• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biologi Ompok hypophthalmus di Sungai Tapung Provinsi Riau Roza Elvyra, Yusfiati, Melly Hayana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Biologi Ompok hypophthalmus di Sungai Tapung Provinsi Riau Roza Elvyra, Yusfiati, Melly Hayana"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Biologi Ompok hypophthalmus di Sungai Tapung Provinsi Riau

Roza Elvyra, Yusfiati, Melly Hayana

Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau Email: roza_elvyra@yahoo.com

Abstrak. Penelitian terhadap ikan lais danau (Ompok hypophthalmus) di Sungai Tapung

Provinsi Riau telah dilakukan. Penelitian ini bertujuan mengkaji beberapa aspek biologi O. hypophthalmus di Sungai Tapung yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan iptek terhadap sumberdaya perikanan. Metode pengambilan sampel secara purposive sampling. Sampel ikan diperoleh dari hasil tangkapan nelayan pada 3 stasiun penelitian di Sungai Tapung. Penentuan stasiun penelitian berdasarkan hidrologi Sungai Tapung dan berdasarkan lokasi yang banyak tangkapan ikan O. hypophthalmus. Alat tangkap yang digunakan nelayan adalah jala dan sempirai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi O. hypophthalmus

betina cenderung lebih cepat matang gonad dibandingkan dengan populasi jantan. O. hypophthalmus yang matang gonad di Sungai Tapung ditemukan pada bulan November hingga Februari.

Kata Kunci:Ompok hypophthalmus, Sungai Tapung, Riau

PENDAHULUAN

Provinsi Riau mempunyai empat sungai besar yaitu Sungai Kampar, Sungai Indragiri, Sungai Rokan dan Sungai Siak. Sungai Tapung merupakan daerah aliran Sungai Siak. Sungai Tapung dalam fungsinya sebagai habitat hidup ikan, difungsikan juga oleh masyarakat sebagai jalur transportasi air, sarana MCK dan berbagai fungsi lainnya. Di samping itu berbagai aktivitas masyarakat di sekitar sungai tentu akan berpengaruh terhadap biotanya yang secara tidak langsung akan menyebabkan penurunan populasi ikan yang hidup di dalamnya.

Salah satu jenis ikan yang hidup di Sungai Tapung adalah ikan lais danau (Ompok hypophthalmus). Ikan ini dikenal sebagai mascot kota Pekanbaru yang bernilai ekonomis tinggi. Penelitian fundamental dari aspek biologi ikan ini sangat perlu dikaji sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai landasan usaha konservasi maupun domestikasi dan budidaya dalam rangka mengatasi penurunan populasi ikan, Selain itu, juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan

iptek terhadap sumberdaya perikanan pada umumnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2012-Februari 2013 dengan lokasi pengambilan sampel di Sungai Tapung Provinsi Riau. Lokasi pengambilan sampel terdiri dari 3 stasiun penelitian. Penentuan stasiun penelitian berdasarkan hidrologi Sungai Tapung dan lokasi yang banyak tangkapan ikan lais danau (O. hypophthalmus). Ikan O. hypophthalmus diperoleh dari hasil tangkapan nelayan yang menggunakan alat tangkap sempirai dan jala.

Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan kunci identifikasi Kottelat et al. (1993). Sampel diukur panjang total dan berat tubuhnya, selanjutnya dibedah pada bagian ventral dan diambil gonadnya. Aspek biologi tingkat kematangan Gonad (TKG) diteliti secara morfologis.

(2)

(gonad pada perkembangan awal), TKG III (gonad sedang berkembang), TKG IV (matang gonad) dan TKG V (gonad pasca pemijahan). Data TKG dianalisis berdasarkan selang kelas ukuran panjang tubuh dan metode least square regression (Yoneda et al. 2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ikan lais danau (O. hypophthalmus) betina yang diperoleh dari Sungai Tapung dapat dibedakan secara anatomi bila dibandingkan dengan ikan lais danau jantan. Perbedaan secara anatomi sesuai dengan yang didapatkan Elvyra (2009) di Sungai Kampar yaitu ikan lais danau betina mempunyai ovarium yang terdiri dari dua kantung yang permukaannya licin dan berwarna merah muda, merah gelap, merah kecoklatan, sampai berwarna kuning dan terlihat butir telur yang tersusun rapat, hingga kembali berwarna merah pucat dan berkerut. Sedangkan ikan lais danau jantan mempunyai testis berwarna putih susu kemerahan dan berbentuk dua untai benang bergerigi pendek, sampai semakin tampak putih dan bergerigi jelas, lebar dan tebal, hingga kembali berwarna merah pucat dan berkerut.

Ikan O. hypophthalmus yang diperoleh dari tiga stasiun pengambilan sampel di Sungai Tapung selama penelitian yaitu 434 ekor, terdiri dari ikan lais danau betina sebanyak 249 ekor dan jantan sebanyak 185 ekor. Secara keseluruhan berdasarkan jumlah sampel yang didapatkan setiap bulannya dari bulan September 2012 hingga Februari 2013, rata-rata kisaran ukuran panjang dan berat tubuh ikan lais danau betina adalah 20,9 – 24,8 cm dan 43,1 – 64,1 g, sedangkan rata-rata panjang dan berat tubuh ikan lais danau jantan berkisar 19,6 – 22,9 cm dan 34,7 – 65,4 g (Gambar 1).

(a)

(b)

(c)

(d)

(3)

(a)

(b)

Gambar 2. Persentase tingkat kematangan gonad a) O. hypopthalmus betina, dan b) O. hypophthalmus jantan di Sungai Tapung berdasarkan selang kelas ukuran panjang tubuh

Gonad ikan O. hypophthalmus betina dan jantan yang diperoleh, dikelompokkan ke dalam lima tingkat kematangan gonad (TKG). Persentase tingkat kematangan gonad berdasarkan kelas ukuran tubuh disajikan pada Gambar 2.

Berdasarkan Gambar 2, dapat dilihat bahwa komposisi ikan yang berukuran kecil (15-19.4 cm), ikan yang berukuran sedang (19.5-23.9) dan ikan yang berukuran besar (24-28.4 cm) pada TKG I – IV mempunyai komposisi yang hampir sama antara ikan jantan dan betina, kecuali pada TKG V. Selain itu, dari setiap TKG terlihat bahwa pada TKG IV ikan jantan maupun ikan betina lebih didominasi ikan yang

berukuran besar (24-28.4 cm) dibandingkan TKG lainnya.

Rata-rata ukuran tubuh O. hypophthalmus betina matang gonad (TKG IV) dari hasil penelitian selama 6 bulan di Sungai Tapung yaitu pada kisaran panjang tubuh 19,1-27,2 cm dan berat tubuh 33,1-100,53 g. Ikan O. hypophthalmus jantan matang gonad pada kisaran panjang tubuh 18,4-27,0 cm dan berat tubuh 28,3-122,5 g. Hasil penelitian ini menunjukkan ikan O. hypophthalmus di Sungai Tapung matang gonad pada ukuran tubuh yang lebih kecil dibandingkan dengan yang diperoleh Elvyra (2009) pada jenis O. hypophthalmus di Sungai Kampar yaitu ikan betina matang gonad pada ukuran panjang dan berat tubuh 22,9-28,0 cm dan 53,66-94,03 g, sedangkan ikan jantan matang gonad pada ukuran panjang 22,6-28,6 cm dan berat 48,04-116,82 g.

Dari seluruh sampel ikan O. hypophthalmus yang diperoleh, dengan menggunakan metode least square regression (Yoneda et al. 2002) dapat dianalisis bahwa diperkirakan 20% dari seluruh populasi ikan O. hypophthalmus betina di Sungai Tapung matang gonad pada ukuran 24 cm, sedangkan 20% dari seluruh populasi ikan jantannya matang gonad pada ukuran 25 cm (Gambar 3). Ukuran ikan mulai mencapai matang gonad (pertama kali matang gonad) dengan metode ini ditentukan dengan persamaan

peluang ikan matang gonad:

N=100/[1+e(7,03-0,23PT)] untuk ikan betina, dan N=100/[1+e(4,28-0,11PT)] untuk ikan jantan. Nilai r yang didapatkan adalah -0.46 untuk ikan betina dan -0.49 untuk ikan jantan.

(4)

mencapai matang gonad. Dari analisis ini, diperoleh hasil bahwa rata-rata populasi ikan O. hypophthalmus betina cenderung lebih cepat matang gonad dibandingkan dengan populasi ikan jantan. Perbedaan pencapaian kematangan gonad pada ikan dipengaruhi oleh sifat genetik populasi ikan dan habitat ikan (Paugy 2002).

Ikan O. hypophthalmus betina yang tingkatan gonadnya berada pada keadaan matang gonad (TKG IV) ditemukan pada bulan November, Desember dan Januari. Ikan O. hypophthalmus betina yang gonadnya berada pada tingkatan pasca pemijahan (TKG V) ditemukan pada bulan Oktober dan November.

(a)

(b)

Gambar 3. Kurva peluang ukuran populasi ikan a) O. hypophthalmus betina, b) O. hypophthalmus jantan mencapai matang gonad di Sungai Tapung

Ikan O. hypophthalmus jantan yang matang gonad ditemukan pada bulan November, Desember, Januari dan Februari. Ikan O. hypophthalmus jantan yang mempunyai TKG V yaitu gonadnya berada pada tingkatan pasca pemijahan ditemukan pada bulan Desember dan Februari. Hasil ini menunjukkan kondisi matang gonad ikan O. hypophthalmus jantan di Sungai Tapung memerlukan waktu yang lebih lama hingga mencapai tingkatan pasca pemijahan (TKG V) dibandingkan ikan betina. Penelitian Elvyra (2009) di Sungai Kampar menemukan ikan O. hypophthalmus yang mempunyai TKG IV pada bulan September dan Oktober, sedangkan ikan jantan yang mempunyai TKG IV ditemukan pada bulan September hingga November, hal ini menunjukkan perkembangan gonad O. hypophthalmus jantan juga lebih lama untuk mencapai tingkatan pasca pemijahan.

(5)

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa berdasarkan jumlah sampel yang didapatkan setiap bulannya dari bulan September 2012 hingga Februari 2013, rata-rata kisaran ukuran panjang dan berat tubuh ikan lais danau betina adalah 20,9 – 24,8 cm dan 43,1 – 64,1 g, sedangkan rata-rata panjang dan berat tubuh ikan lais danau jantan berkisar 19,6 – 22,9 cm dan 34,7 – 65,4 g; populasi ikan O. hypophthalmus betina di Sungai Tapung cenderung lebih cepat matang gonad dibandingkan dengan populasi jantan; ikan O. hypophthalmus yang matang gonad di Sungai Tapung ditemukan pada bulan November hingga Februari.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Proyek Peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional yang telah mendanai penelitian ini yang merupakan bagian dari Penelitian Fundamental Tahun Anggaran 2012-2013.

DAFTAR PUSTAKA

Effendie, M.I. (1992). Metode Biologi Perikanan. Yayasan Agromedia. Bogor.

Elvyra, R. (2009). Kajian Keragaman Genetik dan Biologi Reproduksi Ikan Lais di Sungai Kampar Riau [disertasi]. Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kottelat, M., Whitten, A.J., Kartikasari, S.N. and Wirdjoatmodjo, S. (1993). Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta: Periplus edition (HK) in collaboration with the environment Rep. of Indonesia.

Paugy, D. (2002). Reproductive Strategies of Fishes in a Tropical Temporary Stream of the Upper Senegeal Basin : Baoule River in Mali. Aquatic Living Resources 15 : 25-35.

Sommer, T.D., Harrel, W.C., Kurth, R., Feyrer, F., Zeug, S.C., dan O‘Leary, G. (2004). Ecological Pattern of Early Life Stages of Fishes in Large River-Floodplain of the San Fransisco Estuary. Am. Fish. Soc. Symp. 39: 111-123.

(6)

Gambar

Gambar 1.
Gambar 2. Persentase tingkat kematangan gonad a) O. hypopthalmus betina, dan b) O. hypophthalmus jantan di Sungai Tapung berdasarkan selang kelas ukuran panjang tubuh
Gambar 3.  Kurva peluang ukuran populasi ikan a) O. hypophthalmus betina, b) O. hypophthalmus jantan mencapai matang gonad di Sungai Tapung

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mengklik tombol OK akan muncul file sesuai dengan nama yang tertera pada kolom save as.. Untuk melakukan proses publish sebaiknya file diletakan ke dalam

Hasil simulasi EPA SWMM dengan menggunakan kondisi eksisting menunjukkan bahwa permasalahan banjir di lokasi penelitian adalah murni disebabkan oleh air limpasan yang

Bab IV yaitu mengenai dinamika kehidupan Paguyuban Sumarah di Surakarta pada tahun 1970-1998, pada era ini nampak adanya kecenderungan dukungan politik Orde Baru

Metode yang dilakukan dalam kegiatan sosialisasi ini yaitu demonstrasi pembuatan nuget lele dari awal hingga akhir, demonstrasi fillet daging ikan lele, dan

Ekosistem mangrove memiliki manfaat yang sangat besar bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal di pesisir. Permasalahan yang dihadapi saat ini dalam pengelolaan hutan

Setiap penderita Sirosis Hepatis dekompensata terjadi hipertensi portal, dan timbul varises esophagus. Varises esophagus yang terjadi pada suatu waktu mudah pecah,

Bapak Sri Darnoto, SKM., M.PH, selaku Kepala Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta serta pembimbing yang telah

patroli laut dan udara dalam rangka menunjang operasi keamanan di Selat Malaka dan Selat Singapura. Pada prinsipnya, operasi maritim ini adalah gabungan antara kekuatan udara dan