• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Syafi i Antonio dan Adiwarman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kontribusi Syafi i Antonio dan Adiwarman"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Sumbangsih

Syafi’i Antonio dan Adiwarman

Azwar Karim

terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia

1

Oleh: Fadh Ahmad Arifan

2

ABSTRAK

Syafi‟i Antonio and Adiwarman Azwar Karim are intellectual figures, academics and also Islamic economic practitioners. Many Islamic banks were

born by their ideas and their hands. The approaches which are used by Syafi‟I

Antonio in building theories and thoughts in contemporary Islamic economy are the theological approach and comparative religion. While, Adiwarman more dominant using two approaches, both are history and fiqh. The roles and their contributions mostly on the conceptual side of the book, become a speaker at various seminars, education, training, consulting, and also building their own financial institution.

Key word: Contribution, Syafi‟i Antonio, Adiwarman Karim

A.

Pendahuluan

Tak terbayangkan sebelumnya, negara Super power seperti Amerika Serikat mengalami krisis ekonomi. Tak seperti krisis yang melanda Asia tahun 1997/1998 yang hanya melanda negara-negara Asia saja, krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat ketika 2008 merembet ke berbagai negara, bahkan mengancam perekonomian secara global. Di sisi lain, ada pakar yang mengatakan bahwa krisis global yang diakibatkan oleh tak terkendalinya pembiakan uang lewat transaksi derivatif ini bisa mendorong penguatan ekonomi Syariah sebagai alternatif dan solusi.

Setelah krisis moneter 1997-1998 gerakan ekonomi Syariah seperti mendapat

blessing in disguise. Ekonomi syariah di Indonesia meskipun telah dimulai sejak awal 1990-an, namun berjalan lambat hingga menjelang terjadinya krisis tersebut. Ekonomi

1

Makalah di Presentasikan pada Seminar Internasional: Contemporary Islamic Law in Asia, 21-22 Oktober 2014 di Aula Rektorat UIN Malang, Jawa Timur

2

(2)

syariah nasional menemukan momentum sejak tahun 1999 hingga sekarang. Pengetahuan masyarakat tentang ekonomi Syariah juga semakin berkembang termasuk di daerah. Seiring dengan itu industri keuangan syariah mengalami percepatan pertumbuhan. Lembaga-lembaga keuangan Syariah juga berkembang ke daerah-daerah.3

Di Indonesia, ekonomi Syariah sedang berkembang. Perkembangan ini ditandai maraknya pendirian Bank Umum Syariah (BUS) dan banyaknya bank-bank konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah (USS). Dari sisi aset juga menunjukkan peningkatan. Pada akhir tahun 2007, aset yang dimiliki perbankan syariah diperkirakan mencapai 35 trilyun rupiah, lebih besar dibanding posisi tahun 2006 yang hanya mencapai 26,7 trilyun rupiah. Data Dewan Syariah Nasional per 10 Juli 2008 menyebutkan bahwa ada 156 institusi perbankan Syariah di Indonesia, yang

meliputi Bank Umum Syariah, Unit Usaha Syariah Bank Umum, Unit Usaha Syariah

BPD, Bank Kustodian Syariah dan BPR Syariah.4

Salah satu tokoh yang ikut mendorong perkembangan tersebut adalah Adiwarman Karim dan Syafi‟i Antonio. Mereka berdua adalah tokoh intelektual dan akademisi sekaligus praktisi perbankan dan ekonomi Syariah. Banyak Bank Umum Syariah yang lahir dengan bantuan pemikiran dan tangan terampilnya. Dalam tulisan ini akan membahas Sumbangsih Syafi‟i Antonio dan Adiwarman Azwar Karim terhadap Pemikiran Ekonomi Islam di Indonesia.

B.

Biografi Intelektual

1.

M.

Syafi’i Antonio

Syafii Antonio lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 12 Mei 1965. Nama asli ekonom Islam ini Nio Cwan Chung. Dia adalah WNI keturunan Tionghoa. Saat berusia 17 tahun dan masih duduk di bangku SMA, Syafii Antonio putuskan untuk memeluk agama Islam atas bimbingan KH Abdullah bin Nuh al-Ghazali pada tahun 1984.5 Kuliah di ITB dan IKIP, tapi kemudian pindah ke IAIN Syarif Hidayatullah. Itu pun

3Syafi‟i Antonio dan Aam Rusdiana, “Peranan Ekonomi Syari’ah Dalam Pembangunan Daerah

Harmoni Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. IX No. 33 Tahun 2010, hal 47

4

Tim CRCS, Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di Indonesia 2009, (Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana UGM 2010), hal 25

5Majalah Tajdid, “Masuk Islam, Jadi Ahli Ekonomi syariah

(3)

tidak lama karena dia melanjutkan sekolah ke University of Yordan (Yordania). Selesai studi S1 di Yordania, Ia melanjutkan program S2 di International Islamic University (IIU) di Malaysia, khusus mempelajari ekonomi Islam. Dan kemudian menyelesaikan gelar doktor di bidang perbankan dan keuangan mikro di University of Melbourne tahun 2004 lalu.6 Ketertarikannya di bidang ekonomi syariah karena dia melihat umat Islam di dunia termasuk di Indonesia memiliki masalah di bidang itu. "Sebetulnya ada tiga masalah besar yang dihadapi umat Islam. Satu kemiskinan, dua kebodohan, ketiga perpecahan (tidak akur), tetapi tidak akur ini karena berebut

proyek, uang, dan pengaruh. Jadi persoalan terbesarnya adalah terkait dengan

ekonomi alias kemiskinan. Jadi bagaimana mengatasi masalah kemiskinan itu," ujarnya, saat disambangi wartawan Jurnal Nasional di kediamannya. Rektor STEI Tazkia ini berpendapat, penyebab kemiskinan ini juga disebabkan oleh beberapa faktor. Ada kemiskinan yang berakar pada pola pikir atau istilahnya konseptual problem. Kemudian yang kedua miskin karena masalah teknis, antara lain lack of competence/lack of packaging, lack of marketing, dan lack of financial management. Dan yang ketiga, miskin karena struktural, tidak terlalu mendukung pada small and micro. "Di mana saya bisa berperan? Ya, minimum dari sisi konseptual dengan buku, seminar, pendidikan, saya mencoba untuk menyelesaikan masalah ini semampunya," kata Ketua Dewan Syariah di Bank Exim, Ketua Dewan Syariah di Bank Mandiri, dan Asuransi Takaful ini.

Selesai studi, Syafi‟i bekerja dan mengajar pada beberapa universitas. Segala aktivitasnya sengaja ia arahkan pada bidang agama. Untuk membantu saudara-saudara muslim Tionghoa, dia aktif pada Yayasan Haji Karim Oei. Di yayasan inilah para mualaf mendapat informasi dan pembinaan. Mulai dari bimbingan shalat, membaca Al-Qur‟an, diskusi, ceramah, dan kajian Islam, hingga informasi mengenai agama Islam.

Tahun 2006, beliau diangkat Perdana Menteri Malaysia sebagai Shariah Advisory Council Bank Sentral Malaysia. Ia juga sempat bergabung dengan Bank Muamalat, bank dengan sistem syariah pertama di Indonesia. Dua tahun setelah itu, ia mendirikan Asuransi Takaful, lalu berturut-turut reksa dana syariah. Kemudian ia mendirikan

6

(4)

Tazkia Group yang memiliki beberapa unit usaha dengan mengembangkan bisnis dan ekonomi syariah yang salah satunya adalah Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) Tazkia.7

2.

Adiwarman A. Karim

Ir. H. Adiwarman Azwar Karim, S.E., M.B.A., M.A.E.P., lahir di Jakarta pada 29 Juni 1963. Pendidikan tingkat S1 ia tempuh di dua perguruan tinggi yang berbeda, IPB dan UI. Gelar Insinyur dia peroleh pada tahun 1986 dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada tahun tahun 1988 Adiwarman berhasil menyelesaikan studinya di European University, Belgia dan memperoleh gelar M.B.A. setelah itu ia menyelesaikan studinya di UI yang sempat terbengkalai dan mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada tahun 1989. Tiga tahun berikutnya, 1992, Adiwarman juga meraih gelar S2-nya yang kedua di Boston University, Amerika Serikat dengan gelar M.A.E.P. Ketika kuliah di Boston Adiwarman menulis Tesis tentang Bank Islam di Iran.8 Selain itu ia juga pernah terlibat sebagai Visiting Research Associate pada

Oxford Centre for Islamic Studies.

Kesempatan belajar di Amerika Serikat memberinya kesadaran baru. Ilmu ekonomi Islam yang ia pelajari di Amerika Serikat sangat berbeda dengan yang ia dapat di Indonesia. Kebanyakan, pelajaran ekonomi Islam di Indonesia masih berkutat pada penjelasan ekonomi menurut Al-Qur‟an dan Hadits, belum sampai pada bagaimana menerapkannya. Sedangkan di Amerika Serikat, ilmu ekonomi Islam dibahas

7

Majalah Tajdid, Op. Cit hal 18; lihat juga http://tazkia.ac.id/www/index.php?page=content&&ide=15

8

(5)

menggunakan perhitungan matematika dan prinsip-prinsip ekonomi modern sehingga relevan sekali jika diterapkan seperti ilmu ekonomi konvensional.9

Pada tahun 1992 Adiwarman masuk menjadi salah satu pegawai di Bank Mu‟amalat

Indonesia (BMI), setelah sebelumnya sempat bekerja di Bappenas. Karir Adiwarman di Bank ini awalnya sebgai staf Litbang, 6 tahun berikutnya dipercaya memimpin BMI cabang Jawa barat. Jabatan prestisius yang pernah ia duduki adalah sebagai Wakil Direktur. Namun dalam pada perkembangan berikutnya Adiwarman memilih keluar dari BMI, dengan maksud untuk lebih dapat berpartisipasi dalam pengembangan bank Syariah secara lebih luas.10 Pasca keluar dari BMI, Adiwarman mendirikan perusahaan

konsultan yaitu “Karim Business Consulting”11

Kontribusi Adiwarman dalam pengembangan perbankan dan ekonomi syari‟ah di

Indonesia bukan saja sebagai praktisi, tetapi juga sebagai intelektual dan akademisi. Ia menjadi dosen tamu di sejumlah perguruan tinggi ternama seperti UI, IPB, Unair, IAIN Syarif Hidayatullah dan sejumlah perguruan tinggi swasta untuk mengajar perbankan dan ekonomi syariah. Di beberapa perguruan tinggi tersebut ia juga mendirikan Shari’ah Economics Forum (SEF), suatu model jaringan ekonomi Islam yang bergerak di bidang keilmuan.

Beberapa tulisan Adiwarman yang telah diterbitkan antara lain; Ekonomi Islam, Suatu Kajian Kontemporer yang merupakan kumpulan artikelnya di Majalah Panji Masyarakat, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, sebuah kumpulan tulisan pakar ekonomi yang ia terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Ekonomi Mikro Islami dan Ekonomi Islam, Suatu Kajian Ekonomi Makro. Ketiga tulisan yang disebut terakhir merupakan bahan kuliah wajib di berbagai perguruan tinggi tempatnya mengajar. Terakhir ia menulis satu buku yang berusaha memberikan pandangan secara

9

Majalah Alifmagz, “Belajar Ekonomi Islam itu Sangat Nikmat”edisi Desember 2008, hal 21

10

Badiatul Razikin dkk, 101 Jejak Tokoh Islam di Indonesia, (Yogyakarta: e-Nusantara, 2009), hal. 52

11

(6)

komprehensif tentang perbankan Islam dengan memberikan analisis dari perspektif fikih dan ekonomi (keuangan). Buku tersebut diberi judul Bank Islam, Analisis Fiqih dan Keuangan.

C.

Pokok-Pokok Pemikiran Tentang Ekonomi Islam

1.

Syafi’i Antonio dan P

emikirannya

Pemikirannya tentang sistem ekonomi khususnya perbankan, setidaknya dilatarbelakangi oleh faktor-faktor yang dapat dikelompokkan sebagai intern dan ekstern. Faktor intern yang muncul dari latar belakang pendidikannya sendiri, antara lain pergulatannya dengan diskursus pemikiran barat dan timur sekaligus, lawatan yang ia lakukan di berbagai belahan dunia Islam tentang perbankan syariah membawa keinginan yang kuat untuk menciptakan sendiri perbankan syariah di negaranya. Sedangkan faktor ekstern (di luar Islam), adalah semakin terbukanya pintu secara legal terhadap lembaga keuangan syariah dengan terbitnya UU No. 7 tahun 1992 yang diperbarui dengan UU No. 10 tahun 1998 tentang landasan legal perbankan syariah di Indonesia. Selain itu runtuhnya paham konvensional tentang ekonomi atau death of economic dan pencarian alternatif sistem ekonomi yang lain.12

Pemikiran Syafi‟i Antonio dalam konsep perbankan syariah tidak dapat dipisahkan dari pemahaman dia terhadap riba terlebih kaitannya dengan bunga bank. Sebab bagaimanapun juga, keberhasilan perbankan Syariah sekarang ini adalah hasil dari interpretasi riba kaum neorevivalis yang berkaitan dengan bunga bank konvensional.13

Kalau dicermati lebih dalam, sampai saat ini kita tidak mendapatkan pemikiran

Muhammad Syafi‟i Antonio yang bersifat baru dan berbeda dengan pendapat terdahulu sehingga pemikirannya lebih pada melakukan reaktualisasi fikih muamalah tentang sistem ekonomi Islam maupun sub sistem lembaga finansial lainnya dalam konteks keindonesiaan.

a.

Perbankan Syariah dan

Political will

Menurut Syafi‟i Antonio, perbankan Islam hanyalah sub-unit dari unit finansial, demikian juga unit finansial merupakan bagian dari sub-sistem ekonomi, sedangkan

12Ahmad dwi haryoso, “Studi Pemikiran Syafi’i Antonio tentang Murabahah Perspektif Hukum Islam” (Semarang: IAIN Walisongo, 2005), hal. 46-47

13

(7)

sub-sistem ekonomi merupakan bagian integral dari sistem Islam yang mahaluas. Pembangunan sub-unit perbankan tidak akan berjalan dengan baik seandainya tidak didukung oleh unit-unit dan sub-sub sistem lainnya, seperti sub-sistem pendidikan (tarbiyah) dan sub-sistem politik. Karena izin bank syariah tidak akan keluar tanpa political will yang afirmatif, demikian juga bank syariah akan kehilangan nasabah bila umatnya tidak di tarbiyah untuk bermuamalah secara Islami.14

Sejak awal kelahirannya, perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua gerakan renaisance Islam modern: neorevivalis dan modernis. Tujuan utama pendirian lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada lain sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan ekonominya berlandaskan

al-Qur‟an dan sunnah.15

Meski bergerak lambat dalam perkembangan ekonomi syariah, saat ini Indonesia menjadi negara dengan jumlah bank dan lembaga keuangan yang berlandaskan sistem syariah terbanyak di dunia. Hal ini terbukti dengan hadirnya 33 bank, 46 lembaga asuransi, dan 17 mutual fund yang menganut sistem syariah.16“Lambatnya pergerakan perkembangan ekonomi syariah di Indonesia disebabkan adanya dualisme antara

kaum ulama dan para ekonom yang sibuk pada bidangnya masing-masing. Ulama

hanya bergaul pada masalah akidah, ibadah, munakalah, dan jinayah. Pengetahuan

mengenai mualamah dan transaksi bisnis sangat minim. Sementara para ekonom, ahli

di bidang fiskal, moneter, dan masalah finansial lainnya, namun minim mempelajari

syariah,” papar Syafi‟i.

Diakuinya, meski banyak bank berlogo Syariah, dalam kenyataannya belum mampu menghidupkan sektor perekonomian masyarakat kecil. “Dinamakan syariah, apabila rukun dan syarat Islam terpenuhi. Namun, apabila masih melupakan pengusaha kecil

dan hanya membantu pengusaha kaya, bukan Islam namanya,” kata Syafi‟i Antonio.17

b.

Good Governance

= Manajemen Berbasis Syariah

Manajemen Syariah itu universal kata Syafi‟i, karena manajemen itu lebih kepada

soft skill, lebih kepada kebiasaan, norma, dan strategi. Karena melihat keempat hal ini, maka peluangnya terbuka luas. Terutama dari sisi SDM, sisi operasi, dari sisi

14Syafi‟i A

ntonio, Bank syariah: Dari teori ke Praktek (Jakarta: Gema insani, 2011), hal ix

15

Ibid. hal 18.

16 Seminar “Rekonstruksi Pemikiran Ekonomi Syariah dan Implementasinya” di Bale Rumawat

Universitas Padjadjaran, Bandung (Rabu 18/02/2009)

17

(8)

pemasaran, dan keuangan. Ini yang standar-standar saja, dan ini semua bisa dimasukan oleh norma manajemen. Hal itu juga seperti dikatakan dalam Al-Quran, Sunnah, rukun Islam, rukun Iman dan sepanjang sejarah mereka memiliki kebijakan itu. Bahkan dalam ritual-ritual seperti doa, sholat, puasa bisa sangat berpengaruh ke dalam efektivitas manajemen terutama untuk pengembangan SDM, serta untuk manajemen keuangan dapat lebih transparan.18

Untuk efektivitasnya, diperlukan adanya norma perusahaan, apa yang disebut langkah-langkah strategis, serta ada yang disebut visi dan misi, maka dari situ dituangkan dalam peraturan kerja kemudian dipadukan dengan sistem manual, yang berasal dari keahlian paling dasar dan hal yang bersifat kuantitatif, serta nilai-nilai yang diadopsi, sehingga ujung-ujungnya bisa kuantitatif. Asalnya normatif kemudian diikat dengan Standard Operating Procedures (SOP), ujungnya bisa menjadi kuantatif. Sebagai contohnya kita melakukan pemasaran, kita harus jujur, tidak boleh berbohong, kita harus menyampaikan apa adanya, ini sesuatu yang soft. Mengandalkan kejujuran dan apa yang dituangkan dalam brosur, jangan berbicara diluar kandungan yang asli. Dan jika terjadi proses diskon dari harga, harus benar manajemen keuangannya, kemudian ditransfer ke dalam lembaga keuangan syariah. Dan jika dipublikasikan dimedia, jangan membuka aurat. Itukan semua norma tapi menjadi sesuatu yang konkret dengan satu aturan yang bernama manajemen. Syafi‟i optimis bahwa penerapan manejemen syariah bisa diwujudkan di masa depan. Menurut dia, good business is a values best business. Seperti yang sering disebut-sebut, Good Governance, sesungguhnya itu adalah bagian dari manajemen yang berbasis Syariah.19

c.

Konsep

Murabahah

Dalam kamus ekonomi Islam, istilah murabahah merujuk pada jual beli barang pada harga asal (harga pokok) dengan tambahan keuntungan yang telah disepakati.20 Sedangkan Muhammad Syafi‟i Antonio mengartikan murabahah sebagai pembelian barang dengan pembayaran ditangguhkan. Pembiayaan murabahah adalah pembiayaan

18

http://www.eramuslim.com/berita/bincang/send/dr-h-muhammad-syafi-039-i-antonio-m-ec-bangun-bisnis-yang-sehat-dengan-manajemen-syariah

19

Ibid. Bandingkan Konsep manejemen berbasis syariah versi Syafi‟i Antonio dengan konsep Manejemen islami versi Adiwarman Karim. Lihat Adiwaman Karim, Ekonomi Islam suatu Kajian Kontemporer, (Jakarta: Gema insani press, 2003), hal 170-172 atau Adiwarman Karim, Ekonomi makro islami, (Jakarta: Rajawali press, 2007), hal 250

20

(9)

yang diberikan kepada nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi (inventory). Pembiayaan murabahah mirip dengan kredit modal kerja yang biasanya diberikan oleh bank-bank konvensional, karena pembiayaan murabahah berjangka waktu di bawah 1 tahun.21Murabahah sebagai jual-beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahan.22

2.

Adiwarman Karim dan Pemikirannya

Menurut Adiwarman, Ekonomi islam bukan merupakan kawasan ilmu yang berdiri berada di titik tengah untuk mengakomodasi Kapitalisme dan Sosialisme. Ekonomi islam mempunyai karakteristiknya sendiri, hatta pada sisi kesamaan tertentu dalam mekanismenya dengan ekonomi konvensional. Membicarakan ekonomi Islam seperti dalam berbagai buku-buku dan tulisan Adiwarman karim ternyata bukan hanya soal Bank syariah tetapi mencakup ekonomi makro, ekonomi mikro, kebijakan fiskal hingga konsep pembangunan. Dalam pandangan penulis, pemikiran Adiwarman

tentang ekonomi islam jauh lebih komprehensif daripada Syafi‟i Antonio. Berikut ini pokok-pokok sumbangsih dan pemikiran Adiwarman karim dalam Ekonomi Islam.

a.

Tentang Bank Syariah

Meskipun kosa kata fiqih Islam tidak mengenal kata “Bank”, tetapi sesungguhnya bukti-bukti sejarah menyatakan bahwa fungsi-fungsi perbankan modern telah dipraktikkan oleh umat islam, bahkan sejak zaman Nabi Muhammad. Praktik-praktik fungsi perbankan ini tentunya berkembang secara berangsur-angsur dan mengalami kemajuan dan kemunduran di masa-masa tertentu, seiring dengan naik turunnya peradaban umat Muslim. Dengan demikian, masih menurut Adiwarman dapat dikatakan bahwa konsep bank bukanlah suatu konsep yang asing bagi umat Muslim, sehingga proses ijtihad untuk merumuskan konsep bank modern yang sesuai dengan bank syariah tidak perlu dimulai dari nol.23

21 Muhammad Syafi‟i Antonio dan Karnaen Perwataatmaja, Apa Dan Bagaimana Bank syariah

, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992), hal. 25

22

Bandingkan dengan konsep Murabahah versi Adiwarman Karim. Lihat. Adiwarman, Bank islam: Analisis fiqih dan Keuangan (Jakarta: Rajawali press, 2006), hal 113-119 atau Adiwaman Karim,

Ekonomi Islam suatu... hal. 86-91

23

(10)

Pengembangan perbankan Syariah harus didukung oleh SDM yang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Menurut Adiwarman, sistem yang baik tidak mungkin dapat berjalan bila tidak didukung oleh sumber daya insani yang baik pula.24 Adiwarman juga tidak menutup mata bahwa di bank Syariah masih ada beberapa penyimpangan-penyimpangan. Baik dari sisi manajemen maupun syariahnya. Kata

beliau:”Kalau kita tidak pernah mencoba, kita tidak tahu mana yang mesti diperbaiki. Itulah tugas kami di Dewan Syariah Nasional (DSN). Kalau diketahui ada

penyimpangan-penyimpangan kami suruh memperbaiki.”

b.

Sosialis atau Kapitalis tak Masalah asal Berbasis Syariah

Pakar ekonomi syariah, Adiwarman Azwar Karim, mengatakan, pilihan menggunakan sistem ekonomi kapitalis atau sosialis sesungguhnya tak masalah asalkan semua berbasis syariah. "Apapun sistem ekonominya, kapitalis atau sosialis, asalkan berdasarkan syariah, bagus-bagus saja," kata Adiwarman saat menjadi narasumber pada Halaqah Pra-Muktamar ke-32 Nahdlatul Ulama (NU) di Jakarta.25

Secara teori, katanya, kapitalisme atau sosialisme sama menghendaki keadilan dan kesejahteraan rakyat. Namun, dalam praktiknya kedua sistem besar tersebut seringkali mengalami banyak masalah. Anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia itu menjelaskan, terdapat tiga pilar dalam sistem ekonomi syariah. Pilar

Pertama, meninggalkan seluruh unsur-unsur yang dihukumi haram menurut syariat Islam. "Tinggalkan dulu semua yang diharamkan oleh Islam; misalnya: riba," katanya. Pilar kedua, papar Adiwarman, prinsip keseimbangan antara sektor riil dengan sektor keuangan. Dalam sistem ekonomi kapitalis faktor ini seringkali menjadi masalah. Dikatakannya, dalam sistem ekonomi kapitalis, pada titik tertentu ketidakseimbangan antara sektor riil dan sektor keuangan mengakibatkan 'bubble economy' yakni keadaan ekonomi yang besar dalam perhitungan kuantitas moneter namun tak diimbangi sektor riil. "Kondisi seperti ini tidak akan terjadi dalam sistem ekonomi syariah," katanya. Pilar ketiga yaitu prinsip proses transaksi jual-beli yang adil, tidak menguntungkan satu pihak merugikan pihak yang lain. Berbeda dengan

24

Ibid.

25

www.republika.co.id “Kapitalisme tak Masalah asal Berbasis Syariah” (diakses pada Rabu, 19

(11)

sistem ekonomi kapitalis yang lebih mengedepankan prinsip perdagangan bebas yang memungkinkan terjadinya ketidakadilan.26

c.

Ekonomi Mikro islami

Ekonomi dalam kajian keilmuwan dapat dikelompokkan ke dalam ekonomi mikro dan makro. Ekonomi mikro menurut Adiwarman mempelajari bagaimana perilaku tiap-tiap individu dalam setiap unit ekonomi, yang dapat berperan sebagai konsumen, pekerja, investor, pemilik tanah atau resources lain. Ekonomi mikro menjelaskan how and why sebuah pengambilan keputusan dalam setiap unit ekonomi.

Mengapa belajar ekonomi islam? Salah satu tujuannya menurut Adiwarman adalah bagaimana kita menerapkan prinsip-prinsip ekonomi mikro islami dalam pengambilan keputusan agar mendapat solusi terbaik, yaitu solusi yang akan menguntungkan kita dan tidak mendzalimi orang lain.27 Sayangnya dalam buku ini, Adiwarman tidak menjelaskan seperti apa prinsip-prinsip ekonomi mikro dalam Islam. Justru pada salah satu bab lebih menjelaskan prinsip-prinsip umum ekonomi Islam diantaranya: Tauhid, keadilan, prinsip kenabian, dan ma‟ad (hasil).28 Baik pada buku Ekonomi mikro islami

maupun bukunya yang lain, dia menambahkan tiang-tiang perekonomian Islam seperti: Kepemilikan multi jenis, Kebebasan berekonomi selama tidak melanggar syariah dan

Social justice.

d.

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam

Adiwarman menulis buku yang tergolong masih langka kajiannya yakni tentang

Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam.29 Dia berpandangan bahwa kelangkaan kajian sejarah sangat tidak menguntungkan30 karena sepanjang sejarah Islam, para pemikir dan pemimpin Muslim sudah mengembangkan berbagai gagasan ekonominya

26

Ibid.

27

Adiwarman Karim, Ekonomi mikro islami, (Jakarta: Rajawali press, 2007), hal 5-6

28

Ibid. hal 34; dan Adiwaman Karim, Ekonomi Islam suatu... hal 176

29

Bandingkan dengan buku Karnaen A. Perwataatmadja dan Anis Byarwati, Jejak Rekam Ekonomi Islami: Refleksi Peristiwa dan Pemikiran Ahli sepanjang Sejarah Kekhalifahan, (Jakarta: Cicero Publishing, 2008).

30

(12)

sedemikiran rupa sehingga mengharuskan kita untuk menganggap mereka sebagai para pencetus ekonomi islam yang sesungguhnya.

Konsep ekonomi para cendekiawan muslim dimasa lalu itu berakar pada hukum Islam yang bersumber dari al-Qur‟an dan hadist nabi disertai analisis yang menarik. Menampilkan pemikiran ekonomi para cendekiawan muslim bagi Adiwarman akan memberi 2 kontribusi positif bagi umat:

a) Membantu menemukan berbagai sumber pemikiran ekonomi kontemporer

b) Memberikan kemungkinan kepada kita untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai perjalanan pemikiran ekonomi islam selama ini.31

Menurut Dawam rahardjo dalam kata pengantar bagi bukunya Adiwarman, dengan membaca sejarah kita bisa mengambil kesimpulan bahwa perkembangan Islam pada masa awalnya menuju kejayaannya, ternyata bukan hanya berupa perkembangan politik dan militer saja, melainkan perkembangan ekonomi juga memainkan peranan yang penting dalam menopang peradaban.32 Tidak lupa juga Dawam mengingatkan kepada ekonom muslim bahwa sumber teori ekonomi Islam adalah syariah. Karena itu dalam upaya menyusun pemikiran ekonomi, para sarjana ekonomi muslim modern, hendaknya berusaha menggali dari Kitab kuning (turats).33

Terakhir, dari buku inilah kita bisa memahami pendekatan seperti apa yang digunakan oleh Adiwarman karim. Pendekatan sejarah sangat kental dalam berbagai tulisan Adiwarman. Dalam setiap tulisannya terutama buku, Adiwarman selalu berupaya menjelaskan fenomena ekonomi kontemporer dengan merujuk pada sejarah Islam klasik, terutama pada masa Rasulullah. Disamping itu ia juga mengelaborasi pemikiran-pemikiran ulama klasik dan mencoba merefleksikannya dalam konteks kekinian, tentu saja menurut perspektif ekonomi. Selain pendekatan sejarah, Adiwarman juga menggunakan pendekatan fiqh. Dalam pandangannya, fiqh tidak

hanya berbicara pada aspek „ubudiyah semata tetapi juga aspek muamalat. Di bidang

mu‟malat ia berpegang pada keadah fiqh “Segala sesuatunya dibolehkan, kecuali ada

31

Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran ekonomi Islamcet III (Jakarta: Rajawali press, 2006).

32 Dawam rahardjo, “Sejarah ekonomi Islam” dalam buku Adiwarman Karim, Sejarah Pemikiran ekonomi islam, (IIIT, Cetakan 1, 2001), hal xv

33

(13)

larangan dalam Qur’an dan sunnah”. Jadi yang perlu dilakukan hanya

mengidentifikasi hal-hal yang dilarang (haram), kemudian menghindarinya. Selain yang haram-haram itu dalam muamalat kita boleh melakukan kreativitas (baca: ijtihad).34

Penulis juga menangkap kesan kuat bahwa di berbagai buku-bukunya, Adiwarman menghindari melakukan islamisasi ekonomi dengan cara mengambil teori-teori ekonomi Barat lalu dicari ayat al-Quran dan haditsnya. Hal ini ditegaskan oleh Adiwarman sendiri ketika diwawancarai oleh wartawan majalah Hidayatullah:

Soal pendekatan saya terpengaruh oleh pendekatan interplyty. Pendekatan ini melarang kita melakukan islamisasi ekonomi dengan cara mengambil ekonomi Barat lalu dicari ayat al-Quran dan haditsnya. Ini tidak benar, karena itu memaksakan al-Qur'an dan hadits cocok dengan pikiran manusia. Ekonomi Islam bukan ekonomi konvensional lalu ditempeli al-Quran dan hadits.”35

e.

Gadai Emas Syariah

Adiwarman mengkritik fenomena lonjakan kegiatan gadai emas syariah akhir-akhir ini di industri perbankan syariah di tanah air. Menurut Adiwarman, modifikasi top up

ini pertama kali diperkenalkan ilmunya oleh BRI Syariah. Setelah ini berkembang luas, barulah kemudian BI melihat pertumbuhan dari gadai emas di bank syariah ini luar biasa cepatnya.36

Produk gadai emas Syariah ketika diluncurkan sekitar tahun 2007, relatif tidak ada masalah. Masalah baru muncul ketika nasabah melakukan modifikasi yang namanya

top up, atau gadai ulang. Saat sudah jatuh tempo, nasabah tidak membayar uangnya, tapi dia melakukan gadai ulang. Jadi emasnya tidak jadi ditebus. Sekali menaruh emas misalnya 100 gram, sehabis itu setiap empat bulan sekali dia dapat uang karena melakukan gadai ulang. Artinya bisa mendapat pinjaman terus menerus dengan hanya menaruh 100 gram emas. Kondisi inilah yang lama kelamaan membuat arah dan tujuan awal dari kegiatan gadai syariah melenceng dari ruh fatwa no 25 dan no 25 DSN MUI. Untuk mencegah layanan gadai emas syariah menjadi jauh dari ruh fatwanya, pakar

34

Lihat Adiwarman, Bank islam: Analisis fiqih dan Keuangan (Jakarta: Rajawali press, 2006), hal 9.

35Majalah Hidayatullah “Adiwarman Azwar Karim: Konsultan Bisnis Dunia dan Akherat” edisi

Februari 2003

36

(14)

ekonomi Islam satu memberikan solusi yaitu, pembatasan frekuensi gadai ulang maksimum 3 kali.37

D.

Kesimpulan

Dari uraian panjang tentang peran dan sumbangsih dari dua tokoh pengembang Ekonomi Islam di Indonesia, dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya:

1. Syafi‟i Antonio dan Adiwarman Karim adalah tokoh intelektual dan akademisi sekaligus praktisi perbankan dan ekonomi Syariah. Banyak Bank Umum Syariah yang lahir dengan bantuan pemikiran dan tangan terampilnya.

2. Pendekatan yang digunakan oleh Syafi‟i antonio dalam membangun teori-teori dan pemikirannya dalam ekonomi islam kontemporer menggunakan pendekatan Teologis dan perbandingan agama (contohnya: tentang riba dan bunga bank). Sedangkan Adiwarman Karim lebih dominan menggunakan dua pendekatan yakni Sejarah dan Fiqih.

3. Peran dan sumbangsih mereka berdua kebanyakan pada sisi konseptual dengan buku, menjadi pembicara di berbagai seminar, pendidikan, training, konsultan dan membangun lembaga keuangan mandiri.

37

(15)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Adiwaman Karim, Ekonomi Islam suatu Kajian Kontemporer, Jakarta: Gema insani press, 2003

______________ Ekonomi makro islami, Jakarta: Rajawali press, 2007

______________ Sejarah Pemikiran ekonomi Islam, Jakarta: Rajawali press, 2006 ______________ Bank islam: Analisis fiqih dan Keuangan Jakarta: Rajawali press, 2006

Ahmad dwi haryoso, “Studi Pemikiran Syafi’i Antonio tentang Murabahah

Perspektif Hukum Islam”, Semarang: IAIN Walisongo, 2005

Ahmad Subagyo, Kamus Istilah ekonomi Islam, Jakarta: Elexmedia komputindo, 2009

Badiatul Razikin dkk, 101 Jejak Tokoh Islam di Indonesia, Yogyakarta: e-Nusantara, 2009

Karnaen A. Perwataatmadja dan Anis Byarwati, Jejak Rekam Ekonomi Islami: Refleksi Peristiwa dan Pemikiran Ahli sepanjang Sejarah Kekhalifahan, Jakarta: Cicero Publishing, 2008

Syafi‟i Antonio dan Karnaen Perwataatmaja, Apa Dan Bagaimana Bank syariah, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992

Syafi‟i Antonio dan Aam Rusdiana, “Peranan Ekonomi Syari’ah Dalam

Pembangunan Daerah” Harmoni: Jurnal Multikultural & Multireligius Vol. IX No. 33 Tahun 2010

Syafi‟i Antonio, Bank syariah: Dari teori ke Praktek Jakarta: Gema insani, 2011

(16)

B. Majalah dan Artikel di Website

Majalah Tajdid, “Masuk Islam, Jadi Ahli Ekonomi syariah” Singapura: Persatuan Muhammadiyah singapura, 2009

Majalah Hidayatullah “Adiwarman Azwar Karim: Konsultan Bisnis Dunia dan Akherat” edisi Februari 2003

Majalah Alifmagz, “Belajar Ekonomi Islam itu Sangat Nikmat” edisi Desember 2008

Majalah Sharing “Seharusnya Top up dibatasi 3 Kali Saja” edisi 61, Januari 2012

www.republika.co.id “Kapitalisme tak Masalah asal Berbasis Syariah” diakses pada Rabu, 19 Agustus 2009 08:12 WIB

www.mualaf.com “Ekonom Islam: Muhammad Syafi’i Antonio” diakses pada 8

Januari 2011

www.adiwarmankarim.com “Karim Business Consulting, Jeli Melihat Pasar

diakses pada 10 April 2012

Seminar “Rekonstruksi Pemikiran Ekonomi Syariah dan Implementasinya” di

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah yang diperakukan itu dan perb~zaan dengan jumlah yang Ielah dibayar terse but akan menjadi bayaran terakhir klien kepada kontraktor atau pun hutang yang perlu

Mesin injeksi yang diperkirakan cukup untuk dipasang mold hasil rancangan tersebut adalah mesin BESTON1400 S Series 140 ton dengan memperhatikan kecukupan dari clamping force,

Salah satu bentuk aplikasi TUK yang banyak digunakan oleh perbankan adalah perbankan elekronik ( E-banking ) atau E-banking yang juga dikenal dengan istilah

Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa variabel kesadaran merek (X1), kesan kualitas (X 3 ), asosiasi merek (X 4 ) dan aset hak milik merek yang lain (X 5 )

National Herois the title given to the Government of Indonesian citizenin his hero is mandmeritorious act for the benefit of exceptional Indonesian Nation. One of the heroes who

Dengan adanya sistem informasi pemeliharaan kereta api ini diharapkan dapat membantu dalam menyediakan informasi pemeliharaan lokomotif dengan lebih tepat

) “Dengan memanfaatkan potensi ini, General Electric Malaysia, bersama rakan kongsi tempatan termasuk REDtone International, melabur dalam teknologi dan kepakaran bagi membangunkan

Guru Pamong Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 30 Semarang