KONSEP UANG DALAM PRESEKTIF ISLAM
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dasar-Dasar Ekonomi Islam
Dosen Pengampu :
Fitra Rizal, M.E.I
Disusun Oleh :
Kelompok/Kelas: 8/ ES.D
1. Agus Tarmo K (210716120)
2. Amalia Rahmawati (210716111) 3. Lathifah Choiru .U (210716127)
JURUSAN EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum masyarakat mengenal alat tukar (dinar, dirham dan uang), masyarakat lebih dahulu mengenal yang disebut dengan barter, yang mana sistem barter itu adalah menukar barang dengan barang yang berbeda. Dalam hal barter barang yang di tukar tidak di lihat kadar dari suatu barang yang akan ditukarkan, seperti halnya ketika mendapatkan suatu barang yang mereka ingikan dengan cara menukar barang dengan barang yang lain. Kadar dari suatu barang tersebut pun bervariasi, Karena pada saat bertransaksi tidak ada suatu penetapan atau kadar nilai dari suatu barang yang akan ditukarkan, yang pada akhirnya tidak ada asas keadilan atau kemaslahatan pada saat bertransaksi, dengan begitu banyak yang menukarkan barangnya dengan barang yang tidak sepadan dengan apa yang didapat setelah bertransaksi ketika itu. Ketika itulah dinar dan dirham mulai muncul sebagai salah satu acuan dalam bertransaksi jual beli atau tukar menukar barang.
Dinar dan dirham pada saat itu menjadi sebuah alat tukar bagi masyarakat, yang mana suatu barang akan di ukur kadar nya oleh dinar dan dirham, sehingga ketika dinar dan dirham menjadi salah satu alat tukar guna menjadi patokan nilai dari suatu barang yang akan di tukarkan, akan menjadi jelas, dan maslahat bagi semua masyarakat. Karena dengan adanya alat tukar dinar dan dirham semua masalah dalam bertransaksi terpecahkan.
Namun dalam perkembangannya fungsi utama uang sebagai alat tukar itu mulai bergeser, dalam ekonomi sistem kapitalis fungsi uang selain sebagai alat tukar, juga dijadikan sebagai komoditas sehingga uang diperjual belikan layaknya sebagai suatu komoditas. Dalam konsep keuangan modern yang diajarkan oleh kaum Kapitalis dan Sosialis, uang menjadi obyek perdagangan. Dalam konsep keuangan modern, perdagangan uang merupakan instrumen penting dalam sistem perekonomian. Inilah yang menjadi perdebatan dalam sistem ekonomi Islam, bagaimana fungsi uang yang sesungguhnya. Apakah uang hanya berfungsi sebagai alat tukar, sebagaimana fungsi uang pada masa awalnya ataukah uang bisa dianggap sebagai komoditi yang bisa diperjualbelikan. Tulisan ini akan mengulas bagaimana persepektif ekonomi Islam tentang uang.
B. Rumusan Masalah
3. Bagaimana uang dalam pandangan ekonomi konvensional? 4. Bagaimana konsep uang dalam perspektif Islam?
5. Apa yang dimaksud dengan time value of money dan economic value of time?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Uang Dan Sejarah uang
Pada awal peradaban, manusia memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya secara mandiri. Mereka memperoleh makanan dengan cara berburu untuk memenuhi kebutuhannnya sendiri. Karena kebutuhan manusia pada masa tersebut masih sangat sederhana, mereka belum membutuhkan orang lain untuk melakukan perdagangan. Pada periode awal ini manusia belum mengenal transaksi perdagangan atau kegiatan jual beli.
individu yang secara sempurna mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Pada tahapan manusia yang masih sangat sederhana, mereka menyelenggarakan tukar-menukar kebutuhan dengan cara barter. Pertukaran barter mensyaratkan keinginan dan kebutuhan yang sama pada waktu bersamaan dari pihak-pihak yang melakukan pertukaran. Seiring dengan semakin kompleksnya kebutuhan sehingga menimbulkan kendala utama dalam melakukan pertukaran, yaitu sulit untuk memperoleh barang dan jasa yang diinginkan dengan jenis barang dan jasa yang dibutuhkan oleh orang lain atau kesulitan mencari kesamaan permintaan. Selain itu, kesulitan melakukan pertukaran merupakan masalah menentuan nilai yang tepat bagi barang dan jasa yang dipertukarkan.1
Contoh ksulitan mencari permintaan yang sama adalah jika diasumsikan ada dua individu. Individu A memiliki kelapa, sedangkan individu B memiliki beras. Apabila saat ini individu A sedang membutuhkan beras yang dimiliki oleh individu B, pada saat bersamaan individu B tidak sedang membutuhkan kelapa, tetapi membutuhkan jagung yang dimiliki individu C. Pada kondisi ini tidak bisa dilakukan barter.
Adapun contoh kesulitan penentuan nilai yang tepat bagi barang dan jasa dapat dipergunakan contoh sebelumnya. Diasumsikan terjadi petukaran antara individu A dan individu B, tetapi mengalami kesulitan, yaitu berapa nilai yang tepat untuk menukar satu buah kelapa dengan beras. Apakah satu buah kelapa ditukar dengan satu liter beras atau berapa nilai yang tepat? Dalam sistem barter, penentuan nilai menjadi suatu masalah tersendiri. Untuk mengatasi berbagai kendala dalam sistem barter dipikirkanlah suatu komoditas yang dapat dipergunakan sebagai alat tukar yang lebih efisien dan efektif. Alat tukar inilah yang kita kenal dengan nama “uang”. Dengan adanya uang, segala kendala akibat sistem barter dapat diatasi, seperti permasalahan kesulitan mencari persamaan permintaan dan kesulitan penentuan nilai. Bahkan, fungsi uang saat ini tidak hanya sebagai alat tukar, tetapi beralih pada fungsi lainnnya yang jauh lebih luas. Setelah adanya uang, mulailah terbentuk pasar sebagai suatu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk saling bertransaksi produk barang dan jasa.
Secara umum, uang dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran utang atau alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Dengan kata lain, uang
merupakan alat yang dapat digunakan dalam melakukan pertukaran baik barang maupun jasa dalam suatu wilayah tertentu.
Uang adalah sesuatu yang umumnya diterima oleh penjual di pertukarkan barang dan jasa. Individu dapat menggunakan uang tunai yang dimiliki untuk pergi ke tiket pertandingan olahraga atau untuk membeli tiket film dan atau untuk membelanjakan, yang harus dilakuakan adalah menunjukkan uang ke kasir sebagai alat pembayaran. Uang adalah asset yang paling likuid, asset yang dapat dengan mudah ditukar dengan barang dan jasa.2 Uang adalah segala sesuatu yang diterima umum sebagai alat pembayaran barang-barang alat penukar, merupakan kekayaan dan dapat digunakan untuk membayar hutang.3
Sejarah uang Pembahasan ini sangat penting untuk mengenal awal mula munculnya uang dan faktor pembuatannya serta perkembangannya di berbagai bangsa. Pembahasan ini terdiri dari dua pembahasan yaitu, pertama asal-usul dan pentingnya uang, kedua uang berbagai bangsa.4
1. Asal-usul uang
Disini Allah telah menciptakan makhluk yang membutuhkan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Dan dalam surat Ibrahim telah disebutkan “Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumni dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air itu berbagai buah-buhan yang menjadi rezeki untukmu, dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai (QS. Ibrahim:32).
Keperluan yang banyak dan beragam menjadikan saling ketergantungan antar manusia yang semakin bertambah mendorong adanya spesialisasi dan pembagian kerja. Ini kemudian mendorong manusia untuk saling bertukar hasil-hasil produksi masing-masing.
2. Urgensi Uang
Uang adalah salah satu pilar ekonomi. Uang memudahkan proses pertukaran komoditi dan jasa. Setiap proses produksi produksi dan distribusi mesti menggunakan uang. Pada berbagai bentuk proses produksi berskala besar modern, setiap orang dari kompenen masyarakat mengkhususkan diri dalammemproduksi barang komoditas atau bagian dari barang dan memperoleh nilai dari hasil 0roduksi yang ia 0asarkan dalam
2 Paulus Kurniawan, Ekonomi Mikro dan Makro (Yogyakarta: Andi, 2015), 324.
3 H. Malayu, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: bumi aksara, 2011), 56.
bentuk uang. Sebagai mana para pengusaha pabrik membayarkan gaji dari “jasa” para karyawan dan buruh yang bekerja pada mereka dengan menggunakan uang. Karena itu, sistem ekonomi modern yang menyangkut banyak pihak tidak bisa berjalan dengan sempurna tanpa menggunakan uang. Tidaklah berlebihan sebagian orang yang mengisyaratkan bahwa penemuan uang merupakan salah satu penemuan uang merupakan salah satu penemuan besar yang dicapai oleh manusia. Tidak kalah penting dengan ditemukannya sistem tulis menulis, mengolah tanah, dan pemanfaatan energi. Ketika seseorang mencermati lebih dalam kekurangan-kekurangan yang begitu besar dalam sistem barter, maka berbarengan dengan kemajuan yang begitu luas membuka jalan kepada manusia untuk menggunakan uang.5
Berdasarkan fungsi atau tujuan penggunaannya, uang secara umum didefinisikan sebagai berikut:6
a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Uang adalah alat penukar atau standar pengukur nilai yang dikeluaran oleh pemerintah suatu negara berupa kertas, emas, perak atau logam lain yang dicetak dengan bentuk dan gambar tertentu.
b. Menurut Samuelson, Uang adalah media pertukaran modern dan satuan standar untuk menetapkan harga dan utang.
c. Menurut Lawrence Abott, Uang adalah apa saja yang secara umum diterima oleh daerah eonomi tertentu sebagai alat pembayaran untu jual beli atau utang.
d. Uang adalah (bagian pokok) harta kekayaan.
Dalam perkembangannya, uang telah berevolusi, dan dari perkembangan tersebut uang dapat dikategorikan dalam tiga jenis, yaitu sebagai berikut:7
1. Uang komoditas (commodity money)
Uang komoditas adalah alat tukar yang memiliki nilai komoditas atau bisa diperjualbelikan apabila barang trsebut digunakan bukan sebagai uang. Namun tidak semua barang bisa menjadi uang, diperlukan tiga kondisi utama, agar suatu barang atau komoditas bisa dijadikan uang:
a. Kelangkaan, yaitu persediaan barang yang tersebut harus terbatas b. Daya tahan, yaitu barang tersebut harus tahan lama
c. Nilai tinggi, maksudnya barang yang dijadikan uang harus bernilai tinggi, sehingga tidak memerlukan jumlah yang banyak dalam melakukan transaksi.
5 Ibid., 25.
6Ascarya, Akad Dan Produk Bank Syari’ah (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 21.
Namun uang komoditas memiliki banyak kelemahan salah satunya uang tersebut tidak memiliki pecahan, sulit untuk disimpan serta sulit untuk dibawa. Kemudian penggunaan uang komoditas bergeser pada penggunaan logam mulia, dan yang dipilih adalah emas dan perak. Alasan penggunaan emas dan perak dipilih sebagai uang karena kedua logam tersebut memiliki nilai tinggi, langka dan dapat diterima secara umum sebagai alat ukur. Kelebihan lainnya, emas dan perak dapat dipecahkan menjadi bagian-bagian yang kecil dengan nilai yang tetap serta tidak mudah susut atau rusak.
2. Uang kertas (token money)
Ketika uang logam masih digunakan sebagai uang resmi dunia, ada beberapa pihak yang melihat peluang meraih keuntungan dari kepemilikan mereka atas emas dan perak. Pihak-pihak ini adalah bank, orang yang meminjamkan uang, dan goldsmith. Mereka melihat bukti peminjaman, penyimpanan atau penitipan emas dan perak di tempat mereka juga bisa diterima di pasar. Goldsmith mengeluarkan surat bukti penyimpanan dengan nilai yang besar atas nilai emas dan perak yang dimiliki, kemudian bukti penyimpana ini diterima oleh masyarakat sebagai salah satu alat tukar.
3. Uang giral
Uang giral adalah uang yang dikeluarkan oleh bank-bank konvensional melalui pengeluaran cek dan alat pembayaran giro lainnya. Uang giral ini merupakan simpanan nasabah di bank yang dapat diambil setiap saat dan dapat dipindahkan kepada orang lain untuk melakukan pembayaran.
B. Kriteria, Fungsi dan Jenis Uang
Uang agar dapat menjadi alat tukar harus memenuhi persyaratan dengan tujuan agar sesuatu yang dianggap uang dapat diterima disemua lapisan masyarakat dan dapat digunakan sebagai alat tukar menukar oleh si pemiliknya. Berikut merupakan beberapa kriteria agar sesuatu dapat diakui sebagai uang, yaitu:8
1. Ada jaminan
Setiap uang yang diterbitkan dijamin oleh pemerintah negara tertentu. Dengan adanya jaminan dari pemerintah tertentu, maka kepercaaan untuk menggunakan uang untuk berbagai keperluan mendapat kepercayaan dari masyarakat luas. Khususnya uang logam sudah dijamin oleh nilai yang terkandung didalam uang tersebut. Oleh karena itu
yang perlu jaminan pemerintah adalah uang kartal kertas. Uang jenis ini digunakan hanya berdasarkan kepercayaan.
2. Diterima umum
Uang harus diterima secara umum penggunaannya apakah sebagai alat tukar, penimbun kekayaan atau sebagai standar pencicilan utang.
3. Nilai yang stabil
Nilai uang harus memiliki kestabilan dan ketetapan serta diusahakan fluktuasinya sekecil mungkin. Apabila nilai uang sering mengalami ketidakstabilan, maka akan sulit untuk dipercaya oleh yang menggunakannnya.
4. Mudah disimpan
Uang harus mudah disimpan diberbagai tempat termasuk dalam tempat yang kecil namun dalam jumlah yang besar. Artinya uang harus memiliki fleksibilitas seperti bentuk fisiknya yang tidak terlalu besar, mudah dilipat, dan terdapat nominal mulai dari yang kecil sampai nominal yang maksimal.
5. Mudah dibawa
Uang harus mudah dibawa kemanapun dengan kata lain mudah untuk dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain, atau dari tangan yang satu ke tangan yang lain dengan fisik kecil dan nominal besar sekalipun. Uang sebaiknya mudah dibawa untuk kperluan sehari-hari, oleh karena itu dalam hal ini fisik uang juga jangan terlalu besar dan seringan mungkin.
6. Tidak mudah rusak
Uang hendaknya tidak mudah rusak dalam berbagai kondisi, baik robek atau luntur terutama kondisi fisiknya mengingat frekuensi pemindahan uang dari satu tangan ke tangan lainnya demikian besar.
7. Mudah dibagi
Uang mudah dibagi dalam satuan unit tertentu dengan berbagai nominal yang ada guna kelancaran dalam melakukan transaksi.
8. Penawaran harus elastis
Agar perdagangan dan usaha menjadi lancar jumlah yang eredar di masyarakat haruslah mencukupi. Tersedianya uag dalam jumlah yang cukup disesuaikan dengan kondisi usaha atau kondisi perekonomian suatu wilayah.
Uang memiliki beberapa fungsi dan memainkan berbagai peran dalam kegiatan perekonomian, pada dasarnya fungsi-fungsi uang ialah sebagai:
1. Alat kesatuan hitung (uang sebagai standart ukuran harga dan unit hitungan)
Besarnya kekayaan serta menghitung besar kecilnya kredit atau pinjaman, atau dapat pula dikatakan sebagai alat yang digunakkan dalam menentukan harga barang dan jasa.9 Uang dalam fungsinya sebagai standart ukuran umum harga berlaku untuk ukuran nilai dan harga dalam ekonomi, seperti berlakunya standart meter untuk ukuran jarak, atau ampere untuk mengukur tegangan listrik, atau kilogram sebagai standar tinbangan atau kubik sebagai ukuran volume atau isi.10
2. Alat penukar (uang sebagai media pertukaran)
Fungsi uang sebagai alat penukar medium of exchange mendasari adanya spesialisasi dan distribusi dalam memproduksi suatu barang. Dengan adanya uang orang tidak perlu lagi menukar barang yang di inginkan dengan barang yang diproduksikannya, tetapi langsung menjual barang produksinya dipasar (dengan demikian ia memperoleh uang) dan dengan uang tersebut dapat ditukarkan kembali (dibelikan) pada barang-barang yang diinginkannya. Fungsi ini sangat berguna dalam perekonomian yang sudah maju.11 Dengan demikian, uang membagi proses pertukaran ke dalam dua macam:12
a. Proses penjualan barang atau jasa dengan pembayaran uang b. Proses pembelian barang atau jasa dengan menggunakan uang 3. Penyimpanan kekayaan (uang sebagai media penyimpan nilai)
Fungsi uang sebagai penimbun atau penyimpanan kekayaan store of value baru muncul pada abad ke-20 ketika, Keynes dalam buku yang berjudul “The General Treoty of Employmen interest and money“ (1938) menyatakan bahwa disamping fungsi uang sebagai alat kesatuan hitung dan alat menukar, uang juga berfungsi sebagai penyimpan kekayaan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pemeganggan uang kas oleh seseorang atau masyarakat. Fungsi ini berkaitan dengan dua fungsi sebelumnya karena uang ternyata berfungsi sebagai alat kesatuan hitung dan alat penukar, maka uang pada dirinya menyimpan suatu “nilai” sehingga orang kemudian ingin menyimpan nya sebagai kekayaan di samping kekayaan-kekayaan dalam bentuk lainnya.
Penyimpanan yang dimaksudkan ini merupakan untuk mempermudah pertukaran atau tramnsaksi di saat ini maupun dimasa yang akan datang. Menyimpan kekayaan dalam bentuk uang mempunyai kelebihan/kebaikan dibandingkan dalam bentuk barang, karena uang dapat segera digunakan segera digunakan secara langsung untuk membeli
9 Paulus Kurniawan, Ekonomi Mikro dan Makro, 335.
10 Ahmad Hasan, Mata Uang Islam, 13.
11 Paulus Kurniawan, Ekonomi Mikro dan Makro, 335.
barang-barang dan jasa yang dibutuhkan ataupun dalam pembayaran hutang (utang bersifat likuid).13
4. Standart (ukuran) pembayaran masa depan (uang sebagai standart pembayaran tertunda) Begitu uang diterima umum sebagai alat penukaran ataupun satuan hitung, maka secara langsung uang akan bertindak sebagai satuan pembayaran masa depan (cicilan hutang) ataupun juga untuk menyatakan besarnya hutang kita standart for deferred payment, dengan menggunakan uang tersebut kita dapat melakukan pembayaran hutang piutang secara cepat dan tepat, baik secara kontan atau angsuran. Dahulu, sebelum kita mengenal uang seseorang yang tidak mempunyai kekayaan yang cukup banyak berkeinginan untuk mendirikan rumah, maka sulit baginya untuk memperoleh pinjaman berupa ahan-bahan rumah. Kesulitan ini di samping karena pemilik dari beberapa bahan rumah lebih dari satu orang (pemilik-pemilik bambu, bata, genteng, kayu, dsb) juga sulit di dalam memperhitungkan cicilan hutangnya. Dengan adanya uang, semuanya dapat dihitung dalam uang, baik pinjaman maupun cicilan.
Uang yang dijadikan sebagai alat untuk melakukan berbagai kegiatan sehari-hari terbagi dalam beberapa jenis. Pembagian ini didasarkan kepada berbagai maksud dan tujuan penggunaannya sesuai dengan keperluan berbagai pihak yang membutuhkan. Jenis-jenis uang dapat dilihat dari berbagai sisi, sebagai berikut:14
1. Berdasarkan bahan
a. Uang logam, uang dalam bentuk koin yang terbuat dari logam, baik alumunium, emas, perak, kuningan, dan lainnya.
b. Uang kertas, merupakan uang yang bahannya terbuat dari kertas atau bahan lainnya yang berkualitas tinggi, tahan terhadap air, tidak mudah robek atau luntur.
2. Berdasarkan nilai
a. Bernilai penuh, merupakan uang yang intrinsiknya sama dengan nilai nominalnya. b. Tidak bernilai penuh, merupakan uang yang nilai intrinsiknya lebih kecil dari nilai
nominalnya. 3. Berdasarkan lembaga
a. Uang kartal, merupakan uang yang diterbitkan oleh bank sentral suatu negara.
b. Uang giral, merupakan uang yang diterbitkan oleh bank umum, seperti cek, giro, bilyet dan lainnya.
4. Berdasarkan kawasan
a. Uang lokal, merupakan uang yang berlaku disuatu negara tertentu. Seperti Rupiah di Indonesia.
13 Ibid., 15
b. Uang regional, merupakan uang yang berlaku di kawasan tertentu yang lebih luas dari uang lokal. Seperti di kawasan Eropa yang berlaku mata uang tunggal Euro.
c. Uang internasional, merupakan uang yang berlaku antar negara, seperti US Dollar yang menjadi standar pembayaran internasional.
C. Uang Dalam Ekonomi Konvensional
Uang merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari denyut kehidupan ekonomi masyarakat. Stabilitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh sejauh mana peranan uang dalam perekonomian oleh masyarakat dan otoritas moneter. Definisi uang bisa dibagi dalam dua pengertian, yaitu definisi uang menurut hukum (law) dan definisi uang menurut fungsi. Definisi uang menurut hukum yaitu sesuatu yang ditetapkan oleh undang-undang sebagai uang dan sah untuk alat transaksi perdagangan. Sedangkan definisi uang menurut fungsi, yaitu sesuatu yang secara umum dapat diterima dalam transaksi perdagangan serta untuk pembayaran hutang-piutang.15
Uang dibedakan menjadi 2 (dua) macam, yakni uang Negara dan uang Bank. Uang kertas Negara adalah uang kertas yang dikeluarkan oleh Negara dan uang kertas Bank adalah uang kertas yang dikeluarkan oleh suatu bank yang ditunjuk oleh pemerintah. Bank yang ditunjuk pemerintah untuk membuat dan mengeluarkan uang kertas adalah Bank Indonesia.
Adapun fungsi dari uang, yaitu:16 a. Sebagai Satuan Hitung,
b. Sebagai alat tukar (medium of hange), c. Sebagai Alat Transaksi(transaction motive), d. Sebagai penyimpanan nilai(store of value), dan e. Standar Pembayaran di Masa Depan.
Uang menjadi salah satu hal sentral atau hal pokok dalam perekonomian sehingga studi tentang perubahan jumlah uang beredar mendapat perhatian yang sangat besar. Studi ini disebut juga sebagai teori moneter. Perkembangan analisis kebijakan moneter lebih banyak membahas tentang teori-teori permintaan uang dibandingkan dengan penawaran uang karena penawaran uang bersifat otonomus.17
Teori permintaan uang sebenarnya dapat dijelaskan dengan menggunakan teori tentang alokasi sumber-sumber ekonomi yang sifatnya terbatas. Pada prinsipnya, dengan sumber ekonomi yang terbatas, manusia haruslah memilih alokasi yang memberikan
15 Yuliadi, Ekonomi Moneter (Jakarta: PT Ideks, 2004),4.
16 Boediono, Ekonomi Moneter (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1990), 10.
kepuasan sebesar-besarnya (prinsip ekonomi).Apabila mereka akan memperbanyak konsumsi misalnya, maka jumlah kekayaan (yang terdiri dari pendapatan dan kekayaan lainnya) akan semalin kecil. Demikian juga apabila mereka ingin memiliki salah satu bentuk kekayaan lebih banyak maka dengan sendirinya pemilihan bentuk kekayaan yang lain akan menjadi sedikit.Mereka akan selalu mencari keseimbangan antara keuntungan dan kerugian dari pemilikan satu bentuk kekayaan.18
Teori permintaan uang dalam ekonomi konvensional terbagi dalam tiga kelompok berikut:19
1. Teori Permintaan Uang Sebelum Keynes
Teori permintaan uang sebelum Keynes sering disebut sebagai teori permintaan uang klasik karena berdasarkan asumsi klasik, yaitu perekonomian selalu dalam keadaan seimbang. Teori permintaan uang Irving Fisher dan teori permintaan uang Cambridge. Menurut Fisher dalam bukunya, “Transaction Demand Theory of the Demand for Money”, uang merupakan alat pertukaran. Menurutnya, jika terjadi suatu transaksi antara penjual dan pembeli, akan terjadi pertukaran uang dengan barang atau jasa sehingga nilai uang yang ditukarkan pasti sama dengan barang atau jasa yang diperoleh. Secara matematis, dapat ditulis:
Keterangan:
M = besaran uang
V = kecepatan perputaran uang P = tingkat harga
T = jumlah transaksi yang dilakukan
Dalam teori permintaan uang, Irving Fisher mengasumsikan bahwa kebradaan uag pada hakikatnya flow concept, yaitu keberadaan uang atau permintaan uang tidak dipengaruhi oleh suku bunga, tetapi besar kecilnya uang akan ditentukan oleh kecepatan perputaran uang tersebut.
2. Teori Permintaan Uang Keynes
Dalam teori moneter konvensional, Marshall-Pigou dijabarkan oleh Keynes yang menyatakan bahwa pilihan seseorang dipengaruhi oleh tiga motif berikut:
a. Permintaan uang untuk transaksi
18Rahardja, Teori Eonomi Makro (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004), 73.
19 Nur Rianto Al Arif, Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik, 171-176.
Uang digunakan secara regular untuk tujuan transaksi. Besarnya permintaan uang untuk transaksi ditentuka oleh besarnya tingkat pendapatan.
b. Permintaan uang untuk berjaga-jaga
Masyarakat membutuhkan uang untuk kperluan masa mendatang yag bersifat mendadak sehingga mreka harus mempersiapkan uang untuk kebutuhan tersebut. c. Permintaan uang untuk spekulasi
Permintaan uang untuk spekulasi ditentukan oleh besaran tingkat suku bunga yang ditawarkan.
3. Teori Permintaan Uang setelah Keynes
Ada beberapa kekeliruan yang dibuat oleh Keynes. Menurut Keynes secara implisit ada subtitusi sempurna antara uang dan non-monetary asset. Kynes mengatakan pula bahwa adanya subtitusi sempurna antara uang, surat berharga dan modal, misalnya dalam teori konvensional dan yang disebut problem of aggregation, yang terdiri atas lima pasar yaitu:
a. Barang konsumsi (consumer goods) b. Tenaga kerja (labour services) c. Modal (capital goods)
d. Surat berharga (bonds) e. Uang (money)
Semua ini akan berhadapan dengan: a. Tingkat harga (prices)
b. Tingkat gaji dan upah (wages) c. Tingkat suku bunga (interest)
Variabel tersebut, timbul persoalan karena ada lima pasar yang akan dipecahkan dengan tiga harga. Keynes menggabungkan modal dan surat berharga menjadi non-monetary asset sehingga sekarang kita mempunyai empat pasar dengan tiga harga yag kita ketahui. Sebenarnya, orang dapat memegang uang dengan surat berharga dalam waktu bersamaan. Ketika uangnya sudah habis, ia bisa mencairkan surat berharganya dan kemudian bisa hidup dari hasil penjualan surat berharga.20
D. Konsep Uang dalam Islam
Dalam Fiqh Islam biasa digunakan istilah nuqud atau tsaman untu mengespresikan uang. Definisi nuqud dalam Islam antara lain ada beberapa mana:21
a. Yang lebih baik dari dirham, dikatakan dirhamun naqdun, yakni baik. Ini adalah sifat.
20 Ibid.
b. Meraih dirham, dikatakan naada al-darahima yanguduha naqdan, yakni meraihnya dengan menggenggam atau menerima
c. Membedakan dirham dan mengeluarkan yang palsu.
d. Satuan standar harga barang dan nilai jasa pelayanan dan upah yang diterima sebagai alat pembayaran.
Uang secara etimologi, definisi uang (nuhud) ada beberapa makna:22
1. Al-Naqdu: yang baik dari dirham, dikatakan dirham naqdun, yakni baik. Ini adalah sifat.
2. Al-Naqdu: meraih dirham , dikatakan naqada al-darahima yanquduha naqdan, yakni meraihnya menggenggam, menerima).
3. Al-Naqdu: membedakan dirham dan mengeluarkan yang 9alsu. Sibawaihi bersyair: “Tanfi Yadaha al-Hasha fi Kulli Hajiratin-Nafya Al-Darahima Tanqadu al-shayarifu”.
Artinya: “Tangan (Unta) mengais- ngais di setiap padang pasir-memilah-milah dirham oleh tukang uang (pertukaran, pemeriksaan, pembuatan uang).”
4. Al-Naqdu: Tunai, lawa tunda, yakni memberikan bayaran segera. Dalam hadis jabir: “Naqadani al-Tsaman”, yakni dia membayarku harga tunai. Kemudian digunakan atas dasar yang dibayarkan, termasuk penggunaan masdar (akar kata) terhadap isim ma’ful (menunjukkan objek).
Dalam sejarah islam, uang merupakan sesuatu yang di adopsi dari peradaban Romawi dan Persia. Ini dimungkinkan karena penggunaan dan konsep uang tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dinar adalah mata uang emas yang diambil dari Romawi dan dirham adalah mata uang perak warisan peradaban persia.
1. Uang Menurut Ilmuwan Muslim a. Uang pada zaman Ibn Taimiyah
Pada masa ini seorang ulama Islam yang hidup pada zaman pemerintahan raja Mamluk, beredar banyak jenis mata uang denga nilai kandungan logam mulia yag berlainan satu sama lain. Pada saat itu beredar tiga jenis mata uang dinar (emas), dirham (perak), dan fullus (tembaga). Peredaran dinar sangat terbatas, peredaran dirham berfluktuasi dan kadang-kadang menghilang, sedangkan yang beredar luas adalah fullus. Fenomena inilah yang dirumuskan olh Ibn Taimiyah bahwa uang dengan kualitas rendah akan menendang uang kualitas baik.
b. Uang menurut Al-Ghazali
Al-Ghazali berpendapat bahwa uang dibutuhkan sebagai nilai suatu barang. Dengan adanya uang sebagai ukuran nilai barang, uang akan berfungsi pula sebagai media pertukaran. Uang diciptakan untuk melancarkan pertukaran dan menetapkan
nilai yang wajar dari pertukaran tersebut. Menurut Al-Ghazali uang diibaratkan cermin yang tidak memiliki warna tetapi dapat merefleksikan semua warna. Uang tidak mempunyai harga, tetapi merefleksikan harga semua barang, uang memberikan kegunaan jika dipergunakan untuk membeli barang.
c. Uang menurut Ibn Khaldun
Ibn Khaldun menyatakan bahwa kekayaan suatu negara tidak ditentukan dari banyaknya uang, tetapi ditentukan oleh tingkat produksi negara tersebut dan neraca pembayaran yang positif. Sektor produksi yang menjadi motor pembangunan, menyerap tenaga kerja, meningkatkan pendapatan pekerja. Sejalan dengan pendapat Al-Ghazali, Ibn Khaldun juga mengatakan bahwa uang tidak harus mengandung emas dan perak, tetapi emas dan perak menjadi standar nilai uang.
2. Konsep Uang dalam Ekonomi Islam dan Ekonomi Konvensional
Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep ekonomi konvensional. Dalam ekonomi Islam, konsep uang snagat jelas dan tegas bahwa uang adalah uang, bukan modal. Sebaliknya konsep uang yang dikemukakan dalam ekonomi konvensional tidak jelas. Sering istilah uang dalam perspektif ekonomi konvensional diartikan secara bolak-balik, yaitu uang sebagai uang dan uang sebagai kapital. Perbdaan lainnya adalah konsep uang dalam ekonomi Islam adalah flow concept, yaitu harta tidak boleh ditumpuk, tetapi harus disirkulasikan. Perbedaan berikutnya tentang uang adalah pada ekonomi konvensional tidak dibedakan antara uang dan modal. Dalam Islam uag merupakan public goods, sementara modal adalah privat goods.23
KONSEP ISLAMI KONSEP KONVENSIONAL
1. Uang tidak identik dengan modal
2. Uang adalah public goods 3. Uang adalah flow concept 4. Modal adalah stock concept
1. Uang sering diidentikkan dengan modal 2. Uang (modal) adalah privat goods 3. Uang (modal) adalah flow concept bagi
Fisher
4. Uang (modal) adalah stock concept bagi Cambridge School
E. Time Value Of Money dan Economic Value of Time
1. Time Value of Money
Dalam Islam tidak dikenal adanya time value of money, yang dikenal adalah economic value of time. Teori time value of money adalah sebuah kekeliruan besar karena mengambil dari ilmu teori pertumbuhan populasi dan tidak ada di ilmu keuangan. Dalam menghitung pertumbuhan populasi digunakan rumus:
Pt = Po (1+r)
Keterangan:
Pt = adalah jumlah populasi pada tahun t Po = adalah jumlah populasi saat ini
r = adalah tingkat pertumbuhan populasi
Rumus ini kemudian diadopsi begitu saja dalam ilmu keuangan sebagai teori bunga majemuk menjadi:
FV=PV (1+r)
Keterangan:
FV adalah future value, jumlah nilai uang pada masa depan PV adalah present value, jumlah nilai uang saat ini
r adalah tingkat suku bunga
Jadi, future value dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke-t, present value dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke-0, sedangkan tingkat suku bunga dianalogikan dengan tingkat pertumbuhan populasi. Konsep time value of money muncul karena adanya anggapan uang disamakan dengan makhluk yang hidup. Makhluk hidup untuk waktu tertentu dapat menjadi lebih besar dan berkembang. Jelas hal ini keliru besar karena uang bukanlah makhluk hidup yang dapat berkembang biak. Dalam ekonomi konvensional, time value of money didefinisikan sebagai:
“A dollar today is worth more then a dollar in the future because a dollar today can be invested tto get a return”
Definisi ini tidak akurat karna setiap investasi selalu mempunyai kemungkinan untuk mendapatkan hasil positif, hasil negatif, atau tidak mendapatkan hasil. Oleh sebab itu dalam teori keuangan selalu dikenal risk return relationship. Bagi ekonom konvensional ada dua hal yang menjadi argumentasi mereka akan konsep time value of money, yaitu sebagai berikut:24
1. Presence of Inflation
Dengan memasukkan tingkat inflasi dalam perekonomian, diasumsikan tingkat inflasi dalam perekonomian sebesar 10% per tahun. Sehingga apabila seseorang dapat membeli sepuluh potong pisang goreng hari ini dengan membayar sejumlah Rp
10.000,-, tahun depan jika ia membelinya, dengan sejumlah uang yang sama, ia haya dapat membeli sembilan potong pisag goreng karena ada kenaikan harga pisag goreng tersebut. Dalam ekonomi konvensional, sebagai akibat adanya penurunan daya beli akibat inflasi, orang tersebut dapat meminta kompensasi. Argumen pertama ini tidak dapat diterima karena tidak lengkap kondisinya karena dalam setiap perekonomian akan selalu ada keadaan inflasi (kenaikan harga) dan deflasi (penurunan harga). Apabila keberadaan inflasi menjadi alasan adanya time value of money, seharusnya keberadaan deflasi harus menjadi alasan pula adanya negatiftime value of money. 2. Preference Present Consumption of Future Consumption
Bagi umumnya individu, present consumption lebih disukai daripada future consumption. Misalnya, tingkat inflasi nihil, yaitu dengan uag Rp 10.000,- seseorang tetap dapat membeli sepuluh pisang goreng hari ini ataupun tahun depan. Bagi sebagian besar orang, mengonsumsi sepuluh pisang goreng hari ini lebih disukai dari pada mengonsumsi sepuluh pisang goreng tahun depan.
Untuk argumen ini, ekonomi konvensional mengabaikan ketidakpastian return yang akan diterima. Apabila unsur ketidakpastian return ini dimasukkan, ekonomi konvensional menyebut kompensasinya sebagai discount rate. Istilah discount rate lebih bersifat umum daripada istilah interest rate. Denga demikian, ketidakpastian return dikonversi menjadi suatu kepastian melalui premium for uncertainty. Dalam setiap investasi tentu selalu ada kemungkinan untuk mendapatkan hasil positif, hasil negatif, atau tidak mendapatkan hasil. Adanya kemungkinan ini yang menimbulkan ketidakpastian, tetapi ketidakpastian ini dipertukarkan dengan sesuatu yang pasti.
Keadaan menukar ketidakpastian inilah yang ditolak dalam ekonomi Islam. Sebenarnya keadaan ini ditolak oleh teori keuangan, dengan adanya hubungan antara resiko dan tingkat hasil karena tingkat return harus sejalan dengan tingkat resiko yang dihadapi.25
2. Economic Value of Time
Dalam ekonomi Islam, penggunaan jenis discount rates dalam menentukan harga mu’ajjal (bayar tangguh) dapat digunakan. Hal ini dibenarkan karena hal berikut: a. Jual beli dan sewa menyewa adalah sektor real yang menimbulkan economic value
added (nilai tambah ekonomis)
b. Tertahannya hak penjual (uang pembayaran) yang telah melaksanakan kewajibannya (menyerahkan barang atau jasa) sehingga ia tidak dapat melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain.
Penggunaan discount rate dalam menghitung nisbah bagi hasil di bank syariah dapat pula digunakan. Dalam proses penentuan nisbah ini, return on capital harus diperhitungkan. Return on capital tidak sama dengan return on money. Return on capital bergantung pada jenis bisnisnya dan berkaitan dengan sektor real, sedangkan return on money berkaitan dengan tingkat suku bunga. Penentuan nisbah bagi hasil harus dilakukan di awal, dan untuk itu digunakan tingkat proyeksi keuntungan. Jika kemudian keuntungan aktual dari bisnis yang dibiayai tidak sama dengan angka proyeksinya, yang digunakan adalah angka aktual bukan angka proyeksi. Pola hubungan transaksi bagi hasil berbeda dengan transaksi jual beli atau sewa menyewa. Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak mengenal konsep time value of money. Uang tidak memiliki nilai waktu, tetapi waktulah yang memiliki nilai ekonomis jika waktu tersebut dimanfaatkan dengan menambah faktor produksi yang lain sehingga menjadi modal dan dapat memperoleh keuntungan.jika waktu tersebut tidak dapat dimanfaatkan dengan baik, waktu tersebut tidak memiliki nilai ekonomi. Dalam Islam, kualitas penggunaan waktu antar individu akan berbeda-beda.
Surat Al-‘Ashr menunjukkan bahwa waktu bagi semua orang adalah sesama kuantitasnya, yaitu 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam seminggu. Akan tetapi nilai dari waktu itu akan berbeda dari satu orang dan orang lainnya. Perbedaan nilai waktu tersebut adalah bergantung pada cara seseorang memanfaatkan waktu. Semakin efektif dan efisien, semakin tinggi nilai waktunya. Efektif dan efisien akan mampu mendatangkan keuntungan di dunia bagi siapa saja yang melaksanakannya. Dalam Islam keuntungan buka hanya di dunia, melainkan yang dicari adalah keuntungan dunia dan akhirat. Maka pemanfaatan waktu tidak hanya harus efektif dan efisien tetapi juga harus didasari dengan keimanan. Implikasi dalam dunia bisnis mengindikasikan bahwa dalam bisnis selalu dihadapkan pada untung dan rugi. Bisnis adalah hubungan antara tingkat keuntungan dan tingkat resiko.26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara umum, uang dapat diartikan sebagai sesuatu yang dapat diterima secara umum sebagai alat pembayaran dalam suatu wilayah tertentu atau sebagai alat pembayaran utang atau alat untuk melakukan pembelian barang dan jasa. Dengan kata lain, uang merupakan alat yang dapat digunakan dalam melakukan pertukaran baik barang maupun jasa dalam suatu wilayah tertentu. Ada beberapa kriteria mengenai sesuatu yang dapat diakui sebagai uang yaitu: ada jaminan, nilai yang stabil, diterima umum, mudah disimpan, mudah dibawa, tidak mudah rusak, mudah dibagi, dan penawaran harus elastis.
Sedangkan fungsi uang adalah Sebagai Satuan Hitung, alat tukar, alat Transaksi, penyimpanan nilai, dan Standar Pembayaran di Masa Depan. Jenis uang yaitu uang logam dan uang kertas, uang bernilai penuh dan tidak bernilai penuh, uang kartal dan giral, serta uang lokal, regional, dan internasional.
sumber ekonomi yang terbatas, manusia haruslah memilih alokasi yang memberikan kepuasan sebesar-besarnya (prinsip ekonomi).Apabila mereka akan memperbanyak konsumsi misalnya, maka jumlah kekayaan (yang terdiri dari pendapatan dan kekayaan lainnya) akan semalin kecil. Demikian juga apabila mereka ingin memiliki salah satu bentuk kekayaan lebih banyak maka dengan sendirinya pemilihan bentuk kekayaan yang lain akan menjadi sedikit. Konsep uang dalam ekonomi Islam berbeda dengan konsep ekonomi konvensional. Dalam ekonomi Islam, konsep uang snagat jelas dan tegas bahwa uang adalah uang, bukan modal. Sebaliknya konsep uang yang dikemukakan dalam ekonomi konvensional tidak jelas. Sering istilah uang dalam perspektif ekonomi konvensional diartikan secara bolak-balik, yaitu uang sebagai uang dan uang sebagai kapital.
Dalam Islam tidak dikenal adanya time value of money, yang dikenal adalah economic value of time. Teori time value of money adalah sebuah kekeliruan besar karena mengambil dari ilmu teori pertumbuhan populasi dan tidak ada di ilmu keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
A. Karim, Adiwarman. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Al Arif, Nur Rianto. Pengantar Ekonomi Syariah Teori dan Praktik. Bandung: CV Pustaka Setia, 2015.
Al Arif, Nur Rianto. Teori Makrokonomi Islam Konsep, Teori, dan Analisis. Bandung: Alfabeta, 2010.
Ascarya. Akad Dan Produk Bank Syari’ah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005. Boediono. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1990.
H. Malayu. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
Hasan, Ahmad, Mata Uang Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers, 2008. Yuliadi. Ekonomi Moneter. Jakarta: PT Ideks, 2004.
Kurniawan, Paulus. Ekonomi Mikro dan Makro. Yogyakarta: Andi, 2015.