No.2069 / UN. 40.2. 8 / PL / 2014
PERAN PEERGROUP DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP KONSUMTIF REMAJA
( Studi Kasus PadaSiswa di SMA Negeri 7 Kota Bandung)
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi
Oleh Farida Aryani
1005709
PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
No.2069 / UN. 40.2. 8 / PL / 2014
PERAN PEERGROUP DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP KONSUMTIF REMAJA
( Studi Kasus Pada Siswa di SMA Negeri 7 Kota Bandung)
Oleh Farida Aryani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial
© Farida Aryani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
PERNYATAAN PENULIS ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRAK ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR BAGAN ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. ... L ATAR BELAKANG PENELITIAN ... 1
B. ... I DENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN ... 6
C. ... R UMUSAN MASALAH PENELITIAN ... 7
D. ... T UJUAN PENELITIAN ... 7
1. ... T ujuan Umum ... 7
2. ... T ujuan Khusus ... 7
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. ... M
anfaat Teoritis... 8
2. ... M
anfaat Praktis ... 8
F.... S
TRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10 A. ... K
ELOMPOK SOSIAL ... 10
1. ... P
engertian Kelompok Sosial ... 10
2. ... M
acam-macam Kelompok Sosial ... 11
3. ... K
elompok Sosial Primer ... 12
B. ... P
EERGROUP (KELOMPOK TEMAN SEBAYA) ... 14
1. ... P
yarat-syarat Menjadi Anggota Kelompok ... 17
6. ... P
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. ... G
AYA HIDUP ... 19
1. ... P
engertian Gaya Hidup ... 19
2. ... F
aktor yang Memengaruhi Gaya Hidup ... 21
3. ... A
lat Ukur Gaya Hidup ... 21
D. ... K
ONSUMTIF ... 23
1. ... P
engertian Perilaku Konsumtif ... 23
2. ... J
enis-jenis Perilaku Konsumtif ... 24
3. ... F
aktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Konsumtif ... 25
E. ... R
EMAJA ... 27
F.... I
NTERAKSI SOSIAL ... 28
1. ... P
engertian Interaksi Sosial ... 28
2. ... F
aktor-faktor dan Ciri-ciri Interaksi Sosial ... 30
3. ... S
yarat-syarat Interaksi Sosial ... 31
G. ... P
ENELITIAN TERDAHULU ... 32
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
A. ... L
OKASI DAN SUBJEK PENELITIAN ... 34
B. ... D
ESAIN PENELITIAN DAN JUSTIFIKASI PEMILIHAN DESAIN ... 35
C. ... M
ETODE PENELITIAN DAN JUSTIFIKASI PEMILIHAN METODE ... 36
D. ... T
EKNIK PENGUMPULAN DATA ... 38
1. ... O
ahap Pra Penelitian ... 42
2. ... T
ahap Pelaksanaan Penelitian ... 43
3. ... T
ahap Pengolahan dan Analisis Data ... 44
G. ... T
EKNIK PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA ... 44
1. ... D
ata Reduction (Reduksi Data) ... 45
2. ... D
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. ... C
onclusion Drawing/Verification ... 47
H. ... P
ENGUJIAN KEABSAHAN DATA ... 48
1. ... T
riangulasi ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49 A. ... D
ESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 49
1. ... P
rofil SMA Negeri 7 Bandung ... 49
2. ... G
ambaran Umum Siswa SMA Negeri 7 Bandung ... 50
B. ... P
ROFIL INFORMAN ... 51
C. ... H
ASIL PENELITIAN... 57
1. ... H
al-hal yang Mendorong Remaja Masuk Peergroup ... 57
2. ... I
ntensitas Pertemuan Peergroup... 65
3. ... P
eran Peergroup dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja ... 69
4. ... B
entuk-bentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja ... 73
a. ... G
aya Hidup Konsumtif Food ... 74
b. ... G
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. ... G
aya Hidup Konsumtif Fun ... 87
5. ... D ampak Gaya Hidup Konsumtif ... 94
D. ... P EMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 1. ... H al-hal yang Mendorong Remaja Masuk Peergroup ... 99
2. ... I ntensitas Pertemuan Peergroup... 103
3. ... P eran Peergroup dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja .... 105
4. ... B entuk-bentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja ... 108
5. ... D ampak Gaya Hidup Konsumtif ... 111
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 113
A.... S IMPULAN ... 113
B. ... R EKOMENDASI ... 115
DAFTAR PUSTAKA ... 117
DAFTAR CEKLIS PUSTAKA ... 124
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kelompok Sosial Primer... 13
Tabel 2.2 Komponen Gaya Hidup ... 22
Tabel 3.1 Subjek Penelitian ... 35
Tabel 4.1 Jumlah Siswa ... 50
Tabel 4.2 Profil Informan ... 56
Tabel 4.3 Hal-hal yang Mendorong Remaja Masuk Peergroup ... 63
Tabel 4.4 Intensitas Bermain Bersama dalam Seminggu ... 68
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.6 Intensitas Gaya Hidup Konsumtif Food Remaja dalam
Seminggu ... 78
Tabel 4.7 Intensitas Gaya Hidup Konsumtif Fashion Remaja dalam
Sebulan ... 86
Tabel 4.8 Bentuk Gaya Hidup Konsumtif Fun Remaja dan
Intensitasnya ... 90
Tabel 4.9 Bentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja ... 91 Tabel 4.10 Dampak Positif dan Negatif Gaya Hidup Konsumtif ... 98
DAFTAR BAGAN
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN ... 132 Lampiran 1 Administrasi Penelitian ... 133 A. ... S
urat Izin Penelitian ... 134
B. ... S
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
C. ... B
uku Bimbingan Skripsi ... 136
Lampiran 2 Instrumen Penelitian ... 137 A. ... P
edoman Observasi ... 138
B. ... P
edoman Wawancara ... 142
C. ... D
okumentasi Penelitian ... 145
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
PERAN PEERGROUP DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP
KONSUMTIF REMAJA (Studi Kasus Pada Siswa SMA Negeri 7 Kota Bandung)
Masa remaja merupakan masa yang bergejolak dan saat remaja berada pada kondisi yang tidak stabil, oleh karena itu mereka dapat dengan mudah terpengaruh oleh lingkungan, contohnya ialah dalam gaya hidup konsumtif. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 7 Bandung, dengan informan sejumlah lima belas siswa yang tergabung dalam dua peergroup yang berbeda. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan observasi yaitu melakukan pengamatan langsung kepada informan, kemudian wawancara yang dilakukan kepada informan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun, serta studi dokumentasi yaitu mempelajari data-data yang didapat dari catatan harian dan media sosial yang dimiliki informan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja. penelitian ini berusaha mendeskripsikan dari awal mula remaja bergabung bersama peergroup, bagaimana mereka menghabiskan waktu bersama, bagaimana peergroup berperan dalam membentuk gaya konsumtif, bentuk-bentuk gaya hidup konsumtif yang dilakukan oleh remaja dan peergroupnya serta dampak yang ditimbulkan dari gaya hidup konsumtif tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat delapan hal yang mendorong remaja untuk masuk peergroup diantaranya kesamaan ciri fisik, kesamaan karakteristik, eksistensi, rasa aman, memberikan keuntungan, rasa nyaman, solidaritas dan dapat memberikan pengertian. Intensitas remaja bergaul dengan peergroup rata-rata dalam seminggu mencapai 3-4 hari. Peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja ditunjukkan dalam lima aspek yaitu sebagai sarana mencapai kekompakan peergroup, syarat untuk diterima dalam peergroup, memberikan penilaian bagi penampilan remaja, memberikan pengetahuan baru mengenai suatu produk dan sifat dominasi untuk memberikan pengaruh. Gaya hidup konsumtif yang ditunjukkan remaja ada tiga bentuk yaitu food, fashion dan fun. Dalam bergaya hidup konsumtif ternyata remaja juga merasakan dampak positif maupun negatif. Melalui penelitian ini diharapkan remaja mampu menjadi dirinya sendiri tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan sekitar yang negatif.
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
Adolescence is a time of volatile and as a teenager was in an unstable condition, therefore they can be easily affected by the environment, for example, is the consumptive lifestyle. This research was conducted at SMAN 7 Bandung, with informant number fifteen students who are members of two different peergroup. Data collection techniques were conducted by researchers with the observation of direct observation to the informant, then the informant interviews conducted using an interview guide that had been developed, as well as documentation of studies that assess the data obtained from daily records and social media are owned by the informant. This research was conducted using the case study method with a qualitative approach. This study aims to provide an overview of peergroup role in shaping adolescent consumptive lifestyle. This study sought to describe from the beginning peergroup teens joined together, how they spend time together, how peergroup role in shaping consumer styles, forms of consumptive lifestyle that is done by teenagers and peergroupnya as well as the impact of the consumer lifestyle. The results showed that there are eight things that encourage teenagers to enter peergroup including physical characteristics in common, common characteristics, existence, safety, benefit, comfort, and can provide a sense of solidarity. Intensity teens hanging out with peergroup average of 3-4 days a week to reach. Peergroup role in shaping consumer lifestyle adolescents demonstrated in five aspects, namely as a means of achieving compactness peergroup, a requirement to be accepted in peergroup, providing performance assessment for teens, providing new knowledge about a product and the nature of dominance to influence. Consumptive lifestyle adolescents indicated there are three forms of food, fashion and fun. In consumptive life style turns teens also feel the impact of both positive and negative. Through this research is expected to become a teenager herself is not easily affected by the environment around the negative.
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Manusia merupakan individu yang berdiri sendiri, mempunyai unsur fisik
dan psikis yang dikuasai penuh oleh dirinya sendiri. Masing-masing individu
tentunya beragam, terdiri dari berbagai macam karakteristik, sifat dan watak,
pemikiran serta bagaimana cara mereka menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekitar. Mereka mempunyai otoritas dan wewenang untuk mengatur jalan
hidupnya sesuai dengan apa yang mereka inginkan serta bertanggung jawab atas
dirinya. Meskipun dapat berdiri sendiri-sendiri dan merupakan satu kesatuan yang
utuh tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia pasti memerlukan
keberadaan orang lain di sekitarnya. Baik secara langsung ataupun tidak, manusia
membutuhkan orang lain dan lingkungan sosialnya sebagai sarana untuk
bersosialisasi. Bahkan saat seorang bayi lahir ke dunia ia pasti memerlukan
pertolongan orang lain. Itulah sebabnya mengapa manusia dikatakan sebagai
makhluk individu dan sosial.
Pada dasarnya, setiap manusia tidak dapat hidup apabila tidak berada di
tengah-tengah manusia. Untuk mempertahankan hidupnya manusia dibekali oleh
akal. Potensi yang ada dalam diri manusia itu hanya mungkin berkembang bila ia
hidup dan belajar di tengah-tengah manusia pula. Manusia sebagai makhluk sosial
yaitu individu yang hidup dan berkembang bersama dengan lingkungannya tentu
tidak dapat terlepas dari pengaruh individu lain di sekitarnya. Manusia dikatakan
sebagai makhluk sosial, juga dikarenakan di dalam diri seorang manusia ada
dorongan untuk menjalin hubungan atau relasi (berinteraksi) dengan orang lain.
Setiap manusia pasti mempunyai kebutuhan sosial (social need) untuk hidup
berkelompok dengan orang lain. Naluri untuk hidup berkelompok biasanya
2
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kecenderungan ini dapat membentuk kelompok-kelompok yang beragam di
dalam sebuah masyarakat. Salah satu yang kita kenal adalah peergroup atau
kelompok bermain. Peergroup merupakan agen sosialisasi di luar ikatan keluarga,
contohnya teman sepermainan di lingkungan sekitar tempat tinggal dan teman di
sekolah. Apabila di dalam keluarga biasanya dilakukan pola interaksi yang
horizontal dikarenakan ada hubungan yang tidak sederajat misalnya ayah terhadap
anak, maka dalam peergroup pola interaksinya adalah vertikal yaitu cenderung
lugas dan luwes baik dalam berbicara ataupun candaan karena dilakukan terhadap
teman sebaya. Dalam kelompok teman sebaya (peergroup), individu merasakan
adanya kesamaan satu dengan yang lainnya seperti di bidang usia, kebutuhan dan
tujuan yang dapat memperkuat kelompok itu. Kecenderungan untuk membentuk
kelompok dalam peergroup disini lebih banyak dilakukan oleh remaja-remaja di
persekolahan.
Menurut Santosa (2009, hlm.84), “Pada usia remaja (usia anak SMP dan
SMA), individu mengalami proses sosialisasi, di mana mereka itu sedang belajar
memperoleh kemantapan sosial dalam mempersiapkan diri untuk menjadi orang
dewasa yang baru”. Individu mencari kelompok yang sesuai dengan
keinginannya, di mana individu bisa saling berinteraksi satu sama lain dan merasa
diterima dalam kelompok. Di dalam peergroup individu dapat menemukan
dunianya, yang berbeda dengan dunia orang dewasa. Mereka mempunyai
persamaan pembicaraan di segala bidang, misalnya: pembicaraan tentang hobi,
kehidupan asmara, permasalahan keluarga serta hal-hal menarik lainnya.
Dengan berinteraksi bersama kawan-kawan yang cenderung mempunyai
karakteristik yang sama dengan dirinya, maka seorang remaja akan merasa dirinya
diakui. Menurut Soekanto (2003, hlm.61), “Interaksi sosial merupakan hubungan
antara orang perorang dengan kelompok manusia maupun sebuah proses dimana
seseorang atau kelompok orang bertindak atau bereaksi terhadap orang lain”. Di
sini terjadi hubungan saling mempengaruhi antara individu yang satu dengan
3
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
secara tidak langsung kelompok tersebut membentuk seorang individu untuk
bertindak sama dengan anggota kelompoknya yang lain.
Masa remaja merupakan masa yang bergejolak dan saat remaja berada pada
kondisi yang tidak stabil, oleh karena itu mereka dapat dengan mudah terpengaruh
oleh lingkungan. Adanya pengaruh dari teman sepermainan tentu saja dapat
menimbulkan dampak baik negatif maupun positif, contohnya ialah dalam gaya
hidup.
Arus perkembangan informasi dan teknologi yang pesat membuat sebagian
masyarakat kita sangat terbuka dengan perubahan. Berbagai macam trend
pakaian, musik, kuliner dan gadget bermunculan di negara kita dan sebagian besar
masyarakat kita merupakan konsumen. Bahkan mengikuti setiap perubahan trend
yang baru merupakan sebuah gaya hidup yang kemudian diminati oleh
masyarakat.
Kecenderungan untuk mengikuti setiap perubahan trend atau teknologi baru
yang bermunculan akan membentuk gaya hidup yang konsumtif. Mangkunegara
(2002, hlm.3) mengemukakan bahwa:
Perilaku konsumtif dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut.
Lain halnya menurut Soebiyakto (1988, hlm.17), “Perilaku konsumtif adalah
seringnya konsumen membeli suatu barang atau produk demi sebuah pengakuan,
dimana secara nyata bahwa produk tersebut tidak dibutuhkan”. Gaya hidup yang
konsumtif ini bukan hanya dilakukan oleh orang dewasa yang notabene sudah
berpenghasilan, tetapi hal ini juga mulai merambah pada kaum remaja. Apalagi
ketika seorang remaja bergaul dengan peergroup (kelompok teman sebaya) yang
memang berasal dari keluarga yang berada dan bergaya hidup mewah.
Para remaja mempunyai kecenderungan untuk menunjukkan eksistensi
dirinya kepada lingkungan dimana ia berada. Oleh karena itu para remaja
senantiasa melakukan hal apapun yang dapat membuat dirinya lebih menonjol
4
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
konsumtif. Sebenarnya gaya hidup yang konsumtif pada remaja ini masih bisa
diterima sepanjang perilaku konsumtif masih dalam batas kewajaran. Hal ini tidak
akan menjadi persoalan ketika didukung oleh kematangan finansial. Yang menjadi
persoalan adalah ketika perilaku konsumtif ini dilakukan secara berlebihan dan
dilakukan secara terus-menerus.
Para remaja bersama peergroupnya baik laki-laki maupun perempuan sering
menghabiskan waktu bersama untuk bermain. Terlebih lagi sekarang ini banyak
sekali mall, café serta pusat perbelanjaan bermunculan di kota-kota besar, salah
satunya Bandung. Respon positif yang diberikan oleh masyarakat terhadap
keberadaan Mall, café dan pusat perbelanjaan terlihat jelas memicu
berkembangnya tempat-tempat tersebut. Mall, café serta pusat-pusat perbelanjaan
tersebut yang biasanya menjadi tempat tujuan para remaja bersama peergroupnya
untuk menghabiskan waktu dan hang out bersama. Meskipun tidak setiap kali
mengunjungi mall, café dan pusat perbelanjaan untuk berbelanja, tetapi kegiatan
ini agaknya menjadi rutin dilakukan setiap remaja dan peergroup walaupun hanya
sekedar jalan-jalan, jajan ataupun nongkrong bersama teman-teman. Saat ini di
kota Bandung terdapat beberapa mall yaitu Ciwalk, PVJ, TSM, Festival Citylink,
BIP, dan lain-lain.
Menurut penelitian The Nielsen Regional Retail Highlights tahun 2011,
ramainya kawula muda mengunjungi resto-resto seperti itu karena konsep tempat
dianggap sesuai dengan gaya hidup orang Indonesia, khususnya ibukota Jakarta.
Sementara pengamat sosiologi, Abdul Kholek dalam Arin (dikutip dari surat
kabar online Antara News, Maret 11/2012) menyebutkan:
5
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pencitraan media melalui iklan-iklan. Masuknya makanan siap saji berimplikasi tidak hanya pada sektor ekonomi ditandai pada matinya dan terhimpitnya bisnis-bisnis makanan lokal, tetapi juga mengubah gaya hidup dalam masyarakat di negara berkembang. Pergeseran dan perubahan gaya hidup berpengaruh cukup signifikan khususnya pada generasi muda menjadi gaya hidup yang instan, perilaku konsumtif dan juga konsumerisme.
( http://www.antaranews.com/print/300726/nongkrong-di-cafe-jadi-gaya-hidup)
Tidak hanya berbelanja atau sekedar hang out bersama peergroup
(teman-teman sepermainan) yang telah menjadi gaya hidup sebagian remaja maupun anak
sekolah saat ini. Penggunaan teknologi berbasis IT canggih seperti telepon
genggam yang terus menerus mengeluarkan produk baru yang semakin canggih
setiap harinya pun digandrungi oleh para remaja. Kemunculan gadget baru seperti
Blackberry, IPhone, serta tablet mulai masuk dan menarik perhatian para remaja
saat ini. Telepon genggam kini berubah fungsi bukan saja digunakan untuk
berkomunikasi tetapi digunakan pula untuk semata-mata menunjukkan identitas
diri. Terkadang apabila salah satu anggota dari peergroup menggunakan
handphone merk A maka anggota yang lain pun akan cenderung menggunakan
merek yang sama atau bahkan lebih bagus. Hal ini tentu saja bisa disebut sebagai
gaya hidup yang konsumtif dimana ketika suatu ada perubahan fungsi yang
tadinya telepon genggam merupakan alat komunikasi, kini menjadi suatu prestise
bagi sebagian kalangan. Seperti yang diungkapkan oleh Soendojo, seorang pakar
Sosiologi dari Universitas Negeri Jakarta dalam Meirina (dikutip dari surat kabar
online Antara News, Maret 11/2012),:
6
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya maka dari itu
penulis sangat tertarik untuk mendeskripsikan bagaimana peer group dapat
membentuk gaya hidup yang konsumtif pada remaja. Penelitian ini diadakan di
SMA Negeri 7 Bandung. Secara geografis SMA Negeri 7 Bandung, letaknya
sangat strategis yaitu berada tidak jauh dari pusat kota. Karena letaknya yang
strategis akses untuk menuju beberapa mall, dan pusat perbelanjaan yang ada di
kota Bandung pun sangat mudah. Tentu saja hal ini bisa memudahkan siswa-siswi
yang bersekolah di SMA Negeri 7 Bandung terpengaruh untuk mengunjungi
tempat tersebut dan melakukan gaya hidup yang konsumtif. Melihat data di
lapangan siswa di SMA Negeri 7 Bandung mempunyai latar belakang keluarga
yang berbeda-beda pula, ada yang berasal dari keluarga menengah-atas maupun
menengah-bawah. Berdasarkan pengamatan penulis, siswa SMA Negeri 7
Bandung bergaul secara berkelompok yang dari setiap kelompoknya tentu
mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Inilah yang akan menjadi fokus
penelitian dari penulis apakah peergroup (kelompok teman sebaya) akan
membentuk gaya hidup yang konsumtif pada siswa. Oleh karena latar belakang
itulah penulis ingin melakukan penelitian mengenai : PERAN PEERGROUP
DALAM MEMBENTUK GAYA HIDUP KONSUMTIF REMAJA (Studi Kasus
pada Siswa SMA Negeri 7 Bandung).
B. IDENTIFIKASI MASALAH PENELITIAN
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas, terlihat
bahwa seseorang akan bergaul dengan peergroup yang mempunyai karakteristik
yang serupa dengan dirinya diantaranya adalah kesamaan usia, hobi, minat,
penampilan, kegemaran bahkan cara berpikir. Di dalam pergaulan tersebut
tentunya akan ada saling pengaruh mempengaruhi antar anggotanya.
Pengaruh-pengaruh tersebut ada yang bersifat positif maupun negatif. Pengaruh-pengaruh positif dari
peergroup yaitu motivasi belajar, prestasi belajar serta akhlak yang baik.
Sementara pengaruh yang negatif dari peergroup yaitu kenakalan remaja,
7
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam hal ini fokusnya adalah gaya hidup yang konsumtif. gaya hidup konsumtif
merupakan pola perilaku yang menunjukkan minat, kegemaran, bagai mana
individu membelanjakan uang dan bagaimana individu menghabiskan waktu yang
keseluruhan aspek tersebut dilakukan secara berlebihan dan tidak efisien. Maka
yang akan menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah, Bagaimana
peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif remaja?
C. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Guna tercapainya tujuan sebuah penelitian, maka peneliti perlu merumuskan
apa yang menjadi fokus permasalahan. Adapun rumusan masalah yang akan
diteliti adalah sebagai berikut:
1. Hal-hal apakah yang mendorong remaja masuk dalam sebuah peergroup?
2. Seberapa sering intensitas remaja bergaul dengan peergroupnya?
3. Bagaimanakah peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif
remaja di SMA Negeri 7 Bandung?
4. Apa saja bentuk gaya hidup konsumtif yang dilakukan oleh remaja di
SMA Negeri 7 Bandung ketika bersama dengan peergroupnya?
5. Adakah dampak yang ditimbulkan dari gaya hidup konsumtif?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan perumusan masalah yang dikemukakan tersebut, maka tujuan
dari penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui bagaimana peran peergroup membentuk gaya hidup yang
konsumtif di kalangan siswa SMA Negeri 7 Bandung.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya hal-hal yang mendorong remaja masuk dalam sebuah
8
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Diketahuinya seberapa sering intensitas remaja bergaul dengan
peergroup.
c. Diketahuinya peran peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif
remaja di SMA Negeri 7 Bandung.
d. Diketahuinya berbagai macam bentuk gaya hidup konsumtif yang
dilakukan remaja SMA Negeri 7 Bandung ketika bersama peergroupnya.
e. Diketahuinya dampak yang ditimbulkan dari gaya hidup konsumtif.
E. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah kajian yang
spesifik mengenai pengaruh peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif
remaja dan berguna bagi pihak-pihak terkait dan membutuhkan. Adapun manfaat
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini yaitu memberikan kontribusi bagi
pengembangan konsep-konsep sosiologi, khususnya konsep interaksi dan
sosialisasi. Selain itu juga, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
kontribusi bagi studi mengenai peergroup dalam konteks pengaruhnya bagi
kehidupan remaja.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah :
a. Memberikan informasi mengenai hal-hal yang mendorong remaja masuk
dalam sebuah peergroup;
b. Memberikan informasi mengenai seberapa sering intensitas remaja
bergaul dengan peergroupnya;
c. Memberikan informasi, peran peergroup dalam membentuk gaya hidup
9
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
d. Memberikan informasi mengenai berbagai macam bentuk gaya hidup
konsumtif yang dilakukan remaja SMA Negeri 7 Bandung ketika bersama
peergroupnya;
e. Memberikan informasi mengenai dampak yang ditimbulkan dari gaya
hidup konsumtif;
f. Bagi remaja, dengan adanya penelitian ini para remaja diharapkan
mampu menjadi dirinya sendiri, pandai menyesuaikan diri, serta tidak
mudah terpengaruh oleh lingkungan ataupun teman sepermainan yang
membawa pengaruh negatif;
g. Bagi orangtua, sebagai pembinaan sikap dan perilaku agar dapat
membentuk kualitas pribadi remaja yang memiliki sikap yang tidak
konsumtif;
h. Bagi pendidik, sebagai bahan untuk menanggulangi dampak negatif yang
terjadi akibat dari gaya hidup konsumtif yang dilakukan oleh siswa SMA
Negeri 7 Bandung.
F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI
Adapun struktur organisasi dalam penyusunan skripsi ini terdiri dari lima
bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang
penelitian, identifikasi masalah penelitian dan rumusan masalah penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi.
BAB II : Kajian Pustaka. Dalam bab ini dijelaskan hal-hal yang berkaitan
dengan fokus penelitian serta teori yang memiliki hubungan dengan penelitian
penulis.
BAB III : Metode Penelitian. Dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai
lokasi dan subjek penelitian, metode dan pendekatan penelitian, definisi
10
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai peran peer group dalam
membentuk gaya hidup konsumtif remaja.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan. Dalam bab ini penulis
menganalisis temuan data mengenai peran peergroup dalam membentuk gaya
hidup konsumtif remaja serta memaparkan hasil penelitian tersebut.
BAB V : Simpulan dan Rekomendasi. Dalam bab ini penulis memberikan
simpulan dan rekomendasi sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN
Adanya lokasi penelitian tentu merupakan hal yang penting bagi
berlangsungnya sebuah proses penelitian. Lokasi penelitian merujuk pada sebuah
tempat dimana terdapat pelaku dan fenomena yang akan diteliti. Untuk
mendapatkan segala informasi yang peneliti butuhkan demi menunjang
terlaksananya penelitian mengenai peran peergroup dalam membentuk gaya
hidup konsumtif remaja, oleh karena itu peneliti memilih lokasi penelitian di
sekolah menengah atas. Karena rentang usia remaja SMA berkisar antara 15
sampai 17 tahun maka peneliti merasa tepat apabila melakukannya di SMA.
Dalam penelitian ini SMA Negeri 7 Bandung yang terletak di Jalan
Lengkong Kecil No. 53 dipilih sebagai lokasi penelitian. Sekolah ini merupakan
salah satu sekolah yang letaknya strategis di tengah-tengah kota Bandung. SMA
Negeri 7 Bandung juga merupakan sekolah yang cukup diminati pendaftar.
Alasan peneliti memilih lokasi penelitian disini adalah karena karakteristik
siswa-siswi di sini sangat heterogen. Selain itu juga mereka berasal dari status
sosial yang berbeda-beda. Banyak siswa yang datang ke sekolah dengan mobil,
motor, bus, kereta api dan bahkan jalan kaki. Tetapi kebanyakan siswa
mengendarai motor ke sekolah. Selain itu juga, berdasarkan pengamatan penulis
siswa-siswi SMA Negeri 7 Bandung bergaul secara berkelompok yang dari setiap
kelompoknya tentu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Lokasi
penelitian juga dekat dengan peneliti, sehingga dapat memudahkan pengambilan
data dan peneliti dapat berkomunikasi dengan intensif dengan sumber informasi
35
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Subjek merupakan pelaku, dalam hal ini adalah semua orang yang dapat
dimintai informasi mengenai hal-hal yang terkait dengan penelitian. Menurut
Sugiyono (2013, hlm. 216):
Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang
diwawancarai dilakukan secara purposive, yaitu dipilih dengan
pertimbangan dan tujuan tertentu.
Tujuan dari digunakannya purposive karena peneliti ingin memperoleh data
yang lengkap dari informan-informan yang dianggap tahu dan dapat dipercaya
untuk menjadi sumber data yang akurat. Kemudian yang menjadi subjek
penelitian dalam pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah:
Tabel 3.1
Subjek Penelitian
No Subjek Penelitian Jumlah
1 Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas SMA
Negeri 7 Bandung
1 orang
2 Siswa-Siswi SMA Negeri 7 Bandung 15 orang
Jumlah 16 orang
B. DESAIN PENELITIAN DAN JUSTIFIKASI PEMILIHAN DESAIN Untuk lebih memudahkan dalam melakukan penelitian, diperlukan
pendekatan penelitian. Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah
pendekatan kualitatif. Dikemukakan oleh Bungin (2008, hlm.302) bahwa “Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam
36
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Qualitaive research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analizes words, report detailed views of information, and conducts the study in a natural setting.
Sedangkan menurut Herdiansyah (2010, hlm.9) “Penelitian kualitatif adalah
suatu penelitian ilmiah, yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena dalam
konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi
komunikasi yang mendalam antara peneliti dengan fenomena yang diteliti”.
Sementara itu Sukmadinata (2006, hlm.60) menyatakan bahwa “Penelitian
kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan
menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran orang secara individu maupun kelompok”. Berdasarkan beberapa
pendapat diatas maka pendekatan kualitatif dipandang tepat untuk melihat lebih
jelas aktifitas sosial kelompok teman sebaya (peergroup).
Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk terjun ke lapangan untuk
menemukan jawaban dengan secara langsung melihat, mengamati dan
mendengarnya langsung dari objek yang akan diteliti. Tujuan dari pemilihan
pendekatan kualitatif agar didapatkan informasi yang mendalam dengan
wawancara dan observasi yang dilakukan antara peneliti dengan objek penelitian.
Karena yang menjadi masalah penelitian yaitu bagaimana peran teman sebaya
(peergroup) dalam membentuk gaya hidup konsumtif maka diperlukan data yang
benar-benar dapat menggambarkan atau mendeskripsikan fenomena tersebut
melalui data yang berupa kata-kata atau lisan dari perilaku kelompok yang
diamati. Untuk itulah pendekatan kualitatif dirasa tepat apabila digunakan dalam
penelitian ini.
C. METODE PENELITIAN DAN JUSTIFIKASI PEMILIHAN
METODE
Metode adalah jalan yang digunakan untuk mencari informasi melalui data
37
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menjelaskan mengenai metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian
ini, hendaknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai metode penelitian.
Metode penelitian merupakan cara atau proses yang digunakan dalam pendekatan
masalah penelitian untuk menemukan jawaban atas suatu masalah. Seperti yang
dikemukakan oleh Surakhmad (1992, hlm.121):
Metode merupakan cara utama yang digunakan untuk mencapai tujuan, misalnya mengkaji suatu rangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara utama ini digunakan setelah penyidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan.
Menurut Ruslan (2008, hlm.24) “Metode adalah kegiatan ilmiah yang
berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu subjek atau
objek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya”. Sedangkan
Menurut Sugiyono (2013, hlm.2) “Metode penelitian merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Dapat
disimpulkan bahwa metode merupakan unsur penting dalam penelitian yaitu
sebagai jalan untuk menemukan jawaban. Pemilihan metode yang tepat dapat
menunjang keberhasilan penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Menurut
Yin (2002, hlm.1):
Studi kasus adalah salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial.Studi kasus juga bisa memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat, dan karakter-karakter yang khas dari kasus ataupun status dari individu, yang kemudian, dari sifat-sifat khas akan dijadikan sebagai suatu hal yang bersifat umum.
Kemudian dikemukakan oleh Raco (2010, hlm.50) “Studi kasus ini dapat
membantu peneliti untuk mengadakan studi mendalam tentang perorangan,
kelompok, program, organisasi, budaya, agama, daerah atau bahkan Negara”.
Penelitian ini ingin melihat proses interaksi yang dilakukan oleh peergroup
bersama anggotanya sehingga menimbulkan gaya hidup yang konsumtif.
Pandangan ini didukung oleh pendapat Muin (2013, hlm.230) yang mengatakan
38
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang berkenaan dengan suatu fase khusus atau khas dari keseluruhan kejadian”.
Dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (Mulyana, 2004, hlm.201) penggunaan
metode studi kasus dalam penelitian kualitatif memiliki beberapa keuntungan,
diantaranya:
a.Studi kasus dapat menyajikan pandangan dari subjek yang diteliti;
b. Studi kasus menyajikan uraian yang menyeluruh yang mirip dengan apa
yang dialami pembaca kehidupan sehari-hari;
c.Studi kasus merupakan sarana efektif untuk menunjukkan hubungan antara peneliti dengan responden;
d. Studi kasus dapat memberikan uraian yang mendalam yang diperlukan bagi penilaian atau transferabilitas;
Berdasarkan beberapa pandangan dari beberapa ahli serta
keuntungan-keuntungannya, peneliti menimbang bahwa metode studi kasus adalah metode
yang tepat jika digunakan dalam penelitian ini, karena peneliti ingin menghasilkan
data yang berupa kata-kata yang dapat mendeskripsikan perilaku yang telah
diamati peneliti. Kemudian tujuan dari penelitian ini juga untuk memberikan
gambaran pola interaksi dari peergroup yang menyebabkan gaya hidup konsumtif.
D. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Untuk mengetahui jawaban dari permasalahan dalam penelitian ini maka
diperlukan data yang menunjang penelitian ini. Dalam pengumpulan data-data
maka diperlukan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data tentulah
harus disesuaikan dengan metode dan pendekatan yang digunakan. Menurut
Sugiyono (2013, hlm. 224) “Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari sebuah penelitian
adalah mendapatkan data”. Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik
pengumpulan data melalui observasi, wawancara, studi dokumentasi serta studi
kepustakaan. Sejalan dengan yang diungkapkan oleh Sugiyono (2013, hlm.62)
bahwa:
39
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
interview (wawancara), kuisioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya.
Untuk menunjang hal tersebut penulis menggunakan beberapa teknik yaitu
sebagai berikut:
1. Observasi
Pengertian observasi menurut Kartono (1980, hlm.142) adalah “Studi yang
disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan
jalan pengamatan dan pencatatan”. Selanjutnya dikemukakan tujuan observasi adalah: “mengerti ciri-ciri dan luasnya signifikansi dari inter relasinya elemen-elemen tingkah laku manusia pada fenomena sosial serba kompleks dalam pola-pola kulturil tertentu”. Menurut Nawawi dan Martini (1992, hlm.74) “Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur-unsur yang
tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala pada objek penelitian”.
Dalam Sugiyono (2013, hlm.227) “Observasi dapat dibedakan
menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant
observation”. Dalam penelitian ini observasi yang dilakukan adalah participant
observation dimana peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari objek
yang sedang diamati. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengamati hal yang
dikerjakan oleh sumber data, mengamati, mencatat, menganalisis dan selanjutnya
membuat kesimpulan mengenai perilaku remaja bersama peergroupnya serta
melihat aktivitas mereka sehari-hari di sekolah maupun diluar sekolah.
Lebih lanjut dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm.228) “Manfaat dari
observasi salah satunya adalah dengan observasi peneliti dapat menemukan
hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan oleh informan dalam wawancara
karena bersifat sensitiF”. Untuk itulah peneliti memandang bahwa observasi
dirasa tepat dalam penelitian ini karena peneliti terlibat langsung sehingga antara
peneliti dan objek penelitian tidak ada yang dirahasiakan.
40
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Menurut Sugiyono (2013, hlm.231):
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti akan melaksanakan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari informan yang lebih mendalam.
Melalui wawancara ini peneliti ingin mendapatkan informasi secara verbal
mengenai sikap, pengetahuan dan tindakan yang menjadi target penelitian yaitu
tentang peranan peergroup dalam membentuk gaya hidup konsumtif pada remaja
di SMAN 7 Bandung. Wawancara digunakan peneliti dengan cara memberikan
pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada informan untuk mengetahui
kejelasan dari suatu permasalahan. Teknik wawancara yang digunakan dalam
penelitian ini adalah wawancara tak berstrukur (unstructured interview) dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun secara
sistematis. Pedoman wawancara disusun secara sederhana. Teknik ini dilakukan
agar interaksi yang dilakukan antara peneliti dengan responden lebih lugas dan
tidak ada yang merasa diintimidasi. Wawancara ini juga dilakukan agar suasana
diantara peneliti dan informan tidak ada rasa canggung. Sehingga peneliti dengan
responden dapat berbincang seperti layaknya teman yang sedang mendengarkan
curahan hati remaja. Pendekatan seperti ini sangat tepat apabila respondennya
para remaja. Tujuannya adalah untuk memperkuat suatu data yang telah diperoleh
serta untuk memperoleh informasi secara meluas dan mendalam. Alasan tersebut
sejalan dengan yang diungkapkan oleh Creswell (2013, hlm.267) bahwa:
Dalam wawancara kualitatif, peneliti dapat melakukan face-to-face interview (wawancara berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan telepon, atau terlibat dalam focus group interview (interview dalam kelompok) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan dalam kelompok. Wawancara-wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat terbuka (open-ended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini dari partisipan.
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan terhadap dua kelompok teman
sebaya yang berada di SMA Negeri 7 Bandung sebagai informan utama, yang
41
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Studi Dokumentasi
Menurut Moleong (2006, hlm.161) mendefinisikan bahwa “Studi
dokumentasi yaitu mencari sumber data-data tertulis di lapangan yang berkaitan
dengan masalah yang diteliti”. Sedangkan dikemukakan oleh Arikunto (2006,
hlm.231), “Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”. Studi dokumentasi dapat
dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.
Studi dokumentasi yang akan dilakukan peneliti yaitu mengumpulkan
berbagai dokumen seperti catatan yang ada pada guru BK, wali kelas, dan guru
lainnya, buku laporan pribadi siswa serta catatan lain yang berkaitan dengan
sumber data. Kemudian dalam penelitian ini studi dokumentasi dilakukan dengan
cara mengamati social media yang digunakan oleh informan. Informasi yang
didapatkkan dari social media merupakan data pendukung yang dianggap penting
oleh peneliti, sebab melalui social media biasanya para remaja suka
mempublikasikan kegiatanya bersama teman-temannya.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Menurut Arikunto (2006, hlm.134), “Instrumen pengumpulan data adalah
alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya
mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah
olehnya”. Instrumen merupaka alat bantu yang digunakan peneliti untuk
memperoleh sebuah data. Teknik pengumpulan data akan menjadi lebih mudah
apabila didukung dengan intrumen penelitiannya. Menurut Sugiyono (2013,
hlm.305) menjelaskan bahwa “…dalam penelitian kualitatif, yang menjadi
instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri”. Selanjutnya Sugiyono
42
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai intrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.
Merujuk pada pendapat diatas, sudah jelas bahwa intrumen utama dalam
penelitian ini adalah peneliti itu sendiri, selebihnya instrumen-instrumen
pendukung disesuaikan dengan teknik pengumpulan data yang digunakan.
Adapun instrumen-instrumen tersebut adalah pedoman observasi, pedoman
wawancara, tape recorder, kamera serta catatan lapangan.
F. PROSEDUR PENELITIAN 1. Tahap Pra Penelitian
Pada tahap ini peneliti mengajukan proposal usulan penelitian kepada pihak
Prodi Pendidikan Sosiologi. Setelah disetujui, peneliti mengikuti seminar proposal
penelitian pada tanggal 24 Juni 2013 dan diuji oleh 2 dosen penguji. Setelah
ditetapkan bahwa usulan penelitian ini layak untuk diteliti, maka Prodi Pendidikan
Sosiologi mengeluarkan SK yang jatuh pada tanggal 28 Juni 2013 dan disetujui
oleh Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Rangkaian selanjutnya peneliti melakukan observasi dengan terlebih dahulu
mengunjungi SMA Negeri 7 Bandung. Tujuan dilakukannya observasi ini adalah
untuk mengetahui gambaran umum SMA Negeri 7 Bandung, terutama yang
terkait dengan objek penelitian yaitu peer group. Observasi ini dilakukan dengan
cara mengamati perilaku siswa-siswi bersama dengan peer groupnya. Hal tersebut
dilakukan untuk mendapatkan data awal mengenai peergroup yang ada di SMA
43
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Setelah melakukan kegiatan tersebut, peneliti membuat rancangan
penelitian sederhana serta membuat kelengkapan penelitian yang meliputi surat
penelitian yang merupakan prosedur penelitian serta guna mendapatkan izin dari
instansi terkait. Prosedur perizinan yang dilakukan antara lain:
a. Mengajukan surat izin penelitian kepada Dekan Fakultas Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial melalui prodi Pendidikan Sosiologi yang
ditandatangani oleh Ketua Prodi Pendidikan Sosiologi.
b. Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial melalui Pembantu
Dekan I mengeluarkan surat permohonan izin penelitian untuk
disampaikan kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Bandung.
c. Kepala Sekolah SMA Negeri 7 Bandung melalui Wakil Kepala Sekolah
Bidang Humas memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan
penelitian di sekolahnya.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah pada tahap pra penelitian, peneliti melengkapi segala kelengkapan
yang diperlukan selama penelitian, tahap selanjutnya peneliti mulai terjun ke
lapangan untuk memulai pelaksanaan penelitian. Karena dalam penelitian
kualitatif, peneliti merupakan intrumen utama sebuah penelitian, maka peneliti
secara langsung berhubungan dengan responden. Dalam kegiatan penelitian,
peneliti dibantu dengan pedoman wawancara sederhana. Kegiatan wawancara ini
dibagi menjadi 4 bagian, diantaranya:
a.Wawancara yang dilakukan kepada Wakasek Humas SMA Negeri 7
Bandung. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan informasi keseluruhan
mengenai gambaran sekolah di SMA Negeri 7 Bandung.
b. Wawancara yang dilakukan kepada dua kelompok teman sebaya
(peergroup) yang ada di SMA Negeri 7 Bandung. Pada tahap ini tentu
saja peneliti bertujuan untuk mendapatkan data selengkap-lengkapnya
44
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berinteraksi satu sama lain, bagaimana mereka bergaul dan apakah
karenanya dapat menimbulkan gaya hidup konsumtif.
Setelah melakukan proses wawancara dengan para responden, penulis
menyusun secara runut kemudian menuliskan kembali informasi-informasi yang
telah didapatkan. Tidak lupa pula menuliskan catatan tambahan yang berasal dari
catatan pengamatan, foto maupun dokumen lainnya. Tujuan dilakukannya hal ini
agar peneliti dapat melihat data apalagi yang harus peneliti cari dan lengkapi. Hal
ini juga dilakukan sampai peneliti sampai pada titik jenuh dan tidak ada lagi
mendapat informasi yang baru.
3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
Tahap pengolahan dan analisis data merupakan tahap yang paling penting.
Setelah peneliti melakukan serangkaian penelitian, data yang diperoleh dari
berbagai responden kemudian diolah dan dianalisis. Maka diperlukan tahap ini
untuk mengemas sebuah penelitian dalam sebuah laporan yang mudah dimengerti
oleh pembaca. Hal-hal yang berkaitan dengan tahap pengolahan dan analisis data
akan dibahas pada pembahasan selanjutnya.
G. TEKNIK PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS DATA
Teknik pengolahan data dan analisis data merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat dipisahkan. Kegiatan ini terdiri dari beberapa rangkaian proses yang
akan mengasilkan interpretasi data secara sistematis, mudah dibaca dan dipahami. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013, hlm.244)”
45
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Selebihnya Cresswell (2013, hlm.275) mengemukakan bahwa “analisis data
kualitatif yang dilaporkan dalam artikel-artikel jurnal dan buku-buku ilmiah
seringkali menjadi model analisis yang umum digunakan”. Dalam model analisis
tersebut, peneliti mengumpulkan data kualitatif, menganalisisnya berdasarkan
tema atau perpektif tertentu dan melaporkannya. Dalam penelitian ini juga peneliti
memilah informasi yang informasi yang mendukung serta tidak memasukkan
informasi yang tidak penting.
Menurut Sugiyono (2013, hlm.245) “analisis data pada penelitian kualitatif
telah dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke
lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”. Dalam
penelitian ini analisis sebelum di lapangan dilakukan untuk memberikan
gambaran awal mengenai hasil penelitian. Namun menurut Sugiyono (2013,
hlm.245) “…focus penelitian ini masih bersifat sementara , dan akan berkembang
setelah peneliti masuk dan selama di lapangan”. Demikian pula juga dalam
penelitian ini gambaran awal mengenai penelitian ini dapat berkembang seiring
dengan proses penelitian.
Kemudian beberapa aktivitas analisis di lapangan menurut Sugiyono (2013,
hlm.246) “…berdasarkan Model Miles dan Huberman terdiri dari 3 aktivitas
yaitu, data reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion
drawing/verivication”. Untuk lebih jelasnya langkah-langkah dalam analisis
tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Menurut Daymon dan Holloway (2008, hlm.369) “Reduksi data adalah
proses memilah-milah data yang tidak beraturan menjadi potongan-potongan yang
lebih teratur dengan mengoding, menyusunnya menjadi kategori (memoing), dan
merangkumnya menjadi pola dan susunan yang sederhana”. Untuk itulah dengan
adanya reduksi data akan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan informasi
selanjutnya dan melengkapi data yang diperlukan. Hal tersebut sejalan dengan
46
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya”. Sementara Nasution (2003, hlm.128)
mengungkapkan bahwa:
Data yang diperoleh di lapangan akan terus bertambah sehingga akan menyulitkan jika dianalisis sejak awal. Laporan-laporan itu perlu direduksi, dipilih-pilih hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal penting, dan dicari tema atau polanya, jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, direduksi, disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting, diberi susunan yang lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan.
Kondisi-kondisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas, merupakan hal
yang sangat relevan dengan apa yang peneliti temui di lapangan. Terkadang
peneliti kesulitan dalam menganalisis data karena data terlalu banyak dan tidak
fokus pada pokok penelitiannya. Setelah melakukan beberapa observasi dan
wawancara data yang diperoleh semakin lama semakin bertambah dan semakin
rumit jika analisis dilakukan pada keseluruhan data yang diperoleh. Untuk itulah
penulis melakukan proses pemilahan terhadap data. Dengan cara seperti itu dapat
mempermudah penulis untuk melengkapi data yang sekiranya masih diperlukan.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah melakukan kegiatan reduksi data, langkah selanjutnya yang
dilakukan dalan analisis data adalah data display atau penyajian data. Menurut
Rasyad (2002, hlm.15) “Penyajian data dilakukan untuk menganalisis masalah
agar mudah dicari pemecahannya”. Penyajian data juga dilakukan untuk
mempermudah melihat gambaran di lapangan secara tertulis.
Penyajian data dapat dilakukan ke dalam beberapa bentuk. Menurut
Sugiyono (2013, hlm.49) “Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart, dan sejenisnya”. Pendapat tersebut sejalan dengan yang diungkapkan
oleh Nasution (2003, hlm.128) beliau mengungkapkan bahwa:
47
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dalam penelitian harus diusahakan membuat berbagai macam matrik, uraian singkat, network, chart dan grafik.
Berdasarkan model Miles dan Huberman (Sugiyono, 2013,hlm.249) “…yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif”. Merujuk pada pendapat para ahli diatas,
peneliti melakukan penyajian data ke dalam bentuk uraian narasi. Tujuan
digunakannya teknik itu agar peneliti mudah membaca, mempermudah proses
penyusunan laporan, serta mempermudah memahami gejala di lapangan.
3. Conclusion Drawing/Verification
Langkah yang terakhir dalam analisis data adalah conclusion
drawing/verification atau penarikan kesimpulan/verifikasi. Dikemukakan oleh
Sugiyono (2013, hlm.252) bahwa:
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.
Sama halnya dengan penelitian ini, bahwa kesimpulan yang ditarik
merupakan kesimpulan yang masih bersifat sementara. Keadaan itu akan berubah
apabila peneliti tidak menemukan penemuan-penemuan atau informasi baru di
lapangan yang dapat mendukung pernyataan peneliti. Maka kesimpulan yang
telah dibuat mestilah dirubah. Tetapi apabila fakta-fakta yang ditemukan di
lapangan sesuai dan didukung oleh bukti serta teori yang dapat
dipertanggungjawabkan, maka kesimpulan tersebut dapat dinyatakan benar.
Pernyataan tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013,
hlm.252) bahwa:
48
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H. PENGUJIAN KEABSAHAN DATA
1. Triangulasi
Dikemukakan oleh Sugiyono (2013,hlm. 273) bahwa “Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Proses triangulasi dalam penelitian ini
dilakukan pada informasi yang diberikan oleh responden-responden yang terkait.
Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan pada teknik pengumpulan data. Pada
mulanya peneliti melakukan observasi, lalu setelah data terkumpul peneliti
melakukan wawancara serta studi dokumentasi. Setelah mendapatkan data dari
ketiga teknik pengumpulan tersebut barulah dicocokkan untuk menguji
kredibilitas data. Untuk itu bagan proses triangulasi dalam penelitian ini dapat
dilihat sebagai berikut:
Bagan 3.1
Triangulasi Sumber Data
Observasi Wawancara
49
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. SIMPULAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran peran peergroup dalam
membentuk perilaku konsumtif remaja. Untuk itu, berdasarkan penelitian dan
proses analisis data yang telah dilakukan pada dua peergroup di SMA Negeri 7
Bandung yang terdiri dari lima belas informan, maka didapatkan kesimpulan
sebagai berikut:
1. Terdapat beberapa hal yang mendorong siswa masuk dalam peergroup.
Hal-hal tersebut diantaranta 1) kesamaan ciri fisik, 2) kesamaan
karakteristik atau sifat, 3) keinginan meraih eksistensi, 4) memberikan
rasa aman, 5) memberikan keuntungan, 6) memberikan rasa nyaman, 7)
solidaritas yang tinggi, serta yang terakhir 8) bisa memberikan
pengertian.
2. Kedekatan diantara remaja dengan peergroupnya terjalin disebakan
oleh intensitas pertemuan mereka yang intensif. Intesitas pertemuan
remaja bersama teman-temannya terkadang bisa lebih sering
dibandingkan dengan orangtua mereka. Rata-rata remaja meluangkan
tiga sampai empat hari dalam seminggu untuk bermain bersama
peergroup. Pertemuan-pertemuan tersebut terjadi tidak hanya pada saat
jam sekolah, melainkan pada saat sepulang sekolah. Ketika sepulang
sekolah biasanya peergroup melakukan kegiatan-kegiatan yang
merupakan kegemaran mereka diantaranya, jalan-jalan, mengobrol atau
114
Farida Aryani, 2014
Peran Peergroup Dalam Membentuk Gaya Hidup Konsumtif Remaja
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Kebiasaan remaja bersama peergroupnya yang gemar menghabiskan
waktu luang bersama-sama ternyata dapat membentuk gaya hidup
konsumtif bagi remaja itu sendiri. Terdapat beberapa gambaran
mengenai peran peergroup dalam membentuk perilaku konsumtif
remaja yaitu 1) sarana mencapai kekompakan peergroup, 2) syarat
untuk diterima dalam peergroup, 3) memberikan penilaian bagi
penampilan remaja, 4) memberikan pengetahuan baru mengenai suatu
produk, dan yang terakhir yaitu 5) sifat dominasi untuk memberikan
pengaruh.
4. Terdapat tiga bentuk gaya hidup konsumtif yang ditunjukkan oleh
remaja. Bentuk-bentuk gaya hidup konsumtif tersebut yaitu food,
fashion dan fun. Food berkaitan dengan segala bentuk kuliner dengan
kata lain apa yang mereka konsumsi dalam bentuk makanan dan
minuman. Fashion merupakan hal yang berkaitan dengan penampilan
yaitu apa yang mereka kenakan seperti pakaian, aksesoris, sepatu, dan
lain-lain. Sementara fun adalah apa yang menjadi kesenangan atau hal
yang diminati. Hal-hal yang dilakukan remaja bersama peergroupnya
yaitu menonton film di bioskop, karaoke serta bermain band.
5. Dampak yang ditimbulkan dalam gaya hidup konsumtif dirasakan oleh
remaja. Dampak tersebut dibagi menjadi dua yaitu dampak positif dan
negatif. Dampak positif yang dirasakan remaja yaitu merasa puas
memiliki barang-barang bermerek dan merasa kekinian sebab
mengikuti trend yang berkembang. Sementara dampak negatif dari gaya
hidup konsumtif tersebut adalah terlalu boros dalam membelanjakan
uang, masihbergantung kepada orangtua, melakukan hal negatif dalam
memenuhi gaya hidup konsumtif, membeli barang-barang tidak sesuai
dengan kebutuhan, membuang-buang waktu serta melakukan hal yang