• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PEERGROUP DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP KONSUMTIF REMAJA : Studi Kasus PadaSiswa di SMA Negeri 7 Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN PEERGROUP DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP KONSUMTIF REMAJA : Studi Kasus PadaSiswa di SMA Negeri 7 Kota Bandung."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

No.2069 / UN. 40.2. 8 / PL / 2014

PERAN PEERGROUP DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP KONSUMTIF REMAJA

( Studi Kasus PadaSiswa di SMA Negeri 7 Kota Bandung)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi

Oleh Farida Aryani

1005709

PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

No.2069 / UN. 40.2. 8 / PL / 2014

PERAN PEERGROUP DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP KONSUMTIF REMAJA

( Studi Kasus Pada Siswa di SMA Negeri 7 Kota Bandung)

Oleh Farida Aryani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial

© Farida Aryani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)
(5)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN PENULIS ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. ... L ATAR BELAKANG PENELITIAN ... 1

B. ... I DENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN ... 6

C. ... R UMUSAN MASALAH PENELITIAN ... 7

D. ... T UJUAN PENELITIAN ... 7

1. ... T ujuan Umum ... 7

2. ... T ujuan Khusus ... 7

(6)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. ... M

anfaat Teoritis... 8

2. ... M

anfaat Praktis ... 8

F.... S

TRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10 A. ... K

ELOMPOK SOSIAL ... 10

1. ... P

engertian Kelompok Sosial ... 10

2. ... M

acam-macam Kelompok Sosial ... 11

3. ... K

elompok Sosial Primer ... 12

B. ... P

EERGROUP (KELOMPOK TEMAN SEBAYA) ... 14

1. ... P

yarat-syarat Menjadi Anggota Kelompok ... 17

6. ... P

(7)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. ... G

AYA HIDUP ... 19

1. ... P

engertian Gaya Hidup ... 19

2. ... F

aktor yang Memengaruhi Gaya Hidup ... 21

3. ... A

lat Ukur Gaya Hidup ... 21

D. ... K

ONSUMTIF ... 23

1. ... P

engertian Perilaku Konsumtif ... 23

2. ... J

enis-jenis Perilaku Konsumtif ... 24

3. ... F

aktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumtif ... 25

E. ... R

EMAJA ... 27

F.... I

NTERAKSI SOSIAL ... 28

1. ... P

engertian Interaksi Sosial ... 28

2. ... F

aktor-faktor dan Ciri-ciri Interaksi Sosial ... 30

3. ... S

yarat-syarat Interaksi Sosial ... 31

G. ... P

ENELITIAN TERDAHULU ... 32

(8)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A. ... L

OKASI DAN SUBJEK PENELITIAN ... 34

B. ... D

ESAIN PENELITIAN DAN JUSTIFIKASI PEMILIHAN DESAIN ... 35

C. ... M

ETODE PENELITIAN DAN JUSTIFIKASI PEMILIHAN METODE ... 36

D. ... T

EKNIK PENGUMPULAN DATA ... 38

1. ... O

ahap Pra Penelitian ... 42

2. ... T

ahap Pelaksanaan Penelitian ... 43

3. ... T

ahap Pengolahan dan Analisis Data ... 44

G. ... T

EKNIK PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA ... 44

1. ... D

ata Reduction (Reduksi Data) ... 45

2. ... D

(9)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. ... C

onclusion Drawing/Verification ... 47

H. ... P

ENGUJIAN KEABSAHAN DATA ... 48

1. ... T

riangulasi ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49 A. ... D

ESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 49

1. ... P

rofil SMA Negeri 7 Bandung ... 49

2. ... G

ambaran Umum Siswa SMA Negeri 7 Bandung ... 50

B. ... P

ROFIL INFORMAN ... 51

C. ... H

ASIL PENELITIAN... 57

1. ... H

al-hal yang Mendorong Remaja Masuk Peergroup ... 57

2. ... I

ntensitas Pertemuan Peergroup... 65

3. ... P

eran Peergroup dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja ... 69

4. ... B

entuk-bentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja ... 73

a. ... G

aya Hidup Konsumtif Food ... 74

b. ... G

(10)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. ... G

aya Hidup Konsumtif Fun ... 87

5. ... D ampak Gaya Hidup Konsumtif ... 94

D. ... P EMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 1. ... H al-hal yang Mendorong Remaja Masuk Peergroup ... 99

2. ... I ntensitas Pertemuan Peergroup... 103

3. ... P eran Peergroup dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja .... 105

4. ... B entuk-bentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja ... 108

5. ... D ampak Gaya Hidup Konsumtif ... 111

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 113

A.... S IMPULAN ... 113

B. ... R EKOMENDASI ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 117

DAFTAR CEKLIS PUSTAKA ... 124

(11)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kelompok Sosial Primer... 13

Tabel 2.2 Komponen Gaya Hidup ... 22

Tabel 3.1 Subjek Penelitian ... 35

Tabel 4.1 Jumlah Siswa ... 50

Tabel 4.2 Profil Informan ... 56

Tabel 4.3 Hal-hal yang Mendorong Remaja Masuk Peergroup ... 63

Tabel 4.4 Intensitas Bermain Bersama dalam Seminggu ... 68

(12)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.6 Intensitas Gaya Hidup Konsumtif Food Remaja dalam

Seminggu ... 78

Tabel 4.7 Intensitas Gaya Hidup Konsumtif Fashion Remaja dalam

Sebulan ... 86

Tabel 4.8 Bentuk Gaya Hidup Konsumtif Fun Remaja dan

Intensitasnya ... 90

Tabel 4.9 Bentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja ... 91 Tabel 4.10 Dampak Positif dan Negatif Gaya Hidup Konsumtif ... 98

DAFTAR BAGAN

(13)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN ... 132 Lampiran 1 Administrasi Penelitian ... 133 A. ... S

urat Izin Penelitian ... 134

B. ... S

(14)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. ... B

uku Bimbingan Skripsi ... 136

Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 137 A. ... P

edoman Observasi ... 138

B. ... P

edoman Wawancara ... 142

C. ... D

okumentasi Penelitian ... 145

(15)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PERAN PEERGROUP DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP

KONSUMTIF REMAJA (Studi Kasus Pada Siswa SMA Negeri 7 Kota Bandung)

Masa remaja merupakan masa yang bergejolak dan saat remaja berada pada kondisi yang tidak stabil, oleh karena itu mereka dapat dengan mudah terpengaruh oleh lingkungan, contohnya ialah dalam gaya hidup konsumtif. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Bandung, dengan informan sejumlah lima belas siswa yang tergabung dalam dua peergroup yang berbeda. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan observasi yaitu melakukan pengamatan langsung kepada informan, kemudian wawancara yang dilakukan kepada informan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun, serta studi dokumentasi yaitu mempelajari data-data yang didapat dari catatan harian dan media sosial yang dimiliki informan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja. penelitian ini berusaha mendeskripsikan dari awal mula remaja bergabung bersama peergroup, bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama, bagaimana peergroup berperan dalam membentuk gaya konsumtif, bentuk-bentuk gaya hidup konsumtif yang dilakukan oleh remaja dan peergroupnya serta dampak yang ditimbulkan dari gaya hidup konsumtif tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat delapan hal yang mendorong remaja untuk masuk peergroup diantaranya kesamaan ciri fisik, kesamaan karakteristik, eksistensi, rasa aman, memberikan keuntungan, rasa nyaman, solidaritas dan dapat memberikan pengertian. Intensitas remaja bergaul dengan peergroup rata-rata dalam seminggu mencapai 3-4 hari. Peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja ditunjukkan dalam lima aspek yaitu sebagai sarana mencapai kekompakan peergroup, syarat untuk diterima dalam peergroup, memberikan penilaian bagi penampilan remaja, memberikan pengetahuan baru mengenai suatu produk dan sifat dominasi untuk memberikan pengaruh. Gaya hidup konsumtif yang ditunjukkan remaja ada tiga bentuk yaitu food, fashion dan fun. Dalam bergaya hidup konsumtif ternyata remaja juga merasakan dampak positif maupun negatif. Melalui penelitian ini diharapkan remaja mampu menjadi dirinya sendiri tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar yang negatif.

(16)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Adolescence is a time of volatile and as a teenager was in an unstable condition, therefore they can be easily affected by the environment, for example, is the consumptive lifestyle. This research was conducted at SMAN 7 Bandung, with informant number fifteen students who are members of two different peergroup. Data collection techniques were conducted by researchers with the observation of direct observation to the informant, then the informant interviews conducted using an interview guide that had been developed, as well as documentation of studies that assess the data obtained from daily records and social media are owned by the informant. This research was conducted using the case study method with a qualitative approach. This study aims to provide an overview of peergroup role in shaping adolescent consumptive lifestyle. This study sought to describe from the beginning peergroup teens joined together, how they spend time together, how peergroup role in shaping consumer styles, forms of consumptive lifestyle that is done by teenagers and peergroupnya as well as the impact of the consumer lifestyle. The results showed that there are eight things that encourage teenagers to enter peergroup including physical characteristics in common, common characteristics, existence, safety, benefit, comfort, and can provide a sense of solidarity. Intensity teens hanging out with peergroup average of 3-4 days a week to reach. Peergroup role in shaping consumer lifestyle adolescents demonstrated in five aspects, namely as a means of achieving compactness peergroup, a requirement to be accepted in peergroup, providing performance assessment for teens, providing new knowledge about a product and the nature of dominance to influence. Consumptive lifestyle adolescents indicated there are three forms of food, fashion and fun. In consumptive life style turns teens also feel the impact of both positive and negative. Through this research is expected to become a teenager herself is not easily affected by the environment around the negative.

(17)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Manusia merupakan individu yang berdiri sendiri, mempunyai unsur fisik

dan psikis yang dikuasai penuh oleh dirinya sendiri. Masing-masing individu

tentunya beragam, terdiri dari berbagai macam karakteristik, sifat dan watak,

pemikiran serta bagaimana cara mereka menyesuaikan diri dengan lingkungan

sekitar. Mereka mempunyai otoritas dan wewenang untuk mengatur jalan

hidupnya sesuai dengan apa yang mereka inginkan serta bertanggung jawab atas

dirinya. Meskipun dapat berdiri sendiri-sendiri dan merupakan satu kesatuan yang

utuh tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia pasti memerlukan

keberadaan orang lain di sekitarnya. Baik secara langsung ataupun tidak, manusia

membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk

bersosialisasi. Bahkan saat seorang bayi lahir ke dunia ia pasti memerlukan

pertolongan orang lain. Itulah sebabnya mengapa manusia dikatakan sebagai

makhluk individu dan sosial.

Pada dasarnya, setiap manusia tidak dapat hidup apabila tidak berada di

tengah-tengah manusia. Untuk mempertahankan hidupnya manusia dibekali oleh

akal. Potensi yang ada dalam diri manusia itu hanya mungkin berkembang bila ia

hidup dan belajar di tengah-tengah manusia pula. Manusia sebagai makhluk sosial

yaitu individu yang hidup dan berkembang bersama dengan lingkungannya tentu

tidak dapat terlepas dari pengaruh individu lain di sekitarnya. Manusia dikatakan

sebagai makhluk sosial, juga dikarenakan di dalam diri seorang manusia ada

dorongan untuk menjalin hubungan atau relasi (berinteraksi) dengan orang lain.

Setiap manusia pasti mempunyai kebutuhan sosial (social need) untuk hidup

berkelompok dengan orang lain. Naluri untuk hidup berkelompok biasanya

(18)

2

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kecenderungan ini dapat membentuk kelompok-kelompok yang beragam di

dalam sebuah masyarakat. Salah satu yang kita kenal adalah peergroup atau

kelompok bermain. Peergroup merupakan agen sosialisasi di luar ikatan keluarga,

contohnya teman sepermainan di lingkungan sekitar tempat tinggal dan teman di

sekolah. Apabila di dalam keluarga biasanya dilakukan pola interaksi yang

horizontal dikarenakan ada hubungan yang tidak sederajat misalnya ayah terhadap

anak, maka dalam peergroup pola interaksinya adalah vertikal yaitu cenderung

lugas dan luwes baik dalam berbicara ataupun candaan karena dilakukan terhadap

teman sebaya. Dalam kelompok teman sebaya (peergroup), individu merasakan

adanya kesamaan satu dengan yang lainnya seperti di bidang usia, kebutuhan dan

tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu. Kecenderungan untuk membentuk

kelompok dalam peergroup disini lebih banyak dilakukan oleh remaja-remaja di

persekolahan.

Menurut Santosa (2009, hlm.84), “Pada usia remaja (usia anak SMP dan

SMA), individu mengalami proses sosialisasi, di mana mereka itu sedang belajar

memperoleh kemantapan sosial dalam mempersiapkan diri untuk menjadi orang

dewasa yang baru”. Individu mencari kelompok yang sesuai dengan

keinginannya, di mana individu bisa saling berinteraksi satu sama lain dan merasa

diterima dalam kelompok. Di dalam peergroup individu dapat menemukan

dunianya, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Mereka mempunyai

persamaan pembicaraan di segala bidang, misalnya: pembicaraan tentang hobi,

kehidupan asmara, permasalahan keluarga serta hal-hal menarik lainnya.

Dengan berinteraksi bersama kawan-kawan yang cenderung mempunyai

karakteristik yang sama dengan dirinya, maka seorang remaja akan merasa dirinya

diakui. Menurut Soekanto (2003, hlm.61), “Interaksi sosial merupakan hubungan

antara orang perorang dengan kelompok manusia maupun sebuah proses dimana

seseorang atau kelompok orang bertindak atau bereaksi terhadap orang lain”. Di

sini terjadi hubungan saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan

(19)

3

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

secara tidak langsung kelompok tersebut membentuk seorang individu untuk

bertindak sama dengan anggota kelompoknya yang lain.

Masa remaja merupakan masa yang bergejolak dan saat remaja berada pada

kondisi yang tidak stabil, oleh karena itu mereka dapat dengan mudah terpengaruh

oleh lingkungan. Adanya pengaruh dari teman sepermainan tentu saja dapat

menimbulkan dampak baik negatif maupun positif, contohnya ialah dalam gaya

hidup.

Arus perkembangan informasi dan teknologi yang pesat membuat sebagian

masyarakat kita sangat terbuka dengan perubahan. Berbagai macam trend

pakaian, musik, kuliner dan gadget bermunculan di negara kita dan sebagian besar

masyarakat kita merupakan konsumen. Bahkan mengikuti setiap perubahan trend

yang baru merupakan sebuah gaya hidup yang kemudian diminati oleh

masyarakat.

Kecenderungan untuk mengikuti setiap perubahan trend atau teknologi baru

yang bermunculan akan membentuk gaya hidup yang konsumtif. Mangkunegara

(2002, hlm.3) mengemukakan bahwa:

Perilaku konsumtif dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.

Lain halnya menurut Soebiyakto (1988, hlm.17), “Perilaku konsumtif adalah

seringnya konsumen membeli suatu barang atau produk demi sebuah pengakuan,

dimana secara nyata bahwa produk tersebut tidak dibutuhkan”. Gaya hidup yang

konsumtif ini bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa yang notabene sudah

berpenghasilan, tetapi hal ini juga mulai merambah pada kaum remaja. Apalagi

ketika seorang remaja bergaul dengan peergroup (kelompok teman sebaya) yang

memang berasal dari keluarga yang berada dan bergaya hidup mewah.

Para remaja mempunyai kecenderungan untuk menunjukkan eksistensi

dirinya kepada lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu para remaja

senantiasa melakukan hal apapun yang dapat membuat dirinya lebih menonjol

(20)

4

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

konsumtif. Sebenarnya gaya hidup yang konsumtif pada remaja ini masih bisa

diterima sepanjang perilaku konsumtif masih dalam batas kewajaran. Hal ini tidak

akan menjadi persoalan ketika didukung oleh kematangan finansial. Yang menjadi

persoalan adalah ketika perilaku konsumtif ini dilakukan secara berlebihan dan

dilakukan secara terus-menerus.

Para remaja bersama peergroupnya baik laki-laki maupun perempuan sering

menghabiskan waktu bersama untuk bermain. Terlebih lagi sekarang ini banyak

sekali mall, café serta pusat perbelanjaan bermunculan di kota-kota besar, salah

satunya Bandung. Respon positif yang diberikan oleh masyarakat terhadap

keberadaan Mall, café dan pusat perbelanjaan terlihat jelas memicu

berkembangnya tempat-tempat tersebut. Mall, café serta pusat-pusat perbelanjaan

tersebut yang biasanya menjadi tempat tujuan para remaja bersama peergroupnya

untuk menghabiskan waktu dan hang out bersama. Meskipun tidak setiap kali

mengunjungi mall, café dan pusat perbelanjaan untuk berbelanja, tetapi kegiatan

ini agaknya menjadi rutin dilakukan setiap remaja dan peergroup walaupun hanya

sekedar jalan-jalan, jajan ataupun nongkrong bersama teman-teman. Saat ini di

kota Bandung terdapat beberapa mall yaitu Ciwalk, PVJ, TSM, Festival Citylink,

BIP, dan lain-lain.

Menurut penelitian The Nielsen Regional Retail Highlights tahun 2011,

ramainya kawula muda mengunjungi resto-resto seperti itu karena konsep tempat

dianggap sesuai dengan gaya hidup orang Indonesia, khususnya ibukota Jakarta.

Sementara pengamat sosiologi, Abdul Kholek dalam Arin (dikutip dari surat

kabar online Antara News, Maret 11/2012) menyebutkan:

(21)

5

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pencitraan media melalui iklan-iklan. Masuknya makanan siap saji berimplikasi tidak hanya pada sektor ekonomi ditandai pada matinya dan terhimpitnya bisnis-bisnis makanan lokal, tetapi juga mengubah gaya hidup dalam masyarakat di negara berkembang. Pergeseran dan perubahan gaya hidup berpengaruh cukup signifikan khususnya pada generasi muda menjadi gaya hidup yang instan, perilaku konsumtif dan juga konsumerisme.

( http://www.antaranews.com/print/300726/nongkrong-di-cafe-jadi-gaya-hidup)

Tidak hanya berbelanja atau sekedar hang out bersama peergroup

(teman-teman sepermainan) yang telah menjadi gaya hidup sebagian remaja maupun anak

sekolah saat ini. Penggunaan teknologi berbasis IT canggih seperti telepon

genggam yang terus menerus mengeluarkan produk baru yang semakin canggih

setiap harinya pun digandrungi oleh para remaja. Kemunculan gadget baru seperti

Blackberry, IPhone, serta tablet mulai masuk dan menarik perhatian para remaja

saat ini. Telepon genggam kini berubah fungsi bukan saja digunakan untuk

berkomunikasi tetapi digunakan pula untuk semata-mata menunjukkan identitas

diri. Terkadang apabila salah satu anggota dari peergroup menggunakan

handphone merk A maka anggota yang lain pun akan cenderung menggunakan

merek yang sama atau bahkan lebih bagus. Hal ini tentu saja bisa disebut sebagai

gaya hidup yang konsumtif dimana ketika suatu ada perubahan fungsi yang

tadinya telepon genggam merupakan alat komunikasi, kini menjadi suatu prestise

bagi sebagian kalangan. Seperti yang diungkapkan oleh Soendojo, seorang pakar

Sosiologi dari Universitas Negeri Jakarta dalam Meirina (dikutip dari surat kabar

online Antara News, Maret 11/2012),:

(22)

6

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka dari itu

penulis sangat tertarik untuk mendeskripsikan bagaimana peer group dapat

membentuk gaya hidup yang konsumtif pada remaja. Penelitian ini diadakan di

SMA Negeri 7 Bandung. Secara geografis SMA Negeri 7 Bandung, letaknya

sangat strategis yaitu berada tidak jauh dari pusat kota. Karena letaknya yang

strategis akses untuk menuju beberapa mall, dan pusat perbelanjaan yang ada di

kota Bandung pun sangat mudah. Tentu saja hal ini bisa memudahkan siswa-siswi

yang bersekolah di SMA Negeri 7 Bandung terpengaruh untuk mengunjungi

tempat tersebut dan melakukan gaya hidup yang konsumtif. Melihat data di

lapangan siswa di SMA Negeri 7 Bandung mempunyai latar belakang keluarga

yang berbeda-beda pula, ada yang berasal dari keluarga menengah-atas maupun

menengah-bawah. Berdasarkan pengamatan penulis, siswa SMA Negeri 7

Bandung bergaul secara berkelompok yang dari setiap kelompoknya tentu

mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Inilah yang akan menjadi fokus

penelitian dari penulis apakah peergroup (kelompok teman sebaya) akan

membentuk gaya hidup yang konsumtif pada siswa. Oleh karena latar belakang

itulah penulis ingin melakukan penelitian mengenai : PERAN PEERGROUP

DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP KONSUMTIF REMAJA (Studi Kasus

pada Siswa SMA Negeri 7 Bandung).

B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas, terlihat

bahwa seseorang akan bergaul dengan peergroup yang mempunyai karakteristik

yang serupa dengan dirinya diantaranya adalah kesamaan usia, hobi, minat,

penampilan, kegemaran bahkan cara berpikir. Di dalam pergaulan tersebut

tentunya akan ada saling pengaruh mempengaruhi antar anggotanya.

Pengaruh-pengaruh tersebut ada yang bersifat positif maupun negatif. Pengaruh-pengaruh positif dari

peergroup yaitu motivasi belajar, prestasi belajar serta akhlak yang baik.

Sementara pengaruh yang negatif dari peergroup yaitu kenakalan remaja,

(23)

7

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam hal ini fokusnya adalah gaya hidup yang konsumtif. gaya hidup konsumtif

merupakan pola perilaku yang menunjukkan minat, kegemaran, bagai mana

individu membelanjakan uang dan bagaimana individu menghabiskan waktu yang

keseluruhan aspek tersebut dilakukan secara berlebihan dan tidak efisien. Maka

yang akan menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah, Bagaimana

peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja?

C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Guna tercapainya tujuan sebuah penelitian, maka peneliti perlu merumuskan

apa yang menjadi fokus permasalahan. Adapun rumusan masalah yang akan

diteliti adalah sebagai berikut:

1. Hal-hal apakah yang mendorong remaja masuk dalam sebuah peergroup?

2. Seberapa sering intensitas remaja bergaul dengan peergroupnya?

3. Bagaimanakah peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif

remaja di SMA Negeri 7 Bandung?

4. Apa saja bentuk gaya hidup konsumtif yang dilakukan oleh remaja di

SMA Negeri 7 Bandung ketika bersama dengan peergroupnya?

5. Adakah dampak yang ditimbulkan dari gaya hidup konsumtif?

D. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan tersebut, maka tujuan

dari penelitian ini adalah :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana peran peergroup membentuk gaya hidup yang

konsumtif di kalangan siswa SMA Negeri 7 Bandung.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya hal-hal yang mendorong remaja masuk dalam sebuah

(24)

8

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Diketahuinya seberapa sering intensitas remaja bergaul dengan

peergroup.

c. Diketahuinya peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif

remaja di SMA Negeri 7 Bandung.

d. Diketahuinya berbagai macam bentuk gaya hidup konsumtif yang

dilakukan remaja SMA Negeri 7 Bandung ketika bersama peergroupnya.

e. Diketahuinya dampak yang ditimbulkan dari gaya hidup konsumtif.

E. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah kajian yang

spesifik mengenai pengaruh peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif

remaja dan berguna bagi pihak-pihak terkait dan membutuhkan. Adapun manfaat

dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu memberikan kontribusi bagi

pengembangan konsep-konsep sosiologi, khususnya konsep interaksi dan

sosialisasi. Selain itu juga, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

kontribusi bagi studi mengenai peergroup dalam konteks pengaruhnya bagi

kehidupan remaja.

2. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

a. Memberikan informasi mengenai hal-hal yang mendorong remaja masuk

dalam sebuah peergroup;

b. Memberikan informasi mengenai seberapa sering intensitas remaja

bergaul dengan peergroupnya;

c. Memberikan informasi, peran peergroup dalam membentuk gaya hidup

(25)

9

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Memberikan informasi mengenai berbagai macam bentuk gaya hidup

konsumtif yang dilakukan remaja SMA Negeri 7 Bandung ketika bersama

peergroupnya;

e. Memberikan informasi mengenai dampak yang ditimbulkan dari gaya

hidup konsumtif;

f. Bagi remaja, dengan adanya penelitian ini para remaja diharapkan

mampu menjadi dirinya sendiri, pandai menyesuaikan diri, serta tidak

mudah terpengaruh oleh lingkungan ataupun teman sepermainan yang

membawa pengaruh negatif;

g. Bagi orangtua, sebagai pembinaan sikap dan perilaku agar dapat

membentuk kualitas pribadi remaja yang memiliki sikap yang tidak

konsumtif;

h. Bagi pendidik, sebagai bahan untuk menanggulangi dampak negatif yang

terjadi akibat dari gaya hidup konsumtif yang dilakukan oleh siswa SMA

Negeri 7 Bandung.

F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI

Adapun struktur organisasi dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari lima

bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang

penelitian, identifikasi masalah penelitian dan rumusan masalah penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi.

BAB II : Kajian Pustaka. Dalam bab ini dijelaskan hal-hal yang berkaitan

dengan fokus penelitian serta teori yang memiliki hubungan dengan penelitian

penulis.

BAB III : Metode Penelitian. Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai

lokasi dan subjek penelitian, metode dan pendekatan penelitian, definisi

(26)

10

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai peran peer group dalam

membentuk gaya hidup konsumtif remaja.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini penulis

menganalisis temuan data mengenai peran peergroup dalam membentuk gaya

hidup konsumtif remaja serta memaparkan hasil penelitian tersebut.

BAB V : Simpulan dan Rekomendasi. Dalam bab ini penulis memberikan

simpulan dan rekomendasi sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan

(27)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

Adanya lokasi penelitian tentu merupakan hal yang penting bagi

berlangsungnya sebuah proses penelitian. Lokasi penelitian merujuk pada sebuah

tempat dimana terdapat pelaku dan fenomena yang akan diteliti. Untuk

mendapatkan segala informasi yang peneliti butuhkan demi menunjang

terlaksananya penelitian mengenai peran peergroup dalam membentuk gaya

hidup konsumtif remaja, oleh karena itu peneliti memilih lokasi penelitian di

sekolah menengah atas. Karena rentang usia remaja SMA berkisar antara 15

sampai 17 tahun maka peneliti merasa tepat apabila melakukannya di SMA.

Dalam penelitian ini SMA Negeri 7 Bandung yang terletak di Jalan

Lengkong Kecil No. 53 dipilih sebagai lokasi penelitian. Sekolah ini merupakan

salah satu sekolah yang letaknya strategis di tengah-tengah kota Bandung. SMA

Negeri 7 Bandung juga merupakan sekolah yang cukup diminati pendaftar.

Alasan peneliti memilih lokasi penelitian disini adalah karena karakteristik

siswa-siswi di sini sangat heterogen. Selain itu juga mereka berasal dari status

sosial yang berbeda-beda. Banyak siswa yang datang ke sekolah dengan mobil,

motor, bus, kereta api dan bahkan jalan kaki. Tetapi kebanyakan siswa

mengendarai motor ke sekolah. Selain itu juga, berdasarkan pengamatan penulis

siswa-siswi SMA Negeri 7 Bandung bergaul secara berkelompok yang dari setiap

kelompoknya tentu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Lokasi

penelitian juga dekat dengan peneliti, sehingga dapat memudahkan pengambilan

data dan peneliti dapat berkomunikasi dengan intensif dengan sumber informasi

(28)

35

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Subjek merupakan pelaku, dalam hal ini adalah semua orang yang dapat

dimintai informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan penelitian. Menurut

Sugiyono (2013, hlm. 216):

Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang

diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan

pertimbangan dan tujuan tertentu.

Tujuan dari digunakannya purposive karena peneliti ingin memperoleh data

yang lengkap dari informan-informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya

untuk menjadi sumber data yang akurat. Kemudian yang menjadi subjek

penelitian dalam pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah:

Tabel 3.1

Subjek Penelitian

No Subjek Penelitian Jumlah

1 Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMA

Negeri 7 Bandung

1 orang

2 Siswa-Siswi SMA Negeri 7 Bandung 15 orang

Jumlah 16 orang

B. DESAIN PENELITIAN DAN JUSTIFIKASI PEMILIHAN DESAIN Untuk lebih memudahkan dalam melakukan penelitian, diperlukan

pendekatan penelitian. Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah

pendekatan kualitatif. Dikemukakan oleh Bungin (2008, hlm.302) bahwa “Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam

(29)

36

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Qualitaive research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analizes words, report detailed views of information, and conducts the study in a natural setting.

Sedangkan menurut Herdiansyah (2010, hlm.9) “Penelitian kualitatif adalah

suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam

konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi

komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti”.

Sementara itu Sukmadinata (2006, hlm.60) menyatakan bahwa “Penelitian

kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan

menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,

pemikiran orang secara individu maupun kelompok”. Berdasarkan beberapa

pendapat diatas maka pendekatan kualitatif dipandang tepat untuk melihat lebih

jelas aktifitas sosial kelompok teman sebaya (peergroup).

Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk terjun ke lapangan untuk

menemukan jawaban dengan secara langsung melihat, mengamati dan

mendengarnya langsung dari objek yang akan diteliti. Tujuan dari pemilihan

pendekatan kualitatif agar didapatkan informasi yang mendalam dengan

wawancara dan observasi yang dilakukan antara peneliti dengan objek penelitian.

Karena yang menjadi masalah penelitian yaitu bagaimana peran teman sebaya

(peergroup) dalam membentuk gaya hidup konsumtif maka diperlukan data yang

benar-benar dapat menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena tersebut

melalui data yang berupa kata-kata atau lisan dari perilaku kelompok yang

diamati. Untuk itulah pendekatan kualitatif dirasa tepat apabila digunakan dalam

penelitian ini.

C. METODE PENELITIAN DAN JUSTIFIKASI PEMILIHAN

METODE

Metode adalah jalan yang digunakan untuk mencari informasi melalui data

(30)

37

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjelaskan mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian

ini, hendaknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai metode penelitian.

Metode penelitian merupakan cara atau proses yang digunakan dalam pendekatan

masalah penelitian untuk menemukan jawaban atas suatu masalah. Seperti yang

dikemukakan oleh Surakhmad (1992, hlm.121):

Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya mengkaji suatu rangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini digunakan setelah penyidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan.

Menurut Ruslan (2008, hlm.24) “Metode adalah kegiatan ilmiah yang

berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau

objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya”. Sedangkan

Menurut Sugiyono (2013, hlm.2) “Metode penelitian merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Dapat

disimpulkan bahwa metode merupakan unsur penting dalam penelitian yaitu

sebagai jalan untuk menemukan jawaban. Pemilihan metode yang tepat dapat

menunjang keberhasilan penelitian.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut

Yin (2002, hlm.1):

Studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial.Studi kasus juga bisa memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat, dan karakter-karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu, yang kemudian, dari sifat-sifat khas akan dijadikan sebagai suatu hal yang bersifat umum.

Kemudian dikemukakan oleh Raco (2010, hlm.50) “Studi kasus ini dapat

membantu peneliti untuk mengadakan studi mendalam tentang perorangan,

kelompok, program, organisasi, budaya, agama, daerah atau bahkan Negara”.

Penelitian ini ingin melihat proses interaksi yang dilakukan oleh peergroup

bersama anggotanya sehingga menimbulkan gaya hidup yang konsumtif.

Pandangan ini didukung oleh pendapat Muin (2013, hlm.230) yang mengatakan

(31)

38

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang berkenaan dengan suatu fase khusus atau khas dari keseluruhan kejadian”.

Dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (Mulyana, 2004, hlm.201) penggunaan

metode studi kasus dalam penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan,

diantaranya:

a.Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti;

b. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa

yang dialami pembaca kehidupan sehari-hari;

c.Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dengan responden;

d. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas;

Berdasarkan beberapa pandangan dari beberapa ahli serta

keuntungan-keuntungannya, peneliti menimbang bahwa metode studi kasus adalah metode

yang tepat jika digunakan dalam penelitian ini, karena peneliti ingin menghasilkan

data yang berupa kata-kata yang dapat mendeskripsikan perilaku yang telah

diamati peneliti. Kemudian tujuan dari penelitian ini juga untuk memberikan

gambaran pola interaksi dari peergroup yang menyebabkan gaya hidup konsumtif.

D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Untuk mengetahui jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini maka

diperlukan data yang menunjang penelitian ini. Dalam pengumpulan data-data

maka diperlukan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data tentulah

harus disesuaikan dengan metode dan pendekatan yang digunakan. Menurut

Sugiyono (2013, hlm. 224) “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang

paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari sebuah penelitian

adalah mendapatkan data”. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik

pengumpulan data melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi serta studi

kepustakaan. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono (2013, hlm.62)

bahwa:

(32)

39

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

interview (wawancara), kuisioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.

Untuk menunjang hal tersebut penulis menggunakan beberapa teknik yaitu

sebagai berikut:

1. Observasi

Pengertian observasi menurut Kartono (1980, hlm.142) adalah “Studi yang

disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan

jalan pengamatan dan pencatatan”. Selanjutnya dikemukakan tujuan observasi adalah: “mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi dari inter relasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena sosial serba kompleks dalam pola-pola kulturil tertentu”. Menurut Nawawi dan Martini (1992, hlm.74) “Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang

tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala pada objek penelitian”.

Dalam Sugiyono (2013, hlm.227) “Observasi dapat dibedakan

menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant

observation”. Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan adalah participant

observation dimana peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari objek

yang sedang diamati. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengamati hal yang

dikerjakan oleh sumber data, mengamati, mencatat, menganalisis dan selanjutnya

membuat kesimpulan mengenai perilaku remaja bersama peergroupnya serta

melihat aktivitas mereka sehari-hari di sekolah maupun diluar sekolah.

Lebih lanjut dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm.228) “Manfaat dari

observasi salah satunya adalah dengan observasi peneliti dapat menemukan

hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh informan dalam wawancara

karena bersifat sensitiF”. Untuk itulah peneliti memandang bahwa observasi

dirasa tepat dalam penelitian ini karena peneliti terlibat langsung sehingga antara

peneliti dan objek penelitian tidak ada yang dirahasiakan.

(33)

40

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Menurut Sugiyono (2013, hlm.231):

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam.

Melalui wawancara ini peneliti ingin mendapatkan informasi secara verbal

mengenai sikap, pengetahuan dan tindakan yang menjadi target penelitian yaitu

tentang peranan peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif pada remaja

di SMAN 7 Bandung. Wawancara digunakan peneliti dengan cara memberikan

pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada informan untuk mengetahui

kejelasan dari suatu permasalahan. Teknik wawancara yang digunakan dalam

penelitian ini adalah wawancara tak berstrukur (unstructured interview) dimana

peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara

sistematis. Pedoman wawancara disusun secara sederhana. Teknik ini dilakukan

agar interaksi yang dilakukan antara peneliti dengan responden lebih lugas dan

tidak ada yang merasa diintimidasi. Wawancara ini juga dilakukan agar suasana

diantara peneliti dan informan tidak ada rasa canggung. Sehingga peneliti dengan

responden dapat berbincang seperti layaknya teman yang sedang mendengarkan

curahan hati remaja. Pendekatan seperti ini sangat tepat apabila respondennya

para remaja. Tujuannya adalah untuk memperkuat suatu data yang telah diperoleh

serta untuk memperoleh informasi secara meluas dan mendalam. Alasan tersebut

sejalan dengan yang diungkapkan oleh Creswell (2013, hlm.267) bahwa:

Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview (interview dalam kelompok) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan dalam kelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (open-ended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari partisipan.

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap dua kelompok teman

sebaya yang berada di SMA Negeri 7 Bandung sebagai informan utama, yang

(34)

41

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Studi Dokumentasi

Menurut Moleong (2006, hlm.161) mendefinisikan bahwa “Studi

dokumentasi yaitu mencari sumber data-data tertulis di lapangan yang berkaitan

dengan masalah yang diteliti”. Sedangkan dikemukakan oleh Arikunto (2006,

hlm.231), “Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”. Studi dokumentasi dapat

dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.

Studi dokumentasi yang akan dilakukan peneliti yaitu mengumpulkan

berbagai dokumen seperti catatan yang ada pada guru BK, wali kelas, dan guru

lainnya, buku laporan pribadi siswa serta catatan lain yang berkaitan dengan

sumber data. Kemudian dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan dengan

cara mengamati social media yang digunakan oleh informan. Informasi yang

didapatkkan dari social media merupakan data pendukung yang dianggap penting

oleh peneliti, sebab melalui social media biasanya para remaja suka

mempublikasikan kegiatanya bersama teman-temannya.

E. INSTRUMEN PENELITIAN

Menurut Arikunto (2006, hlm.134), “Instrumen pengumpulan data adalah

alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah

olehnya”. Instrumen merupaka alat bantu yang digunakan peneliti untuk

memperoleh sebuah data. Teknik pengumpulan data akan menjadi lebih mudah

apabila didukung dengan intrumen penelitiannya. Menurut Sugiyono (2013,

hlm.305) menjelaskan bahwa “…dalam penelitian kualitatif, yang menjadi

instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri”. Selanjutnya Sugiyono

(35)

42

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai intrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Merujuk pada pendapat diatas, sudah jelas bahwa intrumen utama dalam

penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, selebihnya instrumen-instrumen

pendukung disesuaikan dengan teknik pengumpulan data yang digunakan.

Adapun instrumen-instrumen tersebut adalah pedoman observasi, pedoman

wawancara, tape recorder, kamera serta catatan lapangan.

F. PROSEDUR PENELITIAN 1. Tahap Pra Penelitian

Pada tahap ini peneliti mengajukan proposal usulan penelitian kepada pihak

Prodi Pendidikan Sosiologi. Setelah disetujui, peneliti mengikuti seminar proposal

penelitian pada tanggal 24 Juni 2013 dan diuji oleh 2 dosen penguji. Setelah

ditetapkan bahwa usulan penelitian ini layak untuk diteliti, maka Prodi Pendidikan

Sosiologi mengeluarkan SK yang jatuh pada tanggal 28 Juni 2013 dan disetujui

oleh Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

Rangkaian selanjutnya peneliti melakukan observasi dengan terlebih dahulu

mengunjungi SMA Negeri 7 Bandung. Tujuan dilakukannya observasi ini adalah

untuk mengetahui gambaran umum SMA Negeri 7 Bandung, terutama yang

terkait dengan objek penelitian yaitu peer group. Observasi ini dilakukan dengan

cara mengamati perilaku siswa-siswi bersama dengan peer groupnya. Hal tersebut

dilakukan untuk mendapatkan data awal mengenai peergroup yang ada di SMA

(36)

43

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setelah melakukan kegiatan tersebut, peneliti membuat rancangan

penelitian sederhana serta membuat kelengkapan penelitian yang meliputi surat

penelitian yang merupakan prosedur penelitian serta guna mendapatkan izin dari

instansi terkait. Prosedur perizinan yang dilakukan antara lain:

a. Mengajukan surat izin penelitian kepada Dekan Fakultas Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial melalui prodi Pendidikan Sosiologi yang

ditandatangani oleh Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi.

b. Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial melalui Pembantu

Dekan I mengeluarkan surat permohonan izin penelitian untuk

disampaikan kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Bandung.

c. Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Bandung melalui Wakil Kepala Sekolah

Bidang Humas memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan

penelitian di sekolahnya.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah pada tahap pra penelitian, peneliti melengkapi segala kelengkapan

yang diperlukan selama penelitian, tahap selanjutnya peneliti mulai terjun ke

lapangan untuk memulai pelaksanaan penelitian. Karena dalam penelitian

kualitatif, peneliti merupakan intrumen utama sebuah penelitian, maka peneliti

secara langsung berhubungan dengan responden. Dalam kegiatan penelitian,

peneliti dibantu dengan pedoman wawancara sederhana. Kegiatan wawancara ini

dibagi menjadi 4 bagian, diantaranya:

a.Wawancara yang dilakukan kepada Wakasek Humas SMA Negeri 7

Bandung. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi keseluruhan

mengenai gambaran sekolah di SMA Negeri 7 Bandung.

b. Wawancara yang dilakukan kepada dua kelompok teman sebaya

(peergroup) yang ada di SMA Negeri 7 Bandung. Pada tahap ini tentu

saja peneliti bertujuan untuk mendapatkan data selengkap-lengkapnya

(37)

44

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berinteraksi satu sama lain, bagaimana mereka bergaul dan apakah

karenanya dapat menimbulkan gaya hidup konsumtif.

Setelah melakukan proses wawancara dengan para responden, penulis

menyusun secara runut kemudian menuliskan kembali informasi-informasi yang

telah didapatkan. Tidak lupa pula menuliskan catatan tambahan yang berasal dari

catatan pengamatan, foto maupun dokumen lainnya. Tujuan dilakukannya hal ini

agar peneliti dapat melihat data apalagi yang harus peneliti cari dan lengkapi. Hal

ini juga dilakukan sampai peneliti sampai pada titik jenuh dan tidak ada lagi

mendapat informasi yang baru.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Tahap pengolahan dan analisis data merupakan tahap yang paling penting.

Setelah peneliti melakukan serangkaian penelitian, data yang diperoleh dari

berbagai responden kemudian diolah dan dianalisis. Maka diperlukan tahap ini

untuk mengemas sebuah penelitian dalam sebuah laporan yang mudah dimengerti

oleh pembaca. Hal-hal yang berkaitan dengan tahap pengolahan dan analisis data

akan dibahas pada pembahasan selanjutnya.

G. TEKNIK PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA

Teknik pengolahan data dan analisis data merupakan satu kesatuan yang

tidak dapat dipisahkan. Kegiatan ini terdiri dari beberapa rangkaian proses yang

akan mengasilkan interpretasi data secara sistematis, mudah dibaca dan dipahami. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm.244)”

(38)

45

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Selebihnya Cresswell (2013, hlm.275) mengemukakan bahwa “analisis data

kualitatif yang dilaporkan dalam artikel-artikel jurnal dan buku-buku ilmiah

seringkali menjadi model analisis yang umum digunakan”. Dalam model analisis

tersebut, peneliti mengumpulkan data kualitatif, menganalisisnya berdasarkan

tema atau perpektif tertentu dan melaporkannya. Dalam penelitian ini juga peneliti

memilah informasi yang informasi yang mendukung serta tidak memasukkan

informasi yang tidak penting.

Menurut Sugiyono (2013, hlm.245) “analisis data pada penelitian kualitatif

telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke

lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”. Dalam

penelitian ini analisis sebelum di lapangan dilakukan untuk memberikan

gambaran awal mengenai hasil penelitian. Namun menurut Sugiyono (2013,

hlm.245) “…focus penelitian ini masih bersifat sementara , dan akan berkembang

setelah peneliti masuk dan selama di lapangan”. Demikian pula juga dalam

penelitian ini gambaran awal mengenai penelitian ini dapat berkembang seiring

dengan proses penelitian.

Kemudian beberapa aktivitas analisis di lapangan menurut Sugiyono (2013,

hlm.246) “…berdasarkan Model Miles dan Huberman terdiri dari 3 aktivitas

yaitu, data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion

drawing/verivication”. Untuk lebih jelasnya langkah-langkah dalam analisis

tersebut dijabarkan sebagai berikut:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Menurut Daymon dan Holloway (2008, hlm.369) “Reduksi data adalah

proses memilah-milah data yang tidak beraturan menjadi potongan-potongan yang

lebih teratur dengan mengoding, menyusunnya menjadi kategori (memoing), dan

merangkumnya menjadi pola dan susunan yang sederhana”. Untuk itulah dengan

adanya reduksi data akan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan informasi

selanjutnya dan melengkapi data yang diperlukan. Hal tersebut sejalan dengan

(39)

46

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal

yang penting, dicari tema dan polanya”. Sementara Nasution (2003, hlm.128)

mengungkapkan bahwa:

Data yang diperoleh di lapangan akan terus bertambah sehingga akan menyulitkan jika dianalisis sejak awal. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dipilih-pilih hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal penting, dan dicari tema atau polanya, jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan.

Kondisi-kondisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, merupakan hal

yang sangat relevan dengan apa yang peneliti temui di lapangan. Terkadang

peneliti kesulitan dalam menganalisis data karena data terlalu banyak dan tidak

fokus pada pokok penelitiannya. Setelah melakukan beberapa observasi dan

wawancara data yang diperoleh semakin lama semakin bertambah dan semakin

rumit jika analisis dilakukan pada keseluruhan data yang diperoleh. Untuk itulah

penulis melakukan proses pemilahan terhadap data. Dengan cara seperti itu dapat

mempermudah penulis untuk melengkapi data yang sekiranya masih diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah melakukan kegiatan reduksi data, langkah selanjutnya yang

dilakukan dalan analisis data adalah data display atau penyajian data. Menurut

Rasyad (2002, hlm.15) “Penyajian data dilakukan untuk menganalisis masalah

agar mudah dicari pemecahannya”. Penyajian data juga dilakukan untuk

mempermudah melihat gambaran di lapangan secara tertulis.

Penyajian data dapat dilakukan ke dalam beberapa bentuk. Menurut

Sugiyono (2013, hlm.49) “Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa

dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,

flowchart, dan sejenisnya”. Pendapat tersebut sejalan dengan yang diungkapkan

oleh Nasution (2003, hlm.128) beliau mengungkapkan bahwa:

(40)

47

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam penelitian harus diusahakan membuat berbagai macam matrik, uraian singkat, network, chart dan grafik.

Berdasarkan model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013,hlm.249) “…yang

paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah

dengan teks yang bersifat naratif”. Merujuk pada pendapat para ahli diatas,

peneliti melakukan penyajian data ke dalam bentuk uraian narasi. Tujuan

digunakannya teknik itu agar peneliti mudah membaca, mempermudah proses

penyusunan laporan, serta mempermudah memahami gejala di lapangan.

3. Conclusion Drawing/Verification

Langkah yang terakhir dalam analisis data adalah conclusion

drawing/verification atau penarikan kesimpulan/verifikasi. Dikemukakan oleh

Sugiyono (2013, hlm.252) bahwa:

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.

Sama halnya dengan penelitian ini, bahwa kesimpulan yang ditarik

merupakan kesimpulan yang masih bersifat sementara. Keadaan itu akan berubah

apabila peneliti tidak menemukan penemuan-penemuan atau informasi baru di

lapangan yang dapat mendukung pernyataan peneliti. Maka kesimpulan yang

telah dibuat mestilah dirubah. Tetapi apabila fakta-fakta yang ditemukan di

lapangan sesuai dan didukung oleh bukti serta teori yang dapat

dipertanggungjawabkan, maka kesimpulan tersebut dapat dinyatakan benar.

Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013,

hlm.252) bahwa:

(41)

48

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H. PENGUJIAN KEABSAHAN DATA

1. Triangulasi

Dikemukakan oleh Sugiyono (2013,hlm. 273) bahwa “Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Proses triangulasi dalam penelitian ini

dilakukan pada informasi yang diberikan oleh responden-responden yang terkait.

Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan pada teknik pengumpulan data. Pada

mulanya peneliti melakukan observasi, lalu setelah data terkumpul peneliti

melakukan wawancara serta studi dokumentasi. Setelah mendapatkan data dari

ketiga teknik pengumpulan tersebut barulah dicocokkan untuk menguji

kredibilitas data. Untuk itu bagan proses triangulasi dalam penelitian ini dapat

dilihat sebagai berikut:

Bagan 3.1

Triangulasi Sumber Data

Observasi Wawancara

(42)

49

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

(43)

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peran peergroup dalam

membentuk perilaku konsumtif remaja. Untuk itu, berdasarkan penelitian dan

proses analisis data yang telah dilakukan pada dua peergroup di SMA Negeri 7

Bandung yang terdiri dari lima belas informan, maka didapatkan kesimpulan

sebagai berikut:

1. Terdapat beberapa hal yang mendorong siswa masuk dalam peergroup.

Hal-hal tersebut diantaranta 1) kesamaan ciri fisik, 2) kesamaan

karakteristik atau sifat, 3) keinginan meraih eksistensi, 4) memberikan

rasa aman, 5) memberikan keuntungan, 6) memberikan rasa nyaman, 7)

solidaritas yang tinggi, serta yang terakhir 8) bisa memberikan

pengertian.

2. Kedekatan diantara remaja dengan peergroupnya terjalin disebakan

oleh intensitas pertemuan mereka yang intensif. Intesitas pertemuan

remaja bersama teman-temannya terkadang bisa lebih sering

dibandingkan dengan orangtua mereka. Rata-rata remaja meluangkan

tiga sampai empat hari dalam seminggu untuk bermain bersama

peergroup. Pertemuan-pertemuan tersebut terjadi tidak hanya pada saat

jam sekolah, melainkan pada saat sepulang sekolah. Ketika sepulang

sekolah biasanya peergroup melakukan kegiatan-kegiatan yang

merupakan kegemaran mereka diantaranya, jalan-jalan, mengobrol atau

(44)

114

Farida Aryani, 2014

Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Kebiasaan remaja bersama peergroupnya yang gemar menghabiskan

waktu luang bersama-sama ternyata dapat membentuk gaya hidup

konsumtif bagi remaja itu sendiri. Terdapat beberapa gambaran

mengenai peran peergroup dalam membentuk perilaku konsumtif

remaja yaitu 1) sarana mencapai kekompakan peergroup, 2) syarat

untuk diterima dalam peergroup, 3) memberikan penilaian bagi

penampilan remaja, 4) memberikan pengetahuan baru mengenai suatu

produk, dan yang terakhir yaitu 5) sifat dominasi untuk memberikan

pengaruh.

4. Terdapat tiga bentuk gaya hidup konsumtif yang ditunjukkan oleh

remaja. Bentuk-bentuk gaya hidup konsumtif tersebut yaitu food,

fashion dan fun. Food berkaitan dengan segala bentuk kuliner dengan

kata lain apa yang mereka konsumsi dalam bentuk makanan dan

minuman. Fashion merupakan hal yang berkaitan dengan penampilan

yaitu apa yang mereka kenakan seperti pakaian, aksesoris, sepatu, dan

lain-lain. Sementara fun adalah apa yang menjadi kesenangan atau hal

yang diminati. Hal-hal yang dilakukan remaja bersama peergroupnya

yaitu menonton film di bioskop, karaoke serta bermain band.

5. Dampak yang ditimbulkan dalam gaya hidup konsumtif dirasakan oleh

remaja. Dampak tersebut dibagi menjadi dua yaitu dampak positif dan

negatif. Dampak positif yang dirasakan remaja yaitu merasa puas

memiliki barang-barang bermerek dan merasa kekinian sebab

mengikuti trend yang berkembang. Sementara dampak negatif dari gaya

hidup konsumtif tersebut adalah terlalu boros dalam membelanjakan

uang, masihbergantung kepada orangtua, melakukan hal negatif dalam

memenuhi gaya hidup konsumtif, membeli barang-barang tidak sesuai

dengan kebutuhan, membuang-buang waktu serta melakukan hal yang

Gambar

Tabel 3.1

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Kristen Maranatha Remaja dalam masa emerging adulthood yang orang tuanya bercerai saat mereka berada pada rentang usia sekolah dasar cenderung memiliki self esteem

Penelitian ini berusaha untuk menggali berbagai informasi yang berkaitan dengan gaya hidup konsumtif remaja Korean Addict yang mencakup aktivitas, minat, dan opini

Jadi remaja-remaja yang ada di kota Pekanbaru sangat tertarik dengan adanya fasilitas free wi-fi yang disediakan oleh kafe, dan fasilitas free wi-fi juga merupakan salah

Kaum remaja Jepang juga merupakan kaum yang amat sangat tergantung pada kehidupan berkelompok dan sangat mudah terpengaruh oleh teman - temannya, oleh karena itu mereka

Salah satu hal yang menjadi perhatian adalah trend pacaran di kalangan remaja saat ini yang cenderung lebih bebas dalam mengekspresikan perasaan mereka, untuk itu

Kecenderungan perilaku konsumtif pada remaja diduga terkait dengan karakteristik psikologis tertentu yang dimiliki oleh remaja yaitu konsep diri mereka

Dari hasil data mengenai gaya hidup remaja di Kecamatan Cisarua tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya hidup mereka saat ini cenderung dipengaruhi oleh

Oleh sebab itu remaja mencoba melakukan berbagai aktivitas yang menjadi gaya hidup remaja untuk mendapatkan apa yang paling sesuai bagi kebutuhannya saat itu.. Hal ini sesuai