• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makna Tato Di Kalangan Pengguna Tato Di Kota Palu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Makna Tato Di Kalangan Pengguna Tato Di Kota Palu"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Makna Tato di Kalangan Pengguna Tato di Kota Palu

Ryan Hardian Umar

Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kota Palu Sulawesi Tengah,

E-mail: ryanhardianrh@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengguna tato memaknai tato yang tertera ditubuhnya. Menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Teori yang digunakan dalam penelitian yaitu teori makna, yang memiliki beberapa poin yang dibutuhkan yaitu inferensial (Pemilihan Lambang), significance (Mengartikan Lambang), intentional. Lokasi penelitian bertempat di Kota Palu, yaitu tepatnya di lingkungan Datu Adam, Kelurahan Lere, Palu Barat. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 8 (delapan) orang diantaranya 6 (enam) orang pria bertato dan 2 (dua) wanita bertato. Dengan teknik penarikan sampel purpose sampling dengan kriteria-kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan jika dianalisis menggunakan teori makna melalui 3 (tiga) indikator, yaitu yang pertama inferensial, pada bagian ini, mereka memaknai lambang tatonya sesuai dengan makna yang ditunjukkan lambang yang dipilihnya, lambang tato pun berbeda-beda dari masing-masing pengguna tato, misalnya tato lambang salib yang memiliki makna religius (kristen), tato bunga mawar yang memiliki makna cinta, tato kelinci memiliki makna playboy. Kemudian bagian significance, pengguna tato memaknai (mengartikan) tatonya dengan cara menambahkan konsep-konsep lain pada lambang tatonya seperti penambahan warna, simbol dan ide-ide lainnya. Pada bagian ini makna yang muncul bersifat pribadi, karena dihubungkan dengan konsep penggunanya. Konsep-konsep itulah yang melahirkan makna (arti) lain dari lambang tatonya. Bagian intentional ini, jika dilihat dari makna intentional, makna lambang tato tergantung dari apa yang dimaksud penggunanya, misalnya dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) lambang tato yang sama, dengan pengguna tato yang berbeda yakni tato tengkorak, yang memiliki makna kelam dan kematian. Lambang tato ini maknanya tergantung dari apa yang dimaksud penggunanya, hanya terdapat dalam pikirannya saja. Orang yang melihat justru akan mengalami sedikit kebingungan atau tidak bisa menebak apa sebenarnya yang dimaksudkan pengguna tato.

Kata kunci : Makna , Tato , Pengguna Tato Submisi : 20 Februari 2018

Pendahuluan

Manusia tidak dapat terlepas dari interaksi dengan manusia lain untuk melangsungkan kehidupannya. Berinteraksi antara manusia yang satu dengan yang lainnya tidak terlepas dari kegiatan komunikasi. Manusia dapat mengekspresikan dirinya melalui komunikasi dengan berbagai cara, baik itu secara verbal maupun nonverbal.

Setiap manusia memiliki cara masing-masing dalam mengekspresikan

(2)

hidup manusia, semakin tinggi pula tuntutan orang untuk selalu up to date.

Tubuh, bagi sebagian orang, menjadi media tepat untuk berekspresi dan bereksperimen, Tak heran jika kemudian timbul aktivitas menghias tubuh menggunakan tato, piercing dan body painting. Pada tahun 70 (tujuh puluh) sampai 80-an (delapan puluhan), saat mendengar kata tato yang terlintas dalam pikiran adalah gambaran seseorang yang garang, seram, dan identik dengan preman, namun saat ini tato sudah menjadi gaya hidup bagi sebagian orang terlebih di kota besar di Indonesia. Khususnya di Eropa, tato biasanya dianggap sebagai bentuk ekspresi dan kreativitas seseorang. Selain menunjukkan individualitas, secara bersamaan tato juga menunjukan bahwa pemiliknya adalah anggota sebuah kelompok komunitas yang menyukai seni melukis tubuh.

Tato merupakan Bahasa Indonesia dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau lambang yang membentuk sebuah desain pada kulit tubuh. Konon kata “ tato” berasal dari bahasa Tahiti, yaitu “tattau” yang berarti menandai, dalam arti bahwa tubuh di gambar dengan menggunakan alat yang runcing untuk memasukkan zat pewarna di bawah permukaan kulit (Olong, 2006: 83-84).

Tato adalah gambar atau simbol pada kulit tubuh yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Biasanya, gambar dan simbol itu dihias dengan pigmen berwarna-warni. Dulu orang-orang masih menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato. Orang Eskimo, misalnya, memakai jarum dari tulang binatang. Sekarang, orang-orang sudah memakai jarum dari besi, yang kadang-kadang digerakkan dengan mesin untuk mengukir sebuah tato.

Fenomena tato bukan dilahirkan dari sebuah tabung dunia yang modern dan perkotaan. Secara historis, tato lahir dan berasal dari budaya pedalaman, traditional, bahkan dapat dikatakan kuno (Olong,

2006:8). Keberadaan tato pada masyarakat modern mengalami perubahan makna, tato berkembang menjadi budaya popular oleh anak muda dan mereka mengagap tato merupakan simbol kebebasan dan keragaman. Belakangan ini tato menjadi trend, dan berkembang menjadi bagian kebudayaan pop yang semakin banyak diminati oleh manusia modern. Maka tak heran saat ini banyak kita lihat selebritis Indonesia menjadikan tato sebagai identitas yang melekat pada diri mereka.

Kecenderungan tato sampai saat ini sepertinya masih di pegang pada laki-laki yang dirasa cocok untuk memiliki tato. Kesan maskulinitas seharusnya menjadi acuan untuk menempatkan tato sebagai milik pria. Kenyataannya sekarang ini tato bukan hanya di dominasi oleh kaum pria, wanita pun berhak menentukan pilihannya dalam menghias tubuhnya dengan beragam gambar tato. Bisa saja ada faktor lain yang mempengaruhi pemilihan simbol tato oleh kaum wanita sehingga mereka juga ingin menggunakan tato.

Memiliki tato ditubuh memang tampak keren bagi sebagian orang. Namun, mereka yang menggunakan tato bukan sekedar untuk keren-kerenan atau gaya-gayaan semata, Pengguna tato tentunya tidak sembarangan mentato tubuhnya, karena setiap tato yang mereka miliki mempunyai makna dan arti penting, baik itu untuk mengisahkan perjalanan hidup mereka, dukungan terhadap seseorang, atau ingin menuangkan perasaan dan emosinya melalui gambar atau simbol tato tersebut.

Tato bagi setiap penggunanya pasti memaknainya berbeda-beda, Beragamnya makna tato itulah yang peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini. Peneliti juga yakin setiap pria dan wanita pengguna tato mempunyai makna tato yang berbeda dalam menggunakan tato.

(3)

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini dengan judul “Makna Tato di Kalangan Pengguna Tato di Kota Palu”.

Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah setiap informasi atau emosi dikomunikasikan tanpa menggunakan kata-kata. Komunikasi nonverbal sangat penting, sebab apa yang sering kita lakukan mempunyai makna jauh lebih penting dibanding apa yang kita katakan. Ungkapan klise seperti sebuah gambar sama nilainya dengan seribu kata menunjukkan bahwa alat-alat indra yang kita gunakan untuk menangkap isyarat-isyarat nonverbal sebetulnya berbeda dari kata-kata yang kita gunakan (Budyatna & Leila 2011:110). Komunikasi nonverbal merupakan penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata atau dapat juga dikata-katakan bahwa semua kejadian disekeliling situasi komunikasi yang tidak berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan, dengan komunikasi nonverbal, orang dapat mengekspresikan perasaannya melalui tanda atau simbol-simbol tertentu. Komunikasi nonverbal ialah penggunaan objek seperti pakaian, simbol-simbol, dan warna (Arni Muhammad 2011:130). Menurut (Mulyana, 2005:309) mengelompokkan komunikasi nonverbal secara umum, terdiri dari:

a. Penampilan fisik (Cultural artifact) Cultural artifact seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri.

b. Warna

Kita sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa, afiliasi politik, dan bahkan mungkin keyakinan. Ada hubungan antara warna yang digunakan seseorang dengan kondisi fisiologis dan

psikologisnya, misalnya frekuensi kedipan mata seseorang akan bertambah ketika dihadapkan pada cahaya merah dan berkurang ketika dihadapkan pada cahaya biru. Hal ini menunjukkan kekonsistenan pada perasaan naluriah manusia akan warna biru yang lebih menyejukkan dan warna merah lebih bersifat aktif. Devito dalam Mulyana (2005: 379).

Makna

DeVito dalam (Sobur, 2009:258), mengemukakan bahwa makna ada dalam diri manusia. Makna tidak terletak pada kata-kata melainkan pada manusia. Kita menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Tetapi kata-kata ini tidak secara sempurna dan lengkap menggambarkan makna yang kita maksudkan. Wilbur Schramm dalam (Wibowo, 2013:146) berpendapat bahwa makna selalu bersifat individual, makna dibangun berdasarkan pengalaman pribadi, kombinasi tanggapan berbeda-beda di antara dua individu. Karena makna dari tanda berbeda-beda pada setiap individu maka tanda dikatakan bersifat arbiter (mana suka). Yaitu setiap tanda memiliki makna yang berbeda di setiap bingkai pengalaman dan budaya seorang individu.

Wendell Johnsons dalam (Wibowo, 2013:146) memberikan suatu pendapat tentang pemaknaan dalam komunikasi antar manusia, yaitu:

a. Makna ada dalam diri manusia

Makna tidak terletak pada kata-kata tetapi dalam diri manusia. kita menggunakan kata-kata untuk mendekati makna yang ingin kita komunikasikan. Makna yang didapat pendengar dari pesan-pesan kita akan sangat berbeda dengan makna yang ingin dikomunikasikan.

b. Makna terus berubah

(4)

c. Makna tidak terbatas jumlahnya.

Pada suatu saat tertentu, jumlah kata dalam suatu bahasa terbatas. Tetapi maknanya tidak terbatas. Satu kata bisa memiliki ribuan makna.

Pemaknaan yang dikemukakan oleh Johnsons menitikberatkan bahwa makna pada dasarnya ada dalam diri seseorang, berubah-ubah, dan bermacam-macam, dan sangat bergantung pada kepentingan-kepentingan yang diacunya baik budaya, ekonomi, politik dan lain-lain. (Wibowo, 2013:147)

Makna merupakan konsep yang abstrak, yang telah menarik perhatian pada ahli filsafat dan para teoretisiilmu sosial semenjak 2000 tahun yang silam. Semenjak Plato menkonseptualisasikan makna manusia sebagai salinan “ultrarealitas”, para pemikir besar telah sering mempergunakan konsep itu dengan penafsiran yang amat luas yang merentang sejak pengungkapan mental dari Locke sampai ke respon yang dikeluarkan dari Skinner, tetapi pengungkapan makna dari makna terkesan menemukan jalanbuntu karena konsepsi yang cenderung tidak dapat di konsepsikan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Jerold Katzyang dikutip oleh Fisher, bahwa “Setiap usaha untuk memberikan jawaban langsung telah gagal. Beberapa seperti misalnya jawaban Plato, telah terbukti terlalu samar-samar dan spekulatif. Yang

lainnya memberikan jawaban yang salah.” (Fisher, 1986: 343).

Makna menurut Brodbeck (dalam Sobur,2009;262) yang menyajkan teori makna dengan cara yang cukup sederhana, Ia menjernihkan pembicaraan makna dengan membagi makna tersebut menjadi tiga corak, yakni :

1. Makna Inferensial, yakni makna satu kata (lambang) adalah objek, pikiran, gagasan, konsep yang dirujuk oleh kata tersebut. Dalam uraian Ogden dan Richards ia mengatakan proses pemberian makna (reference process) terjadi ketika kita menghubungkan lambang dengan yang di tunjukkan

lambang (disebut rujukan atau referen. Satu lambang dapat menunjukkan banyak rujukan. Jari-jari dapat menunjukkan setengah diameter, bagian dari roda sepeda, atau bagian tangan. Atau satu rujukan diwakili oleh berbagai lambang. Kain yang menutup baju kita disebut baju, pakaian, sandang, atau busana.

2. Makna Significance, yaitu menunjukkan arti. Suatu istilah sejauh dihubungkan dengan konsep-konsep lainnya, Fisher seperti dikutip Rakhmat, memberi contoh dengan kata phlogiston. Kata ini dulu dipakai untuk menjelaskan proses pembakaran. Benda menyala karena ada phlogiston. Kini, setelah ditemukan oksigen, phlogiston tidak berarti lagi. Begitu pula instinct dalam psikologi, atau group mind dalam sosiologi. Kata-kata itu menjadi tidak berarti karena penemuan-penemuan baru yang menunjukkan kesalahan konsep yang lama.

3. Makna Intensional, yakni makna yang dimaksud oleh seorang pemakai lambang. Harimurti Kridalaksana menyebutnya sebagai makna yang menekankan maksud pemberi informasi (misalnya: saya minta roti, saya mau menyimpan roti, saya akan memberi roti) makna ini tidak terdapat pada pikiran orang, hanya dimiliki dirinya saja. Dua makna intensional boleh jadi serupa tetapi tidak sama

(5)

Tato

Kata tato berasal dari kata tato, yang berarti goresan lukisan. Disain, gambar atau lambang yang dibuat pada kulit secara permanen. Pembuatan gambar permanen pada tubuh secara garis besar telah dilakukan dalam dua cara yaitu: 1. Retas tubuh, dalam bahasa Inggris

berarti scarification, yaitu menggores permukaan kulit dengan benda tajam, sehingga menimbulkan luka, dan ketika luka ini sembuh akan terbentuk tonjolan pada permukaan kulit.

2. Melubangi permukaan kulit dengan benda yang runcing sesuai gambar yang diinginkan, lalu melalui lubang-lubang itulah tinta/zat cair berwarna dimasukkan kebawah permukaan kulit. (Marianto & Barry, 2000: 2).

The American Heritage Desk Dictionary dalam (Marianto & Barry, 2000: 2) ditulis bahwa kata tato berasal dari bahasa Tahiti Tatau. Joseph Banks yang kapalnya mencapai Tahiti pada tahun 1769, mencatat fenomena tubuh penuh tato yang dilihatnya dari penduduk asli Tahiti. Tetapi Kapten Bougainvillelah yang memperkenalkan kata “tatau” kedalam Bahasa Inggris, namun dari mana kata tato sesungguhnya berasal belum dapat diketahui secara pasti, yang pasti hanyalah kenyataan bahwa tato selalu menimbulkan kontroversi, dan tato dijumpai dalam berbagai masyarakat, peradaban dan jaman. Praktek menato ada di semua benua yang ada pada dunia ini. Sebagai ilustrasi kecil ada berbagai kata untuk tato, diantaranya: Moko (dalam bahasa Maori), ire zumi (dalam bahasa Jepang), titi (dalam bahasa Mentawai), hedi (dalam bahasa Tetun). Jadi kalau dilihat dari eksistensi tato diberbagai masyarakat atau budaya, dapatlah dikatakan bahwa sebenarnya tato menato bukanlah suatu perkara sederhana, katakanlah misalnya hanya untuk sekedar menghiasi tubuh, atau semata pemenuhan kebutuhan akan keindahan.

Metode Penelitian

Studi penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Jenis penelitian deskriptif adalah penelitian yang bermaksud membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai suatu populasi tertentu. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan sesuatu yang berlaku saat ini. memahami suatu konteks secara menyeluruh dan mendalam (Meleong, 2004:6). Tipe penelitian deskriptif yaitu penelitian untuk memberikan gambaran dan mengungkapkan makna tato di kalangan pengguna tato di Kota Palu

Dasar penelitian ini adalah analisis sumber atau studi komunikator. Dimana riset komunikasi ini merupakan studi mengenai komunikator sebagai individu maupun institusi. (Kriyantono, 2010:12).

Peneliti menganalisis data yang diperoleh dari komunikor melalui metode pengempulan data yang telah ditetapkan dan akan memberikan deskripsi terkait masalah yang diteliti.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Palu, yaitu tepatnya di lingkungan Datu Adam, Kelurahan Lere, Palu Barat. Alasan pemilihan lokasi penelitian atas pertimbangan yaitu adanya sejumlah pengguna tato sehingga peneliti mempunyai kemudahan untuk mendapatkan data, informasi, dan referensi yang dibutuhkan.

Subjek dalam penelitian ini ditetapkan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel/informan atas dasar kriteria-kriteria tertentu (Kriyantono, 2010:158). Kriteria informan penelitian yang ditentukan oleh peneliti, antara lain :

a. Pengguna tato b. Tinggal di Kota Palu

c. Pengguna tato pria/wanita berumur 20 (dua puluh) sampai 35 (tiga puluh lima) tahun

d. Memiliki tato baik yang terlihat maupun tertutup

(6)

Kriteria ini di pilih untuk lebih memudahkan dan memfokuskan penelitian pada suatu subjek. Adapun informan keseluruhan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 8 (delapan) orang informan yang terdiri dari 6 (enam) orang pria bertato, 2 (dua) orang wanita bertato.

Teknik data yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif kualitatif yang dilakukan dengan memperjelas dan memperkuat argumentasi dan asumsi terhadap permasalahan. Menurut Miles dan Huberman dalam Yusuf (2014:407), prosedur analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang berlangsung secara bersamaan yakni reduksi data, data display dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Hasil penelitian

Pada pemaknaan tato yang dilakukan pengguna tato, peneliti membagi 3 (tiga) bagian, yaitu Inferensial, Significant, dan Intensional. Berikut hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap informan di kalangan pengguna tato di Kota Palu. Penjelasan informan di bawah ini merupakan fakta yang didapatkan peneliti di lapangan :

a. Inferensial

Makna Inferensial, yakni makna satu kata (lambang) adalah objek, pikiran, gagasan, konsep yang dirujuk oleh kata tersebut. Dalam uraian Ogden dan Richards ia mengatakan proses pemberian makna (reference process) terjadi ketika kita menghubungkan lambang dengan yang di tunjukkan lambang (disebut rujukan atau referen). Pengguna tato di Kota Palu dalam memilih sebuah lambang atau simbol tato tertentu tidaklah sembarangan, karena tato permanen akan tetap ada seumur hidup di kulit para penggunanya. Pengguna tato tidak asal-asalan memilih lambang atau desain tertentu yang sekiranya mempunyai makna atau arti dari lambang tato itu. seperti yang diutarakan oleh diungkapkan oleh Randy yang memiliki tato berbeda

yaitu tato bunga mawar yang ada di lehernya. Berikut hal yang di ungkapan Randy:

“Dulu saya mau kasih bunga mawar sama pacarku pas anniversarynya kita torang, tapi saya rasa kalau langsung dikasi bunga begitu kan macam so biasa sekali , nah untuk kasi liat keseriusanku sama dia akhirnya saya putuskan untuk bikin tato dileherku dengan gambar bunga mawar soalnya bunga mawar itu kan melambangkan cinta sama kasih sayang, terus kayak cantik begitu makanya saya pilih, intinya saya pakai tato bunga mawar ini karena lagi jatuh cinta sih.”.(wawancara 14 oktober 2017) Jawaban Randy di atas menunjukkan bahwa, Randy memilih tato bunga mawar karena, berdasarkan perasaannya yang sedang jatuh cinta. Tato bunga mawar yang dipilihnya sendiri memiliki makna bunga yang indah, wangi, dan cantik yang identilk dengan wanita. Secara umum bunga yang juga memiliki banyak macam corak warna ini biasanya digunakan sebagai salah satu simbol yang melambangkan rasa cinta dan kasih sayang, sama halnya motif bunga mawar pada tato yang digunakan di leher Randy yang memilih motif bunga mawar sebagai rasa cinta dan keseriusannya terhadap pasangannya

b. Significance

Pada bagian ini yaitu arti dari sebuah lambang yang dihubungkan dengan konsep lain yang dilakukan oleh pengguna tato. Pengguna tato sebagai komunikator yang memberi arti lain (makna) dari lambang yang pertama (inferensial) yang digunakannya.

(7)

maupun konsep lainnya. Terkadang pengguna tato belum merasa puas dengan satu desain saja, mereka biasanya menambahkan atau menggabungkan dua simbol tato sekaligus hal ini dikarenakan agar lebih terlihat signifikan oleh pemakainya. Seperti yang diungkapkan Fadly:

“Tato ditanganku ini lambang not balok, tapi banyak juga yang bilang mirip partitur, tapi terserahlah orang mau lihat seperti apa. Tato ini saya bikin pas saya lagi suka-sukanya main gitar. Kebetulan saya mantan anak band juga, dulu itu saya bikin ini tato untuk menandakan kalau saya anak band. Tapi saya bikin sesuai seleraku, saya pribadi suka music yang beraliran rock, makanya saya pilih warna hitam semua biar keliatan metal, Trus konsepnya itu saya bikin 3D seakan-akan musik itu ada dalam tanganku yang artinya musik sudah mendarah daging dengan saya.(wawancara 16 oktober 2017)

Jawaban yang di utarakan Fadly di atas menunjukkan bahwa lambang not balok yang digunakan pada tatonya di pilih karena kecintaannya terhadap dunia seni musik. Tato not balok ditangannya dibuat sesuai seleranya dengan penambahan warna hitam yang menunjukkan dirinya penikmat musik rock. Hal itu memang benar, karena setiap kali peneliti berkunjung ke kafe tempatnya bekerja, Fadly dan teman-teman satu kerjanya seringkali memutar lagu-lagu beraliran rock sebagai musik latar kafe tersebut, tidak hanya itu, dirinya juga menyebut konsep tatonya merupakan tato 3D yang dibuat seakan-seakan not balok itu ada di dalam tangannya yang melambangkan bahwa music sudah mendarah daging pada dirinya.

c. Intensional

Pada bagian terakhir yaitu intensional dimana pada bagian ini berhubungan dengan pemaknaan individu, makna lambang tato yang dipilih tergantung dari penggunanya. dalam artian

penggunanya lah yang lebih bebas memaknai tato tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Andi :

“Tato yang ditanganku, saya bikin pas lagi frustasi, waktu itu banyak sekali masalahku, macam teada henti-hentinya. akhirnya saya suka minum-minuan beralkohol untuk hilangkan stresku, pokoknya kelam sekali hidupku waktu itu, macam mau mati saja saya rasa, dan kebetulan saya kan punya teman bertato, kita saling curhat masalah pribadi , saya juga liat dia kayak gaga dan punya tato, akhirnya saya ikutan juga bertato. Saya pilih gambar tengkorak karena melambangkan masa laluku yang kelam. (wawancara 13 oktober 2017)

Lambang tato yang digunakan Andi adalah lambang tengkorak, Andi memaknai tatonya dengan masa lalu yang kelam. Seperti yang diungkapkannya di atas yang pernah memiliki masa hidup yang kelam, dimana pada saat frustasi Andi melampiaskan rasa frustasinya itu dengan meminum minuman yang beralkohol. Berbagai hal dilakukan oleh seseorang untuk mengenang masa lalunya tersebut. Salah satunya yakni dengan menato tubuh. Tato bagi sebagian pengguna tato merupakan media untuk mengenang masa lalunya. Dari pernyataan informan diatas sangat jelas bahwa pengguna tato tersebut menato tubuhnya dengan alasan ingin mengenang masa lalunya yang kelam

(8)

Pembahasan

Tato sudah menjadi bagian dari kelompok masyarakat tertentu, khususnya di kalangan anak muda. Penggunaan tato berbeda-beda seiring berjalannya waktu. Awalnya tato digunakan untuk identitas budaya, suku tertentu atau wilayah kekuasaan. Tapi seiring berjalannya waktu, tato berubah menjadi karya seni yang mengandung makna di dalamnya.

Dulunya tato digunakan sebagai tanda atau simbol untuk menginformasikan sesuatu kepada orang lain, contohnya kelompok yakuza yang ada di jepang, mereka menato anggota kelompoknya dengan simbol tertentu yang menandakan bahwa mereka kelompok yakuza, sehingga masyarakat dengan mudah dapat mengenali anggota kelompok yakuza. Hal itu juga masih berlaku sampai sekarang dimana orang menato dirinya dengan simbol tato yang menandakan pribadi penggunanya, contohnya nama orang, simbol kasih sayang, atau pesan-pesan penting dalam hidup penggunanya. Melihat fenomena ini tentunya ada peran komunikasi di dalamnya, karena di balik lambang tato tersebut ada makna atau pesan yang mengisyaratkan penggunanya. Komunikasi ini disebut komunikasi non verbal karena menggunakan simbol atau lambang untuk menyampaikann sesuatu dan tidak menggunakan pesan lisan. Pesan yang ada terlihat implisit.

Komunikasi nonverbal dijelaskan bahwa setiap informasi atau emosi dikomunikasikan tanpa menggunakan kata-kata. Demikian halnya seperti yang ditemukan oleh peneliti, informan pangguna tato rela menghias tubuhnya dengan menggunakan tato. Melalui penggunaan tato ditubuhnya tersebut, mereka dapat mengekspresikan emosi dan perasaannya tanpa harus menggunakan kata-kata atau sifat-sifat secara verbal. Tato juga bisa disebut salah satu media komunikasi nonverbal karena di dalamnya terdapat tanda atau simbol yang mengandung makna atau pesan yang digunakan penggunanya untuk

menyampaikan atau mengekspresikan apa yang sedang mereka rasakan.

Pengguna tato sengaja memilih motif tertentu yang bermakna untuk mereka, sehingga orang lain yang melihatnya dapat mengerti pribadi penggunanya. Akar pembentukan makna merupakan persoalan yang bersifat persepsional. Di kalangan pengguna tato di Kota Palu melakukan tindakan menato tubuhnya yakni untuk mengekspresikan dirinya, termasuk memutuskan pilihannya untuk keluar dari nilai atau norma yang mengekang kebebasannya sebagai manusia yang mempunyai perasaan cipta, rasa, dan seni melalui tato. Untuk itu, teori yang paling cocok digunakan dalam membahas pemaknaan tato yaitu teori makna dari Brodback yakni makna inferensial, makna significant, makna intentional.

Makna inferensial yakni makna suatu lambang adalah objek, pikiran, gagasan, konsep yang dirujuk oleh lambang tersebut. Artinya bahwa makna pada lambang ini dapat langsung diketahui maknanya hanya dengan melihatnya sekilas. Pada saat kita melihat lambang ini, pikiran kita akan langsung mengacu pada apa yang terkonsep dan dimaksudkan dari lambang tersebut. Makna inferensial ini adalah makna yang berkaitan dengan referensi atau acuan (kenyataan) yang ditunjukkan lambang itu.

(9)

sebagai penganut suatu kepercayaan., dari hal tersebut kemudian diekspresikan melalui tato yang makna lambangnya mengacu atau berhubungan dengan lambang atau simbol dari kepercayaan yang dianutnya tersebut. Adapun informan yang ditemukan peneliti, mereka menato tubuhnya dengan lambang tato yang mempunyai makna sesuai dengan gejolak perasaan yang dirasakannya.

Makna significant yaitu menunjukkan arti, suatu istilah sejauh dihubungkan dengan konsep-konsep lainnya. Lambang significant dalam hal ini merupakan arti atau maksud dari lambang yang pertama (inferensial). Hal ini dikatakan significant karena berhubungan dengan konsep lain sehingga maknanya berubah. Lambang ini menjadi sesuatu yang sangat penting dan istimewa bagi penggunanya, sebab mereka yang menciptakan konsepnya sendiri.

Konsep yang dimaksud disini adalah ide, atau pikirian dari pengguna lambang, mereka merancang lambang itu sedemikian rupa sehingga memiliki arti lain. Hal ini sama dalam penggunaan tato, orang yang menggunakan lambang tertentu pada tatonya kita bisa tahu makna lambang itu dengan hanya melihatnya sekilas, namun dilain sisi ada maksud atau sesuatu yang lebih penting dibalik lambang itu. Seperti yang ditemukan peneliti dari hasil wawancara, yaitu seorang pengguna tato mentato tubuhnya dengan lambang yang mencerminkan dirinya sebagai seorang pecinta musik. Tatonya pun dibuat lebih spesifik, sesuai dengan apa yang di inginkannya, dengan menambahkan konsep-konsep tertentu. Orang yang melihat tatonya akan memaknai dirinya adalah seorang pecinta musik, namun tidak dengan musik seperti apa yang disukainya.

Makna intensional merupakan makna yang dimaksud oleh seorang pemakai lambang. Dalam artian makna intentional ini yaitu pada saat kita menggunakan lambang tertentu, makna dari lambang tersebut tergantung dari kita

yang memakainya, kitalah yang memberi makna atas lambang itu. Makna ini tidak terdapat dalam pikiran orang lain.

Sebenarnya dalam menggunakan lambang ini, kita memiliki maksud tertentu di luar dari makna lambang yang sebenarnya. Namun itu kembali lagi dengan orang yang memaknai lambang tersebut, karena makna intentional ini lebih menekankan makna individual, artinya bahwa orang mempunyai makna masing-masing untuk lambang tertentu, inilah yang disebut makna perorangan.

Makna itu sendiri timbul dikarenakan pengalaman hidup yang berbeda. Seperti yang ditemukan peneliti pada hasil wawancara, salah seorang informan mengatakan bahwa lambang tatonya tersebut sering kali dimaknai berbeda oleh orang lain yang melihat tatonya, hal ini pun dikatakan oleh Harimurti bahwa dua makna intentional boleh jadi serupa tetapi maknanya tidak sama, artinya dalam satu lambang yang sama maknanya akan berbeda-beda itu tergantung dari orang yang melihatnya bedasarkan pengalaman-pengalaman orang tersebut.

Kesimpulan

(10)

dihubungkan dengan konsep penggunanya. konsep-konsep itulah yang melahirkan makna (pesan) lain dari lambang tatonya, sehingga orang lain pun yang melihatnya akan sedikit kebingungan memaknai lambang tatonya. Pada tahap intentional ini mereka memiliki pemaknaan tersendiri atas lambang tato yang digunakan. Makna tatonya tergantung dari pengguna tato itu sendiri.

Referensi

Budyatna, Leila. 2011. Teori Komunikasi Antarpribadi, Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Cangara, Hafied, 2012. Pengantar Ilmu Komunikasi, Edisi Kedua. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

_____________, 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Effendy, Onong Uchjana. 1989. Kamus Komunikasi. Bandung : Mandar Maju

____________________. 2000. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek (Cetakan ketigabelas). Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Fisher, Aubrey. 1986. Perpective on Human Communication (Teori-Teori Komunikasi, terj. Soejono Trimo). Bandung: CV Remadja Karya.

Handoko, C. Tri. “PERKEMBANGAN MOTIF, MAKNA, DAN FUNGSI

TATO DI KALANGAN

NARAPIDANA DAN TAHANAN DI YOGYAKARTA.”

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktek Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana

_________________. 2010. Teknis Praktis Riset Komuniksi :.Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Makara, Sosial Humaniora 14.2 (2010): 107-116 ( di akses , 10/10/2017 ) http:/hubsasia.ui.ac.id/index.php/hu bsasia/article/view/668/55

Marianto, M.Dwi & Syamsul, Barry. 2000. Tato. Yogyakarta: Lembaga Penelitian Institut Seni Indonesia Meleong, Lexy J. 2004. Metode penelitian

kualitatif.Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Muhammad, Arni 2011. Komunikasi Organisasi, Jakarta: Bumi Aksara Mulyana, Deddy. 2005. pengantar Ilmu

Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

_____________. 2000. Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mustofa, Bisri. 2008. Metode menulis skripsi dan Tesis. Yogyakarta: Optimus.

Olong, Hatib Abdul Kadir 2006.Tato, Yogyakarta : PT.LKiS Pelangi Aksara.

Pateda. 2001. Semantik Leksikal.Edisi Kedua. Jakarta: Rineka Cipta Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian

Public Relations dan komunikasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sobur, Alex, 2009. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. _________. 2012. Analisis Teks Media.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya _________. 2013 Semiotika Komunikasi.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Wibowo, Indiwan. 2013. Semiotika

Komunaikasi – Edisi kedua. Jakarta: Mitra Wacana Media. Yusuf, Muri. 2014. Metode Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui makna tersebut, akan dilihat dari berbagai sub fokus pembahasan, mulai dari nilai sosial yang ada di lingkungan sosial mereka, motif menjadi

Realis artinya mama saya adalah salah satu orang yang penting dalam hidup saya selain papa, ikan koi, memiliki makna bisa melancarkan rejeki jadi saya menggambar ikan koi pada

(Studi Pada Pengguna Tato Permanen Pada Remaja Perempuan Di Kota

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlindungan hukum terhadap pengguna tato permanen di Legian kuta badung adalah berdasarkan teori hukum preventif dan

lakukan apa saja yang diinginkan remaja, salah satunya yakni dengan menato tubuh. Remaja pengguna tato tersebut me- nato tubuhnya dengan alasan yang ada di dalam

Dari hasil wawancara kepada para responden, dari siswa didapatkan bahwa pilihan penggunaan Bahasa yang mereka gunakan adalah mereka tidak terlalu menggunakan bahasa Kaili

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul TATO

Penelitian ini menunjukkan bahwa para perempuan bertato memaknai tato mereka sebagai ekspresi diri yang berdampak positif terhadap diri mereka sendiri, meski tentu saja citra diri