• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POLA PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 0 – 6 BULAN SERTA FAKTOR-FAKTOR TERKAIT DI POSYANDU MERPATI 1, 2 DAN 3 DI KELURAHAN JATIMURNI, KECAMATAN PONDOK MELATI, BEKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN POLA PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 0 – 6 BULAN SERTA FAKTOR-FAKTOR TERKAIT DI POSYANDU MERPATI 1, 2 DAN 3 DI KELURAHAN JATIMURNI, KECAMATAN PONDOK MELATI, BEKASI"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN POLA PEMBERIAN ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI

USIA 0

6 BULAN SERTA FAKTOR-FAKTOR TERKAIT DI POSYANDU

MERPATI 1, 2 DAN 3 DI KELURAHAN JATIMURNI,

KECAMATAN PONDOK MELATI, BEKASI

Debora Priskila1, Vitalis Ramun1

1

Program Studi D3 Gizi Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin Alamat korespondensi:

Prodi D3 Gizi Fakultas Kesehatan Universitas MH. Thamrin, Jln. Raya Pondok Gede No. 23 – 25 Kramat Jati Jakarta Timur 13550. Telp: 08999826173, email: debora_priskila@ymail.com

ABSTRAK

Persentase menyusui eksklusif semakin menurun dengan meningkatnya kelompok usia bayi. Pada bayi yang berusia 5 bulan menyusui eksklusif hanya 15,3%, menyusui predominan 1,5% dan menyusui parsial 83,2%. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan hubungan pola pemberian ASI dengan status gizi bayi usia 0 – 6 bulan di Posyandu Merpati 1, 2 dan 3 di Kelurahan Jatimurni, Kecamatan Pondok Melati, Bekasi. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang menyusui dan bayi usia 0 – 6 bulan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengisi kuesioner dan wawancara yang dilakukan kepada ibu menyusui.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat dengan p value masing – masing yaitu untuk tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu mengenai ASI dengan p value = 0,191, tingkat pendidikan dengan sikap gizi ibu mengenai ASI dengan p value = 0,283, usia bayi dengan pola pemberian ASI dengan p value = 0,120, pengetahuan ibu mengenai dengan pola pemberian ASI dengan p value 1,000, sikap gizi ibu mengenai ASI dengan pola pemberian ASI dengan p value = 1,000, status pekerjaan ibu dengan pola pemberian ASI dengan p value = 0,382, paritas dengan pola pemberian ASI dengan p value = 0,139, pola pemberian ASI dengan status gizi bayi dengan p value = 1,000.

Kata Kunci : Tingkat Pendidikan, Karakteristik Bayi, Pengetahuan dan Sikap Gizi Ibu, Status Pekerjaan, Paritas, Pola Pemberian ASI, Status Gizi Bayi.

PENDAHULUAN

Pola pemberian makanan pada bayi yang baik dan benar adalah menyusui bayi secara eksklusif sejak lahir sampai dengan umur 6 bulan dan meneruskan menyusui anak sampai umur 24 bulan. ASI merupakan makanan bayi yang terbaik dan setiap bayi berhak mendapatkan ASI. Cakupan ASI nasional adalah 80% (Departemen Kesehatan RI, 2010).

Kecenderungan cakupan pemberian ASI eksklusif 0 – 6 bulan dan bayi yang menyusui sampai 6 bulan hasil Susenas 2004 – 2012 dari tahun ke tahun cakupan pemberian ASI eksklusif 0 – 6 bulan selalu lebih tinggi dibandingkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan. Sementara itu, berdasarkan laporan dinas kesehatan provinsi tahun 2013, sebaran cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 – 6 bulan sebesar 54,3%. Pemberian ASI eksklusif untuk bayi yang berusia <6 bulan secara global dilaporkan kurang dari 40% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI, 2013).

Tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI, dukungan suami dan keluarga serta dukungan tenaga kesehatan merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan behasil tidaknya keberhasilan menyusui secara eksklusif. Berdasarkan Journal of Nutrition and Food Research 2009 hampir sebagian ibu menyusui mempunyai pengetahuan yang tinggi (49,8%) dan sebagian ibu belum mendapat penjelasan dari petugas kesehatan tentang pemberian ASI (35,9%) dan tidak mendapatkan dukungan dari keluarga dalam memberikan

ASI (36,8%). Pada penelitian ini ditemukan ada pengaruh pengetahuan ibu, ketersediaan bahan makanan di rumah, dukungan petugas dan keluarga terhadap perilaku ibu menyusui dalam memberikan ASI (Kristiyanasari, 2009).

Berdasarkan persentase pemberian ASI eksklusif dalam 24 jam terakhir yang semakin menurun seiring meningkatnya umur bayi, dengan persentase terendah pada anak umur 6 bulan dan masalah yang dihadapi serta dampaknya terhadap status gizi, maka peneliti tertarik untuk mempelajari hubungan pola pemberian ASI dengan status gizi bayi usia 0 – 6 bulan serta faktor-faktor terkait di Posyandu Merpati 1, 2 dan 3 di Kelurahan Jatimurni, Kecamatan Pondok Melati, Bekasi.

METODE

(2)

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisa Univariat

1. Distribusi frekuensi usia ibu. Gambar 1

Distribusi Frekuensi Usia Ibu

Berdasarkan grafik diatas sebagian besar ibu berusia >29 tahun yang berjumlah 19 orang dengan persentase 61,3%, sedangkan ibu dengan usia 20-29 tahun berjumlah 12 orang dengan persentase 38,7%. Dari 31 ibu yang menyusui, sebagian besar telah berusia >29 tahun yang menurut yang mana secara psikologis seseorang pada usia tersebut sudah memiliki kepribadian yang matang atau dewasa (Cerdasari, 2012).

2. Distribusi frekuensi tingkat pendidikan ibu. Gambar 2

Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Ibu

Berdasarkan grafik di atas sebagian besar tingkat pendidikan ibu adalah SMA (menengah) yang berjumlah 20 orang dengan persentase 64,5%, ibu dengan tingkat pendidikan <SMA (rendah) berjumlah 6 orang dengan persentase 19,4%, sedangkan ibu dengan tingkat pendidikan >SMA (tinggi) berjumlah 5 orang dengan persentase 16,1%.

Dari 31 orang ibu yang menyusui sebanyak 20 orang dengan tingkat pendidikan SMA (menengah) bekerja sebagai ibu rumah tangga, 6 orang dengan tingkat pendidikan <SMA (rendah) juga bekerja sebagai ibu rumah tangga, dan 5 orang dengan tingkat pendidikan >SMA (tinggi) sebanyak 4 orang bekerja sebagai pegawai swasta/pegawai negeri, dan hanya 1 orang yang bekerja sebagai ibu rumah tangga.

3. Distribusi frekuensi usia bayi 0 – 6 bulan. Gambar 3

Distribusi Frekuensi Usia Bayi 0 – 6 Bulan

Berdasarkan grafik diatas sebagian besar bayi berusia 1 – 3 bulan, yaitu sebanyak 18 orang dengan persentase 58,1%, sedangkan bayi yang berusia 4 – 6 bulan berjumlah 13 orang dengan persentase 41,9%.

Dari 18 bayi yang berusia 1 – 3 bulan, 10 orang berjenis kelamin laki – laki, dan 8 orang berjenis kelamin perempuan. Dari 13 bayi yang berusia 4 – 6 bulan, 7 orang berjenis kelamin laki – laki dan 6 orang berjenis kelamin perempuan.

4. Distribusi frekuensi jenis kelamin bayi usia 0 – 6 bulan.

Gambar 4

Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Bayi Usia 0 – 6 Bulan

Berdasarkan grafik diatas sebagian besar jenis kelamin bayi adalah laki – laki yaitu sebanyak 17 orang dengan persentase sebesar 54,8%, sedangkan perempuan sebanyak 14 orang dengan persentase sebesar 45,2%. Dari 17 bayi dengan jenis kelamin laki – laki, 10 orang dengan usia antara 1 – 3 bulan, dan 7 orang dengan usia antara 4 – 6 bulan. Dari 14 bayi dengan jenis kelamin perempuan, 8 orang dengan usia antara 1 – 3 bulan, dan 6 orang dengan usia antara 4 – 6 bulan.

5. Distribusi frekuensi pengetahuan ibu.

(3)

yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai ASI sebanyak 10 orang dengan persentase sebesar 32,3%.

Dari 31 orang ibu sebanyak 10 orang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai ASI, namun dari 10 orang tersebut tidak semua berpendidikan <SMA (rendah), yaitu sebanyak 7 orang berpendidikan SMA (menengah).

Gambar 5

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu Mengenai ASI

6. Distribusi frekuensi sikap gizi ibu. Gambar 6

Distribusi Frekuensi Sikap Gizi Ibu

Berdasarkan grafik diatas sebagian besar ibu memiliki sikap gizi positif mengenai ASI, yaitu sebanyak 27 orang dengan persentase sebesar 87,1%, sedangkan ibu yang memiliki sikap gizi negatif sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar 12,9%.

Seluruh ibu yang memiliki sikap gizi negatif berpendidikan SMA (menengah), 1 orang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai ASI, 3 orang memiliki pengetahuan yang baik mengenai ASI. Jadi apabila ibu memiliki tingkat pendidikan SMA (menengah) dan pengetahuan yang baik mengenai ASI tidak membuat ibu juga memiliki sikap yang positif mengenai ASI.

7. Distribusi frekuensi status pekerjaan ibu.

Berdasarkan grafik dibawah sebagian besar ibu tidak bekerja yaitu sebanyak 27 orang dengan persentase sebesar 87,0%, sedangkan ibu yang bekerja hanya berjumlah 4 orang dengan persentase sebesar 13,0%. Ibu yang bekerja yaitu sebanyak 4 orang memiliki tingkat pendidikan >SMA (tinggi), dari 4 orang ibu yang

berpendidikan tinggi, 1 orang ibu memiliki bayi dengan status gizi kurang, hal ini terjadi karena waktu yang kurang dalam mengurus bayinya.

Gambar 7

Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan Ibu

8. Distribusi frekuensi paritas.

Paritas merupakan jumlah anak yang pernah dilahirkan hidup, yaitu kondisi yang menggambarkan kelahiran sekelompok atau beberapa kelompok wanitas selama masa reporoduksi.

Gambar 8

Distribusi Frekuensi Paritas

Berdasarkan grafik diatas sebagian besar paritas ibu adalah ≥2 yang berjumlah 19 orang dengan persentase sebesar 61,3%, sedangkan paritas ibu <2 berjumlah 12 orang dengan persentase sebesar 38,7%.

Ibu dengan paritas ≥2 berjumlah 19 orang, seharusnya ibu yang telah pernah memiliki anak sebelumnya memiliki pengalaman yang lebih dalam hal menyusui bayinya, namun dari 19 orang hanya 4 orang yang melakukan pola pemberian ASI dengan baik (menyusui eksklusif).

9. Distribusi frekuensi pola pemberian ASI pada bayi umur 0 – 6 bulan.

Berdasarkan tabel di bawah sebagian besar ibu memberikan ASI dengan pola yang kurang baik (menyusui predominan atau parsial) yaitu oleh 27 orang dengan persentase sebesar 87,0%, sedangkan ibu yang memberikan ASI dengan pola yang baik (menyusui eksklusif) hanya berjumlah 4 orang dengan persentase sebesar 13,0%.

(4)

prakteknya ibu tetap memberikan minuman atau makanan lain kepada bayinya.

Gambar 9

Distribusi Frekuensi Pola Pemberian ASI pada Bayi Usia 0 – 6 Bulan

10. Distribusi Status Gizi Bayi

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar bayi memiliki status gizi baik yaitu berjumlah 27 orang dengan persentase 87,1%, sedangkan bayi yang memiliki status gizi kurang berjumlah 4 orang dengan persentase 12,9%.

Pengetahuan yang baik dan sikap gizi yang positif tidak membuat ibu melakukan pola pemberian ASI yang

baik, dari 4 bayi dengan status gizi kurang semuanya mendapatkan pola pemberian ASI yang kurang baik.

Gambar 10

Distribusi Status Gizi Bayi

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang ASI

Tabel 1

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan Ibu Mengenai ASI

Tingkat Pendidikan

Pengetahuan Ibu Bayi Mengenai ASI

Total

<70 (Kurang) 70-100 (Baik)

n % n % n %

<SMA (Rendah) 3 50,0 3 50,0 6 100,0

SMA (Menengah) 7 35,0 13 65,0 20 100,0

>SMA (Tinggi) 0 0,0 5 100,0 5 100,0

Jumlah 10 32,3 21 67,7 31 100,0

p value = 0,191

Berdasarkan tabel diatas ibu yang berpendidikan <SMA (rendah) dan memiliki pengetahuan yang kurang mengenai ASI berjumlah 3 orang (50,0%) dan yang memiliki pengetahuan yang baik berjumlah 3 orang (50,0%).

Ibu yang berpendidikan SMA (menengah) sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik mengenai ASI yaitu berjumlah 13 orang (65,0%), sedangkan yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai ASI berjumlah 7 orang (35,0%). Semua ibu

yang berpendidikan >SMA (tinggi) memiliki pengetahuan yang baik mengenai ASI yaitu berjumlah 5 orang (100,0%). Hasil uji statistik Chi – Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang ASI karena p value = 0,191.

Tingkat pendidikan yang rendah tidak lantas membuat ibu memiliki pengetahuan yang kurang mengenai ASI, namun tingkat pendidikan yang semakin tinggi dapat membuat pengetahuan ibu semakin baik.

2. Hubungan tingkat pendidikan dengan sikap gizi ibu tentang ASI Tabel 2

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Sikap Gizi Ibu mengenai ASI

Tingkat Pendidikan

Sikap Gizi Ibu Bayi Mengenai ASI

Total

<70 (Negatif) 70-100 (Positif)

n % n % n %

<SMA (Rendah) 0 0,0 6 100,0 6 100,0

SMA (Menengah) 4 20,0 16 80,0 20 100,0

>SMA (Tinggi) 0 0,0 5 100,0 5 100,0

(5)

Berdasarkan tabel diatas semua ibu yang berpendidikan <SMA (rendah) memiliki sikap gizi yang positif mengenai ASI yaitu jumlah 6 orang (100,0%).

Ibu yang berpendidikan SMA (menengah) sebagian besar memiliki sikap gizi yang positif mengenai ASI yaitu berjumlah 16 orang (80,0%), sedangkan yang memiliki sikap gizi yang negatif mengenai ASI berjumlah 4 orang (20,0%). Semua ibu yang berpendidikan >SMA (tinggi) memiliki pengetahuan yang baik mengenai ASI yaitu berjumlah 5 orang (100,0%).

Hasil uji statistik Chi – Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap gizi ibu tentang ASI karena p value = 0,283. Ibu yang berpendidikan rendah dapat memiliki sikap gizi yang positif mengenai ASI, seluruh ibu dengan pendidikan <SMA (rendah) memiliki sikap yang positif. Sedangkan 4 orang ibu dengan pendidikan SMA (menengah) memiliki sikap yang negatif, jadi tingkat pendidikan tidak mempengaruhi sikap yang dimiliki ibu.

3. Hubungan usia bayi dengan pola pemberian ASI

Tabel 3

Hubungan Usia Bayi dengan Pola Pemberian ASI

Usia Bayi

Berdasarkan tabel diatas dari 18 bayi yang berusia 1 – 3 bulan sebagian besar mendapatkan pola pemberian ASI yang kurang baik yaitu berjumlah 14 orang (78,0%), sedangkan yang mendapatkan pola pemberian ASI yang baik hanya berjumlah 4 orang (22,0%).

Bayi yang berusia 4 – 6 bulan dengan jumlah 13 orang (100,0%) seluruhnya mendapatkan pola pemberian ASI yang kurang baik.

Hasil uji statistik Chi – Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara usia bayi dengan pola pemberian ASI karena p value = 0,120.

Dari 31 bayi, hanya 4 bayi yang mendapatkan pola pemberian ASI dengan baik, yaitu pada bayi dengan usia 1 – 3 bulan, sedangkan bayi dengan usia 4 – 6 bulan tidak ada satupun yang mendapatkan pola pemberian ASI yang baik.

4. Hubungan pengetahuan ibu mengenai ASI dengan pola pemberian ASI Tabel 4

Hubungan Pengetahuan Ibu Mengenai ASI dengan Pola Pemberian ASI

Pengetahuan

Berdasarkan tabel diatas ibu yang memiliki pengetahuan mengenai ASI dengan kategori <70 (kurang), sebanyak 9 orang (90,0%) melakukan pola pemberian ASI dengan kurang baik dan 1 (10,0%) orang melakukan pola pemberian ASI dengan baik.

Ibu yang memiliki pengetahuan mengenai ASI dengan kategori 70 – 100 (baik), sebanyak 18 orang hubungan antara pengetahuan dengan perilaku pemberian ASI eksklusif karena p value 0,543.

(6)

5. Hubungan sikap gizi ibu mengenai ASI dengan pola pemberian ASI Tabel 5

Hubungan Sikap Gizi Ibu Mengenai ASI dengan Pola Pemberian ASI

Sikap Gizi Ibu mengenai ASI

Pola Pemberian ASI

Total Kurang Baik (Menyusui

Predominan/Parsial)

Baik (Menyusui Eksklusif)

n % n % n %

<70 (Negatif) 4 100,0 0 0,0 4 100,0

70 – 100

(Positif) 23 85,2 4 14,8 27 100,0

Jumlah 27 87,1 4 12,9 31 100,0

p value = 1,000

Berdasarkan tabel diatas semua ibu dengan sikap gizi mengenai ASI yang negatif melakukan pola pemberian ASI yang kurang baik yaitu sebanyak 4 orang (100,0%).

Sebagian besar ibu dengan sikap gizi mengenai ASI yang positif melakukan pola pemberian ASI yang kurang baik yaitu sebanyak 23 orang (85,2%), sedangkan yang melakukan pola pemberian ASI yang baik hanya 4 orang (12,9%).

Hasil uji statistik Chi – Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap gizi ibu bayi mengenai ASI dengan pola pemberian ASI karena p value = 1,000.

Dari 27 orang ibu yang memiliki sikap gizi positif hanya 4 orang yang melakukan pola pemberian ASI yang baik pada bayinya, pada kenyataannya ibu tetap melakukan pola menyusui yang kurang baik yaitu menyusui parsial dan predominan.

6. Hubungan status pekerjaan ibu dengan pola pemberian ASI

Tabel 6

Hubungan Status Pekerjaan Ibu dengan Pola Pemberian ASI

Status Pekerjaan Ibu

Pola Pemberian ASI

Total Kurang Baik (Menyusui

Predominan/Parsial)

Baik (Menyusui Eksklusif)

n % n % n %

Tidak Bekerja 23 85,2 4 14,8 27 100,0

Bekerja 4 100,0 0 0,0 4 100,0

Jumlah 27 87,1 4 12,9 31 100,0

p value = 0,382

Berdasarkan tabel diatas sebagian besar ibu yang tidak bekerja melakukan pola pemberian ASI yang kurang baik yaitu sebanyak 23 orang (85,%), sedangkan yang melakukan pola pemberian ASI yang baik hanya sebanyak 4 orang (14,8%).

Ibu yang bekerja semuanya melakukan pola pemberian ASI yang kurang baik yaitu sebanyak 4 orang (100,0%).

Hasil uji statistik Chi – Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara status pekerjaan ibu bayi dengan pola pemberian ASI karena p value = 0,382.

Hasil penelitian Diah Eling Farduana (2013) menunjukan tidak ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan perilaku menyusui dengan p value 0,560. Dapat disimpulkan hasil penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan hasil penelitian Diah Eling Farduana (2013) yaitu tidak ada hubungan.

7. Hubungan paritas dengan pola pemberian ASI

Tabel 7

Hubungan Paritas dengan Pola Pemberian ASI

Paritas

Pola Pemberian ASI

Total Kurang Baik (Menyusui

Predominan/Parsial)

Baik (Menyusui Eksklusif)

n % n % n %

<2 12 100,0 0 0,0 12 100,0

≥2 15 79,0 4 21,0 19 100,0

Jumlah 27 87,0 4 13,0 31 100,0

(7)

Berdasarkan dari tabel diatas seluruh ibu dengan paritas <2 melakukan pola pemberia ASI yang kurang baik yaitu sebanyak 12 orang (100,0%).

Ibu yang memiliki paritas≥ 2 sebagian besar menyusui dengan pola yang kurang baik yaitu sebanyak 15 orang (79,0%), sedangkan yang melakukan pola pemberian ASI yang baik hanya 4 orang (21,0%).

Hasil uji statistik Chi – Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan pola pemberian ASI karena p value = 0,139. Menurut penelitian Diah Eling Farduanan (2013) tidak ada hubungan antara paritas dengan pola pemberian ASI karena p value = 0,783. Dapat disimpulkan hasil penelitian ini memiliki hasil yang sama dengan hasil penelitian Diah Eling Farduana (2013) yaitu tidak ada hubungan.

8. Hubungan pola pemberian ASI dengan status gizi bayi

Tabel 8

Hubungan Pola Pemberian ASI dengan Status Gizi Bayi

Pola Pemberian ASI (menyusui predominan/parsial) sebagian besar memiliki bayi dengan gizi yang baik yaitu sebanyak 23 orang (85,2%), sedangkan bayi dengan gizi yang kurang sebanyak 4 orang (14,8).

Dari 4 ibu yang memberikan ASI dengan pola yang baik (menyusui eksklusif), semua bayi yaitu 4 bayi (100,0%) memiliki status gizi baik.

Hasil uji statistik Chi – Square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pola pemberian ASI dengan status gizi bayi karena p value = 1,000. Menyusui dengan pola pemberian yang baik yaitu menyusui eksklusif membuat bayi memiliki status gizi yang baik juga, menyusui dengan pola yang kurang baik dapat membuat status gizi bayi menjadi kurang. Oleh karena itu menyusui parsial dan predominan sebaiknya diberikan ketika bayi telah berusia lebih dari 6 bulan.

KESIMPULAN

1. Karakteristik responden yaitu usia ibu yang berjumlah 31 orang dengan persentase terbanyak pada usia >29 tahun yaitu sebesar 61,3%.

2. Tingkat pendidikan ibu bayi paling banyak adalah menengah (SMA) yang berjumlah 20 orang dengan persentase 64,5%.

3. Sebagian besar bayi berusia 1 – 3 bulan, yaitu sebanyak 18 orang dengan persentase 58,1%.

4. Jenis kelamin bayi laki – laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan yaitu sebanyak 17 orang dengan persentase sebesar 54,8%.

5. Sebanyak 10 orang ibu bayi memiliki pengetahuan yang kurang mengenai ASI, dan 21 orang dengan persentase sebesar 67,7%.

6. Hampir seluruh ibu bayi yaitu sebanyak 27 (87,1%) memiliki sikap gizi yang baik mengenai ASI.

7. Sebagian besar ibu bayi dengan persentase sebesar 80,6% sebagai ibu rumah tangga.

8. Sebagian besar paritas ibu ≥2 berjumlah 19 orang dengan persentase sebesar 61,3%.

9. Pemberian ASI yang kurang baik (menyusui predominan/parsial) dilakukan oleh 27 orang (87,0%).

10. Bayi dengan status gizi baik berjumlah 27 orang dengan persentase 87,1%.

11. Dari hasil analisa hubungan antara berbagai variabel dependen dan independen menunjukan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013.

www.litbang.depkes.go.id. (16 Agustus 2014, 15:17 WIB).

Cerdasari, Carrisa. 2012. Pengetahuan Ibu Tentang ASI, Pola Pemberiannya, dan Status Gizi Bayi 0

6 Bulan. Jurnal Kesehatan. Volume 10.No. 1. Malang.

(8)

Departemen Kesehatan RI. 2013. Rencana Kerja Pembinaan Gizi Masyarakat Tahun 2013.http://gizi.depkes.go.id.(05 Juli 2014, 16:35 WIB).

Farduana, Diah Eling. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Menyusui Di Posyandu Ranggon Kecamatan Cipayung Jakarta Timur. Karya Tulis Ilmiah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan MH. Thamrin Jakarta.

Hastono, Sutanto Priyo. 2011. Statistik Kesehatan.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Hukumonline.UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. (www.hukum.online.com) www.slideshare.net. (02 September 2014, 20:18 WIB).

Indonesian-publichealth. 2013. Mengapa Inisiasi Menyusui Dini (IMD). www.indonesian-publichealth.com. (18 Desember 2014, 20:05 WIB).

Kementerian Kesehatan RI. 2012. Rencana ASI Akselerasi Pemberian ASI Eksklusif 2012 2014. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Buku Panduan Kader Posyandu. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak.

Kementerian Kesehatan RI. 2013. Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan Ri 2013.www.depkes.go.id. (16 Agustus 2014, 19:17 WIB).

Kristiyanasari, Weni. 2009. ASI Menyusui dan Sadari. Yogyakarta: NUHA MEDIKA.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 2014. Ibu. http://kbbi.web.id/bayi. (16 Agustus 2014, 07:15 WIB).

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Rachmadewi, Asrinisa. 2009. Pengetahuan, Sikap, dan Praktek Pemberian Asi SertaStatus Gizi Bayi Usia 4 12 Bulan Di Perdesaan dan Perkotaan. Institut Pertanian Bogor.

Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk.2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Wikipedia. 2014. Bayi. http://id.wikipedia.org.(5 Oktober 2014, 21:05 WIB).

Gambar

Gambar 1 Distribusi Frekuensi Usia Ibu
Gambar 5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu
Tabel 2 Hubungan Tingkat  Pendidikan dengan Sikap Gizi Ibu mengenai ASI
Tabel 3 Hubungan Usia Bayi dengan Pola Pemberian ASI
+3

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan bahwa koefisien reliabilitas tes termasuk dalam kategori (0,800-1,000), maka instrument dinyatakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Dengan demikian dapat

komunikasi interpersonal anak remaja pasca perceraian orang tuanya..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa roti manis dengan konsentrasi sourdough 30% merupakan perlakuan terbaik dengan pH 3,60, kadar air 29% b/b, warna, rasa, aroma dan tekstur yang

menyangkut tentang konflik antar etnis pada timnas Hindia Belanda tahun

Bang Irvan Aspidar, Abang-abang stambuk 2009, 2010 dan Semua adek- adek di Teknik Mesin USU yang telah banyak memberikan doa serta semangat bagi penulis

apakah ekstrak etanol kulit batang sikkam mempunyai efek antidiare dan berapa dosis optimal yang sesuai bila dibandingkan dengan loperamid HCl.. Universitas

Dalam penelitian ini, penulis mengacu pada literatur yang tersedia dan menginventarisasinya dari berbagai kepustakaan serta tulisan-tulisan yang memuat tentang

Irene kemudian sekitar pukul 19.00 Wit Terdakwa datang bersama 3 (tiga) orang temannya dan Saksi tidak tahu identitasnya dalam keadaan mabuk selanjutnya Terdakwa