• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TAYANGAN SINETRON TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA : Studi Deskriptif di Kecamatan Leuwimunding.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH TAYANGAN SINETRON TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA : Studi Deskriptif di Kecamatan Leuwimunding."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TAYANGAN SINETRON TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA ( Studi Deskriptif di Kecamatan Leuwimunding)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sosiologi

Oleh Leli Nurlaeli

1000657

JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LELI NURLAELI 1000657

PENGARUH TAYANGAN SINETRON TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Deskriptif di Kecamatan Leuwimunding)

disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Prof. Dr.Gurniwan Kamil P, M. Si NIP.196103231986031002

Pembimbing II

Dr. Ridwan Effendi, M. Ed NIP.196209261989041001

Mengetahui,

ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi

(3)

PENGARUH TAYANGAN SINETRON TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA

(Studi Deskriptif di Kecamatan Leuwimunding)

Oleh Leli Nurlaeli

Sebuahskripsi yang

diajukanuntukmemenuhisalahsatusyaratmemperolehgelarSarjanapadaFakul tasPendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Leli Nurlaeli 2014 UniversitasPendidikan Indonesia

Agustus 2014

HakCiptadilindungiundang-undang.

(4)
(5)

BAB III

OBJEK DAN METODELOGI PENELITIAN

3.1Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penulisan penelitian ini ini terdiri dari tiga

variabel, variabel independennya adalah pengaruh tayangan sinetron dan variabel

devenden nya adalah gaya hidup remaja subjek penelitian ini adalah remaja usia

15-19 yang ada di wilayah desa Parakan, desa Lame, dan desa Heuleut kecamatan

Leuwimunding kabupaten Majalengka.

3.2Lokasi dan Subjek Populasi / Sampel Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten

Majalengka- Jawa Barat yaitu di Kecamatan Leuwimunding dengan letak

geografisnya 108° 17' - 108° 23' BT - 6° 44' - 6° 49' LS. Secara administratrif

kecamatan Leuwimunding Berbatasan dengan :

Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Sumberjaya

Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Rajagaluh

Sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Palasah

Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Cirebon.

Kecamatan Leuwimunding memiliki 14 desa, yaitu desa Lame, Parakan,

Mindi, Nanggerang, Heuleut, Tanjungsari, Patuanan, Leuwikujang,

Leuwimunding, Ciparay, Mirat, Rajawangi, Parungjaya.

Kecamatan Leuwimunding memiliki sarana pendidikan sebanyak 27 untuk

Taman Kanak-Kanak, 42 Sekolah Dasar, 7 SMP, 2 SMA, 31 Pendidikan Agama.

Selalin itu juga untuk sarana kesahatan ada 1 puskesmas Pusat dan 14 puskesmas

pembantu, dan 2 Poliklinik. Sarana prasarana yang menunjang lainya di

Leuwimunding yaitu ada satu pasar Leuwimunding dan serta ditunjang oleh hasil

(6)

3.2.2 Populasi

Menurut Arikunto (2010, hal. 173) populasi adalah “keseluruhan subjek

penelitian” Penentuan populasi harus dimulai dengan penentuan secara jelas

mengenai populasi yang menjadi sasaran penelitiannya yang disebut populasi

sasaran yaiutu populasi ynag akan menjadi cakupan kesimpulan penelitian. Jadi

apabila sebuah penelitian dikeluarkan kesimpulan, maka menurut etika penelitian

kesimpulan tersebut hanya untuk populasi sasaran yang telah ditentukan.

Kecamatan Leuwimunding terdapat 14 desa, yaitu desa Parakan,

Patuanan, Nanggerang, Lame, Mindi, Rajawangi, Heuleut, Mirat, Leuwikujang,

Leuwimunding, Ciparay, Karangasem, Tanjungsari, Parungjayadengan jumlah

penduduk dari tiap desa yaitu:

Tabel 3.1

Data Penduduk Tiap Desa di Kecamatan Leuwimunding

NO. DESA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1. Parakan 2.438 2.598 5.036

2. Patuanan 1.517 2.443 3.960

3. Nanggerang 984 940 1.924

4. Lame 1.788 1.800 3.588

5. Mindi 1.550 1.481 3.031

6. Rajawangi 2.047 1.956 4.003

7. Leuwikujang 2.618 2.630 5.248

8. Mirat 2.810 3.081 5.891

9. Leuwimunding 2.752 2.880 5.632

10. Ciparay 3.183 3.026 6.209

11. Heuleut 2.478 2.559 5.037

12. Karangasem 2.589 2.993 5.582

13. Tanjungsari 2.006 1.917 3.932

14. Parungjaya 1.697 1.594 3.291

(7)

Total jumlah keseluruhan penduduk kecamatan Leuwimunding adalah

62.355 terdiri dari laki-laki 30.457 perempuan 31.898 dalam penelitian ini

populasi yang digunakan adalah seluruh penduduk di kecamatan Leuwimunding

dalam usia remaja dengan laporan jumlah penduduk usia remaja sebagai berikut:

Tabel 3.2

Data Usia Remaja Tiap Desa di Kecamatan Leuwimunding

PENDUDUK USIA REMAJA

NO DESA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 Parakan 173 208 381

2 Patuanan 76 118 194

3 Nanggerang 48 65 113

4 Lame 98 126 224

5 Mindi 103 138 241

6 Rajawangi 129 89 218

7 Leuwikujang 184 197 381

8 Mirat 209 233 442

9 Leuwimunding 195 211 406

10 Ciparay 234 221 455

11 Heuleut 142 189 331

12 Karangasem 158 200 358

13 Tanjungsari 119 94 213

14 Parungjaya 93 67 160

JUMLAH 1961 2377 4338

3.2.3 Sampel dan Teknik Pengumpulan Sampel

1. Sampel

Sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti “(Arikunto,2010, hal. 174), karena penelitian ini adalah penelitian sampel, maka peneliti hanya ingin menggeneralisasikan sampel. Maksud dari

menggeneralisasikan sampel adalah mengangkat kesimpulan penelitian.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik acidental.

(8)

cara apabila remaja dalam karakteristik (kriteria usia/anak SMA) dijumpai maka

langsung diminta untuk mengisi kuisioner.

n = N

1+N(d²)

Keterangan :

N : Besar populasi

n : Besar Sampel

d : Tingkat Kepercayaan / Ketepatan yang diinginkan

perhitungannya adalah sebagai berikut :

n = N

1+ N (d²)

n = 14

1+ 14 (0,5)²

n = 14

1+ 14 (0,25)

n = 14

1+3,5

n = 14

4,5

n = 3, 11 dibulatkan menjadi 3 desa

Secara keseluruhan peneliti mengambil tiga desa sebagai sampel yaitu :

1. Desa Parakan = 381 remaja

2. Desa Lame = 224 remaja

3. Desa Heuleut = 331 remaja

Jadi jumlah sampel adalah 936

n = N

1+ N (d)²

= 936

(9)

= 936

1+936 (0.01)

= 936

1+9.36

= 936

10.36

= 90.34 dibulatkan menjadi 90

2. Teknik Pengumpulan Sampel

Penelitian ini untuk mengambil sampel dilakukan dengan metode

Proportionate Stratified Random Sampling dan acidental dimana pengambilan

sampelnya dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara proporsional,

teknik ini tersebar karena populai tersebar dalam beberapa kelompok artinya data

ini bersifat heterogen. “Proportionate Stratified Random Sampling adalah

pengambilan sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata secara

proporsional, teknik ini digunakan karena populasi tersebar dalam beberapa

kelompok” (Sugiyono, 2010, hal. 118).

Rumus yang digunakan dalam menentukan sampel nya adalah :

ni = ��

� x n

dimana :

ni = anggota sampel pada prosorsi ke-i

Ni = populasi ke-i

N = sampel yang di ambil dalam penelitian

Desa Parakan = 381 x 90 = 37

936

Desa Lame = 224 x 90 = 21

936

Desa Heuleut = 331 x 90 = 32

(10)

Peneliti mengambil sampel secara acak dari 14 desa menjadi 3 desa, yaitu

desa parakan peneliti mengambil sampel sebanyak 37 remaja, desa Lame peneliti

mengambil sampel sebanyak 21 remaja dan desa Heuleut peneliti mengambil

sampel sebanyak 32 remaja. Hal ini berdasarkan pada tujuan peneliti yaitu jumlah

populasi yang besar dan mempunyai kriteria yang berbeda. Kriteria inklusi adalah

karakteristik umum subjek peneliti pada populasi terjangkau atau kriteria yang

layak diteliti. Dalam menentukan kriteria inklusi ini, pertimbangan ilmiah harus

jadi pedoman. Yang menjadi kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Terdaftar sebagai masyarakat desa Lame, desa Parakan

dan desa Heuleut di kecamatan Leuwimunding.

2. Berusia 15 – 19 tahun.

3.3Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti

sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan dilaksanakan (Arikunto, 2010, hal. 90).

Adapun desain penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah desain

kausalitas. Desain kausalitas bertujuan untuk mendapatkan bukti

hubungan-hubungan sebab akibat antara satu variabel dengan variabel lainnya.Sehingga

dapat diketahui variabel yang mempengaruhi, dan variabel yang dipengaruhinya.

Hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya, yang diteliti dalam

hal ini adalah pengaruh tayangan sinetron terhadap gaya hidup remaja, yang akan

di interprestasikan pengaruhnya terhadap gaya berpakaian, gaya berbica dan

pertemanan/pergaulan.

3.4Metode Penelitian

Metode penelitan merupakan syarat pokok dalam sebuah penelitan serta

memberikan arah yang cermat dalam menunjukan syarat-syarat yang benar

maksudnya adalah agar menjaga pengetahuan yang dicapai dari sebuah penelitian

dapat memiliki harga ilmiah yang tinggi. "Metode penelitian merupakan cara

(11)

dengan maksud mendapatkan fakta dan simpulan agar dapat memehami

menjelaskan, meramalkan dan mengendalikan keadaan” (Syamsudin dan

Damaianti, 2011, hal. 14). Metode penelitian ini banyak ragamnya, diantaranya

metode penelitian deskriptif , menurut Sugiyono (2008, hal. 11) “metode

penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memberikan

gambaran dari variabel-variabel penelitian”. Metode penelitian deksriptif adalah

salah satu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk memberikan

gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan objektif, metode penelitian ini

digunakan untuk memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi pada situasi

sekarang. Penelitian deskriptif bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Tayangan

Sinetron Terhadap Gaya Hidup Remaja. Di kecamatan Leuwimunding.

3.5 Definisi Operasional

Sugiyono (2008, hal. 60), mengungkapkan bahwa “variabel merupakan

segala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati sebagai atribut dari sekelompok

orang atau objek yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lainya dalam

kelompok itu. Penelitian ini variabel dibedakan menjadi dua, yakni:

1. Variabel bebas (tayangan sinetron), merupakan variabel yang memepengaruhi

atau menjadi sebab timbulnya variabel terikat (gaya hidup remaja).

2. Variabel terikat (gaya hidup remaja) merupakan variabel yang dipengaruhi atau

menjadi akibat karena adanya variabel bebas (tayangan sinetron).

Definisi operasional adalah pengertian varibel-variabel yang diamati atau

diteliti , yang bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran pengamatan

terhadap variabel-variabel yang bersangkutan, serta pembagian instrumen (alat

(12)

Tabel 3.3

Definisi operasional

No. Variabel penelitian

Definisi Operasional

Sub variabel Indikator Skala Data

1. Tayangan sinetron (variabel bebas)

-Televisi adalah medium audiovisual yang hidup, dengan demikian lebih mengutamakan gerak atau moving acting, bahkan ada yang berpendapat bahwa gambar yang ditayangkan di televisi haruslah merupakan perpaduan antar gerak, seni dan teknik. (J.B., Wahyudi. 1996. Media Komunikasi Masa Televisi. Bandung: Alumni)

-Sinetron merupakan penggabungan dari kata “sinema” dan “elektronik”. Namun elektronika disini tidak mengacu pada pita kaset yang proses perekamanya tetap berdasarkan kaidah-kaidah elektronis itu. Elektronis dalam sinetron mengacu pada medium penyiaranya yaitu televisi, atau televisiual, yang merupakan medium elektronik. ( Veven Sp.Wardhana.1994. kapitalisme TV dan strategi budaya massa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

- waktu a. frekuensi b. durasi

Ordinal

a. Film cerita

Jenis film yang mengandung suatu cerita yang lazim dipertunjukan digedung-gedung bioskop dengan bintang film tenar dan film ini didistribusikan sebagai barang dagangan.

- jenis sintetron (sintron bertema remaja yaitu sekolah dan cinta, serta sinetron

bertema religi )

a. sinetron bertema anak sekolah

b. sinetron religi

c. sinetron bertema cinta

(13)

b.Film berita

Film berita atau newsreel adalah film mengenai fakta, peristiwa yang benar-benar terjadi.

c. Film dokumenter

Film dokumenter atau documentary film didefinisikan oleh Robert Flahrety sebagai

“karya ciptaan mengenai

kenyataan” (creative treatment

of actualy). Berbeda dengan film berita yang merupakan rekaman kenyataan.

d.Film kartun

Film kartun dibuat untuk konsumsi anak-anak. Sebagian besar film kartun, sepanjang film itu diputar akan membuat tertawa karena kelucuan para tokohnya.( Ardianto, Elvaniro & Siti Karlina, Lukita Komala. 2007. Komunikasi Masa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media)

2. Gaya hidup remaja (variabel terikat )

- industri gaya hidup

Dalam abad gaya hidup penampilan diri itu justru

mengalami “estetisiasi

kehidupan sehari-hari” dan bahkan tubuh atau diripun justru mengalami astetiasi tubuh. Tubuh atau diri dalam kehidupan sehari-hari menjadi sebuah proyek benih penyemaian gaya hidup. “kamu bergaya maka kamu ada” adalah ungkapan yang mungkin cocok

untuk melukiskan

kegandurangan manusia modern akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampian. (menurut Chaney

-gaya berpakaian

a. remaja berpakaian sopan atau tertutup dan mengenakan pakaian mini serta menyerupai tokoh dalam tayangan sinetron

(14)

dalam Subandy 1997)

-dimensi simbolik (style) yaitu simbol-simbol yang digunakan dalam hidupnya. Dimensi gaya hidup diatas terlihat lebih mengandung nilai sosial. Artinya dimensi-dimensi gaya hidup dibentuk dalam rangka menjalinn hubungan sosial dengan individu atau kelompok lain(Eli Malihah S, dkk. 2007. Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Bandung: Prenanda Media Grup)

-karakteristik individu yang memiliki gaya hidup hedonis yaitu: cenderung impusif, lebih irasional, cenderung follower, mudah dibujuk secara emosional.(surindo 1995)

-gaya berbicara -remaja menggunakan bahasa baik/sopan dan remaja menggunakan bahasa alay menyerupai tokoh dalam tayangan sinetron

Ordinal

-Dimensi hubungan sosial dan jaringan kerja dibagi atas tiga bidang, yaitu: a). Pengkapsulan yaitu keterkaitan pada lingkungan, suku, etnis, keeratan di berbagai bidang. b). Segregasi yaitu tidak menekankan pada satu kegiatan saja, tetapi pada beberapa kegiatan tanpa ada ketertarikan yang akrab dan emosional. c). Isolasi yaitu tanpa ada keterkaitan yang mendalam pada bidang apapun.( Malihah, dkk (2007:105-106)

-secara psikologis, remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat dewasa, di suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau sejajar. (Hurlock,

-pertemanan -remaja bersikap dalam keseharianya

-sikap remaja hormat pada yang lebih tua,seumuran atau yang lebih muda.

-remaja memilih berteman dengan orang-orang yang memiliki kesamaan dengannya.

(15)

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket. Angket yaitu cara

pengumpulan data pada suatu masalah yang menyangkut kepentingan umum yang

biasanya berbentuk pertanyaan atau pernyataan.

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup, dimana sudah

disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih mana jawaban yang

benar.

3.7 Proses Pengembangan Instrumen

3.7.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan

dan kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid atau sahih mempunyai

validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki

validitas yang rendah. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa

yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yng diteliti secara tepat.

Uji validitas adalah uji yang digunakan mengukur tingkat-tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Uji validitas bertujuan mengetahui ketepatan dan Elisabeth B. 1990. Psikolgi

(16)

kehandalan angket yang mempunyai arti bahwa angket mampu mengukur apa

yang seharusnya diukur.

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan analisis butir yaitu dengan

mengkorelasikan tiap butir pertanyaan dengan skot total kemudian

dikonsultasikan dengan table nilai r dengan taraf signifikan 95%. Instrumen valid

jika hasil kolerasi skor tiap butir soal dengan skor total lebih besar dengan nilai

tabel sebaliknya.

Ada dua jenis validitas sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu (1)

validitas eksternal dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut

sesuai dengan dua atau informasi lain yang mengenai variabel penelitian yang

dimaksud, dan (2) validitas internal dicapau apabila terdapat kesesuaian antara

bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara keseluruhan.Untuk mengukur

apakah angket yang kita susun tersebut mampu mengukur apa yang hendak kita

ukur, maka perlu diuji dengan teknik kolerasi yang disebut dengan product

momment (mencari hubungan variabel terikat dengan variabel bebas) dengan

rumus sebagai berikut :

R = N∑XY –(∑Y)

√ N∑X² - (∑X)² N∑Y² - (∑Y)² 

Keterangan :

Rxy = Korelasi Product Moment

N = Jumlah populasi

∑x = Jumlah skor butir (x)

∑y = Jumlah skor variabel (y)

∑x2

= Jumlah skor butir kuadrat (x)

∑y2

= Jumlah skor variabel kuadrat (y)

(17)

Harga menunjukkan indeks korelasi anatar dua variabel yang

dikorelasikan.Setiap nilai korelasi mengandung tiga makna yaitu (1) tidak adanya

korelasi, (2) arah korelasi, dan (3) besarnya korelasi.

Keputusan uji validitas ditentukan dengan ketentuan sebagai berikut:

Jika > r tabel, maka item pertanyaan dinyatakan valid

Jika < r tabel, maka item pertanyaan dinyatakan tidak valid

Secara teknis pengujian instrumen dengan rumus-rumus di atas

Menggunakan fasilitas Software SPSS Statistics 20. Pengujian validitas instrumen

dalam penelitian ini dilakukan terhadap 90 responden dengan tingkat signifikan

5% dan derajat kebebasab (df) n-2 yaitu 90-2=88, sehingga diperoleh nilai

sebesar 1,988. Dengan demikian setiap item pertanyaan dalam kuesioner dapat

dikatakan valid, karena setiap item pertanyaan memiliki ( −�) lebih besar

daripada ( ( −�) > ). artinya, pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner

dapat dijadikan alat ukur apa yang hendak diukur.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen

tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dipercaya, yang reliabel akan

menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Reliabilitas menunjuk pada tingkat

keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, dapat diandalkan.

Adapun untuk mengukur reliabilitas secara statistik digunakan koefisien

realibilitas Alpha Cornbach dengan rumus sebagai berikut :

r 11 = K 1 - ∑Si ²

(18)

Keterangan :

r 11 : Reliabilitas Instrumen

K : Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya butir soal

∑Si ² : Jumlah varian butir

St² : Varian total

Yang dikatakan reliabel jika > r dan dikatakan reliabel jika r alphanya > r

tabel. Untuk memperoleh alat ukur yang valid, butir pertanyaan yang nilai r

alphanya < r tabel, perlu diganti atau diperbaiki atau bahkan dihilangkan sehingga

diharapkan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian dengan tingkat validitas

yang memadai.

Kapan instrumen ditayangkan reliabel ? apabila uji reliabilitas seluruh

item valid dan yang invalid disisihkan, jika hasil lebih besar atau sama dengan

maka item yang bersangkutan dinyatakan reliabel.

SecarateknisSecara teknis pengujian instrument dengan rumus-rumus di

atas menggunakan fasilitas Software SPSS 20 for windows, dengan hasil yang

tercantum pada tabel dibawah ini.

3.4Tabel

HasilUjiRealibilitas

Variabel r hitung r table Keterangan

Tayangansinetron 0,953 1,988 Reliabel

Gaya berpakaian 0,807 1,988 Reliabel

Gaya berbicara 0,831 1,988 Reliabel

Pertemanan/pergaulan 0,856 1,988 Reliabel

Sumber data oleh penulis

Dilihat dari tabel 3.5 hasil uji realibilitas variabel Xdan Y1, Y2, Y3

menunjukkan bahwa ketiganya dinyatakan reliabel. Setelah memperhatikan kedua

(19)

reliabel. Hal itu menunjukkan bahwa penelitian ini dapat dilanjutkan artinya tidak

ada sesuatu hal yang dapat menjadi kendala terjadinya kegagalan penelitian

dikarenakan oleh instrumen yang belum teruji kevalidan dan kereliabilitasannya.

3.8 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

3.8.1 Sumber Data

Sumber data adalah sesuatu yang dapat memberikan informasi mengenai

data.berdasarkan sumbernya data dibedakan menjadi dua, yaitu data primer dan

data sekunder. Menurut Sugiyono (2010, hal. 193) data primer dan sekunder

adalah:

1. Data primer adalah Sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data.

2. Data sekunder adalah Sumber yang tidak langsung memberikan data

kepada pengumpul data, misalnya orang lain atau dokumen.

Tabel 3.5 Sumber Data

No. Keterangan Jenis data

1. Data penduduk tiap desa di kec.Leuwimunding

Sekunder

2. Data penduduk usia remaja di kec.Leuwimunding

Sekunder

3. Data kuesioner pra penelitian Sekunder Sumber data oleh penulis

3.8.2 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini, untuk mengetahui jawaban dari permasalahan yang akan

diteliti maka diperlukan teknik pengumpulan data dan untuk membantu jawaban

dari setiap permasalahan maka peneliti menggunakan beberapa teknik yaitu :

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis

kepada responden untuk dijawanya (Sugiyono, 2010, hal. 199). Kuesioner

(20)

responden. Pertanyaan-pertanyaan dalam angket tertutup ini dibuat dengan

menggunakan skala 1-5 untuk mendapatkan data yang bersifat interval dan

diberi nilai atau skor. Kuesioner dibagikan kepada remaja di kecamatan

Leuwimunding yang secara acak menjadi sampel 3 desa yaitu Parakan,

Lame dan Heuleut untuk mengetahui bagaimana pengaruh tayangan

sinetron terhadap gaya hidup remaja nya.

Misalnya untuk kategori sangat buruk dan sangat baik :

Sangat Buruk Sangat Baik

1 2 3 4 5

3.9 Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan pengolahan dengan

mengelompokan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan

data atau setelah data terkumpul (termasuk kelengkapan kertas instrumen

barangkali ada yang rusak)

2) Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap

data yang terdiri atas beberapa katagori. Pemberian kode ini sangat penting bila

pengolahan data dan analisis data menggunakan komputer. Biasanya dalam

pemberian kode ini dibuat juga daftar kode dan artinya dalam satu buku (code

book) untuk memudahkan kembali lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel,

selalin itu menggunakan skala likert katagori lima.

Skor dan bobot untuk jawaban positif diberi skor 5-4-3-2-1, sedangkan

(21)

Tabel 3.6

Kriteria bobot nilai

Pilihan jawaban Skor atau

nilai

Selalu 5

Sering 4

Kadang-kadang 3

Jarang 2

Tidak pernah 1

3) Tabuling

Membuat tabulasi dalam kerja memproses data. Membuat tabulasi tidak

lain dari memasukan data kedalam tabel-tabel dan mengatur angka-angka

sehingga dapat dihitung jumlah kasus dalam berbagai katagori atau kriteria.

Adapun tabel rekapitulasi adalah sebagai berikut :

Tabel 3.7

Tabel Rekapitulasi Pengubah Data

3.9.1 Rencana Analisis Deskriptif

Analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif . untuk menggambarakan skor variabel tayangan sinetron (X) dan

variabel gaya hidup remaja(Y) di kecamatan Leuwimunding.Pengukuran dengan

menggunakan kuesioner dilakukan untuk mengetahuipengaruh tayangan sinetron

terhadap gaya hhidup remaja di kecamatan Leuwimunding. Masing-masing

kuesioner disertai dengan lima kemungkinan jawaban yang harus dipilih dan

dianggap sesuai menurut responden. Dari jawaban tersebut kemudian disusun

Resp. Skor Item Total

1 2 3 4 N

1 2

(22)

kriteria penilaian untuk setiap item pernyataan berdasarkan persentase dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Nilai kumulatif adalah jumlah dari setiap pertanyaan yang merupakan

jawaban dari 90 responden

2. Persentase adalah nilai kumulatif item dibagi dengan nilai

frekuensinya dikalikan 100%

3. Jumlah responden adalah 90 orang dengan nilai skala pengukuran

terbesar adalah 5 dan skala pengukuran terkecil

adalah 1 sehingga diperoleh jumlah kumulatif terbesar 90 x 5 = 450

dan jumlah kumulatif terkecil 90 x 1 = 90. Nilai persentase terbesar

adalah (450/450) x 100% = 100%, sedangkan nilai persentase terkecil

adalah (90/450) x 100% = 25%.

Nilai rentangnya adalah 100% - 25% = 75%. Jika nilai rentang dibagi

4 skala pengukuran maka akan diperoleh nilai interval persentase

sebesar 18,75% sehingga diperoleh kriteria interpretasi skor adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.8

KriteriaInterpretasiSkor

No Persentase Kriteria

1 25% ≤ x ≤43,75% Sangattidakbaik

2 43.75% ≤ x ≤

62,5%

Tidakbaik

3 62.5% ≤ x ≤

81.25%

Baik

4 81.25% ≤ x ≤ 100% Sangatbaik

Sumber data oleh penulis

(23)

25% 43,75% 62,5% 81,25% 100%

Gambar 3.1 Garis Kontinum

Perhitungan skor total untuk masing-masing indikator knwoledge donating dan

knowledge collecting adalah sebagai berikut:

Skor total = (Jumlah responden yang menjawab sangat setuju x 4) +

(Jumlah responden yang menjawab setuju x 3) + (Jumlah responden yang

menjawab tidak setuju x 2) + (Jumlah responden yang menjawab sangat

tidak setuju x 1).

3.9.2 Ananlisis Verifikatif

Analisis Verifikatif, digunakan untuk menguji hipotesis.

Langkah-langkahnya dengan cara mengubah data ordinal menjadi interval dengan

menggunakan Method of Successive Interval (MSI).

a. Method of Successive Internal (MSI)

Data variabel sebelumnya menggunakan ordinal tetapi dikarenakan

pengolahan data dengan penerapan statistic parametik mensyaratkan dan

sekurang-kurangnya harus diukur dalam skala interval maka perlu dilakukan

transformasi ke data interval menggunakan Method of Successive Internal (MSI)

dengan langkah-langkah berikut:

a) Perhatikan setiap butir

b) Untuk setiap butir tersebut tentukan berapa orang yang menjawab skor

1,2,3,4,5.

c) Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya

disebut proposisi, dengan menggunakan rumus :� = /�

d) Tentukan proporsi kumulatif

Tinggi Rendah

Sangat Rendah

(24)

e) Dengan menggunakan tabel distribusi normal, hitung nilai z untuk

setiap proporsi kumulatif yang diperoleh

f) Tentukan nilai dentitas untuk setiap nilai z yang diperoleh

g) TentukanSkala Value (SV) dengan rumus :

= � � � �� � − � � �� �

�� � − � �� �

Dimana :

Scala Value : Nilai Skala

Density at Lower Limit : Densitas batas bawah

Density at Upper Limit : Densitas batas atas

Area Below Upper Limit : Daerah dibawah batas atas

Area Below Lower Limit : Daerah dibawah batas bawah

h) Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus :

Y = NS + k K = [1 + │NSmin │]

Langkah-langkahdiatas apabila

dijabarkandalambentuktabelakanterlihatsebagaiberikut :

Tabel 3.9

Pengubahan Data Ordinal Ke Interval

Kriteria 1 2 3 4 5

Frekuensi

Proporsi

Proporsi Kumulatif

Nilai

Skala Value

(25)

3.9.3 Analisis Korelasi

“Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menghitungnya dengan menggunakan analisis korelasi yang bertujuan untuk menemukan ada

tidaknya hubungan dan apabila ada, betapa eratnya hubungan serta berarti atau

tidak hubungan itu” (Suharsimi Arikuto, 2010, hal. 313).Variabel yang diteliti

dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas yaitu Kepemimpinan

transformasional (X1) dan Motivasi (X2) sedangkanvariabel terikatnya yaitu

disiplin pegawai (Y) maka analisis korelasi yang digunakan analisis korelasi

ganda. “Kolerasi ganda merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya

hubungan antara dua variabel secara bersama-sama atau lebih variabel lain,

(Sugiyono, 2008, hal. 216).Korelasi ganda digunakan untuk menguji hubungan

kedua variabel bebas X terhadap Y1, Y2 dan Y3.

Terdapat dua jenis hubungan variabel yaitu hubungan positif dan negative.

Hubungan X dan Y dikatakan positif apabila kenaikan (penurunan) X pada

umumnya diikuti kenaikan (penurunan) Y. ukuran yang dipakai untuk mengetahui

kuat atau tidaknya hubungan antara X dan Y disebut Koefisien korelasi (r). Nilai r

harus paling sedikit -1 dan paling besar 1, artinya:

 Jika nilai r = +1 atau mendekati +1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat dan positif.

 Jika nilai r = -1 atau mendekati -1, maka korelasi antara kedua variabel sangat kuat dan negatif.

 Jika nilai r = 0 atau mendekati 0, maka korelasi antara kedua variabel yang diteliti tidak ada sama sekali atau sangat lemah.

Tabel 3.10

Pedoman untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah

0,20 – 0,399 Rendah

(26)

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat kuat

Sumber: Sugiyono, (2010:250)

3.9.4 AnalisisRegresi Linear Sederhana

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier

sederhana.Analisis regresi linear sederhana terdiri batas 2 variabel. Satu variabel

yang berupa variabel terikat yang diberi simbol Y dan variabel yang kedua berupa

variabel bebas diberi simbol X. Regresi sederhana menyatakan hubungan

kausalitas antara 2 variabel dan memperkirakan nilai variabel terikat berdasarkan

nilai variabel bebas menurut Sanusi (2011, hlm.131). Persamaan yang

dipergunakan untuk memprediksi nilai variabel Y disebut dengan persamaan

regresi. Model regresi linier sederhana sebagai berikut :

Keterangan :

Y = nilai prediksi dari variabel Y berdasarkan nilai variabel X

a = titik potong Y ; merupakan nilai bagi Y ketika X = 0

b = kemiringan atau slope atau perubahan rata-rata dalam y untuk

setiap perubahan dari satu unit X , baik berupa peningkatan

ataupun penurunan

X = nilai variabel X yang dipilih

Sumber : Sanusi (2011, hlm.132)

Secara teknis harga b merupakan perbandingan antara panjang garis

(27)

Keterangan :

r = Koefisien korelasi product moment antara variabel X dengan

variabel Y

= Simpangan baku variabel Y

= Simpangan baku variabel X

3.9.5 Uji Hipotesis

Langkah terakhir dari analisis data yaitu pengujian hipotesis yang

bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang cukup jelas dan dapat

dipercaya antara variabel independen dengan variabel dependen.

Untuk menguji hipotesisi ini peneliti menggunakan rumus uji signifikansi

korelasi (uji T-student) sebagai berikut:

�= −2

1− 2 Sugiyono, (2010:184)

Dimana :

t = distribusi student

r = koefisien korelasi dari uji independen (kekuatan korelasi)

n = banyaknya sampel

dengan kriteria sebagai berikut :

1. taraf signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) = N-2

2. apabila thitung> ttabel maka H1 diterima dan H0 ditolak 3. apabila thitung≤ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak

Sedangkan untuk menguji hipotesis secara simultan pengaruh kompetensi

dan komitmen organisasi terhadap produktivitas kerja pegawai dapat a = Y – bX b= r Sy

(28)

menggunakan rumus uji F berikut ini:�ℎ= 2/

1− 2 / − −1

Sugiyono, (2011:192)

Dimana:

R = Koefisien korelalsi ganda

k = jumlah variabel independen

n = jumlah anggota sampel

Bila Fh lebih besar dari Ft maka koefisien korelasi ganda yang diuji adalah signifikan yaitu dapat diberlakukan untuk seluruh populasi. kriteria penolakan

hipotesisnya adalah :

a. Taraf signifikasi 0,05 dengan derajat kebebasan (dk)= (n-k-1)

b. Jika Fhitung> Ftabel maka H1 diterima dan H0 ditolak c. Jika Fhitung≤ Ftabel maka H0 diterima dan H1 ditolak

Secara statistik, hipotesis yang akan diuji dalam rangka pengambilan

keputusan penerimaan atau penolakan hipotesis dapat ditulis sebagai berikut:

1. Hipotesis pertama

a. H0:�= 0, artinya tidak terdapat pengaruh antara tayangan sinetron terhadap gaya berpakaian remaja

b. H1:� ≠0, artinya terdapat pengaruh tayangan sinetron terhadap gaya berpakaian remaja

2. Hipotesis Kedua

a. H0:�= 0, artinya tidak terdapat pengaruh antara tayangan sinetron terhadap gaya berbicara remaja di kecamatan Leuwimunding

b. H1:� ≠0, artinya terdapat pengaruh antara tayangan sinetron terhadap gaya berbicara remaja

(29)

a. H0:�= 0, artinya tidak terdapat pengaruh antara tayangan sientron dengan pertemanan / pergaulan remaja

(30)

dikemukakan pada bab-bab sebelumnya, secara umum dapat dikemukakan

kesimpulan yang diperoleh dan saran-saran sebagai masukan untuk perbaikan di masa

yang akan datang.

5.1 Simpulan

Secara umum analisis pada penelitian dilapangan menunjukan bahwa ada

pengaruh antara tayangan sinetron dengan gaya hidup remaja di kecamatan

Leuwimunding, meliputi gaya berpakaian, gaya berbicara dan pertemanan/pergaulan

yang cukup signifikan, sehingga pengaruh tayangan sinetron tersebut bisa merubah

pola gaya hidup remaja di kecamatan Leuwimunding yang sudah seperti kaum borju,

meskipun letak kecamatan Leuwimunding berada bukan di wilayah perkotaan dan

bisa dikatakan cukup jauh dari kota.

Hasil pengolahan data dan analisis pada penelitian di lapangan tentang

Pengaruh Tayangan Sinetron Terhadap gaya hidup Remaja di Kecamatan

Leuwiminunding, maka diperoleh kesimpulan penelitian berdasarkan hasil analisis

dan pengujian hipotesis bahwa pengaruh tayangan sinetron memiliki pengaruh yang

cukup signifikan terhadap gaya berpakaian, sehingga banyak remaja yang

mengenakan pakaian terinspirasi dari tayangan sinetron yang mereka tonton.

Meskipun tida semua menjawab demikian karena besar kemungkinan dipengaruhi

oleh faktor lain, bisa dari faktor pemungkin yaitu sarana pra sarana seperti televisi

dan saluran televisi dan faktor penguat seperti sosialisasi keluarga, komunikasi

keluarga , lembaga pendidikan dan lingkungan sekitar.

Pengaruh tayangan sinetron memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

gaya berbicara dibanding dengan faktor lain, karena bisa kita ketahui bahasa

(31)

diibaratkan tanpa biayapun kita sudah bisa gaya dengan bahasa yang kita gunakan.

Banyak sekali ditemukan di kecamatan Leuwimunding remaja yang menggunakan

bahasa maupun gaya berbicara yang mirip bahkan mengkuti seperti di tayangan

sinetron yang mereka tonton.

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa

pengaruh tayangan sinetron memiliki pengaruh yang signifikan juga terhadap gaya

pertemanan/pergaulan, sama hal nya dengan gaya berpakaian. Meskipun prosentase

yang didapat tidak terlalu besar, namun melihat dari penyataan yang mereka pilih,

remaja di Leuwimunding menonton tayangan sinetron, cukup menginspirasi bagi

pertemanan/pergaulanya sehari-hari.

Prosentase yang didapat, jelas bahwa ada pengaruh yang signifikan dari

pengaruh tayangan sinetron terhadap gaya hidup remaja di kecamatan

Leuwimunding, karena sudah begitu canggih dan mudahnya perkembangan

teknologi, menjadikan saluran televisi nasional negeri maupun swasta, lokal maupun

internasional masuk ke daerah-daerah khususnya di kecamatan Leuwimunding.

Penerapan materi dalam pembelajaran sosiologi yang kaitanya dengan

tayangan sientron jelas ada, yaitu materi tentang sosialisasi dan pengembangan

kepribadian. Karena dalam materi sosialisasi dan pengembangan kepribadian salah

satunya yaitu ada yang membahas tentang peran media, media massa dan media

sebagai ajang sosialisasi yang bisa juga merupakan salah satu wadah sosialisasi dari

pendidik kepada siswa tentang pentingnya memilah apa yang ada dalam media yang

kemudian akan dimasukan sebagai sarana pengaplikasian ilmu kedalam kehidupan

sehari-hari dimasyarakat.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang yang telah dilakukan terdapat saran yang

diharapkan dapat memberikan kontribusi positif pada pengaruh tayangan sinetron

(32)

1. Pada penelitian ini pengaruh tayangan sinetron terhadap gaya berpakan

memang cukup signifikan, meskipun pernyataan dalam aspek gaya berpakaian

tidak tersfesifikasi untuk laki-laki atau perempuannya. Sehingga sangat

diharapkan untuk peneliti selanjutnya lebih memetakan dan lebih jelas lagi

mana pernyataan kuesioner yang hanya dijawab oleh perempuan dan mana

pertanyaan yang hanya dijawab oleh laki-laki, sehingga mendapatkan hasil

yang lebih maksimal dalam penelitian di lapangannya.

2. Pengidentifikasian dalam hal gaya berbicara yang terpengaruh dari tayangan

sinetron memang sangat kuat pengaruhnya terhadap remaja di kecamatan

Leuwimunding, dalam penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambah

teknik dan menambah metode menjadi mix match supaya lebih maksimal lagi

hasil yang diketahui dari pengaruh tayangan sinetron terhadap gaya berbicara

tersebut, dan munculkan faktor lain untuk menggali kolerasi antar keduanya,

sehingga hasil yang didapat akan lebih maksimal dan mengetahui apa-apa saja

yang kurang dalam penelitian sekarang.

3. Perlu diperhatikan bahwa peremanan/pergaulan memang tidak cukup dengan

hanya memberi tanda contreng atau checklist (√) dari pernyataan yang telah

disediakan. Untuk peneliti yang akan datang, diharapkan menambahkan lagi

metode wawancara supaya dapat menggali informasi lebih maksimal lagi

mengenai dampak dari tanyangan sinetron terhadap pertemanan/pergaulan

remaja, selain itu untuk peneliti yang akan datang diharapkan apabila

menyebarkan kuesioner, respondennya agar diperhatikan supaya faktor yang

tidak diharpkan seperti pengisian secara asal-asalan dapat dihindari dan tidak

terjadi lagi.

4. Pentingnya pembelajaran sosiologi mengenai sosialisasi dan pembentukan

kepribadian menyebabkan pendidik harus lebih selektif dalam menampilkan

atau memberikan contoh apalagi mengenai tayangan sinetron, atau adegan yang

ada di sinetron dan tayangan lain di televisi. Selain itu diharapkan pendidik

(33)

dan kepribadian supaya bukan hanya materi yang diingat dan dihafal oleh siswa

tetapi dihaarapkan siswa mampu menjadi modal dasar dalam bermasyarakat

(34)

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praketek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praketek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Ayu, Putri. (2010). Tersedia di ayouk91.blogspot.com/20

Burhan Bungin. (2008). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana.

Daljoeni. (1997). Seluk Beluk Masyarakat Kota. Bandung: PT. Alumni.

Damayanti, Mukhripah. (2008). Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan. Bandung: Rafika Aditama.

Damin, Sudarwan. (1995). Media Komunikasi Pendidikan. Bumi Aksara.

Dardiri, Achmad. (2013). Etika Pergaulan Remaja. Tersedia di http://

etika-pergaulan-remaja/

Depdiknas. (2006). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Dianita. (2010). Pengertian Remaja Menurut Para Ahli. Tersedia di

http://dianita.student.umm.ac.id/2010/08/10/remaja-islam-indonesia/

Enggel, J.F : Blacwell, R.D, Miniard, P, W. (1992). Consumer Behaviour.

Second edition. Chicago: Dryden Perss.

(35)

Febry, dkk. (2013). Usaha Yang Dilakukan Siswa Dalam Menentukan Arah Pilihan Karir dan Hambatan-Hambatan Yang Ditemui. Jurnal. Tersedia di http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor

Fentifs. 2014. Dunia Pergaulan dan Etika Pergaulan Remaja. Tersedia di fentifs.wordpress.com

Ghazali, Imam. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponogoro.

Gunarsa, YS D dan Gunarsa, SD. (1988). Psikologi Remaja. Jakarta: BPK Gunung Agung.

Hasnawati. (2013). Dampak Menonton Tayangan Sinetron Putih Abu-Abu

Terhadap Perilaku Anak di Kelurahan Sidodamai Samarinda.

Jurnal. Diunduh dari www. ejournal.ikom.fisip-unmul.ac.id

Hamidi. (2007). Metode Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Press.

Hastuti, dkk. (2007). Gaya Hidup Remaja Pedesaan. Jurnal harmoni.

Henslin, James. M. (2006) sosiologi dengan Pendekatan Membumi, Edisi 6. Jakarta: Erlangga.

Hurlock, Elisabeth B. (1991). Psikolgi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Irfanul Yusiska. (2012). Gaya Hidup Matrealistis Dalam Iklan. Tesis, Universitas Padjajaran.

J.B., Wahyudi. (1996). Media Komunikasi Masa Televisi. Bandung: Alumni.

Jessor, R., & Jessor, S. L. (1977). Problem Behavior and Psycosocial Development; A Longitudinal Study Of Youth. New York: Academic Perss.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi 3. (2006). Jakata: Balai Pustaka.

Lauler, Robert. H. (1993). Presfektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: PT. Rhineka Cipta.

Lina & Rosyid. (1997). Perilaku Konsumtif Berdasarkan Locus Of Control Pada Remaja Putri. Jurnal Psikologi Universitas Airlangga.

Little John Stephen W & Foss Karen A. (2009). Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

(36)

Leli Nurlaeli, 2014

Magnis, Suseno. (1991). Etika Dasar. Yogyakarta: Kanisius.

Malihah, E.S, dkk. (2007). Ilmu Sosial & Budaya Dasar. Bandung: Prenanda Media Grup.

Malihah, E.S & Kolip (2010). Pengantar Sosiologi. Bandung: Prenanda Media Grup.

Monks. FJ. Knoers. A. M. P. & Haditono. S. R. (1995). Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Gajah Mada University Press.

Murdiatmoko, Janu (2007). Sosiologi mengkaji dan memahami Masyarakat.(untuk kelas X SMA/MA). Bandung: Grafindo.

Nasution, Zulkarnaen. (1993). Sosiologi Komunikasi Kebudayaan Suatu Pendekatan Global. Jakarta: Universitas Terbuka

Notoatmojo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka cipta.

Olivia. 2013. Analisis Gaya Hidup Remaja Dalam Mengimitasi Budaya Pop Korea Melalui Televisi. Jurnal “Acta Diurna.

Potter, Patricia A dan Anne Griffin P. (2005). Fundamental Keperawatan Vol. 1. Jakarta: EGC.

Priyanto dkk. (1997). Seri Keterampilan Belajar (Program Semi Que). Padang: Depdiknas.

Prof. Drs. Onong Effendy, M.A. (2007). Ilmu Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana.

Purnomo,Mangku. (2004). Pembaruan Desa. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.

Rahmat, Jalaludin. (2003). Psikologi Komunikasi. Edisi revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Riduwan, Kuncoro, Ahmad (2011). Cara Menggunakan dan Memaknai Analisis Jalur (Path Analysis). Bandung: Alfabeta.

Ritzer. (2012). Teori Sosiologi. Jakarta: pustaka Pelajar.

Santrock W Jhon. (2003). Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga.

Sanusi, Anwar. (2011). Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba

(37)

Syamsuddin dan Damaianti. (2011). Metode penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Rosda.

Syamsu Yusuf. (2009). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda.

Setadi, Nugroho J.(2003). Perilaku Konsumen. Bogor: Kencana.

Soekanto. (2006). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Strinati, Dominic. (2007). Popular Culture. Yogyakarta: Jejak.

Subana dan sudrajat. (2005). Statistika Pendidikan. Bandung: Pustaka

Setia.

Subandy, Idi.(1997). Ecstasy Gaya Hidup. Bandung: Mizan.

Sudjana. (2005). Metoda statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiharti. (2009). Membaca Gaya Hidup Kapitalisme .Jogjakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono. (2002). Statistik Untuk Penelitian. Jakarta: Alfa Beta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitataif, Kualitatif, dan R& D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitataif, Kualitatif, dan R& D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitataif, Kualitatif, dan R& D. Bandung: Alfabeta.

Susianto, H. (1993). Studi Gaya Hidup Sebagai Upaya Mengenali Kebutuhan Anak Muda. Jurnal psikolgi dan masyarakat vol 1 dan no 1 hal 55. 76

Tim sosiologi. (2006). Sosiologi Suatu Kajian Masyarakat. Jakarta: Yudistira.

Trianto, Gembong. (2011). Perbandingan Pesan Moral Dalam Sinetron. Jurnal Online. Tersedia di http:// jurnal Gembong TriantoD1209042_2/

(38)

Leli Nurlaeli, 2014

Yunaeni. (2012). Pengaruh Kebiasaan Menonton Tayangan Sinetron Terhadap Kebiasaan Belajar Siswa. Skripsi. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan

(Tanpa nama). (Februari 2014). Hubungan Intensitas Menonton Tayangan Sinetron Drama Remaja Terhadap Gaya Hidup Hedonis Pada Remaja. Tersedia dihttp://naskah-publikasi.com/

(Tanpa Nama). (2014). Sinema Elektronik. Tersedia di http://id.wikipedia.org/wiki/sinema_elektronik

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
tabel. Untuk memperoleh alat ukur yang valid, butir pertanyaan yang nilai  r
+6

Referensi

Dokumen terkait

Angka kebuntingan pada sapi potong setelah dilakukan sinkronisasi estrus di Kabupaten Pringsewu adalah 69,42% termasuk dalam katagori baik, dengan faktor-faktor

Nyamuk Anopheles spp yang tertangkap istirahat di luar rumah dan di dalam rumah pada malam hari dan pagi hari, dilakukan pembedahan ovarium untuk menentukan angka paritas

[r]

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan bentuk penelitian yang digunakan dan dianggap sesuai dengan penelitian ini adalah studi hubungan ( interrelationship

48  ASRM   ASURANSI RAMAYANA Tbk 

Soon after the AWA Amendments were enacted, federal prosecutors used them to try to impose stricter pretrial release conditions than the judicial officer had determined was

[r]

Kriteria Permukiman Kumuh Bangunan Gedung Bangunan Gedung Jalan Lingkungan Jalan Lingkungan Penyediaan Air Minum Penyediaan Air Minum Drainase Lingkungan Drainase