• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Hidup Remaja Terhadap Meningkatnya Perilaku Melanggar Norma Di Masyarakat : studi pada remaja di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gaya Hidup Remaja Terhadap Meningkatnya Perilaku Melanggar Norma Di Masyarakat : studi pada remaja di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PENGUJI

LEMBAR HAK CIPTA

MOTTO

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Kajian Umum Mengenai Gaya Hidup... 11

1. Pengertian Gaya Hidup ... 11

2. Faktor yang Memengaruhi Gaya Hidup ... 13

3. Pengukuran Gaya Hidup ... 15

B. Kajian Umum Mengenai Remaja ... 17

1. Remaja dan Karakteristik Umum Perkembangannya ... 17

2. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja... 20

(2)

C. Kajian Umum Mengenai Norma ... 26

1. Pengertian dan Tingkat Daya Ikat Norma ... 26

2. Jenis-jenis Norma ... 29

D. Kajian Umum Mengenai Perilaku Menyimpang ... 31

1. Pengertian Perilaku Menyimpang ... 31

2. Ciri-ciri dan Dimensi Perilaku Menyimpang ... 33

3. Faktor yang Memengaruhi Perilaku Menyimpang ... 35

4. Juvenile Delinquency sebagai Bentuk Perilaku Menyimpang ... 37

5. Teori Penyimpangan ... 39

a. Teori Kontrol ... 39

b. Teori Labelling ... 40

c. Teori Differential Association ... 41

E. Penelitian Terdahulu ... 42

F. Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 43

1. Kerangka Pemikiran ... 43

2. Hipotesis ... 45

BAB III METODE PENELITIAN ... 46

A. Desain Penelitian ... 46

B. Partisipan ... 47

C. Populasi dan Sampel ... 48

1. Populasi Penelitian ... 48

2. Sampel ... 49

D. Instrumen Penelitian... 52

1. Sumber Data ... 52

2. Teknik Pengumpulan Data ... 53

3. Instrumen Penelitian ... 54

a. Uji Validitas ... 58

b. Uji Reliabilitas ... 64

E. Prosedur Penelitian... 66

(3)

1. Rancangan Analisis Data ... 68

2. Analisis Data Deskriptif ... 68

3. Analisis Data Pengujian Korelasi dan Pengujian Hipotesis ... 69

a. Transformasi Data Dengan Method of Successive Interval (MSI) 69 b. Uji Normalitas ... 70

c. Uji Korelasi ... 71

d. Regresi Linier Sederhana ... 72

e. Uji Hipotesis ... 73

f. Uji Kontribusi (Koefisien Determinasi) ... 74

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 75

A. Temuan Penelitian ... 75

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 75

2. Deskripsi Data Variabel Penelitian... 76

a. Deskripsi Data Demografik Responden ... 76

b. Deskripsi Data Variabel X (Gaya Hidup) ... 79

c. Deskripsi Data Variabel Y (Perilaku Menyimpang) ... 95

3. Analisis Data Korelasi dan Pengujian Hipotesis ... 109

a. Transformasi Data Dengan Method of Successive Interval (MSI) 109 b. Uji Normalitas ... 109

c. Uji Korelasi ... 111

d. Regresi Linier Sederhana ... 112

e. Uji Hipotesis ... 113

f. Uji Kontribusi (Koefisien Determinasi) ... 114

B. Pembahasan ... 115

1. Gambaran Umum Gaya Hidup Remaja ... 115

2. Gambaran Umum Bentuk Perilaku Menyimpang di Masyarakat ... 118

3. Pengaruh Gaya Hidup Remaja terhadap Perilaku Menyimpang di Masyarakat... 122

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 125

(4)

B. Implikasi dan Rekomendasi ... 126

DAFTAR PUSTAKA ... 129

LAMPIRAN

Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 3. Instrumen dan Kisi-kisi Instrumen Penelitian Lampiran 4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 5. Hasil Data Ordinal Penelitian Lampiran 6. Hasil Data Interval Penelitian Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 AIO ... 16

Tabel 3.1 Data Penduduk Usia Remaja Tiap Desa di Kecamatan Cisarua ... 49

Tabel 3.2 Sebaran Sampel Penelitian ... 52

Tabel 3.3 Sumber Data ... 53

Tabel 3.4 Skala Likert ... 54

Tabel 3.5 Operasionalisasi Variabel ... 56

Tabel 3.6 Kisi – Kisi Instrumen Penelitian Variabel X ... 57

Tabel 3.7 Kisi – Kisi Instrumen Penelitian Variabel Y ... 58

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Variabel X (Gaya Hidup) ... 60

Tabel 3.9 Hasil Uji Validitas Variabel Y (Perilaku Menyimpang) ... 62

Tabel 3.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Gaya Hidup) ... 65

Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Perilaku Menyimpang) ... 66

Tabel 3.12 Skala Pengukuran Dengan WMS ... 69

Tabel 3.13 Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi ... 72

Tabel 3.14 Kriteria Penilaian Prosentase/Skor... 74

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 77

Tabel 4.2 Pendidikan Responden ... 77

Tabel 4.3 Usia Responden... 78

Tabel 4.4 Skala Pengukuran Dengan WMS ... 80

Tabel 4.5 Gaya Berbicara ... 80

Tabel 4.6 Gaya Berpakaian ... 82

Tabel 4.7 Pertemanan/Pergaulan ... 83

Tabel 4.8 Dimensi Aktivitas Gaya Hidup ... 84

Tabel 4.9 Hobi/Kesenangan/Hiburan ... 85

Tabel 4.10 Cara Menggunakan Uang dan Waktu ... 86

Tabel 4.11 Pemilihan Kelompok Bergaul ... 88

Tabel 4.12 Dimensi Minat Gaya Hidup ... 89

(6)

Tabel 4.14 Kepedulian terhadap Lingkungan Sosial ... 92

Tabel 4.15 Kesadaran terhadap Hukum ... 94

Tabel 4.16 Dimensi Opini Gaya Hidup... 95

Tabel 4.17 Semua Perilaku yang Bersifat Melanggar Norma Agama ... 96

Tabel 4.18 Dimensi Penyimpangan terhadap Norma Agama ... 98

Tabel 4.19 Semua Perilaku yang Bersifat Melanggar Norma Kesopanan ... 99

Tabel 4.20 Dimensi Penyimpangan terhadap Norma Kesopanan ... 102

Tabel 4.21 Semua Perilaku yang Bersifat Melanggar Norma Kesusilaan ... 103

Tabel 4.22 Dimensi Penyimpangan terhadap Norma Kesusilaan ... 105

Tabel 4.23 Semua Perilaku yang Bersifat Melanggar Norma Hukum... 106

Tabel 4.24 Dimensi Penyimpangan terhadap Norma Hukum ... 108

Tabel 4.25 Hasil Analisis Koefisien Korelasi ... 111

Tabel 4.26 Hasil Analisis Regresi Linier Sederhana ... 112

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Alur Pikir ... 44

Gambar 3.1 Alur Penelitian ... 67

Gambar 4.1 Grafik Histogram Uji Normalitas ... 110

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perilaku melanggar norma atau yang lebih dikenal dengan istilah perilaku menyimpang seperti ditegaskan oleh Saparinah (dalam Willis, 2008, hlm. 5),

„perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma

sosial‟ akhir-akhir ini memang menjadi sorotan berbagai kalangan di masyarakat terutama perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja. Semakin hari masalah ini pun banyak terjadi sejalan dengan perkembangan zaman, teknologi, industrialisasi dan urbanisasi di masyarakat.

Dari hasil penelitian mengenai perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja, salah satu di antaranya hasil penelitian sahabat remaja tentang perilaku

seksual di empat kota menunjukkan 3,6% remaja di Kota Medan, 8,5% remaja di Kota Yogjakarta, 3,2% remaja di Kota Surabaya serta 31,1% di Kota Kupang telah melakukan hubungan seksual secara bebas. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Synovate Research tentang perilaku seksual remaja di empat kota, yaitu: Jakarta,

(9)

Belum lama ini mengenai kasus penyimpangan yang dilakukan oleh remaja yang ada di Kecamatan Cisarua, salah satunya mengenai penyimpangan kriminalitas yaitu kasus pembunuhan seorang atasan di sebuah tempat wisata yang ada di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat oleh karyawannya sendiri, bahwa pelaku yang berinisial AS (20) yang masih dikategorikan remaja tega membunuh atasannya karena merasa diperlakukan berbeda oleh atasannya tersebut, dengan motif dendam AS (20) tega membunuh atasannya sendiri. Selain itu, kasus kelahiran yang tidak direncanakan setiap tahunnya semakin meningkat di Kecamatan Cisarua, hampir setiap tahunnya ada siswi SMP atau SMA yang terpaksa putus sekolah karena menjadi pelaku seks bebas yang berakibat merugikan dirinya sendiri dan memusnahkan cita-cita. Dan masih banyak lagi perilaku menyimpang yang

dilakukan oleh remaja di Kecamatan Cisarua dari penyimpangan yang ringan sampai yang berat, dari mulai kenakalan remaja sampai kasus yang menjerat keranah hukum.

Sungguh ironis memang, remaja yang nota benenya merupakan generasi penerus bangsa, di masa mudanya menorehkan tinta keburukan dalam hidupnya padahal nasib bangsa kita ini berada di tangan para penerusnya, yaitu para remajanya.

Membahas mengenai remaja memang tak ada habisnya, banyak hal-hal menarik yang dapat diteliti dari kehidupan serta perilaku remaja, salah satu di antaranya yaitu mengenai perilaku melanggar norma atau yang lajim dikenal dengan istilah perilaku menyimpang oleh remaja yang akhir-akhir ini marak terjadi, baik itu bentuk penyimpangan primer maupun penyimpangan sekunder. Saat seseorang berada pada masa remaja di sanalah mereka banyak mempelajari hal-hal baru yang belum pernah mereka pelajari atau temui sebelumnya. Masa remaja merupakan masa yang rentan, karena sikap remaja yang masih mudah terpengaruh dan labil akan berdampak pada perubahan sikap, perilaku, kesehatan serta kepribadianya, hal ini sejalan dengan pendapat Daradjat (dalam Aprila, 2010, hlm. 3) :

(10)

Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa, pada masa remaja ini individu mengalami berbagai perubahan dalam sikap maupun

perilaku. Menurut Mappiare (dalam Ali, 2009, hlm. 9), „masa remaja berlangsung

antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai

dengan 22 tahun bagi pria‟. Pada masa remaja ini individu mulai mencari identitas

atau jati dirinya serta tak jarang karena ego yang tinggi ini remaja mengalami dilema dalam dirinya sendiri dan masa remaja ini banyak hal yang menarik untuk dibahas.

Untuk istilah remaja itu sendiri memang umum dikenal di masyarakat, banyak para pakar yang mendefinisikan istilah remaja tersebut namun tidak ada definisi remaja secara mutlak sehingga arti dari remaja didefinisikan secara berbeda oleh para pakar. Salah satunya definisi remaja menurut Sarlito (dalam Sunarto, 2008, hlm. 54)

apabila ditinjau dari faktor sosial diartikan sebagai „perkembangan psikologis dan

pada identifikasi kanak-kanak menjadi dewasa‟. Sedangkan definisi remaja menurut

Piaget (dalam Ali, 2009, hlm. 9) adalah „suatu usia di mana individu menjadi

terintegrasi dalam masyarakat dewasa, suatu anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak

sejajar‟. Remaja memang bagian dari masyarakat, terkadang hal tersebut disalah

artikan sehingga remaja berkeinginan untuk dianggap sudah dewasa tetapi terkadang sikap dan perilakunya belum mencerminkan bahwa ia sudah dewasa seutuhnya.

Banyak perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja, ini menjadi permasalahan yang harus memiliki perhatian khusus dari berbagai kalangan serta haruslah adanya usaha untuk mengendalikan permasalahan tersebut, agar perilaku tersebut dapat diminimalisir jumlahnya dan masalah tersebut tidak lagi menjadi patologi bagi bangsa kita ini. Apabila hal ini terus dibiarkan akan terus menghawatirkan dan menjadikan karakter remaja di Indonesia ini bobrok akibat perilakunya sendiri serta membentuk remaja yang deviant (remaja yang berperilaku menyimpang).

(11)

menjadi resah, perasaan tidak aman bahkan sebagian anggota-anggotanya menjadi tersa terancam hidupnya (Sudarsono, 2008, hlm. 115).

Kecamatan Cisarua merupakan suatu wilayah yang pertumbuhan penduduknya dari tahun ke tahun terus meningkat serta mayoritas penduduk di Kecamatan Cisarua ini berusia produktif. Kecamatan Cisarua yang pada mulanya lebih pantas disebut wilayah dan karakteristiknya sebagai pedesaan, kini berkembang menjadi wilayah yang heterogen baik dalam mata pencahariannya, tingkat pendidikan, status ekonomi, dan sebagainya. Kini, remaja yang ada di Kecamatan Cisarua ini mulai mengadopsi kehidupan yang berbeda dari sebelumnya sebagai remaja pedesaan, kini perilaku remajanya mulai berubah seiring dengan banyaknya faktor yang memengaruhi salah satu di antaranya karena Kecamatan Cisarua

merupakan wilayah yang strategis dekat dengan wilayah perkotaan seperti Kota Padalarang; Lembang; Cimahi dan juga Bandung banyak para remajanya mengadopsi

gaya hidup remaja perkotaan.

(12)

Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat dipengaruhi oleh gaya hidup

remaja saat ini, menurut Sugihartati (2010, hlm. 43) gaya hidup adalah “adaptasi

aktif individu terhadap kondisi sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk

menyatu dan bersosialisasi dengan orang lain”, untuk memenuhi segala kebutuhan

remaja, saat ini banyak dari mereka yang membenarkan apa yang salah dan melalaikan apa yang benar sehingga mereka tak urung untuk melakukan hal yang menyimpang dan beranggapan yang terpenting kebutuhannya terpenuhi. Untuk pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui segala kebutuhan remaja bisa menggunakan teori kebutuhan heirarki Maslow yang mana teori ini menerangkan bagaimana seseorang dalam hal ini remaja memenuhi kebutuhan yang paling bawah hingga kebutuhan yang paling tinggi, serta untuk mengetahui bagaimana perilaku

melanggar norma atau perilaku menyimpang oleh remaja yang ada di Kecamatan Cisarua ini digunakan teori penyimpangan sosial yang salah satunya yaitu teori

differential association atau pergaulan berbeda dari Edwin Sutherland yang melihat

bahwa remaja menyimpang ini dikarenakan proses belajar atau pergaulan yang berbeda yang didapat oleh remaja baik itu dari lingkungan keluarganya maupun lingkungan sosialnya atau memang ada faktor lainnya.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di Kapolsek Cisarua, melalui

Kompol Wowon Haryono yang ditemui jum‟at 18 Agustus 2014 menerangkan bahwa

(13)

mendapat kesenangan atau juga menghabiskan waktu, para remaja justru masuk dan melakukan hal-hal yang negatif. Dari data reskrim Kapolsek Cisarua, penyimpangan yang dilakukan remaja di Kecamatan Cisarua mulai dari yang ringan sampai yang berat dari tahun ke tahun semakin meningkat, kasus baru yang masuk ke data reskrim Kapolsek Cisarua adalah kasus pelecehan seksual yang disinyalir dilakukan oleh seorang remaja kepada anak-anak di salah satu desa di Kecamatan Cisarua dan kasus ini sedang diproses; selain itu adanya penyalahgunaan narkoba dan juga minuman keras; dan sebagainya.

Selain itu, dari wawancara yang dilakukan peneliti dengan Ketua Karang Taruna Kecamatan Cisarua saudara Dadang Hidayat, S.Sos., pada 22 desember 2014 menegaskan pula apabila masalah perilaku melanggar norma atau perilaku

menyimpang yang dilakukan remaja haruslah menjadi perhatian dari berbagai kalangan, terlebih haruslah dicari solusi agar masalah ini dapat diminimalisir

jumlahnya, serta perlu adanya kerjasama dari berbagai elemen masyarakat untuk berperan aktif sebagai pranata pengendalian sosial remaja di masyarakat agar membentuk karakter remaja yang sesuai dengan harapan dan dambaan semua orang.

Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Qisty mengenai perilaku menyimpang yang dilakukan remaja ini dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal, peran keluarga dalam membina perilaku remaja atau seorang anak sangatlah dibutuhkan. Selain itu, dari penelitian yang dilakukan Harmono mengenai perilaku menyimpang yang diakibatkan oleh salah satu gaya hidup bermain game online akan berpengaruh kepada perilaku yang menyimpang seperti karena

(14)

dengan pasangan (pacar), seperti: ciuman, berpelukan, bahkan ada yang sudah melakukan hubungan intim dengan pacarnya, ini terjadi karena kurangnya kesadaran akan mendapatkan dosa dan rasa bertanggungjawab baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Selain itu, 26 orang dari 30 orang mengakui bahwa mereka pernah meminum-minuman keras karena dilatar belakangi oleh rasa ingin tahu bagaimana rasa minuman tersebut dan karena ajakan dari kawan-kawan mereka, padahal sudah jelas bahwa minuman keras dilarang oleh agama dan hukum. Mengingat betapa pentingnya masalah ini, dari itu peneliti akan melakukan penelitian dengan judul, “PENGARUH GAYA HIDUP REMAJA TERHADAP MENINGKATNYA

PERILAKU MELANGGAR NORMA DI MASYARAKAT (Studi pada Remaja

di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat)”.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Sejalan dengan latar belakang di atas dan mengingat luasnya kajian permasalahan pada masalah penelitian ini, maka peneliti membatasi masalah ke dalam beberapa rumusan, antara lain :

1. Bagaimana gambaran umum gaya hidup remaja di Kecamatan Cisarua? 2. Bagaimana gambaran umum bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan

oleh remaja di Kecamatan Cisarua?

3. Seberapa besar pengaruh gaya hidup remaja terhadap perilaku menyimpang di Kecamatan Cisarua?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tujuan Umum

(15)

2. Tujuan Khusus

Selain tujuan umum, penelitian ini juga memiliki tujuan yang lebih khusus antara lain:

a. Untuk memperoleh gambaran umum mengenai gaya hidup remaja di Kecamatan Cisarua;

b. Untuk memperoleh gambaran umum mengenai bentuk perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja di Kecamatan Cisarua; c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh gaya hidup terhadap

perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja di Kecamatan Cisarua.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini, adalah :

1. Secara Teoretis

Secara teoretis diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang sosiologi pada umumnya yang berhubungan dengan gaya hidup remaja terhadap perilaku menyimpang di masyarakat.

2. Secara Praktis

Secara praktis diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi beberapa kalangan, antara lain :

a. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan mengenai gaya hidup dan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja di masyarakat; b. Bagi remaja, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

mengembangkan dirinya ke arah yang lebih baik dan memiliki karakter yang tidak deviant (berperilaku menyimpang);

(16)

d. Bagi guru dan sekolah, dapat menambah wawasan mengenai pembinaan karakter siswa agar tidak deviant (berperilaku menyimpang);

e. Bagi Prodi Pendidikan Sosiologi adalah untuk memberikan sumbangsih pemikiran dalam pembelajaran mahasiswa, serta untuk bahan bacaan bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi.

E. Struktur Organisasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar belakang masalah penelitian, memaparkan tentang alasan peneliti tertarik untuk meneliti masalah penelitian;

b. Rumusan masalah penelitian, dinyatakan dalam bentuk kalimat tanya tentang masalah yang akan diteliti;

c. Tujuan penelitian, menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian tersebut selesai dilakukan;

d. Manfaat penelitian, berisi tenatang manfaat yang diperoleh, biasanya di pandang dari salah satu atau beberapa aspek;

e. Struktur organisasi skripsi, berisi tentang urutan penulisan setiap bahasan bagian bab dalam skripsi mulai dari bab 1 sampai dengan bab terakhir.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kajian pustaka dimaksudkan sebagai landasan teoretis dalam analisis penelitian. Pada kajian pustaka peneliti mengaitkan teori dengan penelitian yang akan diteliti. Kajian pustaka memuat berbagai teori mengenai variabel-variabel yang ada di dalam penelitian, juga teori pendukung variabel tersebut dan juga penelitian terdahulu. Selain itu berisi kerangka pikir peneliti dalam melakukan penelitian dan ditutup dengan hipotesis penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

(17)

penelitian, populasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini memuat dua hal utama yaitu: temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian dan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Dalam Bab V ini berisi simpulan, implikasi dan rekomendasi yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Menurut Arikunto (2013, hlm. 90) “desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan

dilaksanakan”, adapun Malhotra (dalam Noor, 2012, hlm. 107) mengemukakan bahwa „desain penelitian adalah kerangka atau cetak biru dalam melaksanakan

proyek riset. Suatu prosedur penting untuk informasi yang dibutuhkan untuk menyusun pemecahan masalah penelitian‟. Selain itu, Nasution (2003, hlm. 23)

mengemukakan “desain penelitian sebagai rencana tentang cara mengumpulkan dan

menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan

penelitian itu”. Desain penelitian secara umum dibagi dalam dua bagian besar, yaitu

secara menyeluruh dan parsial. Secara menyeluruh, desain penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, sedangkan desain penelitian secara parsial merupakan penggambaran tentang hubungan antar variabel, pengumpulan data dan analisis data, sehingga dengan adanya desain yang baik peneliti maupun pihak yang berkepentingan mempunyai gambaran yang jelas tentang keterkaitan antara variabel (Noor, 2012, hlm. 108). Secara spesifik desain penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah desain parsial, karena untuk menggambarkan hubungan antara variabel X (Gaya hidup) dan variabel Y (Perilaku menyimpang) dan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Berdasarkan tingkat penjelasan dan bidang penelitian, serta variabel-variabel yang diteliti maka penelitian ini dikategorikan ke dalam studi korelasional, karena penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang dilakukan dengan cara mengukur sejumlah variabel dan menghitung koefisien korelasi antara variabel

tersebut. Menurut Noor (2012, hlm. 40) “studi korelasional adalah studi yang

(19)

Studi korelasional atau penelitian korelasi adalah penelitian yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang memang sudah ada. Untuk lebih rincinya, ada dua jenis penelitian korelasi, yaitu (1) korelasi sejajar dan (2) korelasi sebab akibat.

Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah hubungan kausal atau sebab-akibat. Sebagaimana yang dikemukakan Sugiyono (2014, hlm. 37) bahwa

“hubungan kausalitas adalah hubungan yang bersifat sebab-akibat. Ada variabel independent (variabel yang memengaruhi) dan variabel dependent (variabel yang

dipengaruhi)”. Variabel independent dalam penelitian ini adalah gaya hidup remaja

(X) dan variabel dependent dalam penelitian ini adalah perilaku menyimpang (Y). Metode penelitian dapat diartikan sebagai cara yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data penelitiannya, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Nazir (1988, hlm. 63) mengemukakan

“metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,

suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa

pada masa sekarang”. Adapun menurut Travers (dalam Umar, 2009, hlm. 22)

„metode deskriptif adalah suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan sifat

sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa

sebab-sebab dari suatu gejala tertentu‟, selain itu menurut Nasution (2003, hlm. 24) mengemukakan “metode deskriptif sebagai metode yang memberikan gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial”. Dengan menggunakan metode ini maka akan dapat diperoleh informasi secara lengkap berkenaan dengan masalah yang hendak diteliti dengan menggunakan langkah-langkah yang tepat. Metode ini dipilih untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial serta dengan menggunakan metode ini akan lebih spesifik dengan memusatkan perhatian kepada aspek-aspek tertentu.

B. Partisipan

(20)

Pasirhalang. Seluruh partisipan yang terlibat dalam penelitian ini berjumlah 100 orang yang yang tersebar di tiga desa yang ada di Kecamatan Cisarua. Pemilihan partisipan yang dilibatkan dalam penelitian ini didasarkan pada beberapa pertimbangan di antanya adalah :

1. Partisipan yang berada pada rentang usia antara 12-21 tahun dan belum menikah yang dikaregorikan remaja;

2. Partisipan yang berada pada masa remaja yang dalam kehidupannya masih mencari jati diri dan mencoba hal-hal yang baru dan belum pernah ia temui saat ia berada pada masa kanak-kanaknya. Keinginan dan ego yang tinggi saat masa remaja tersebut mengubah pula pada gaya hidup remaja yang berakibat kepada maraknya perilaku menyimpang di masyarakat.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2013, hlm. 173) “populasi adalah keseluruhan subjek penelitian”, adapun menurut Sugiyono (2014, hlm. 80) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”, penentuan populasi harus dimulai dengan penentuan secara jelas mengenai populasi yang menjadi sasaran penelitiannya yang disebut populasi sasaran yaitu populasi yang akan menjadi cakupan kesimpulan penelitian. Jadi apabila sebuah penelitian dikeluarkan kesimpulan, maka menurut etika penelitian kesimpulan tersebut hanya untuk populasi sasaran yang ditentukan.

(21)

Tabel 3.1

Data Penduduk Usia Remaja Tiap Desa di Kecamatan Cisarua

No. Desa Jumlah Penduduk Remaja Jumlah

Laki-Laki Perempuan

1. Pasirhalang 103 120 223

2. Jambudipa 276 134 480

3. Padaasih 232 242 578

4. Kertawangi 220 283 503

5. Tugumukti 108 76 184

6. Pasirlangu 249 129 378

7. Cipada 150 198 348

8. Sadangmekar 133 120 253

Jumlah 1.471 1.302 2.773

Sumber: BKR Kecamatan Cisarua dalam Angka 2014

2. Sampel

Menurut Arikunto (2013, hlm. 174) “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”, adapun menurut Sugiyono (2014, hlm. 81)

“sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh polulasi tersebut”, karena penelitian ini adalah penelitian sampel, maka peneliti hanya ingin menggeneralisasikan sampel. Maksud dari menggeneralisasikan sampel adalah mengangkat kesimpulan penelitian. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan cara accidental, cara ini digunakan karena peneliti melakukan pengambilan sampel dengan cara

apabila remaja dalam karakteristik (kriteria usia) dijumpai, maka langsung diminta untuk mengisi kuisioner. Adapun rumus yang digunakan adalah rumus Slovin seperti yang dikemukakan oleh Noor (2012, hlm. 158), dengan rumus sebagai berikut :

) ( 1 N e2

N n

(22)

Keterangan :

N = Besar Populasi

n = Besar sampel

e = Error level (tingkat kesalahan)

Adapun perhitungannya adalah sebagai berikut : Populasi

) ( 1 N e2

N n   ) 5 , 0 ( 8 1 8 2   n ) 25 , 0 ( 8 1 8   n 2 1 8   n 3 8  n 3 6 , 2   n

Secara keseluruhan peneliti mengambil tiga desa sebagai sampel yaitu: a. Desa Kertawangi dengan jumlah remaja 503 jiwa;

b. Desa Jambudipa dengan jumlah remaja 480 jiwa;

c. Desa Pasirhalang dengan jumlah remaja 223 jiwa.

(23)

) ( 1 N e2

N n   ) 10 , 0 ( 206 . 1 1 206 . 1 2   n 92 34 , 92 06 , 13 206 . 1 06 , 12 1 206 . 1 ) 01 , 0 ( 206 . 1 1 206 . 1        n n n n

Jadi sampel minimal yang diambil adalah 92 jiwa (penduduk yang termasuk dalam kategori remaja). Namun, peneliti akan membulatkannya menjadi 100 responden karena hal ini berdasarkan ketentuan yang dikemukakan oleh Alreck dan Seetle (dalam Septiyuni, 2014, hlm. 60) bahwa

„untuk populasi yang besar sampel minimum kira-kira 100 responden dan

sampel maksimumnya adalah 1000 responden‟.

Adapun teknik pengumpulan sampel yang digunakan adalah dengan metode Proportionate Stratified Random Sampling dan di mana pengambilan

sampelnya dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proportional, teknik ini tersebar karena populasi tersebar dalam beberapa kelompok artinya data ini bersifat heterogen. Proportionate Stratified Random Sampling adalah teknik ini digunakan bila populasi mempunyai

anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional (Sugiyono, 2014, hlm. 82). Rumus yang digunakan dalam menentukan persebaran sampelnya adalah :

N n Ni ni 

(24)

Keterangan :

ni = Anggota sampel pada proporsi ke 1

Ni = Populasi ke-i

N = Sampel yang diambil dalam penelitian

Tabel 3.2

Sebaran Sampel Penelitian

Nama Desa Jumlah Sebaran Sampel

1. Desa Kertawangi 41,7 42

206 . 1 100 503     ni

2. Desa Jambudipa 39,8 40

206 . 1 100 480     ni

3. Desa Pasirhalang 18,4 18

206 . 1 100 223     ni

Sumber: diolah oleh Peneliti

Penelitian mengambil sampel secara acak (random) dari delapan desa menjadi tiga desa, yaitu desa Kertawangi, desa Jambudipa, dan desa Pasirhalang serta peneliti mengambil sampel sebanyak 10% dari 1.206 jiwa menjadi 92 jiwa (penduduk yang termasuk dalam kategori remaja) yang dibulatkan menjadi 100 jiwa sebagai sampel, dengan sebaran sampel: desa Kertawangi 42 jiwa, desa Jambudipa 40 jiwa dan desa Pasirhalang 18 jiwa, hal ini berdasarkan pada tujuan peneliti yaitu populasi yang besar dan mempunyai kriteria yang berbeda.

D. Instrumen Penelitian

1. Sumber Data

Sumber data adalah sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai data, berdasarkan sumbernya data dibedakan menjadi dua, yaitu

(25)

langsung memberikan data kepada pengumpul data dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2014, hlm. 137). Adapun data yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3

Sumber Data

No. Keterangan Jenis Data

1. Data penduduk usia remaja di Kecamatan Cisarua Sekunder

2. Data kuisioner pra-penelitian Primer

3. Data kuisioner penelitian Primer

Sumber: diolah oleh Peneliti

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengetahui jawaban dari permasalahan yang akan diteliti maka diperlukan teknik pengumpulan data dan untuk membantu jawaban dari setiap

permasalahan maka peneliti menggunakan beberapa teknik, yaitu : a. Kuisioner

Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2014, hlm. 142). Kuisioner yang digunakan bersifat tertutup. Pernyataan dalam angket tetutup ini dibuat dengan menggunakan skala 1-5 untuk mendapatkan data;

b. Studi Literatur

Studi literatur adalah usaha untuk mempelajari informasi baru (teori, temuan ilmiah) yang berkaitan dengan variabel-variabel dalam penelitian guna mendukung dan memperkuat argumen yang sedang kita lakukan;

c. Observasi

(26)

mendampingi responden dalam mengisi angket sehingga terlihat apakah responden mengisi sesuai dengan gambaran dirinya atau tidak;

d. Dokumentasi

Pengumpulan data melalui studi dokumentasi diperlukan untuk menunjang kelengkapan data penelitian. Studi dokumentasi tidak hanya berupa foto atau potret di lapangan, tetapi juga bisa berupa jejak atau jurnal.

3. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, instrumen penelitian yang digunakan berupa kuisioner (angket). Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan

diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2014, hlm. 142). Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuisioner (angket) SSHA (Survey of Study Habits and Attitudes) dari Brown dan Holtzman. Pola skala SSHA ini tidak berbeda dengan skala Likert kategori lima, yaitu:

Tabel 3.4

Skala Likert

Pilihan Jawaban Skor/Nilai

Selalu (SL) 5

Sering (SR) 4

Kadang-kadang (KD) 3

Jarang (JR) 2

Tidak Pernah (TP) 1

Sumber: Sugiyono (2014, hlm. 93)

(27)

skala ini bukan bagaimana seharusnya ia menjawab soal ini dengan benar berdasarkan pengetahuannya, tetapi bagaimana kebiasaan mereka melakukan aktivitas sehari-hari.

Adapun dalam penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai dua variabel yaitu gaya hidup remaja dan perilaku menyimpang. Sugiyono (2014,

hlm. 38) mengungkapkan bahwa “variabel merupakan segala sesuatu yang

(28)

Tabel 3.5

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep

Variabel Dimensi Indikator

Skala Data

Gaya Hidup (X)

“Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya”. (Kotler dalam

Susanto, 2013, hlm. 1)

Aktivitas (tingkah laku nyata yang bisa

diamati)

1. Gaya berbicara; 2. Gaya berpakaian; 3. Pertemanan/pergaulan.

Ordinal

Minat (tingkah laku yang melatar belakangi suatu pilihan perilaku)

1. Hobi/kesenangan/hibur an;

2. Cara menggunakan uang dan waktu; 3. Pemilihan kelompok

bergaul.

Ordinal

Opini (reaksi lisan dan tulisan terhadap pernyataan/pertanya

an)

1. Menjaga image/harga diri;

2. Kepedulian terhadap lingkungan sosial; 3. Kesadaran terhadap

hukum. Ordinal Perilaku Menyimpang (Y) “Perilaku menyimpang adalah tingkah laku yang menyimpang dari norma-norma sosial”.

Saparinah (dalam Willis,

2008, hlm. 5)

Penyimpangan terhadap norma

agama

Semua perilaku yang bersifat melanggar norma

agama

Ordinal

Penyimpangan terhadap norma

kesopanan

Semua perilaku yang bersifat melanggar norma

kesopanan

Ordinal

Penyimpangan terhadap norma

kesusilaan

Semua perilaku yang bersifat melanggar norma

Kesusilaan

Ordinal

Penyimpangan terhadap norma

hukum

Semua perilaku yang bersifat melanggar norma

hukum

Ordinal

(29)

Tabel 3.6

Kisi Kisi Instrumen Penelitian Variabel X

(Gaya Hidup Remaja)

Sumber: diolah oleh peneliti

Variabel Dimensi Indikator No. Item

Instrumen

Gaya Hidup (X)

Aktivitas (tingkah laku nyata yang bisa

diamati)

Gaya berbicara 1, 2, 3, 5

Gaya berpakaian 7, 8

Pertemanan/pergaulan 12, 13

Minat (tingkah laku yang melatar belakangi

suatu pilihan perilaku)

Hobi/kesenangan/hiburan 15, 20

Cara menggunakan uang dan waktu

9, 14, 21, 23, 24

Pemilihan kelompok bergaul 18, 19

Opini (reaksi lisan & tulisan terhadap pernyataan/pertanyaan)

Menjaga image/harga diri 4, 6, 10, 11, 22, 25

Kepedulian terhadap lingkungan sosial

16, 17, 26, 27, 28

(30)
[image:30.612.106.534.158.478.2]

Tabel 3.7

Kisi Kisi Instrumen Penelitian Variabel Y

(Perilaku Menyimpang)

Sumber: diolah oleh peneliti

a. Uji Validitas

Arikunto (2013, hlm. 211) mengemukakan bahwa “validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen” suatu instrumen

yang valid dan sahih mempunyai validitas yang tinggi sebaliknya, instrumen kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen valid

apabila mampu mengukur apa yang seharusnya diukur.

Untuk menguji validitas konstruk setiap item dalam indikatornya menggunakan analisis dengan rumus korelasi product moment. Adapun

Variabel Dimensi Indikator No. Item

Instrumen Perilaku Menyimpang di Masyarakat (Y) Penyimpangan terhadap norma agama

Semua perilaku yang bersifat melanggar norma agama

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7

Penyimpangan terhadap norma

kesopanan

Semua perilaku yang bersifat melanggar norma kesopanan

8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16

Penyimpangan terhadap norma

kesusilaan

Semua perilaku yang bersifat melanggar norma kesusilaan

17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24

Penyimpangan terhadap norma

hukum

Semua perilaku yang bersifat melanggar norma hukum

(31)

rumus korelasi product moment menurut Arikunto (2013, hlm. 317) adalah sebagai berikut :

    

 

 

 

2

2 2

2

.

.

.

.

y

y

n

x

x

n

y

x

xy

n

r

xy

Keterangan :

rxy = Korelasi Product Moment n = Jumlah populasi

∑x = Jumlah skor butir x

∑y = Jumlah skor butir y

∑x2

=Jumlah skor butir kuadrat x

∑y2

= Jumlah skor butir kuadrat y

∑xy = Jumlah perkalian butir x dan skor variabel y

Harga rxy menunjukkan indeks korelasi antar dua variabel yang

dikorelasikan. Keputusan uji validitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut :

Jika rxy > r tabel, maka item pernyataan dinyatakan valid;

Jika rxy< rtabel, maka item pernyataan dinyatakan tidak valid.

Terdapat berbagai pandangan tentang koefisien korelasi, seperti yang dikemukakan oleh Masrun (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 133-134) “item yang mempunyai korelasi positif dengan kriterium (skor total) serta korelasi yang tinggi menunjukkan bahwa item tersebut mempunyai validitas yang tinggi pula. Biasanya syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah

(32)

mempunyai korelasi butir-total (rit) minimal +0,30‟. Secara teknis pengujian

instrumen dengan rumus-rumus di atas menggunakan bantuan software SPSS

(Statistical Product and Service Solution) 22. Adapun langkah-langkah untuk uji validitas menggunakan SPSS 22, adalah sebagai berikut :

1) Mengcoding data mentah yang didaptkan dari kuisioner yang sudah diisi oleh responden;

2) Menjumlah nilai (score) yang diperoleh dari masing-masing responden;

3) Mengcopy-paste data tersebut ke SPSS;

4) Lalu klik Analyze

Correlate

Bivariate;

5) Memasukan seluruh item pernyataan ke kolom sebelah kanan, hal ini berfungsi untuk menganalisis seluruh validitas pada setiap item; 6) Menchecklist option Pearson dan Two-tail, lalu klik OK;

7) Untuk melihat hasil validitas setiap item pernyataan, dapat dilihat pada kolom paling akhir (kolom jumlah score).

[image:32.612.139.525.543.705.2]

Adapun hasil uji validitas menggunakan software SPSS 22, adalah sebagai berikut :

Tabel 3.8

Hasil Uji Validitas Variabel X (Gaya Hidup)

No Item r Kritis r Hitung Keputusan

1. 0,328 0,308 Valid

2. 0,131 0,308 Tidak Valid

3. 0,450 0,308 Valid

4. 0,753 0,308 Valid

5. 0,641 0,308 Valid

(33)

7. 0,235 0,308 Tidak Valid

8. 0,638 0,308 Valid

9. 0,405 0,308 Valid

10. 0,686 0,308 Valid

11. 0,563 0,308 Valid

12. 0,168 0,308 Tidak Valid

13. 0,536 0,308 Valid

14. 0,692 0,308 Valid

15. 0,759 0,308 Valid

16. 0,746 0,308 Valid

17. 0,360 0,308 Valid

18. 0,719 0,308 Valid

19. 0,778 0,308 Valid

20. 0,395 0,308 Valid

21. 0,351 0,308 Valid

22. 0,539 0,308 Valid

23. 0,476 0,308 Valid

24. 0,123 0,308 Tidak Valid

25. 0,516 0,308 Valid

26. 0,351 0,308 Valid

27. 0,046 0,308 Tidak Valid

28. 0,126 0,308 Tidak Valid

29. 0,449 0,308 Valid

30. 0,028 0,308 Tidak Valid

Sumber: hasil pengolahan data Microsoft for Windows, 2013

(34)

diperoleh nilai rtabel sebesar 0,308. Dengan demikian setiap item pernyataan

dalam kuisioner dapat dikatakan valid karena setiap item pernyataan memiliki

ri(x-i)lebih besar daripada rtabel (ri(x-i) > rtabel), artinya pernyataan-pernyataan

[image:34.612.133.527.333.684.2]

dalam kuisioner dapat dijadikan alat ukur apa yang hendak diukur. Hasil dari uji validitas variabel X, dari 30 item pernyataan diperoleh 23 item pernyataan yang valid dan 7 item pernyataan yang tidak valid. Dengan beberapa pertimbangan, item pernyataan yang tidak valid dihilangkan dan diganti dengan pernyataan yang baru.

Tabel 3.9

Hasil Uji Validitas Variabel Y (Perilaku Menyimpang)

No Item r Kritis r Hitung Keputusan

1. 0,201 0,308 Tidak Valid

2. 0,502 0,308 Valid

3. 0,357 0,308 Valid

4. 0,108 0,308 Tidak Valid

5. 0,330 0,308 Valid

6. 0,538 0,308 Valid

7. 0,651 0,308 Valid

8. 0,401 0,308 Valid

9. 0,668 0,308 Valid

10. 0,538 0,308 Valid

11. 0,595 0,308 Valid

12. 0,620 0,308 Valid

13. 0,489 0,308 Valid

14. 0,579 0,308 Valid

(35)

16. 0,663 0,308 Valid

17. 0,571 0,308 Valid

18. 0,451 0,308 Valid

19. 0,751 0,308 Valid

20. 0,699 0,308 Valid

21. 0,663 0,308 Valid

22. 0,489 0,308 Valid

23. 0,479 0,308 Valid

24. 0,733 0,308 Valid

25. 0,682 0,308 Valid

26. 0,616 0,308 Valid

27. 0,608 0,308 Valid

28. 0,679 0,308 Valid

29. 0,619 0,308 Valid

30. 0,613 0,308 Valid

Sumber: hasil pengolahan data Microsoft for Windows, 2013

Pengujian validitas instrumen variabel Y yaitu perilaku menyimpang dalam penelitian ini dilakukan terhadap 43 responden dengan tingkat signifikasi 5% dan derajat kebebasan (df) n-2 yaitu 43-2=41, sehingga

diperoleh nilai rtabel sebesar 0,308. Dengan demikian setiap item pernyataan

dalam kuisioner dapat dikatakan valid karena setiap item pernyataan memiliki

ri(x-i)lebih besar daripada rtabel (ri(x-i) > rtabel), artinya pernyataan-pernyataan

dalam kuisioner dapat dijadikan alat ukur apa yang hendak diukur. Hasil dari uji validitas variabel X, dari 30 item pernyataan diperoleh 28 item pernyataan yang valid dan 2 item pernyataan yang tidak valid. Dengan beberapa

(36)

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahakan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu (Arikunto, 2013, hlm. 221).

Instrumen yang sudah dapat dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali pun diambil akan tetap sama. Reliabilitas menunjukkan pada tingkat kerendahan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan. Adapun rumus yang

digunakan dalam uji reliabilitas yaitu dengan menggunakan Alpha (Arikunto, 2013, hlm. 239):

  

       

St Si k

k r . 1

1 11

Keterangan :

r11 = Nilai reliabilitas

∑Si = Jumlah varians skor tiap-tiap item St = Varians item

k = Jumlah item

Kuisioner dinyatakan reliabel jika mempunyai nilai koefisien Alpha yang lebih besar dari 0,65 seperti yang dikemukakan oleh Aiken (dalam

Purwanto, 2010, hlm. 197) bahwa „instrumen reliabel bila hasil perhitungan

(37)

Untuk mengetahui hasil uji reliabilitas dengan menggunakan SPSS 22, yaitu sebagai berikut :

1) Mengkoding data mentah yang didapatkan dari kuisioner yang sudah diisi oleh responden;

2) Menjumlah nilai (score) yang diperoleh dari masing-masing responden;

3) Mengcopy-paste data tersebut ke SPSS;

4) Lalu klik Analyze

Correlate

Relability Analysis;

5) Memasukan seluruh item pernyataan ke kolom sebelah kanan, hal ini

berfungsi untuk menganalisis reliabilitas seluruh data;

6) Pilih Alpha untuk option model peneliti gunakan, lalu klik OK;

7) Hasil reliabilitas dapat dilihat di tabel „Reliability Statistic‟.

[image:37.612.183.457.481.585.2]

Adapun hasil uji reliabilitas menggunakan software SPSS 22, adalah sebagai berikut :

Tabel 3.10

Hasil Uji Reliabilitas Variabel X (Gaya Hidup)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

,909 ,905 23

(38)
[image:38.612.179.463.146.250.2]

Tabel 3.11

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Y (Perilaku Menyimpang)

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized Items N of Items

,929 ,930 28

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas, pada variabel X yaitu

Gaya Hidup memiliki nilai 0,929 yang memiliki koefisien korelasi lebih besar dari kriteria uji yaitu sebesar 0,65 yang berarti instrumen penelitian variabel X

adalah reliabel (teruji keandalannya).

E. Prosedur Penelitian

Apapun jenis penelitiannya prosedur atau langkah-langkah dalam penelitian selalu dimulai dari adanya permasalahan atau ganjalan, yang merupakan kesenjangan yang dirasakan oleh peneliti, dalam hal ini masalah yang dirasakan oleh peneliti adalah saat ini banyak sekali remaja yang melakukan tindakan menyimpang yang diasumsikan bahwa perilaku menyimpang tersebut dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu gaya hidup remaja. Hal tersebut berakibat kepada adanya kesenjangan antara perbedaan kondisi nyata dengan kondisi harapan.

(39)
[image:39.612.138.523.114.410.2]

Gambar 3.1

Alur Penelitian

Setelah menentukan masalah dan pengumpulan teori pendukung kemudian dilanjutkan dengan merumuskan rumusan masalah, lalu pengumpulan data, analisis data dan terakhir membut kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan.

Adapun variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X) gaya hidup remaja dengan indikator dari pengukuran AIO (Aktivitas, Minat dan Opini) serta variabel terikat (Y) yaitu perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja dengan indikator (penyimpangan terhadap norma agama, norma kesopanan, norma kesusilaan dan norma hukum). Adapun hipotesis statistiknya adalah sebagai berikut :

a. Hipotesis nol H0 :

ρ

xy = 0

Tidak ada pengaruh gaya hidup remaja terhadap perilaku menyimpang.

b. Hipotesis kerja H1 :

ρ

xy ≠ 0

Ada pengaruh gaya hidup remaja terhadap perilaku menyimpang.

Permasalahan Teori Pendukung

Rumusan Masalah

Pengumpulan Data

Analisis Data

(40)

F. Analisis Data

1. Rancangan Analisis Data

Data mentah yang telah dikumpulkan perlu dipecahkan ke dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan manipulasi dan diolah sedemikian rupa sehingga data tersebut mempunyai makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesis. Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan pengolahan dengan mengelompokkan data dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a) Menyusun data

Mengecek data yang diisi oleh responden untuk mengetahui kelengkapan pengisian item dalam instrumen kemudian menyusunnya dengan rapi;

b) Menyeleksi data untuk memeriksa kesempurnaan dan kebenaran data yang terkumpul;

c) Tabulasi data dengan cara memberikan skor setiap item dan menjumlahkan skor pada setiap item;

d) Menganalisis data dan menafsirkan hasil perhitungan berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari perhitungan statistik.

2. Analisis Data Deskriptif

(41)

a. Menentukan bobot nilai untuk setiap alternatif jawaban;

b. Menghitung frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang dipilih; c. Mencari jumlah nilai jawaban yang dipilih responden pada tiap

pernyataan yaitu dengan cara menghitung frekuensi responden yang memilih alternatif jawaban tersebut, kemudian dikalikan dengan alternatif jawaban itu sendiri;

d. Menghitung nilai rata-rata untuk setiap butir pernyataan dalam bagian angket;

[image:41.612.173.524.335.484.2]

e. Menentukan kriteria pengelompokan WMS untuk skor rata-rata setiap kemungkinan jawaban dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.12

Skala Pengukuran Dengan WMS

Rentang Nilai Kategori Penafsiran

4,01 – 5,00 Selalu Sangat baik

3,01 – 4,00 Sering Baik

2,01 – 3,00 Kadang-kadang Cukup

1,01 – 2,00 Jarang Rendah

0,01 – 1,00 Tidak Pernah Sangat Rendah Sumber : Septiyuni (2014, hlm. 82)

3. Analisis Data Korelasi dan Pengujian Hipotesis

a. Transformasi Data Dengan Method of Successive Interval (MSI)

Untuk memperoleh hasil analisis hubungan yang baik, data ordinal dari kuisioner perlu dinaikkan menjadi skala interval berurutan (Method of

Successive Interval). Peningkatan skala ordinal ke interval ini dilakukan

untuk setiap item pervariabel. Tahapan-tahapan tersebut menurut Al-Rasyid

(42)

a. Menentukan frekuensi setiap responden;

b. Menentukan proporsisi setiap respon dengan membagi frekuensi dengan jumlah sampel;

c. Menjumlahkan proporsisi secara berurutan untuk setiap respon sehingga diperoleh proporsi kumulatif;

d. Menentukan Z untuk masing-masing proporsi kumulatif yang dianggap menyebar mengikuti sebaran normal baku;

e. Menghitung scale value (SV) untuk masing-masing respon dengan rumus :

Scale Value (SV) = (Density at Lower Limit – Density at Upper Limit)

(Area Below Upper Limit – Area Below Lower Limit )

f. Melakukan transformasi nilai skala (transformed scale value) dari nilai skala ordinal ke nilai skala interval, dengan rumus: Y = SVi + |SVMin|. Dengan catatan, SV yang nilainya kecil atau harga negatif terbesar diubah menjadi sama dengan satu (=1).

b. Uji Normalitas

(43)

Adapun pengolahan data dapat dilakukan dengan bantuan program

SPSS 22 for windows. Dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Masukan data yang akan diuji normalitas di data view, sedangkan di variabel view beri nama data tersebut. Kemudian klik analyze atau

regression, kemudian klik linier. Masukan variabel Y pada kotak

dependent dan variabel X pada kotak independent;

2) Klik plots, lalu pada Y pilih dependent sedangkan X diisi zresid. Pada

standarized residual plots klik histogram dan normal probability

plots, lalu klik continue.

c. Uji Korelasi

Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menghitungnya dengan menggunakan analisis korelasi yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut (Arikunto, 2013, hlm. 313). Adapun uji korelasi yang digunakan adalah dengan rumus product moment dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

    

 

 

 

2 2 2 2

.

.

.

.

y

y

n

x

x

n

y

x

xy

n

r

xy

rxy = Korelasi Product Moment

n = Jumlah populasi

∑x = Jumlah skor butir x

∑y = Jumlah skor butir y

∑x2

=Jumlah skor butir kuadrat x

∑y2

= Jumlah skor butir kuadrat y

(44)
[image:44.612.148.534.206.344.2]

Pedoman untuk tingkat keeratan hubungan antara kedua variabel dapat dilihat dalam tabel Interpretasi koefisien korelasi dalam Sugiyono (2014, hlm. 184) sebagai berikut :

Tabel 3.13

Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Sumber: Sugiyono (2014, hlm. 184)

d. Regresi Linier Sederhana

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier

sederhana. Analisis regresi linier sederhana terdiri atas dua variabel. Suatu variabel yang berupa variabel terikat diberi simbol Y dan variabel yang kedua berupa variabel bebas diberi simbol X. Regresi sederhana menyatakan hubungan kausalitas antara dua variabel dan memperkirakan nilai variabel terikat berdasarkan nilai variabel bebas. Secara umum persamaan regresi sederhana dapat dirumuskan sebagai berikut (Sugiyono, 2014, hlm. 188) :

(45)

Keterangan:

Y = Nilai yang diprediksikan

a = Konstanta atau bila harga harga X = 0

b = Koefisien regresi (kemiringan atau slope atau perubahan

rata-rata dalam Y untuk setiap perubahan dari satu unit X, baik

berupa peningkatan ataupun penurunan)

X = Nilai variabel X yang dipilih

e. Uji Hipotesis

Langkah terakhir dari analisis data yaitu pengujian hipotesis yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang cukup jelas dan dapat dipercaya antara variabel independen dan variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini peneliti menggunakan rumus uji signifikasi korelasi uji t sebagai berikut (Sugiyono, 2014, hlm. 184) :

2

1 2

r n r t

  

Keterangan :

t

hitung = Nilai t hitung

r = Nilai koefisien korelasi r hitung n = Jumlah sampel

dengan kriteria sebagai berikut :

a. Taraf signifikasi 0,05 dengan derajat kebebasan (dk)=N-2; b. Apabila thitung > ttabel maka H1 diterima dan H0 ditolak;

(46)

f. Uji Kontribusi (Koefisien Determinasi)

Tujuan dari uji koefisien determinasi ini untuk mengetahui prosentase kontribusi variabel X terhadap variabel Y, jadi untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel X terhadap Y dapat dihitung dengan rumus koefisien korelasi yang telah diketahui. Adapun perhitungannya adalah dengan menggunakan rumus berikut :

% 100

2

x r

KD

Keterangan:

KD = Nilai koefisien determinan

r2 = Nilai koefisien korelasi

[image:46.612.146.534.473.649.2]

Hasil perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan, kriteria penafsiran nilai prosentase menurut Effendi (dalam Zakiah, 2014, hlm. 50) dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.14

Kriteria Penilaian Prosentase/Skor

Prosentase Kriteria

100% Seluruhnya

75% - 95% Sebagian besar

51% - 74% Lebih besar dari setengahnya

50% Setengahnya

25% - 49% Kurang dari setengahnya

1% - 24% Sebagain kecil

0% Tidak ada/tak seorangpun

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2 Sebaran Sampel Penelitian
Tabel 3.3 Sumber Data
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

hal ini adalah pengaruh tayangan sinetron terhadap gaya hidup remaja, yang akan.. di interprestasikan pengaruhnya terhadap gaya berpakaian, gaya berbica

Penelitian ini berusaha untuk menggali berbagai informasi yang berkaitan dengan gaya hidup konsumtif remaja Korean Addict yang mencakup aktivitas, minat, dan opini

Hal ini bermakna bahwa model yang ditawarkan, yang berupa struktur penyebab terjadinya perilaku agresif di kalangan remaja yang tinggal di permukiman kumuh, yang meliputi faktor

Karakteristik socialize shoppers adalah remaja yang memiliki tingkat gaya hidup shopping mall yang biasanya menghabiskan 2-3 jam waktu di dalam mall dengan

Dalam rangka mencari pengetahuan mengenai seks, ada remaja yang melakukannya secara terbuka bahkan mulai mencoba mengadakan eksperimen dalam kehidupan seksualSejalan

Banyak hal yang dapat mempengaruhi dalam proses pembentukan jati diri seseorang di masa sekarang, dan masa remaja juga sangatlah berpengaruh cukup besar untuk bagaimana

Definisi yang dirumuskan oleh WHO, remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai

Saat di wawancara RN (inisal), 18 tahun, yang merupakan korban hamil diluar nikah dan pelakunya kini adalah suaminya menyatakan bahwa saat ia melakukan hubungan