• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Konsumtif Remaja Perempuan Terh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perilaku Konsumtif Remaja Perempuan Terh"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU KONSUMTIF REMAJA PEREMPUAN

TERHADAP

TREND FASHION

KOREA DI JAKARTA

SELATAN

Milla Riauzie Poetri, Ikma Citra Ranteallo, Nazrina Zuryani Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana

Email: millazie.92@gmail.com, ikma_citra@yahoo.com, nazrinazuryani@yahoo.com ABSTRACT

In light of a growing interest in South Korea pop culture, widely known as hallyu or Korean wave, this study set out to identify its trend fashion through dramas, musics, online shop and mall. It also describe girls consumptive behaviors to buy cosmetics, clothes and other accesories. Descriptive approach with qualitative method were used to describe Karl Marx's commodity fetishism theory related to those behaviors. The findings of this study confirmed that girls in southern Jakarta bought Korean fashion products because its unique, simple, high-quality and made from natural ingredients cosmetics. Second, the beauty of idols had influenced them in consuming and willing to spend money on their appearance the Korean mode. They would satisfied if they can buy those branded stylish and products.

Keywords: pop culture, Korean wave, fashion, consumptive behavior, girl, fetishism commodity

1. Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi khususnya media massa memberikan dampak yang sangat besar dalam kemajuan komunikasi. Teknologi yang canggih tidak hanya dapat menyebarkan informasi dengan cepat namun bermanfaat dalam memudahkan penyebaran informasi mengenai budaya dari seluruh dunia. Penyebaran informasi pada media massa saat ini berkaitan dengan budaya populer atau dikenal sebagai budaya pop. Budaya pop secara sosiologis merupakan budaya yang sedang trend, banyak diminati dan cepat berganti. Kebudayaan populer biasanya berkaitan dengan masalah keseharian yang dapat dinikmati oleh semua orang atau kalangan orang tertentu, seperti musik, film, fashion, dan lain-lain (Bungin, 2006:100).

Budaya pop saat ini tidak hanya di dominasi budaya Barat seperti Amerika dan Eropa. Wilayah Asia juga mulai menjadi salah

satu pengekspor budaya pop. Salah satu negara di Asia yang menjadi pengekspor budaya pop adalah Korea Selatan. Korea Selatan secara khusus memiliki budaya khas yang membuat sebagian orang tertarik untuk mengetahui aspek negara tersebut. Budaya pop Korea disebut juga dengan hallyu atau

Korean wave dalam artian gelombang Korea. budaya tersebut menarik perhatian dari masyarakat di seluruh belahan dunia.

(2)

dengan trend di Korea. Contohnya toko kosmetik merek Korea yaitu The Face Shop yang berada di Pondok Indah Mall wilayah Jakarta Selatan.

Fashion Korea pada saat ini banyak diminati oleh kalangan remaja perempuan di Jakarta Selatan. Melalui penampilan artis Korea yang memiliki wajah yang menarik, kulit putih dan bersih, dan mempunyai badan yang tinggi membuat remaja meniru gaya fashion

sang idola mereka. Pemilik usaha industri hiburan serta pemerintah Korea Selatan berhasil mengubah pola pikir penggemar

Korean wave yang menggemari budayanya melalui drama dan musik yang saat ini mulai merambah pada K-fashion seperti yang dijelaskan oleh Park:

...kebanyakan penyanyi Korea dan grup memiliki penampilan yang berbeda untuk menyenangkan selera para penonton. Mereka mungkin memiliki personalitas atau kepribadian yang tampak nyata, namun gaya mereka biasanya secara menyeluruh dipikirkan hati-hati dan dipersiapkan sebelumnya oleh stylist profesional serta tim bantuan pemasaran. Gaya mereka menjadi bagian selebritis dan kesan yang dikembangkannya. Kesan tersebut akan mempengaruhi mereka secara profesional, termasuk musik, isu yang didukung, dan jenis iklan mereka dapatkan serta yang terpenting adalah efek terhadap fans yang akan meniru penampilan tersebut... (dalam Yan dan Francesca 2013:28).

Pendapat ini membuktikan bahwa target utama oleh produsen industri Korea adalah pasar remaja yang sebagai konsumen. Hal tersebut membuat remaja perempuan mudah terpengaruh dan akan mengikuti hingga terpesona dengan fashion yang dikenakan oleh selebritis Korea serta menjadi panutan mereka dalam hal berpenampilan mulai dari pakaian, kosmetik dan aksesoris. Dengan panutan mereka terhadap selebritis Korea membuat remaja perempuan saat ini banyak

terjebak dalam kehidupan konsumtif. Remaja menggunakan uang saku yang diberikan oleh orang tua mereka untuk membeli kosmetik, pakaian serta aksesoris Korea dan membuat mereka seolah-olah tidak sadar dalam membeli produk yang mereka butuhkan dan yang diinginkan. Karena ketidaksadaran itulah yang membangun terjadinya fetisisme komoditas. Pengertian dari fetisisme komoditas adalah upaya yang dilakukan industri untuk membuat masyarakat melakukan pemujaan terhadap suatu produk dan adanya nilai guna barang menjadi nilai tukar (Dant, 1996:7).

2. KAJIAN PUSTAKA

Penelitian Purbaningrum (2008) bertujuan mengetahui pola konsumsi produkfashiondan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi produk fashion di kalangan pelajar putri SMA Negeri 7 Surakarta. Andriana (2013) meneliti mengenai fenomena budaya pop Korea yang mewabah penjuru Asia dan bahkan dunia, salah satunya Indonesia. Penelitian ini menjabarkan ciri-ciri yang dianggap sebagai gaya Korea, yang dimana gaya Korea juga mengambil contoh dari gaya Barat yang menjadi panutan. Penelitian yang dilakukan Anggraeni (2013) mengenai Pengaruh drama Korea yang masuk ke Indonesia dan mempengaruhi penampilan dalam halfashion.

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Purbaningrum (2008), Andriana (2013), Anggraeni (2013) yaitu mengenai fashion serta perbedaannya terletak bagaimana konsep fashion

(3)

penelitian. Peneliti mengadakan penelitian yang lebih mendalam mengenaifashionKorea dan adanya pertimbangan konsep kecantikan yang berubah serta akan mempengaruhi munculnya tindakan perilaku konsumtif remaja perempuan terhadap trend fashion Korea di Jakarta Selatan.

Penelitian ini menggunakan teori fetisisime komoditas yang diperkenalkan oleh Karl Marx. Komoditas adalah produk-produk yang dibuat oleh pekerja manusia. Dalam hal ini, secara signifikan komoditas berkaitan dengan adanya nilai guna barang dan nilai tukar. Marx menyebut proses itu sebagai pemberhalaan komoditas atau pemujaan komditas (fetishism of comodity) (Dant, 1996). Masuknya Korean wave melalui drama dan musik yang di dukung oleh penampilan artis Korea Selatan membuat daya tarik bag kalangani remaja perempuan dalam hal

fashion seperti kosmetik, pakaian dan aksesoris. Trend fashion tersebut mempengaruhi pola pikir remaja perempuan untuk mengonsumsinya. Berhubungan dengan teori fetisisme komoditas yaitu adanya kebiasaan kapitalis atau pemilik modal serta produsen yang menanamkan nilai-nilai tertentu pada suatu produk sehingga produk itu tampak lebih menarik bagi konsumen, akhirnya semakin menyebabkan perilaku konsumtif pada remaja perempuan di Jakarta Selatan.

Remaja perempuan yang meniru gaya

fashion idola Korea tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya telah terjebak muculnya perilaku konsumtif oleh pihak-pihak kapitalisme. Perusahaan cenderung menggunakan selebriti dan model cantik, tampan dan memiliki tubuh yang ideal dalam iklan mereka, sehingga menarik konsumen

yang melihatnya kemudian akan mempengaruhi pembeli untuk mengonsumsi produkfashion Korea dan pada akhirnya akan meningkatkan penjualan produk tersebut untur para konsumen. Konsumen biasanya menemukan inspirasi fashion saat melihat model atau selebriti Korea sehingga mereka merasa termotivasi untuk tampil seperti bergaya model Korea. Perusahaan-perusahaan ini (Korea) mampu menciptakan sebuah kesadaran palsu bagi konsumennya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya.

3. Metode Penelitian

Penelitian mengenai perilaku konsumtif remaja perempuan terhadap trend fashion Korea di Jakarta Selatan merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penentuan Informan menggunakanpurposivedengan 17 Informan, yang terdiri 14 remaja perempuan yang berusia 18-22 tahun yang mengonsumsi produk fashion Korea (kosmetik, pakaian dan aksesoris), dan 3 informan penjualonline shop fashion Korea seperti penjual online shop

kosmetik, pakaian dan aksesoris Korea di Instagram. Penelitian ini menggunakan wawancara mendalam terhadap para informan, observasi dan studi dokumen.

4. Hasil dan Pembahasan

(4)

Pesanggrahan, Kebayoran Lama, Kebayoran Baru, Mampang Prapatan, Pancoran, Tebet, dan Setiabudi. DKI Jakarta memiliki masyarakat dengan gaya hidup yang terbilang konsumtif dan mewah. Gaya hidup masyarakat yang seperti ini berimbas pada banyaknya pembangunan pusat-pusat perbelanjaan atau mall di DKI Jakarta. Menurut media online Tempo, 19 september 2013, pada tahun 2013 mall yang berada di daerah Jakarta sudah berdiri dengan total lahan seluas 3.920.618 meter persegi. Kawasan Jakarta Selatan memiliki mall

terbanyak dengan luas lahan yaitu 21,8 persen atau sekitar 854.700 meter persegi dan memiliki 29mall.

Pondok Indah Mall adalah sebuah kompleks perbelanjaan besar yang terletak di Pondok Indah Jakarta Selatan, Indonesia. Pondok Indah Mal biasanya dikenal oleh masyarakat Jakarta yaitu PlM. PIM ini memiliki tiga mall besar yaitu PIM 1 yang merupakan mall yang pertama kali dibangun, selanjutnya PIM 2 dan yang terbaru PIM 3 Street Gallery (Pondok Indah Mall, 2014). PIM merupakan salah satu mall di Jakarta yang memiliki banyak outlet produk kosmetika asal Korea yaitu diantaranya The Face Shop, Etude House, TonyMoly, Liole Cosmetic, Beyond Cosmetic. Hal ini menjadi daya tarik bagi pengunjung remaja perempuan di Jakarta Selatan.

Berdasarkan situs resmi Mall Blok M Square, mall ini berada di kawasan Blok M, Jakarta Selatan. Saat ini Blok M Square banyak dikunjungi oleh kalangan remaja karena mall ini menawarkan berbagai perlengkapan remaja seperti pakaian asal Korea, tempat percetakan baju khusus untuk pakaian idola K-pop dan aksesoris Korea.

Selain menawarkan berbagai pilihan pakaian idola K-pop, Blok M Square Mall juga sering mengadakan event dance cover ala girlband

dan boyband Korea dan sebagai tempat kumpulnya bagi komunitas pecinta Korea. Pesatnya perkembangan Korean wave di Indonesia membuat para produsen Koea dan produsen indonesia memanfaatkan trend

Korea untuk berdagang fashion Korea dari kosmetik, pakaian dan aksesoris.

4.2. Trend Fashion Korea di Jakarta Selatan.

Kemajuan teknologi, dunia industri, dan hiburan menjadi faktor yang berpengaruh besar dalam penyebarluasan trend fashion di kalangan masyarakat. Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena dampaknya. Pada dasarnya, Indonesia memiliki produk pakaian sendiri seperti kebaya dan batik. Masuknya budaya Barat membuat kebaya yang dahulu dipakai oleh wanita Indonesia dalam sehari-hari terjadi pergeseran dengan kehadiran pakaian berasal dari budaya Barat seperti jins, kaos, kemeja dan lain sebagainya yang sampai saat ini digunakan. Sedangkan dalam hal kosmetik, kosmetik Indonesia mengalami banyak pergerseran. Perubahan tersebut membuat semua produk kecantikan

brand lokal membuat slogan whitening

(5)

Hal ini membuktikan bahwa Indonesia selalu mengikuti perkembanganfashiondalam hal kecantikan dan pakaian. Perkembangan

fashiondi Indonesia telah berkembang dengan pesat, walaupun masih terbawa atau terpengaruh dengan fashion dari luar. Hal ini dikarenakan adanya minat dari banyak masyarakat Indonesia sendiri yang lebih menggemari trend dari luar seperti bebarapa tahun belakangan ini booming Korea. Korean culture and information service menyatakan bahwa:

...toko pakaian di Jepang, China, dan Asia Tenggara telah di bumbui dengan poster bintang K-pop. Toko buku yang penuh dengan majalah memperkenalkan trend terbaru di dunia K-pop. Bintang K-pop menyebarkan

trend fashion Korea di seluruh Asia dan daerah lain sebagai suatu pemasaran untuk konsumen pada popularitas gaya gelombang Korea telah diikuti seluruh dunia... .

Pendapat ini menjadi bukti nyata jika toko-toko yang berada di wilayah Jakarta menjadi jalan masuk persebaran produk budaya Korean wave di Indonesia. Banyaknya toko yang menjual berbagai produkfashionKorea baik di

mall atau online shop seperti di Facebook, Twitter, Instagram dan media sosial membuat lahan bisnis baru dan menjadi trend di kalangan remaja perempuan khususnya yang menggemari budaya Korean wave. Seperti yang diungkapkan oleh pemilik online shop fashion Korea bahwa fashion Korea saat ini sangattrenddi kalangan remaja perempuan.

...karena kebudayaan Korea khususnya

fashion sekarang sudah menjamur di Indonesia say seperti di kalangan remaja. Disisi lain, produk fashion Korea juga modelnya keren-keren... . (Wawancara pemilik

online shop fashionKorea, 19 Februari 2015).

Mengutip laman Korea Herald, Senin (11/8/2014), budaya-budaya Korea telah berhasil membantu para pengusaha Korea untuk mempromosikan barang-barangnya pada para konsumen sebagai produk yang

fashionable dan mudah digunakan. Pengenalan produk-produk yang melibatkan nama bintang Korea membuatnya lebih cepat

laris dan diserbu para pembeli di Indonesia. Direktur Asia and Oceania Department Park Gwi-hyun mengatakan bahwa pengaruhhallyu

telah membantu menciptakan citra yang positif mengenai sejumlah produk Korea dan pengusaha harus bisa memanfaatkan gejolak budaya Korea di sejumlah negara (dalam berita media online Liputan 6.com, 11 Agustus 2014). Banyaknya permintaan pasar membuat para penjual berlomba memanfaatkan trend Korean wave untuk menarik minat pembeli dan meraup untung dalam duniafashion.

4.3 Fashion Korea dan Fetisisme Komoditas atau Pemujaan Produk Fetisime komoditas berkaitan dengan penggunaan nilai dan nilai tukar komoditas, di mana nilai guna adalah senilai komoditas dalam hal biaya aktual bahan, produksi dan kegunaan, dan nilai tukar adalah harga seperti objek dapat mencapai di pasar dan banyak orang yang bersedia membayar (Paterson, 2006:16). Jika dikaitkan dengan fetisisme komoditas bisa dilihat dari berbagai produk

brand Korea berhasil menarik remaja, perempuan yang menggemari budayaKorean wave di wilayah Jakarta Selatan. Ketenaran drama dan K-pop juga turut membuat produsenfashionKorea berusaha membentuk

brand image tersebut melalui media. Dengan memanfaatkan media media massa seperti internet, iklan, majalah dan lain sebagainya untuk membuat remaja tertarik ketika melihat media tesebut. inilah yang membentuk trend

dan mempengaruhi remaja untuk melakukan, menggunakan, dan adanya suatu pemujaan terhadapbrand fashionKorea.

(6)

selebritis Korea berpenampilan menarik secara fisik dan membuat remaja perempuan terbuai serta merasa produk tersebut wah dan perlu untuk memiliki suatu produk Korea salah satunyafashion. Hal inilah menimbulkan adanya rasa kepuasan terhadap produk

fashionKorea dari segi kosmetik, pakaian dan aksesoris. Produsen akan terus menjaga dan memberikan kepuasan secara terus-menerus terhadap konsumen, agar mereka tetap membeli produknya dengan cara memperbanyak jumlah produksi serta menggunakan model artis Korea sebagai strategi pemasaran. Bentuk pemasaran tersebutlah yang kemudian membuat remaja terus tertarik membeli produk fashion Korea Selatan dan memicu mereka untuk membeli serta mengeluarkan biaya yang tidak sedikit demi mendapatkan produk yang mereka inginkan. Tabel dibawah ini menjelaskan pengeluaran remaja terhadap fashion Korea yang mereka miliki dan pola belanja terhadap hal yang mereka konsumsi.

Tabel 4.1 Pengeluaran Informan Terhadap FashionKorea

Nama/Usia Konsumsi

Produk Terhadap KomoditiPengeluaran

FashionKorea / Rupiah

Fr (19 Tahun) Kosmetik

aksesoris Kosmetik bisamencapai Rp. 2.000.000, produk aksesoris Rp. 100.000 - 200.000, Mr (22 tahun) Kosmetik

aksesoris BBpembersih muka 250cream300 ribu, ribu, sabun muka 150 ribu, lightening aura 450 ribu, aksesoris 100 ribu Gt (22 tahun) Kosmetik

dan pakaian

Kosmetik: 1.Belanja make-up disisihkan 500 ribu. Bedak 100 - 200.000, total beli 2 produk

mengeluarkan uang 500.000, pakaian : Tidak menentu Pt (19 tahun) Pakaian

dan kosmetik

Costum cover dance 400.000,00, BB Cream (-)

Ls (19 tahun) Kosmetik dan pakaian

Dress 500 ribu, satu produk kosmetik 200 - 300 ribu

Mc (22 tahun) aksesoris Tas Rp. 500.000, 00 Cl (18 tahun) Pakaian

dan kosmetik

CostumCover dance

980 ribu, kosmetik 500 ribu (BBcream

dan liptint),eyeliner

210 ribu Wd (19 tahun) Kosmetik,

pakaian dan aksesoris

Pakaian alaboyband Korea 200 ribu, kosmetik 500 ribu, aksesoris 300 ribu (tas)

Aw (22 tahun) Kosmetik, pakaian dan aksesoris

Satu produk BB cream ukuran kecil 100 ribu, baju atasan 150 ribu, aksesoris 50 ribu

Ma (18 tahun) Kosmetik dan pakaian

Kaos: 60 - 70 ribu, kostumcover dance

200 - 300 ribu Me (18 tahun) Kosmetik,

aksesoris dan pakian

Pakaian: Kaos 80 ribu, dress 200 ribu, kosmetik: satu produkeyeliner100 ribu

Ct (18 tahun) Kosmetik, pakaian Dv (18 tahun) kosmetik Satu produk

kosmetik 150 ribu Vt (19 tahun) Kosmetik

dan pakaian

Pakaian atasan 250 ribu

Sumber: Diolah Penulis, 2014.

Dari tabel diatas dapat dikatakan bahwa pembelian fashion Korea menunjukkan adanya suatu fetisisme terhadap produk-produk dari kosmetik, pakaian dan aksesoris. Remaja membeli komoditi tersebut dari uang saku yang diberikan oleh orangtua. Uang tersebut digunakan rata-rata 30% - 50% untuk membeli produk fashion Korea dari segi kosmetik, pakaian dan aksesoris.

(7)

-Rp. 980.000,00, sedangkan untuk aksesoris dari Rp. 50.000,00 - Rp. 500.000,00. Pengeluaran mereka untuk seukuran remaja untuk pelajar dan mahasiswa hal ini tidak dikatakan wajar. Remaja melakukan pengorbanan untuk membeli komoditas tersebut dengan uang saku yang diberikan oleh orang tuanya dengan cara rela menekan uang jajannya dan menabung demi mendapatkan komoditas tersebut. Mereka membeli komoditi fashion Korea karena adanya rasa penasaran, pengaruh teman, media internet, trend di kalangan remaja dan selebritis yang ditampilkan. Melalui selebritis yang diidolakan membuat remaja tidak berpikir panjang untuk membelifashionKorea. Mereka membeli produk Korea demi rasa cintanya kepada idola. Pengaruh tersebut itulah membuat remaja menganggap sepele, hal yang wajar dalam pembelian komoditi tersebut serta akhirnya banyak remaja perempuan di Jakarta Selatan fetis terhadap produk fashion brandKorea, suka berbelanja dan konsumtif.

Bila dikaitkan dari faktor-faktor yang mempengaruhi remaja perempuan berperilaku konsumtif baik pelajar, mahasiswa dan yang sedang bekerja disebabkan adanya faktor internal dan eksternal.

1. Faktor Internal a. Persepsi

Fashion Korea dianggap unik sebagai

trendsettermasa kini. b. Pengetahuan

Pengetahuan remaja mengenai fashion

Korea mereka dapatkan dari internet, teman di lingkungannya, iklan, produk-produk Korea yang dijual di toko-toko

mall dan merebaknya online shop. Remaja perempuan percaya bahwa produkfashion brand Korea mempunyai

kualitas yang tinggi. Berdasarkan pengetahuan mereka terhadap pemakaian produk fashion Korea, mereka mengetahui kegunaan dari produkfashion Korea tersebut. Misalnya salah satu contohnya penggunaan Kosmetik Korea.

c. pembelajaran

Remaja perempuan lebih memilih produk Korea karena telah membandingkan produk Korea dan produk Indonesia sebelumnya. Produk Korea bagi mereka telah memberikan kepuasan karena produk tersebut cocok untuk wajah remaja dalam hal segi kosmetik. Sedangkan dari segi pakaian dan aksesoris mereka merasa puas karena berbeda dan unik dibandingkan style

lainnya. d. Usia

Usia juga turut mempengaruhi mereka terhadap proses pembelian produk

fashionKorea. Usia 18 - 22 tahun sudah mulai mempertimbangkan dalam hal

(8)

e. Gaya Hidup

Fenomena ini dipengaruhi oleh gaya hidup di kota besar seperti Jakarta. Remaja perempuan di Jakarta akan sadar fashion

yang sedang trend salah satunya adalah

fashion Korea. Banyak toko-toko,mall-mall

di wilayah jakarta Selatan dan online shop

fashion Korea yang menjual komoditi tersebut yang membuat mereka membeli produkfashionKorea.

2. Faktor eksternal a. Komunitas

Sebagian informan yang mengikuti suatu komunitas Korea, komunitas tersebut beranggotakan para pecinta K-pop. Remaja membeli produk dari pakaian style

Korea, album artis Korea, pernak-pernik K-pop, tas, dan lain sebagainya. Sedangkan yang tidak mengikuti komunitas pecinta K-pop dari faktor ekstral yang mempengaruhinya adalah lingkungan sekitar mereka atau teman sepergaulan yang sama-sama menggemari idola Korea. b. Kelas Sosial

Kalangan remaja yang memiliki orangtua dengan kelas ekonomi menengah ke atas, remaja perempuan ingin menunjukkan bahwa mereka mengikuti trendmode yang sedang beredar dengan menunjukkan pengeluaran yang nominalnya cukup besar. Sedangkan di kalangan remaja yang memiliki orangtua dengan kelas menengah, mereka berusaha untuk mengikuti trend mode yang sedang beredar dengan cara membeli barang tiruan untuk dapat mempunyai fashion yang sama dengan idolanya.

Bagan 4.1 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Pembelian

Sumber: Kotler, 2005 (dalam Sangadji dan Sophia, 2013:41).

Pembelian fashion Korea ini sebuah kebutuhan bagi mereka, tetapi juga sebagai alat pemberi kepuasan karena telah memiliki produk-produk Korea yang mereka anggap sedang trend saat ini. Rasa kepuasan inilah yang membuat mereka seolah-olah sangat membutuhkan barang tersebut, sehingga secara terus menerus mereka akan melakukan pembelian dan memunculkan kekaguman terhadap produk-produk fashion

Korea.

Brand fashion Korea yang memiliki kualitas unik, bagus dan bermutu, produk tersebut sukses menciptakan fetisisme terhadap sebuah brand sehingga membuat remaja perempuan tak lagi berpikir panjang ketika membeli produk tersebut. Contohnya saja, remaja membeli pakaian bukan lagi semata-semata untuk memenuhi kebutuhan alami yaitu pakaian sebagai pelindung tubuh atau penutup tubuh. Tetapi lebih baik menggunakan fashion merek Korea dibandingkan merek Indonesia, karena dengan alasan mengikuti perkembangan

Faktor Internal Persepsi Motivasi Pengetahuan Pembelajaran Kelompok Usia Gaya Hidup

Faktor Eksternal:

Budaya, Kelas Sosial, Komunitas

(9)

mode pada saat ini dan terlihat unik untuk

style-nya. Jika dilihat sebenarnya pakaian mempunyai fungsi yang sama antara produk merek Korea dan merek Indonesia. Hal ini yang membuktikan manusia tidak hanya lagi membeli barang-barang berdasarkan fungsi utamanya, tetapi melainkan merek ternama yang terkandung di dalam barang tersebut dan diukur dari kemampuan serta memperoleh barang tersebut. Hal ini bisa muncul anggapan bahwa selama saya mampu membeli, maka yang saya butuhkan itu bisa saya dapatkan . Inilah yang terjadi pada remaja perempuan saat ini.

Tidak hanya pakaian saja, Korea Selatan benar-benar berhasil menarik remaja perempuan untuk menggunakan produk kosmetiknya. Berdasarkan berita media online Detik.com, 3 Oktober 2011, kosmetik Korea dikenal dengan iming-iming kosmetik yang ramah lingkungan atau terbuat dari bahan alami yang memanfaatkan sumber daya alam . Jika dilihat dari perspektif kapitalis, kosmetik Korea dengan menggunakan bahan yang berasal dari sumber daya alam ini dapat menarik minat remaja menggunakan produk tersebut, tetapi di sisi lain, kosmetik Korea adalah alat dari industri kosmetik yang tidak terlepas dari profit semata. Keuntungan tetap menjadi hal yang utama sebelum para produsen kosmetik Korea memikirkan hal ekologis. Kata terbuat dari bahan alami digunakan oleh para produsen sebagai bentuk pemasaran yang mengutamakan keuntungan.

Keadaan pasar dalam negeri yang dikuasai oleh produk asing dengan kualitas dan harga yang bersaing justru akan mendorong seseorang untuk berperan sebagai importir atau penyalur produk-produk impor bukan sebagai produsen yang memproduksi

sendiri produksinya. Salah satu buktinya yaitu dengan banyaknya toko-toko di mall dan

online shop yang menjual berbagai produk

fashionKorea di Indonesia.

Fetisisme terhadap fashion Korea ini meningkat semenjak trend budaya Korean wave. Hal tersebut membuat kondisi remaja perempuan di Jakarta Selatan merasa bahwa konsumsi harus terus menerus dilakukan sebagai upaya memenuhi kepuasaan dalam dirinya. Hal inilah yang membuat pemilik modal mengetahui bahwa target produknya akan di konsumsi oleh kalangan remaja perempuan. Sistem produksi kapitalisme dengan sengaja membangun kepuasan bagi penggemar Korean wave dengan tujuan menciptakan perilaku konsumtif dikalangan remaja perempuan di Jakarta Selatan.

(10)

5. Simpulan

Drama dan musik Korea merupakan produk budaya populer Korea Selatan yang berperan penting dalam menyebarkan Korean waveke berbagai negara. Kesuksesan Korean wave membuat fashion Korea memasuki pasar Indonesia dan semakin berkembang. Fenomena menjamurnya toko yang menjual produk fashion Korea di mall Jakarta Selatan,

online shopdan pengaruh media online adalah media perantara yang paling berpengaruh dalam penyebaran dan menyalurkan barang impor seperti kosmetik, pakaian atau aksesoris denganbrandasal Korea.

Pengaruh media online, toko-toko fashion

dan online shop produk fashion Korea membuat remaja perempuan di Jakarta Selatan mengetahui dan menggunakan produk tersebut. Alasan remaja menggunakan produk fashion Korea karena melihat kecantikan selebritis Korea yang mempunyai kecantikan yang sempurna dan produk fashion Korea yang terlihat unik, simpel, berkualitas dan kosmetik Korea yang berbahan alami. Hal itulah yang membuat idaman para remaja perempuan yang mereka cari.

Keberadaan fashion Korea memunculkan fetisisme komoditas yang membuat membuat para remaja menjadi konsumtif. Remaja perempuan mengeluarkan biaya atau materi untuk mendapatkan benda demi rasa kepuasan telah memilki komoditi tersebut. Hal inilah yang terjadi pada remaja perempuan di Jakarta Selatan, mereka rela membayar banyak untuk kosmetik yang harganya berkisar Rp. 100.000,- hingga Rp. 2.000.000,-, pakaian dengan harga Rp. 60.000,- hingga Rp. 980.000,- serta aksesoris dengan kisaran harga Rp. 50.000.- sampai Rp. 300.000,-. Hal tersebut yang membuat remaja perempuan

adanya pemujaan terhadap produk Korea yang ditawarkan oleh industrifashionKorea.

6. Daftar Pustaka

Barnard, M. (2011). Fashion Sebagai Komunikasi. Di terjemahkan oleh Idi Subany Ibrahim. Yogyakarta: Jalasutra. Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif.

Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

. (2006). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Heryantono. A. (2012). Budaya Populer Di Indonesia.Yogyakarta: Jalasutra. Jahja, Y. (2011). Psikologi Perkembangan.

Jakarta: Kencana.

Kaslan, AT. (1983). Ekonomi Selayang Pandang. Bandung : Sumur.

Korean Culture and Information Service. (2011). The Korean Wave: A New Pop Culture Phenomenon. Korea: Ministry Of Culture, Spot and Tourism

Paterson, M. (2006). Consumption and Everyday Life. USA and Canada: Taylor & Francis Group

Ritzer. G. (2012). Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern. Diterjemahkan oleh Saut Pasaribu, dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Sangadji, M dan Sopiah. (2013). Perilaku Konsumen. Yogyakarta : CV Andi Offset.

(11)

Skripsi

Anggraeni, K. (2013). Pengaruh Terpaan Tayangan Drama Korea Baby Faced Beauty Terhadap Minat Gaya Berbusana Remaja Putri. Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.. Diakses pada tanggal 2 januari 2014. Skripsi.

http://repository.fisip-untirta.ac.id/287/

Purbaningrum, T. (2008). Pola Konsumsi Fashion Di Kalangan Pelajar Putri.

Universitas Sebelas Maret Di akses pada tanggal 30 desember 2013. Skripsi.

http://eprints.uns.ac.id/8661/1/9240 0408200903411.pdf

Yan, K. TSZ dan Francesca. (2013).Does the Korean Popular Culture Influences on Hong Kong GenerationY s. Institute of Textiles & Clothing The Hong Kong Polytechnic University. Di akses pada tanggal 8 Juli 2014. Skripsi.

www.itc.polyu.edu.hk/.../Files/.../10 619178D.pdf

Jurnal

Al rashid, H. A. (Tanpa Tahun).Putih Cantik Persepsi Kecantikan dan Obsesi Orang Indonesia Untuk Memiliki Kulit Putih. Universitas Muhamadiyah Malang. Diakses pada tanggal 26 Januari 2015. www.acicis.murdoch.edu.au/hi/field _topics/hannahalrashid.pdf.

Andriana, Y.F (2013). Identifikasi Gaya Korea Di Indonesia Sebagai Bagian Dari Gaya Barat. Insitut Teknologi Bandung (ITB). Vol IX. Di akses

pada tanggal 2

januari2014.No1http://jurnal.upi.ed u/file/0.Layout_Invotec_Vol_IX_No _.1_Februari_2013_.pdf

Dant, T. (1996). Fetishism And The Social Value Of Object. Lancaster University. Vol 44. Di akses pada tanggal 22 juni 2014. http://eprints.lancs.ac.uk/33407/1/F etishism_eprint.pdf

Gill, Luciana A. (2012). Impact Of Self On Attitudes Toward Luxury Brands Among Teens. Republic Korea. Journal Of Bussines Research. Di akses pada tanggal 2 januari 2014.https://www.academia.edu/30 67681/Impact_of_self_on_attitudes _toward_luxury_brands_among_te ens

Internet

Alexander, B Herman. (2013). Nih... Tiga Pusat Belanja Paling Ramai Dikunjungi.

<http://properti.kompas.com/read/2 013/05/27/19064845/Nih.Tiga.Pusa t.Belanja.Paling.Ramai.Dikunjungi. >Diakses pada tanggal 22 Oktober 2014.

Aprilia. R. (2011).Tren Korea yang mewabah Remaja Indonesia. <http://news.viva.co.id/news/read/2 70916-online-shopping-produk-korea.> Diakses pada tanggal 28 Januari 2015.

Beyond Cosmetic. (2015). Official Page Beyond Indonesia. <https://www.facebook.com/pages/

(12)

BPS, Jakarta Selatan. (2013). Jakarta Selatan dalam angka Jakarta Selatan In

Figures 2014.

<http://jakselkota.bps.go.id/index.p hp?hal=subject&id=3.> Diakses pada tanggal 23 Oktober 2014. Deil. S.A. (2014). Hallyu Bikin Bisnis Korea di

Indonesia Makin Lancar. <http://bisnis.liputan6.com/read/208 9213/hallyu-bikin-bisnis-korea-di-indonesia-makin-lancar.> Diakses pada tanggal 3 Maret 2015.

Etude House. (2008). Etude Indonesia. <http://www.etudehouse.co.id/index .php/etude-indonesia#.VMj-XP4-0YE.> Diakses pada tanggal 3 November 2014.

Hestianingsih. (2011). 4 Produk Kosmetik Dengan Konsep Ramah Lingkungan.

<http://wolipop.detik.com/read/2011 /10/03/163304/1735813/1139/4- produk-kosmetik-dengan-konsep-ramah-lingkungan.> Diakses pada tanggal 3 Maret 2015.

Kadaryono, N. (2012). Blok M Square,Belanja Lengkap dan Murah. <http://jakarta.panduanwisata.com/j

akarta-selatan/pusat-oleh-

oleh/blok-m-squarebelanja-lengkap-dan-murah/.> Diakses pada tanggal 12 Oktober 2014. Pondok Indah Mall. (2012). About Us.

<http://www.pondokindahmall.co.id/ about-us.> Diakses pada tanggal 23 Oktober 2014.

Putera, K.V dan Dian Maharan. (2014).Drama dan Kecantikan Plastik. <http://health.kompas.com/read/20 14/09/20/112948023/Drama.Korea.

dan.Kecantikan.Plastik.> Diakses pada tanggal 26 Januari 2015. The Face Shop. (2015). The Face Shop

Indonesia.

<http://www.thefaceshop.co.id.> Diakses pada tanggal 2 Maret 2015.

Gambar

Tabel 4.1 Pengeluaran Informan Terhadap

Referensi

Dokumen terkait

Polipropilena merupakan bahan polimer sintetik yang bersifat termoplastis sehingga mudah untuk diproses memiliki kekuatan tarik dan kekakuan yang baik, ketahanan yang tinggi

Berdasarkan hasil analisis regresi pada taraf signifikan 5% menunjukkan (1) CSR berpengaruh positif dan signifikan terhadap corporate image (2) CSR berpengaruh positif dan

Kepemimpinan dalam lembaga pendidikan islam mencakup kepala madrasah dan guru yang mempunyai peran yang sangat urgen dalam memberdayakan ummat. Tujuannya adalah untuk

penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu terntu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank. Keunggulan dari deposito berjangka adalah Perpanjangan otomatis pada saat

Pembelajaran matematika menggunakan pendekatan “SAVI” merupakan alternatif pendekatan pembelajaran yang akan diterapkan dalam peningkatan interaksi siswa dalam pembelajaran

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peserta didik dengan hasil belajar fiqh yang menggunakan media pembelajaran lebih baik dari pada hasil belajar fiqh tanpa

Sesuai dengan penelitian Siti Nur Asiyah (2006) yang meneliti tentang pengaruh kreativitas belajar dan respon siswa dalam kegiatan belajar mengajar matematika

syarat atau KetentuanlPerubahan dianggap tidak ada dan syarat atau ketentuan yang berlaku adalah yang tercantum dalam Dokumen Pengadaan/Standar Bidding Document.