• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Potensi Liang Kabori Sebagai Objek Pariwisata Di Kabupaten Muna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi Potensi Liang Kabori Sebagai Objek Pariwisata Di Kabupaten Muna"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh : ALFREDHO SEPTIAN

1.06.10.020

JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

(2)

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillahirabbil’alamin, dengan memanjatkan puji dan syukur atas

kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan segala rahmat, karunia dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Strata 1. Shalawat beserta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Muhammad SAW., beserta keluarga serta sahabat hingga akhir zaman. Aamiin ya Rabbal’alaamiin.

Penulis meyandari bahwa dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna. Namun pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang selama penyusunan tugas akhir ini telah banyak memberi bantuan baik berupa bantuan moril dan materil maupun berupa saran, dan dorongan semangat kepada penulis. Oleh sebab itu, dengan segala rasa hormat dan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Baharun dan Ibu Sumiati, yang sangat penulis cintai beserta adik penulis yaitu Muhammad Aza’at sabillah dan Muamar amal taliban yang sangat penulis sayangi. Terimakasih atas segala dukungan, dorongan, semangat, kasih sayang, dan doa yang tiada henti-hentinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan yang sangat tulus kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dan memperoleh gelar Strata 1;

2. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, MSc., selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia;

3. Bapak Prof. Dr.H. Denny Kurniadie, Ir. MSc., selaku Dekan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer;

(3)

selama pengerjaan tugas akhir ini. Terimakasih banyak, Bapak.

6. Ibu Ir. Romeiza Syafriharti, MT. sebagai dosen pembahas dan penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun dalam penulisan Tugas Akhir ini.

7. Ibu Dr. Lia Warlina, Ir., M.Si. sebagai dosen pembahas dan penguji yang telah memberikan masukan, saran, dan kritik yang membangun dalam penulisan Tugas Akhir ini.

8. Seluruh Dosen dan Sekretariat Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia;

9. Seluruh pegawai dan staf di Instansi Pemerintahan dan tokoh masyarakat yang terlibat selama proses penyusunan Laporan Tugas Akhir ini;

10. Sahabat-sahabat PWK Universitas Komputer Indonesia angkatan 2010 yaitu Natalius Lampang, Riyan Hidayatullah, Chandra Firmansyah, Goldie Melinda W., Ilham Dirgayusa, Selfa Septiani A., Riska Helman, Ricky Wildansyah Hsb., Barnes Chrisma N., Tasa Andrian, Muhammad Yuda Islami, Edison Siboro, Ismaturrachman, Christi Maria, dan Faisal Perwira yang selalu ada memberikan semangat, dukungan, dan do’a. Semoga selamanya kita akan terus kompak dan solid hingga akhir hayat memisahkan kita. Aamiin;

11. Sahabat-sahabat PWK Universitas Komputer Indonesia angkatan 2010 dan 2011, Teman seperjuangan dalam pembuatan tugas akhir, Ricky Wildansyah Hasibun, Laode Ismail Munajad, Muhammad Yuda Islami, Ilham Dirgayusa dan Edison Siboro. Terimakasih atas kebersamaan kita selama 5 tahun terakhir ini, semoga perjalinan kita sebagai saudara tetap erat meskipun nantinya kita akan terpisah-pisah.

(4)

kepada penulis, juga atas kebersamaannya sehingga memotivasi penulis menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini;

14. Keluarga Besar Asrama Muna dan Repoot Community, terimakasih atas rasa persaudaraan dan kekeluargaan yang tinggi, atas kebersamaan, motivasi, doa, nasehat dan saran yang diberikan;

15. Seluruh pihak yang terlibat dalam pengerjaan tugas akhir ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih atas segala bantuannya.

Dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah mereka berikan untuk membantu penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir ini, Amin.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis berusaha membuat dan menyelesaikannya dengan sebaik mungkin, namun kekurangan- kekurangan yang terdapat didalamnya semata-mata karena keterbatasan penulis dalam kemampuan dan pengetahuan. Oleh karena itu saran dan kritik yang tentunya sangat bermanfaat dan sangat diharapkan demi kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan pada umumnya.

Bandung, Agustus 2015

(5)

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan dan sasaran ... 2

1.4. Ruang Lingkup ... 3

1.4.1. Ruang Lingkup Wilayah ... 3

1.4.2. Ruang Lingkup Materi ... 5

1.5. Metodologi Penelitian ... 5

1.5.1. Metode Pengumpulan Data ... 5

1.5.2. Metode Analisis ... 6

1.5.3. Kerangka Pemikiran ... 7

1.6. Kerangka Pemikiran ... 6

1.7. Variabel Penelitian ... 8

1.8. Sistematika Pembahasan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Pariwisata ... 11

2.2. Pengertian Pariwisata ... 12

2.3. Jenis-Jenis Pariwisata ... 13

2.4. Konsep Pengembangan Parwisata ... 14

(6)

2.6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi ... 21

2.6.1. Usia... 22

2.6.2. Jenis Kelamin ... 22

2.6.3. Pendidikan ... 22

2.6.4. Pendapatan ... 22

2.7. Kebijakan Pariwisata ... 23

2.7.1. Kebijakan Pariwisata Nasional ... 23

2.7.2. Kebijakan Pariwisata Kabupaten Muna ... 25

2.8. Analisis Deskriptif ... 25

BAB III GAMBARAN UMUM 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Muna ... 26

3.2. Gambaran Umum Kecamatan Lohia ... 28

3.2.1 Batas Wilayah Dan Luas Wilayah ... 28

3.2.2 Kependudukan ... 30

3.2.3 Sarana Dan Prasarana ... 30

3.2.3.1 Pendidikan ... 30

3.2.3.2 Kesehatan ... 33

3.2.3.3 Agama ... 34

3.2.3.4 Olahraga ... 34

3.2.3.5 Transportasi dan Komunikasi ... 35

3.2.3.6 Listrik ... 36

3.2.3.7 Air Bersih ... 36

3.2.3.8 Penggunaan Lahan ... 37

3.3. Gambaran Umum Desa Liang Kabori ... 38

3.3.1. Kondisi Eksisting Kawasan Wisata Liang Kabori ... 39

3.3.2. Potensi Dan Daya Tarik Wisata Liang Kabori ... 40

3.3.3. Sarana Prasarana Daerah Tujuan Kawasan Wisata Liang Kabori ... 44

(7)

Liang Kabori Kabupaten Muna ... 46

4.1.1 Identifikasi Atraksi Wisata di Kawasan Liang Kabori ... 46

4.1.2 Identifikasi Kondisi Aspek Aksesbilitas di Kawasan Liang Kabori ... 55

4.1.3 Identifikasi dalam Aspek Promosi ... 55

4.1.4 Identifikasi dalam Aspek Informasi ... 56

4.1.5 Identifikasi Permasalahan Kawasan Pariwisata Liang Kabori di Kabupaten Muna ... 58

4.2. Identifikasi peran pemerintah yang mendukung pengembangan objek wisata Liang Kabori ... 62

4.3. Analisis kesedian masyarakat untuk Berpartisipasi dalam pengembangan Kawasan Wisata Liang Kabori ... 63

4.3.1. Identifikasi kesedian masyarakat dalam kawasan wisata Liang Kabori .. 64

4.3.2 Analisis Bentuk partisipasi masyarakat berdasarkan jenis kelamin ... 64

4.3.3 Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat Menurut Pendapatan ... 65

4.3.4 Analisis Bentuk Partisipasi Masyarakat Menurut Pendidikan ... 66

4.4. Arahan Pengembangan Kawasan Liang Kabori Sebagai objek Pariwisata ... 67

4.4.1 Arahan Pengembangan Atraksi wisata ... 70

4.4.2 Arahan Pengembangan Aksesisbilitas ... 70

4.4.3. Arahan Pengembangan dalam Aspek Promosi ... 70

4.4.4. Arahan Pengembangan dalam Aspek Informasi ... 71

4.4.5. Arahan Pengembangan dalam Aspek Sarana Prasarana dan Fasilitas .... 71

BAB V KESIMPULAN 5.1. Kesimpulan ... 72

5.2. Rekomendasi... 75

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penelitian historis merupakan penelahan data serta sumber-sumber lain yang berisi informasi mengenai masa lampau dan dilaksanakan secara sistematis atau dapat dengan kata lain yaitu penelitian yang bertugas mendeskripsikan gejala, tetapi bukan yang terjadi pada waktu penelitian yang dilakukan. Penelitian historis di dalam pendidikan merupakan penelitian yang sangat penting atas dasar beberapa alasan. Penelitian historis bermaksud membuat rekontruksi masa latihan secara sistematis dan objektif, dengan cara mengumpulkan,mengevaluasi, menverifikasi serta mensintesiskan bukti-bukti dan fakta memperoleh kesimpulan yang kuat. Dimana terdapat hubungan yang benar-benar utuh antara manusia,peristiwa,waktu dan tempat secara kronologis dengan tidak memandang sepotong-sepotong objek yang akan di observasikan.(Irfan Mahmud 2011)

Liang Kabori adalah nama dari Gua Kabori, peninggalan nenek moyang masyarakat suku Muna. Nama liang kobori berasal dari bahasa Muna yang berarti "Gua tulis". Penamaan ini cukup tepat karena di sepanjang dinding di dalam gua, terdapat aneka lukisan yang berjejer rapi. Diperkirakan, lukisan yang terdapat di dalam gua ini sudah berumur ratusan tahun. Perkiraan tersebut, didukung oleh temuan seorang peneliti dari Jerman yang pernah melakukan penelitian di lokasi Liang Kobori. Peneliti tersebut mengungkapkan, lukisan yang terpahat indah itu berasal dari zaman prasejarah atau sekitar 4.000 tahun silam. Liang Kabori memiliki lebar 30 meter, tinggi antara 2 sampai 5 meter, dan kedalaman di bawah tanah sekitar 50 meter. Liang Kobori tersusun dari bebatuan stalaktit dan stalagmit yang berwarna kehitam-hitaman..(Kosasih 1995)

(9)

yang berkaitan dengan dunia kepurbakalaan. Selain aneka lukisan, gua ini juga menyimpan keunikan yang lain. Di dalam Liang Kabori terdapat kawanan burung walet yang hidup dan membuat sarang. Keberadaan burung-burung tersebut menjadi nilai tambah bagi keberadaan Liang Kobori sebagai tempat tujuan tamasya.(Kosasih 1995)

1.2. Perumusan Masalah

Kawasan Liang kabori Merupakan bagian sejarah dari kabupaten muna yang di dalamnya terdapat berbagai tulisan kuno, oleh karena itu perlu adanya pengembangan kawasan wisata . Pada kondisi saat ini, pengelola fasilitas sarana dan prasarana di kawasan liang kabori masih kurang memadai sehingga perlu adanya peran pemerintah dan masyarakat lokal sangat penting dalam pengelolaan kawasan wisata sejarah liang kabori untuk menjadi lebih baik dan sebagai referensi wisata sejarah Kabupaten Muna. Berdasarkan pemikiran diatas, maka permasalahan yang di kemukakan dalam penilitian ini adalah:

1. Potensi dan permasalahan apa saja yang terdapat di Kawasan Liang Kabori? 2. Bagaimana kebijakan pemerintah yang dibuat terkait Kawasan Liang Kabori? 3. Bagaimana kesediaan masyarakat dalam pengembangan Liang Kabori sebagai

icon pariwisata di Kabupaten Muna ?

4. Bagaimana arahan pengembangan kawasan Liang Kabori sebagai objek pariwisata di Kabupaten Muna?

1.3. Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Identifikasi Potensi Liang Kabori

sebagai objek pariwisata di Kabupaten Muna, sedangkan sasaran yang harus dicapai

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi potensi dan permasalahan yang terdapat di Kawasan Liang Kabori 2. Identifikasi kebijakan pemerintah terkait di Kawasan Liang Kabori

(10)

4. Merumuskan arahan pengembangan kawasan liang kabori sebagai icon parisiwisata di Kabupaten Muna

1.4. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup dalam penelitian ini mencakup Ruang Lingkup Wilayah studi dan Ruang Lingkup Materi.

1.4.1.Ruang Lingkup Wilayah Studi

Adapun ruang lingkup kecamatan studi Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara

 Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Kontunaga  Sebelah timur berbatasan dengan Selat Buton

(11)
(12)

1.4.2.Ruang Lingkup Materi

Ruang lingkup materi yang menjadi cakupan dalam pembahasan penelitian ini dalam kaitannya untuk mengetahui potensi dan peluang, peran pemerintah yang mendukung serta kesediaan masyarakat dalam pengembangan liang kabori sebagai icon pariwisata di Kabupaten Muna.

1.5. Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa data sekunder yang di peroleh dari instansi terkait dan metode survei dengan penelitian yang menitikberatkan pada survei instansional yang didukung dengan observasi lapangan, penekanan analisanya menggunakan data sekunder, dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1.5.1. Metode Pengumpulan Data

Metodelogi pengumpulan data meliputi data primer dan data sekunder yang di peroleh dari wawancara, dan observasi.

Survei Data Primer merupakan data yang diperoleh dari lapangan melalui teknik survei observasi langsung ke lapangan terhadap masyarakat. Observasi langsung dilakukan untuk melihat kondisi eksisting kawasan obyek wisata di Liang Kabori, Kabupaten Muna. Dengan melalui teknik wawancara dan penyebaran kuesioner pada responden. Adapun cara perolehan untuk menentukan responden, dilakukan secara acak sederhana dengan pengambilan sampel yang berasal dari masyarakat lokal.

(13)

1.5.2.Metode Analisis

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif Menurut moh. Nazir (2003) adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Pendekatan analisis pada penelitian ini yaitu berkaitan dengan identifikasi potensi dan peluang wisata di kawasan Liang Kabori, kesediaan masayarakat dalam mendukung pengembangan wisata atau tidak pada pengembangan wisata di kawasan Liang Kabori, Analisis konsep pengembangan dengan melihat Peran pemerintah dan masyarakat yang ada di kawasan wisata Liang Kabori.

Teknik tabulasi silang adalah merupakan metode penyusunan data yang menggunakan data nominal dan ordinal untuk melihat hubungan antara dua variabel. Variabel yang dianalisa dalam metode ini merupakan variabel yang kualitatif, yang mempunyai nilai statistik. Teknik tabulasi silang digunakan pada proses mengananilasa keterkaitan antara partisipasi masyarakat pada aspek-aspek pengembangan pariwisata dengan karakteristik masyarakat di kawasan Liang Kabori Kabupaten Muna.

1.6. Kerangka Pemikiran

(14)

Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Identifikasi potensi dan

Permasalahan Yang terdapat di Liang Kabori

Identifikasi kesediaan masyarakat dalam pengembangan Liang

Kabori

Masyarakat salah satu komponen utama dalam mendukung Pengembangan Wisata Liang

Kabori Identifikasi kebijakan

pemerintah terkait dalam wisata Liang Kabori

Karakteristik Masyarakat

 Jenis Kelamin

 Pendidikan

 Pendapatan

Kesimpulan & Rekomendasi Merumuskan Arahan

(15)

1.7. Variabel Penelitian

Variable peneletian merupakan variasi tertentu yang ditetapkan untuk diketahui dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Tabel I.1 Variabel Yang Diteliti

Sasaran Variabel

1. Identifikasi Potensi dan Permasalahan Wisata di kawasan Liang Kabori

 Atraksi Wisata

 Aksesbilitas

 Promosi

 Informasi

2. Identifikasi kebijakan pemerintah terkait kawasan liang kabori

 Tahap Pengembangan Kawasan Wisata melalui Kebijakan yang terkait

3. Identifikasi kesediaan Masyarakat Dalam Pengembangan Liang Kabori Sebagai Objek Pariwisata

(16)

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai gambaran umum penelitian yang meliputi latar belakang, perumusan permasalahan, tujuan dan sasaran penelitian, ruang lingkup penelitian, metodologi peneltian, kerangka pemikiran, variabel peneltian, dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi Teori yang berhubungan dengan Kawasan wisata Liang Kabori, aspek pengembangan kawasan wisata, peran pemerintah dalam pengembangannya serta kesediaan masyarakat yang dapat dijadikan sumber untuk lebih menguatkan pendapat-pendapat yang berhubungan dengan penelitian ini.

BAB III GAMBARAN UMUM

Bab ini membahas mengenai gambaran umum Kecamatan Lohia, Desa Lohia, Desa Liangkabori dan Kawasan Wisata Liang Kabori di Kabupaten Muna.

BAB IV ANALISIS ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN LIANG

KABORI SEBAGAI ICON PARIWISATA DI KABUPATEN MUNA

Bab ini menjelesakan tentang potensi dan Permasalahan Liang Kabori sebagai objek pariwisata di Kabupaten Muna, Identifikasi potensi dan daya tarik di kawasan wisata, identifikasi kebijakan pemerintah dalam pengembangan kawasan wisata, identifikasi kesediaan masyarakat dalam pengembanga wisata dan merumuskan arahan pengembangan Liang Kabori sebagai objek pariwisata di Kabupaten Muna.

BAB V KESIMPULAN

(17)
(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Pariwisata

Teori pariwisata menurut Salah Wahab, “Pariwisata adalah salah satu industri gaya baru,yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam halkesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sector produksi lain di dalam negara penerima wisatawan.”(Wahab, 2003: 5).

Pariwisata merupakan faktor yang penting dalam pengembangan ekonomi karena mendorong perkembangan sektor ekonomi nasional, diantaranya menggugah industri baru berkaitan dengan jasa wisata, misal: usaha transportasi,akomodasi (hotel, motel, pondok wisata), memperluas pasar barang-barang lokal pariwisata, memperluas lapangan kerja baru (hotel atau tempat penginapan lainnya, usaha perjalanan, kantor-kantor pemerintah yang mengurus pariwisata dan penerjemah, industri kerajinan tangan dan cenderamata, serta tempat-tempat penjualan lainnya), serta membantu pembangunan daerah-daerah terpencil jika daerah itu memiliki daya tarik pariwisata. (Wahab, 2003: 9).

Dapat diartikan bahwa pariwisata dapat menunjang perekonomian obyek wisata yang dituju oleh para wisatawan. Dalam penelitian kali ini adalah pariwisata dapat mengembangkan potensi yang ada pada desa-desa wisata, misal:potensi kerajinan, pertanian, budaya, agro dan pemandangan alam yang terdapat di masing-masing desa wisata. Sehingga dengan berkunjungnya wisatawan kedesa-desa wisata, hal ini secara tidak langsung dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.

(19)

Wisatawan ( tourist ) adalah pengunjung yang menetap sekurang - kurangnya 24 jam di suatu negara dan maksud mereka berkunjung dapat didasarkan atas:

a. Waktu luang ( berekreasi, cuti, untuk kesehatan, studi agama, dan olahraga ). b. Bisnis, keluarga, misi, rapat dinas (Wahab, 2003: 40).

Konsep waktu luang disini diartikan sebagai kegiatan yang bertujuan jelas,yakni untuk mencari kepuasan atau melakukan relaksasi melalui perjalanan. (Susanto, 1995: 134), Sehingga waktu luang yang dihabiskan wisatawan bukan berarti tanpa tujuan yang jelas, tetapi wisata dimaksudkan untuk berhenti sejenak dari aktifitas sehari-hari dan mencari kesenangan melalui kegiatan berwisata.Jadi dalam penelitian ini yang dimaksud wisatawan adalah pengunjung yang menginap di homestay-homestay yang telah disediakan di desa wisata. Sedangkan wisatawan nusantara adalah wisatawan dalam negeri. Wisatawan nusantara sama artinya dengan wisatawan domestik.

2.2. Pengertian Pariwisata

Ada beberapa pengertian pariwisata dan berbagai hal yang berkaitan dengan pariwisata yang akan dibahas, antara lain :

1. Potensi wisata adalah kemampuan dalam suatu wilayah yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk pembangunan, mencakup alam dan manusia serta hasil karya manusia itu sendiri (sujali,1989).

2. Potensi internal obyek wisata adalah potensi wisata yang dimiliki obyek itu sendiri yang meliputi komponen kondisi fisik obyek, kualitas obyek, dan dukungan bagi pengembangan (Sujali, 1989).

3. Potensi eksternal obyek wisata adalah potensi wisata yang mendukung pengembangan suatu obyek wisata terdiri dari aksesibilitas, fasilitas penunjang, dan fasilitas pelengkap. (Sujali, 1989).

4. Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu. (Oka. A. Yoeti,1982).

(20)

6. Obyek wisata adalah suatu tempat dimana orang atau rombongan melakukan perjalanan dengan maksud menyinggahi obyek karena sangat menarik bagi mereka. Misalnya obyek wisata alam, obyek wisata sejarah dan sebagainya. 7. Sektor pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

yaitu kegiatan perjalanan yang dilakukan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata, termasuk pengusahaan obyek serta usaha-usaha yang terkait dibidang pariwisata.

8. Strategi adalah rencana-rencana atau kebijakan yang dibuat dengan cermat untuk memajukan atau mengembangkan sektor pariwisata sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.

Kontribusi sektor pariwisata adalah sumbangan yang diberikan oleh sektor pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD).

2.3. Jenis-jenis Pariwisata

Pada pengembangan pariwisata terdapat beberapa hal yang perlu ditinjau sebagai potensi yang perlu dikembangkan pada tujuan daerah wisata. Potensi ini berpengaruh dengan motivasi wisatawan yang akan menarik untuk dating berkunjung ke lokasi objek wisata tersebut. Adapun berbagai jenis pariwisata berdasarkan motif perjalanan wisata (Spilane, 1985 dan Yoeti, 1996), yaitu :

1. Wisata budaya, motivasinya untuk mengetahui dan mempelajari kebudayaan tertentu.

2. Wisata perjalanan, umumnya berpergian menikmati keindahan alam.

3. Wisata kesehatan dan rekreasi, motivasinya mengunjungi lokasi untuk bersantai dan menikmati serta menyegarkan wisatawan akan kondisi jasmani dan rohani. 4. Wisata olahraga, motivasinya untuk berolahraga seperti mendaki gunung,

berburu, atau ikut serta dalam kegiatan olahraga seperti Olympiade.

5. Wisata komersil untuk urusan dagang, motivasinya mengunjungi pameran-pameran atau pecan raya atau festival yang bersifat komersial menyangkut kebutuhan atau profesi dari wisatawan tersebut.

(21)

2.4. Konsep Pengembangan Parwisata 2.4.1.Transportasi

Transportasi dalam bidang kepariwisataan sangat erat hubungannya dengan aksesibilitas. Aksesibilitas yang dimaksud yaitu frekuensi penggunaan kendaraan yang dimiliki dapat mempersingkat waktu dan tenaga serta lebih meringankan biaya perjalanan. Menurut Oka.A.Yoeti (1997) bahwa aksesibilitas adalah kemudahan dalam mencapai daerah tujuan wisata baik secara jarak geografis atau kecepatan teknis, serta tersedianya sarana transportasi ke tempat tujuan tersebut. Kondisi transportasi seperti jalan, keberadaan moda angkutan, terminal, stasiun pengisian bahan bakar dan lainnya. Adapun teori menurut James.J.Spilane (1994), ada beberapa usul mengenai pengangkutan dan fasilitas yang berkaitan dengan transportasi yang dapat menjadi semacam pedoman termasuk berikut ini.

1. Informasi lengkap tentang fasilitas, lokasi terminal, dan pelayanan pengangkutan local ditempat tujuan harus tersedia untuk semua penumpang sebelum berangkat dari daerah asal.

2. Sistem keamanan harus disediakan di terminal untuk mencegah kriminalitas. 3. Suatu sistem standar atau seragam untuk tanda-tanda lalu lintas dan

simbol-simbol harus dikembangkan dan dipasang di semua Bandar udara.

4. Sistem informasi harus menyediakan data tentang informasi pelayanan pengangkutan lain yang dapat dihubungi diterminal termasuk jadwal dan tarif. 5. Informasi terbaru dan sedang berlaku, baik jadwal keberangkatan atau kedatanga

harus tersedia di papan pengumuman, lisan atau telepon.

6. Informasi lengkap tentang lokasi, tariff, jadwal, dan rute serta pelayanan pengangkutan local.

7. Peta kota harus tersedia bagi penumpang.

2.4.2.Atraksi/obyek wisata

(22)

a. Something to see

Artinya di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan apa yang dimiliki oleh daerah lain.

b. Something todo

Artinya di tempat tersebut setiap banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus pula disediakan fasilitas rekreasi yang membuat wisatawan betah tinggal lebih lama di tempat itu.

c. Something to buy

Artinya di tempat tersebut harus tersedia fasilitas untuk berbelanja (shopping), terutama barang-barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibwa pulang ke tempat asal wisatawan.

Ketiga syarat tersebut sejalan dengan pola tujuan pemasaran pariwisata, yaitu dengan promosi yang dilakukan sebenarnya hendak mencapai sasaran agar lebih banyak wisatawan dating pada suatu daerah, lebih lama tinggal dan lebih banyak mengeluarkan uangnya di tempat yang mereka kunjungi. Menurut Oka.A.Yoeti (2002) atraksi wisata adalah segala sesuatu yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, seperti :

a. Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang dalam istilahnya

Natural Amenities. Termasuk kelompok ini adalah:

 Iklim contohnya curah hujan, sinar matahari, panas dan salju.

 Bentuk tanah dan pemandangan contohnya pegunungan, perbukitan, panta, air terjun, dan gunung berapi.

 Hutan belukar

 Flora dan fauna yaitu tersedia cagar alam dan daerah perburuan.

 Pusat pusat kesehatan misalnya: sumber air mineral, sumber air panas, dan mandi lumpur. Dimana tempat tersebut diharapkan dapat menyembuh berbagai penyakit.

b. Hasil ciptaan manusia, bentuk ini dapat dibagi dalam empat produk wisata yang berkaitan dengan tiga unsur penting yaitu sejarah, budaya, dan agama.

(23)

 Museum, gedung kesenian, perpustakan, kesenian rakyat dan kerajinan tangan  Acara tradisional, pameran, festival, upacara adat, upacara keagamaan.

 Rumah-rumah ibadah, seperti masjid, gereja, candi, kuil.

Menurut James.J.Spilane (1994), atraksi meruapakan pusat industri pariwisata. Menurut pengertiannya atraksi mampu menarik wisatawan yang ingin mengunjunginya. Motivasi wisatawan untuk mengunjungi suatu tempat tujuan wisata adalah untuk memenuhi atau memuaskan beberapa kebutuhan atau permintaan. Biasanya mereka tertarik pada suatu lokasi karena ciri-ciri khas tertentu. Ciri-ciri khas yang menarik wisatawan adalah:

 Keindahan alam  Iklim dan cuaca  Kebudayaan  Sejarah

 Ethnicity atau sifat kesukuan

 Aksesibilitas atau kemampuan atau kemudahan berjalan atau ketempat tertentu.

Berdasarkan hal tersebut, diketahui bahwa ada tiga jenis atraksi wisata, yaitu benda yang sudah tersedia di alam, hasil ciptaan manusia dan tata cara hidup dalam masyarakat.

2.4.3.Fasilitas pelayanan

(24)

2.4.4.Informasi dan promosi

Menurut Oka.A.Yoeti (1997) hal pendukung adalah publikasi atau promosi, kapan iklan dipasang, kemana leaflets/brosur disebarkan sehingga calon wisatawan mengetahui tiap paket wisata dan wisatawan cepat mengmbil keputusan pariwisata di wilayahnya dan harus menjalankan kebijakan yang paling menguntungkan bagi daerah dan wilayahnya, karena fungsi dan tugas dari organisasi pariwisata pada umumnya:

a. Berusaha memberikan kepuasan kepada wisatawan kedaerahannya dengan segala fasilitas dan potensi yang dimilikinya.

b. Melakukan koordinasi di antara bermacam-macam usaha, lembaga, instansi dan jawaban yang ada dan bersetujuan untuk mengembangkan industri pariwisata. c. Mengusahakan memasyarakatan pengertian pariwisata pada orang banyak,

sehingga mereka mengetahui untung dan ruginya bila pariwisata dikembangkan sebagai suatu industri.

d. Mengadakan program riset yang bersetujuan untuk memperbaiki produk wisata dan pengembangan produk-produk baru guna dapat menguasai pasaran di waktu yang akan datang.

Berdasarkan pengertian tersebut yang dimaksud dengan strategi pengembangan daya tarik wisata dalam penelitian ini adalah usaha-usaha terencana yang disusun secara sistematis yang dilakukan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam usaha meningkatkan dan memperbaiki daya tarik wisata sehingga keberadaan daya tarik wisata itu lebih diminati oleh wisatawan.

2.5 Partisipasi Masyarakat

A. Pengertian dan Prinsip partisipasi Masyarakat

(25)

Partisipasi masyarakat menurut Isbandi (2007:27) adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarkat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.

Mikkelsen (1999:64) membagi partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu: 1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut

serta dalam pengambilan keputusan;

2. Partisipasi adalah “pemekaan’’ (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan;

3. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri;

4. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu;

5. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar suapaya memperoleh inforamsi mengenai konteks local, dan dampak-dampak social; 6. Partispasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehiduapan,

dan lingkungan mereka.

(26)

B. Bentuk-bentuk Partisipasi

Menurut effendi, partisipasi ada dua bentuk, yaitu partisipasi vertical dan partisipasi horizontal.

 Partisipasi vertical adalah suatu bentuk kondisi tertentu dalam masyarakat yang terlibat di dalamnya atau mengambil bagian dalam suatu program pihak lain, dalam hubungan mana masyarakat berada sebagai posisi bawahan.

 Partisipasi horizontal adalah dimana masyarakatnya tidak mustahil untuk mempunyai prakarsa dimana setiap anggota / kelompok masyarakat berpartisipasi secara horizontal antara satu dengan yang lainnya, baik dalam melakukan usaha bersama, maupun dalam rangka melakukan kegiatan dengan pihak lain. Menurut Effendi sendiri, tentu saja partisipasi seperti ini merupakan tanda permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.

Ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu program pembangunan, yaitu partisipasi uang, partisipasi harta benda, partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan, partisipasi buah pikiran, partisipasi social, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif.

Dengan berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas, maka bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta, benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi social, pengambilan keputusan dan partisipasi representatif.

(27)

memberikan kepercayaan/mandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia.

C. Prinsip-prinsip Partisipasi

Sebagaiman tertuang dalam panduan pelaksanaan yang disusun oleh

Department For International Development (DFID) (dalam Monique Sumampouw, 2004: 106-107) adalah:

 Cakupan : Semua orang atau wakil-wakil dari semua kelompok yang terkena dampak dari hasil-hasil suatu keputusan atau proses proyek pembangunan.  Kesetaraan dan kemitraan (Equal Partnership): pada dasarnya setiap orang

mempunyai keterampilan, kemampuan dan prakarsa serta mempunyai hak untuk menggunakan prakarsa tersebut terlibat dalam setiap proses guna membangun dialog tanpa memperhitungkan jenjang dan struktur masing-masing pihak.

 Transparansi : Semua pihak harus dapat menumbuhkembangkan komunikasi dan iklim berkomunikasi terbuka dan kondusif sehingga menimbulkan dialog.

 Kesetaraan kewenangan (Sharing Power/Equal Powership) : Berbagi pihak yang terlibat harus dapat menyeimbangkan distribusi kewenangan dan kekuasaan untuk menghindari terjadinya dominasi.

 Kesetaraan Tanggung Jawab (Sharing Responsibility) : Berbagai pihak mempunyai tanggung jawab yang jelas dalam setiap proses karena adanya kesetaraan kewenangan (sharing power) dan keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan dan langkah-langkah selanjutnya.

(28)

 Kejasama : Diperlukan adanya kerja sama berbagai pihak yang telibat untuk saling berbagi kelebihan guna mengurangi berbagai kelemahan yang ada, khususnya yang berkaitan dengan kemampuan sumber daya manusia.

2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Ada beberapa fakto yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program, sifat factor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya factor usia, terbatasnya harta, benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Menurut Ross (1967) partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:

2.6.1. Usia

Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemsayarakatan yang ada. Umumnya mereka dari kelompok usia menengah keatas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang bertasipasi daripada mereka yang dai kelompok usia lainnya.

2.6.2. Jenis Kelamin

(29)

2.6.3. Pendidikan

Pendidikan dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk bertasipasi. Pendidikan dianggap dapat mempengaruhi sikap hidup seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi peningkatan kesehjahteraan seluruh masyarakat.

2.6.4. Pendapatan

Pendapatan dalam hal ini tidak dapat dipisahkan dengan pekerjaan. Karena umumnya pekerjaan seseorang akan menentukan berapa penghasilan yang akan didapat. Pekerjaan dan penghasilan yang baik dan mencakupi kebutuhan sehari-hari dapat mendorong seseorang untuk bertasipasi dalam kegiatan-kegiatan masyarkat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan, harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian, sehingga fokusnya lebih kepada pendapatan atau penghasilan dari masyarakat, bukan dari jenis pekerjaan.

2.7. Kebijakan Pariwisata

2.7.1 Kebijakan Pariwisata Nasional

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan Pasal 1; dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang di kunjungi dalam jangka waktu sementara.

Berdasarkan penjelasan di atas, pada dasarnya wisata mengandung unsur yaitu : (1) Kegiatan perjalanan; (2) Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat sementara; (4) Perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata.

(30)

yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisata

Tabel II.1

Undang-undang RI No.11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya No. Ketentuan-ketentuan Mengenai Cagar Budaya

1. Cagar budaya merupakan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

2 Benda, bangunan atau struktur dapat diusulkan sebagai Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar Budaya apabila memenuhi kriteria:

a. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;

b. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun; c. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,

agama, dan kebudayaan;

d. Memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa

3 Bangunan Cagar Budaya dapat : a. Berunsur tunggal atau banyak;

b. Berdiri bebas atau menyatu dengan formasi alam

4 Lokasi dapat ditetapkan sebagai Situs Cagar Budaya apabila:

(31)

b. Menyimpan informasi kegiatan manusia pada masa lampau

5 Satuan ruang geografis dapat ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya apabila :

a. Mengandung 2 (dua) Situs Cagar Budaya atau lebih yang letaknya berdekatan

b. Berupa lanskap budaya hasil bentukan manusia berusia paling sedikit 50 (lima puluh) tahun

c. Memiliki pola yang memperlihatkan fungsi ruang pada masa lalu berusia paling sedikit 50 (lima puluh) tahun

d. Memperlihatkan bukti pendekatan lanskap budaya

e. Memiliki lapisan tanah terbenam yang mengandung bukti kegiatan manusia atau endapatan fosil.

6 Kawasan Cagar Budaya hanya dapat memiliki dan atau dikuasai oleh Negara, kecuali yang secara turun-temurun dimiliki oleh masyarakat hokum adat.

7 Cagar Budaya dapat ditetapkan menjadi Cagar Budaya peringkat Provinsi apabila memenuhi syarat :

a. Mewakili kepentingan pelestarian Kawasan Cagar Budaya lintas kabupaten/kota

b. Mewakili karya kreatif yang khas dalam wilayah provinsi c. Langkah jenisnya, unik rancangannya, dan sedikit jumlahnya di

provinsi

d. Sebagai bukti evolusi peradaban bangsa dan pertukaran budaya lintsa wilayah kabupaten/kota, baikyang telah punah maupun yang masih hidupdi masyarakat

e. Berasosiasi dengan tradisi yang masih berlangsung.

(32)

Kabupaten/kota apabila memenui syarat :

a. Sebagai Cagar Budaya yang diutamakan untuk dilestarikan dalam wilayah kabupaten/kota

b. Mewakili masa gaya yang khas c. Tingkat keterancamannya tinggi d. Jenisnya sedikit

e. Jumlahnya terbatas.

2.7.2 Kebijakan Pariwisata Kabupaten Muna

Peraturan daerah (PERDA) Kabupaten Muna TAHUN 2003 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MUNA Bab V Alokasi Pemanfaatan Ruang (Bagian 1) pasal 17 butir b mencakup kawasan sekitar cagar budaya yang meliputi daratan bentuk dan kondisi fisik cagar budaya, Bab V Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya (Bagian 2) Pasal 20 butir e mencakup pariwisata dan Pasal Pasal 25 Kawasan Pariwisata tercantum pada butir e pasal 20.

2.8. Analisis Deskriptif

(33)

3.1. Gambaran Umum Kabupaten Muna

Kabupaten Muna merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sulawesi Tenggara yang letaknya berada di bagian utara Pulau Muna dan bagian utara Pulau Buton, serta beberapa pulau kecil di sekitarnya. Sedangkan secara astronomis, posisi Kabupaten Muna berada pada 40° 6 LS — 50° 15 LS dan antara 122° BT — 123° 15 BT.Luas daratan Kabupaten Muna adalah sebesar 2.963,97 km2 atau 296.397 Ha, dibagi menjadi 33 kecamatan yaitu Kecamatan Tongkuno, Tongkuno Selatan, Parigi, Bone, Marobo, Kabawo, Kabangka, Kontu Kowuna, Tiworo Kepulauan, Maginti, Tiworo Tengah, Tiworo Selatan, Tiworo Utara, Lawa, Sawerigadi, Barangka, Wadaga, Kusambi, Kontunaga, Watopute, Katobu, Lohia, Duruka, Batalaiworu, Napabalano, Lasalepa, Napano Kusambi, Towea, Wakorumba Selatan, Pasir Putih, Pasi Kolaga, Maligano, dan Batukara. Secara administratif, Kabupaten Muna berbatasan dengan:

Utara : Selat Spelman Selatan : Kabupaten Buton Barat : Selat Tiworo

Timur : Kabupaten Buton Utara

(34)
(35)

Kecamatan lohia berada di sebelah selatan wilayah Kabupaten Muna yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara. Ibukota Kecamatan Lohia terletak di Desa Lohia, Kecmatan Lohia terdiri dari Sembilan (9) Desa antara lain :

1. Desa Lohia 2. Desa Liangkabori 3. Desa Bolo

4. Desa Kondongia 5. Desa Waara 6. Desa Korihi 7. Desa Lakarinta 8. Desa Mantobua 9. Desa Wabintingi

3.2.1.Batas Wilayah Dan Luas Wilayah

Kecamatan Lohia memiliki batas-batas wilayah Sebagai Berikut :  Sebelah Utara : Kecamatan Duruka

 Sebelah Selatan : Kecamatan Tongkuno  Sebelah Timur : Selat Buton

 Sebelah Barat : Kecamatan Kontunaga

(36)

29 Gambar 3.2

(37)

terdiri dari 6.947 jiwa laki-laki dan 7361 jiwa perempuan. Tabel III.1

Luas, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan No. Desa/

Sumber : BPS Kab.Muna 2013

Wilayah Kecamatan Lohia dengan luas 49,81 Km2 memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tidak merata, dengan perbedaan yang tidak terlalu besar. Desa Mantobua merupakan desa yang memiliki penduduk terbesar yaitu 2.148 jiwa. Desa Bolo merupakan desa dengan tingkat kepadatan penduduk terringgi yaitu 455 jiwa/Km2. Sedangkan desa yang memiliki tingkat penduduk yang terkecil dan juga kepadatan penduduk yang paling rendah yaitu Desa Lakarinta dengan jumlah penduduk 786 Jiwa dan kepadatan penduduk 154 Jiwa/Km2.

3.2.3. Sarana Dan Prasarana 3.2.3.1.Pendidikan

(38)

Pada tahun 2013 sekolah Taman Kanak-kanak (TK) swasta di Kecamatan Lohia tercatat 8 unit dengan guru 42 orang dan murid sebanyak 270 orang. Untuk Sekolah Dasar (SD) ada 17 unit dengan jumlah guru sebanyak 191 orang dan jumlah siswa sebanyak 2.385 orang. Sekolah Tingkat Lanjut Pertama (SLTP) Negeri tercatat 4 unit dengan jumlah guru 104 orang dan jumlah murid 1.138 orang. Sedangkan Sekolah Tingkat Lanjut Atas (SLTA) tercatat 1 unit dengan jumlah guru sebanyak 52 orang dan murid 484 orang.

Tabel III.2

Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid Tingkat Taman Kanak-kanak No. Desa/

Sumber : BPS Kab.Muna Tahun 2013

Berdasarkan tabel diatas untuk jumlah Sekolah Taman Kanak-kanak hanya di Desa Liangkabori yang tidak terdapat sekolah, sedangkan desa-desa yang lain memiliki masing-masing 1 unit Sekolah Taman Kanak-kanak.

Tabel III.3

(39)

6. Korihi 1 15 174

7. Lakarinta 2 17 215

8 Lohia 3 33 227

9. Wabintingi 2 20 208

Jumlah 17 191 2.385

Sumber : BPS Kab.Muna Tahun 2013

Berdasarkan tabel diatas untuk pendidikan Sekolah Dasar (SD) yang ada di Kecamtan Lohia Telah Merata di setiap desa.

Tabel III.4

Banyaknya Sekolah, Guru dan Murid Tingkat Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) No. Desa/

Sumber : BPS Kab.Muna Tahun 2013

Berdasarkan tabel diatas Pendidikan Sekolah Lanjut Tingkat Pertama hanya terdapat di empat desa yaitu Desa Bolo, Waara, Mantobua dan Wabintingi masing-masing 1 unit, sedangkan desa yang lain tidak memiliki.

Tabel III.5

(40)

5. Mantobua -- -- --

Sumber : BPS Kab.Muna Tahun 2013

Untuk pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas hanya terdapat di Desa Waara sedangkan desa-desa lain yang berada di Kecamatan Lohia Tidak ada.

3.2.3.2. Kesehatan

Fasilitas kesehatan yang ada di kecamatan Lohia terdiri dari puskesmas sebanyak 2 unit, Puskesmas Pembantu sebanyak 3 unit dan pos obat desa sebanyak 7 unit.

Sumber : BPS Kab.Muna Tahun 2013

(41)

Fasilitas ibadah yang ada di Kecamatan Lohia hanya ada masjid sebanyak 10 unit dan surau 2 unit, hal ini di karenakan penduduk di Kecamatan Lohia mayoritas beragama Islam.

Sumber : BPS Kab.Muna Tahun 2013

Berdasarkan tabel diatas untuk masjid sudah menyebar di setiap desa yang ada di Kecamatan Lohia.

3.2.3.4. Olahraga

Untuk sarana olahraga di Kecamatan Lohia terdiri Lapangan bola, lapangan bola voly, lapangan bulu tangkis dan lapangan bola basket. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat di tabel berikut :

(42)

5. Mantobua 1 2 1 --

6. Korihi 1 2 1 --

7. Lakarinta 1 2 -- --

8 Lohia 1 2 1 --

9. Wabintingi 1 2 1 --

Jumlah 9 18 8 1

Sumber BPS Kab.Muna Tahun 2013

3.2.3.5.Transportasi Dan Komonikasi A.Transportasi

Sektor perhubungan mempunyai fungsi yang sangat penting, tidak saja dalam bidang perekonomian tetapi juga dalm bidang sosial, budaya, politik serta pertahanan dan keamanan.Peranan dalam sektor perhubungan antara lain untuk memperluas dan memperlancar arus barang dan jasa serta memperlancar mobilisasi penduduk, sehingga terjalin kerja hubungan antar kota, antar pulau, dan antar Negara sehingga dapat lebih cepat serta efisien.

Untuk menuju pusat Kecamatan Lohia menggunakan transportasi darat yaitu kendaraan pribadi dan kendaraan umum dengan jarak tempuh 20 km dari pusat Kota Raha. Jalan yang di lewati berupa jalan aspal dengan lebar kurang lebih 4 meter. Kondisi jalan untuk mencapai Pusat Kecamatan Lohia sudah membaik akan tetapi, pada jarak tempuh antar desa yang tersebar di Kecamatan Lohia terjadi Kerusakan kurang lebih 1 Km.

B.Komonikasi

(43)

PLN da nada beberapa rumah di Kecamatan Lohia masih menggunakan lampu tembok atau mengambil saluran listrik dari rumah tetangga.

Tabel III.9

Banyak Rumah Tangga Pelanggan Listrik PLN No. Desa/

Sumber : BPS Kab.Muna 2013

Berdasarkan tabel diatas banyaknya rumah tangga pelanggan listrik di Kecamatan Lohia bertambah diantara 2012-2013 walau tidak bertambah secara signifikan.

3.2.3.7. Air Bersih

Untuk sumber air minum sebanyak 1.575 Rumah Tangga di Kecamatan Lohia sudah menggunakjan air ledeng yang sebagian besar adalah ledeng eceran, 78 rumah tangga menggunakan mata air dan 1.466 rumah tangga menggunakan air hujan. Sebagian besar rumah tangga di Kecamatan Lohia sudah mempunyai bak Penampung Air Hujan (PAH).

Tabel III.10

Banyak Rumah Tangga Menurut Sumber Air Bersih No. Desa/

Kelurahan

Sumber Air Minum

(44)

5. Mantobua 112 -- -- 242

Sumber : BPS Kab.Muna 2013

Untuk di tahun 2013 masyarakat di Kecamatan Lohia telah menggunakan PDAM di setiap sebaran masing-masing desa.

3.2.3.8.Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kecamatan Lohia yaitu pekarangan/lahan untuk bangunan, pertanian dan perkebunan. Pertanian yang ada di Kecamatan Lohia sebagian besar Tanaman Jagung, Ubi jalar, Ubi kayu dan kacang tanah.

Tabel III.11

(45)

Perkebunan 937 18,81

Lain-lain 340 6,83

Jumlah 4.981 100,00

Sumber : BPS Kab. Muna 2013

Berdasarkan tabel di atas luas lahan menurut penggunaannya yang paling banyak di Tanah Kering yaitu Tegal / Kebun 1.280 hektar (Ha) dengan persentase sebanyak 25,70%.

3.3. Gambaran Umum Desa Liang Kabori

Kawasan wisata Liang Kabori terletak bagian barat di Kecamatan Lohia, berbatasan dengan desa bolo dan berada di desa Liang Kabori. Desa Liang Kabori memiliki luas wilayah 4,2 Km2 dan memiliki 3 dusun yaitu dusun Kaowea, Dusun Wanasara, dan Dusun Lakebua. Berikut batas wilayah Desa Liang Kabori:

a. Sebelah Utara : Desa Ghonsume b. Sebelah Selatan : Kec. Tongkuno c. Sebelah Barat : Desa Masalili d. Sebelah Timur : Desa Bolo

Desa Liang Kabori berada ketinggian rata-rata 1.200 m dpl (diatas permukaan laut) dan mempunyai suhu 27-30 c. keadaan iklim di desa Liang Kabori termasuk iklim tipe C, berdasarkan klasifikasi Oldeman. Dengan curah hujan rata-rata 2.000/3000 mm/tahun, dengan 5-6 bulan basah dan 2-6 bulan kering. Bentuk permukaan wilayah umumnya adalah daratan, bergelombang dan perbukitan.

(46)

1. Perkebunan (Jambu Mete) 23,45 2. Ladang tidak menetap (jagung, kacang tanah,

umbi-umbian)

13,12

Total 36,47

Sumber : Kepala Desa Liang Kabori

3.3.1.Kondisi Eksisting Kawasan Wisata Liang Kabori

Pelestarian warisan budaya yang bersifat fisik melalui berbagai upaya, seperti kegiatan perlindungan, pemeliharaan, dan penyelamatan merupakan salah satu wujud kepedulian. Dalam arti pengembangan kebudayaan lokal maupun nasional, termasuk di dalamnya pelestarian lukisan pada gua-gua. Pentingnya kegiatan perlindungan dan penyelamatan situs cagar budaya tersebut karena di samping sebagai pelestarian warisan budaya dan aset bangsa, juga sebagai upaya memupuk rasa kebanggaan nasional serta memperkokoh kesadaran jatidiri bangsa. Selain itu, warisan budaya seperti itu mempunyai arti yang sangat penting dalam kajian sejarah dalam rangka memajukan kebudayaan bangsa sekaligus sebagai bagian yang integral dari pembangunan nasional. (Irfan Mahmud : 2001)

(47)

Kelompok masyarakat yang menghuni ke-13 gugusan gua tersebut disinyalir memiliki budaya sekalipun masih dalam taraf yang rendah. Hal ini terbukti pada lukisan-lukisan yang terdapat di setiap gua pada kawasan Liang Kabori yang terdiri dari berbagai corak. Keanekaragaman corak tersebut diasumsikan bahwa manusia yang menghuni gua tersebut telah mempunyai kebudayaan yang tinggi. Lukisan yang ada menunjukkan bahwa manusia pada saat itu telah menuangkan perpaduan antara daya imajinasi, artistik dengan relaitas kehidupan yang dialaminya.

Kemampuan mereka untuk memperlihatkan kreativitas seni yang sesuai dengan dasar-dasar kehidupan mereka dapat dilihat pada contoh lukisan-lukisan yang terdapat pada situs Liang Kabori. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa manusia prasejarah pada awalnya memiliki corak hidup yang sama, yaitu hidup mengembara dan mengumpulkan makanan sebagaimana halnya manusia purba yang mendiami kawasan Liang Kabori. Berdasarkan kondisi gua dan hasil analisa terhadap lukisan pada dinding gua yang menggambarkan aktivitas sosial mereka seperti perburuan, maka diperkirakan bahwa aktivitas manusia di sekitar kawasan tersebut adalah berburu.

Di Kabupaten Muna juga terdapat sumber daya wisata budaya dan sejarah. Salah satu bentuk sumber wisata berbasis sejarah adalah berupa bekas benteng kerajaan Muna yang berada di wilayah Napa, Mesjid Tua sebagai situs sejarah yang menunjukan jejak perkembangan Agam Islam di Kabupaten Muna, makam raja-raja Muna serta para penyiar Agama Islam yang berada di Desa Lohia sebagai peninggalan sejarah. Sedangkan jenis wisata budaya lainnya misalnya berbagai tarian adat istiadat, permainan Muna Kuno dan atraksi wisata danau.

3.3.2. Potensi Dan Daya Tarik Wisata Liang Kabori

(48)

baik. Potensi wisata kawasan Liang Kabori mencakup empat hal yaitu ceruk sugi patani, keistimewaan Liang Kabori, Permbuatan Layangan Kaghati serta iklim.

1. Ceruk Sugi Patani

Ceruk Sugi Patani terjadi karena fenomena alam yang unik terdapat di berbagai dinding-dingding lukisan didalamnya. Untuk menjangkaunya dibutuhkan waktu ± 15 menit dari ujung Jalan Usaha Tani ke arah timur melewati semak belukar dan lahan kering. Ceruk Sugi Patani berada di puncak bukit yang cukup terjal. Untuk mencapai puncak bukit, melewati tangga yang dibuat dari batang pepohonan.

Di dalam ceruk yang menghadap ke utara ini, terdapat lukisan layang-layang. Adapun vegetasi yang tumbuh di sekitar ceruk sangat beragam berupa pohon-pohon lokal seperti Sunda, Tumpa, Mbolosigo, Rogo, Ragantulu, Ghewe, Detau, Rantuali, Lautanobo, Lambasari, Korope, Kawouwou, Kasempesempe dan Naro. Ceruk Sugi Patani terletak pada sebuah puncak bukit karst menghadap timur laut atau 40° dari arah utara dan berada pada ketinggian 275 dari permukaan laut. Untuk mencapai mulut ceruk yang terletak dipuncak, dapat diakses melalui tebing karst dan saat ini terdapat tangga dari ranting pohon. Beda tinggi antara letak gua dengan lereng di bawahnya sekitar 15 meter. Ceruk ini berkedalaman dua meter dan lebar empat meter serta ketinggian langit-langit gua tertinggi dua meter. Pada beberapa titik, ketinggian hanya sekitar satu meter bahkan kurang. Yang menarik pada lukisan ini adalah bahan warna dan pembuatan pada corak yang ada di dinding-dinding gua.

(49)

kepala.

2. Keistimewaan Liang Kabori

Di dalam lukisan liang kabori tersimpan sebuah misteri kehidupan masyarakat prasejarah dari suku muna. Hal tersebut tergambar pada 130 aneka lukisan berwarna merah yang terdapat pada dinding gua, mulai dari pintu masuk hingga pada bagian terdalam gua dari berbagai aneka ragaman lukisan. Salah satu tegambar cara hidup masyrakat suku muna masa lalu mulai dari bercorak tanam, beternak,berburu,beradaptasi dengan lingkungan, dan berperan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Diantara lukisan (gambar) yang ada dalam gua ini adalah gambar seseorang yang menaiki seekor gajah, gambar matahari, pohon kelapa, bintang ternak seperti sapi, kuda, serta laying-layang. Pada lukisan terdapat sebuah pesan simbolok dari masyarakat suku muna purba bagi generasi muda tentang arti nilai sejarah dengan mencatat setiap peristiwa yang dialami pada saat itu.

Daya tarik dari gambar-gambar itu adalah misteri dibalik pemilihan bahan dan warna yang dipakai untuk melukis, walaupun usia lukisan telah berusia ribuan tahun, tetapi warnanya tetap bagus dan masih terlihat dengan jelas. Kondisi ini tentunya kontras dengan penggunaan warna pada saat sekarang yang mudah hilang dalam waktu singkat. Berikut fungsi-fungsi gambar yang ada dalam gua yaitu :

 Gunung berfungsi untuk mengetahui bahwa letak gua dibagian lereng gunung

 Hewan berfungsi untuk memburu atau menangkap seperti rusa atau untuk mengusir hewan buas lain

 Matahari berfungsi untuk mengetahui terbit dan tenggelam

 Kapal berfungsi untuk alat penyebarangan kapal melalui laut

(50)

3. Lukisan Layangan

Tidak terlepas dari lukisan di dinding Gua Liang Kabori adanya Layangan, tradisi bermain layang-layang (yang dalam bahasa setempat disebut kaghati) masih berlangsung sampai saat ini di Muna. Keunikan layang-layang dari Muna ini juga memikat penggemar layangan dari seluruh dunia. Berbeda dengan layang-layang daerah lain yang terbuat dari kertas dan kain, layang-layang Muna terbuat dari daun. Mengambil lembar demi lembar daun kolope yang telah kering kemudian memotong ujung- ujungnya dengan pisaunya yang tajam. Satu per satu daun tadi di jahit dengan lidi pada kerangka layangan yang terbuat dari kulit waru, serat nanas hutan untuk dibuat tali layangan.

Pada periode waktu itulah angin timur bertiup kencang sehingga mampu menerbangkan layang- layang selama tujuh hari tanpa pernah diturunkan. Bila selama tujuh hari layang-layang yang diterbangkan tidak jatuh, si pemilik layang-layang akan menggelar acara syukuran. Kini hanya segelintir orang yang bisa membuat layang-layang daun.

Lukisan goa-goa di Liang Kabori menunjukkan bahwa masyarakat pada masa itu sudah mengenal budaya bermain layangan. layang-layang adalah permainan para petani pada masa itu..Oleh nenek moyang orang Muna, layang-layang digunakan sebagai alat untuk mengusir hewan perusak ladang dan kebun mereka. Pada layang-layang ini dikaitkan sebuah alat dari kayu yang bisa berbunyi nyaring bila tertiup angin.

4. Iklim

(51)

disekeliling kawasan banyak pepohonan yang lebat sehingga udara di sekitar kawasan sejuk dan indah.

Gambar 3.2

Lukisan Liang Kabori Dan Cikal Bakal Layangan Kaghati

3.3.3. Sarana Prasarana Daerah Tujuan Kawasan Wisata Liang Kabori

(52)

Berdasarkan hasil observasi keberadaan fasilitas di kawasan Liang Kabori tidak memiliki bangunan, hanya sebuah rangka rumah yang tersisa di kawasan ini. Warung fasilitas toilet yang sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya, tempat parker tidak ada sehingga pengunjung parker disembarang tempat. Hanya saja satu buah gazebo yang telah tersedia. Untuk petunjuk lokasi tidak ada, informasi yang didapat oleh pengunjung dari masyarakat sekitar kawasan yang dapat mengantar pengunjung sampai ke gua Liang Kabori. Untuk lebih jelasnya mengenai sarana dan prasarana kondisi eksisting Liang Kabori dilihat Pada Tabel 3.13

Tabel III.13

Sarana dan Prasarana Eksisting Obyek Wisata Liang Kabori No Sarana dan prasarana Jumlah (buah)

1 Rangka Bangunan 1

2 Pintu Gerbang 1

3 Gazebo 2

4 Toilet Umum 1

5 Jalan setapak 70 anak tangga

6 Parkir Tidak ada

7 Petunjuk Kawasan (informasi) Tidak ada

8 Warung Tidak ada

Sumber : Hasil Survei, 2015

(53)

Gambar 3.3

Kondisi Eksisting Sarana Dan Prasarana

3.3.4. Aksesibiltas Daerah Tujuan Kawasan Wisata Liang Kabori

(54)

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

4.1 Identifikasi Potensi Dan Permasalahan Yang Terdapat Di Kawasan Liang Kabori Kabupaten Muna

4.1.1. Identifikasi Potensi Wisata di Kawasan Liang Kabori

Dalam suatu daerah tujuan wisata daya tarik merupakan salah satu elemen penting dalam pengembangan pariwisata, menurut Pearce (1989,26) bahwa daya tarik wisata (attraction) terbagi menjadi dua (2) yaitu, Site Attraction tempat alami atau buatan yang dapat menarik minat wisatawan untuk datang dan event Attraction yaitu kejadian yang menjadi perhatian bagi pengunjung.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada Tokoh Adat, Tokoh masyarakat, Kepala Desa dan Ormas Pemuda di Kawasan Liang Kabori terdapat berbagai atraksi wisata yang ada digolongkan yaitu cagar budaya, kebudayaan masyarakat (Seni tarian, permainan tradisional) dan obyek wisata wisata alam meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan alam. Adapun lebih jelasnya mengenai atraksi wisata sebagai berikut.

Festival Budaya Muna

(55)

menjuarai festival maka Kaghati di jadikan warisan budaya Nasional. Dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan 4.2

Gambar 4.1

Pertunjukan Festival Layangan Kaghati Muna

Gambar 4.2

Layangan Kaghati Dijadikan Budaya Nasional

Kegiatan Tarian Muna

(56)

A. Tari Linda

Menurut Etimologi penamaan Linda berasal dari bahasa Daerah Muna yang berarti menari berkeliling, Laksana burung yang terbang, berkeliling dengan sayap yang terkembang indah. Tarian ini adalah salah satu tarian rakyat di daerah muna yang telah lama berkembang di tengah-tengah masyarakat seiring dengan pertumbuhan tradisi adat di daerah itu. Tarian Linda lahir di tengah-tengah masyarakat muna di sekitar abad ke-16,yakni di masa pemerintahan Raja Laposasu (kobang kuduno).

(57)

gerak kaki kiri ke samping kiri dengan perhitungan satu di balas dengan kaki kanan pada perhitungan tiga dan di balas lagi dengan kaki kanan dalam perhitungan empat.

Beberapa variasi terjadi pada saat pertukaran tempat,mempermainkan selendang dan sebagainya.keseluruhan gerakan dalam tari ini terdiri dari empat belas macam gerakan.pada gerakan penutup,kedua tangan di bawa ke sebelah kiri,seperti orang yang sedang memetik buah.kaki kiri di gerakan ke kiri,kaki kanan di ayunkan ke kanan,dengan perhitungan satu di balas dengan kiri pada perhitungan dua,kemudian di ganti dengan kaki kanan dalam hitungan tiga dan seterusnya sampai mencapai perhitungan empat. Akhirnya kedua tangan melepaskan lilitan selendang dan di sandang ke bahu sebelah kanan.tangan kiri memengang sarung (bini-bini) tangan kanan berlengang ( lego-lego ) pengiring dari tarian ini adalah alat musik gendang,gong,dan dengu-dengu.dengan cara di tabu di pukul. Adapun pertunjukan Tari Linda Seperti gambar 4.3 berikut.

Gambar 4.3 Pertunjukan Tari Linda

B. Tari Ntiarasino

(58)

Gambar 4.4

Tarian Ntiarasino Masyarakat Muna

Kerajinan Sarung Tenun

Sarung tenun khas buatan Muna ini memiliki beberapa motif khusus. Dahulu sarung muna merupakan sarung adat yang banyak dipakai masyrakat muna. Pemaikainnya berbeda-beda dalam masyarakat, tergantung dari golongan sosial. Sarung ini dibuat dengan cara menenun benang sutra dengan alat yang cukup tradisional. Sarung muna dibuat dari bahan benang khas muna, Bahan benang untuk pembuatannya merupakan hasil dari pintalan kapas yang diolah secara tradisional. Sarung muna saat ini banyak dihasilkan pada daerah sentra pembuatan sarung muna di Desa Kondongia, Kecamatan Lohia Kabupaten Muna.

Kerajinan Nentu adalah salah satu produk yang dihasilkan oleh masyarakat desa lohia, Kecamatan Lohia. Kerajinan ini terbuat dari tumbuhan yang masyarakat di desa ini dinamakan “Nentu” . Adapun Kerajinan Sarung Tenun dan Nentu dapat dilihat pada gambar 4.5

(59)

Obyek Wisata Danau

Salah satu keindahan di Desa Lohia menjadi daya tarik yaitu dengan obyek wisata Danau Napabale. Danau Napabale merupakan lokasi wisata yang sering di kunjungi para wisatawan domestic maupun luar negeri. Wisata ini juga sangat unik karena memiliki pasir putih dan keindahan alam yang ada disekitar danau. Jarak danau napabale dari Desa Liang Kabori kurang lebih 10 km. Adapun kondisi daya tarik obyek wisata ini dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut

Obyek Gua Liang Kabori

Gua Liang Kabori adalah gua zaman prasejarah yang berisi coretan dinding dari tanah liat. Di kawasan liang kabori mempunyai 130 gambar dan corak, manusia yang tinggal di dalam gua ini cikal-bakal penduduk di pulau Muna. Cerita tentang kehidupan masyarakat Muna pada zaman dahulu dapat diketahui kepada orangtua atau Tokoh Adat yang ada di kawasan ini. Coretan-coretan di dinding gua ini berbentuk binatang dan bentuk layangan. Gua yang berukuran besar disinyalir sebagai tempat tinggal manusia pada saat itu, sedangkan gua yang berukuran kecil hanyalah sebagai tempat berteduh dan istirahat pada saat melakukan aktivitas kehidupan, misalnya berburu. Jarak diantara gua-gua ini tidak berjauhan, yakni sekitar 200 sampai dengan seribu 1500 meter. Luas gua yang menjadi tempat tinggal mereka berkisar antara 50 hingga 300 meter sehingga diperkirakan penghuninya antara 10 sampai 20 orang secara berkelompok. Adapun lukisan Gua Liang Kabori dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut.

Gambar 4.6

(60)

Gambar 4.7

Lukisan Gua Liang Kabori

Potensi wisata kawasan Liang Kabori mencakup empat hal yaitu ceruk sugi patani, keistimewaan Liang Kabori dan Lukisan Layangan. Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1. Ceruk Sugi Patani

Ceruk Sugi Patani terjadi karena fenomena alam yang unik terdapat di berbagai dinding-dingding lukisan didalamnya. Untuk menjangkaunya dibutuhkan waktu ± 15 menit dari ujung Jalan Usaha Tani ke arah timur melewati semak belukar dan lahan kering. Ceruk Sugi Patani berada di puncak bukit yang cukup terjal. Untuk mencapai puncak bukit, melewati tangga yang dibuat dari batang pepohonan.

(61)

hanya sekitar satu meter bahkan kurang. Yang menarik pada lukisan ini adalah bahan warna dan pembuatan pada corak yang ada di dinding-dinding gua.

Ceruk ini menjadi menarik bagi pengunjung terkait keberadaan lukisan yang diklaim sebagai lukisan layang-layang. Oleh karenanya perlombaan layang-layang dijadikan event tahunan di Muna dan salah satu lokasinya adalah pada gunung karst ini. Perlu diketahui bahwa masyarakat Muna sangat kental dengan layang tradisionalnya. Lukisan pada ceruk tidak banyak, hanya sekitar sepuluh buah. Salah satunya adalah lukisan manusia bermain layangan. Lukisan manusia yang digambarkan terdapat dua tipe yakni manusia yang menggunakan pakaian hingga sebatas lutut dan manusia berupa garis sederhana membentuk kaki, tangan dan kepala.

2. Keistimewaan Liang Kabori

Di dalam lukisan liang kabori tersimpan sebuah misteri kehidupan masyarakat prasejarah dari suku muna. Hal tersebut tergambar pada 130 aneka lukisan berwarna merah yang terdapat pada dinding gua, mulai dari pintu masuk hingga pada bagian terdalam gua dari berbagai aneka ragaman lukisan. Salah satu tegambar cara hidup masyrakat suku muna masa lalu mulai dari bercorak tanam, beternak, berburu, beradaptasi dengan lingkungan, dan berperan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh. Diantara lukisan (gambar) yang ada dalam gua ini adalah gambar seseorang yang menaiki seekor gajah, gambar matahari, pohon kelapa, bintang ternak seperti sapi, kuda, serta laying-layang. Pada lukisan terdapat sebuah pesan simbolok dari masyarakat suku muna purba bagi generasi muda tentang arti nilai sejarah dengan mencatat setiap peristiwa yang dialami pada saat itu.

(62)

 Gunung berfungsi untuk mengetahui bahwa letak gua dibagian lereng gunung

 Hewan berfungsi untuk memburu atau menangkap seperti rusa atau untuk mengusir hewan buas lain

 Matahari berfungsi untuk mengetahui terbit dan tenggelam

 Kapal berfungsi untuk alat penyebarangan kapal melalui laut

 Orang yang naik kuda berfungsi untuk meyembela atau mencari hewan. Hewan yang dapat dimakan untuk kelangsung hidup mereka

 Laba-laba berfungsi bahan makanan mereka sebelum mengenal adanya bercocok tanam.

3. Lukisan Layangan

Tidak terlepas dari lukisan di dinding Gua Liang Kabori adanya Layangan, tradisi bermain layang-layang (yang dalam bahasa setempat disebut kaghati) masih berlangsung sampai saat ini di Muna. Keunikan layang-layang dari Muna ini juga memikat penggemar layangan dari seluruh dunia. Berbeda dengan layang-layang daerah lain yang terbuat dari kertas dan kain, layang-layang Muna terbuat dari daun. Mengambil lembar demi lembar daun kolope yang telah kering kemudian memotong ujung- ujungnya dengan pisaunya yang tajam. Satu per satu daun tadi di jahit dengan lidi pada kerangka layangan yang terbuat dari kulit waru, serat nanas hutan untuk dibuat tali layangan.

Pada periode waktu itulah angin timur bertiup kencang sehingga mampu menerbangkan layang- layang selama tujuh hari tanpa pernah diturunkan. Bila selama tujuh hari layang-layang yang diterbangkan tidak jatuh, si pemilik layang-layang akan menggelar acara syukuran. Kini hanya segelintir orang yang bisa membuat layang-layang daun.

Gambar

Tabel II.1
Gambar 3.1
Gambar 3.2
Tabel III.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

BAB IV : POTENSI KEBUN BUNGA STROBERI SEBAGAI OBJEK WISATA AGRO DI BERASTAGI KABUPATEN KARO 4.1 Daerah Asal dan Penyebaran Tanaman Stroberi

Penulis dalam kertaas karya ini membicarakan potensi yang dapat dikembangkan terhadap Gua Liang Dahar agar bias menjadi terkenal dan dikunjungi oleh masyarakat banyak, yaitu

Pulau Banyak sebagai salah satu objek wisata alam di Kabupaten Aceh Singkil, memiliki potensi alam yang khas, dapat dijadikan sebagai daya tarik untuk meningkatkan kunjungan

Pulau Banyak sebagai salah satu objek wisata alam di Kabupaten Aceh Singkil, memiliki potensi alam yang khas, dapat dijadikan sebagai daya tarik untuk meningkatkan kunjungan

Indikator kemenarikan suatu objek wisata dapat dikaitkan dengan potensi pariwisata yang telah ditentukan karena antara potensi pariwisata dan tingkat kemenarikan memiliki kaitan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi Objek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) serta fasilitas pendukung aktifitas pariwisata lainnya yang tersedia di Desa

Dengan menggunakan kuisioner ini diharapkan dapat mengetahun objek daya tarik wisata di Gili Labak yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan pariwisata

stakeholder , maka strategi potensi pariwisata perkotaan berdasarkan prioritasnya, yaitu (1)mensosialisasikan kebijakan setiap daya tarik wisata pariwisata melalui