• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh stres kerja terhadap k

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis pengaruh stres kerja terhadap k"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

(STUDI KASUS PT. POS INDONESIA (PERSERO)

JAKARTA TIMUR 13000)

Oleh

RATNA RESTU NOVIANDARI

H24103121

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

Ratna Restu N. H24103121. Analisis Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Kasus PT. Pos Indonesia (Persero) Jakarta Timur 13000). Di bawah bimbingan Abdul Kohar Irwanto.

Menurunnya profitabilitas PT. Pos Indonesia (Persero) secara keseluruhan baik di tingkat pusat maupun wilayah dalam sepuluh tahun terakhir semenjak tahun 1996-2006, yang juga ditambah dengan persoalan likuiditas yang sangat serius yang dapat mengancam going concern perusahaan, serta semakin banyaknya pesaing dalam bisnis pelayanan serupa, menyebabkan PT. Pos Indonesia (persero) pusat melakukan langkah-langkah perbaikan dengan berbagai macam cara antara lain dengan melakukan efisiensi biaya mulai tahun 2005, menjalankan program Quantum Leap melalui berbagai program penyehatan perusahaan dan pengembangan bisnis pada tahun 2006 hingga sekarang (PI, 2006). Salah satu upaya perusahaan dalam program penyehatan perusahaan Quantum Leap adalah dengan merestrukturisasi manajemen organisasi perusahaan baik di tingkat pusat, wilayah, maupun unit pelaksana teknis.

Perubahan struktur organisasi (internal perusahaan) dan juga target perusahaan dalam meningkatkan profitnya dapat mempengaruhi kondisi Sumber Daya manusia (SDM) dalam hal ini yaitu karyawan. Perusahaan menuntut SDM yang handal dan dapat bertahan dari berbagai persoalan yang dihadapi perusahaan. Adanya tekanan-tekanan untuk mencapai target perusahaan tersebut dapat menjadi salah satu pemicu stres kerja karyawan. Stres tidak sendirinya harus buruk, walaupun stres lazimnya dibahas dalam konteks negatif, stres juga memiliki nilai positif. Namun stres yang terlalu berat dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan, akibatnya pada karyawan berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu kinerja mereka. Oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan kondisi karyawannya baik secara fisik maupun psikologis. Perhatian tersebut sangat diperlukan karena karyawan adalah salah satu asset perusahaan yang sangat berharga terhadap keberhasilan perusahaan dalam mencapai visi, misi dan tujuan perusahaan. Selain itu juga agar dapat bersaing sesuai dengan kemajuan era globalisasi yang ada.

Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) menganalisis kondisi tingkat stres kerja dan kinerja karyawan, (2) menganalisis pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan, (3) menganalisis seberapa besar pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan, (4) mengidentifikasikan upaya pencegahan stres kerja menurut persepsi karyawan dan menurut persepsi pihak manajemen perusahaan dan (5) merekomendasikan alternatif solusi bagi peningkatan kinerja karyawan. Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu dari bulan Maret-Mei 2007.

(3)

keseluruhan sebesar 3.76; (2) Sumber stres kerja secara signifikan berpengaruh positif nyata terhadap stres kerja. Hal ini terlihat dari nilai γ = 1.58 dan t-value = 4.50. Stres kerja secara signifikan berpengaruh negatif tidak nyata terhadap kinerja karyawan. Hal ini terlihat dari nilai β = 0.43, dan nilai tvalue sebesar -3.13. Kinerja karyawan secara signifikan berpengaruh tidak nyata terhadap stres kerja. Hal ini terlihat dari nilaiβ = 0.10 dan t-value = 0.89; (3) Tuntutan

hubungan antar pribadi (X3) merupakan variabel yang paling berpengaruh

terhadap sumber stres kerja (stresor) dengan nilai λ yaitu sebesar 0.78. Selain itu, gejala psikologis (Y1.1) merupakan variabel indikator yang memiliki pengaruh

terbesar dengan λ = 0.87 terhadap stres kerja. Sedangkan untuk kinerja karyawan, variabel indikator yang memiliki pengaruh terbesar yaitu kuantitas pekerjaan (Y2.1) dengan nilai λ = 1.00; (4) Dari analisis kualitatif dapat diketahui bahwa

upaya pencegahan stres kerja menurut persepsi karyawan menyangkut beberapa faktor penting. Faktor tersebut yaitu ekonomi karyawan, hiburan, lingkungan kerja, hubungan dengan atasan, kebijakan perusahaan, kebutuhan rohani

karyawan, beban kerja dan penghargaan. Sedangkan upaya pencegahan stres kerja menurut persepsi manajemen perusahaan menyangkut beberapa faktor penting, yaitu hiburan, rohani/kejiwaan karyawan, hubungan dengan atasan, ekonomi, lingkungan kerja, dan kebijakan perusahaan. Upaya pencegahan stres kerja yang seharusnya juga dilakukan oleh perusahaan menurut persepsi karyawan yaitu terkait dengan faktor beban kerja dan penghargaan kepada karyawan; (5) Dari hasil analisis kualitatif menurut persepsi karyawan dan pihak manajemen perusahaan, diketahui bahwa faktor beban kerja dan penghargaan dirasakan kurang di terapkan di perusahaan. Oleh karena itu perusahaan dapat melakukan langkah-langkah penting yaitu : (a) menyesuaikan kemampuan karyawan dengan tugas atau pekerjaannya; (b) menentukan batasan kewenangan yang sebanding dengan besarnya tanggung jawab; (c) pemberian tugas yang jelas; (d) memberikan penghargaan lebih kepada karyawan yang dapat mencapai target-target tertentu perusahaan. Dua pendekatan yang dapat dilakukan pihak manajemen perusahaan adalah dengan melakukan pendekatan organisasional dan melakukan pendekatan tinjauan ulang tentang kondisi fisik dan psikologis karyawan secara periodik. Kedua pendekatan tersebut dilakukan agar apabila timbul stres kerja negatif, maka perusahaan dapat segera mencegah dan mengatasinya.

(4)

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

(STUDI KASUS PT. POS INDONESIA (PERSERO) JAKARTA TIMUR 13000)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

RATNA RESTU NOVIANDARI H24103121

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

(5)

ANALISIS PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN

(Studi Kasus PT. POS INDONESIA (PERSERO) JAKARTA TIMUR 13000)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

RATNA RESTU NOVIANDARI H24103121

Menyetujui, Agustus 2007

Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. Dosen Pembimbing

Mengetahui

Dr. Ir. Jono Munandar, M.Sc. Ketua Departemen

(6)

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 28 November 1985 di Jakarta. Penulis yang bernama lengkap Ratna Restu Noviandari adalah anak kedua dari empat bersaudara pasangan Muhammad Nuri dan Masnah Anggraeni.

Penulis memulai pendidikan di TK Persiapan Jakarta Timur pada tahun 1990, dan lulus pada tahun 1991. Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SDN 08 Jakarta Timur pada tahun 1991 dan lulus tahun 1997. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikannya di SLTPN 117 Jakarta Timur, lulus pada tahun 2000. Penulis menamatkan pendidikan menengah atas di SMUN 71 Jakarta Timur pada tahun 2003, kemudian pada tahun yang sama penulis melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

(7)

iv

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sang pemilik cinta yang memberikan kemudahan, inspirasi dan membelahkan ide-ide sehingga menggerakkan jasad, roh dan akal penulis untuk mencoba berkarya dengan penyusunan skripsi yang berjudul ”Analisis Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan (studi kasus PT. Pos Indonesia (Persero) Jakarta Timur 13000)”.

Penulis menyadari dalam penulisan ini, banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung sejak awal penulisan sampai akhirnya skripsi ini teselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih pada :

1. Mama, Papa, Kakek, Nenek (almarhum), mas Indra, mas Dedi, adikku (Sita, Doni, Bayu) yang telah memberikan dukungan dan semangat tiada henti kepada penulis. yang telah memberikan kasih sayang tiada batas kepada penulis.

2. Dedi Haryadi yang telah memberikan kasih sayang, dukungan dan semangat tiada henti kepada penulis.

3. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan kepada penulis selama penelitian hingga akhirnya skripsi ini terselesaikan.

4. Ibu Farida Ratna Dewi, SE., MM dan Dra. Siti Rahmawati, M.Pd, selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis dalam membuat skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf FEM, khususnya Departemen Manajemen yang telah membimbing dan membantu penulis selama menyelesaikan studi di FEM IPB. 6. Bapak Zulhasrin sebagai manajer SDM, bapak Yayat sebagai supervisor

(8)

v

7. Gita, Anita dan ka’ ihwan sebagai teman-teman satu bimbingan. Terima kasih atas kekompakan, dukungan dan bantuan kepada penulis hingga skripsi ini terselesaikan.

8. Sri K (Cici), Kania, Rae, Melly, Dewi, Yuli (Kobe), Puji, Ranti, Yunia, Yan, Irma, Ai, serta seluruh teman-teman di manajemen 40, teman-teman di manajemen 41, ka’ Arya, teh Desi, dan kakak-kakak lainnya yang telah membantu dan memberikan semangat kepada penulis selama penulis studi di IPB.

9. Sahabat-sahabatku di FORSITA (Yati, Wida, Ngadi, Hendi, Nanda, Zaki, Lukman, Ardi, Gunther, Giri), Hesti, Anjas. Thanx atas kebersamaannya. 10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, untuk dijadikan bahan perbaikan serta memberikan arah yang lebih jelas dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya.

Bogor, Agustus 2007

(9)

vi

Halaman ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

I. Pendahuluan ... 1

2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)... 6

2.1.1. Pengertian MSDM... 6

2.1.2. Fungsi MSDM ... 6

2.1.3. Pengertian Perilaku Organisasi ... 6

2.2. Stres Kerja ... 6

2.2.1. Pengertian Stres Kerja ... 6

2.2.2. Sumber-sumber Pembangkit Stres... 7

2.2.3. Gejala-gejala Stres ... 9

2.2.4. Tindakan-tindakan untuk Mengurangi Stres ... 10

2.3. Kinerja ... 11

2.3.1. Pengertian Kinerja ... 11

2.3.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 11

2.3.3. Penilaian Kinerja ... 11

2.3.4. Metode Penilaian Kinerja ... 12

2.4. Persepsi ... 12

2.5. Hubungan Stres Kerja dan Kinerja Karyawan ... 13

2.6. Metode Persamaan Struktural ... 14

2.7. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 16

III. Metodologi Penelitian ... 18

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual... 18

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.3. Jenis dan Sumber Data... 22

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 22

3.5. Teknik Pengambilan Contoh ... 24

(10)

vii

3.6.1. Uji Validitas ... 25

3.6.2. Uji Reliabilitas ... 25

3.6.3. Analisis Deskriptif ... 26

3.6.4. Uji Chi-square ... 26

3.6.5. Uji Varians (ANOVA) ... 27

3.6.6. Rata-rata Tertimbang ... 27

3.6.7. Analisis Structural Equation Modelling (SEM)... 28

3.6.8. Analisis Kualitatif ... 31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 33

4.1. Sejarah Perusahaan ... 33

4.2. Visi dan Misi Perusahaan ... 34

4.3. Kedudukan, Tugas Pokok, Tujuan dan Bidang Usaha PT. Pos Indonesia (Persero)... 34 4.4. Struktur Organisasi PT. Pos Indonesia (Persero)... 35

4.5. SDM Perusahaan ... 38

4.5.1. Keadaan SDM Perusahaan ... 38

4.5.2. Kesejahteraan Karyawan ... 40

4.6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 43

4.7. Karakteristik Responden ... 44

4.8. Karakteristik Responden dengan Stres Kerja ... 46

4.9. Karakteristik Responden dengan Kinerja Karyawan ... 47

4.10. Stres Kerja ………... 47

4.10.1. Sumber Pembangkit Stres kerja (Stresor) …...…... 48

4.10.2. Gejala Stres ... 52

4.10.3. Kinerja Karyawan ... 54

4.10.4. Analisis Karakteristik Karyawan Berdasarkan Stres Kerja dan Kinerja Karyawan ... 56 4.11.Estimasi Awal Pengaruh Stres Kerja terhadap Kinerja Karyawan... 60 4.11.1. Pengaruh Sumber Stres Kerja (Stresor) dengan Stres Kerja... 63 4.11.2. Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja... 66

4.12. Upaya Pencegahan Stres Kerja... 69

4.12.1. Upaya Pencegahan Stres Kerja Menurut Persepsi Karyawan... 69 4.12.2. Upaya Pencegahan Stres Kerja Menurut Persepsi Manajemen Perusahaan... 70 4.12.3. Penerapan Upaya Pencegahan Stres Kerja di PT. Pos Indonesia (Persero) Jakarta Timur 13000 ... 72 4.13. Implikasi Manajerial... 73

4.14. Rekapitulasi Hasil Penelitian... 75

KESIMPULAN DAN SARAN... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(11)

viii

No. Halaman 1. Sejarah Perusahaan ... 33 2. Jumlah Karyawan PT. Pos Indonesia (persero) Jakarta Timur 13000. 39 3. Karakteristik Responden ... 45 4. Uji Chi Square antara Karakteristik Karyawan dengan Stres Kerja ... 46 5. Uji Chi Square antara Karakteristik Karyawan dengan Kinerja

Karyawan ... 47 6. Posisi Keputusan Penilaian ... 48 7. Penilaian Responden Terhadap Pernyataan Mengenai Sumber Stres

Kerja (Stresor) ... 49 8. Penilaian Responden Terhadap Pernyataan Mengenai Gejala Stres ... 52 9. Tingkat Stres Kerja Karyawan PT. Pos Indonesia (Persero) Jakarta

Timur 13000 ... ... 54 10. Penilaian Responden Terhadap Pernyataan Mengenai Kinerja

Karyawan ... 54 11. Tingkat Stres Kerja dan Kinerja Karyawan Berdasarkan

Karakteristik Karyawan ... 57 12. Upaya Pencegahan Stres Menurut Persepsi Karyawan... 69 13. Upaya Pencegahan Stres Menurut Persepsi Pihak Manajemen

(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Suatu Model Stres ... 9

2. Hubungan U-Terbalik antara Stres dan Kinerja ... 13

3. Model Hubungan Antar Variabel ... 14

4. Kerangka Pemikiran Konseptual ... 20

5. Alur Pikir Penelitian ... 21

6. Model Persamaan Struktural (SEM) Penelitian ... 29

7. Hubungan U-Terbalik antara Stres Kerja dan Kinerja Berdasarkan Penelitian... 56 8. Estimasi Awal Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan ... 61

9. Hasil Estimasi dengan Indikator Pembanding ... 62

10. Hasil Estimasi t-value Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja ... 63

11. Estimasi Sumber Stres Kerja (Stresor) Terhadap Stres Kerja ... 63

(13)

x

No. Halaman

1. Struktur Organisasi KP (Kantor Pos) Jakarta Timur 13000... 81

2. Struktur Organisasi DC (Delivery Centre) Jakarta Timur 13000... 82

3. Kuesioner Penelitian... 83

4. Uji Validitas... 88

5. Hasil Prhitungan Variance Extracted dan Construct Reliability Model Estimasi LISREL 8.72 dengan Indikator Pembanding... 89 6. Uji Means, Uji Varians (ANOVA) dan Uji Chi-Square……….. 90 7. Syntax Model Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

(14)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Peran sumber daya manusia (SDM) dalam organisasi adalah sangat dominan, karena merupakan motor penggerak paling utama di dalam suatu

organisasi. Dengan demikian perhatian serius terhadap pengelolaan SDM adalah salah satu faktor penentu keberhasilan organisasi yang mutlak diperlukan. Pandangan terhadap SDM tidak hanya dapat dilihat secara individu saja, melainkan juga secara kelompok dalam lingkungan organisasi, Hal tersebut dikarenakan sikap dan perilaku manusia mempunyai sifat dan

karakteristik yang berbeda, baik secara individu maupun antar kelompok dalam unit organisasi.

Sejalan dengan perkembangan zaman, perubahan-perubahan dalam manajemen organisasi, tingkat kebutuhan hidup yang semakin meningkat

dan berbagai persoalan lain menuntut adanya kemampuan dari para SDM (karyawan) untuk dapat menyesuaikan diri, baik fisik maupun psikis. Apabila penyesuaian ini gagal atau salah, maka akan mengakibatkan terjadinya stres di tempat kerja.

Stres merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami ketegangan karena adanya kondisi-kondisi yang mempengaruhi dirinya.

Kondisi-kondisi tersebut dapat diperoleh dari dalam diri seseorang maupun dari lingkungan di luar diri seseorang. Stres pekerjaan dapat di artikan sebagai tekanan yang dirasakan karyawan karena tugas-tugas pekerjaannya tidak dapat mereka penuhi. Artinya, stres muncul saat karyawan tidak

mampu memenuhi apa yang menjadi tuntutan pekerjaan. Sebagai contoh, beberapa faktor pemicu stres adalah (a) ketidakjelasan apa yang menjadi tanggung jawab pekerjaan; (b) kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas; (c) tidak adanya dukungan fasilitas untuk menjalankan pekerjaan; (d) tugas-tugas pekerjaan yang saling bertentangan. Suatu kondisi yang

(15)

menimbulkan stres pada salah seorang karyawan sedangkan karyawan lainnya tidak mengalaminya.

Dari titik pandang organisasi, manajemen perusahaan mungkin tidak

peduli bila karyawan mengalami tingkat stres yang rendah sampai sedang. Alasannya adalah bahwa tingkat semacam itu dapat bersifat fungsional yang mendorong ke kinerja karyawan yang lebih tinggi. Tetapi tingkat stres yang tinggi atau bahkan tingkat stres rendah tetapi berkepanjangan dapat membuat karyawan tertekan, tidak termotivasi dan frustasi, sehingga pada gilirannya

akan menyebabkan karyawan tidak dapat bekerja optimal dan prestasi kerja pun terpengaruh. Dalam jangka waktu lebih lama, jika karyawan tidak mampu menahan stres pekerjaan, ia tidak mampu lagi bekerja di perusahaan. Pada tahap yang demikian parah, stres bisa membuat karyawan jatuh sakit sehingga tidak mampu masuk kerja, atau bahkan karyawan secara aktif harus

mengundurkan diri. Hal-hal tersebut mendorong kinerja karyawan yang menurun dan karenanya menuntut tindakan dari pihak manajemen.

PT Pos Indonesia (Persero) sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa berusaha memberikan pelayanan (sebaik mungkin) kepada masyarakat. Beberapa faktor yang menyebabkan perusahaan melakukan

langkah-langkah perbaikan diantaranya adalah : (a) menurunnya profitabilitas perusahaan secara keseluruhan baik di tingkat pusat maupun wilayah dalam kurun waktu terakhir (1996-2006); (b) adanya persoalan likuiditas yang sangat serius yang dapat mengancam going concern perusahaan; dan (c) semakin banyaknya pesaing dalam bisnis pelayanan serupa. Langkah-langkah perbaikan tersebut diantaranya meliputi : (a) melakukan efisiensi biaya mulai tahun 2005; (b) menjalankan program

Quantum Leap melalui berbagai program penyehatan perusahaan dan (c) pengembangan bisnis pada tahun 2006 hingga sekarang (PI, 2006). Salah

satu upaya perusahaan dalam program penyehatan perusahaan Quantum Leap adalah dengan merestrukturisasi manajemen organisasi perusahaan baik di tingkat pusat, wilayah, maupun unit pelaksana teknis.

(16)

3

manajemen organisasi perusahaan tingkat pusat. Hal ini dapat dilihat dari terpecahnya struktur organisasi perusahaan menjadi dua bagian, yang masing-masing bagian mempunyai struktur organisasi sendiri, fokus

pekerjaan serta tanggung jawab berbeda. Bagian pertama disebut Delivery Centre (DC) yang bidang pekerjaannya berfokus pada pelayanan pengantaran surat dan barang-barang pos lainnya. Bagian kedua disebut Kantor Pos (KP) yang bidang pekerjaannya berfokus profit oriented dengan menjalankan berbagai macam bisnis perusahaan. Pemisahan kedua bagian

ini dimaksudkan agar perusahaan dapat fokus dalam meningkatkan profitabilitasnya dengan tidak melupakan sejarah perusahaan, yaitu tetap fokus sebagai perusahaan pelayanan pos kepada masyarakat.

Perubahan struktur organisasi (internal perusahaan) dan juga target perusahaan dalam meningkatkan profitnya bisa jadi akan mempengaruhi

kondisi SDM perusahaan. Begitu pula hal tersebut dapat terjadi pada karyawan PT. Pos Indonesia (Persero) Jakarta Timur 13000. Perusahaan menuntut SDM yang handal dan dapat bertahan dari berbagai persoalan yang dihadapi perusahaan. Adanya tekanan-tekanan untuk mencapai target perusahaan tersebut dapat menjadi salah satu pemicu stres kerja karyawan.

Stres tidak sendirinya harus buruk, walaupun stres lazimnya dibahas dalam konteks negatif, stres juga memiliki nilai positif. Namun stres yang terlalu berat dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan, akibatnya pada karyawan berkembang berbagai

macam gejala stres yang dapat mengganggu kinerja mereka. Oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan kondisi karyawannya baik secara fisik maupun psikologi. Perhatian terhadap kondisi karyawan tersebut sangat diperlukan karena karyawan adalah salah satu aset perusahaan yang sangat berharga terhadap keberhasilan perusahaan. Dalam hal ini adalah

(17)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Belum teridentifikasinya kondisi tingkat stres kerja dan kinerja karyawan.

2. Belum jelasnya pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan.

3. Belum teridentifikasinya besar pengaruh indikator stres kerja dan kinerja karyawan.

4. Belum jelasnya upaya pencegahan stres kerja menurut persepsi karyawan dan menurut persepsi pihak manajemen perusahaan.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menganalisis kondisi tingkat stres kerja dan kinerja karyawan. 2. Menganalisis pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan.

3. Menganalisis besar pengaruh indikator stres kerja dan kinerja karyawan. 4. Mengidentifikasi upaya pencegahan stres kerja menurut persepsi

karyawan dan menurut persepsi pihak manajemen perusahaan.

5. Merekomendasikan alternatif solusi untuk pencegahan stres kerja guna meningkatkan kinerja karyawan

1.4.Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam mengambil suatu kebijakan yang tepat untuk mengurangi resiko timbulnya stres karyawan dalam upaya

meningkatkan kinerja karyawan. 2. Bagi penulis

(18)

5

khususnya yang berkaitan dengan perilaku organisasi dan kinerja karyawan.

3. Bagi pembaca

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan pertimbangan bagi pembaca serta peneliti-peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai tema yang sama lebih lanjut.

1.5. Batasan Masalah

Stres kerja terbagi dua yaitu stres kerja negatif dan stres kerja positif. Stres kerja negatif biasa disebut Distress dan seringkali menghasilkan perilaku karyawan yang disfungsional seperti (a) sering melakukan kesalahan, (b) moral yang rendah, (c) bersikap masa bodoh dan (d) absen

tanpa keterangan. Di sisi lain, stres positif atau biasa disebut Eustress menciptakan tantangan dan perasaan untuk selalu berprestasi serta berperan sebagai faktor motivator yang kritis bagi banyak karyawan (Douglas dalam Ventura, 2001). Konsekuensi/gejala stres pada pekerjaan meliputi tiga hal,

yaitu gejala fisiologis, gejala psikologis dan gejala perilaku (Robbins, 1996). Untuk menyederhanakan permasalahan agar pembahasan masalah mengarah pada tujuan yang akan dicapai, maka dalam penelitian ini hanya difokuskan pada pengaruh stres kerja negatif (Distress) terhadap kinerja karyawan saja. Analisis tidak mempermasalahkan semua sumber potensial

pembangkit stres (stresor) yang berasal dari faktor organisasi, kecuali (a) tuntutan tugas, (b) tuntutan peran, (c) tuntutan hubungan antar pribadi, dan (d) kepemimpinan Organisasi, serta hanya menggunakan dua indikator dari gejala stres pada pekerjaan, yaitu gejala psikologis dan perilaku. Hal ini didasarkan oleh keterbatasan peneliti dalam memperoleh data yang

(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) 2.1.1. Pengertian MSDM

MSDM adalah ilmu dan seni yang mengatur unsur manusia (Cipta, Rasa, dan Karsa) sebagai aset suatu organisasi demi terwujudnya tujuan organisasi dengan cara memperoleh,

mengembangkan dan memelihara tenaga kerja secara efektif dan efisien (Arep dan Tanjung, 2002). Manajemen yang mengatur unsur manusia biasa disebut dengan manajemen kepegawaian atau manajemen personalia (Hasibuan, 2002).

2.1.2. Fungsi MSDM

Menurut Arep dan Tanjung (2002), fungsi MSDM terdiri dari fungsi manajerial (yaitu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian), dan fungsi operasional (yaitu rekrutmen, seleksi, penempatan, pengangkatan, pelatihan dan pengembangan, kompensasi,

pemeliharaan, dan Pemutusan Hubungan Kerja). 2.1.3. Pengertian Perilaku Organisasi

Perilaku Organisasi adalah suatu bidang studi yang menyelidiki dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan maksud menerapkan pengetahuan

semacam itu untuk memperbaiki keefektifan organisasi (Robbins, 1996).

2.2. Stres kerja

2.2.1. Pengertian Stres kerja

Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi

(20)

7

dengan apa yang juga diinginkannya dan yang hasilnya dipersepsikan sebagai tidak pasti dan penting (Robbins, 1996).

Stres kerja adalah bentuk stres yang diakibatkan oleh suatu

pekerjaan, atau suatu kondisi yang timbul akibat interaksi antar manusia dengan pekerjaannya, ditandai oleh perubahan dalam diri orang tersebut yang menyebabkan penyimpangan dari fungsi yang normal (Soewondo, 1993). Stres tidak sendirinya harus buruk, walaupun stres lazimnya dibahas dalam konteks negatif, stres juga

memiliki nilai positif. Stres yang terlalu berat dapat mengancam kemampuan seseorang untuk menghadapi lingkungan, akibatnya pada karyawan berkembang berbagai macam gejala stres yang dapat mengganggu kinerja mereka. Stres akan bernilai positif jika karyawan yang bersangkutan terpacu untuk bekerja lebih baik dari sebelumnya

dengan memperbaiki kinerjanya. Stres merupakan suatu peluang bila stres itu menawarkan perolehan yang potensial (Robbins, 1996).

Menurut Douglas dalam Ventura (2001), Stres kerja terbagi dua yaitu stres kerja negatif dan stres kerja positif. Stres negatif biasa disebut Distress dan seringkali menghasilkan perilaku karyawan yang disfungsional seperti sering melakukan kesalahan, moral yang rendah, bersikap masa bodoh dan absen tanpa keterangan. Di sisi lain, stres positif atau biasa disebut Eustress menciptakan tantangan dan perasaan untuk selalu berprestasi serta berperan sebagai faktor

motivator yang kritis bagi banyak karyawan. 2.2.2. Sumber-sumber Pembangkit Stres (stresor)

Berbagai sumber stres (stresor) berasal dari pekerjaannya dan luar pekerjaan. Stres yang berasal dari pekerjaan dapat dilihat dari individunya sendiri dan dari lingkungan yang dapat mempengaruhi

(21)

kurang memadai, konflik antara pribadi dengan pimpinan atau kelompok kerja, balas jasa yang terlalu rendah, serta masalah-masalah keluarga (Hasibuan, 2002).

Menurut Douglas dalam Ventura (2001) seringkali stres timbul karena adanya perubahan sehingga menganggu keseimbangan tubuh manusia atau dapat pula karena adanya tekanan-tekanan yang bersifat fisik maupun psikologis. Hal ini akan berakibat negatif terhadap kinerja karyawan apabila yang terjadi adalah Distress (stres kerja negatif). Tiga hal yang seringkali menjadi sumber timbulnya Distress yaitu konflik peran (role conflict), ambiguitas peran (role ambiguity), dan perbedaan beban kerja (work load variance).

Robbins (1996) mengidentifikasikan tiga perangkat faktor yaitu lingkungan, organisasional dan individual yang bertindak

(22)

9

Gambar 1. Suatu Model Stres (Robbins, 1996) 2.2.3. Gejala-gejala Stres

Menurut Gibson et al ( 1997) jika stres bersifat sementara dan ringan, kebanyakan orang dapat mengatasinya atau

sekurang-kurangnya dapat mengatasi pengaruhnya dengan cepat. Berbeda dengan stres temporer, beberapa tekanan yang datang berlarut-larut dalam jangka waktu yang sama menimbulkan tubuh tidak dapat atau tidak berkemampuan menghadapi stres, atau disebut pemadaman

(burnout), dimana karyawan menderita kelelahan kronis, kebosanan, depresi, dan menarik diri dari pekerjaan. Hal ini menyebabkan karyawan menjadi lebih gampang mengeluh, menyalahkan orang lain bila ada masalah, lekas marah dan sinis tentang karier mereka.

Orang-orang yang mengalami stres menjadi nervous dan merasakan kekuatiran kronis. Mereka sering menjadi marah-marah, agresif, tidak dapat relaks, atau memperlihatkan sikap yang tidak kooperatif (Hasibuan, 2002).

•Tuntutan hubungan antar pribadi

•Struktur organisasi

•Kepemimpinan organisasi •Tahap hidup organisasi

Faktor individu

(23)

Menurut Robbins (1996) seorang individu yang mengalami tingkat stres yang tinggi dapat mengalami tiga kategori gejala umum yaitu :

1) Gejala fisiologis : perubahan dalam metabolisme, meningkatkan laju detak jantung dan pernapasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, dan menyebabkan serangan jantung.

2) Gejala psikologis : ketidakpuasan, ketegangan, kecemasan,

mudah marah, kebosanan dan suka menunda-nunda.

3) Gejala perilaku : perubahan dalam produktivitas, absensi, tingkat keluarnya karyawan, perubahan dalam kebiasaan makan, meningkatnya merokok dan konsumsi alkohol, bicara cepat, gelisah dan gangguan tidur.

2.2.4. Tindakan-tindakan untuk Mengurangi Stres

Menurut Robbins (1996) secara individual stres dapat ditanggulangi dengan beberapa metode seperti meditasi, biofeed back, dan personal wellness. Menurut Tulus (1995) beberapa cara mengatasi stres pada level organisasi yaitu dengan :

a) Melakukan perbaikan iklim organisasi. b) Melakukan perbaikan lingkungan. c) Menyediakan saran.

d) Melakukan analisis dan kejelasan tugas.

e) Merubah struktur dan proses organisasi.

f) Menigkatkan partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. g) Melakukan restrukturisasi tugas.

h) Menerapkan konsep manajemen berdasarkan sasaran dan membuka konseling.

(24)

11

2.3. Kinerja

2.3.1. Pengertian Kinerja

Robbins (1996) mendefinisikan kinerja sebagai ukuran hasil kerja. Yaitu ukuran dari hasil yang menggambarkan sejauh mana aktivitas seseorang dalam melaksanakan tugas dan berusaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Mangkunegara (2000) kinerja

karyawan adalah hasil kerja secara kuantitas yaitu jumlah atau banyaknya pekerjaan yang dihasilkan karyawan dan kualitas yaitu mutu pekerjaan yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan waktu untuk menyelesaikan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2.3.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Mangkunegara (2000) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor kemampuan (Ability) dan faktor motivasi (Motivation). Menurut Steers et al dalam Novrizar (2002) empat hal utama yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu :

1. Motivasi karyawan

2. Kemampuan dan ketrampilan karyawan 3. Kejelasan dan penerimaan tugas

4. Kesempatan untuk berkinerja

2.3.3. Penilaian Kinerja

Mulyadi (1997) mengatakan penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawannya berdasarkan sasarannya, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Wahyudi (1996) mengatakan bahwa penilaian kinerja bermanfaat untuk :

1. Mengukur pestasi kerja.

2. Mengukur keberhasilan pekerjaan dalam mengikuti program

pelatihan dan pengembangan.

(25)

2.3.4. Metode Penilaian Kinerja

Menurut Robbins (1996), salah satu metode dalam penilaian kinerja adalah penilaian kinerja berorientasi masa depan,

yaitu dengan metode penilaian kinerja sendiri. Metode penilaian sendiri adalah suatu proses evaluasi yang meminta karyawan untuk mengevaluasi kinerja mereka sendiri konsisten dengan nilai-nilai seperti swakelola dan pemberdayaan.

Metode penilaian kinerja sendiri mempunyai beberapa

kelebihan dan klemahan. Adapun kelebihan dari metode ini yaitu : a. Karyawan mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi dalam

proses penilaian kinerja untuk menghindari unsur subjektifitas atasan.

b. Cenderung mengurangi defensifan para karyawan mengenai proses

penilaian.

c. Sarana yang unggul untuk merangsang pembahasan kinerja jabatan antara para karyawan dan atasan mereka.

d. Meningkatkan motivasi orang yang dinilai dan mengurangi penolakannya selama wawancara penilaian.

Sedangkan kekurangan dari metode ini yaitu :

a. Penilaian cenderung dibesar-besarkan dan adanya prasangka pementingan diri.

b. Sulit untuk dipertanggungjawakan.

c. Cenderung lebih longgar dalam penilaian. d. Kurang bervariasi.

e. Lebih bias.

f. Hasil penilaian sering tidak cocok dengan hasil penilaian atasan.

2.4. Persepsi

Merupakan bentuk komunikasi interpersonal, yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang, sehingga persepsi mempengaruhi

(26)

13

seseorang terhadap suatu objek berdasarkan pengalaman, keadaan diri sendiri dan lingkungan, sehingga sikap atau pandangan itu akan menimbuklan motivasi dan dorongan yang menyebabkan seseorang

melakukan atau tidak melakukan sesuatu (Notoatmojo, 2003).

2.5. Hubungan Stres Kerja dan Kinerja Karyawan

Pola yang paling meluas dipelajari dalam literatur stres-kinerja

adalah hubungan U-Terbalik. Pada Gambar 2 berikut diterangkan hubungan antara stres kerja dan kinerja karyawan.

Logika yang mendasari hubungan U-Terbalik ini adalah bahwa stres pada tingkat rendah sampai sedang merangsang tubuh dan meningkatkan kemampuan untuk bereaksi. Pada saat itulah individu sering melakukan

tugasnya dengan lebih baik, lebih intensif, atau lebih cepat. Tetapi terlalu banyak stres menempatkan tuntutan yang tidak dapat dicapai atau kendala pada seseorang, yang mengakibatkan kinerja menjadi lebih rendah. Pola U- Terbalik ini juga menggambarkan reaksi terhadap stres sepanjang waktu, dan terhadap perubahan intensitas stres. Artinya, stres tingkat sedang

malahan dapat mempunyai pengaruh yang negatif pada kinerja jangka panjang karena intensitas stres yang berkelanjutan itu meruntuhkan individu

(Rendah) Stres (Tinggi)

(27)

itu dan melemahkan sumber daya energinya. Tingkat sedang dari stres yang dialami terus menerus selama waktu yang panjang dapat mengakibatkan kinerja yang lebih rendah.

Meskipun model U-Terbalik ini populer dan secara intuisi menarik, namun model ini tidak mendapatkan banyak dukungan empiris, sehingga para peneliti maupun para manajer perusahaan harus berhati-hati dalam mengandaikan bahwa model ini dengan tepat melukiskan hubungan stres – kinerja (Robbins, 1996).

2.6. Model Persamaan Struktural (Structural Equation Modeling – SEM)

Stuctural Equation Modeling (SEM) adalah suatu teknik peubah ganda yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan keterkaitan hubungan linear peubah-peubah pengamatan secara simultan dan sekaligus melibatkan peubah laten yang tidak dapat diukur (diamati) secara langsung (Ferdinand, 2000).

Salah satu paket perangkat lunak komputer yang digunakan untuk mengoperasikan metode SEM adalah Linear Structural Relationship (LISREL). Metode LISREL mengestimasi koefisien-koefisien dari sejumlah persamaan struktural yang linear. SEM melibatkan sejumlah simbol-simbol matematis (greek). Untuk dapat melihat hubungan antar variabel dapat

dilihat pada Gambar 3 berikut.

X1

X2

ξ η

δ1 λ1 ε1

δ2

λ2

λ3

λ4 Y2

Y1

ε2

ζ

(28)

15

Dari gambar diatas dapat disusun persamaan-persamaan yaitu :

- Model persamaan structural (SEM) : η = βη + ζ ………….. (1)

- Model persamaan pengukuran untuk Y : Y = λ(y) η + ε ……….... (2)

- Model persamaan pengukuran untuk X : X = λ(x)ξ + δ ……….... (3)

Notasi dari persamaan diatas antara lain :

Y = vektor variabel endogen yang dapat diamati berukuran pxl X = vektor variabel eksogen yang dapat diamati berukuran qxl η = vektor random dari variabel laten endogen berukuran mxl ξ = vektor random dari variabel laten eksogen berukuran nxl

ε = vektor kekeliruan pengukuran dalam Y berukuran pxl

δ = vektor kekeliruan pengukuran dalam X berukuran qxl

λ(y)

= matriks koefisien regresi Y atas η berukuran pxm

λ(x)

= matriks koefisien regresi X atas ξ berukuran qxn

β = matriks koefisien variabel η dalam persamaan struktural berukuran mxn

ζ = vektor kekeliruan persamaan dalam hubungan struktural antara η dan

ξ berukuran mxl

Ada beberapa asumsi permodelan Persamaan Struktural yaitu :

- ε tidak berkolerasi dengan η

- δ tidak berkolerasi dengan ξ

- ζ tidak berkolerasi dengan ξ

- ε, δ, ζ saling bebas

Ukuran yang dapat dijadikan patokan kesesuaian model dalam SEM adalah sebagai berikut :

a. Ukuran kebaikan suai Khi-Kuadrat (Chi-Square)

(29)

b. P-value

P-Value diharapkan untuk lebih besar dari 0.05 atau 0.1 yaitu uji tidak signifikan. Bila hasil menunjukkan tidak signifikan, yang berarti

matrik input dan matrik estimasi tidak berbeda, maka model yang diajukan layak. Nilai p berkisar antara 0 sampai 1 dan model persamaan struktural akan semakin baik jika nilai p mendekati 1.

c. Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)

Ukuran ini merupakan ukuran ketidakcocokan model dengan data.

Semakin kecil nilai ini berarti model semakin baik. Patokan antara 0.05-0.08 sering dijadikan acuan bagi model ideal.

d. Goodness-of-Fit Index (GFI)

Ukuran GFI pada dasarnya merupakan ukuran seberapa besar model mampu menerangkan keragaman data. Semakin besar nilai ini

berarti model semakin baik. Batas minimal 0.9 sering dijadikan patokan suatu model dikatakan layak.

e. Adjusted Goodness-of-Fit Index (AGFI)

Ukuran ini merupakan modifikasi dari GFI dengan mengakomodasi derajat bebas model dengan model lain yang

dibandingkan. Nilai AGFI paling tidak sebesar 0.8 sering dijadikan patokan suatu model dikatakan layak.

2.7. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Suatu penelitian yang dilakukan oleh Siahaan (2004) adalah tentang “Pengaruh Stres dalam Pekerjaan terhadap Kinerja Karyawan (Suatu Kajian terhadap Karyawan Departemen Plant PT. Nippon Indosari Corpindo, Cikarang-Bekasi)”. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa stres

berpengaruh langsung dan bersifat positif terhadap tingkat stres kerja karyawan secara signifikan. Ini berarti bahwa semakin tinggi stres yang dirasakan atau dialami karyawan akan menyebabkan semakin tinggi pula tingkat stres yang dimiliki oleh karyawan tersebut. Sedangkan stres kerja

(30)

17

kinerja karyawan berpengaruh secara signifikan terhadap stres kerja karyawan. Pengaruhnya adalah bahwa semakin tinggi kinerja yang dilakukan maka akan menyebabkan stres kerja karyawan semakin

meningkat. Karyawan Departemen Plant PT. Nippon Indosari Corpindo, Cikarang-Bekasi, secara umum memiliki kategori stres yang rendah, sedangkan kategori kerjanya tinggi. Berarti stres yang ada saat ini adalah stres yang bersifat positif karena telah mampu berperan sebagai pendorong dalam melaksanakan pekerjaan.

Bahiyah (2005) juga telah melakukan penelitian, yaitu tentang “Analisis hubungan Prestasi Kerja dengan Stress dan Tipe Kepribadian Karyawan (Studi Kasus PT KHI Pipe Industries, Cilegon - Banten)”. Hasilnya menunjukkan bahwa berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan, diketahui bahwa hubungan antara stres dengan prestasi kerja menghasilkan

nilai positif (0,40). Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang positif antara kedua variabel laten tersebut. Jika dilihat dari hasil uji t, dapat diketahui bahwa t-value yang diperoleh berada diatas 1,96 (2,19). Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh yang ditimbulkan oleh stres sangat nyata pada tingkat signifikansi 5 persen, yang berarti semakin tinggi stres yang

(31)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

Unsur manusia sebagai salah satu sumberdaya yang dimiliki

perusahaan adalah penting karena keberhasilan manajemen perusahaan bergantung pada kemampuan menggerakkan orang-orangnya. Oleh karena itu, upaya dalam meningkatkan kemajuan organisasi lebih banyak diorientasikan kepada manusia yang merupakan faktor utama.

Karyawan merupakan faktor utama dalam meningkatkan kinerja di PT. Pos

Indonesia (Persero) Jakarta 13000. Kerangka konseptual dimulai dari visi dan misi perusahaan. Visi perusahaan yaitu menjadi perusahaan Pos yang berkemampuan memberikan solusi terbaik dan menjadi pilihan utama stakeholder domestik maupun global dalam mewujudkan pengembangan bisnis dengan pola kemitraan, yang didukung oleh sumber daya manusia

yang unggul dan menjunjung tinggi nilai. Sedangkan misi perusahaan, yaitu memberikan solusi terbaik bagi bisnis, pemerintah dan individu melalui penyediaan sistem bisnis dan layanan komunikasi tulis, logistik, transaksi keuangan, dan filateli berbasis jejaring terintegrasi, terpercaya dan kompetitif di pasar domestik dan global. Dari visi dan misi perusahaan

tersebut, tentunya akan membawa pengaruh bagi semua bagian yang ada dalam perusahaan.

Pengaruh yang ada secara langsung maupun tidak langsung, tentunya akan mempengaruhi kondisi karyawannya. Salah satu pengaruh tersebut

adalah stres kerja. Pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan tersebut dapat bersifat positif maupun negatif. Stres kerja positif menciptakan tantangan dan perasaan untuk selalu berprestasi serta berperan sebagai faktor motivator yang kritis bagi banyak karyawan. Hal ini sangat menguntungkan bagi pihak perusahaan. Namun, apabila stres kerja yang timbul adalah stres

(32)

19

penurunan kinerja karyawan. Oleh karena itu stres kerja negatif perlu mendapat perhatian yang lebih serius.

Untuk mengetahui perbedaan kondisi karyawan akibat restrukturisasi

perusahaan dan beban kerja yang semakin bertambah, pada kedua bagian perusahaan (KP dan DC) saat ini dilakukan proses identifikasi (a) sumber pembangkit stres kerja (stresor); (b) stres kerja dan (c) penilaian kinerja karyawan pada masing-masing bagian perusahaan. Ketiga kegiatan tersebut dilakukan dengan menggunakan kuesioner, wawancara langsung dan juga

melalui Performance Appraisal perusahaan.

Stres kerja dan kinerja dianalisa dengan menggunakan uji Chi-Square, untuk mengetahui besar skor rataan (mean) sehingga diketahui kondisi tingkat stres kerja dan kinerja karyawan. Selanjutnya analisis dilanjutkan dengan menggunakan Structural Equation Modeling (SEM). Penyusunan SEM ditujukan untuk mengetahui (1) pengaruh stres kerja terhadap kinerja karyawan; (b) seberapa besar pengaruh hubungan yang terjadi diantara komponen-komponen indikator stres kerja dan kinerja karyawan yang terdapat pada model struktural penelitian. Dari hasil analisa tersebut peneliti juga menganalisis upaya pencegahan stres kerja tersebut

baik dari persepsi manajemen perusahaan maupun dari persepsi karyawan itu sendiri. Dengan demikian dapat diketahui kebijakan yang tepat yang dapat diambil perusahaan dalam mengurangi stres yang ada. Hasil dan kesimpulan akhir dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kondisi

(33)

Visi dan Misi PT Pos Indonesia (Persero)

Jakarta Timur 13000

Bagian/Kantor Pos (KP)

Bagian/Kantor Delivery Centre (DC)

Identifikasi Sumber Pembangkit Stres (stresor)

Penilaian Kinerja Karyawan

Upaya

Pencegahan Stres Kerja

Menurut Persepsi Karyawan

Menurut Persepsi Manajemen Perusahaan

Kebijakan yang Tepat Dalam Pencegahan Stres

Kinerja Karyawan Meningkat, Kinerja Organisasi Optimal, Tujuan Perusahaan Tercapai

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual Hubungan antara Tingkat Stres

Kerja dan Kinerja Karyawan SEM

(34)

21

Faktor-faktor berpengaruh yang dapat dikendalikan :

• Standar kinerja

• Daftar tugas

• Faktor organisasi : -Tuntutan tugas -Tuntutan peran

-Tuntutan hub. Antar pribadi -Kepemipinan organisasi

Gambar 5. Alur Pikir Penelitian

Lingkungan :

• PT. Pos Indonesia (Persero) Jakarta Timur 13000

• Pengguna layanan PT. Pos

Faktor-faktor berpengaruh yang tidak dapat dikendalikan :

Faktor lingkungan :

-Ketidakpastian ekonomi

Perbedaan individu :

- Persepsi, pengalaman kerja,

Dukungan sosial, kedudukan

• Fungsi operasional :

(35)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di PT Pos Indonesia (Persero) Jakarta Timur 13000 yang berkedudukan di Jl. Pemuda No. 79 Jakarta Timur. Penelitian ini

dilaksanakan selama tiga bulan yaitu pada bulan Maret sampai Mei 2007.

3.3. Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung pada karyawan dan pihak manajemen perusahaan, baik secara bebas maupun terstruktur (dengan menggunakan kuesioner). Data primer tersebut meliputi data umum responden yang mencakup : jenis kelamin, usia, bagian, jabatan, pendidikan terakhir, masa kerja karyawan, dan besarnya gaji

tiap bulan, dan data penilaian kinerja (Performance Appraisal) karyawan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi literatur yang relevan dan menunjang penelitian, antara lain berbagai laporan internal perusahaan yang mencakup : jumlah karyawan, sejarah perusahaan, visi dan misi, struktur

organisasi, dan laporan lainnya yang bersifat eksternal yang terkait dengan bidang yang diteliti.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan informasi yang relevan untuk menunjang analisa penelitian adalah dengan observasi dan wawancara, baik wawancara bebas maupun terstruktur, dengan pihak-pihak terkait (karyawan dan pihak manajemen perusahaan. Pendapat responden diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner kepada para karyawan.

Peubah-peubah yang diukur dalam penelitian ini terdiri dari satu peubah laten eksogen dan dua peubah laten endogen. Peubah laten eksogen tersebut adalah sumber stres kerja (stresor), sedangkan peubah laten endogennya adalah stres kerja dan kinerja karyawan.

(36)

23

dengan menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada responden. Dalam kuesioner dicantumkan pernyataan terkait dengan sumber penyebab stres (stresor) yang dialami karyawan, yaitu yang berasal dari faktor organisasi

(tuntutan tugas, tuntutan peran, tuntutan hubungan antar pribadi, dan kepemimpinan organisasi) dan gejala-gejala stres yang dialami karyawan (gejala psikologis dan gejala perilaku). Skala yang digunakan adalah skala Likert 1-5, dengan masing-masing nilai yaitu :

1 = Tidak Pernah

2 = Jarang Sekali 3 = Jarang 4 = Sering 5 = Sering Sekali

Dari jawaban kuisioner akan dicari skor rataan agar dapat dilihat

seberapa besar tingkat stres yang dialami oleh karyawan dan agar dapat dilakukannya analisis deskriptif.

Sedangkan peubah kinerja karyawan adalah hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dalam waktu tertentu berdasarkan standar kerja yang ditetapkan perusahaan. Variabel beserta unsur-unsur empiris yang menjadi

bagian dari konsep ini adalah kuantitas pekerjaan, kualitas pekerjaan, ketepatan waktu untuk berkinerja. Hasil kinerja ini dapat diketahui dengan adanya Performance Appraisal perusahaan dan penilaian kinerja oleh karyawan sendiri melalui kuesioner yang berisi pernyataan-pernyataan yang

berhubungan dengan kinerja. Cara pengukuran peubah kinerja karyawan dilakukan dengan menggunakan Skala Likert 1-5, dengan masing-masing nilai yaitu

1 = Bila kondisi itu tidak pernah terjadi 2 = Bila kondisi itu jarang sekali terjadi

3 = Bila kondisi itu jarang terjadi 4 = Bila kondisi itu sering terjadi 5 = Bila kondisi itu sering sekali terjadi

(37)

karyawan sebagai jawaban, maka menunjukkan semakin rendah kinerja karyawan tersebut. Bobot nilai yang digunakan dalam peubah kinerja karyawan diperoleh dari melakukan konversi terhadap bobot skala Likert.

Bobot yang dimaksud adalah pada jawaban kuesioner kinerja yang bersifat negatif dalam hasil akhir pengukuran dengan skala Likert menjadi semakin tinggi skala yang dipilih, maka semakin tinggi kinerja karyawan tersebut. Langkah pengkonversian jawaban tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Pengkonversian jawaban skala likert dilakukan pada pernyataan

indikator kinerja yaitu pernyataan mengenai kuantitas pekerjaan (Y2.1), kualitas pekerjaan (Y2.2), dan ketepatan waktu (Y2.3)

2. Bobot jawaban untuk kinerja :

- 1 (Tidak Pernah) menjadi 5 (Sangat Tinggi) - 2 (Jarang Sekali) menjadi 4 (Tinggi)

- 3 (Jarang) tetap 3 (Sedang) - 4 (Sering) menjadi 2 (Rendah)

- 5 ( Sangat Sering) menjadi 1 (Sangat Rendah)

3.5. Teknik Pengambilan Contoh

Objek penelitian sekaligus populasi yang menjadi responden penelitian ini adalah keseluruhan karyawan pada bagian/Kantor Pos (KP) dan pada bagian/Kantor Delivery Centre (DC) di perusahaan. Metode

Pengambilan karyawan contoh dalam penelitian ini adalah probability sampling. Dengan metode ini pemilihan anggota populasi dilakukan secara random, sehingga setiap anggota populasi memiliki peluang untuk terpilih sebagai sampel. Teknik yang digunakan adalah Proporsional Random Sampling. Dengan teknik ini, sampel dipilih langsung dari populasi dan besar peluang setiap anggota populasi untuk menjadi sampel sama besar, sehingga menjamin agar sampel yang terpilih bisa mewakili semua populasinya. Perusahaan ini memiliki jumlah karyawan sebanyak 208 orang (tidak termasuk dua kepala kantor dan satu manajer operasi) yang terbagi dalam

(38)

25

...(3)

Maka didapat jumlah sampel keseluruhan adalah sebanyak 137 orang.

3.6. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 3.6.1. Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2005), instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Perhitungan korelasi antara skor masing-masing

pertanyaan dengan total skor tiap-tiap pertanyaan dilakukan dengan menggunakan rumus pearson product moment correlation yaitu:

Dari hasi perhitungan tersebut, kemudian dibandingkan angka korelasi

yang diperoleh dengan angka kritik tabel korelasi nilai r. Bila nilai rhitung > rtabel, maka pertanyaan tersebut valid. Dalam penelitian ini menggunakan taraf kesalahan 5%, maka rtabel sebesar 0,361.

3.6.2. Uji Reliabilitas

Setelah dilakukan uji validitas, kemudian dilakukan uji

reliabilitas. Menurut Sugiyono (2005), instrumen yang reliabel berarti instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek N

n =

1 + N e2

dimana,

n = besarnya contoh dari populasi N = besarnya populasi

e = nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (persen kelonggaran

(39)

yang sama akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas dilakukan langsung pada uji SEM. Konsistensi variabel indikator dalam mengukur variabel laten dapat dilihat dari nilai variance extracted dan construct reliability. nilai variance extracted lebih besar dari 0.5 dan construct reliability lebih besar dari 0.7 menunjukkan kekonsistenan indikator variabel.

Rumus construct reliability adalah sebagai berikut :

=

Rumus Variance extracted adalah sebagai berikut :

=

Analisis deskriptif adalah analisis yang bertujuan mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk yang mudah dipahami, dalam bentuk informasi yang lebih ringkas sehingga memberikan informasi yang berguna. Dalam analisis deskriptif, nilai yang bisa mewakili

kondisi keseluruhan karyawan bisa diwakili oleh mean (rata-rata), median, modus, tabel frekuensi, persentase, dan berbagai diagram. 3.6.4. Uji Chi-Square

Uji chi-square merupakan salah satu uji statistik non parametrik.

Uji chi-square digunakan untuk menguji apakah ada hubungan antara beberapa variabel. Dalam penelitian ini, dilakukan uji chi-square untuk mengetahui apakah ada hubungan antara stres kerja dan kinerja karyawan dengan karakteristik karyawan yaitu jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan terakhir, masa kerja, dan penghasilan.

Rumus dari uji chi-square adalah :

(40)

27

O frekuensi hasil observasi

=

j

E frekuensi yang diharapkan

Hipotesa dari uji chi-square adalah H0 menyatakan frekuensi data observasi bersifat bebas atau tidak terdapat pengaruh atas hubungan antara dua observasi yang diuji, sedangkan H1 menyatakan

terdapat pengaruh atau hubungan antara kedua observasi tersebut. Dasar pengambilan keputusan square adalah jika nilai chi-squarehitung lebih besar dari chi-squaretabel atau nilai probability chi-square lebih kecil dari α (5%), maka H0 ditolak. Sebaliknya, penerimaan H0 terjadi jika nilai chi-squarehitung lebih kecil dari

chi-squaretabel atau nilai probability chi-square lebih besar dari α (5%). 3.6.5. Uji Varians (ANOVA)

Uji ANOVA adalah suatu uji statistik yang bertujuan

mengetahui perbedaan tingkat atau membandingkan ada atau tidaknya perbedaan nilai rata-rata secara signifikan dari tiga atau lebih sampel yang diteliti. Dalam pengujian ini, hipotesis yang diuji (H0) dan hipotesis alternatif (H1) sering dilambangkan dalam notasi :

H0 ;

μ

1 =

μ

2 =

μ

3.... =

μ

n (nilai signifikansi > α=5%)

H1 ; μ1≠ μ2≠ μ3.... ≠ μn (nilai signifikansi > α=5%)

3.6.6. Rata-Rata Tertimbang

Rata-rata tertimbang digunakan untuk mengelompokkan

jawaban responden terhadap masing-masing kriteria (skala 1-5), dimana skala tersebut memiliki bobot masing masing yaitu bobot 5 bila jawaban sangat tinggi, bobot 4 bila jawaban tinggi, bobot 3 bila jawaban sedang, bobot 2 bila jawaban rendah dan bobot 1 bila jawaban

sangat rendah.

(41)

kriteria dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah respondennya, sehingga didapatkan suatu nilai rata-rata tertimbang yang berada pada skala 1-5. Cara menghitung skor rataan adalah sebagai berikut:

i i i

f w f x

∑ ∑

= . ...(8)

Keterangan : x= skor butir ke-i fi= frekuensi

wi= bobot

Dari hasil nilai rata-rata tertimbang kemudian ditentukan rentang skala tiap komponen dengan menggunakan rumus rentang skala (1-5):

m m

Rs= ( −1)...(9)

dimana : m= jumlah alternatif jawaban tiap item

Dari hasil perhitungan tersebut akan didapat kesimpulan nilai terhadap

skala 1-5 sehingga nilai rata-rata tertimbang yang dihasilkan akan menunjukkan tingkat stres kerja dan kinerja karyawan.

3.6.7. Analisis Structural Equation Modeling (SEM)

Model Persamaan Struktural (SEM) adalah suatu teknik

peubah ganda yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan keterkaitan hubungan linear peubah-peubah pengamatan secara simultan dan sekaligus melibatkan peubah laten yang tidak dapat diukur (diamati) secara langsung (Ferdinand, 2000). Dalam penelitian ini Model Persamaan Struktural (SEM) seperti terlihat pada Gambar 6

(42)

29

Berdasarkan model penelitian tersebut, dapat disusun persamaan-persamaan sebagai berikut :

1. Model Struktural (Structural Model)

• η1 = γ11 ξ1 + β12 η2 + ζ1 ……….….... (10)

γ11 = Matriks dari koefisien struktural untuk amatan ksi pertama

(Stresor) terhadap eta yang pertama (Stres Kerja)

β12 = Matriks dari koefisien struktural untuk amatan eta kedua

(Kinerja Karyawan) terhadap eta yang pertama (Stres

Kerja)

β21 = Matriks dari koefisien struktural untuk amatan eta pertama

(Stres Kerja) terhadap eta yang kedua (Kinerja Karyawan)

ζ1,2 = Vektor dari galat pengukuran

Gambar 6. Model Persamaan Struktural (SEM) Penelitian

Kepemimpinan organisasi

Tuntutan Hubungan Antar

(43)

2. Model pengukuran (Measurement model)

• Model pengukuran untuk peubah X

Xi = λ(x)ij ξj + δi ... (12)

dimana,

Xi = Vektor dari peubah teramati eksogen ke-i λ(x)

ij = Matriks koefisien pengukuran (loading faktors) i ke-j

ξj = Vektor dari peubah laten eksogen ke-j

δi = Vektor dari galat pengukuran ke-i

• Model Pengukuran untuk peubah Y

Yi = λ(y)ij ηj + εi ... (13)

dimana,

Yi = Vektor dari peubah teramati endogen ke-i

λ(y)ij = Matriks koefisien pengukuran (loading faktors) i ke-j ηj = Vektor dari peubah laten endogen ke-j

εi = Vektor dari galat pengukuran ke-i

Peubah-peubah stresor (ξ1), stres kerja (η1), serta peubah

kinerja (η2) dikorelasikan satu sama lain sesuai dengan model

struktural yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun variabel

(indikator) pembentuk peubah stresor kerja (ξ1) terdiri dari :

• X1 = Tuntutan tugas

Tuntutan tugas merupakan faktor yang dikaitkan pada pekerjaan seseorang. Faktor ini mencakup desain pekerjaan individu itu (otonomi, keragaman tugas), kondisi kerja, dan tata letak kerja fisik.

• X2 = Tuntutan peran

Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan yang diberikan pada seseorang sebagai suatu fungsi dari peran tertentu yang dimainkan dalam organisasi itu.

• X3 = Tuntutan hubungan antar pribadi

(44)

31

• X4 = Kepemimpinan organisasi

Kepemimpinan organisasi menggambarkan gaya manajerial dari

eksekutif senior organisasi (pimpinan).

Variabel (indikator) pembentuk peubah stres kerja (η1)

diindikasikan oleh konsekuensi/gejala-gejala stres yang dialami karyawan, yaitu :

• Y1.1 = Gejala psikologis

Antara lain mudah merasa tersinggung, menunda-nunda mengerjakan pekerjaan, bosan, gelisah, kurang puas dengan hasil kerja.

• Y1.2 = Gejala perilaku

Antara lain tidak masuk/absent, cenderung membuat kekeliruan, tidak bersemangat dalam bekerja, sulit tidur akibat pekerjaan, menurunnya nafsu makan karena beban kerja.

Variabel (indikator) pembentuk peubah kinerja (η2) yaitu :

• Y2.1 = Kuantitas pekerjaan

Unsur empiris yang diturunkan dari variabel ini yaitu jumlah pekerjaan yang dibebankan.

• Y2.2 = Kualitas pekerjaan

Unsur-unsur empiris yang diturunkan dari variabel ini yaitu kejelasan dan penerimaan tugas, kemampuan, ketrampilan dan ketelitian karyawan dalam mengerjakan tugas.

• Y2.3 = Ketepatan waktu

Unsur empiris yang diturunkan dari variabel ini yaitu jumlah pekerjaan yang dihasilkan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

3.6.8. Analisis Kualitatif

Analisis data secara kualitatif bersifat memaparkan hasil

temuan secara mendalam melalui pendekatan bukan angka atau non

statistik. Analisis ini cenderung mengakomodasi setiap data atau tanggapan responden yang diperoleh selama pengumpulan data. Analisis kualitatif cenderung dilakukan untuk data yang bersifat

(45)

grup terfokus, teknik proyeksi) berupa kata-kata atau kalimat yang disampaikan oleh peserta. Data ini sering kali disebut data verbatim (Sudman dan Blair dalam Riset SDM, 2005). Data atau kata-kata yang diungkapkan karyawan selanjutnya dianalisis dengan merangkum atau

(46)

33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Sejarah perusahaan

Perusahaan berdiri sejak tahun 1746 dan mengalami perkembangan dari tahun ketahun hingga sekarang. Adapun sejarah perusahaan sejak awal berdiri

hingga sekarang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Sejarah Perusahaan

Tahun Uraian

26 - 8- 1746 Kantor pos pertama di Indonesia adalah di Batavia yang

didirikan oleh Gubernur Jendral GW Baron van Imhof.

1906 Dibentuk Posts Telegraafend Telefoon Diensts (Jawatan

PTT)

27-9 - 1945 Tonggak sejarah berdirinya Jawatan PTT Republik Indonesia

yang ditandai Pengambilalihan Kantor Pusat PTT di

Bandung oleh Angkatan Muda PTT dari pemerintahan

Militer Jepang.

1961 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.240 Tahun 1961 status

Jawatan PTT berubah menjadi Perusahaan Negara (PN) Pos

dan Telekomunikasi

1965 PN Pos dan Telekomunikasi dibagi menjadi dua badan usaha

yaitu : PN Pos dan Giro berdasarkan Peraturan Pemerintah

No 29 Tahun 1965 dan PN Telekomunikasi berdasarkan

Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 1965

1978 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.9 Tahun 1978, status

PN Pos dan Giro diubah menjadi Perusahaan Umum (Perum)

Pos dan Giro.

20 - 6-1995 Status PERUM Pos dan Giro diubah menjadi PT. Pos

Indonesia (Persero) dengan Anggaran Dasar PT Pos

Indonesia (Persero) tercantum dalam akta Notaris Sutjipto,

(47)

4.2. Visi dan Misi Perusahaan

Dalam melaksanakan aktifitasnya, PT Pos Indonesia (Persero) mempunyai visi dan misi sebagai berikut :

Visi perusahaan adalah :

Menjadi perusahaan Pos yang berkemampuan memberikan solusi terbaik

dan menjadi pilihan utama stakeholder domestik maupun global dalam

mewujudkan pengembangan bisnis dengan pola kemitraan, yang didukung oleh sumber daya manusia yang unggul dan menjunjung tinggi nilai.

Sedangkan misi perusahaan adalah :

Memberikan solusi terbaik bagi bisnis, pemerintah dan individu melalui penyediaan sistem bisnis dan layanan komunikasi tulis, logistik, transaksi keuangan, dan filateli berbasis jejaring terintegrasi, terpercaya dan kompetitif di pasar domestik dan global.

4.3. Kedudukan, Tugas Pokok, Tujuan, dan Bidang Usaha PT. Pos Indonesia (Persero)

Berdasarkan SK Direksi PT Pos Indonesia (Persero) KD.70/DIRUT/1105, PT Pos Indonesia (Persero) adalah BUMN yang dipimpin oleh suatu Direksi yang bertanggung jawab kepada Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS). BUMN ini mempunyai tugas pokok melaksanakan dan menunjang kebijakan serta program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, dan di bidang pelayanan jasa pos dan giro bagi masyarakat baik di dalam maupun di luar

wilayah Indonesia dengan menerapkan prinsip-prinsip Perseroan Terbatas. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, perusahaan melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut :

1. Usaha jasa pos dan giro.

2. Usaha jasa komunikasi, jasa logistik, jasa keuangan, jasa ritel, jasa

keagenan, filateli dan jasa-jasa lain yang menunjang penyelenggaraan usaha jasa pos dan giro sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Usaha pemanfaatan dan pengembangan sumber daya yang dimiliki

(48)

35

4.4. Struktur Organisasi Perusahaan

Organisasi perusahaan disusun dalam 3 (tiga) tingkat, yaitu :

1. Tingkat Pusat

2. Tingkat Wilayah

3. Tingkat Unit Pelaksana Teknis

PT Pos Indonesia (Persero) Jakarta Timur 13000 merupakan salah satu organisasi dalam tingkat Unit Pelaksana Teknis. Lingkup kegiatan usahanya terdiri dari dua bidang yaitu bidang pelayanan jasa antaran dan

bidang usaha bisnis. Bidang pelayanan jasa antaran yang fokus pekerjaannya adalah pelayanan antaran kepada masyarakat ditangani oleh bagian DC (Delivery Centre). Bidang usaha bisnis yang fokus pekerjaannya menghasilkan profit bagi perusahaan ditangani oleh bagian KP (Kantor Pos). Untuk lebih memfokuskan lingkup kegiatan usaha agar efektif dan efisien

dan mencapai target perusahaan, dalam sistem operasionalnya perusahaan membedakan struktur organisasi kedua bidang tersebut yaitu struktur organisasi DC (Delivery Centre) dan Struktur organisasi KP (Kantor Pos) yang masing-masing dipimpin oleh Kepala Kantor. Kedua Kepala Kantor tersebut saling berkoordinasi dan sama-sama bertanggung jawab kepada

KAWILPOS (Kepala Wilayah Pos). Struktur organisasi DC terdiri dari KA. DC JAT, serta empat sub bagian yang masing-masing memiliki supervisor. Struktur organisasi KP terdiri dari Kepala Kantor, Manajer operasi, serta dua belas sub bagian dengan masing-masing supervisornya. Struktur organisasi

perusahaan secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2.

Adapun tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian dalam struktur organisasi perusahaan adalah sebagai berikut :

Bagian DC (Delivery Centre), yaitu :

A. KEPALA DELIVERY CENTRE

Tujuan utama pekerjaan :

(49)

B. SPV PROSESING Tujuan utama pekerjaan :

Bertanggungjawab dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan SDM di bagian prosesing (Penerimaan Kantong,

Proses SKH, EMS, PP, R/BKS) untuk mencapai target mutu antaran.

C. SPV ANTARAN

Tujuan utama pekerjaan :

Bertanggungjawab dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan

dan pengawasan SDM di bagian antaran untuk mencapai target mutu antaran.

D. SPV ADMINISTRASI DAN KIRSUS Tujuan utama pekerjaan :

Bertanggungjawab dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan

dan pengawasan SDM di bagian adminiastrasi dan kirsus untuk mencapai target mutu antaran.

Bagian KP (Kantor Pos), yaitu : A. Kepala Kantor

Tujuan utama pekerjaan :

Membawahi semua sub-sub bagian lainnya dalam lingkup kantor pos, mengkoordinasikan semua kegiatan yang ada di kantor pos dan giro Jakarta Timur 13000 serta jajaran yang terkait agar dapat berjalan dengan lancar, bertanggungjawab baik kedalam maupun keluar atas

pengolahan dan pencapaian tujuan. B. Manajer Operasi

Tujuan utama pekerjaan :

Melaksanakan tugas-tugas kepala kantor yang didelegasikan kepadanya.

C. SPV SDM

Tujuan utama pekerjaan :

(50)

37

D. SPV Teknologi Sarana (Teksar) Tujuan utama pekerjaan :

Membantu kepala kantor dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan di bagian sarana dan bertanggungjawab atas

penyediaan sarana di kantor pos. E. SPV Keuangan

Tujuan utama pekerjaan :

Menangani perbendaharaan keuangan yaitu menerima, menyimpan,

dan membayarkan uang/surat berharga uang serta membuat pertanggungan keuangan.

F. SPV Bisnis Keuangan Wesel / Pens / JPS / Peny. Dana Tujuan utama pekerjaan :

Bertanggung jawab terhadap kelancaran pelayanan wesel pos (kirim

dan bayar), pelayanan tabanas (penabungan dan pengambilan). Taksera/kukesra (penabungan, pengambilan dan kredit), beasiswa (umum, reguler, dan SPSDP).

G. SPV Akuntansi

Tujuan utama pekerjaan :

Bertanggungjawab terhadap pengaturan kegiatan pengawasan, pelaksanaan, dan pelaporan pembukuan penerimaan/pengeluaran keuangan perusahaan di bidang akuntansi kantor pos Jakarta Timur.

H. SPV Kir Korporat Tujuan utama pekerjaan :

Menangani dan mengawasi segala urusan di bagian korporat untuk kelancaran segala urusan dinas.

I. SPV Layanan Bisnis Reguler Tugas utama pekerjaan :

Bertanggungjawab atas kelancaran dan kebenaran pelaksanaan pelayanan surat-surat yang sangat peka meliputi :

a. Surat kilat khusus dan patas

b. Surat elektronik

(51)

J. SPV UPL

Tujuan utama pekerjaan :

Melakukan pengawasan/pengecekan terhadap kantor pos cabang se-Jakarta Timur, mengawasi kelancaran operasional diluar KPRK,

memeriksa laporan.

K. WASUM

Tujuan utama pekerjaan :

Bertanggungjawab dalam mengatur kegiatan bagian pengawasan

umum dalam melaksanakan tugas pemeriksaan periodik eksploitasi agar kegiatan pengawasan lebih efektif.

L. SPV Proses dan Distribusi Tujuan utama pekerjaan :

Bertanggungjawab atas pengaturan dan pengawasan kegiatan dibagian

pengolahan untuk kelancaran kiriman pos.

M. SPV Layanan Bisnis Keuangan SOPP+GIRO / SGG Tujuan utama pekerjaan :

Bertanggungjawab atas pengaturan dan pengawasan kegiatan di bagian PRK (pemeriksa kantor).

N. SPV pemasaran+Bang FFP dan mitra Tujuan utama pekerjaan :

Bertanggung jawab melakukan pengembangan bisnis diwilayah melalui aktifitas pengolahan data, dengan :

a. Melakukan promosi.

b. Menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain sesuai bisnis pos.

4.5. Sumber Daya Manusia

4.5.1. Keadaan SDM Perusahaan

PT Pos Indonesia (Persero) Jakarta Timur sebagai badan

(52)

39

Perusahaan juga bekerjasama dengan serikat pekerja dalam hal pemecahan permasalahan perburuhan, hak-hak kesejahteraan karyawan. Hal tersebut diatur dalam perjanjian antara serikat pekerja dengan perusahaan berdasarkan ketentuan pemerintah serta

disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan perusahaan. Tabel 2 menunjukkan jumlah karyawan PT. Pos Indonesia (Persero) Jakarta Timur 13000.

Tabel 2. Jumlah karyawan PT. Pos Indonesia (Persero) Jakarta Timur 13000, (Februari 2007).

Bagian Sub Bagian (unit bisnis) Jumlah

Karyawan

Manajer Operasi 1

SPV Layanan Bisnis Keuangan

SOPP+GIRO / SGG

6

SPV Layanan Bisnis Keuangan

Wesel/ Pens/JPS/Peny. Dana

3

SPV Layanan SBU Ekspress 1

SPV Layanan Bisnis Reguler 12

SPV Proses & Distribusi 10

SPV Proses Kir. Korporat 7 Kantor

SPV Pemasaran+Bang FFP & Mitra 8

SPV ADM/Teksar/TSI 10

WASUM 2

Gambar

Gambar 1. Suatu Model Stres (Robbins, 1996)
Gambar 2. Hubungan U-Terbalik antara Stres dan Kinerja  (Robbins, 1996)
Gambar 3. Model Hubungan Antar Variabel              (Joreskog dan Sorbom, 1996)
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Konseptual
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh disiplin dan stres kerja terhadap kinerja karyawan di SFA Resto Karanganyar.. Penelitian ini

Dengan mempertimbangkan hasil analisis data variabel independen (Lingkungan Kerja dan Stres Kerja) yang mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Kinerja

Berdasarkan hasil kuesioner menunjukkan bahwa stres kerja memiliki pengaruh yang negatif terhadap kinerja karyawan, yang berarti bahwa semakin tinggi stres kerja

Yang berarti Ha diterima dan H0 ditolak, Hal ini berarti bahwa secara bersama-sama stres kerja dan kompensasi mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

Hasil yang didapat pada penelitian ini menunjukkan bahwa stres berpengaruh signi ikan positif terhadap turnover intention pada karyawan CV.. Sukahati Pratama, artinya

Jika nilai E 1 yang merupakan koefisien korelasi dari stres kerja (X1) sebesar 0,487 yang artinya mempunyai pengaruh positif terhadap variabel dependen (Y) mempunyai arti

Berikut adalah penjelasan dari indikator stres kerja : (1) gejala psikologis, mempunyai pengaruh yang cukup tinggi dalam kinerja berdasarkan angket yang telah

Stres kerja pada karyawan akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas, stres kerja yang muncul pada diri seseorang karyawan