Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Direktorat Jenderal Pajak. Pada bab X mengatur tentang Ketentuan Peralihan bahwa sebelum undang-undang ini diberlakukan maka ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang lama tetap berlaku sampai dengan waktu yang diatur dalam undang-undang ini. Dan yang terkahir, bab XI yaitu Ketentuan Penutup. Bahwa setelah undang-undang ini diberlakukan maka berlaku pula bagi undang-undang perpajakan yang lain.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1994
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak, dan ayat (6) Direktur Jenderal Pajak menetapkan bentuk dan isi Surat Pemberitahuan serta keterangan dan dokumen yang harus dilampirkan. Serta terdapat pula penambahan ayat dalam pasal 3. Yaitu ayat (7) Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan apabila tidak atau tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (6), dan ayat (8) Dikecualikan dari kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Wajib Pajak Pajak Penghasilan tertentu yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Ketentuan yang diubah selanjutnya pada pasal 7 yang pada pasal sebelumnya berbunyi, “Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan atau disampaikan tidak sesuai dengan batas waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3), dikenakan sanksi berupa denda administrasi sebesar Rp.10.000 ,-(sepuluh ribu rupiah).” Sehingga berbunyi,”
sanksi administrasi berupa denda sebesar empat kali jumlah pajak yang tidak atau kurang bayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan.”
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000
tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan
disahkan di Jakarta pada tanggal 2 Agustus 2000 oleh presiden Abdurahman Wahid. Dan mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 2001.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007
tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Pada perubahan ketiga peraturan perundang-undangan tentang perpajakan ini, ditujukan untuk lebih memberikan keadilan terhadap masyarakat sebagai wajib pajak, untuk meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dan untuk lebih memberikan kepastian hukum serta mengantisipasi perkembangan di bidang teknologi informasi terutama perkembangan yang terjadi dalam ketentuan-ketentuan material di bidang perpajakan. Sehingga perlu dilakukan perubahan kembali terhadap peraturan perundang-undangan yang terakhir digunakan yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2000. Secara umum, dalam peraturan perundang-undangan nomor 28 tahun 2007 perubahan yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan peraturan perundang-undangan sebelumnya. Hanya ada beberapa ayat atau pasal tambahan di setiap babnya. Pada ketentuan pasal 1, terdapat banyak tambahan poin-poin seperti yang ada pada poin 1 yang pada peraturan perundang-undangan sebelumnya tidak dicantumkan mengenai pengertian pajak, kemudian pada poin 32 menjelaskan penyidik yang mempunyai wewenang dalam melakukan penyidikan yang dilakukan oleh Ditjen Pajak itu siapa, termasuk juga pada poin 35 tentang putusan banding, poin 36 putusan gugatan, poin 37 putusan peninjauan kembali dan lain-lain. Pada pasal 2 terdapat perubahan hampir pada tiap ayat, namun perubahan dilakukan hanya dengan merubah dan menambahkan beberapa kata. Diantara pasal 2 dan pasal 3 disisipkan 1 pasal, yaiu pasal 2A yang berbunyi,” Masa Pajak sama dengan 1 (satu) bulan kalender atau jangka waktu lain yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan paling lama 3 (tiga) bulan kalender.” Ketentuan dalam pasal 3, pasal 4, pasal 6 memperoleh perubahan hampir pada setiap ayat-ayatnya. Tetapi perubahannya hanya dengan merubah dan menambahkan beberapa kata saja. Begitu pun juga pada pasal 7, pasal 8, pasal 9, pasal 10, pasal 11, dan pasal 12 memperoleh perubahan namun hanya ada penambahan beberapa kata pada setiap ayatnya. Pada pasal 13 terdapat perubahan dan penambahan satu ayat,
yaitu ayat
perubahan yang sama seperti pasal 14, 15, 16 dan 17 yang hanya merubah atau mengganti dan menambahkan beberapa kata disetiap ayatnya. Diantara pasal 17C dan pasal 18 terdapat penambahan 2 pasal yaitu pasal 17D dan pasal 17E. Pada pasal 18 terdapat penghapusan pada ayat (2) dan pasal 19, pasal 20, pasal 21, pasal 22, pasal 23 pun juga memperoleh perubahan hampir disetiap isi ayatnya. Pasal 24 memperoleh perubahan pada isi kalimatnya yang sebelumnya
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2009
Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan menjadi Undang-Undang
Pada produk hukum yang keempat ini dikeluarkan karena pemerintah berupaya untuk mengatasi krisis global. Sehingga hal ini mendesak pemerintah untuk diharuskan memperkuat sektor perpajakan nasional guna mendukung penerimaan negara yang lebih stabil. Langkah ini telah dilakukan pemerintah dengan mendasarkan atau mengacu pada peraturan perundang-undangan yang sebelumnya yaitu merujuk pada pasal 37A ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007, yang bunyinya” Wajib Pajak yang menyampaikan pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak 2007, yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar dan dilakukan paling lambat tanggal 28 Pebruari 2009, dapat diberikan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.”Yang kurang lebih maksud dan tujuan dari isi pasal 37A ayat 1 ini untuk memberikan pengurangan atau pun penghapusan terhadap sanksi administrasi dengan menggantinya dengan bunga atas keterlambatan pelunasan kekurangan pembayaran pajaknya. Artinya, pasal ini secara khusus memberikan kesempatan untuk Wajib Pajak supaya lebih terbuka dan lebih jujur dalam memenuhi kewajiban perpajakannya yang telah lalu. Akan tetapi yang menjadi kendala pada masyarakat untuk mengikuti fasilitas yang diberikan oleh pemerintah ini, dirasakan waktu yang tidak mencukupi untuk melakukan pembetulan surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan. Kemudian dengan menggunakan dasar hukum pasal 22 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Presiden Republik Indonesia menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 5 tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2009 dan ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Desember 2008 oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.