pasar ikan, pasar hewan, pasar sayur, dll.

(Spillane, 1987) berpendapat mengenai jenis jenis pariwisata yaitu:

1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (pleasure tourism) jenis pariwisata satu ini dilakukan oleh orang-orang yang ingin menghabiskan liburan mereka untuk mencari udara segar serta

(3)

22

memuaskan rasa ingin tahu mereka, menghilangkan ketegangan saraf, melihat hal-hal yag baru sembari menikmati keindahan alam atau sedikit kedamaian dan, ketenangan di pedesaan.

2. Pariwisata rekreasi (recreational tourism) berupa jens wisata ini diselenggarakan oleh orang-orang yang ingin menghabiskan liburannya dengan tenang untuk memulihkan kesegaran jasmani dan rohaninya serta untuk memulihkan kembali kepenatan dan kepenatanny

3. Pariwisata untuk Kebudayaan (cultural tourism) adalah jenis wisata yang berangkat dari rasa ingin tahu mengenal adat istiadat, institusi dan kebiasaan masyarakat di daerah tersebut serta berkunjung ke monumen-monumen yang mempunyai sejarah panjang di masa lalu.

Dalam mengelola serta mengembangkan jenis-jenis pariwisata diatas yang terpenting adalah bagaimana pengelola dapat memberikan pembelajaran dan pemberdayaan kepada masyarakat, serta menciptakan pengalaman yang berkesan kepada wisatawan. Yang nantinya dapat mengubah kehidupan penduduk dalam konteks keberlanjutan sesuai kaidah-kaidah konservasi.

1. Desa Pariwisata.

Wisata desa merupakan kehadiran oleh wisatawan desa atau daerah- daerah perdesaan, hutan, atau, wilayah terpencil. Hal tersebut sudah berlangsung sejak lama, fenomena wisata dialam hutan atau alam terbuka memberikan nuansa wisata. Nuansa tersebut dipenuhi dengan nuansa budaya tradisional yang mungkin sulit ditemukan di kehidupan perkotaan atau modern menurut (Nugrho & Negara, 2015) dalam bukunya yang berjudul pengembangan desa melalui ekowisata.

Nuryanti, (1993) dalam (Priyanto, 2016) mengatakan yakni perlu diketahui bahwa arti dari desa wisata yakni suatu bentuk keterpaduan antara akomodasi, atraksi, serta fasilitas-fasilitas yang mendukung dalam kerangka kehidupan sosial sesuai dengan praktik adat yang ada.

2. Model Pengembangan Pariwisata

(Spillane, 1987) mengemukakan bahwa peran pemerintah untuk mengembangkan pariwisata yakni dengan pengadaan infrastruktur, memperlua.s berbagai bentuk fasilitas, mengkoordinasikan kegiatan antara

(4)

23

pejabat pemerintah dan sektor swasta, serta mengatur dan mempromosikan kegiatan publik di luar negeri.

(Yoeti, Oka, 2008) berpendapat bahwa pengembangan merupakan suatu usaha atau cara untuk memajukan dan mengembangkan sesuatu yang sudah ada. Pengembangan pariwisata di suatu daerah tujuan wisata selalu memperhitungkan manfaat bagi masyarakat sekitar. Pengembangan pariwisata harus didasarkan pada perencanaan yang matang agar dapat bermanfaat bagi masyarakat secara ekonomi, sosial dan budaya.

(Nugrho & Negara, 2015), yang berpendapat bahwa model komunikasi pariwisata yang berbasis kerifan lokal adalah sebuah bagian dalam metode komunikasi yang praktis untuk menghadirkan suasana baru dari aktivitas pariwisata, yang mana dari dulu hanya terfokus dengan model-model

“modern” yang berbasis pada pengembanganteknologi dan ilmu pengetahuan. Model berbasis kearifan lokal sedang diimplementasikan sebagai upaya dalam memberi pilihan alternatif untuk tujuan wisata yang penting. Dalam rangka mengembangkan model komunikasi pariwisata geopark berbasis kearifan lokal di wilayah Pantai Slopeng perlu dideskripsikan pola interaksi antar aktor dalam bentuk gambaran kegiatan adat/budaya lokal yang masih berlangsung di kawasan tersebu, serta komunikasi yang digunakan dalam kegiatan tersebut.

3. Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan adalah proses memberdayakan suatu masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan. Secara lebih umum, hasil akhir dari proses pemberdayaan dipahami sebagai perubahan fungsional individu yang ditandai dengan adanya hubungan antara subjek lama (pemerintah) dan subjek baru, atau objek asli menjadi subjek yang baru ada. Untuk itu, adanya sebuah proses pemberdayaan yang mengubah pola relasi menjadi relasi subjek-subjek yangg semula merupakan relasi subjek-objek (Aisah &

Herdiansyah, 2020)

Pemmberdayaan masyarakat pedesaan memliki tujuan untuk memberdayakan masyarakat pedesaan dengan cara mengurangi keterlibatan pemerintah melalui berbagai program pengembangan dan memberdayakan

(5)

24

mereka untuk berkembang. Hal tersebut dilaksanakan dalam upaya memberdayakan serta memberdayakan masyarakat pedesaan dalam pengembangan, kemandirian masyarakat merupakan hal yang penting dari pembangunan negara. (Nejat, P., Jomehzadeh, F., Taheri, M., Gohari, M., &

Abd Majid, 2015)

Secara konsep, memberdayakan adalah proses berkuasa yang memiliki keterikatan dengan kekuasaan. (Suharto, 1997) Ia mengemukakan bahwa proses otorisasi dimungkinkan jika: 1. Kekuaasan bisa berubah, jika tidak maka proses pemberdayaan yang tidak dimungkinkan untuk dilaksanakan. 2.

Gaya yang dapat diperluas yang menekankan gagasan gaya menjadi dinamis daripada statis. Oleh karena itu, tujuan pemberdayaan adalah untuk: a).

Memenuhi kebutuhan dasar seseorang atau sebuah kelompok yang nantinya mereka dapat memiliki kebebasan tidak hanya dalam hal kebebasan berekspresi, b) mendapat dorongan sumber daya yang produktif sehingga memungkinkan individu atau kelompok untuk meningkatkan pendapatannya serta memperoleh jasa atau barang yang dibutuhkannya.

Salah satu cara untuk melaksanakan pendidikan nonformal adalah dengan memberdayakan masyarakat. Upaya pemberdayaan untuk mencapai kehidupan yang lebih baik (mengeluarkan masyarakat dari ketidakberdayaan atau kekurangan daya) (Harry, 2001) dalam jurnal (Mulyono, 2017)

4. Model Model Pemberdayaan Masyarakat

Community Based Tourism model (CBT), strategi perencanaan pariwisata yang bertujuan memberdayakan masyarakat lokal sebagai topik pembangunan. Teori yang dikemukakan oleh (S. B, 2013) dalam jurnal (Pujiningrum Palimbunga, 2018) mengatakan terdapat tiga prinsip dasar pada strategi perencanaan pembangunan pariwisata didalam konsep CBT. 1) Partisipasi anggota masyarakat dalam pengambilan keputusan. 2) Ada manfaat yang diketahui langsung oleh masyarakat setempat. 3) Pendidikan pariwisata bagi masyarakat setempat.

Model pengembangan masyarakat yang diterapkan perusahaan dapat ditemukan pada program yang lebih luas, Corporate Social Responsibility

(6)

25

(CSR). Definisi CSR Kotler dan Lee merupakan komitmen perusahaan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui manajemen itikad yang baik dan sebagai kontribusi terhadap sumber daya yang masyarakat butuhkan.

Model corporate charity ini dapat dikategorikan sebagai CSR yang dilaksanakan perusahaan dengan motivasi kreatif (charity). Satu-satunya bentuk aktivitas yang dilakukan perusahaan adalah memecahkan masalah sementara. Dampaknya pada kesejahteraan masyarakat hampir tidak terlihat.

Saya tidak merasakan dampak apa pun pada bisnis. Dari segi finansial, membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Akhirnya, amal perusahaan ini saat ini sangat jarang, tanpa dampak jangka panjang, kecuali sejumlah besar uang yang dibutuhkan.

Menurut Ife (2008) dalam jurnal (Mulyana & Zainuddin, 2017) mengemukakan bahwa untuk pengembangan di masyarakat perlu adanya prinsip-prinsip didalamnya yakni sebagai berikut :

1. Pengembangan Terintegrasi adalah aktivitas pengembangan masyarakat yang seharusnya menjadi sebuah pembangun integrasi, yang terdapat di segala aspek kehidupan masyarakat.

2. Human Right (Hak Asasi Manusia) adalah aktivitas pengembangan sosial harus dapat menjamin terwujudnya hak setiap orang atas penghidupan yang layak dan baik

3. Sustainability merupakan tidak hanya memberikan manfaat sementara, tetapi juga sifat keberlanjutan dari aktivitas yang dilakukan.

4. Empowerment (pemberdayaan) adalah tujuan dari pembangunan di masyarakat. Mengubah masyarakat menjadi lebih siap akan perubahan dengan memberikan kesempatan, pengetahuan, keterampilan serta sumber daya yang dapat meningkatkan kemampuannya dalam menentukan masa depan, dengan berpatisipasi

(7)

26

maka dapat memberi perubahan terhadap kehidupan masyarakat tersebut.

5. Self-reliance . Pemberdayaan berarti menyediakan masyarakat dengan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuannya untuk menentukan masa depannya, berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat dan juga mempengaruhi kehidupan masyarakat.

6. Organic development aktivitas perkembangan masyarakat adalah proses yang dinamis serta kompleks di masyarakat yang bersifat alami. Oleh karena itu, dalam pemecahan masalah pada masyarakat situasi serta kondisi sangatlah menentukan.

7. The Integrity of Proses merupakan perkembangan di masyarakat bukan hanya tentang mendapatkan hasil, ini tentang prosesnya serta integrase yang ada.

8. Co operation merupakam perkembangan masyarakat yang membutuhkan struktur lebih partisipatif atau kooperatif.

9. Participation adalah perkembangan masyarakat yang mana perlu adanya partisipasi masyarakat secara optimal, yang mana tujuannya untuk berpartisipasi aktif di segala kegiatan. Dengan dasar keteramilan dari masing- masing masyarakat.

5. Strategi Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pengembangan Pariwisata.

Menurut (Suryono, 2016) Fokus utama dari strategi ini adalah:

mengimplementasikan kebijakan serta menentukan dasar tujuan agar tercapai, dan menentukan sarana penggunaan infrastruktur. Terdapat tiga hal yang berkaitan dengan strategi yakni : tujuan, alat, dan metode. Dengan begitu, strategi perlu adanya dukungan untuk mengantisipasi peluang yang ada. Pada saat memenuhi tugas dan perannya dalam pembangunan

(8)

27

kepariwisataan daerah, pemerintah daerah harus melakukan berbagai upaya untuk mengembangkan sarana dan prasarana kepariwisataan.

Perencanaan merupakan sebuah proses untuk mencoba untuk memprediksi tren masa depan dan menetapkan strategi yang tepat untuk mencapai tujuan organisasi. Melibatkan masyarakat lokal dalam kegiatan perencanaan, terutama dengan tujuan untuk mengidentifikasi suatu masalah, mengidentifikasi potensi pengembangan, menganalisis dan memprediksi kondisi lingkungan di masa depan, merencanakan dan mengembangkan fasilitas serta alternatif, dll (S. B, 2013).

Pemberdayaan masyarakat pedesaan bertujuan untuk memberdayakan masyarakat pede saan dengan mengurangi keterlibatan pemerintah dalam berbagai program pembangunan dan memberdayakan mereka untuk berkembang. Untuk itu maka, dilakukan upaya yang memfasilitasi dan memandirikan masyarakat pedesaan dalam pembangunan. Kemandian masyarakat merupakan bagian penting dari pembangunan negara (Aisah &

Herdiansyah, 2020) B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini merupakan karya referensi bagi peneliti yang melakukan penelitian agar peneliti dapat memperluas wawasan penelitiannya melalui referensi. Sehingga dapat diperhitungkan sebagai dukungan tambahan pada saat mengkaji pokok permasalahan yang akan diteliti.:

1. (Bahiyah, Hidayat, & Sudarti, 2018) Strategi Pengembangan Potensi Pariwisata di Pantai Duta Kabupaten Probolinggo. Jurnal Ilmu Ekonomi. Pengembangan pariwisata di suatu daerah membawa manfaat ekonomi, sosial dan budaya bagi masyarakatnya. Kabupaten Probolinggo memiliki banyak destinasi wisata termasuk objek wisata Pantai Duta, sehingga diperlukan strategi yang baik untuk menarik wisatawan ke kawasan wisata Pantai Duta. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang mengkaji tentang strategi pengembangan potensi wisata Pantai Duta di Probolingo berdasarkan analisis faktor internal dan eksternal. Subyek survei ini adalah pengunjung objek wisata Pantai Dota yang menggunakan metode

(9)

28

survei dengan analisis SWOT. Hasil dari penelitian ini adalah faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan objek wisata Pantai Duta. Analisis SWOT merupakan strategi perencanaan dan pengembangan yang dapat diterapkan pada tempat wisata Pantai Duta..

2. (Tatali, Lasabuda, Andaki, & Lagarense, 2018) Strategi Pengembangan Pariwisata Pesisir Di Desa Bentung Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Kebijakan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Pengelolaan wisata pantai di Kepulauan Sangihe telah banyak diteliti, namun belum ada penelitian yang menegaskan pengembangan potensi wisata pantai di Desa Bentung. Kabupaten Kepulauan Sangihe merupakan kawasan laut dengan kawasan wisata yang strategis berdasarkan Peraturan Daerah Kepulauan Sangihe No. 2008. 15. Pulau Sangihe merupakan kawasan dengan fungsi utama atau potensi wisata. Dampak yang signifikan terhadap satu atau lebih aspek pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, penguatan sumber daya alam, ketahanan lingkungan, pertahanan dan keamanan. Desa Benton sebagai rumah bagi atraksi wisata tahunan Mairokang Beach Games (MBG). Hasil kajian menunjukkan perlunya fokus pada pengembangan sarana dan prasarana wisata.

3. (Ratnasari, 2018).Strategi Pengembangan Objek Wisata di Kabupaten Pati. Efficient: Indonesian Journal of Development Economics. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi profil dan sistem target wisata di Kabupaten Pati untuk mengidentifikasi faktor-faktor domestik dan asing untuk pengembangan objek wisata dalam konflik Patti dan menciptakan strategi untuk pengembangan benda-benda wisata di Kabupaten Pati.

Teknik analisis data menggunakan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa definisi tempat wisata di Kabupaten Pati memiliki peluang besar untuk digunakan sebagai pusat wisata, yang dapat

(10)

29

memberikan pengunjung banyak sistem manajemen yang perlu meningkatkan hubungan baik antara Dinas Pariwisata dan pengelola objek wisata dan pengelolaan wisata yang perlu ditingkatkan. Faktor internal yang berada pada objek wisata yakni sebagai berikut; daya tarik wisata, keramahtamahan, fasilitas, promosi dan modal. Adapun faktor eksternal yang dimiliki obyek wisata adalah daya saing obyek wisata, gaya hidup masyarakat, dukungan pemerintah, inovasi, serta akomodasi. Strategi pengembangan obyek wisata di Kabupaten Pati menggunakan SWOT yaitu mengembangan potensi di tiap-tiap obyek wisata, pemeliharaan dan penambahan fasilitas di obyek wisata, dan juga meningkatkan kerja sama dengan sektor swasta dan investor

4. (Syam, 2017).Strategi Pengembangan Objek Wisata Pantai Sumedang Di Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan.

Jurnal Kepemimpinan dan Pengurusan Sekolah. Penelitian diawali dengan permasalahan pengembangan wisata pantai di Sumedang yaitu kurangnya pemeliharaan dan tidak terawatnya fasilitas umum, kurangnya sarana dan prasarana wisata, kurangnya akomodasi dan transportasi untuk pengunjung objek wisata yang ingin berkunjung dan masyarakat yang belum sadarwisata. Penelitian ini bersifat deskriptif dan kualitatif. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara dan dokumentasi dengan pihak Dinas Pariwisata, Baappeda, masyarakat, alim ulama, wali nagari serta pengunjung.

Analisis data dilakukan untuk menentukan strategi pengembangan pariwisata melalui analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman). Hasil survei menunjukkan bahwa strategi pengembangan obyek wisata pantai Sumedang di kabupaten pesisir selatan adalah: 1) enguatan dan pembinaan dan penyadaran masyarakat akan pentingnya komunitas sadar wisata, 2) koordinasi dan berinvestasi dengan sektor swasta3) engembangan atraksi wisata, 4) Perbaikan dan penyediaan atraksi dan infrastruktur, dan 5) Konstruksi dan akses ke pariwisata

(11)

30

5. (Attar et al., 2013). Analisis potensi dan arahan strategi kebijakan pengembangan desa ekowisata di Kecamatan Bumiaji–Kota Batu. Journal of Indonesian Tourism and Development Studies, Batu adalah sebuah daerah otonom di Jawa Timur yang mengendalikan industri pariwisata dalam meberikan peningkatan pendapatan asli daerah (PAD). Perkembangan wisata lebih mengarah pada objek wisata buatan yang dibuat oleh para investor, akan tetapi juga memberikan dampak negatif pada lingkungan. Alternatif yang dibutuhkan oleh pengembangan pariwisata yakni pariwisata yang bisa mengurangi dampak kerusakan pada lingkungan sekaligus meningkatkan peran dan kesejahteraan masyarakat lokal, misalnya melalui pengembangan Social Ecotourism (CBE). Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi wisata dan daya tarik wisata (ODTW) di desa wisata, menganalisis analisis kesiapan pengembangan desa ekowisata.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pengumpulan data melalui survei primer dan sekunder. Pendekatan yang digunakan adalah Analisis Potensi dan Daya Tarik Wisata (ODTW), Kajian Kesiapan Pengembangan Ekowisata Masyarakat (CBE), Analisis Spasial dan Analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh desa wisata di kawasan Bumiaji memiliki potensi wisata dan daya tarik wisata (ODTW) berupa daya tarik alam, pertanian dan sumber daya budaya yang dapat dikembangkan lebih lanjut.

6. (Sidiq & Resnawaty, 2017). Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Linggarjati Kuningan, Jawa Barat. Pengabdian Masyarakat dan Prosedur Penelitian Keterlibatan masyarakat merupakan prasyarat penting bagi terselenggaranya pembangunan. Pembangunan tanpa masyarakat yang berarti tidak memberi ruang di masyarakat dalam berpartisipasi, dilain sisi faktanya partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat seringkali diabaikan, pada akhirnya masyarakat tetap menjadi obyek pengembangan. Perkembangan destinasi pariwisata adalah program untuk memberikan ruang partisipasi kepada masyarakat. Tujuan dari

(12)

31

penelitian ini adalah untuk mengetahui partisipasi masyarakat dalam pengembangan kota wisata dan mengembangkan model pengembangan pariwisata perkotaan yang mengutamakan partisipasi masyarakat setempat. Tidak ada keterlibatan sosial dalam pengembangan Desa Linggarjati di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, menjadi kota wisata.

Tantangan pengembangan desa wisata di Linggarjati adalah kontrol pemerintah terhadap proses tersebut. Jangan memberi orang kesempatan dan keinginan untuk berpartisipasi secara penuh. Ketika berbicara tentang pendekatan pemerintah yang bersih dan berkelanjutan, pemerintah diharapkan menjalankan peran dan mendukung serta memberi manfaat yang besar kepada masyarakat local, melalui kemampuan politik pemerintah dengan mengurangi peranannya dalam perkembangan desa wisata dengan memberikan ruang partisipasi bagi masyarakat.

7. (Siswanto & Moeljadi, 2015). Eco-Tourism Development Strategy Balurannational Park in the Regency of Situbondo, East Java, Indonesia. International Journal of Evaluation and Research in Education, 4(4), 185-195. Taman Nasional Baluran di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur, Indonesia berpeluang mengembangkan pariwisata berkelanjutan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Bentuk pariwisata yang cocok adalah ekowisata dengan partisipasi masyarakat lokal. Tujuan dari penelitian ini adalah:

1). Kesadaran akan keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan ekowisata; 2). Pengakuan potensi Taman Nasional Bloran; Dan 3).

Mengembangkan strategi pengembangan ekowisata. Alternatif strategi yang dikembangkan adalah strategi pengembangan produk untuk ekowisata. Perluasan infrastruktur dan peralatan dasar serta promosi pariwisata. Pengaruh dan promosi pasar pariwisata; Meningkatkan keamanan; Dan strategi pengembangan ekowisata dan kelembagaan sumber daya manusia. Strategi pengembangan ekowisata merupakan prioritas strategis untuk pengembangan program pengembangan produk ekowisata dan perlindungan sumber daya hayati.

(13)

32

Pengembangan ekowisata di Taman Nasional Balaran harus ditingkatkan melalui metode, pendidikan dan pemberdayaan masyarakat.

TABEL 2 Penelitian Terdahulu No. Nama dan Judul

Penelitian

Hasil Penelitian Relevansi

1. (Bahiyah et al., 2018).

Strategi Pengembangan Potensi Pariwisata di Pantai Duta Kabupaten Probolinggo

Hasil dari penelitian ini adalah faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi jumlah wisatawan yang berkunjung ke kawasan objek wisata Pantai Duta. Analisis SWOT merupakan strategi

perencanaan dan

pengembangan yang dapat diterapkan pada tempat wisata Pantai Duta.

Pengambilan keputusan strategis selalu dikaitkan dengan pengembangan dan misi

Tujuan bisnis, strategi dan pedoman. (Perencana

strategis) harus menganalisis faktor-faktornya

Strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang dan risiko) dalam situasi saat ini

Relevansi dari penelitin terdahulu dengan penelitian saat ini adalah sama-sama membahas mengenai strategi pengembangan objek wisata namun dalam penelitian saat ini tidak menggunakan analisis SWOT

(14)

33

ini. Dalam menyusun strategi pengembangan destinasi pariwisata (Pradicta, 2013), analisis SWOT dilakukan dengan cara:

1- Analisis faktor strategis internal dan eksternal 2. Melakukan analisis faktor strategi internal (IFAS = Ringkasan analisis faktor strategis internal) dan analisis faktor strategis eksternal (EFAS = Eksternal

Ringkasan Analisis Faktor Strategis)

2. (Tatali et al., 2018).

Strategi Pengembangan Pariwisata Pesisir Di

Desa Bentung

Kabupaten Kepulauan Sangihe Provinsi Sulawesi Utara

Hasil kajian menunjukkan bahwa potensi sumberdaya pesisir Desa Bentung

meliputi terumbu karang dan 2,82 hektar hutan mangrove, serta kondisi hutan mangrove dinilai sehat. Sarana Wisata Pantai Desa Bentung

memiliki tiga kawasan pantai dengan jenis pasir yang berbeda yaitu Pantai Bulo, Pantai Nagha dan Pantai Mairokang Bentung. MBG melakukan kegiatan dengan sedikit perbedaan budaya Sangihe dan menjadi salah satu daya tarik wisata Pulau

Relevansi dari penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini yaitu sama-sama

mengelola dan

mengembangkan kawasan objek wisata, namun perbedaannya terletak pada lokasi penelitian.

(15)

34

Kabupaten Sangihe.

Pertandingan ini adalah pertandingan perahu Hasil kajian menunjukkan perlunya fokus pada pengembangan sarana dan prasarana wisata.

Strategi Pengembangan Pariwisata Pesisir Desa Bentung dengan Menggambar Peta

Pengembangan Pariwisata Pesisir dengan Analisis SWOT dan Empat Pilar Strategi Pengembangan Pariwisata Nasional, 1.

Destinasi Pariwisata, 2.

Industri Pariwisata, 3.

Pemasaran Pariwisata, 4.

Kelembagaan Pariwisata.

3. (Ratnasari, 2018).

Strategi Pengembangan Objek Wisata di Kabupaten Pati

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Kabupaten Pati

memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai daya tarik wisata yang dapat menarik jumlah pengunjung yang banyak, dengan sistem pengelolaan yang perlu ditingkatkan agar dapat menjaga hubungan yang baik antar dinas pariwisata. dan manajer. Analisis objek

Relevans dengan penelitian saat ini yakni sama sama ingin meningkatkan jumlah pengunjung dan juga melakukan kerjasama dengan masyarakat lokal, namun pembedanya ada pada saat pengelola yaitu Dinas Pariwisata dengan pengelola objek wisata (swasta).

Sementara pada penelitian yang akan dilakukan pelaksana dikelola oleh Dinas Pariwisata

(16)

35

SWOT digunakan untuk merumuskan strategi dengan memetakan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman objek wisata Waduk Gunung Rowo.

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan dan peluang dan, bersama- sama, meminimalkan kelemahan dan ancaman.

Kebudayaan Pemuda dan Olahraga.

4. (Syam, 2017). Strategi Pengembangan Objek Wisata Pantai

Sumedang Di Kecamatan Ranah Pesisir Kabupaten Pesisir Selatan

Hasil dari penelitian yang ada yakni pemberdayaan dan pembinaan untuk

meningkatkan kesadaran masyarakat dan

menumbuhkan pentingnya kelompok sadar wisata.

Untuk berkoordinasi dengan pihak swasta untuk investasi.

Relevansi dengan penelitian terdahulu dan penelitian saat ini adalah sama-sama membahas tentang pengelolaan pariwisata alam yang berbasis masyarakat,.hanya saja pembedanya ada pada lokasi penelitian yakni di pantai Sumedang sedangkan pada penelitian Kabupaten Pesisir Selatan yang akan dilakukan adalah di Pantai Slopeng.

5. Attar, M., Hakim, L.,

& Yanuwiadi, B.

(2013). Analisis potensi dan arahan strategi kebijakan pengembangan desa ekowisata di

Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa semua desa wisata yang berada di daerah Bumiaji mempunyai potensi wisata serta daya tarik wisata yang berupa daya tarik sumber daya alam, pertanian dan budaya yang

Relevansi dengan penelitian terdahulu dan penelitian saat ini adalah sama-sama membahas mengenai strategi pemerintah dalam mengembangkan wisata namun yang menjadi perbedaannya adalah penelitian terdahulu menggunakan objek

(17)

36 Kecamatan Bumiaji–

Kota Batu.

dapat dikembangkan lebih lanjut.

daya tarik sumber daya pertanian sedangkan penelitian saat ini objek yang digunakan adalah pantai

6. (Sidiq & Resnawaty, 2017). Pengembangan Desa Wisata Berbasis Partisipasi Masyarakat Lokal Di Desa Wisata Linggarjati Kuningan, Jawa Barat.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah lebih dominan dari pada masyarakat dalam mengelola sumber daya pariwisata karena pemerintah harus berperan mendukung dalam memberikan peran dan manfaat kepada kotamadya sehingga pengembangan pariwisata masyarakat tidak dapat diakses di daerah ini.

Social Tourism Development (CBT) merupakan model pembangunan yang memaksimalkan peluang masyarakat pedesaan untuk berpartisipasi dalam

pengembangan pariwisata.

CBT adalah aktivitas pengembangan pariwisata yang dikelola masyarakat.

Seluruh gagasan pengoperasian dan

pengelolaannya dilakukan secara partisipatif oleh masyarakat dan manfaatnya

Relevansi dengan penelitian terdahulu yakni penelitian saat ini sama sama membahas mengenai pengelolaan sumber daya pariwisata namun dalam hal ini perbedaannya adalah pengelolaan sumber daya pariwisata dikelola oleh pemerintah daerah dan pemerintah desa dalam mengembangkan kawasan objek wisata.

(18)

37

dirasakan langsung oleh masyarakat.

7. (Siswanto & Moeljadi, 2015). Eco-Tourism Development Strategy Balurannational Park in the Regency of Situbondo, East Java, Indonesia

Sebagai hasil dari penelitian ini, penelitian ini

menggunakan strategi ekowisata sebagai bentuk upaya yang bertujuan untuk berbuat lebih banyak.

Kesejahteraan masyarakat lokal melalui kegiatan pariwisata berkelanjutan.

Keterlibatan masyarakat lokal dalam pengembangan ekowisata GNP di Sitobundo belum ideal karena

pemerintah kota tidak terlibat dalam pengembangan

pariwisata GNP.

Keberhasilan suatu program pengembangan ekowisata memerlukan keterlibatan masyarakat setempat dalam pengembangannya.

Relevansi dengan penelitian terdahulu yang sama-sama memabahas tentang strategi pariwisata akan tetapi yang membedakan antara penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah

Tabel 1 Penelitian Terdahulu

Gambar

TABEL 2  Penelitian Terdahulu  No.  Nama dan Judul
Tabel 1 Penelitian Terdahulu

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji beda t-test menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0,1) antara remaja laki-laki dan perempuan dalam keterikatan dengan peer group dimana rata-rata skor

Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu lima aspek bauran pemasaran meliputi product, price, place, promotion, dan process, serta penggunaan body lotion merek

Pada tahap ini dilakukan aktivitas pengumpulan data yang dilakukan dengan beberapa cara yaitu diskusi dengan pihak terkait yang memiliki kompetensi pada

termasuk pada level 4, menyelesaikan himpunan penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode campuran, dapat menuliskan apa yang diketahui pada soal, mampu

Dalam penelitian ini data yang telah terkumpul, dipilih, dan dikelompokan dalam bentuk database (kumpulan data) berdasarkan kriteria data yang sesuai dengan Politik

Hasil penelitian manunjukkan bahwa : (1) gambaran identitas vokasi terkait K3 mahasiswa tergolong rendah (33,08%), kreativitas tergolong sedang (36%), dan

•Daya tarik wisata merupakan salah satu produk wisata yang menjadi komponen utama dari suatu paket perjalanan wisata. Daya tarik wisata dapat berupa daya tarik wisata alam seperti

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi menggali potensi wisata alam dan buatan Tahura Banten untuk meningkatkan daya tarik wisata, Strategi promosi