• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DALAM BERBELANJA ONLINE PRODUK FASHION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DALAM BERBELANJA ONLINE PRODUK FASHION"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN HARGA DIRI DENGAN

PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA

PUTRI DALAM BERBELANJA ONLINE

PRODUK FASHION

Krisantiyana

krisantiyana@gmail.com

Dosen Pembimbing : Drs. Wing Ispurwanto, M.B.A., M.Si.

Binus University : Jl. Kebon Jeruk Raya No.27, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 11530. Telp. (62-21)535 0660 Fax. (62-21)535 0644

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan harga diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri dalam berbelanja online produk fashion. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan alat ukur Rosenberg Self Esteem Scale (SES) dan alat ukur perilaku konsumtif yang adaptasi dari Agustia (2012). Subyek penelitian ini berjumlah 260 partisipan, berjenis kelamin

perempuan, berusia 15-20 tahun, berdomisili di DKI Jakarta, dan pernah berbelanja online. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara harga diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri dalam berbelanja online produk fashion (r = -.255, sig <0.05).

Kata Kunci: Remaja Putri, Harga Diri, Perilaku Konsumtif

The objective of this research is to examine the correlation self esteem with consumptive behavior in teenage girl in online shopping fashion product. This research used quantitative method by using two instruments, namely Rosenberg Self Esteem Scale (SES) and Consumptive Behavior adapted from Agustia (2012). The subjects of this study amounted to 260 participants, female, 15-20 years old, domiciled in Jakarta, and do shopping online minimun once a month This study showed that there is have a negative correlation self esteem with consumptive behavior in teenage girl in online shopping fashion product (r = -.255, sig. <0.05).

(2)

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi saat ini semakin berkembang dengan pesat, salah satunya adalah teknologi internet di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia sebanyak 71,9 juta orang sampai pada akhir tahun 2013, hal ini membuktikan bahwa terdapat peningkatan sebesar 13% dari tahun 2012 (portalpengusaha.com, 2014). Kementerian

Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) mengemukakan bahwa Indonesia berada pada peringkat ke-8 didunia dengan pencapian jumlah pengguna internet mencapai 82 juta orang. Sebesar 80% pengguna internet adalah remaja berusia 15-19 tahun (kominfo.go.id, 2014). Pada akhir tahun 2014, Lembaga riset pasar e-Marketer mengungkapkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 83,7 juta orang pada 2014. Maka saat ini Indonesia menempati peringkat ke-6 terbesar di dunia dalam hal jumlah

pengguna internet (kominfo.go.id, 2014). Tingginya jumlah pengguna internet tersebut menunjukan kemudahan yang didapat oleh masyarakat dengan kecanggihan teknologi yang dimiliki saat ini, begitupula halnya dalam pemasaran suatu produk.

Sebanyak 82 juta orang atau sekitar 30% dari seluruh penduduk Indonesia yang menggunakan internet, telah dilirik oleh pebisnis yang melihat hal tersebut sebagai kesempatan yang baik dalam melakukan bisnis untuk menjadikan pengguna internet sebagai pangsa pasar. Kesempatan ini didukung juga berdasarkan data dari Menkominfo bahwa pada tahun 2013 transaksi e-commerce (electronic

commerce) mencapai Rp 130 triliun rupiah (startupbisnis.com, 2014). E-commerce atau penjualan

elektrik lebih dikenal online shop di kalangan masyarakat. Matthew Driver, presiden MasterCard mengatakan bahwa dalam wilayah Asia Tenggara, Indonesia merupakan salah satu negara yang

pertumbuhan pasar e-commerce yang terbesar di Asia-Pasifik (startupbisnis.com, 2014). Kesempatan baik tersebut akhirnya menimbulkan banyaknya pebisnis yang menjual produknya dengan sistem online. Yoanita Shinta Devi selaku BMI Research Head mengungkapkan bahwa pada tahun 2015 online

shopping di Indonesia diprediksi akan mengalami pertumbuhan hingga 57% atau meningkat hingga dua

kali lipat dari tahun lalu (teknologi.news.viva.co.id, 2015). E-commerce di Indonesia semakin berkembang setiap tahunnya, bahkan pemerintah turut mendukung dan membantu perkembangan

e-commerce itu sendiri. Pada tahun 2013 pencapaian yang dihasilkan sebesar US$8 miliar, kemudian pada

tahun 2014 terjadi peningkatan menjadi US$12 miliar (kominfo.go.id, 2015). Dalam hal ini, pertumbuhan

e-commerce atau online shop di Indonesia yang berkembang menunjukan bahwa Indonesia memiliki

potensi yang besar dalam e-commerce atau online shop. Berdasarkan pada produk yang biasanya paling dicari atau yang menduduki posisi teratas dalam penjualan secara online adalah adalah produk fashion (78% partisipan), kemudian produk gadget (46%), dan produk elektronik lainnya (43%)

(techno.okezone.com, 2014).

Dari data tersebut menyatakan bahwa jumlah produk yang paling banyak diminati adalah produk

fashion untuk kategori wanita, hal ini juga diperkuat oleh data dari Tokopedia. Tokopedia merupakan

salah satu dari lima media jual beli online yang cukup terkenal di Indonesia (ekonomi.kompasiana.com, 2014). Tokopedia merilis data bahwa dari tiga bulan terakhir (bulan Januari sampai bulan Maret) pada tahun 2014 bahwa sebagian besar pembeli online di Indonesia merupakan wanita. Sebesar 66,28% jumlah pembeli online merupakan wanita, dan produk yang paling banyak dibeli adalah produk kecantikan dan kesehatan, kemudian fashion dan aksesoris, dan gadget (startupbisnis.com, 2014). Hal ini diperkuat oleh Keminfo (2013) bahwa pengguna internet terbanyak berdasarkan jenis kelamin adalah wanita,

berdasarkan usia berada pada usia 15-24 tahun yaitu sebesar 47%, dan produk fashion adalah jenis barang yang sering dibeli secara online oleh pelaku belanja online. Yoanita (BMI Research Head) juga

mengatakan bahwa peminat dari belanja online masih didominasi oleh wanita dengan presentasi 53% dan 56% berusia muda sekitar 18-30 tahun (teknologi.news.viva.co.id, 2015).

Berdasarkan beragam data yang didapatkan bahwa wanita dan yang berusia muda merupakan pembeli terbesar dalam berbelanja online dan produk yang dibeli adalah produk fashion. Fashion adalah salah satu alasan yang membuat individu rela menghabiskan uang yang dimilikinya untuk mengkonsumsi barang yang diinginkannya secara berlebihan dengan mengikuti trend fashion, sehingga membuat individu tersebut menjadi konsumtif (Hemphill dan Suk, 2009). Fromm (1955) berpendapat bahwa perilaku konsumtif merupakan suatu perilaku pembelian yang dilakukan individu secara berlebihan. Sumartono (2002, dalam Hotpascaman, 2010) mendefiniskan perilaku konsumtif sebagai suatu tindakan penggunaan suatu produk secara tidak tuntas. Sebayang, Yusuf, dan Priyatama (2011) mengatakan bahwa perilaku konsumtif adalah suatu tindakan yang individu lakukan yaitu membeli atau mengkonsumsi barang atau jasa yang dimana hal tersebut bukanlah prioritas kebutuhannya secara berlebihan dan tanpa pertimbangan yang rasional, dan dilakukan hanya untuk kepuasan fisik dan memuaskan hasrat

(3)

memikirkan masa depan, dan perilaku konsumtif akan menjadi kebiasaan yang sulit untuk dihentikan serta akan sangat berbahaya bila tidak memiliki penghasilan (Kardiman, Kusriadi, & Mulyadi, 2006). Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif menurut Rahardjo & Silalahi (2007, dalam Shohibullana, 2014) seperti iklan, konformitas, gaya hidup, dan kartu kredit. Sumartono (2002, dalam Hotpascaman, 2010) mengungkapkan faktor yang dapat memunculkan perilaku konsumtif adalah faktor internal seperti harga diri, motivasi, dll dan faktor eksternal seperti keluarga, kelompok sosial. Terdapat beragam contoh kasus mengenai perilaku konsumtif, seperti berita mengenai para gadis di China yang rela menjual sel telur miliknya supaya dapat berbelanja dan membayar tagihan kartu kreditnya (merdeka.com, 2015). Ada pula kasus seorang sekertaris mengalami kecanduan belanja sampai menghabiskan uangnya sebanyak 50.000 poundsterling atau setara dengan 900 juta rupiah (female.kompas.com, 2014).

Menurut Sebayang, Yusuf, dan Priyatama (2011) remaja adalah salah satu target pemasaran atau pangsa pasar yang potensial pada beragam produk industri, hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu lebih cenderung tidak stabil serta mudah dipengaruhi, sehingga akan lebih mudah memunculkan perilaku konsumtif. Remaja merupakan suatu masa dimana individu belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa, tetapi tidak ingin dikatakan sebagai anak-anak, pada masa peralihan ini, remaja menciptakan penampilan yang berbeda mulai dari pakaian, gaya rambut, dan tingkah laku (Sholihah dan Kuswardani, 2012). Santrock (2003) mengartikan remaja sebagai suatu masa transisi antara masa anak dan masa dewasa, meliputi dari sisi biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Pada masa remaja terdapat suatu masa dimana individu merasa ingin tampak berbeda, dan ingin terlihat dewasa pada dirinya.

Hurlock (2006, dalam Sebayang, Yusuf, dan Priyatama, 2011) menyatakan bahwa perhatian yang besar akan dirinya sendiri merupakan minat yang kuat yang terjadi pada remaja putri. Berdasarkan pernyataan tersebut menyatakan bahwa adanya harga diri pada remaja. Harga diri atau self esteem adalah suatu penilaian diri yang dilakukan oleh individu akan kondisi dirinya sendiri (Myers, 2002). Mruk (2006) mengelompokkan harga diri menjadi dua kategori yaitu high self-esteem (harga diri tinggi) dengan karakteristik terbuka, antusias, eksploratif, serta mampu menyelesaikan masalah yang dimilikinya dan

low self-esteem (harga diri rendah) dengan karakteristik tertutup, menarik diri, sensitif, serta cenderung

berinteraksi pasif dengan lingkungannya. Jika diperhatikan secara seksama dapat terlihat bahwa remaja putri akan merasa memiliki harga diri yang tinggi jika mereka dapat berpenampilan menarik, cara yang dapat dilakukan untuk tampil menarik salah satunya adalah mengikuti trend fashion yang diminati oleh kelompok sebayanya (Mappiare, 1982). Pranoto dan Mahardayani (2010) mengungkapkan bahwa penampilan fisik merupakan salah satu prioritas utama yang menjadi perhatian remaja, serta banyak yang membeli produk fashion dengan merek tertentu untuk meningkatkan harga diri dan rasa percaya diri remaja. Maka salah satu karakteristik remaja adalah terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri pada akhirnya menjadikan remaja putri senang melakukan sesuatu yang dapat memuaskan dirinya sendiri seperti berbelanja. Ditambah lagi sekitar 30 juta remaja di Indonesia yang mengakses internet secara reguler. Hal tersebut didapatkan berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh UNICEF, bersama dengan Kementrian Komunikasi dan Informasi, The Berkman Center for Internet and Society, dan Harvard University dengan melakukan survey nasional mengenai penggunaan dan tingkah laku internet remaja Indonesia (id.techniasia.com, 2014). Kemudahan dalam mengakses internet, disertai dengan pertumbuhan online shop akan semakin memudahkan remaja putri untuk berbelanja.

Berdasarkan latar belakang yang telah dibahas sebelumnya, pada penelitian ini rumusan masalah yaitu “apakah terdapat hubungan antara harga diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri dalam berbelanja online produk fashion?”. Tujuan pada penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara harga diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri dalam berbelanja online produk fashion. Penelitian ini menggunakan subjek remaja putri yang berdomisili di DKI Jakarta (Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat).

METODE PENELITIAN

Subjek Penelitian dan Teknik Sampling

Karakteristik subjek penelitian ini adalah remaja berusia 15-20 tahun, berjenis kelamin perempuan, pengguna internet, pernah berbelanja online, dan berdomisili di DKI Jakarta (Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta Barat). Jumlah partisipan yang digunakan pada penelitian ini untuk pilot study sebanyak 30 partisipan dan untuk field study sebanyak 260 partisipan. Teknik sampling yang digunakan adalah Nonprobability Sampling yaitu Convenience sampling adalah teknik pengambilan sampel yang diperoleh dengan memilih sampel yang mudah didapat (Gravetter & Forzano, 2012) dan Snowball sampling adalah salah satu teknik nonprobablity sampling dimana peneliti mencari satu atau beberapa partisipan yang sesuai dengan kriteria untuk dijadikan sampel kemudian

(4)

peneliti meminta beberapa partisipan tersebut untuk mencari beberapa individu tambahan yang sesuai dengan kriteria untuk dijadikan sampel (Myers & Hansen, 2012).

Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif, menurut Gravetter & Forzano (2012) penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berdasarkan pada pengukuran variabel partisipan untuk mendapatkan nilai, nilai tersebut biasanya berbentuk numerik (angka), dan disampaikan dalam bentuk statistik untuk membentuk sebuah ringkasan dan interpretasi. Penelitian ini berupa penelitian korelasi. Gravetter & Forzano (2012) berpendapat Penelitian korelasi adalah penelitian yang mengukur dua variabel atau lebih untuk mendapatkan nilai yang ditetapkan untuk masing-masing partisipan, tujuannya untuk mengidentifikasi pola hubungan yang ada diantara variabel dan untuk mengukur kekuatan dari hubungan tersebut.

Alat Ukur Penelitian

Penelitian ini menggunakan dua alat ukur yaitu Rosenberg Sel-Esteem Scale untuk mengukur variabel harga diri, dan untuk mengukur variabel perilaku konsumtif peneliti mengadaptasi alat ukur milik Agustia (2012) yang merujuk pada teori Fromm (1955). Kedua alat ukur tersebut berbentuk kuesioner dan berskala likert. Berikut blue print dari masing-masing alat ukur.

Tabel 1.

Blue Print Alat Ukur Harga Diri

Indikator Nomor Item Jumlah

Item

Favorable Unfavorable

Global Self Esteem

Kondisi individu mengenai pemikiran dan perasaan terhadap dirinya pada beragam situasi yang dialaminya.

1, 3, 4, 7, dan 10 2, 5, 6, 8, dan 9 10 Total 10

Sumber: Olah Data Peneliti

Tabel 2.

Blue Print Alat Ukur Perilaku Konsumtif

Dimensi Indikator Nomor Item Jumlah

Item

Favorable Unfavorable

Pemenuhan Keinginan

• Membeli produk hanya karena memenuhi keinginan atau mencari kepuasan

• Membeli produk hanya karena ingin mendapatkan sesuatu: iming-iming hadiah, potongan harga besar atau murah

• Membeli produk yang didasarkan atas unsur favorit atau hal yang digemari (warna, motif atau gambar, merek, jenis)

1, 6, 13, 24, dan 26 18, 25, dan 32 19 dan 37 16 dan 17 12 33 14 Barang di luar jangkauan

• Membeli produk dengan harga diluar batas kemampuan • Berusaha keras membeli produk

diluar jangkauan dengan

menggunakan sebgaian besar uang saku atau simpanan, hingga meminjam uang 27, dan 30 36 2 dan 7 22, 23, 35, dan 45 9 Barang menjadi tidak produktif

• Membeli produk tanpa

memperdulikan kebutuhan serta manfaat dan kegunaannya • Membeli produk atas dasar

mencoba produk, dengan membeli beberapa produk (sejenis yang

5

4 dan 29

3,8,14, dan 31

42

(5)

berbeda baik model warna maupun merek)

Status • Membeli produk karena menjaga penampilan mengikuti

perkembangan jaman dan gaya hidup (trend)

• Membeli produk karena harga diri

9, 15, 28, 38, dan 44 10, 21, dan 34 40 dan 43 11, 20, 39, dan 41 14 Total 45 Sumber: Agustia (2012)

Validitas dan Reabilitas Alat Ukur

Validitas yang digunaka pada penelitian ini adalah content validity. Content validity adalah sejauh mana item yang digunakan dalam penelitian dapat mengukur apa yang ingin diukur (Myers & Hansen, 2012). Content validity dilakukan pengujian dengan melakukan expert judgement pada ahlinya. Kemudian peneliti melakukan revisi berdasarkan hasil dari expert judgement, lalu dilakukannya pilot

study kepada 30 partisipan dengan kriteria subjek yang telah ditentukan sebelumnya. Didapatkan hasil

dari pilot study untuk variabel harga diri tidak ada item yang dihilangkan atau drop out karena hasil korelasi antar item skornya adalah .424 sampai .738, sedangkan untuk variabel perilaku konsumtif, hasil korelasi antar item skornya adalah -.46 sampai .854. Terdapat beberapa item yang tidak valid pada alat ukur variabel perilaku konsumtif maka item tersebut dihilangkan

Reabilitas adalah prosedur bertujuan untuk melihat kestabilan atau konsistensi dari suatu pengukuran (Gravetter & Forzano, 2012). Reabilitas yang didapat untuk alat ukur harga diri adalah .703. Karena nilai dari Cronbach’s alpha yang didapat ≥ .60, maka dapat disimpulkan bahwa alat ukur harga diri ini reliabel. Reliabilitas yang didapat untuk alat ukur perilaku konsumtif adalah .946. Alat ukur ini juga reliabel, karena nilai dari Cronbach’s alpha yang didapat ≥ .60.

Prosedur

Penelitian ini berawal dimana peneliti tertarik dengan adanya fenomena e-commerce atau online

shop yang berkembang dikalangan remaja. Berdasarkan pada fenomena tersebut, peneliti mencari berita

atau artikel dan variabel yang terkait untuk dijadikan bahan penelitian. Setelah peneliti menemukan variabel yang terkait, peneliti mencari teori dan dirumuskan menjadi definisi operasional, hingga terbentuknya hipotesis yang sesuai dengan penelitian ini.

Selanjutnya peneliti menentukan alat ukur yang sesuai, peneliti berdiskusi dan berkonsultasi mengenai alat ukur yang akan diadaptasi kepada dosen pembimbing. Selanjutnya dilakukannnya expert

judgement dengan tujuan untuk mengkoreksi atau menilai alat ukur yang akan digunakan pada penelitian

ini sesuai dengan karakteristik subjek dan dapat mengukur variabel penelitian ini. Selanjutnya sebelum peneliti melakukan field study untuk mengambil data, peneliti melakukan pilot study untuk mengetahui validitas serta reliabitas pada masing-masing alat ukur yang akan digunakan.

Peneliti melakukan pengambilan data dengan menyebarkan kuesioner berbentuk hard copy dan

soft copy kepada remaja, berjenis kelamin perempuan, berusia 15-20 tahun, pengguna internet, pernah

berbelanja online, dan berdomisili di DKI Jakarta (Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Timur, Jakarta Barat, dan Jakarta Selatan). Peneliti juga meminta bantuan kepada partisipan untuk menyebarkan

kuesioner (hard copy maupun soft copy) peneliti kepada saudara maupun teman-temannya yang memiliki kriteria yang sesuai dengan penelitian.

Pada tahap pengolahan data, peneliti akan menggunakan Microsoft Excel 2010 (Ms. Excel 2010) untuk memindahkan data dari kuesioner dan google docs. Selanjutnya data yang sudah dipindahkan akan diolah dalam bentuk statistik dengan menggunakan SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 20. Pada penelitian ini, teknik analisis data akan menggunakan Spearman Correlation, karena

(6)

HASIL DAN BAHASAN

Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji data yang diperoleh memiliki data yang berdistribusi normal atau tidak. Pada penelitian ini menggunakan teknik One Sample Kolmogorov-Smirnov untuk melakukan uji normalitas.

Tabel 3. Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

HD PK

N 260 260

Normal Parametersa,b Mean 17.3231 74.4654 Std. Deviation 2.75573 9.05937 Most Extreme Differences

Absolute .097 .107 Positive .081 .093 Negative -.097 -.107 Kolmogorov-Smirnov Z 1.564 1.728 Asymp. Sig. (2-tailed) .015 .005 a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data. Sumber: Olah Data SPSS

Berdasarkan pada data di tabel, signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed)) yang didapat untuk variabel harga diri adalah .015 dan untuk variabel perilaku konsumtif adalah .005. Bila data mendapatkan nilai dari signifikansinya > .05 maka data tersebut berdistribusi normal, sedangkan data dapat dikatakan tidak berdistribusi normal bila nilai signifikansinya < .05. Maka dapat disimpulkan bahwa data yang didapat pada masing-masing variabel tidak berdistribusi normal. Karena data tidak berdistribusi dengan normal maka peneliti menggunakan Spearman Correlation untuk melakukan uji korelasi.

Uji Korelasi

Uji korelasi menggunakan Spearman Correlation, karena hasil dari uji normalitas, data yang diperoleh peneliti tidak berdistribusi dengan normal. Spearman correlation digunakan untuk mengukur konsistensi berdasarkan pada arah dalam hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya (Gravetter & Wallnau, 2007).

Tabel 4. Uji Korelasi Correlations HD PK Spearman's rho HD Correlation Coefficient 1.000 -.255** Sig. (2-tailed) . .000 N 260 260 PK Correlation Coefficient -.255** 1.000 Sig. (2-tailed) .000 . N 260 260

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Olah Data SPSS

Berdasarkan tabel diatas, dalam uji korelasi Spearman Correlation didapatkan nilai korelasi koefisien sebesar -.255, maka dapat dikatakan variabel harga diri dan variabel perilaku konsumtif memiliki hubungan. Angka koefisien negatif yang artinya menunjukan hubungan yang negatif. Nilai signifikan yang didapat adalah .000 yang dimana bila nilai signifikan dibawah .05 (< .05) artinya adalah

(7)

H0 ditolak dan Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi harga diri individu maka perilaku konsumtif yang dimiliki semakin rendah, dan sebaliknya semakin rendah harga diri individu maka perilaku konsumtif yang dimiliki semakin tinggi.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

• Terdapat hubungan antara harga diri dengan perilaku konsumtif pada remaja putri dalam berbelanja online produk fashion, dengan nilai korelasi koefisien sebesar -.255.

• Hubungan yang dihasilkan berarah negatif, artinya hubungan antara kedua variabel tidak searah atau berlawanan.

• Semakin tinggi harga diri remaja putri maka semakin rendah perilaku konsumtifnya dalam berbelanja online produk fashion, dan begitupula sebaliknya, semakin rendah harga diri remaja putri maka semakin tinggi perilaku konsumtifnya dalam berbelanja online produk fashion.

Saran

Penelitian dapat dilanjutkan menjadi peran ataupun pengaruh.

• Memperbanyak subjek atau melakukan pemerataan jumlah subjek yang digunakan sebagai pertisipan disesuaikan dengan total penduduk wilayahnya supaya dapat merepresentasikan dari wilayah tersebut.

Dapat dikembangkan dengan variabel lainnya seperti konsep diri, kematangan emosi, dll. • Mencermati dan teliti kembali pada kalimat yang digunakan pada alat ukur terlebih bila alat ukur

tersebut merupakan terjemahan.

Alangkah lebih baik bila item yang tidak valid dilakukan revisi dan diuji coba kembali untuk menghindari drop out.

(8)

REFERENSI

Agustia, R. S. (2012). Gambaran perilaku konsumtif siswa-i sekolah menengah atas “interbational

isalamic boarding school republic of Indonesia” (sma iibs ri). Skripsi S1. Jakarta: Universitas

Bina Nusantara.

Alia, S. S., & Haryanto, A. T. (2015, 21 Jan). 2015, Belanja online tumbuh dua kali lipat. Retrieved 23 Maret 2015, from http://teknologi.news.viva.co.id/news/read/580876-2015--belanja-online-tumbuh-dua-kali-lipat

Andini, A. & Supriyadi. (2013). Hubungan antara berpikir positif dengan harga diri pada lansia yang

tinggal di panti jompo di Bali. Jurnal Psikologi Udayana 1(1) p. 129-137.

Az. (2015, 28 Feb). Menkominfo: pemerintah beri perhatian khusus terhadap e-commerce. Retrieved 25 Maret 2015, from

http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4514/Menkominfo%3A+Pemerintah+Beri+Perhati an+Khusus+Terhadap+e-commerce/0/berita_satker#.VRLr4Nxl7FA

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (2015). Kamus besar bahasa Indonesia (kbbi) online. Retrieved 27 Maret 2015, from http://kbbi.web.id/

Emler, N. (2001). Self-esteem: the costs and causes of low self-worth. York: Joseph Rowntree Foundation.

Fromm, E. (1955). The sane society. New York: Reinhart.

Gravetter, F. J., & Forzano, L. –A. B. (2012). Research methods for the behavioral sciences. Canada: Wadsworth.

Gravertter, F. J., & Wallnau, L. B. (2007). Statistics for the behavioral sciences (7th ed.). Canada: Thomson Wadsworth

Greenberger, E., Chen, C., Dmitrieva, J., & Farruggia, S. P. (2003). Item-wording and the dimensionality

of the Rosenberg self-esteem scale: do they matter?. Retrieved 16 Maret 2015, from

http://www.researchgate.net/profile/Julia_Dmitrieva2/publication/223590875_Item-

wording_and_the_dimensionality_of_the_Rosenberg_Self-Esteem_Scale_do_they_matter/links/09e4150a405532b908000000.pdf

Gumulya, J., & Widiastuti, M. (2013, 1 Juni). Pengaruh konsep diri terhadap perilaku konsumtif

mahasiswa universitas esa unggul. Jurnal Psikologi 11(1). p. 50-65

Hemphill, C. S., & Suk, J. (2009). The law, culture and economics of fashion. Stanford Law Review, 61(5). p. 1147-1199.

Hotpascaman. (2010). Hubungan antara perilaku konsumtif dengan konformitas pada remaja. (Skripsi S1). Medan: Universitas Sumatera Utara

Jose, A. (2014, Juni 11). Google prediksi pertumbuhan e-commerce Indonesia meningkat pada 2016. Retrieved 31 Desember 2014, from http://techno.okezone.com

Kardiman, Mulyadi, E., & Kusriadi, A. (2006). Ekonomi dunia keseharian kita (ed. 3). Jakarta: Yudhistira.

Kholil, M. (2009). E-commerce. Retrieved 25 Maret 2015, from http://kholil.staff.uns.ac.id/files/2009/03/e-commerce-k-05.ppt

Kotler, P., Wong, V., Saunders, J., & Armstrong, G. (2005). Principles of marketing (fourth european

(9)

Kominfo. (2013). Potret belanja online di Indonesia (kasus Jabodetabek, Bandung dan Jogya). Jakarta: Pusat Data dan Sarana Informatika.

Lahey, B. B. (2012). Psychology an introduction (7th ed.). New York: McGraw-Hill.

Lukman, E. (2014, 20 Feb). Laporan: 30 juta pengguna internet di Indonesia adalah remaja. Retrieved 26 Maret 2015, from http://id.techinasia.com/laporan-30-juta-pengguna-internet-di-indonesia-adalah-remaja/

Maharani, A. (2015, 12 Jan). Demi belanja para gadis China rela jual sel telur. Retrieved 16 Maret 2015 from http://www.merdeka.com/dunia/demi-belanja-para-gadis-china-rela-jual-sel-telur.html Mappiare, A. (1982). Psikologi remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Mitra, W. (2014, April 25). Data dari tokopedia menunjukan dominasi wanita dalam hal berbelanja

online, baik sebagai pembeli maupun penjual online. Retrieved 30 Desember 2014, from

startupbisnis.com

Mitra, W. (2014, 16 Sep). Data statistik mengenai pertumbuhan pangsa pasar e-commerce di Indonesia

saat ini. Retrieved 26 Maret 2015, from

http://startupbisnis.com/data-statistik-mengenai-pertumbuhan-pangsa-pasar-e-commerce-di-indonesia-saat-ini/

Mruk, C. J. (2006). Self-esteem, research, theory, and practice. New York: Springer Publishing Company, inc.

Myers. (2002). Management pschycology. New Jersey: Prentice Hall Inc.

Myers, A., & Hansen, C. H. (2012). Experimental psychology (7th ed.). USA: Wadsworth, Cengage

Learning.

Nurmalasari, Y. (2007). Hubungan antara dukungan sosial dengan harga diri pada remaja penderita

penyakit lupus. (Skripsi S1). Jakarta: Universitas Gunadarma.

Pangastuti, B. K. D. G.(2014). Hubungan antara konsep diri dengan perilaku konsumtif siswa kelas xi

sma bopkri 2 Yogyakarta. (Jurnal Skripsi S1). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Retrieved 20 Juli 2015, from journal.student.uny.ac.id

Pranoto, W., & Mahardayani, I. H. (2010, Desember). Perilaku konsumen remaja menggunakan produk

fashion bermerek ditinjau dari kepercayaan diri. Jurnal Psikologi Universitas Muria Kudus 1(1).

p. 9-14. Retrieved 31 Desember 2014, from eprints.umk.ac.id

Nurmalasari, Y. (2007). Hubungan antara dukungan sosial dengan harga diri pada remaja penderita

penyakit lupus. (Skripsi S1). Jakarta: Universitas Gunadarma

Ramadhan, A. S. (2012). Hubungan gaya hidup konsumtif dengan harga diri mahasiswa fakultas

psikologi universitas “x”. (Skripsi S1). Depok : Universitas Indonesia.

REP. (2014, February 10). Ini 5 website jual beli dengan kunjungan terbanyak di Indonesia. Retrieved 30 Desember 2014, from ekonomi.kompasiana.com

Rie. (2014, 19 Des). E-commerce. Retrieved 26 Maret 2015 from http://bpptik.kominfo.go.id/2014/12/19/645/e-commerce/

Rosenberg. (1965). Rosenberg Self-Esteem Scale. Retrieved 25 Maret 2015, from http://www.yorku.ca/rokada/psyctest/rosenbrg.pdf

(10)

Santrock, J. W. (2012). Life-span development (13edition). Jakarta: Erlangga.

Saputra, N. P. (2014, March 24). Melihat potensi toko online di Indonesia dengan perkembangan internet

yang ada. Retrieved 29 Desember 2014, from portalpengusaha.com

Savitrie, D. (2008). Pola perilaku pembelian produk fashion pada konsumen wanita (sebuah studi

kualitatif pada mahasiswa fe ui dan pengunjung butik n.y.l.a). (Skripsi S1). Depok: Universitas

Indonesia.

Sebayang, J., Yusuf, M., & Priyatama, A. N. (2011). Hubungan antara body image dan konformitas

dengan perilaku konsumtif pada siswa kelas xi sma negeri 7 Surakarta. Retrieved 29 Desember

2014, from jurnalwacana.psikologi.fk.uns.ac.id

Shohibullana, I. H. (2014). Kontrol diri dan perilaku konsumtif pada siswa sma (ditinjau dari lokasi

sekolah). Jurnal Online Psikologi 2(1). p. 46-61. Retrieved 4 Januari 2015, from

http://ejournal.umm.ac.id

Sholihah, N. A., & Kuswardani, I. (2012). Hubungan antara gaya hidup hedonis dan konformitas teman

sebaya dengan perilaku konsumtif terhadap ponsel pada remaja. Jurnal Psikohumanika 4(1).

Retrieved 29 Desember 2014, from http://psikohumanika.setiabudi.ac.id

Suyanto, M. (2003). Stategi periklanan pada e-commerce perusahaan top dunia. Yogyakarta: Penerbit ANDI OFFSET.

Tambunan, R. (2001). Remaja dan perilaku konsumtif. Retrieved 24 Maret 2015, from http://www.e-psikologi.com/artikel/individual/remaja-dan-perilaku-konsumtif

Wardhani, M. D. (2009). Hubungan antara konformitas dan harga diri dengan perilaku konsumtif pada

remaja putri. (Skripsi S1). Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta. Retrieved 4 Januari

2015, from eprints.uns.ac.id

Wijaya, D. W. (2014, 18 Agust). Seorang sekertaris gila belanja, habiskan uang hingga Rp 900 juta. Retrieved 16 Maret 2015, from

http://female.kompas.com/read/2014/08/18/123506720/Seorang.Sekretaris.Gila.Belanja.Habiska n.Uang.hingga.Rp.900.Juta akses

Yunita, R. (2014). Hubungan antara self esteem dengan perilaku konsumtif siswa kelas xi sma

muhammadiyah 1 Yogyakarta. (Jurnal Skripsi S1). Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Retrieved 20 Juli 2015, from journal.student.uny.ac.id

Yuniya, K. (2005). Fashion-ology: an introduction to fashion studies. New York: Berg.

... (2014, 8 Mei). Kemkominfo: pengguna internet di Indonesia mencapai 82 juta. Retrieved 25 Maret 2015, from

http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/3980/Kemkominfo%3A+Pengguna+Internet+di+In donesia+Capai+82+Juta/0/berita_satker#.VRLp8Nxl7FB

... (2014, 24 Nov). Pengguna internet Indonesia nomor enam dunia. Retrieved 25 Maret 2015, from http://kominfo.go.id/index.php/content/detail/4286/Pengguna+Internet+Indonesia+Nomor+Enam +Dunia/0/sorotan_media#.VRLq6txl7FA

(11)

RIWAYAT PENULIS

PERSONAL DETAILS

Name : Krisantiyana

Birth Place/Date : Jakarta, 19 November 1993 E-mail : krisantiyana@gmail.com

FORMAL EDUCATION

2011 – sekarang Bina Nusantara University, Jakarta, Indonesia Bachelor (S1), Psychology GPA: 3.10 2008 – 2011 SMA Mutiara 17 Agustus (IPA)

ORGANIZATION EXPERIENCE

Jan 2012 – Dec 2013 HIMPSIKO, Vice Coordinator Public Relation Division

WORKING EXPERIENCE

Jul 2014 – Sep 2014 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk., Jakarta Human Resources / Recruitment

Feb 2014 – Jun 2014 Universitas Bina Nusantara, Jakarta

Assistant Lab Metode Observasi dan Wawancara

Sep 2013 – Jan 2014 Universitas Bina Nusantara, Jakarta

Assistant Lab Pengantar dan Aplikasi Psikodiagnosis

2013 Universitas Bina Nusantara, Jakarta

Gambar

Tabel 4.  Uji Korelasi  Correlations  HD  PK  Spearman's rho  HD  Correlation Coefficient  1.000  -.255 **Sig

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk merancang ekstraktor zat warna alami dengan variabel-variabel perancangan yang optimal serta efektif dalam pengoperasiannya, dengan

[r]

Kepemimpinan dalam lembaga pendidikan islam mencakup kepala madrasah dan guru yang mempunyai peran yang sangat urgen dalam memberdayakan ummat. Tujuannya adalah untuk

Tesis berjudul (dalam bahasa Indonesia) : ”Analisis Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepemimpinan Pengelolaan Koperasi Simpan Pinjam/Unit Simpan Koperasi terhadap

Dengan m enyadar i posisi st r at egis di at as, per an yang akan diam bil oleh PSI F didasar kan pada visi sebagai ber ik ut : ( a) m enj adi salah sat u inst it usi ak adem ik

single mother terlihat dari bagaimana mereka menyelaraskan antara jumlah pendapatan dengan kebutuhan dan pengeluaran setiap harinya, misalnya saja bagi single

telah Allah ajarakan kepada Nabi Adam pada saat di surge yang nantinya menjadi. pengetahuan bagi Adam ketika dia hidup di

Hasil penelitian menunjukan bahwa media aplikasi Algebrator memberikan pengaruh yang positif terhadap hasil belajar siswa kelas VIII khususnya pada materi Persamaan