• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tipe dan Fungsi Bevel pada Restorasi Gig

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tipe dan Fungsi Bevel pada Restorasi Gig"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS

TIPE DAN FUNGSI BEVEL

PADA RESTORASI GIGI ANTERIOR

DANNY CHRISTIANTO KHUANGGA

NIM : 041.212.038 / 040.09.047

UNIVERSITAS TRISAKTI

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

JAKARTA

(2)

Pendahuluan

Dalam praktik kedokteran gigi sehari-hari kita sering menjumpai kasus gigi anterior pasien patah atau rusak. Keadaan ini biasanya disebabkan karena adanya trauma karena kecelakaan, ataupun karena karies. Fraktur gigi anterior ini merupakan kasus cedera gigi yang paling sering ditemukan pada gigi permanen, terutama pada anak-anak dan remaja dengan

prevalensi mencapai 25% dari kelompok ini.(1) Trauma gigi anterior ini lebih sering terjadi

pada anak-anak karena anak-anak lebih aktif daripada orang dewasa dan koordinasi serta penilaiannya tentang keadaan belum cukup baik sehingga sering terjatuh saat belajar berjalan, berlari, bermain, dan berolahraga.

Dalam dunia kedokteran gigi modern, para dokter gigi harus dapat melakukan perawatan terhadap kasus seperti di atas. Pada kasus trauma gigi, terutama gigi anterior, sering digunakan bahan restorasi resin komposit. Penatalaksanaan kasus trauma gigi anterior ini meliputi prinsip preparasi permukaan gigi dan penggunaan alat dan bahan secara tepat.

Tinjauan Pustaka

Keberhasilan suatu perawatan restorasi untuk dapat bertahan dalam waktu yang cukup lama di dalam rongga mulut ditentukan oleh desain preparasi kavitas yang mempunyai

prinsip preparasi(2) sebagai berikut :

- Outline form : tepi marginal dari preparasi

- Resistance form : bentuk preparasi kavitas dimana sisa jaringan gigi yang ada cukup kuat menerima daya kunyah

- Retention form : bentuk preparasi untuk mencegah terlepasnya tumpatan dari kavitas - Convenience form : memperoleh akses yang mudah bagi operator untuk preparasi kavitas

- Removal of Caries : Jaringan karies yang infeksius harus diambil - Finishing of enamel wall : dinding kavitas dibuat halus dan rata

- Toilet of Cavity : pembersihkan kavitas dari debris, cairan darah, saliva dll yang akan meningkatkan adaptasi bahan restorasi.

Pada kasus trauma gigi anterior, bahan yang biasa digunakan untuk restorasi gigi adalah komposit. Pada penumpatan dengan bahan komposit ini membutuhkan teknik dan desain

preparasi yang baik, agar tumpatan dapat bertahan di gigi dalam waktu yang lama.(3)

Preparasi pada kasus restorasi kelas IV mirip dengan kelas III, yaitu (1) membuat akses ke jaringan defek (karies, fraktur), (2) pembuangan jaringan yang cacat (karies, dentin dan

email yang rusak, restorasi dan bahan base yang rusak), dan (3) pembuatan convenience form

untuk restorasi. Selain itu, diperlukan juga pembuatan bevel sesuai dengan jaringan yang

terlibat. Bevel adalah suatu potongan yang dibuat pada tepi cavosurface angle dinding email.

(4) Klasifikasi bevel menurut daerah yang terlibat adalah (5):

(3)

- Bevel kurang dari 2/

3 ketebalan email

- Digunakan untuk merapikan email dari batas preparasi

- tidak digunakan pada restorasi rigid kecuali untuk memangkas jaringan email dari batas margin

2. Short bevel :

- Bevel pada seluruh dinding email, tetapi tidak melibatkan dentin

3. Long bevel :

- Meliputi seluruh dinding email dan setengah atau kurang dari ketebalan dentin (DEJ)

- Melindungi resistance dan retention form

- digunakan pada preparasi resin komposit terutama karena memberikan fracture

toughness yang baik, selain itu lebih estetik karena memberikan gradasi warna yang baik antara tambalan dan gigi.

4. Full bevel :

- Melibatkan seluruh dinding email dan dentin

- Menghilangkan internal resistance

- Biasanya digunakan pada preparasi inlei

5. Counter bevel :

- digunakan saat ada penutupan cusp (pembuatan crown) untuk melindungi dan mendukung cusp

- bevel yang condong ke arah gingiva yang dibuat berlawanan dengan dinding aksial dari perparasi (pada permukaan fasial atau lingual dari gigi)

6. Hollow ground bevel (Concave) :

- bukan merupakan bevel dalam arti sebenarnya, dan sangat jarang digunakan

- dahulu digunakan pada teknik penambalan resin komposit pada gigi anterior karena fungsinya untuk memberikan massa material yang cukup untuk menerima beban kunyah yang diterima tambalan

7. Reverse / inverted bevel :

- berbentuk inverted atau terbalik dengan bagian tajam menghadap gingiva / mengarah

ke akar gigi.

(4)

Gambar 1 : Tipe-tipe bevel berdasar daerah yang terlibat

Klasifikasi berdasarkan permukaan ditempatkannya bevel(4) :

1. Gingival bevel :

- pembuangan jaringan email yang tidak ada dukungan dentin

- pada gingival margin akan terbentuk sudut 30o yang dapat dipoles karena design

angularnya

- untuk meingkatkan kesesuaian dari restorasi logam tuang

2. Occlusal bevel :

- untuk memenuhi syarat dinding kavitas ideal

- hanya sedikit melibatkan gigi dan tidak menghilangkan resistensi dan retensi dari restorasi

3. Functional cusp bevel :

- menyediakan ruangan untuk logam yang adekuat di area yang mempunyai kontak oklusal yang besar

(5)

Ada 2 jenis bevel yang baru diperkenalkan oleh Fahl(6) yaitu infinity bevel (Gambar 3)

dan starburst bevel (Gambar 4). Preparasi infinity bevel dimulai 0,5 mm ke dalam dentin dan

dilakukan 2 – 2,5 mm melewati garis fraktur. Sedangkan starburst bevel adalah bevel yang

berbeda panjang, kedalaman, dan volumenya pada setiap bevel, bentuknya mirip dengan sinar dari bintang.

Gambar 3:Infinity bevel

Gambar 4 : Starburst bevel

Presentasi Kasus

(6)

Gambar 5 : Gigi depan atas kanan patah dan ngilu saat terpapar udara dan terkena dingin

Pemilihan warna gigi dengan menggunakan shade guide, yang digunakan pada kasus

ini adalah Vitapan, dilakukan tanpa pengeringan gigi. Karena keadaan gigi yang kering dapat

menjadikan gigi menjadi lebih terang warnanya karena adanya penurunan translusensi.(7)

Pada kasus ini, langsung dilakukan pembuatan bevel dan pembuangan jaringan email yang sudah tidak didukung dentin. Pembuatan bevel dimaksudkan untuk menambah retensi, resistensi, dan estetik.(8)

Gambar 6 : Pemilihan warna komposit di bawah cahaya natural

Besarnya bevel dapat dibuat sesuai dengan banyaknya jaringan yang terlibat. Apabila struktur gigi yang terkena cukup besar/luas, maka bevel dapat diperbesar untuk memperluas permukaan yang akan di etsa, yang nantinya akan menghasilkan ikatan yang lebih kuat antara

(7)

Gambar 7 : Gigi 11 setelah preparasi dengan long bevel.

Setelah pemilihan warna dan pembuatan bevel, isolasi gigi dengan menggunakan

seluloid strip dan cotton roll. Setelah itu, bahan dentin conditioner diaplikasikan ke daerah

preparasi. Tujuan diberi dentin conditioner ini adalah untuk membuang smear layer dari area

yang telah dipreparasi.

Gambar 8 : aplikasi bahan dentin conditioner di daerah yang telah di preparasi

Pemberian dencon selama kurang lebih 10 detik, kemudian dibilas dan dikeringkan

secukupnya. Pengeringan daerah kerja ini tidak boleh sampai terjadi dehidrasi karena dapat

merusak struktur kolagen dan tidak dapat terjadi perlekatan/bonding.(9) Setelah itu diberikan

(8)

Gambar 9 : aplikasi bahan pelapik pada bagian dentin berupa GIC

Setelah itu aplikasi bahan etsa asam (asam fosfat) untuk membuka mikroporus sebagai retensi mekanis dari komposit. Pemberian etsa asam ini akan meningkatkan tegangan permukaan kritis dan area perlekatan dan kekasarannya, sehingga resin komposit yang

sifatnya hidrofobik akan meresap ke porus dari email yang telah di etsa tersebut. (9)

Daerah yang disebut sukses dalam pengaplikasian etsa akan tampak buram setelah dibilas dan dikeringkan. Apabila tidak terdapat permukaan yang buram setelah etsa selama 15 detik, maka dilakukan etsa ulang hingga didapatkan permukaan email yang buram. Penelitian telah menunjukkan bahwa waktu etsa yang hanya sebentar memiliki kekuatan perlekatan

yang sama atau bahkan lebih kuat daripada waktu yang dianjurkan (60 detik).(9)

Bila setelah pengaplikasian etsa tampak daerah yang mengkilap, maka akan terlihat bahwa daerah yang mengkilap tersebut adalah tambalan komposit yang lama. Tambalan ini

dapat dibersihkan menggunakan diamond bur dan dapat di etsa kembali untuk mendapatkan

area yang buram. Untuk mendapatkan bonding yang baik antara resin komposit dengan email yang telah dietsa dapat dilakukan pembilasan etsa pada email. Penelitian menunjukkan pembilasan yang efektif adalah antara 2 hingga 5 detik. Pembilasan pada daerah email yang halus selama 1 detik akan menghasilkan tidak adanya kebocoran mikro. Setelah dibilas, maka

daerah etsa dikeringkan secukupnya dan dentin dibiarkan agar sedikit lembab.(9)

Setelah tampak daerah buram (setelah pembilasan dan pengeringan daerah kerja), dilakukan aplikasi bahan bonding (Gambar 6). Bahan bonding tersusun atas primer dan

sealer. Primer merupakan bahan adhesive pada dentine bonding agent (fungsinya untuk

menyatukan komposit dan kompomer yang hidrofobik dengan dentin yang hidrofilik), sedangkan sealer merupakan bahan yang terdiri dari Bis-GMA dan HEMA yang berfungsi

(9)

Gambar 10: Aplikasi bahan bonding selama 10 detik setelah etsa asam

Aplikasi bahan bonding selama 10 detik, lalu daerah tersebut dialiri udara 2 detik untuk

menghilangkan etanol/aseton. Kemudian sinar dengan curing unit selama 10 detik. (Gambar

7)

Gambar 11: Penyinaran dengan curing unit selama 10 detik

(10)

Gambar 12: Penumpatan bahan resin komposit secara multistep dan kemudian dibentuk sesuai kontur anatomis gigi

Pada kasus dengan restorasi yang besar, akan lebih baik jika curing dilakukan beberapa

kali untuk mengurangi efek shrinkage pada proses polimerisasi dan untuk memastikan

aktivasi sinar mencapai daerah yang paling kecil pada kavitas. Eksposur dari sinar yang lebih

lama biasanya dibutuhkan pada restorasi dari gigi yang berwarna lebih opak atau gelap.(7)

Arah sinar yang baik adalah berlawanan arah dengan posisi tumpatan. Resin komposit akan menyusut ke arah sinar karena resin komposit yang posisi nya paling dekat dengan sinar akan mengeras terlebih dahulu. Hal ini akan menarik komposit yang lebih lunak ke arah sinar. Apabila dilakukan searah dengan posisi komposit, maka yang terjadi adalah komposit yang

lunak tadi akan tertarik ke arah sinar sehingga akan terjadi gap/celah pada tumpatan (Gambar

13).(9)

(11)

Polishing dan finishing dilakukan setelah penumpatan selesai. Polishing bertujuan untuk membentuk permukaan restorasi yang halus sehingga lebih estetik dan mengurangi

pembentukan plak dan stain. Resin komposit mikrofil dapat dipoles dengan menggunakan

disk maupun dengan bur superfine. Permukaan gigi harus basah saat menggunakan disk kasar

dan kering saat menggunakan superfine (Gambar 14).(9)

Gambar 14: Pemolesan dilakukan dengan bur superfine

(12)

Kontrol tumpatan dilakukan setelah 7 hari. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat kontrol adalah ada/tidaknya step antara tumpatan dengan permukaan gigi, keutuhan tumpatan, dan kehalusan permukaan tumpatan. Karena apabila permukaan tumpatan kasar dapat menjadi tempat retensi plak dan kalkulus yang dapat menyebabkan karies sekunder.

Gambar 16 : Tumpatan masih utuh dan licin saat kontrol setelah 7 hari

Kesimpulan

Dalam penumpatan resin komposit kelas IV, perlu diperhatikan teknik preparasi yang digunakan, terutama pada pembuatan bevel. Pembuatan bevel yang baik dan sesuai akan memberikan retensi, resistensi, dan estetik yang baik. Pembuatan bevel ini penting untuk membuat transisi gradual antara gigi dengan restorasi resin komposit. Membuat bevel pada permukaan gigi akan memperluas permukaan untuk aplikasi etsa, sehingga retensi dan kebocoran mikro dapat diminimalisir. Pembuatan bevel akan mengekspos ujung rod email,

(13)

References

1. Murchison D. F., Burke F. J. T., and Worthington R. B., “Incisal edge reattachment: indications for use and clinical technique”. British Dental Journal. Ed. Ke-186. 1999; 12: 614–9. 2. Fundamentals of Operative Dentistry A Contemporary Approach. J. B. Summitt, J. W. Robbins,

dan R. S. Schwartz (editor-editor). Ed. ke-2. Chicago: Quintessence; 2001.

3. Peumans M., Van Meerbeek B., Lambrechts P., dan Vanherle G. The 5-year clinical performance of direct composite additions to correct tooth form and position. Clin Oral Invest. 1997; 1(1):12-8.

4. Ritter A.V., Walter R., dan Roberson T.M. Class III, IV, and V Direct Composite and Glass Ionomer Restorations. Dalam Sturdevant’s Art & Science of Operative Dentistry. T. M. Roberson, H. O. Heymann & E. J. Swift (editor-editor). Ed. ke-6. St. Louis: Mosby; 2013: 229-53.

5. Gopikrishna V., Abarajithan M. Fundamentals of Cavity Preparation. Dalam Preclinical Manual of Conservative Dentistry. V. Gopikrishna (editor). Chennai: Elsevier; 2010: 209. 6. Bassett J. Conservative Restoration of a Traumatically Involved Central Incisor. Dalam

Compendium of Continuing Education in Dentistry. J. Pennington dan S. Parker (editor-editor). North America: AEGIS Communication; 2012. 265-7.

7. Ritter A.V., Walter R., dan Roberson T.M. Introduction to Composite Restorations. Dalam

Sturdevant’s Art & Science of Operative Dentistry. T. M. Roberson, H. O. Heymann & E. J. Swift (editor-editor). Ed. ke-6. St. Louis: Mosby; 2013: 216-28.

8. Horsted-Bindslev P, Mjor I. A. Principles of Cavity Preparation. Dalam Modern Concepts in Operative Dentistry. Copenhagen: Munksgaard; 1988: 112.

9. Trushkowsky R.D. Composite Resin. Dalam Esthetic Dentistry A Clinical Approach to Techniques and Materials. St. Louis: Mosby; 2001: 69-93.

Gambar

Gambar 1 : Tipe-tipe bevel berdasar daerah yang terlibat
Gambar 4 : Starburst bevel
Gambar 6 : Pemilihan warna komposit di bawah cahaya natural
Gambar 7 : Gigi 11 setelah preparasi dengan long bevel.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Teknik indirek merupakan pembuatan restorasi rigid yang dilakukan dalam laboratorium dental dengan menggunakan model dari kavitas gigi yang dipreparasi,. membutuhkan tumpatan

Sibarani : Penggunaan Bahan Restorasi Semen Ionomer Kaca Sebagai Bonding Pada Gigi Yang Erosi, 2002... Sibarani : Penggunaan Bahan Restorasi Semen Ionomer Kaca Sebagai Bonding Pada

Tujuan laporan kasus ini untuk memperlihatkan keberhasilan dari perawatan saluran akar satu kunjungan pada gigi molar ketiga nekrosis pulpa disertai restorasi resin komposit..

11 Pada gigi anterior pasca perawatan saluran akar dengan tepi marginal yang utuh maka dapat dilakukan restorasi direct dengan menggunakan resin komposit dan tidak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kebocoran mikro antara teknik bulk dan teknik inkremental pada restorasi gigi posterior dengan resin komposit

Dentin dalam keadaan lembab lebih baik untuk penetrasi resin komposit dan penggunaan teknik ethanol wet-bonding pada restorasi Klas II resin komposit nanoybrid lebih

Celah pada gigi yang terjadi karena adanya gigi rudimenter dapat dikoreksi dengan restorasi estetik direk menggunakan resin komposit, dilakukan dengan menutup celah

Restorasi kelas IV komposit pada kasus ini dilakukan dengan preparasi minimal invasive, teknik inkremental pada penumpatan resin komposit, estethic contouring dengan penggunaan