• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAK ASASI MANUSIA BIDANG EKONOMI SOSIAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HAK ASASI MANUSIA BIDANG EKONOMI SOSIAL"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

HAK ASASI MANUSIA BIDANG EKONOMI

MENURUT PERUBAHAN UUD 1945

MATA KULIAH : DEMOKRASI, HAM DAN CIVIL SOCIETY

ILMU PEMERINTAHAN

MUIHAMAD SAEFUL ANWAR

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Pendahuluan

Di dalam Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang hak asasi manusia, dalam menimbang huruf b ditentukan bahwa : Hak asasi manusia merupakan hak dasar yang secara kodrati melekat pada diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi, dihormati, dipertahankan dan tidak boleh diabaikan, dikurangi atau dirampas oleh siapapun.

Pengertian hak asasi dikemukakan oleh para sarjana di atas maupun dalam Undang-undang No. 3 tahun 1999 adalah hak-hak alamiah dari manusia. Leach Levin seorang aktivis hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa mengemukakan bahwa konsep hak asasi manusia ada dua pengertian dasar, yaitu : Pertama, ialah bahwa hak asasi manusia tidak bias dipisahkan dan dicabut adalah hak manusia karena ia sorang manusia. Hak adalah hak-hak moral yang berasal dari kemanusiaan setiap insan dan hak-hak itu bertujuan untuk menjamin matabat setiap manusia (Natural Rights). Kedua, hak asasi manusia adalah hak-hak menurut hukum, yang dibuat melalui proses pembentukan hukum dari masyarakat itu sendiri, baik secara nasional maupun secara internasional. Dasar dari hak-hak ini adalah persetujuan dari yang diperintah, yaitu persetujuan dari para warga negara, yang tunduk kapada hak-hak itu dan tidak hanya tata tertib alamiah yang merupakan dasar dari arti yang pertama1.

Pengertian hak asasi manusia sebagai hak-hak menurut hukum mempunyai pengertian yang lebih luas, bukan saja hak-hak alamiah atau hak moral saja, tetapi juga meliputi hak-hak menurut hokum yang dibuat oleh badan yang berwenang dalam negara. Yang dimaksud dengan hak dalam pembicaraan mengenai hak asasi manusia diartikan sebagai suatu lingkungan keadaan atau daerah kebebasan bertindak dimana

(3)

pemerintah tidak mengadakan pembatasannya, sehingga membiarkan kepada individu atau perseorangan untuk memilih sendiri.

Oleh karena itu maka hak mengandung arti membatasi kekuasaan berdaulat dari pemerintah2. Isi dari pada hak asasi manusia hanya dapat ditelusuri lewat penelusuran aturan hukum dan moral yang berlaku dalam masyarakat. John Locke (1632-1704) yang dikenal sebagai bapak hak asasi manusia, dalam bukunya yang

berjudul “Two Treatises On Civil Government”, menyatakan tujuan Negara adalah untuk melindungi hak asasi manusia warga negaranya. Manusia sebelum hidup bernegara atau dalam keadaan alamiah (status naturalis) telah hidup dengan damai dengan haknya masing-masing, yaitu hak untuk hidup, hak atas kemerdekaan dan hak atas penghormatan terhadap harta miliknya, yang semua itu merupakan propertinya3.

Di Indonesia berdasarkan Perubahan UUD 1945 dalam Bab XA ditentukan mengenai Hak Asasi manusia. Namun kaitannya dengan hak-hak di bidang ekonomi, sosial dan budaya identifikasinya belum rinci dan jelas. Oleh karena hak-hak yang berkaitan dengan hak dibidang ekonomi, sosial dam budaya masih tersebar dalam pasal-pasal yang ada. Dengan penelusuran melalui pendekatan sejarah, maka ditemukan perkembangan dari ha-hak dibidang ekonomi, sosial dan budaya. Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya lazimnya dikatagorikan sebagai hak-hak positif (Positive Rights) yang dirumuskan dalam bahasa “rights to” (hak atas), sedangkan hak-hak sipil dan politik dikategorikan sebagai hak-hak negative (Negative Rights ) yang dirumuskan dalam bahasa “freedom from” (kebebasan dari). Sebagai hak-hak positif, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya dipahami sebagai hakhak yang tidak dapat dituntut di muka pengadilan (non-justicible), sebaliknya dengan hak-hak sipil dan politik, sebagai hak-hak negative, dapat dituntut di muka pengadilan4.

Pemahaman hak-hak asasi manusia atas hak-hak positif hak-hak negatif tersebut mulai ditinggalkan. Sekarang ini mulai diterima pendapat, bahwa

2Yudana Sumanang; 1970 : 5

(4)

pelanggaran atas hak-hak ekonomi, sosial dan budaya juga bisa dimajukan dalam pengadilan. Indikasinya dapat dicermati dalam pendapat pakar hukum asasi manusia yang dituangkan dalam Pinsip-Prinsip Limbung dan Pedoman Mastricht, maupun sejumlah yurisprudensi dari badan peradilan hak-hak asasi manusia tingkat internasional maupun regional Eropa. Pelanggaran atas hak-hak ekonomi, sosial dan budaya terjadi ketika negara gagal memenuhi hakhak ekonomi, sosial dan budaya. Dalam system hukum (-internasional) hak asasi meletakan kewajiban pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial dan budaya pada negara. Manakala negara gagal dalam kewajibannya itu, maka telah terjadi pelanggaran atas hak-hak ekonomi, sosial dan budaya.

Di pihak lain, individu atau kelompok individu mempunyai hak umtuk menuntut pemenuhan hakhak ekonomi, sosial dan budaya yang salah satunya adalah melalui advokasi yakni menanggapi kepentingan warga untuk mentransformasikan hakhak ekonomi, sosial dan budaya yang formal menjadi hak-hak ekonomi, sosial dan kebudayaan yang sesungguhnya dan efektif. Tuntutan itu beranjak dari prinsip bahwa hak-hak ekonomi, sosial dan budaya merupakan hak hukum seperti halnya hak-hak sipil dan politik5. Tulisan ini bermaksud menguraikan hak-hak ekonomi,sosial dan budaya menurut perubahan UUD 1945. Untuk itu dirumuskan pertanyaannya yaitu : Bagaimana mengenai hak-hak ekonomi, sosial dan budaya diatur menurut perubahan Undang-Undang Dasar 1945 ?

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pengertian

HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya (Kaelan: 2002). Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia mustahil dapat hidup sebagai manusia. John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati. (Mansyur Effendi, 1994). Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan

setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia”.

2.2.Ciri Pokok Hakikat HAM

Berdasarkan beberapa rumusan HAM di atas, dapat ditarik kesimpulan tentang beberapa ciri pokok hakikat HAM yaitu:

 HAM tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian dari manusia secara otomatis.

 HAM berlaku untuk semua orang tanpa memandang jenis kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik atau asal-usul sosial dan bangsa.

(6)

walaupun sebuah Negara membuat hukum yang tidak melindungi atau melanggar HAM (Mansyur Fakih, 2003).

Perkembangan Pemikiran HAM Dibagi dalam 4 generasi, yaitu :

 Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II, totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.

 Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua menunjukan perluasan pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada masa generasi kedua, hak yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.

 Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat lainnya yang dilanggar.

(7)

kebutuhan rakyat secara keseluruhan melainkan memenuhi kebutuhan sekelompok elit. Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh Negara-negara di kawasan Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut Declaration of the basic Duties of Asia People and Government.

2.3. Perkembangan pemikiran HAM dunia bermula dari:

a. Magna Charta

Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di kawasan Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain memuat pandangan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute (raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat dengan hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat diminta pertanggung jawabannya dimuka hukum(Mansyur Effendi,1994).

b. The American declaration

Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The American Declaration of Independence yang lahir dari paham Rousseau dan Montesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir ia harus dibelenggu.

c. The French declaration

(8)

bersalah, sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan ia bersalah.

d. The four freedom

Ada empat hak kebebasan berbicara dan menyatakan pendapat, hak kebebasan memeluk agama dan beribadah sesuai dengan ajaran agama yang diperlukannya, hak kebebasan dari kemiskinan dalam Pengertian setiap bangsa berusaha mencapai tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera bagi penduduknya, hak kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan persenjataan, sehingga tidak satupun bangsa berada dalam posisi berkeinginan untuk melakukan serangan terhadap Negara lain ( Mansyur Effendi,1994).

2.3.Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia:

Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada Indische Partij adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan perlakukan yang sama hak kemerdekaan. Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai sekarang di Indonesia telah berlaku 3 UUD dalam 4 periode, yaitu:

1) Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945 2) Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi

Republik Indonesia Serikat

3) Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950 4) Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945

2.5.HAM Dalam Perundang-Undangan Nasional

(9)

peraturan pelaksanaan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah, keputusan presiden dan peraturan pelaksanaan lainnya.

(10)

BAB III

PEMBAHASAN HAK-HAK EKONOMI MENURUT PERUBAHAN UUD 1945

3.1.Hak Asasi Manusia Bidang Ekonomi.

Di dalam Pasal 27 ayat (2) Perubahan UUD 1945 ditentukan : “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Dalam Pasal 28D ayat (2) Perubahan UUD 1945 ditentukan :Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Selanjutnya khusus mengenai perekonomian diatur dalam Pasal 33 Perubahan UUD 1945 yaitu :

1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.

3) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi denganprinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Penelusuran dalam kepustakaan ditemukan bahwa hak asasi manusia bidang ekonomi adalah

hak yang berkaitan dengan akitivitas perekonomian, perburuhan, hak mempero!eh pekerjaan, perolehan upah dan hak ikut serta dalam serikat buruh.

3.2.Hak memperoleh Pekerjaan.

(11)

perlindungan terhadap pengangguran. Dalam International Covenant on Economc, Social and Cultural 1966, pasal 6 ayat (1) menentukan “negara-negara peserta perjanjian ini mengakui hak untuk bekerja yang meliputi setiap orang atas kesempatan memperoleh nafkah dengan melakukan pekerjaan yang secara bebas dipilihnya atau diterimanya dan akan mengambil tindakan-tindakan yang layak dalam

melindungi hak ini”.

Kecuali itu, dalam pasal 38 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 menentukan :“setiap warga negara sesuai dengan bakat, kecakapan dan kemampuan, berhak atas pekerjaan yang layak (ayat 1). Selain itu ditentukan “setiap orang berhak dengan bebas memilih pekerjaan yang disukainya dan berhak pula atas syarat-syarat ketenagakerjaan yang adil (ayat 2).

Setiap orang baik. pria maupun wanita yang melakukan pekerjaan yang sama, sebanding, setara atau serupa berhak atas upah serta syarat-syarat perjanjian kerja yang sama (ayat 3). Sedangkan ayat 4 menentukan “ setiap orang baik pria maupun wanita dalam rnelakukan pekerjaan yang sepadan dengan martabat kemanusiaannya berhak atas upah yang adil sesuai dengan prestasinya dan dapat menjamin kelangsungan kehidupan keluarga.

3.3.Hak mendapat upah yang sama.

Untuk menciptakan keadilan, maka perolehan upah antara pria dan wanita diharapkan tidak berbeda dalam hal jenis kelamin dan kualitas pekerjaan yang sama. The Universal Declaration of Human Rights 1948, dalam pasal 23 ayat (2)

(12)

a. Pemberian upah bagi semua pekerja, sebagai minimum dengan :

1) Gaji yang adil dan upah yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya tanpa perbedaan apapun, terutama wanita yang dijamin kondisi kerjanya tidak kurang dan kondisi yang dinikmati oleh pria, dengan gaji yang sama untuk pekerjaan yang sama.

2) Penghidupan yang layak untuk dirinya dan keluarganya sesuai dengan ketentuanketentuan dalam perjanjian.

b. Kondisi keja yang aman dan sehat;

c. Persamaan kesempatan untuk setiap orang untuk dipromosikan pekerjaannya ke tingkat yang lebih tinggi, tanpa pertimbangan lain kecuali senioritas dan kecakapan;

d. Istirahat, santai dan pembatasan dan jam kerja yang layak dan liburan berkala.dengan upah dan juga upah pada hari libur umum. Hal yang sama dalam hukum positif Indonesia diatur dalam pasal 38 Undang-undang tentang Hak Asasi Manusia.

3.4.Hak ikut serta dalam Serikat Buruh.

Piagam dalam Dekiarasi Umum Perserikatan Bangsa Bangsa 1948, pada pasal 23 ayat (4) menentukan :”setiap orang herhak mendirikan dan memasuki serikat-serikat kerja untuk melindungi kepentingannya. Pengaturan dala Perjañjian International Tahun 1966 tentang HAM ekonomi, sosial dan budaya, pada pasal 8 antara lain menentukan :

(13)

a. hak setiap orang membuat serikat buruh dan menjamin anggota serikat buruh menurut pilihannya, hanya tunduk pada peraturan organisasi yang bersangkutan, demi promosi dan perlindungan bagi kepentingan ekonomi dan sosialnya. Tidak boleh dikenakan pembatasan-pembatasan terhadap pelaksanaan hak ini kecuali yang diatur dengan undang-undang dan yang diperlukan dalam masyarakat demokrasi bagi kepentingan keamanan nasional atau ketertiban umum atau demi perlindungan terhadap hak dan kebebasan orang lain ;

b. hak serikat buruh untuk mendirikan federasi atau konfederasi nasional dan hak konfederasi membentuk atau menjadi organisasi senikat buruh internasional;

c. hak serikat buruh untuk berperan secara bebas, tanpa pembatasan kecuali yang diatur oleh undang-undang dan yang diperlukan dalam masyarakat demokrasi demi kepentingan keamanan nasional atau ketertiban umum atau demi perlindungan terhadap hak dan kebebasan orang lain;

d. hak mogok, asalkan sesuai dengan hokum dari negara-negara tertentu. 2. Pasal ini tidak mencegah pengenaan pembatasan hukum terhadap pelaksanaan

hakhak ini oleh anggota-anggota angkatan bersenjata atau kepolisian atau pementah negara yang bersangkutan.

(14)

anggotanya demi melindungi dan memperjuangkan kepentingannya serta dengan ketentuan peraturan perundangundangan6.

3.5.Kemiskinan sebagai Pelanggaran terhadap Hak-hak Ekonomi, Sosial dan

Budaya

Permasalahan dasar kemiskina di Indonesia dapat digambarkan dengan kondisi

dimana masih tingginya jumlah penduduk miskin yaitu 39,05 juta jiwa atau sekitar 17,75

persen (BPS, Maret 2006), masih tingginya Rumah Tangga Miskin di Indonesia yaitu

19,2 juta KK ( BPS, 2006), masih tingginya angka pengangguran sebesar 10,24 persen

dari total angkatan kerja yang berjumlah 103 juta jiwa (2006). Selain itu, dalam hal akses

pelayanan kesehatan, pendidikan, perumahan & permukiman, infrastruktur,

permodalan/kredit dan informasi bagi masyarakat miskin dirasakan masih sangat

terbatas.

Jika diamati dengan seksama di sebagian wilayah nusantara ini, masih terdapat

luasnya kawasan kumuh dan kantong-kantong kemiskinan yang jumlahnya sekitar 56.000

hektar kawasan kumuh di perkotaan di 110 kota-kota, dan 42.000 desa dari sejumlah

66.000 desa dikategorikan desa miskin. Tingkat kinerja penanggulangan kemiskinan dan

pengangguran di Indonesia kondisinya masih belum optimal. Koordinasi yang dalam hal

pendataan, pendanaan dan kelembagaan masih lemah. Kelemahan ini juga dirasakan pada

koordinasi antar programprogram penanggulangan kemiskinan di antara instansi

pemerintah pusat dan daerah, begitu juga dengan integrasi program pada tahap

perencanaan, sinkronisasi program pada tahap pelaksanaan, serta sinergi antar pelaku

(pemerintah, dunia usaha, masyarakat madani) dalam penyelenggaraan keseluruhan

upaya penanggulangan kemiskinan. Selain kelembagaan di pemerintah, kita masih

dihadapkan pada fakta pada belum optimalnya dunia usaha, LSM, dan masyarakat

madani dalam bermitra dan bekerjasama dalam penanggulangan kemiskinan serta

penciptaan lapangan kerja.

(15)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. KESIMPULAN

a. Identifikasi hak asasi manusia di bidang ekonomi, sosial dan budaya tersebar dibeberapa Pasal dalam Perubahan UUD 1945.

b. Hak asasi manusia di bidang ekonomi di atur dalam :

 Pasal 27 ayat (2) Tiap-tiap warga negaraberhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

 Pasal 28D ayat (2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

 Pasal 33 ayat (1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Ayat (2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Ayat (3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Ayat (4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

4.2. SARAN-SARAN

(16)

DAFTAR ISI

Dewa Gede Atmadja; 2002. Hak-hak Sipil dan Pilitik, Denpasar : Biro Hukum dan HAM Setda Propinsi Bali.

Johanes Usfunan; 2002. Hak Asasi Manusia Bidang Ekonomi, Sosial dan Budaya, Denpasar : BiroHukum dan HAM Setda Propinsi Bali.

Kasim, Ifdhal dan Johanes da Masenus Arus,ed.,2001. Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya Esai-EsaiPilihan, Buku 2, Terjemahan, Jakarta : Penerbit Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat

Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia tahun 1945

Undang-Undang RI Nomor 39 tahun 1999 Tentang hak Asasi manusia

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian herbisida paraquat diklorida per−oral terhadap pembengkakan hepatosit

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM Sesudah mengikuti kuliah ini mahasiswa diharapkan memahami hukum asuransi di Indonesia Kuliah mimbar Kulsponsi Diskusi White board OHT Handout 3

Bagaimana wujud rancangan Technospace di Yogyakarta yang berfungsi sebagai fasilitas hiburan dan juga apresiasi pendidikan, yang dapat mengekspresikan semangat kedinamisan dan

Dari sisi perbedaan peraturan dapat dilihat bahwa terdapat hak-hak yang telah diatur di dalam Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas namun ternyata belum diatur didalam

(1) Keterangan yang disampaikan kepada Direktur Jenderal Kantor Buruh Internasional sesuai dengan ayat 4 atau 5 pasal 35 dari Konstitusi Organisasi Buruh Internasional

Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini terkait dengan bahwa business governance,IT governance, dan kemampuan manajerial TI adalah penentu adaptabilitas

Pengaruh Pemanfaatan Media Internet dan Perpustakaan Sebagai Sumber Belajar Terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Progra Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Sebelas

Mengacu pada UUD 1945 Pasal 22 D ayat 3; Bab XA tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan " setiap warga negara berhak memperoleh kes-empatan yang sama dalam