• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KONSEP DIRI DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI SEMESTER GANJIL KELAS VIII PADA SMPN KECAMATAN MAKASAR JAKARTA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH KONSEP DIRI DAN MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI SEMESTER GANJIL KELAS VIII PADA SMPN KECAMATAN MAKASAR JAKARTA TIMUR"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSEP DIRI DAN MINAT BELAJAR SISWA

TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MATERI SEMESTER GANJIL KELAS VIII

PADA SMPN KECAMATAN MAKASAR

JAKARTA TIMUR

TESIS

Diajukan Untuk Melengkapi

Persyaratan Mencapai

Gelar Magister

Nama : Indah Noor Saktiningsih NPM : 2010727111

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

PROGRAM PASCASARJANA

(2)

i

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN TESIS

NAMA : Indah Noor Saktiningsih NPM : 2010727111

Program Pascasarjana : Universitas Indraprasta PGRI

Program Studi : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Judul Tesis : Pengaruh Konsep Diri Dan Minat Belajar Siswa

Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Semester Ganjil Kelas Viii Pada Smpn Kecamatan Makasar Jakarta Timur

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan Pada tanggal...

Pembimbing I

Dr. Suparman Ibrahim Abdullah, M.Sc

Pembimbing II

(3)

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini adalah karya saya sendiri. Apabila di kemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian isi tesis ini bukan hasil karya saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 bab IV Pasal 25 tentang System Pendidikan Nasional.

Jakarta, Desember 2012

(4)

iv

ABSTRAK

A. Indah Noor Saktiningsih. NPM: 2010727111

B. Pengaruh Konsep Diri Dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Semester Ganjil Kelas Viii Pada Smpn Kecamatan Makasar Jakarta Timur

C. XVII + 5 Bab + 106 Halaman

D. Kata Kunci : Konsep Diri, Minat Belajar, Hasil Belajar Matematika

E. Penelitian bertujuan untuk menganalisis dan menguji kebenaran hipotesis mengenai pengaruh konsep diri dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika.

F. Hipotesis penelitian yang diuji meliputi: Terdapat pengaruh konsep diri dan minat belajar secara bersama sama terhadap hasil belajar matematika . Terdapat pengaruh konsep diri terhadap hasil belajar matematika . Terdapat pengaruh minat belajar terhadap hasil belajar matematika .

G. Penelitian dilakukan dengan metode survei. Dianalisis dengan menggunakan analisis regresi ganda.

H. Hasil pengujian hipotesis diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

1. Terdapat pengaruh yang signifikan konsep diri dan minat belajar secara bersama sama terhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai Fo=455,08 dan Sig.=0,000 < 0,05

2. Terdapat pengaruh yang signifikan konsep diri terhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai to=2,770 dan

Sig.=0,010 < 0,05

3. Terdapat pengaruh yang signifikan minat belajar terhadap hasil belajar matematika . Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai to=3,171 dan

Sig.=0,004 < 0,05 I. Daftar Pustaka

1. Buku 15 Buah 2. 3 Internet J. Pembimbing :

(5)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah swt yang telah memberi penulis kekuatan dan kesempatan dalam menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan study pada Program Magister Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuaan Alam, UNINDRA PGRI Jakarta.

Berkat bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terirna kasih dan penghargaan kepada :

1. Dr. Suparman Ibrahim Abdullah, M.Sc., pembimbing I dan sekaligus Direktur Program Pascasarjana UNINDRA PGRI Jakarta yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh ketekunan dan kesabaran di tengah-tengah kesibukan tugas yang ada.

2. Dr. Sartini, MM. , pembimbing II yang telah meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan ketekunan memberikan arahan dan bimbingan di sela-sela kesibukan tugas yang ada.

3. Prof. Dr. Sumaryoto, SE, MM., Rektor Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. 4. Drs. Dudung Alahudin, Ketua Program Studi Magister Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuaan Alam, UNINDRA PGRI Jakarta.

(6)

ix

6. Teman-teman pada Program Studi Magister Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuaan Alam, UNINDRA PGRI Jakarta. khususnya angkatan I Reguler atas segala partisipasi, kebersamaan, kekompakan dan dorongannya.

7. Ibunda, Suami tercinta, serta anak-anak yang telah membantu baik secara moril maupun materil dalam penulisan tesisi ini.

Untuk semua ini, penulis tidak bisa memberikan apa-apa kecuali ucapan terima kasih yang sangat mendalam dan semoga budi baik yang telah diberikan dicatat sebagai amal ibadah yang diridoi Allah SWT. Akhirnya penulis berharap, mudah-mudahan karya sederhana ini dapat bermanfaat dan sebagai sumbang pikiran yang dapat penulis berikan dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran matematika. Amin.

Jakarta, Desember 2012 Penulis

(7)

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 11

D. Perumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 12

F. Kegunaan Penelitian ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 15

A. Landasan Teori ... 15

1. Hasil Belajar Matematika ... 15

2. Konsep Diri ... 23

3. Minat Belajar Siswa ... 28

B. Kerangka Berpikir ... 68

(8)

xi

2. Pengaruh Konsep Diri terhadap Hasil Belajar

Matematika Semester Ganjil Pada Siswa Kelas VIII ... 73

3. Pengaruh Minat Belajar Matematika Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Semester Ganjil Pada Siswa Kelas VIII ... 39

C. Pengajuan Hipotesis ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 42

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

B. Metode Penelitian ... 42

C. Populasi dan Sampel ... 44

D. Teknik Pengumpulan Data ... 48

E. Instrumen Penelitian ... 49

F. Teknik Analisis Data ... 70

BAB IV HASIL ANALISIS ... 77

A. Deskripsi Data ... 77

B. Uji Persyaratan Analisis Regresi ... 80

C. Pengujian Hipotesis ... 85

D. Diskusi Hasil ... 87

BAB V SIMPULAN dan SARAN ... 95

A. Simpulan ... 95

B. Saran ... 95

(9)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Pelaksanaan Penelitian ... 42

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 52

Tabel 3.3. Validitas Butir Hasil Belajar Matematika Fisika ... 55

Tabel 3.4 Reliabiliy Instrumen Hasil Belajar Matematika ... 56

Tabel 3.5. Kisi-kisi Instrumen Konsep Diri ... 59

Tabel 3.6. Validitas Konsep Diri ... 61

Tabel 3.7 Reliabiliy Konsep Diri ... 63

Tabel 3.8. Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar i ... 66

Tabel 3.9. Validitas Minat Belajar ... 68

Tabel 3.10 Reliabiliy Minat Belajar ... 70

Tabel 4.1. Deskripsi Statstk Variabel Konsep Diri, Minat Belajar, dan Hasil Belajar ... 77

Tabel 4.2. Uji Multikoliniaritas TOL dan VIF ... 81

Tabel 4.3 Uji Normalitas Galat ... 83

Tabel 4.4. Rata rata dan Standar Deviasi Galat ... 84

Tabel 4.5. Model Summary d ... 85

Tabel 4.6. Analysis of Variance Signifikansi, Pengaruh Variabel Independen secara bersama sama terhadap Variabel Y ... 85

Tabel 4.7. Koefisien Regresi dan Uji Signifikansi secara Parsial ... 85

Tabel 4.8. Korelasi Zero Order dan Parsial ... 92

(10)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Konstelasi Pengaruh antara Variabel Bebas X1, X2 dan

Variabel Terikat Y . ... 44

Gambar 4.1 Diagram Pencar Z-Resid (Y) dan Z-Pred (X ) . ... 82

Gambar 4.2 Histogram dan Kurva Normal Galat. ... 83

(11)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Instrumen Minat Belajar ... 96

Lampiran 2. Instrumen Konsep Diri ... xxx

Lampiran 3. Instrumen tes Hasil Belajar Matematika ... xxx

Lampiran 4. Data Variabel Penelitian ... xxx

Lampiran 5. Hasil SPSS ... xxx

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada hakikatnya adalah usaha membudayakan manusia atau memberdayakan manusia agar terbentuk budi pekerti yang mulia berakhlaqul karimah, pendidikan merupakan suatu sarana yang sangat strategis untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara menyeluruh. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, perilaku yang baik, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

(13)

2 Fungsi pendidikan harus betul-betul diperhatikan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional sebab tujuan berfungsi sebagai pemberi arah yang jelas terhadap kegiatan penyelenggaraan pendidikan sehingga penyelenggaraan pendidikan harus diarahkan kepada (1) pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa, (2) pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna, (3) pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat, (4) pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran, (5) pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat, (6) pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

(14)

3 mengemas suatu proses pembelajaran. Mutu proses pendidikan sangat diperlukan sebab hal tersebut berkorelasi positif dengan upaya memberikan suatu perhatian yang besar kepada peningkatan pemahaman siswa tersebut untuk memahami materi yang sedang dan akan dipelajari, begitu juga demikian dengan guru diarahkan untuk dapat memahami dan mengasai materi-materi pelajaran tersebut sehingga kualitas pembelajaran meningkat begitu pula mutunya pun meningkat sehingga akan tercapainya keberhasilan belajar .

(15)

4 Pesera didik yang berkualitas dan memiliki konsep diri yang baik sebagai besar waktunya mereka habiskan di sekolah, sisanya ada di rumah dan di lingkungan (Djamarah, 2000).

Siswa merupakan suatu komponen dalam dunia pendidikan yang sangat harus diperhatikan dan arahan sebab keberadaan siswa tersebut merupakan salah satu faktor dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. Siswa merupakan sebuah unsur terkecil yang sangat mempengaruhi tercapainya tujuan pendidikan selain unsur guru dan sarana prasarana dalam pendidikan lainnya. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan kesiapan guru dan siswa dalam mempersiapkan peserta didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Namun demikian posisi strategis siswa tersebut untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan sangat dipengaruhi oleh kemampuan profesional guru dan mutu kinerjanya.

(16)

5 pendidikan sangat tergantung pada konsep diri yang dimiliki siswa dan minat belajarnya serta kreativitas dan inovasi yang dimiliki oleh para pendidik. Gunawan (1996) mengemukakan bahwa siswa merupakan salah satu subjek dari suatu perencanaan pendidikan, pelaksana sekaligus sebagai parameter evaluator pembelajaran di kelas, karena peserta didik merupakan subjek yang terlibat langsung dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan.

Kehadiran siswa dalam proses pembelajaran di sekolah masih tetap memegang peranan yang penting karena dengan kehadiran siswa tersebut di kelas dan memiliki jiwa disiplin akan mudah guru tersebut mentransfer ilmu-ilmu Matematika tersebut dengan mudah. Peran tersebut belum dapat diganti dan diambil alih oleh apapun. Hal ini disebabkan karena masih banyak unsur-unsur manusiawi yang tidak dapat diganti oleh unsur lain. Siswa merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya setelah guru karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri. (Wijaya dan Rusyan, 1994).

(17)

6 oleh karena itu lembanga pendidikan di harapkan memiliki kinerja para pendidiknya yaitu guru yang berkualitas dan menguasai berbagai materi pelajaran yang akan di berikan oleh siswa tersebut dengan cara melaksanakan tugasnya sehingga kualitas proses pembelajaran yang di berikan oleh guru kepada peserta didik menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Pada umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan siswa dalam memahami dan menerapkan ilmu yang di dapatnya dalam proses pembelajaran disekolah.

(18)

7 perubahan paradigma pola mengajar guru yang pada mulanya sebagai sumber informasi bagi siswa dan selalu mendominasi kegiatan dalam kelas berubah menuju paradigma yang memposisikan guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran dan selalu terjadi interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam kelas. Kenyataan ini mengharuskan guru untuk selalu meningkatkan kemampuannya terutama memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan konsep diri peserta didik dalam proses pembelajaran serta meningkatkan minat belajar siswa.

Dalam kegiatan proses penbelajaran dibatasi beberapa hal antara lain kurangnya kosep diri dan minat belajar yang dimiliki oleh siswa sehingga hasil belajar siswa tersebut belum memenuhi harapan. Kurangnya konsep diri dan minat belajar tersebut maka siswa kurang dapat menguasai materi matematika yang diberrikan oleh guru.

(19)

8 Kosep diri dan minat belajar biasanya berasal dari diri siswa itu sendiri dengan belajar di rumah atau les privat dan belajar di sekolah yang di pandu oleh guru. Siswa tersebut di beri arahan, semangat, dan menanamkan rasa kepercayaan dirinya agar mereka berprestasi sehingga hasil belajar Matematikanya meningkat.

Konsesp diri dapat didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan dan penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan memiliki konsep diri negatif jika ia menyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak di sukai dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Seseorang yang memiliki konsep diri negatif akan cenderung bersikap pesimistik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Orang tersebut tidak melihat tantangan sebagai kesempatan, namun lebih sebagai halngan. Seseorang dengan konsep diri negatif, akan mudah menyerah sebelum melaksakannya, sehingga jika gagal akan ada dua pihak yang disalahkan, baik menyalahkan dirinya sendiri bahkan menyalahkan orang lain.

(20)

9 menghargai dirinya dan melihat hal-hal yang positif untuk dilakukannya demi keberhasilan dimasa yang akan datang.

Sementara minat sering diartikan suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang. Dorongan itu memaksa seseorang untuk bergerak atau bertindak. Sedangkan minat belajar ialah suatu keinginan yang menyebabkan seseorang menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.

Rasa malas juga bisa dihilangkan dengan mulai bergerak. Bergerak disini artinya adalah memulai berbuat dengan berusaha.Sering kali kita merasa malas sebelum melakukan dan mencobanya. Cobalah abailkananggapan tersebut dengan mulailah bekerja. Karena bisa jadi setelah kita lakukan dan mencobanya dapat menemukan ritme minat yang asyik dalam kegiatan tersebut. Apabila sudah mendapati dan menyadari potensi-potensi yang kita miliki maka keadaan tersebut akan berubah menjadi suatu yang menyenangkan dan mengasyikan, sehingga kita terlarut dalam aktivitas (http : // patriot proklamasi. blogspot. com/ 2006/03/ minat berkeinginan.html).

(21)

10

B. Identifikasi Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini bersifat asosiatif yaitu suatu perumusan masalah yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiono: 2007), dengan bentuk hubungan kausal atau sebab-akibat. Terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel independent (bebas) yang mempengaruhi dan variabel dependen (terikat) yang dipengaruhi. Berdasarkan latar belakang

penelitian diatas dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh konsep diri terhadap minat belajar siswa?

2. Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap minat belajar siswa? 3. Adakah pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar

Matematika?

4. Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar? 5. Adakah pengaruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar

Matematika?

6. Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar Matematika?

7. Adakah pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar Matematika?

8. Seberapa besar pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar Matematika?

(22)

11 11.Adakah pengaruh konsep diri dan minat belajar siswa terhadap

prestasi belajar Matematika?

12.Seberapa besar pengaruh konsep diri dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar Matematika?

13.Adakah pengaruh minat belajar siswa terhadap konsep diri belajar Matematika?

14.Seberapa besar pengaruh minat belajar siswa terhadap konsep diri belajar Matematika?

C. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan adanya berbagai keterbatasan yang ada pada penulis, seperti keterbatasan waktu, biaya, dan tenaga, maka tidak semua variabel yang disebutkan pada identifikasi masalah akan diteliti. Agar penelitian ini lebih fokus dan hasilnya nyata, maka penelitian ini dibatasi kepada masalah konsep diri siswa di sekolah, minat belajar siswa dan hasil belajar Matematika materi semester ganjil kelas VIII. Konsep diri sebagai variabel bebas satu ( X1 ), Minat belajar siswa sebagai variabel bebas

dua( X2 ) dan prestasi belajar Matematika materi semester ganjil kelas

VIII sebagai variabel terikat ( Y ) yang semuanya itu diteliti pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Makasar Jakarta Timur.

D. Perumusan Masalah

(23)

12 1. Apakah ada pengaruh konsep diri dan minat belajar siswa secara bersama-sama terhadap prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII?

2. Apakah ada pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII?

3. Apakah ada pengruh minat belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalahmengetahui pengaruh konsep diri dan minat belajar terhadap prestasi belajar matematika, melalui data empiris di laoangan. Pengumpulkan data mengenai konsep diri, minat belajar siswa, dan prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMPN kelas VIII dilakukan guna mengkaji dalam penelitian ini. . Secara operasional tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui pengaruh konsep diri dan minat belajar siswa secara bersama sama terhadap prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII.

2. Mengetahui pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajar matematika materi semester ganjil pada siswa SMP N kelas VIII.

(24)

13

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian baik secara teoritis maupun praktis yang bisa didapatkan dari penelitian ini adalah :

1. Secara teoritis :

a. Dapat memperkaya khazanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan konsep diri, minat belajar siswa, dan prestasi belajar Matematika.

b. Dapat dijadikan acuan, wawasan dan tolok ukur untuk melakukan penelitian lain yang terkait dengan judul atau topik penelitian ini. 2. Secara praktis :

a. Dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan judul atau topik penelitian.

b. Dapat memberikan kontribusi atau pemikiran dan masukan kepada pihak sekolah agar lebih memperhatikan peserta didik dengan memberikan pendidikan yang optimal kepada peserta didiknya agar menjadi manusia yang kaya akan IPTEK dan IMTAQ sebagai penerus bangsa yang berkualitas dan berakhlak mulia ( Insan kamil ).

c. Dapat membangun persepsi dan kesadaran semua pihak bahwa konsep diri dan minat belajar siswa dapat meningkatkan prestasi belajar Matematika.

G. Sistematika Penulisan Tesis

(25)

14 Bab I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang, identifikasi

masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori, kerangka berpikir dan hipotesis, bab ini berisi

landasan teori, konsep diri, minat belajar siswa, prestasi belajar, karakteristik Matematika, kerangka berpikir, dan hasil penelitian yang relevan.

Bab III Metodologi Penelitian, bab ini memuat tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, variabel penelitian, instrumen penelitian, dan teknik analisa data.

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan, bab ini berisi deskripsi data, pengujian persyaratan analisis, pengujian hipotesis dan pembahasan.

(26)

15

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Hasil Belajar Matematika Semester Ganjil Kelas Pada Siswa Kelas VIII

a. Belajar

(27)

16 tentang tentang belajar menyatakan bahwa belajar adalah “Pengalaman terencana yang membawa perubahan tingkah laku “

Seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya merasakan adanya suatu perubahan dalam dirinya

Dengan memperhatikan beberapa pengertian diatas tentang belajar maka hakikat belajar apabila diintepretasikan mengandung pengertian bahwa setelah belajar siswa yang pada mulanya tidak mengerti menjadi mengerti. Siswa yang pada mulanya tidak memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu menjadi mampu melakukannya, siswa yang semula belum terampil menjadi terampil dan siswa yang tidak memiliki sikap menjadi bersikap. Dengan demikian maka pada diri siswa akan terjadi perubahan-perubahan yang sifatnya relatif permanen.

(28)

17

b. Hasil Belajar.

Sudjana, N (1990:24) yang dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya adapun hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh berdasarkan proses belajar. Ada 5 katagori tentang kemampuan yang dihasilkan berdasarkan proses belajar, yaitu; (1) Kecakapan untuk mengkomunikasikan pengetahuan secara verbal, yang dikatagorikan sebagai informasi verbal, (2) Kecakapan dalam bertindak melalui penilaian terhadap suatu stimulus dikatagorikan sebagai sikap, (3) Kecakapan membedakan, memahami konsep maupun aturan serta dapat memecahkan masalah, dikatakan sebagai keterampilan intelektual, (4) Kecakapan mengelola dan mengembangkan proses berpikir melalui pemahaman, analisis dan sintesis, dikatagorikan sebagai keterampilan strategi kognitif, (5) Kecakapan yang diperlihatkan secara tepat, tepat dan lancar melalui gerakan anggota tubuh, ini dikatagorikan sebagai keterampilan motorik.

(29)

18 hasil belajar. Sedangkan untuk mengetahui hasil belajar maka dapat diukur atau dinilai dengan ujian tertulis maupun dengan ujian lisan, ataupun gabungan antara tertulis dan lisan atau disebut tes dan non tes. Tes dan non tes adalah suatu alat ukur yang dapat dipergunakan oleh guru dalam melakukan pengukuran.

Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh siswa, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Lebih lanjut dikatakan bahwa guru dapat mengukur penguasaan peserta pendidikan dalam suatu mata pelajaran atau kemampuan dalam melakukan suatu keterampilan tertentu yang telah dilatih, tetapi tidaklah mengukur peserta didik itu sendiri. Pengukuran pendidikan salah satu pekerjaan profesional guru, instruktur atau dosen.

Dari berbagai teori yang diuraikan tersebu, maka yang dimaksud hasil belajar adalah hasil dari suatu penilaian atau pengukuran terhadap peserta didik dengan menggunakan alat penilaian setelah dilakukan proses pembelajaran secara terencana baik materi maupun waktunya serta hasil belajar yang diinginkan disesuaikan dengan jenis dan fungsinya dalam penilaian atau pengukuran, misalnya penilaian ulangan harian, ulangan blok, mid test, ujian sekolah dan ujian nasional.

c. Matematika.

(30)

19 dengan kehidupan manusia sehari-hari, misalnya dalam mata pelajaran hampir selalu disebut istilah-istilah lebih kecil, lebih besar, atau sama dengan. Luas bangunan rumah Pak Setyo lebih besar dibanding dengan luas bangunan rumah Pak Latief atau jumlah air didalam gelas merah sama dengan jumlah air di dalam gelas berwarna biru atau juga bentuk lingkaran A sama dengan bentuk lingkaran B, banyak air dalam bentuk lingkaran A dan B merupakan perwujudan alamiah yang dapat diukur atau diraba secara nyata ataupun dapat dilihat dengan mata serta dapat diwujudkan dengan simbol-simbol.

(31)

pola-20 pola itu dapat dikenal bila muncul, sedangkan Rusfendi (1991 : 54), mengemukan bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang berhubungan dengan penelahaan bentuk-bentuk atau struktur-struktur abstrak yang berhubungan diantara hal itu. Untuk dapat memahami struktur - struktur serta hubungan - hubungannya yang diperlukan pemahaman tentang konsep-konsep yang terdapat dalam matematika itu. Ini mengisyaratkan bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktrur-struktur tersebut. Lebih lanjut Rusfendi menyebutkan bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-struktur yang terdapat dalam bahasan yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur tersebut, disebutkan pula, matematika mengelompokkan perwujudan alamiah menjadi pola-pola atau bentuk-bentuk tertentu. Selain menghubungkan matematika melakukan penelaahan pola atau bentuk didalam matematika berarti mewujudkan struktur-struktur. Adapun hubungan-hubungan pola di dalam matematika dapat membentuk rumus, teorema atau dalil matematika.

(32)

21 dan mempermudah siswa belajar berhitung dan cabang–cabang lainnya, bukan untuk mempersulit.

Setelah menelaah berbagai pendapat tersebut di atas, maka matematika adalah mata pelajaran yang memuat ide – ide, konsep – konsep abstrak yang tersusun secara hierarkis dan terpola menjadi rumus, teorema atau dalil yang dapat dipergunakan secara patent untuk pemecahan masalah dalam mata pelajaran matematika itu sendiri maupun untuk aplikasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

d. Hasil belajar matematika

(33)

22 Schoenfeld (2000 : 27) mengemukakan bahwa ada 4 pengetahuan atau keterampilan yang dibutuhkan dalam meningkatkan belajar agar berhasil, yaitu; (1) Sumberdaya–dalil dan prosedur pengetahuan matematika, (2) Heuristik strategi dan teknik untuk memecahkan masalah-masalah, seperti mengulang pelajaran, (3) Pengawasan–pengambilan keputusan tentang apa dan sumberdaya apa, dan strategi apa yang akan dipergunakan, (4) Kepercayaan– pandangan seseorang tentang matematika untuk melakukan pendekatan di dalam memecahkan masalah.

Hudoyo (1988 : 44) pada bagian menjelaskan bahwa apabila matematika dipandang sebagai suatu struktur dari hubungan– hubungan, maka simbol–simbol formal diperlukan untuk menyertai himpunan benda–benda atau hal–hal. Simbul–simbul ini sangat penting didalam membantu manipulasi aturan–aturan yang beroperasi didalam struktur. Pemahaman terhadap struktur–struktur dan proses simbolisasi masing masing merupakan stimulus yang satu terhadap yang lain. Simbolisasi memberikan fasilitas komunikasi, yang dari komunikasi ini kita mendapatkan sejumlah besar informasi. Simbul merupakan lambang yg memiliki arti dan bersifat pasti atau tetap.

(34)

23 dikatakan bahwa matematika adalah ilmu aksiometris, perjanjian, dalil-dalil, perhitungan dan lain-lain sesuai dengan bentuk yang menjadi sasaran atau objek pembahasan.

Setelah menelaah uraian dari berbagai teori di atas, maka hasil belajar matematika adalah hasil penilaian yang dilakukan secara terencana dengan terlebih dahulu melakukan upaya maksimal dalam proses pembelajaran, kemudian untuk meningkatkan hasil belajar matematika adalah dengan memaksimalkan strategi, menggunakan stimulus untuk mempermudah pemahaman konsep – konsep dan memperhatikan tingkat kemampuan baik secara individu, kelompok atau klasikal

2. Konsep diri a. Konsep

(35)

24 mengenai dirinya sendiri. Menurut cagawas seperti yang dikutip oleh Pudjijongyanti (1991), konsep mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik kepribadiannya, motivasi, kelemahannya, kepandaiannya, kegagalannya dan sebagainya. Menerut Shavelson dan Bolus seperti yang dikutip Marsh dan Holmes (1990), konsep diri pada seseoranmg individu didasarkan atas pengalaman dan interaksi dengan orang-orang yan berpengaruh dalam hidupnya seperti orang tua, teman-teman dan guru.

Shavelson membagi struktur konsep diri secara hirarkhi atas empat peringkat. Peringkat pertama terletak konsep diri umum yaitu cara individu memahami dan menilai dirinya sendiri secara keseluruhan. Peringkat kedua yaitu konsep diri akademis dan konsep diri non akademis. Peringkat ketiga merupakan sub area konsep diri akademis dan sub area konsep diri non akademis. Peringkat keempat merupakan penilaian tingkah laku dalam situasi yang lebih spesifik pada masing-masing sub area dari konsep diri. Menurut Leonetti (2002), membagi konsep diri dalam dua bagian yaitu percaya diri (self confidence) dan harga diri (self esteem). Percaya diri adalah kepercayaan seseorang dalam kesanggupannya untuk melaksanakan tugas atau pekerjaan. Harga diri adalah bagaimana baiknya seseorang menginginkan dirinya. Konsep diri mempunyai peranan dalam menentukan tingkah laku seseorang.

(36)

25 seseorang berfikir dirinya kurang baik maka ia akan menganggap remeh dirinya dan selalu membayangkan kegagalan di setiap usaha yang dilakukannya, sehingga ia enggan untuk mencoba mengatasi kesulitan-kesulitan yang ia hadapi. Keyakinan tersebut mencerminkan sikap dan pandangan negatif pada dirinya sendiri. Sebaliknya bila seorang tersebut memiliki pola pikir yang positif maka ia akan melakukannya dengan sungguh-sungguh yaitu dengan mengatasi kesulitan yang dihadapi untuk mencapai kesuksesan.

(37)

26

b. Proses Pembentukan Konsep Diri

Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikan terhadap konsep diri yang terbentuk. Sikap atau respon orangtua dan lingkungannya akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya.

Oleh sebab itu, serngkali anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam pola asuh yang keliru dan negatif. Hal ini disebabkan sikap orang tua misalnya : suka memukul, mengabaikan, kurang memperhatikan, melecehkan, menghina, bersikap tidak adil, tidak pernah memuji, suka marah-marah, dan sebagainya. Hal-hal tersebut dianggap sebagai hukuman akibat kekurangan, kesalahan ataupun kebodohan dirinya. Dengan demikian anak menilai dirinya berdasarkan apa yang beliau alami dan dapatkan dari lingkungannya. Bila lingkungan memberikan sikap yang baik dan positif, maka anak akan merasa dirinya cukup berharga sehingga tumbuhlah konsep diri yang positif.

(38)

27 suatu ketika ia mendapat angka merah, bisa saja saat itu ia merasa “bodoh”, namun karena keyakinan yang positif ia berusaha memperbaiki nilai.

c. Faktor yang mempengaruhi konsep diri

Berbagai faktor yang mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang, seperti :

1. Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh orang tua dapat mempengaruhi konsep diri yang terbentuk , sikap positif orang tua akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri, sedangkan sikap positif orang tua akan mengundang pertanyaan pada anak dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi dan disayangi.

2. Kegagalan

Kegagalan yang terus menerus seringkali menimbulkan pertanyaan pada diri sendiri yang berakhir dengan kesimpulan bahwa semua penyebabnya terletak pada kelemahan diri.

3. Depresi

(39)

28 4. Kritik internal

Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau rambu-rambu dalam bertindak dan berprilaku agar keberadaan kita diterima oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.

3. Minat Belajar a. Pengertian Minat

Definisi minat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perhatian, kesukaan, kecenderungan hati. Muhibbin Syah (2008:136) mengatakan bahwa, ”secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Sementara itu, Slameto (2003:180) mengatakan:

”Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat”.

(40)

29 menyatakan bahwa minat akan membantu seseorang mempelajarinya.

Menurut The Liang Gie (2000:57):

“Suatu pelajaran dapat dipelajari dengan baik apabila si pelajar dapat memusatkan seluruh perhatian dan konsentrasinya terhadap pelajaran itu dan minat merupakan salah satu faktor yang memungkinkan konsentrasi tersebut”.

Minat juga merupakan suatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh kemauannya dan yang tergantung dari bakat dan lingkungan. Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami, sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan ini meliputi seluruh pribadi siswa; baik kognitif, psikomotor maupun afektif. Untuk meningkatkan minat, maka proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara berkelompok.

(41)

30 terbentuk jika ada usaha dari dalam dirinya dan juga ada dorongan dari luar baik dari guru, keluarga maupun lingkungnnya untuk menyukai dan memperhatikan pelajaran fisika dan terminat mengerjakan soal-soal yang diberikan guru.

Sedangkan menurut Wayan Nurkancana(1983:224) menyatakan bahwa, ”Minat adalah gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktivitas yang stimulir, perasaan senang pada individu”. Dan definisi minat menurut Kurt Singer (1991:78) adalah ”suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses”. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah merupakan suatu sikap batin dalam diri seseorang yang berkaitan dengan perhatian, kesukaan dan perasaan senang terhadap sesuatu.

(42)

31 Minat ini biasanya dipengaruhi dorongan dari dalam diri siswa berupa kesadaran bahwa dia akan lebih menikmati atau lebih bisa dengan salah satu pelajaran. Kecenderugannya, faktor dari dalam ini berupa kemampuan atau lebih kepada bakat yang ia bawa sejak lahir. Jika bakat tersebut sudah terlihat, maka dengan polesan pendidikan yang baik maka akan menghasilkan seorang yang unggul, profesional. Sedangkan dari faktor luar dapat berupa lecutan minat dan lingkungan yang menyebabkan dirinya juga merasa nyaman terhadap satu pelajaran. Lecutan minat tersebut dapat berupa guru yang mengajar menarik perhatiannya, misalnya mengajarnya enak dan cepat ditangkap oleh siswa tersebut sehingga tumbuh minatnya untuk lebih giat belajar dalam pelajaran tersebut.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, minat adalah suatu sikap batin dalam diri seseorang yang berkaitan dengan perhatian, kesukaan dan perasaan senang terhadap sesuatu. Minat didasarkan atas kesukaan individu atas apa yang diinginkannya. Minat berasal dari dalam diri siswa dan akan sangat berpengaruh terhadap apa yang akan dilakukan seseorang.

b. Minat Belajar Matematika

(43)

32 yang tentunya dapat dicapai dengan memiliki minat belajar yang tinggi.

Slameto (2003:180) menegaskan bahwa:

”Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila siswa melihat bahwa hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat (dan bermotivasi) untuk mempelajarinya”.

Jelas kiranya bahwa minat merupakan tenaga penggerak yang dipercaya ampuh dalam proses belajar. Oleh sebab itu, sudah semestinya pengajaran memberi peluang yang lebih besar bagi perkembangan minat seorang siswa. Minat erat sekali hubunganya dengan perasaan suka dan tidak suka, tertarik atau tidak tertarik.

Setelah mulai belajar, hendaknya setiap siswa menaruh minat belajar yang besar terhadap pelajaran yang diikuti. Suatu mata pelajaran dapat dipelajari dengan baik bila siswa dapat memusatkan perhatian terhadap mata pelajaran tersebut. Dan minat merupakan salah satu faktor yang memungkinkan konsentrasi itu. Dengan minat belajar yang tinggi siswa, maka hasil akhir dari proses belajar mengajar tentunya akan menjadi baik.

(44)

33 Minat belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Totok Santoso (1998:11) mengemukakan faktor-faktor minat belajar siswa antara lain:

1) Minat dan cita-cita

Cita-cita merupakan satu titik tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang. Agar cita-cita dapat tercapa maka perlu adanya usaha dan dorongan dari dalam diri seseorang tersebut yang kemudian dinamakan minat untuk konsisten dalam usahanya tersebut. Minat sama halnya dengan minat merupakan dorongan dari dalam diri untuk berbuat secara maksimal guna mencapai satu tujuan yang dikehendaki. Minat yang tinggi dari seseorang akan membangkitkan semangat dan gairah dalam melakukan belajar dan usaha. Demikian pula dengan belajar, seseorang yang bercita-cita telah terminat belajarnya untuk mencapai satu tujuan belajar berupa nilai yang bagus, sikap yang bagus dan berketerampilan. 2) Sikap terhadap guru atau pelajaran

(45)

34 dalam maupun di luar kelas hendaknya memberi kenyaman siswanya dalam berinteraksi dan menjalin komunikasi, sehingga persoalan-persoalan yang ada dalam diri siswa terkait dengan proses belajarnya dapat teridentifikasi untuk nantinya terpecahkan satu solusi jika siswa tersebut mengalami penurunan dalam belajarnya.

3) Keluarga

Dengan adanya perhatian, dukungan dan bimbingan dari orang tua akan mendorong siswa untuk lebih bersemangat dan menyukai belajar. Keluarga merupakan tempat dimana pendidikan pertama diperoleh oleh seorang anak. Keluarga yang baik akan selalu mendukung anak-anaknya dalam memeperoleh pendidikan yang optimal. Fungsi keluarga bukan hanya sebagai tempat berlindung dan memeberikan fasi-litas berupa materiil saja, akan tetapi dukungan moril akan lebih efektif dan efisien demi tercapainya cita-cita dan hasil yang baik dalam belajar. Per-hatian dan bimbingan orangtua mutlak diperlukan dalam pendidikan anak. 4) Guru dan fasilitas sekolah

(46)

35 siswa. Misalnya dengan ceramah terus-menerus sehingga siswa kecenderungannya mengalami kebosanan dan pada akhirnya melakukan hal-hal negatif. Demikian juga sarana dan fasilitas sekolah yang kurang memadai dapat memperlemah minat belajar. Fasilitas yang ada di sekolah akan memancing siswa betah berada di sekolah. Tentunya, ketika itu terjadi dapat terlihat aktivitasnya dan jika ia berminat terhadap salah satu pelajaran atau pun kegiatan yang ada akan mengasah kemampuannya.

5) Teman pergaulan

Sesuai dengan masa perkembangan siswa, apabila teman belajar mempunyai minat yang besar dalam belajar, maka timbul dalam kelompok pergaulan itu kecenderungan untuk mengikuti dan memiliki minat belajar. Dan sebaliknya apabila teman pergaulan tidak memiliki minat untuk belajar maka siswa akan malas atau minat belajar berkurang.

6) Media massa

Dengan adanya media masa dapat mempengaruhi minat belajar siswa. Jika berminat untuk menggunakan media tersebut untuk membantu, maka minat belajar siswa berkembang. (Totok Santoso, 1998: 11)

(47)

36 ”Pengaajar hendaknya juga berusaha untuk membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini dapat dilakukan dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu bahan pengajaran yang akan diberikan dengan bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang”.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan minat belajar adalah perasaan senang, suka dan perhatian terhadap usaha untuk mendapat ilmu pengetahuan. Dalam kaitannya dengan minat belajar Matematika maka dapat disimpulkan minat belajar Matematika siswa adalah perasaan senang, suka dan perhatian terhadap usaha untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang dalam hal ini adalah Matematika.

B. Kerangka Berpikir

Keramgka berpikir dalam penelitian ini adalah :

1. Pengaruh Konsep diri dan Minat Belajar Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Semester Ganjil Pada Siswa Kelas VIII

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Untuk dapat belajar dengan baik harus mengetahui lebih dahulu metode, teknik, kemahiran atau cara-cara belajar yang efesien dan dipraktekkan sehari-hari oleh siswa sampai menjadi suatu kebiasaan.

(48)

37 dibutuhkan dalam mempelajari matematika, seperti mengabstraksi dan mengklasifikasi. Untuk belajar matematika diperlukan kemampuan mengklasifikasi struktur-struktur dan mengidentifikasi hubungan-hubungan.

Materi yang dipelajari secara sistematik akan lebih baik dan tahan lama pada materi yang dipelajari secara hafalan. Agar konsep matematika dapat terbentuk dengan lebih baik dalam diri siswa, maka siswa perlu belajar sistematik dan meninggalkan belajar hafalan. Oleh karena itu perlu adanya kebiasaan belajar guna menekankan pada konsep matematika.

(49)

38 disiplin pada diri siswa dan siswa akan berusaha untuk memahami materi pelajaran yang dipelajarinya

.

2. Pengaruh Konsep Diri terhadap Hasil Belajar Matematika Semester Ganjil Pada Siswa Kelas VIII

Berhasil atau tidaknya seseorang siswa dalam suatu pelajaran dapat dilihat dari hasil belajarnya. Hasil belajar tersebut ditentukan oleh beberapa faktor, baik dalam dirinya maupun dari luar dirinya. Salah satu faktor dari dalam diri adalah Konsep diri. Konsep diri berlaku untuk semua kegiatan dan semua bidang. Konsep diri secara naluri terkandung pada setiap orang walaupun dengan derajat yang berbeda–beda. Tinggi rendahnya konsep diri berbeda beda untuk setiap orang dan setiap bidang yang dihadapinya dan dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan iyang dimiliki.

(50)

39 Matematika sebagai salah satu pelajaran di sekolah juga melibatkan konsep diri siswa dalam proses pembelajarannya, baik berupa teoritik maupun dalam obyek yang nyata. Adanya konsep diri dalam mempelajari metematika akan menimbulkan inisiatif dan pengalaman baru yang tidak akan terlupakan dalam suatu konsep matematika sehingga akan menghasilkan hasil belajar matematika yang tinggi. Berdasarkan uraian di muka maka diduga terdapat pengaruh positif antara kreativitas dengan hasil belajar matematika.

3. Pengaruh Minat Belajar Matematika Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Semester Ganjil Pada Siswa Kelas VIII

Belajar terjadi dalam interaksi dengan lingkungan, dalam bergaul dengan orang lain, dan dalam memegang benda. Namun tidak berarti berada ditengah lingkungan menkreativitas yang menjamin adanya proses belajar. Oleh karena itu orang tersebut harus aktif sendiri, melibatkan diri dengan segala pemikiran, kemauan dengan perasaannya, atau lebih jauh lagi dalam belajar diperlukan adanya kreativitas. Dengan adanya kreativitas maka terjadi interaksi aktif dengan lingkungan yang dalam hal ini ditekankan pada lingkungan sekolah yang dikaitkan dengan proses belajar.

(51)

40 kebiasaan belajar. Tanpa adanya kebiasaan belajar maka proses belajar yang terdapat pada diri siswa tidak akan menjadi kontinu, sehingga interaksi dengan lingkungan dalam proses belajar tidak berjalan dengan baik. Dengan demikian kreativitas dan kebiasaan belajar merupakan hal-hal yang saling mendukung guna tercapainya prose belajar.

Hasil dari proses belajar adalah hasil belajar. Oleh karena itu apabila dalam proses belajar terjadi suatu kebiasaan belajar yang baik dan adanya kreativitas yang baik, maka dengan sendiri akan mempengaruhi terhadap peningkatan hasil belajar.

Berdasarkan kepada uraian di atas, diperkirakan hasil belajar siswa dapat ditentukan oleh kebiasaan belajar yang baik dan teratur yang akan dapat mengembangkan daya kreativitas siswa dalam mendukung proses belajarnya. Dengan demikian diduga terdapat pengaruh yang positif antara kebiasaan belajar dan kreativitas siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar matematika.

C. Pengajuan Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir serta dengan mempertimbangkan konsep-konsep pokok penelitian yang lain, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

(52)

41 2. Terdapat pengaruh konsep diri terhadap prestasi belajarr

matematika

(53)

42

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kecamatan Makassar Jakarta Timur tahun pembelajaran 2011/2012. Sedangkan obyek penelitiannya adalah para siswa kelas VIII SMP N di Kecamatan Makasar Jakarta Timur.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dijadwalkan dengan limit waktu tiga bulan terhitung mulai persetujuan proposal, diperkirakan dimulai bulan April 2012.

Tabel 3.1

Pelaksanaan Penelitian

No KEGIATAN April 2012 Mei 2012 Juni 2012 Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1 Pendahuluan 2 Proposal 3 Surat izin 4 UjiInstrumen 5 Menjaring data 6 Val-Rel &Analisis 7 Laporan

B. Metode Penelitian

(54)

43 suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Dalam penelitian ini data dan informasi dikumpulkan dari responden dengan menggunakan kuesioner. Setelah data diperoleh kemudian hasilnya akan dipaparkan secara deskriptif dan pada akhir penelitian akan dianalisis untuk menguji hipotesis yang diajukan pada awal penelitian ini (Effendi, 2003: 3).

Metode penelitian survey adalah usaha pengamatan untuk mendapatkan keterangan-keterangan yang jelas terhadap suatu masalah tertentu dalam suatu penelitian. Penelitian dilakukan untuk suatu tindakan yang sifatnya deskriptif yaitu melukiskan hal-hal yang mengandung suatu fakta-fakta, klasifikasi dan pengukuran yang akan diukur adalah fakta yang fungsinya merumuskan dan melukiskan apa yang terjadi (Ali, 2007: 5).

(55)

44 dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Nazir, 2008: 63).

Berdasarkan pengertian para pakar diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa metode survey deskriptif cocok untuk digunakan dalam penelitian ini, karena sesuai dengan maksud dari penelitian, yaitu untuk memperoleh gambaran Pengaruh Konsep diri dan Minat Belajar Matematika terhadap Hasil Belajar Matematika materi semester ganjil pada siswa SMP Negeri kelas VIII di Kecamatan Makasar Jakarta Timur. Sebelum melakukan analisis data tentang pengaruh variabel data kemudian teknik analisis data dengan menggunakan statistik inferensial korelasi sederhana dan korelasi ganda, korelasi parsial, serta regresi sederhana dan regresi ganda. Korelasi memerlukan minimal dua variabel, sedangkan korelasi ganda memerlukan tiga variabel. Pada penelitian ini, variabel bebas adalah konsep diri (X1), minat belajar siswa (X2) dan

variabel terikatnya adalah hasil belajar matematika (Y) tergambar sebagai berikut:

Gambar 3.1

Konstelasi Pengaruh antara Variabel Bebas X1, X2 dan Variabel Terikat Y

Konsep diri (X1)

Minat Belajar Siswa (X2)

(56)

45

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Sugiyono (dalam Riduwan 2004: 54) mengatakan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang menjadi kuantitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajarai dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Nawawi (dalam Riduwan 2004: 54) menyebutkan bahwa “ populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung atau pengukuran kuantitatif pada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap”.

Riduwan mengatakan bahwa “ populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi obyek penelitian”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian.

Populasi yang dipilih peneliti dalam penelitian ini adalah para peserta didik yang bersekolah di SMP N di Kecamatan Makasar Jakarta Timur.

(57)

46 karakteristik sekolah sama yaitu siswa-siswa kelas VIII Sekolah Standar Nasional (SSN).

2. Sampel

Arikunto (dalam Riduwan 2004: 5) mengatakan bahwa, “Sampel adalah bagian dari populasi (sebagaian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat meakili seluruh populasi”.

Sugiyono (dalam Riduwan 2004: 5) memberikan pengertian bahwa, “Sampel adalah sebagian dari jumlah data karakteristik yang dimiliki oleh populasi”.

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa “sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti.”

Pengambilan sampel menurut S. Nasution (dalam Riduwan 2004: 56) yang mengatakan bahwa semakin besar jumlah sampel yang diambil maka sampel sekurang-kurangnya semakin baik. Akan tetapi merupakan suatu kelaziman bahwa jumlah tiga puluh satuan.

(58)

47 homogenitas dalam populasi: juga oleh sempit dan luasnya pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini menyangkut banyak tidaknya data; dan besar kecilnya risiko yang ditanggung peneliti.

Penyusun berupaya agar ukuran sampel yang ditetapkan bisa merepresentasikan populasi, dan dengan sampel yang representative maka generalisasi hasil penelitian bisa dilakukan. S. Nasution, menulis tidak ada aturan yang tegas tentang jumlah sampel yang dipersyaratkan dalam penelitian dari populasi yang tersedia. Juga tidak ada batasan yang jelas apa yang dimaksud dengan sampel besar dan sampel kecil (S. Nasution; 2007). Selanjutnya dia menulis, mengenai jumlah sampel yang sesuai sering juga disebut aturan sepersepuluh. Jadi 10 % dari jumlah populasi (S. Nasution: 2007). Sementara itu Sugiono berpendapat, bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi berganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali lipat dari jumlah variabel yang diteliti (Sugiono: 2008).

Dengan maksud untuk mendapatkan data-data tentang variabel penelitian yang lebih lengkap dan akurat, penulis menetapkan ukuran atas jumlah sampel yaitu sebesar 10 % dari seluruh populasi dengan menggunakan teknik Multi stage sampling. Selanjutnya sampel diberikan ke tiap kepala sekolah yang ada di Kecamatan Pasar Minggu dengan perincian sebagai berikut: Sekolah SMPN 128 dengan jumlah siswa N1=164 dpilih sampel 10 persen, maka sampel terpili n1=16 siswa.

(59)

48 terpilih sebanyak n1=16. Jadi total mahasiswa N=308 dan total sampel

terpilih n=30.

Dari data tabel tersebut diatas dapat diketahui bahwa sampel yang akan diteliti sebanyak 30 siswa dengan jumlah populasi sebanyak 308 siswa dari dua SMP N SSN di kecamatan Makasar Jakarta Timur dengan perinciannya 164 siswa SMP N 128 dan 144 siswa SMP N 80 sehingga jumlahnya sebanyak 308 siswa. Pada data tersebut dapat diketahui jumlah sampel di SMP N 128 sebanyak 16 siswa, sedangkan di SMP N 80 sebanyak 14 siswa dari perhitungan jumlah siswa di SMP N 128 atau SMP N 80 : jumlah total siswa pada SMP N 128 dan SMP N 80 dikalikan jumlah sampel, hal tersebut didasarkan atas perbandingan kedua sekolah tersebut.

Dengan ketentuan tersebut, jumlah sampel telah memenuhi syarat untuk mewakili populasi.

Berkaitan dengan teknik pengambilan sampel Nasution (2001: 135) mengatakan bahwa, “Mutu penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, tetapi oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya, serta mutu pelaksanaan dan pengolahannya.”

D. Teknik Pengumpulan Data

(60)

49 siswa kelas VIII setiap SMP N di Kecamatan Makasar Jakarta Timur berupa tes akademik dengan menggunakan instrumen tes berupa isian singkat dari soal pelajaran Matematika kelas VIII, konsep diri (X1)

diberikan kepada siswa kelas VIII dengan mengisi angket (kuesioner) dengan menggunakan instrumen kuesioner, dan minat belajar Matematika (X2) yang diberikan kepada siswa kelas VIII dengan cara mengisi angket

(kuesioner) dengan menggunakan instrumen kuesioner yang keduanya adalah sebagai variabel bebas.

E. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Prestasi Belajar Ilmu Pengetahuan Alam a. Definisi konseptual

Hasil belajar Matematika materi semester ganjil kelas VIII adalah tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi-informasi yang berupa fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan Ilmu murni yang didasarkan pada bahan kajian Matematika”.

b. Definisi Operasional

(61)

50 Matematika. Indikator dari test Matematika tersebut meliputi: 1) Faktorisasi suku Aljabar; 2) Fungsi dan grafik fungsi; 3) Persamaan garis lurus; 4) Sistem persamaan linear dua variabel; 5) Garis-garis pada segitiga; 6) Lingkaran; 7) Garis singgung lingkaran

Fokus yang dinilai dalam indikator test hasil belajar Matematika peserta didik SMP Negeri sebagaimana disebutkan di atas, adalah:

1) Faktorisari suku Aljabar, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi kemampuan memahami soal faktorisasi susku Aljabar dalam menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru. Semakin tinggi skor yang didapat maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya.

2) Fungsi dan grafik fungsi, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi kemampuan peserta didik dalam menjawab pertanyaan tentang fungsi dan grafik fungsi. Semakin tinggi skor yang didapat maka semakin tinggi pula nilainya.

3) Persamaan garis lurus, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi kemampuan peserta didik di dalam menjawab pertanyaan atau soal tentang persamaan garis lurus. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula nilai yang didapatnya.

(62)

51 Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin tinggi pula nilainya..

5) Garis-garis pada segitiga, difokuskan untuk mengetahui seberapa besar daya serap peserta didik didalam menjawab soal tentang garis-garis pada segitiga. Semakin tinggi skor yang diperoleh maka semakin besar pula nilainya.

6) Lingkaran, difokuskan untuk mengetahui seberapa besar dalam menjawa soal tentang lingkaran. Semakin tinggi skor yang didapatkan maka semakin tinggi pula nilainya.

c. Kisi-kisi instrument Hasil Belajar Matematika

Instrumen yang digunakan sebagai alat penelitian disusun berdasarkan kisi-kisi. Penyusunan kisi-kisi berdasarkan indikator yang telah dikemukakan di atas. Pengukuran terhadap hasil belajar Matematika yang diukur dengan menggunakan skala Likert, kemungkinan jawaban dibagi menjadi 5 rentangan masing-masing rentangan mempunyai skor seperti ditampilkan pada tabel pemberian skor tiap indikator di bawah ini. Masing-masing butir mempunyai satu jawaban. Berikut ini peneliti menyajikan tabel kisi-kisi instrument hasil belajar Matematika:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Hasil Belajar Matematika

No Materi Indikator Nomor

Butir Tes Jml

(63)

52 No Materi Indikator Nomor

Butir Tes Jml

kali, bagi dan pangkat pada bentuk Aljabar b. Menghitung nilai fungsi

5,6,7,13, 14

8

5

1 3 Persamaan garis lurus a. Mengenal pengertian

dan menentukan gradien dalam berbagai bentuk b. Menentukan persamaan

garis lurus yang melalui dua titik, melalui satu titik dengan gradient tertentu

Menggambar grafik garis lurus 4 Sistem persamaan

linear dua variabel

a. Mengenal SPLDV b. Menentukan akar

SPLDV dengan subtitusi segitiga siku-siku (30◦, 45, 60)

6 Lingkaran a. Menyebutkan unsur-unsur dan bagian-bagian lingkaran

(64)

53 No Materi Indikator Nomor

Butir Tes Jml

dalam dan persekutuan luar dua lingkaran b. Menentukan panjang

garis singgung

persekutuan dalam dan persekutuan luar

19 1

Jumlah 30

d. Kalibrasi Instrumen Hasil Belajar Matematika (Y)

Khusus untuk instrument hasil belajar Matematika materi semester ganjil kelas VIII (Y) tidak dilakukan kalibrasi, karena menggunakan instrument yang sudah dibakukan dalam format penilaian hasil belajar matematika.

Kalibrasi instrumen prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Alam bagi siswa yang menjawab pertanyaan dari pilihan ganda akan mendapatkan nilai 1 (satu):

Benar diberi nilai satu

Dan begitu pun sebaliknya apabila menjawab pertanyaan salah maka mendapatkan nilai 0 (nol):

Salah diberi nilai nol

1) Validitas Butir

(65)

54 dengan membandingkan antara besaran rxy yang diperoleh dengan

harga kritis r Pearson’s Product Moment pada n = 30. Jika r hitung

> r tabel, maka butir instrumen tersebut valid dan selanjutnya akan

digunakan untuk pengumpulan data. Sebaliknya, jika r hitung < r

tabel, maka butir tersebut tidak valid dan selanjutnya tidak

digunakan dalam penelitian. Dalam tabel harga kritis r tabel Pearson’s Product Moment diketahui 0,361 untuk N = 30 dengan

α = 0,05. Uji validitas instrumen hasil belajar Matematika dilakukan dengan bantuan SPSS 17. Berdasarkan hasil perhitungan validitas instrumen hasil belajar Matematika materi semester ganjil kelas VIII diketahui dari 30 butir tes semua butir pertanyaan adalah valid karena nilainya lebih besar dari 0,361. Jumlah butir yang valid dan digunakan sebagai alat pengambil data penelitian sebanyak 30 butir tes. Dengan demikian, rentang skor teoretik antara 10 sampai dengan 30.

Tabel 3.3

(66)

55

(67)

56

2) Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas terhadap butir-butir instrumen Hasil belajar Matematika yang valid dianalisis dengan teknik Alpha Cronbach. Penghitungan koefisien reliabilitas instrumen dilakukan setelah butir yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian sehingga tidak diperhitungkan dalam penghitungan ini. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 17

Penghitungan reliabilitas instrumen variabel Hasil belajar Matematika sebanyak 30 butir menghasilkan rii = 0,837

Tabel 3.4

Reliability Instrumen Hasil Belajar Matematika

Dari hasil di atas, ternyata (0,837 > 0,7) maka disimpulkan Instrumen prestasi belajar (Y) reliabel

2. Kreatifitas Siswa (X1)

a. Definisi Konseptual

Berdasarkan paparan tentang kreatifitas siswa pada Bab II disimpulkan sebagai konseptual, “Konsep diri adalah suatu keadaan

Reliability Statistics

Cronbach's

(68)

57 yang terdapat dalam diri seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan kegiatan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.”

Konsep diri bukanlah sesuatu yang siap jadi, tetapi diperoleh dan dibentuk oleh lingkungan. Perkembangan konsep diri adalah dibentuk dan salah satu landasan esensial yang mendorong manusia untuk tumbuh, berkembang, dan maju mencapai sesuatu.

Sejak pertumbuhannya, telah tampak betapa besarnya pengaruh lingkungan terhadap perkembangan intelektualnya. Sistem persekolahan dan juga banyak kehidupan rumah tangga sering ditandai oleh ambisi mewujudkan hasil belajar matematika peserta didik yang optimal.

b. Definisi Operasional

Konsep diri siswa dalam penelitian ini, merupakan perwujudan dari hasil skor test, melalui pengukuran yang diperoleh dari responden, mengenai keinginan dalam melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab sebagai peserta didik . Konsep diri siswa dalam penelitian ini meliputi:

1) Percaya diri; 2) Harga diri; 3) Kompeten; 4) Daya tarik; 5) Semangat; 6) berprestasi; 7) Keyakinan.

Fokus yang dinilai dalam indikator kreatifitas siswa sebagaimana disebutkan di atas adalah:

(69)

58 belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin rendah pula konsep diri belajarnya.

2) Harga diri, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi keinginan peserta didik untuk menuangkan harga diri. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin tinggi pula konsep diri siswa dalam belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin rendah pula konsep diri siswa tersebut dalam belajarnya.

3) Kompeten, difokuskan untuk mengetahui seberapa jauh hal-hal yang belum di ketahui peserta didik untuk memiliki rasa kompeten. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin tinggi pula konsep diri siswa dalam belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin rendah pula konsep diri siswa tersebut dalam belajarnya.

4) Daya tarik, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi keinginan peserta didik untuk memiliki daya ketertarikan pada matematika. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin tinggi pula konsep diri siswa dalam belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin rendah pula konsep diri siswa tersebut dalam belajarnya.

(70)

59

6) Berprestasi, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi keinginan peserta didik untuk memahami hubungan baru. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin tinggi pula konsep diri siswa dalam belajar. Semakin rendah skor yang didapat, semakin rendah pula konsep diri siswa tersebut dalam belajarnya.

7) Keyakinan, difokuskan untuk mengetahui seberapa tinggi keinginan peserta didik memiliki suatu keyakinan mampu memahami matematika. Semakin tinggi skor yang didapat, semakin tinggi pula konsep diri siswa dalam belajar matematika. Semakin rendah skor yang didapat, semakin rendah pula konsep diri siswa tersebut dalam belajarnya.

c. Kisi-kisi Instrumen

Instrumen yang digunakan sebagai alat penelitian disusun berdasarkan kisi-kisi. Penyusunan kisi-kisi berdasarkan indikator yang telah dikemukakan di atas. Pengukuran terhadap kreatifitas siswa peserta didik diukur menggunakan skala Likert, dengan kemungkinan jawaban dibagi menjadi 5 rentangan. Masing-masing rentangan mempunyai pengertian selalu/sering sekali, sering, kadang-kadang, sangat jarang, dan tidak pernah. Berikut ini kisi-kisi instrument kreatifitas peserta didik.

Tabel 3.5

Kisi-kisi Instrumen Konsep diri(X1)

Indikator Kreatifitas Siwa Nomor Butir Jumlah Positif (+) Negatif (-)

(71)

60

Indikator Kreatifitas Siwa Nomor Butir Jumlah Positif (+) Negatif (-)

5 Semangat 15, 18 25 3 6 Berprestasi 23, 26, 27 28, 29, 30 6 7 Keyakinan 7, 29 24 3

Jumlah 17 13 30 d. Kalibrasi Instrumen Prestasi Belajar (Y)

Instrumen kreatifitas siswa (X1) dikembangkan dalam bentuk

penyataan. Apabila pernyataan tersebut bersifat positif maka penilaiannya adalah sebagai berikut:

Selalu diberi bobot 5 Sering diberi bobot 4 Kadang-kadang diberi bobot 3 Sangat jarang diberi bobot 2 Tidak pernah diberi bobot 1

Apabila penyataan tersebut bersifat negatif, maka penilaiannya adalah sebagai berikut:

Tidak pernah diberi bobot 5 Sangat jarang diberi bobot 4 Kadang-kadang diberi bobot 3 Sering diberi bobot 2 Selalu diberi bobot 1

1) Validitas Butir

(72)

61 30 sampai dengan 150. Valitidas butir instrumen ditentukan dengan membandingkan antara besaran rxy yang diperoleh dengan

harga kritis r Pearson’s Product Moment pada n = 30. Jika r hitung

> r tabel, maka butir instrumen tersebut valid dan selanjutnya akan

digunakan untuk pengumpulan data. Sebaliknya, jika r hitung < r

tabel, maka butir tersebut tidak valid dan selanjutnya tidak

digunakan dalam penelitian. Dalam tabel harga kritis r tabel Pearson’s Product Moment diketahui 0,361 untuk N = 30 dengan

α = 0,05. Uji validitas instrumen konsep diri dilakukan dengan bantuan SPSS 17. Berdasarkan hasil perhitungan validitas instrumen konsep diri diketahui dari 30 butir pernyataan semua butir pertanyaan adalah valid karena nilainya lebih besar dari 0,361. Jumlah butir yang valid dan digunakan sebagai alat pengambil data penelitian sebanyak 30 butir pernyataan. Dengan demikian, rentang skor teoretik antara 30 sampai dengan 150.

(73)
(74)

63 Dari output diatas dapat dilihat bahwa 30 butir pernyataan dinyatakan valid karena rhitung > rtabel.

2) Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas terhadap butir-butir instrumen minat belajar siswa yang valid dianalisis dengan teknik Alpha Cronbach. Penghitungan koefisien reliabilitas instrumen dilakukan setelah butir yang tidak valid tidak digunakan dalam penelitian sehingga tidak diperhitungkan dalam penghitungan ini. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 17. Penghitungan reliabilitas instrumen variabel konsep diri sebanyak 30 butir pernyataan menghasilkan rii = 0,965

Tabel 3.7 Reliability Instrumen

Konsep Diri

Dari hasil di atas, ternyata (0,965 > 0,7) maka disimpulkan instrumen konsep diri (X1) reliabel

3. Minat Belajar Siswa (X2)

a. Definisi Konseptual

Reliability Statistics

Cronbach's

(75)

64 Berdasarkan paparan tentang minat belajar siswa pada bab II dapat disimpulkan secara konseptual minat belajar siswa adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.

Kurangnya minat belajar adalah salah satu akar penyebab kurangnya kemauan siswa untuk mempelajari materi yang diterima secara berkesinambungan. Orang-orang dengan minat belajar yang rendah cenderung lemah, tidak berdaya, gagal dan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Oleh karena itu, mereka yang minat belajarnya yang rendah menjadi ancaman bagi kemajuan ilmu pengetahuan, karena anak itu memiliki minat belajar yang kurang untuk berlaku sebaliknya.

b. Definisi Operasional

Minat belajar siswa dalam penelitian ini, merupakan perwujudan dari hasil skor test, melalui pengukuran yang diperoleh dari responden mengenai minat belajar siswa. Minat belajar siswa dalam penelitian ini meliputi:

1) sosialisai dengan teman; 2) sopan santun; 3) memahami perasan orang lain; 4) belajar mempercayai; 5) bekerjasama dengan teman-teman; 6) belajar menyelesaikan masalah; 7) mengungkapkan rasa kasih sayang.

Gambar

Tabel 3.1  Pelaksanaan Penelitian
Gambar  3.1 Konstelasi Pengaruh antara Variabel Bebas X1, X2 dan Variabel Terikat
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Hasil  Belajar Matematika
tabel,  maka butir tersebut tidak valid  dan selanjutnya tidak
+7

Referensi

Dokumen terkait