• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) BANTEN DI KECAMATAN CARITA KABUPATEN PANDEGLANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) BANTEN DI KECAMATAN CARITA KABUPATEN PANDEGLANG"

Copied!
156
0
0

Teks penuh

(1)

ALTERNATIF STRATEGI PENGEMBANGAN TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA) BANTEN

DI KECAMATAN CARITA KABUPATEN PANDEGLANG

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Manajemen Publik

Program Studi Ilmu Administrasi Publik

Oleh : Sela Selvia NIM 6661130156

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

SERANG, Januari 2018

(2)
(3)
(4)

ABSTRAK

Sela Selvia. NIM. 6661130156. Alternatif Strategi Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Banten di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang.

Program Studi Ilmu Administrasi Publik. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dosen Pembimbing I, Dr.

Ayuning Budiati, MPPM; Dosen Pembimbing II, Leo Agustino Ph.D

Taman Hutan Raya (Tahura) Banten memiliki daya tarik yang khas berupa flora maupun fauna endemik yang berada di dalam lingkungan Tahura. Penelitian ini dilatar belakangi oleh masih adanya permasalahan mengenai strategi pengembangan Tahura yang menghambat pelaksanaan pengembangan Tahura diantaranya adalah belum optimalnya dalam pengadaan sarana dan prasarana di lokasi Tahura, kurangnya peran aktif pemerintah dan pengelola dalam pengelolaan sarana dan prasarana Tahura, lemahnya strategi pengembangan kawasan berupa promosi untuk menarik minat wisatawan mengunjungi kawasan Tahura. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang tepat dalam pengembangan Tahura Banten. Penelitian ini menggunakan teori yang didasarkan pada analisis SWOT yang dikemukakan oleh Hunger dan Wheleen dalam penentuan strategi yang dibangun menggunakan Matrik TOWS sebagai alat guna membangun strategi yang mempertimbangkan hasil dari analisis SWOT. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

Informan dalam penelitian ini berjumlah 15 orang dibagi kedalam key informan dan secondary informan. Pengumpulan data yaitu dengan wawancara mendalam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Strategi menggali potensi wisata alam dan buatan Tahura Banten untuk meningkatkan daya tarik wisata, Strategi promosi Tahura melalui media eletronik/pameran, Strategi memotivasi kelompok kegiatan usaha pariwisata masyarakat sebagai pendukung Tahura, Strategi mengoptimalkan aksesibilitas menuju Tahura dan lokasi obyek wisata, Strategi Membangun koordinasi dan komunikasi yang baik antar pengelola Tahura dengan Pemerintah Daerah, Strategi menguatkan kelembagaan masyarakat dalam pengembangan Tahura, Menguatkan kelembagaan masyarakat dengan yang berperan dalam pengembangan Tahura yaitu Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Kelompok Pencinta Alam, Strategi memaksimalkan sarana dan prasarana pendukung wisata di Tahura.

Kata Kunci : Strategi, Pengembangan Tahura.

(5)

ABSTRACT

Sela Sela. NIM. 6661130156. Alternative Strategy of Forest Park Development (Tahura) Banten in Carita Pandeglang District. The Science of Public Administration Program. Faculty of Social Science and Political Science. University of Sultan Ageng Tirtayasa. Supervisor I, Dr. Ayuning Budiati, MPPM; Supervisor II, Leo Agustino Ph.D

Forest Park (Tahura) Banten has a unique attraction of flora and fauna endemic in the environment Tahura. This reasearch is based on the problem of Tahura development strategy which impedes the implementation of Tahura development which is not optimal in the procurement of facilities and infrastructure in Tahura location, lack of active role of government and managers in Tahura facilities and infrastructure management, the weakness of regional development strategy in the from of promotion for attract tourists visiting the Tahura area. This study aims to analyze appropriate strategies in the development of Tahura Banten. This study uses a theory based on SWOT analysis proposed by Hunger and Wheleen in the determination of strategy built using the TOWS Matrix as a tool to build a strategy that considers the results of the SWOT analysis. The method used in this research is qualitative with descriptive approach. Informants in this study amounted to 15 people divided into key informants and secondary informants.

Data collection is by in-depth interview. The result of the research show that the strategy of exploring the natural and artificial tourism potential of Tahura Banten to increase tourist attraction, Tahura promotion strategy through electronicmedia/exhibition, strategy tto motivate groups of community tourism business activities as Tahura support, Strategy to optimize accessibility to Tahura and location of tourism object, Strategy establish good coordination and communication between Tahura managers and local government, Strategy to strengthen community institutions in developing Tahura, Strengthening community institutions with role in developing Tahura Community Empowerment Institution (LPM) and Nature Lovers Group, Strategy to maximize the supporting faciilities and infrastructures in Tahura.

Keywords: Strategy, Development of Tahura.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat, rahmat dan hidayah-Nya yang selalu diberikan kepada kita semua, termasuk pada nikmat Iman, Islam dan sehat wal’afiat. Atas berkat, rahmat dan hidayah-Nya pula, maka peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang berjudul penelitian yang dilakukan peneliti, yaitu “Alternatif Strategi Pengembangan Taman Hutan Raya (TAHURA) Banten di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang” Penyusunan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik, tentunya tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang selalu membimbing serta mendukung peneliti secara moril dan materil. Maka pada kesempatan yang luar biasa ini, peneliti ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada beberapa pihak, sebagai berikut:

1. Prof. Dr. Soleh Hidayat, M.Pd sebagai Rektor Universitas Sultan Ageng Tirayasa.

2. Dr. Agus Sjafari, M.Si sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Rahmawati, M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

(7)

4. Iman Mukhroman, S. Sos., M.Si selaku Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Kandung Sapto Nugroho, S.Sos., M.Si sebagai Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

6. Listyaningsih, M.Si sebagai Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

7. Dr. Ayuning Budiati, MPPM sebagai pembimbing I yang sudah banyak sekali memberikan bimbingan, arahan, ilmu serta sarannya yang sangat membantu peneliti sejak awal hingga penelitian yang peneliti susun ini selesai dengan sebaik-baiknya.

8. Leo Agustino Ph.D sebagai Pembimbing Akademik dan Pembimbing II yang memberikan saran dan masukan dalam hal perkuliahan serta memberikan masukan bagi peneliti dalam menyusun skripsi ini dari awal hingga akhir.

9. Semua Dosen dan Staf Jurusan Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama perkuliahan.

10. Ema dan Almarhum Ayah yang selalu memberikan dukungan secara moril dan materil serta doa yang tidak pernah henti untuk kesuksesan anak- anaknya di masa depan. Mohon maaf apabila selama ini belum bisa memberikan yang terbaik dan belum bisa membalas segala kebaikan kalian.

11. Kakak-kakak ku Meli Amiati dan Hilman Firman yang selalu sabar, baik, dan memberikan dukungan secara moril dan materil selama ini.

(8)

12. Teman-teman khusunya kelas A Program Studi Ilmu Administrasi Publik 2013 terimakasih untuk dukungan dan doanya selama ini.

13. Kakak-kakak angkatan 2012 Fatwa, Wiwi, Jen, dan Nafis yang selalu setia menemani sejak awal semester 5 Program Studi Ilmu Administrasi Publik hingga penyelesaian skripsi.

14. Serta tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh informan penelitian yang telah berkontribusi banyak dalam penyusunan skripsi ini serta pihak-pihak lainnya yang juga terlibat dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya peneliti mengucapkan rasa syukur yang tak terhingga dengan selesainya penyusunan skripsi ini. Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan maka, kritik dan saran yang membangun sangat peneliti harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Peneliti berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat, khususnya bagi peneliti sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya.

Serang, 24 Januari 2018

Sela Selvia

NIM. 6661130156

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAT PERNYATAAN ORISINALITAS...i

LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

DAFTAR TABEL...iv

DAFTAR GAMBAR...v

DAFTAR LAMPIRAN...vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah...1

1.2 Identifikasi Masalah...9

1.3 Batasan Masalah...9

1.4 Rumusan Masalah...10

1.5 Tujuan Penelitian...10

1.6 Manfaat Penelitian...10

1.7 Sistematika Penulisan...11

(10)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Landasan Teori...14

2.1.1 Pengertian Strategi...14

2.1.1.1 Metode Perumusan Strategi...16

2.1.2 Analisis SWOT...17

2.1.3 Konsep Pariwisata...21

2.1.3.1 Pengertian Pariwisata...21

2.1.3.2 Pengembangan Pariwisata...24

2.1.3.3 Pengelolaan Pariwisata...25

2.1.4 Konsep Taman Hutan Raya...27

2.1.4.1 Pengertian Taman Hutan Raya...27

2.1.4.2 Sasaran Pengelolaan Taman Hutan Raya...29

2.1.4.3 Manfaat Taman Hutan Raya...30

2.2 Penelitian Terdahulu...31

2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian...35

2.4 Asumsi Dasar...38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian...39

3.2 Ruang Lingkup/Fokus Penelitian...40

3.3 Lokasi Penelitian...40

(11)

3.4 Teknik Pengumpulan Data...40

3.4.1 Sumber Data Primer...41

3.4.2 Sumber Data Sekunder...43

3.5 Instrumen Penelitian...44

3.6 Informan Penelitian...45

3.7 Teknik Pengolahan dan Analisa Data...46

3.8 Uji Kreadibilitas Data...49

3.9 Jadwal Penelitian…...51

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian...52

4.1.1 Keadaan Wilayah Tahura Banten...52

4.1.1.1 Sejarah Tahura Banten...52

4.1.1.2 Kondisi Fisik...56

4.1.2 Visi dan Misi Tahura Banten...62

4.1.3 Keadaan Penduduk di Kawasan Tahura Banten...62

4.1.4 Potensi Wisata di Kawasan Tahura Banten...65

4.1.5 Sarana dan Prasarana Taman Hutan Raya...68

4.2 Deskripsi Data...69

4.2.1 Deskripsi Data Penelitian...69

4.2.2 Data Informan Penelitian...72

4.3 Pembahasan...73

(12)

4.3.1 Strengths (kekuatan)...73

4.3.2 Weaknesses (Kelemahan)...77

4.3.3 Opportunities (Peluang)...80

4.3.4 Threats (ancaman)...84

4.3.5 Analisis Faktor Internal...86

4.3.6 Analisis Faktor Eksternal...90

4.3.7 Matriks Analisis SWOT...94

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan...99

5.2 Saran...101 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

HALAMAN

1.1 Daftar Taman Hutan Raya Di Indonesia...2

1.2 Sarana Dan Prasarana Di Lokasi Taman Hutan Raya (Tahura) Banten...5

2.1 Matrik TOWS...20

3.1 Informan Penelitian...46

4.1 Vegetasi di Kawasan Tahura Banten...58

4.2 Jenis Satwa Liar di Kawasan Tahura Banten...61

4.3 Sarana dan Prasarana di Tahura Banten...68

4.4 Informan Penelitian...72

4.5 Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal...93

4.6 Matriks SWOT...94

(14)

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

2.1 Alur Kerangka Berpikir...37 3.1 Analisis Data Model Interaktif...47 4.1 Analisis SWOT...96

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN II Surat Keterangan Penelitian

LAMPIRAN III Pedoman Wawancara

LAMPIRAN IV Member check

LAMPIRAN V Matriks Wawancara

LAMPIRAN VI Dokumentasi Penelitian

LAMPIRAN VII Data Pendukung Penelitian

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Sumber hutan merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus selalu dijaga dan dimanfaatkan secara lestari guna kesejahteraan masyarakat, karena hutan menyediakan pelayanan ekosistem yang mendasar bagi penghidupan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan.

Untuk meningkatkan fungsi hutan sebagai kawasan pelestarian alam, menjaga keseimbangan lingkungan, pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistem dan mengembangkan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat, serta mengembangkan wisata alam, pendidikan dan pendukung kegiatan budidaya, taman hutan raya perlu dikelola dan dimanfaatkan secara optimal, lestari, selaras, serasi, dan seimbang serta berkelanjutan.

Salah satu kawasan yang diperuntukkan untuk pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya adalah Tahan Hutan Raya. Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

Taman Hutan Raya merupakan bagian dari jenis kawasan konservasi di Indonesia berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1990. Adapun kriteria yang ditetapkan sebagai penunjukan kawasan Taman Hutan Raya, adalah merupakan kawasan yang memiliki suatu ciri khas tersendiri, baik asli maupun buatan yang

(17)

mana bisa terdapat pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah, memiliki keindahan alam dan atau mempunyai gejala alam, misalnya ada terdapat sumber air panas bumi, dan mempunyai luas yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik jenis asli dan ataupun bukan asli.

Kawasan Taman Hutan Raya dikelola oleh pemerintah, dalam hal ini di Indonesia dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan dikelola dengan upaya pengawetan keanekaragaman hayati dan satwa beserta ekosistemnya. Suatu kawasan taman hutan raya dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis, dan sosial budaya.

Tujuan Pengelolaan Tahura adalah agar pengelolaan Tahura dapat lebih terarah, sistematis sesuai dengan tingkat kebutuhan pengelolaan, perkembangan wilayah dan dinamika masyarakat, terintegrasi dan berkesinambungan sehingga kelestarian kawasan beserta ekosistem di dalamnya dapat terjamin keutuhannya dalam jangka panjang dan adanya manfaat ekonomi yang dapat digunakan bagi pembangunan wilayah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal.

Berikut ini daftar Taman Hutan Raya (Tahura) yang ada di Indonesia:

Tabel 1.1

Daftar Taman Hutan Raya di Indonesia

No Nama hutan Lokasi

Luas areal (ha)

1 Tahura Pecut Merah Intan Nangroe Aceh Darussalam 6,300.00 2 Tahura Bukit Barisan Sumatera Utara 51,600.00 3 Tahura Dr. Mohammad Hatta Sumatera Barat 12,100.00

(18)

4 Tahura Sultan Syarif Hasyim Riau 6,172.00

5 Tahura Thaha Syarifuddin Jambi 15,830.00

6 Tahura Rejo Lelo Bengkulu 1,122.00

7 Tahura Wan Abdul Rachman Lampung 22,245.50

8. Tahura Carita Banten 1,595.90

9 Tahura Ir H. Juanda Jawa Barat 590.00

10 Tahura Pancoran Mas Depok Jawa Barat 6.00

11 Tahura Gunung Palasari Jawa Barat 35.81

12 Tahura Ngargoyoso Jawa Tengah 231.30

13 Tahura Gunung Bunder Yogyakarta 617.00

14 Tahura R. Suryo Jawa Timur 27,828.30

15 Tahura Ngurah Rai Bali 1,392.00

16 Tahura Nuraksa Nusa Tenggara Barat 3,155.00 17

Tahura Prof. Ir Herman

Yohanes Nusa Tenggara Timur 1,900.00

18 Tahura Sultan Adam Kalimantan Selatan 112,000.00 19 Tahura Bukit Suharto Kalimantan Timur 67,766.00

20 Tahura Sulteng Sulawesi Tengah 7,128.00

21 Tahura Bontobahari Sulawesi Selatan 3,475.00

22 Tahura Sinjai Sulawesi Selatan 720.00

23 Tahura Murhum Sulawesi Tenggara 7,877.00

Sumber : Statistik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2014

Provinsi Banten telah memiliki Taman Hutan Raya (Tahura) yang diberi nama Tahura Carita dengan luas ±1,590.00 Ha sesuai Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: SK.221/Menhut-II/2012 tanggal 4 Mei 2012 tentang Perubahan Fungsi antar Fungsi Pokok dari Kawasan Hutan Produksi Terbatas seluas ±833 Ha, dan Hutan Produksi Tetap seluas ±662 Ha serta perubahan fungsi dalam fungsi pokok dari Taman Wisata Alam Carita seluas ±95

(19)

Ha menjadi Kawasan Hutan Konservasi dengan fungsi Taman Hutan Raya seluas

±1.950 Ha yang terletak di kelompok Hutan Gunung Aseupan Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten dengan nama Tahura Banten.

Selanjutnya berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor SK.3108/Menhut-VII/KUH/2014 tanggal 25 April 2014, tentang Penetapan Kawasan Hutan Konservasi Taman Hutan Raya Banten seluas 1,595.90 hektar di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, maka luas definitif kawasan Tahura Banten tersebut adalah 1,595.90 Ha.

Tahura Banten meliputi satu Kecamatan yaitu Kecamatan Carita yang terdiri dari Desa Sukarame, Desa Sukanagara, Desa Cinoyong, dan Desa Kawoyang.

Tahura memiliki potensi sumber daya alam berupa hutan yang bernilai ekonomi dan ekologi cukup tinggi karena memiliki kekhasan ekosistem serta tingkat keanekaragaman hayati (biodiversity) yang tinggi antara lain seperti berbagai jenis flora yang baik endemik maupun eksotik (tanaman lokal tipe pegunungan, koleksi jenis-jenis Meranti dari seluruh Indonesia, dan lain-lain) dan berbagai jenis fauna yang sudah langka dan atau dilindungi (Burung Paok, Burung Anis, dan Trenggiling). Semua potensi tersebut mempunyai peranan penting bagi pengembangan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

Bedasarkan observasi dan wawancara awal yang peneliti lakukan kepada pengurus Tahura Banten bahwasannya dalam pengembangan Tahura Banten saat ini sangatlah memprihatinkan, kurangnya perhatian Pemerintah Provinsi Banten

(20)

dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten yang ditunjuk sebagai pengelolaan Tahura Banten dalam pengembangan Tahura Banten masih banyak menimbulkan permasalahan.

Setelah peneliti melakukan observasi awal pada lokasi penelitian, ada beberapa permasalahan yang terjadi dalam pengembangan Tahura Banten, diantaranya adalah :

Pertama, Kurangnya sarana dan prasarana pendukung bagi para pengunjung yang datang ke kawasan Tahura Banten.

Berikut tabel 1.2 sarana dan prasarana yang dimiliki Tahura Banten saat ini:

Tabel 1.2

SARANA DAN PRASARANA YANG DIMILIKI TAHURA BANTEN Sarana Dan Prasarana yang Dimiliki Tahura Banten

1. Bendungan 1 bendungan

2. Camping Ground 4 Titik Lokasi

3. Balai Informasi 1 Balai

4. Tempat Ibadah (Mushola) 1 mushola

5. Tempat Sampah Minim

6. Tempat Peristirahatan Minim

7. Warung/Kantin Tersedia

8. Toilet Tersedia

9. Lahan Parkir Minim

10. Pos Penjagaan Minim

11. Listrik Belum Tersedia

Sumber: Peneliti, 2016

Dari observasi awal yang peneliti lakukan, terlihat jelas bahwa sarana dan prasarana yang terdapat pada Tahura Banten masih memprihatinkan, dimana:

1. Terdapat satu bendungan yang berfungsi untuk mengairi sawah milik masyarakat sekitar Tahura Banten

(21)

2. 4 titik lokasi camping ground yang dipergunakan untuk pengunjung yang akan melakukan penelitian dan bermalam di kawasan Tahura Banten, 4 titik lokasi tersebut dikelompokan berdasarkan luas dan tingkat kegunaan, yaitu blok A diperuntukan untuk anak-anak SD karena masih berdekatan dengan kantor balai pengelolaa sehingga sinar lampu masih tersedia, blok B diperuntukan untuk anak-anak SMP hingga SMA, blok C diperuntukan untuk mahasiswa dan umum, dan blok D untuk mahasiswa dan umum.

3. Balai informasi yang berguna untuk memberikan pelayanan informasi kepada pengunjung yang ingin bertanya seputar Tahura Banten

4. Tempat ibadah (mushola) yang terletak di pintu masuk Tahura

5. Tempat sampah yang minim dengan luas lokasi Tahura Banten

±1.595.90 Ha terdapat 4 tempat sampah disepanjang jalan sehingga masih banyaknya pengunjung yang membuang bekas pembungkus makanannya secara sembarangan disepanjang jalan.

6. Tempat peristirahatan yang masih minim karena hanya ada satu tempat peristirahatan berupa pendopo berukuran kecil tetapi tidak terdapat kursi di sepanjang jalan Tahura Banten.

7. Warung/Kantin yang tersedia di area lahan parkir kendaraan pengunjung.

8. Toilet bagi pengunjung tersedia di lingkungan mushola dan di dalam balai informasi.

(22)

9. Lahan parkir yang tidak layak karena masih banyak kendaraan yang terparkir disepanjang jalan Tahura Banten.

10. Pos penjagaan keamanan yang masih minim bagi pengunjung yang terkena musibah di Tahura Banten.

11. Listrik yang belum tersedia membuat pengunjung yang bermalam di Tahura Banten merasa tidak nyaman dengan kondisi yang gelap tanpa cahaya bantuan dari lampu (observasi, 27 November 2016).

Kedua, Kurangnya peran aktif Pemerintah dan Pengelola dalam pengelolaan kawasan Tahura Banten. Dari hasil wawancara awal dengan Bapak Frengki selaku koordinator lapangan Tahura Banten mengatakan bahwa masih sering terjadi pembalakan liar yang dilakukan oleh masyarakat di dalam kawasan Tahura. Kejadian tersebut tidak terjadi sekali atau dua kali dalam satu tahun, pembalakan liar bukan dilakukan oleh masyarakat kecil melainkan oleh oknum swasta yang memanfaatkan keadaan demi meraih defisa tinggi bagi perusahaannya. Belum ada tindakan oleh pemerintah dan pengelola terhadap tindakan tersebut.

Ketiga, Lemahnya strategi pengembangan kawasan untuk menarik minat pengunjung mengunjungi kawasan Tahura Banten. Hal tersebut dikarenakan kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh Pemerintah dan Pengelola Balai. Dari hasil observasi dan wawancara awal yang peneliti lakukan terlihat bahwa masih sedikitnya pengunjung yang berasal dari luar daerah untuk berkunjung ke kawasan Tahura. Yang peneliti jumpai di kawasan tersebut hanya pengunjung lokal yang berada di lingkungan Tahura saja, sedangkan pengunjung luar daerah

(23)

bahkan mancan negara hanya segelintir orang yang mengetahuinya. Banyak dari pengunjung yang berkata mereka mengetahui Tahura Banten dari teman, keluarga, dan sahabat yang berdomisili di Carita. Pihak pengelola saat ini menggunakan sistem promosi berupa pamflet, brosur, dan media sosial yaitu Instagram yang beralamatkan @tahurabanten. Hal tersebut terbukti bahwa lemahnya strategi pengembangan yang pengelola lakukan untuk menarik minat pengunjung untuk berkunjung ke kawasan Tahura.

Dari uraian diatas perlu disadari oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten yang sangat berperan penting dalam mengembangkan Tahura Banten. Solusi-solusi yang dimaksud dalam hal ini adalah strategi terkait dengan pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Banten agar dapat lebih berdaya saing dalam menarik pengunjung. Strategi sebagai bentuk upaya yang dilakukan untuk menciptakan dan melestarikan kawasan wisata dengan menggunakan dimensi-dimensi strategi yang menciptakan strategi yang sesuai dengan pengembangan Tahura Banten ini. Sehingga dengan demikian pemerintah dalam hal ini Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi Banten dapat mengambil langkah yang strategis dari pilihan yang ada.

Strategi menjadi sangat penting bagi pengembangan sebuah organisasi/perusahaan dalam rangka pencapaian tujuan, baik tujuan jangka pendek maupun jangka panjang. Analisa dalam pengembangan strategi berdasarkan dimensi-dimensi strategi yang digunakan yaitu Tujuan, Kebijakan dan Program (Mintzberg, Lampel, Quinn, Ghoshal : 2003). Oleh karena itu, penyusunan strategi merupakan langkah taktis yang bersifat sistematis dalam pencapaian

(24)

tujuan organisasi. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti begitu tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Alternatif Strategi Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Banten di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang”.

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah proses untuk mengenali dan membuat asumsi- asumsi berdasarkan observasi maupun studi pendahuluan pada lokus penelitian yang diarahkan pada upaya untuk mengidentifikasi dan membatasi ruang lingkup faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi munculnya suatu kondisi yang menarik perhatian untuk diteliti.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka dalam penelitian ini dapat diidentifikasi masalahnya, yaitu :

1. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung bagi para pengunjung yang datang ke kawasan Tahura Banten.

2. Kurangnya peran aktif Pemerintah dan Pengelola dalam pengelolaan kawasan Tahura Banten

3. Lemahnya strategi pengembangan kawasan untuk menarik minat pengunjung mengunjungi kawasan Tahura Banten

1.3 Batasan Masalah

Peneliti menyadari bahwa permasalahan yang terdapat pada pengembangan Tahura Banten di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang sangatlah kompleks, akan tetapi dalam penelitian ini peneliti tidak dapat melakukan penelitian pada semua masalah tersebut sehingga peneliti membatasi

(25)

ruang lingkup permasalahan pada Alternatif Strategi Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Banten di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang.

1.4 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas yang telah dipaparkan, maka sebagai rumusan masalah yang akan dikaji adalah Alternatif strategi apakah yang paling tepat untuk dikembangkan pada Taman Hutan Raya (Tahura) Banten di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah hal-hal yang ingin dicapai dalam penelitian.

Tujuan penelitian ini merupakan kelanjutan atau jawaban dari apa yang telah di kemukakan di dalam identifikasi masalah. Dengan demikian tujuan penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Bertolak dari definisi tersebut dan permasalahan diatas maka, penelitian ini mempunyai tujuan untuk hal yang berkaitan terhadap Alternatif Strategi Pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Banten di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang yaitu untuk mengetahui alternatif strategi pengembangan apakah yang tepat untuk dikembangkan pada Tahura Banten di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang.

1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan teori-teori yang berkaitan dengan alternatif strategi pengembangan Tahura Banten.

(26)

1.6.2 Secara Praktis 1. Bagi Peneliti

1) Bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menuliskan karya ilmiah dalam menganalisis permasalahan di lapangan.

2) Sebagai masukan pengetahuan bagi peneliti tentang upaya pengembangan Tamna Hutan Raya (Tahura) Banten.

3) Menambah wawasan dengan ilmu yang telah diperoleh dari perkuliahan dan mencoba menemukan sesuatu yang baru yang belum pernah diperoleh dari pendidikan formal.

2. Bagi Jurusan Administrasi Publik

Dapat dijadikan bahan untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Instansi Pemerintah

1) Rujukan bagi pengelola dalam pengembangan Taman Hutan Raya (Tahura) Banten.

2) Memberikan masukan kepada Dinas Kehutanan dan Perkebunan untuk dapat memperbaiki dan menambah fasilitas sarana dan prasarana Taman Hutan Raya (Tahura) Banten.

1.7 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari latar belakang masalah yang menerapkan ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif, dari lingkup yang paling umum sehingga menukik kemasalah paling khusus atau spesifik. Kemudian selanjutnya yaitu identifikasi masalah, dalam hal ini identifikasi masalah

(27)

mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari tema/topik/judul penelitian atau masalah. Pembatasan masalah dan perumusan masalah dari hasil identifikasi tersebut ditetapkan masalah yang paling urgen yang berkaitan dengan judul penelitian. Maksud dan tujuan, dalam hal ini mengungkapkan tentang sasaran yang ingin dicapai dengan dilaksanakan penelitian. Kemudian terdapat juga kegunaan penelitian yang akan diteliti dan yang terakhir yaitu sistematika penulisan yang menjelaskan ini dari bab per bab yang ada dalam penelitian.

BAB II DESKRIPSI TEORI

Terdapat deskripsi teori dan kerangka berfikir. Deskripsi teori mengkaji tentang berbagai teori yang relevan dengan permasalahan dan variabel berfikir sedangkan kerangka berfikir menceritakan alur pemikiran peneliti dalam penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Terdiri dari metode penelitian yang menjelskan tentang penggunaan metode yang digunakan. Instrumen penelitian menjelskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan data. Populasi dan sampel penelitian menjelaskan wilayah generalisasi dan teknik pengambilan sampel dan generalisasinya. Teknik pengolahan dan analisa berperan dalam menjelaskan tentang tempat dan waktu penelitian tersebut.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan mengenai Deskripsi Objek Penelitian, Gamabran Umum Unit Pelaksana Teknis Taman Hutan Raya (Tahura) Banten, Deskripsi dan Analisis Data, Informasi Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian.

(28)

BAB V PENUTUP

Pada bab ini peneliti menjelskan mengenai: kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, kemudian memberikan saran-saran yang bersifat konstruktif pada instansi yang terkait dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Memuat daftar referensi (literatur lainnya) yang dipergunakan dalam penelitian.

LAMPIRAN

Menyajikan lampiran-lampiran yang dianggap perlu oleh peneliti, yang berhubungan dengan data penelitian, dan tersusun

(29)

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

Pada bab ini peneliti akan menggunakan beberapa teori yang mendukung masalah dalam penelitian ini, dimana berfungsi untuk menjelaskan dan menjadi panduan dalam penelitian. Penelitian mengenai Alternatif Strategi Pengembangan Taman Hutan Raya (TAHURA) Banten di Kecamatan Carita Kabupaten Pandeglang, yang akan dikaji dengan beberapa teori dalam ruang lingkup Administrasi Publik untuk mendukung masalah penelitian diantaranya yaitu:

Strategi, Analisis SWOT, Analisis Pengembangan Kawasan Taman Hutan Raya, serta untuk melengkapi peneliti lampirkan penelitian terdahulu sebagai bahan kajian dalam penelitian ini.

2.1.1 Pengertian Strategi

Istilah strategi berasal dari bahasa yunani strategis (stratos : militer, dan ag : pemimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seorang jendral, dimana jendral tersebut dibutuhkan untuk memimpin suatu angkatan perang agar dapat selalu memenangkan perang. Strategi merupakan cara terbaik yang dijalankan untuk mencapai tujuan tertentu. Selain itu pula bahwa strategi adalah suatu cara atau langkah-langkah yang harus ditempuh oleh organisasi dalam mencapai tujuannya dalam menentukan persaingan dengan para kompetitornya.

Strategi secara umum adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan

(30)

suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebuut dapat dicapai. Sedangkan secara khusus strategi merupakan tidakan yang bersifat senantiasa meningkat dan terus-menerus. Strategi menurut J.L Thompson (dalam Oliver, 2007:2) mendefinisikan strategi sebagai cara untuk mencapai sebuah hasil akhir, hasil akhir menyangkut tujuan dan sasaran organisasi. Strategi merupakan cara yang sifatnya mendasar dan fundamental yang akan dipergunakan oleh suatu organisasi atau perusahaan untuk mencapai tujuan dan berbagai sasarannya dengan selalu memperhitungkan kendala lingkungan yang pasti dihadapi.

Strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan. Namun untuk mencapai suatu tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja tetapi harus menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya. Fred R. David (2010) mendefinisikan strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan jangka panjang.

Strategi adalah tindakan potensial yang membutuhkan keputusan manajemen tingkat atas dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Strategi memiliki konsekuensi yang multifungsi dan multidimensi serta perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan internal yang dihadapi perusahaan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa strategi merupakan pola umum yang terdiri dari tahapan untuk mencapai tujuan yang dimulai dari cara pelaksanaan dan langkah sebagai pedoman untuk mencapai tujuan tertentu.

Strategi dalam segala hal digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Tujuan tidak akan mudah dicapai tanpa strategi, karena pada dasarnya segala

(31)

tindakan untuk pembuatan tujuan tidak terlepas dari strategi. Agar semua perencanaan dari suatu kegiatan tercapai dengan baik, tentunya harus sesuai dengan strategi yang telah tersusun dengan baik. Oleh karena itu, perlu ditetapkan kriteria strategi dalam mencapai suatu tujuan yaitu:

a. Strategi pemberdayaan masyarakat

b. Strategi peningkatan kapasitas sumber daya c. Strategi perlindungan sosial

d. Strategi peningkatan kualitas lingkungan 2.1.1.1 Metode Perumusan Strategi

Dalam perumusan strategi yang terpenting adalah bagaimana pemilikan suatu strategi dilakukan menurut William R. King proses pemilikan strategi dilakukan berdasarkan :

a. Pengembangan strategi (strategic development) b. Penyempurnaan (refinement)

c. Evaluasi

Pengembangan strategi meliputi pencairan strategi dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Penyempurnaan strategi merupakan elaborasi strategi-strategi yang ditentukan apakah dapat dianggap memungkinkan untuk mewujudkan tujuan yang memiliki aspek-aspek tertentu. Evaluasi strategi dimaksudkan suatu pertimbangan terhadap berbagai strategi yang telah dipilih, dikembangkan dan disempurnakan untuk memastikan alternatif mana yang paling sesuai untuk dapat digunakan sebagai upaya dalam mencapai tujuan yang ditentukan.

(32)

Perumusan strategi antara lain dapat didasarkan atas hasil analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats analysis) sebagaimana dilakukan pada waktu mengadakan premises perencanaan yang lazimnya juga disebut situation audit dengan memanfaatkan kekuatan dan kesempatan tertungkap.

Dalam pengadaan premises melalui analisis SWOT dapat terungkap data strategis yang terdiri atas kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan tantangan.

Faktor-faktor tersebut berasal dari keadaan ekstern, dan prakiraan keadaan (ekstern dan intern) serta disebut sebagai profil keuntungan strategis (kekuatan dan kelemahan) serta profil kesempatan dan tantangan lingkungan (kesempatan dan tantangan).

2.1.2 Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan teknik historis yang terkenal dimana para pemimpin menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategis organisasi. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari “kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal organisasi (kekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman).

Kesesuaian yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan peluang organisasi serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini memiliki implikasi yang bagus dan mendalam bagi desain dari strategi yang berhasil (Pearce and Robinson, 2011:200).

Dari bahasan analisis SWOT, maka peluang-peluang dan ancaman- ancaman dari hasil analisis eksternal, bersama dengan kekuatan-kekuatan dan

(33)

kelemahan-kelemahan organisasi dari hasil analisis internal akan menjadi masukan dalam menyusun analisis SWOT. Strengths merupakan faktor-faktor kekuatan yang dimiliki oleh suatu organisasi yang meliputi ketrampilan, produk , atau sebagainya dalam mencapai tujuan organisasi. Weaknesses yang terdapat dalam tubuh suatu organisasi seperti keterbatasan dalam hal sumber, ketrampilan dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan. Threats merupakan faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan, sedangkan Opportunities merupakan sebagian situasi lingkungan yang menguntungkan bagi suatu organisasi.

Setelah dilakukan analisis SWOT yang memetakan analisis lingkungan eksternal dan internal organisasi, maka perusahaan tentunya memikirkan bagaimana organisasi menggunakan analisis SWOT dalam menuangkan strategi yang akan dilakukan. Dalam penyusunan strategi, organisasi tidak selalu harus mengejar semua peluang yang ada, tetapi perusahaan dapat membangun suatu keuntungan kompetitif dengan mencocokkan kekuatannya dengan peluang masa depan yang akan dikejar. Untuk dapat membangun strategi yang mempertimbangkan hasil dari analisis SWOT, dibangunlah TOWS Matriks.

TOWS Matriks (TOWS hanya kebalikan atau kata lain dalam ungkapan SWOT) mengilustrasikan bagaimana peluang dan ancaman pada lingkungan eksternal dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan dari organisasi, sehingga hasil yang diperoleh dapat digambarkan melalui empat set alternatif strategi (Wheelen and Hunger, 2012:230).

(34)

Matriks Kekuatan – Kelemahan – Peluang – Ancaman (Strenght- Weaknesses-Opportunities-Threats) SWOT adalah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi: Strategi SO (Kekuatan-Peluang), Strategi WO (Kelemahan-Peluang), Strategi ST (Kekuatan- Ancaman), dan Strategi WT (Kelemahan-Ancaman). Mencocokkan faktor-faktor eksternal dan internal utama merupakan bagian tersulit dalam mengembangkan Matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik – dan tidak ada satu pun paduan yang paling benar (David .R. Fred, 2010:327).

Strategi SO (SO Strategies) memanfaatkan kekuatan internal organisasi untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal. Semua manajer tentunya menginginkan organisasi mereka berada dalam posisi dimana kekuatan internal dapat digunakan untuk mengambil keuntungan dari berbagai tren dan kejadian eksternal. Secara umum, organisasi akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT untuk mencapai situasi dimana mereka dapat melaksanakan Strategi SO. Jika sebuah perusahaan memiliki kelemahan besar, maka perusahaan akan berjuang untuk mengatasinya dan mengubahnya menjadi kekuatan. Ketika sebuah organisasi dihadapkan pada ancaman yang besar, maka organisasi akan berusaha untuk menghindarinya untuk berkonsentrasi pada peluang.

Strategi WO (WO Strategies) bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Terkadang, peluang-peluang besar muncul, tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghalanginya memanfaatkan peluang tersebut.

(35)

Strategi ST (ST Strategies) menggunakan kekuatan sebuah organisasi untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Hal ini bukan berarti bahwa suatu organisasi yang kuat harus selalu menghadapi ancaman secara langsung didalam lingkungan eksternal.

Strategi WT (WT Strategies) merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal.

Sebuah organisasi yang menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal benar-benar dalam posisi yang membahayakan. Dalam kenyataannya, perusahaan semacam itu mungkin harus berjuang untuk bertahan hidup, melakukan merger, penciutan, menyatakan diri bangkrut, atau memilih likuidasi.

Pada tabel berikut dapat menjelaskan TOWS Matriks secara singkat.

2.1 Tabel Matrik TOWS Faktor-faktor

Internal Faktor-faktor Eksternal

Kekuatan (S)

Daftarkan 5-10 kekuatan internal disini

Kelemahan (W)

Daftarkan 5-10 kekuatan internal disini

Peluang (O) Daftarkan 5-10 kekuatan eksternal disini

Strategi S-O

Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W-O

Buat strategi disini yang memanfaatkan peluang

untuk mengatasi

kelemahan Ancaman (T)

Daftarkan 5-10 kekuatan eksternal disini

Strategi S-T

Buat strategi disini yang menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman

Strategi W-T

Buat strategi disini yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber : Hunger and Wheelen, (2003:231)

(36)

1) S-O strategi : Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang 2) W-O strategi : Memanfaatkan peluang untung mengatasi kelemahan 3) S-T strategi : Menggunakan kekuatan untuk mengatasi/mengurangi

dampak dari ancaman

4) W-T strategi : Menghilangkan atau mengurangi kelemahan agar tidak rentan terhadap ancaman.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa analisis SWOT merupakan teknik para pemimpin menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategis organisasi. Dari hasil kompetisi diatas akan diperoleh banyak kemungkinan strategi yang dapat dilakukan organisasi. Tetapi, organisasi harus berani memilih beberapa strategi yang kritikal dan memberikan dampak terbesar bagi kemajuan organisasi. Organisasi harus mempertimbangkan pemilihan strategi yang sesuai dengan nilai- nilai perusahaan dan tanggung jawab organisasi terhadap lingkungan sekitar (social responsibility). Dengan mempertimbangkan hal-hal diatas maka akan diperoleh strategi yang diterima oleh anggota masyarakat.

2.1.3 Konsep Pariwisata 2.1.3.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah semua proses yang ditimbulkan oleh arus perjalanan lalu lintas orang-orang dari luar ke suatu Negara atau daerah dan segala sesuatu yang terkait dengan proses terebut seperti makan/minum, transportasi, akomodasi, dan objek atau hiburan (Viloletta Simatupang, 2009:24). Pariwisata merupakan

(37)

aktivitas, pelayanan dan produk hasil industri pariwisata yang mampu menciptakan pengalaman perjalanan bagi wisatawan (Muljadi, 2012:7).

Mcintosh (1995) dalam (Muljadi, 2012:7), menyatakan bahwa pariwisata adalah

“... a composite of activities, services and industries that delivers a travel experience: transportation, accommodation, eating and dringking establishment, shops, entertainment, activity, and other hospitality service available for individuals or group that are away from home”.

WTO dalam (Muljadi A.J 2012:9) mendefinisikan pariwisata sebagai

“the activities of persons travelling to and staying in places outside their usual environment for not more than one concecutive year for leisure, business and other purposes”.

Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat dan pemerinth daerah (Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal 1, ayat 3). Sedangkan definisi Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan Negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha (Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Bab I, Pasal 1, Ayat 1).

Menurut Richardson and Fluker (2004) dalam (Pitana dan Diarta, 2009:46) mengatakan bahwa definisi pariwisata yang dikemukakan mengandung beberapa unsur pokok yaitu :

(38)

1. Adanya unsur travel (perjalanan), yaitu pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lain.

2. Adanya unsur “tinggal sementara” ditempat yang bukan merupakan tempat tinggal yang biasanya; dan

3. Tujuan utama dari pergerakan manusia tersebut bukan untuk mencari penghidupan/pekerjaan ditempat yang dituju.

Dari penjelasan tentang pariwisata diatas dapat disimpulkan bahwa pariwisata merupakan kegiatan wisata yang didukung dengan segala fasilitas dan sekaligus kegiatan wisata yang menguntungkan berbagai pihak baik pengunjung atau wisatawan, warga setempat dan pemerintah. Namun dari beberapa definisi diatas terlihat bahwa pariwisata akan memberikan keuntungan apabila dikelola secara maksimal baik oleh pemerintah, pihak swasta, masyarakat, dan wisatawan.

Dari definisi yang sudah dijabarkan diatas tentunya tersirat manfaat dari kepariwisataan tersebut, yaitu sebagai berikut :

1. Kepariwisataan merupakan kegiatan pemakaian jasa yang beraneka ragam atau kepariwisataan adalah suatu kumpulan dari beraneka ragam pemakaian jasa, sehingga para wisatawan memerlukan jasa hotel, jasa makan/minum, jasa angkutan dan lain-lain.

2. Pada hakikatnya, kepariwisataan dengan sektor – sektor ekonomi yang lain

“saling ketergantungan” dengan gambaran yang jelas seperti beberapa contoh pertanyaan sebagai berikut:

1) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah menimbulkan dampak produksi di segala sektor?

(39)

2) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada peningkatan jumlah impor?

3) Kenaikan jumlah kedatangan wisatawan, apakah berdampak pada kesempatan lapangan kerja?

4) Apakah peningkatan dibidang kepariwisataan berpengaruh secara tidak langsung terhadap pajak?

3. Pengeluaran wisatawan disuatu Negara/wilayah yang dikunjungi berpengaruh secara signifikan, sebab:

1) Pengeluaran wisatawan dapat digolongkan menjadi tiga golongan yaitu:

a) Transportasi;

b) Akomodasi, makan, dan minum

c) Dampak pengeluaran wisatawan mancanegara menambah devisa Negara. (Muljadi, 2012:119-120)

Dapat disimpulkan manfaat pariwisata yang dijabarkan Muljadi bahwa pariwisata akan memiliki manfaat yang akan dirasakan oleh berbagai pihak baik pihak swasta, pemerintah, dan masyarakat. Selain itu manfaat pariwisata yang terpenting adalah menambah devisa Negara.

2.1.3.2 Pengembangan Pariwisata

Strategi pengembangan pariwisata menurut Rangkuti (2002: 3) sebagaimana mengutip Chandler, strategi merupakan suatu alat untuk mencapai tujuan dalam kaitannya dengan jangka panjang, program tindak lanjut serta prioritas sumber daya. Selanjutnya menurut Marpaung (2007 : 19):

(40)

“Perkembangan kepariwisataan bertujuan memberikan keuntungan baik bagi wisatawan maupun warga setempat. Pariwisata dapat memberikan kehidupan yang standar kepada warga setempat melalui keuntungan ekonomi yang didapat dari tujuan wisata. Dalam perkembangan infrastruktur dan fasilitas rekreasi, keduanya menguntungkan wisatawan dan warga setempat, sebaliknya kepariwisataan dikembangkan melalui penyediaan tempat tujuan wisata”.

Hal tersebut dilakukan melalui pemeliharaan kebudayaan, sejarah dan taraf perkembangan ekonomi dan suatu tempat wisata yang masuk dalam pendapatan untuk wisatawan akibatnya akan menjadi pengalaman yang unik dari tempat wisata. Pada waktu yang sama, ada nilai-nilai yang membawa serta dalam perkembangan kepariwisataan. Sesuai dengan panduan, maka perkembangan pariwisata dapat memperbesar keuntungan sambil memperkecil masalah-masalah yang ada.

2.1.3.3 Pengelolaan Pariwisata

Pengelolaan atau manajemen berasal dari bahasa Inggris yaitu

“management”. Manajemen adalah konsep perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Yohanes Yahya. 2006:1). Menurut Leiper dalam Pitana (2009:80) pengelolaan (manajemen) merujuk kepada seperangkat peranan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang, atau bisa juga merujuk kepada fungsi-fungsi yang melekat pada peran tersebut.

Ahli manajemen mengemukakan sudut pandang yang hamper sama mengenai urutan fungsi manajemen, misalnya fungsi-fungsi manajemen menurut George Terry yang biasa di singkat POAC yaitu Planning (perencanaan),

(41)

Organizing (pengorganisasian) Actuating (penggerakkan), Controlling (pengawasan). Henri Fayol mengurutkan lima fungsi manajemen yang dikenal dengan singkatan POCCC, yaitu Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Commanding (perintah), Cordinating (pengkoordinasian), Controlling (pengawasan). Luther M Guillick mengurutkan enam fungsi manajemen dengan singkatan POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting, dan Budgeting).

Pengelolaan pariwisata haruslah mengacu pada prinsip-prinsip pengelolaan yang menekankan pada nilai-nilai kelestarian lingkungan alam, komunitas, dan nilai sosial yang memungkinkan wisatawan menikmati kegiatan wisatanya serta bermanfaat bagi kesejahteraan komunitas lokal. Menurut Cox dalam Pitana dan Diarta (2009:81), pengelolaan pariwisata harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut :

a. Pembangunan dan pengembangan pariwisata haruslah didasarkan pada kearifan lokal dan special local sense yang merefleksikan keunikan peninggalan budaya dan keunikan lingkungan.

b. Preservasi, proteksi, dan peningkatan kualitas sumber daya yang menjadi basis pengembangan kawasan pariwisata.

c. Pengembangan atraksi wisata tambahan yang mengakar pada khasanah budaya lokal.

d. Pelayanan kepada wisatawan yang berbasis keunikan dan pengembangan lingkungan lokal.

(42)

e. Memberikan dukungan dan legitimasi pada pembangunan dan pengembangan pariwisata jika terbukti memberikan manfaat positif, tetapi sebaliknya mengendalikan atau mengehentikan aktivitas pariwisata tersebut jika melalmpaui ambang batas (carrying capacity) lingkungan alam atau akseptabilitas sosial walaupun di sisi lain mampu meningkatkan pendapatan masayarakat.

Untuk menyinergikan pengelolaan pariwisata yang memenuhi prinsip- prinsip pengelolaan dalam uraian sebelumnya, diperlukan suatu metode pengelolaan yang menjamin keterlibatan semua aspek dan komponen pariwisata.

Metode pengelolaan pariwisata menurut WTO dalam Pitana dan Diarta (2009:88) mencakup beberapa kegiatan berikut :

a. Pengkonsultasian dengan semua pemangku kepentingan

b. Pengidentifikasian isu yang mungkin muncul dalam kegiatan pariwisata c. Penyusunan kebijakan

d. Pembentukan dan pendanaan agen dengan tugas khusus e. Penyediaan fasilitas dan operasi

f. Penyediaan kebijakan fiskal, regulasi, dan lingkungan sosial yang kondusif g. Penyelesaian konflik kepentingan dalam masyarakat

2.1.4 Konsep Taman Hutan Raya 2.1.4.1 Pengertian Taman Hutan Raya

Taman hutan raya merupakan kawasan hutan yang ekosistemnya dilindungi, termasuk tumbuhan dan satwa yang ada di dalamnya. Taman Hutan Raya sebagaimana dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 108

(43)

tahun 2015 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 2011 tentang pengelolaan kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam adalah Kawasan Pelestarian Alam (KPA) untuk tujuan koleksi tumbuhan dan/atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan jenis asli, yang tidak invasif dan dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata, dan rekreasi. Sedangkan manfaat lain yang didapat dari keberadaan

Taman Hutan Raya adalah sebagai penyediaan lingkungan yang sehat merupakan faktor-faktor utama pendukung keberlangsungan kehidupan manusia.

Beberapa kriteria lingkungan hidup yang baik bagi kehidupan manusia adalah tersedianya sumber air yang sehat, layak untuk dikonsumsi, terdapat habitat hunian yang sehat dan tersedianya udara segar. Selain itu untuk keperluan lingkungan lainnya, seperti ketersediaan lahan pertanian yang layak untuk aneka usaha pertanian, perkebunan, kehutanan, dan gatra usaha lain.

2.1.4.2 Sasaran Pengelolaan Taman Hutan Raya 1. Kemantapan Kawasan

1) Dalam jangka waktu pengelolaan 10 tahun pertama diharapkan telah dicapai kemantapan kawasan, baik kemantapan kawasan secara de jure (aspek legal sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku) maupun de facto (diakui oleh para pihak).

2) Teratasi secara efektif perambahan kawasan dan penyelesaian program pengelolaan hutan bersama masyarakat.

Gambar

Gambar 2.1  Alur Kerangka Berpikir
Tabel 3.1  Informan Penelitian
Tabel 3.2  Jadwal Penelitian  N
Tabel 4.4  Informan Penelitian

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

(Winarsunu, 2006:14) Dalam penelitian ini kelas yang diambil sebagai sampel adalah siswa kelas VIII A yang terdiri dari 35 siswa sebagai kelompok kontrol dengan

Secara keseluruhan tambahan penerimaan yang diperoleh dari usahatani cabai lebih besar dari tambahan biaya yang ditimbulkan akibat perlakuan Bokasi dan Super ACI..

Berdasarkan homogenitas/heterogenitas dan karakteristik semua partisipan yang terkait pada kelembagaan, pihak yang menjadi pelaku utama kemitraan adalah (1) petani cluster

Faktor utama pembatas kesesuaian lahan untuk budidaya tambak di Kabupaten Lamongan yaitu kandungan bahan organik dan unsur nitrogen total tanah tambak yang relatif

Sedangkan untuk persamaan reaksi kimia yang melibatkan banyak pereaksi dan hasil reaksi kimia seperti pada materi kimia menyetarakan reaksi redoks, aplikasi ChemMobile

Defisiensi G6PD adalah suatu kelainan enzim yang terkait kromosom sex (x-linked), yang diwariskan, dimana aktifitas atau stabilitas enzim G6PD menurun, sehingga menyebabkan

(1) Inspektur Pembantu Wilayah II sebagaimana dimaksud dalam Pasal 507 ayat (4) huruf c, mempunyai tugas pokok membantu Inspektur dalam melakukan pengawasan

Dari 8 varietas yang diuji, varietas lokal (Siam Mutiara) sebagai pembanding masih menjadi pilihan pertama yang sangat disukai baik berasnya maupun rasa nasi.Siam Mutiara mempu- nyai