RYANTINO PAUNDRA NAGARI
12/335129/SA/16605
Pengantar:
Filsafat Sejarah Apa Sebetulnya
Filsafat sejarah terdiri atas tiga unsur yang memang saling berhubungan. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh filsafat sejarah yang bersifat deskriptif : apa yang ditulis oleh berbagai ahli sejarah tersohor baik di masa silam maupun masa kini? Bagaimana ciri karya pada umumnya? Adakah mereka menulis dengan maksud tertentu? Dapatkah kita melihat evolusi dari abad ke abad dalam cara para ahli itumenggambarkan masa silam? Bagian filsafat sejarh ini dinamakan sejarah penulisan sejarah atau historiografi. Kedua unsur lain yang mendasari filsafat sejarah berasal dari kedua arti yang dapat diberikan kepada kata sejarah itu sendiri. Filsafat sejarah yang spekulatif berdasarkan arti pertama; seorang filsuf sejarah yang spekulatif memandang arus sejarah factual dalam keseluruhannya dan berusaha untuk menemukan suatu struktur dasar didalam arus itu. Filsafat sejarah yang kritis berdasarkan arti kedua kata sejarah dan meneliti sebagai obyeknya bagaimana masa silam dilakukan. Seorang filsuf sejarah kritis meneliti sarana-sarana yang dipergunakan ahli sejarah dalam melukiskan masa silam dengan cara yang dapat dipertanggungjawabkan. Istilah filsafat sejarah kritis jangan dikaitkan dengan aliran-aliran atau pendekatan-pendekatan filsafati, melainkan dengan suatu obyek tertentu dalam penelitian filsafati.
Filsafat sejarah dapat diharapkan dalam ilmu sejarah dan dibedakan menjadi tiga tahap, pertama ilmu pendukung dapat diandalkan oleh ahli sejarah bila ingin menentukan dengan tepat apa yang terjadi pada masa silam. Misalnya paleografi dan diplomatic, dua ilmu pendukung sejarah memungkinkan ahli sejarah membaca dengan tepat sebuah prasasti, lalu menentukan beberapa fakta dari masa silam. Tahap kedua menyangkut penulisan sejarah sendiri, disini fakta disusun menurut kerangka yang penuh arti; alhasil sebuah karangan atau buku. Untuk memperleh karangan yang penuh arti itu ahli sejarah harus mempergunakan beberapa kaidah atau pedoman yang menjamin supaya penyusunan fakta itu menghasilkan suatu penafsiran mengenai masa silam yang dapat dimengerti. Tahap ketiga langsung berkaitan dengan filsafat, khususnya filsafat sejarah kritis. Yang dipermasalahkan disini ialah sejauh mana kaidah-kaidah serta pedoman-pedoman yang disinggung di atas dapat dibenarkan, sehingga ahli sejarah mengolah fakta-fakta yan telah ditemukan untuk menggambarkan masa silam (questiones iuris).