• Tidak ada hasil yang ditemukan

AIR MINUM PENYEHATAN LINGKUNGAN DI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "AIR MINUM PENYEHATAN LINGKUNGAN DI DAERAH"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

WASPOLA Facility

AIR

MINUM

& PENYEHATAN

LINGKUNGAN

DI DAERAH

(2)
(3)

Pa ndua n Pe ng e lola a n Da ta

AIR

MINUM

& PENYEHATAN

LINGKUNGAN

(4)

WASPOLA Facility adalah kelanjutan dari proyek WASPOLA (1998-2003) dan WASPOLA 2 (2004-2009). Proyek ini didanai dari bantuan hibah dari Pemerintah Australia melalui AusAID, yang dilaksanakan oleh 2 institusi, Bappenas dan Water and Sanitation Program for East Asia and the Pacific (WSP-EAP) World Bank.

PANDUAN PENGELOLAAN DATA AIR MINUM

DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN DI DAERAH

Diterbitkan oleh WASPOLA Facility bekerja sama dengan KELOMPOK KERJA AIR

MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN, yang terdiri dari : Badan Perencanaan dan

Pembangunan Nasional, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pekerjaan Umum,

Kementerian Kesehatan, Departemen Keuangan, Kementerian Lingkungan Hidup dan

Kementerian Perindustrian.

Pengarah

Nugroho Tri Utomo

Gary D Swisher

Editor

Sofyan Iskandar

Tim Penyusun

Udi Maadi

Nur Apriatman

Ardi Adji

Dormaringan H. Saragih

(5)

AMPL : Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

AMPL-BM : Air Minum dan Penyehatah Lingkungan Berbasis Masyarakat

APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Bapeprov : Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi

BPM : Badan Pemberdayaan Masyarakat

CLTS : Community Led Total Sanitation

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DPU : Dinas Pekerjaan Umum

IPA : Instalasi Pemrosesan Air

IPLT : Instalasi Pengelolaan Limbah Terpadu.

ISSDP : Indonesia Sanitation Sector Development Programme

Jaga : Jamban Keluarga

Kabag : Kepala Bagian

Kabid : Kepala Bidang

Lokalatih : Lokakarya dan Pelatihan

PAMSIMAS : Program Nasional Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat

PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum

Pemkab : Pemerintah Kabupaten

Pemkot : Pemerintah Kota

Pemprov : Pemerintah Provinsi

PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

POD : Pendidikan Orang Dewasa

Pokja : Kelompok Kerja

Renstra : Rencana Strategis

Renstra SKPD : Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah, 5 Tahun.

RPJM : Rencana Pembangunan Jangka Menengah, 5 Tahun.

RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, 5 Tahun.

RPJP : Rencana Pembangunan Jangka Panjang, 20 Tahun.

RPJPD : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, 20 Tahun.

RTL : Rencana Tindak Lanjut

SANIMAS : Sanitasi oleh Masyarakat

SK : Surat Keputusan

SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah

SPAL : Saluran Pembuangan Air Limbah

TPA : Tempat Pembuangan Akhir (sampah)

WASPOLA : Water Supply and Sanitation Policy Formulation and Action Planning

WSLIC-II : Water and Sanitation for Low Income Communities – II

(6)

KATA PENGANTAR

Buku Panduan Pengelolaan Data AMPL ini berisi tentang panduan bagaimana melaku-kan fasilitasi Pengelolaan Data AMPL dalam rangka meningkatmelaku-kan kinerja pembangunan AMPL. Dengan panduan ini, diharapkan diperoleh kejelasan dalam tata cara melakukan Pengelolaan Data AMPL. Panduan ini khususnya ditujukan bagi pemerintah kabupaten/ kota dalam Pengelolaan Data AMPL di daerahnya. Namun demikian berguna juga bagi para pelaku pembangunan AMPL yang mendukung kegiatan di tingkat kabupaten/kota.

Buku panduan ini terdiri dari lima bagian. Pertama adalah Penjelasan Umum, kedua adalah Panduan Pengelolaan Data AMPL, ketiga adalah Panduan Pengumpulan Data AMPL, keempat adalah Panduan Pemrosesan dan Publikasi Data AMPL, dan kelima adalah Penutup.

Demikian, tidak ada gading yang tak retak, segala masukan akan kami terima dengan senang hati.

Selamat membaca dan mempraktekannya.

(7)

DAFTAR ISI

Daftar Singkatan Kata Pengantar Daftar Isi

Bagian 1 Penjelasan Umum 03

1.1 Latar belakang 03

1.2 Tujuan 05

1.3 Pengguna 05

1.4 Sistematika 06

Bagian 2 Panduan Pengelolaan Data AMPL 09

2.1 Latar belakang 09

2.2 Kondisi Data dan Pendataan Data AMPL di Daerah 11

2.3 Tujuan 12

2.4 Organisasi Pengelolaan 13

2.5 Tahapan Kegiatan 15

2.6 Jadwal Pelaksanaan 18

2.7 Jenis Data 18

2.8 Periode Pendataan 18

Bagian 3 Panduan Pengumpulan Data AMPL 21

3.1 Tahapan Pengumpulan Data 21

3.2 Jenis Data 30

3.3 Kuisioner dan Cara Pengisian 30

3.4 Mekanisme Pengumpulan Data 48

Bagian 4 Panduan Pemrosesan, Analisis dan Publikasi Data AMPL 53

4.1 Pemrosesan Data 53

4.2 Analisis Data 62

4.3 Pengertian Indikator 69

4.4 Publikasi Data 71

(8)
(9)

1 Penjelasan

Umum

1.1. Latar Belakang

Studi Pengembangan Pengelolaan Data Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) yang telah dilaksanakan oleh WASPOLA sejak tahun 2006, menemukan beberapa isu penting tentang pengelolaan data AMPL yaitu:

1. Rendahnya kesadaran daerah akan pentingnya pengelolaan data AMPL yang akurat

2. Adanya sistem pengelolaan data AMPL di daerah yang kurang terintegrasi

3. Belum adanya database AMPL yang disepakati di daerah

4. Rendahnya kapasitas daerah dalam pengelolaan data AMPL

Studi yang dilakukan WASPOLA melalui pendekatan diskusi terfokus dalam format lokakarya data daerah, dan kajian literatur, merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut:

a. Perlu kesamaan pemahaman para pelaku pembangunan AMPL tentang pentingnya data AMPL. Hal ini meliputi pemahaman tentang variabel

(10)

04

data yang dikumpulkan, untuk apa data dikumpulkan, apa manfaat dari tersedianya data, apa kerugiannya kalau tidak tersedia data, institusi yang melakukan pengumpulan data, sumber daya yang diperlukan, bagaimana data dikumpulkan, dikelola, dan dikomunikasikan, serta frekuensi pengumpulannya

b. Perlu adanya pemahaman tentang peran dan fungsi instansi pelaku pembangunan AMPL dalam pengelolaan data. Data apa saja yang dikumpulkan oleh masing-masing instansi, untuk keperluan apa data itu dikumpulkan, bagaimana mekanisme pengumpulannya, dan bagaimana data tersebut dapat diakses oleh para aktor pembangunan AMPL lainnya. Dalam hal ini secara khusus perlu dipahami peranan BPS di tingkat kabupaten dalam memperoleh data, apakah melalui pengumpulan data primer, ataukah mendapatkan data sekunder dari instansi teknis terkait. Sehingga ada pemahaman dalam menggunakan data sesuai dengan keperluannya.

c. Perlu adanya penyepakatan tentang data AMPL yang minimum harus dimiliki oleh daerah untuk kebutuhan perencanaan, serta monitoring dan evaluasi kinerja pembangunan AMPL, untuk semua tingkatan mulai dari provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan/desa. Indikator MDGs dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan data AMPL yang minimum harus tersedia.

d. Perlu adanya penyepakatan tentang mekanisme pengumpulan data AMPL di daerah. Ada 2 metode yang dapat digunakan, yaitu Registrasi dan Survei. Kedua metode ini perlu dipertimbangkan sesuai dengan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia.

e. Perlu adanya kesepakatan dalam mekanisme konsolidasi data yang dikumpulkan oleh masing-masing instansi di daerah

f. Perlu adanya kesepakatan dalam updating (pembaharuan) data, hal ini menyangkut frekuensi updating, mekanisme updating, instansi yang melakukan, serta alokasi sumber daya.

(11)

05

h. Untuk hal-hal di atas, diperlukan peningkatan kapasitas pengelola data AMPL dalam hal pengelolaan data yang meliputi teknik pengumpulan dan pemrosesan data.

i. Pihak pemerintah pusat dan provinsi perlu menyediakan insentif bagi daerah yang telah memiliki sistem pengelolaan data yang baik.

j. Perlu dikembangkan panduan pengelolaan data yang mudah diikuti oleh para pengelola data AMPL di daerah.

k. Pemerintah pusat dan provinsi perlu mengembangkan advokasi dan pelatihan pengelolaan data AMPL.

Menindaklanjuti rekomendasi ini, maka disusunlah sebuah buku panduan pengelolaan data AMPL di daerah.

1.2. Tujuan

Tujuan penyusunan buku panduan ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan panduan fasilitasi kepada Pokja AMPL nasional dan Pokja AMPL Provinsi dalam kegiatan peningkatan kapasitas pengelolaan data AMPL Kabupaten/kota.

2. Membantu kelompok kerja AMPL Kabupaten/Kota dalam pengelolaan data AMPL yang dapat digunakan sebagai alat perencanaan, monitoring serta evaluasi pembangunan AMPL.

1.3. Pengguna

Pengguna langsung yang dapat memanfaatkan buku Panduan Pengelolaan Data AMPL ini adalah:

1. Pokja AMPL Provinsi

2. Pokja AMPL Kabupaten/Kota

(12)

06

1.4. Sistematika

Buku panduan pengelolaan data AMPL ini disusun dalam 5 bagian, yaitu:

BAGIAN 1 : PENJELASAN UMUM

Merupakan pengantar umum buku panduan ini. Menguraikan latar belakang dan tujuan dari buku panduan pengelolaan data AMPL.

BAGIAN 2: PANDUAN PENGELOLAAN DATA AMPL

Menguraikan tentang organisasi dan tata laksana dalam pengelolaan data AMPL di tingkat Kabupaten/Kota.

BAGIAN 3: PANDUAN PENGUMPULAN DATA AMPL

Menguraikan tentang proses pengumpulan data AMPL dimulai sejak menyusun kuesioner hingga entry data.

BAGIAN 4: PANDUAN PEMROSESAN DAN PUBLIKASI DATA AMPL

Menguraikan tentang teknik-teknik pemrosesan data dan bagaimana membuat publikasi data.

(13)
(14)
(15)

09

2 Panduan

Pengelolaan

Data Ampl

Daerah

2.1. Latar Belakang

Pembangunan sektor AMPL telah mulai berlangsung sejak PELITA I. Hanya saja pembangunan tersebut tidak disertai dengan pengelolaan data secara baik dan terpadu. Berbagai institusi terkait AMPL memiliki data. Misalnya Departemen Kesehatan, Departemen Pekerjaan Umum, atau Departemen Dalam Negeri memiliki data masing-masing, dimana bisa muncul angka yang berbeda untuk kategori dan kelompok sasaran sama. Kondisi ini bisa dimaklumi mengingat setiap institusi akan lebih fokus terhadap angka pencapaian pembangunan yang dilaksanakan oleh institusi yang bersangkutan. Perbedaan data juga bisa disebabkan oleh adanya perbedaan

pada penggunaan definisi, kategorisasi variabel yang

digunakan, metode pengambilan data, dan kehandalan sumber daya manusia yang mengolah dan mengelolanya.

(16)

10

masih sangat terbatas. Mengapa? Karena data AMPL belum dipandang sebagai variabel yang perlu diperlakukan secara khusus dibanding sektor lain, misalnya survei pertanian atau survei volume penjualan beras. Data AMPL terakhir yang digunakan diambil berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Data hasil SUSENAS tersebut digunakan sebagai acuan khususnya dalam mengevaluasi pencapaian target MDGs.

SUMBER AIR BERSIH TERLINDUNGI SUMBER AIR BERSIH TAK TERLINDUNGI

Laporan MDGs

pipa 1. gerobak dorong 1.

air kemasan (termasuk isi ulang)

2. hidran umum 2. sumur bor 2. air kemasan 2. sumur tak terlindungi

terlindungi 5. air hujan 5.

mata air tak

terlindungi 5.

lain-lain (danau, waduk, dll) 6. air hujan

Di dalam pendataan, perbedaan pendefinisian akan mengakibatkan hasil yang berbeda sama sekali. Karena itu, persamaan pendefinisian menjadi hal

yang sangat penting sebelum proses pendataan berlangsung, demikian juga standarisasi terminologi dan metodologi. Hal ini seperti yang terjadi dalam penyajian data air minum dan penyehatan lingkungan (AMPL) Indonesia

selama ini. Tabel 1 memberikan contoh definisi yang berbeda pada sektor air

minum untuk membedakan sumber air yang berkategori baik dan tidak baik antara Laporan Pemantauan MDGs di Indonesia dan BPS (SUSENAS 2002).

(17)

11

Kelemahan data AMPL ini secara langsung berakibat pada lemahnya monitoring dan evaluasi pembangunan yang telah dilaksanakan dan berakibat lanjut pada lemahnya perencanaan pembangunan AMPL. Keberadaan data yang bersumber dari BPS saat ini sudah sangat memadai jika untuk mengukur cakupan pelayanan AMPL pada tingkat nasional hingga provinsi, namun tidak memadai jika dimaksudkan untuk membuat landasan perencanaan pembangunan di tingkat kabupaten/kota. Sebagai contoh, untuk perencanaan pembangunan AMPL di satu kabupaten, maka pemerintah kabupaten bersangkutan memerlukan data tentang jumlah tiap sarana yang masih berfungsi dan tidak berfungsi serta jumlah penduduk penggunanya hingga tingkat desa atau bahkan rumah tangga. Kemudian juga perlu mengetahui kondisi di saat musim penghujan dan musim kemarau.

Ketersediaan data yang lebih rinci tersebut tentu saja akan sangat tidak efisien

jika dilaksanakan terpusat, misalkan oleh BPS sendiri. Lebih lagi data yang rinci tersebut juga menjadi tidak memiliki arti penting bagi pemerintah pusat yang lebih berorientasi pada tingkat perencanaan makro. Pendataan yang rinci untuk perencanaan, monitoring, dan evaluasi hasil pembangunan akan lebih

efisien jika dilaksanakan terdesentralisasi.

2.2. Kondisi Data dan Pendataan AMPL Di Daerah

Aktor atau para pelaku dalam pengelolaan data AMPL di daerah secara umum terdiri dari dinas-dinas yang secara langsung berhubungan dengan sektor AMPL, seperti:

z Dinas Kesehatan yang memiliki jalur dari tingkat kabupaten, kecamatan, sampai ke desa. Mekanisme perolehan data dilakukan melalui hasil proses inspeksi sanitasi ditingkat desa yang dilaksanakan secara berkala oleh kader kesehatan lingkungan di setiap desa, selanjutnya direkap oleh petugas sanitarian di tingkat kecamatan, subdin Kesehatan lingkungan di tingkat kabupaten dan selanjutnya diolah bidang Penyehatan Lingkungan di tingkat propinsi.

(18)

12

dalam setiap pembangunan.

z Badan Pemberdayaan Masyarakat yang melakukan pengumpulan

data dalam mengisi profil desa, dimana mekanisme perolehan data

dilakukan melalui pembentukan Pokmas (Kelompok Masyarakat) yang berada disetiap dusun, selanjutnya diolah ditingkat desa, Kecamatan, Kabupaten, dan Propinsi

z PDAM yang melakukan pengumpulan data pelanggan air minum yang dilayaninya, dimana Perpamsi melakukan pengelolaan data AMPL yang meliputi data administratif dan teknis PDAM, termasuk cakupan pelayanan, yang dipublikasikan dalam Direktori Perpamsi

z Bappeda yang melakukan konsolidasi data yang dikumpulkan oleh dinas terkait, mekanisme perolehan data dilakukan melalui permintaan dari masing-masing instansi terkait menurut bidangnya masing-masing. Bappeda berperan sebagai koordinator integrasi data antar sektoral dan mensinergikan pemenuhan data dasar AMPL antar pemangku kepentingan.

z BPS melakukan pendataan sektoral berdasarkan permintaan dan kebutuhan. Adapun prosesnya dapat diperoleh langsung dari instansi yang bersangkutan dan untuk data umum perolehannya melalui mekanisme

dari tingkat desa melalui profil desa, selanjutnya ke petugas BPS di tingkat

kecamatan (Mantri Statistik), kabupaten/kota dan seterusnya ke propinsi

Dari beragamnya kondisi pendataan diatas, maka dirasakan perlunya kesatuan

konsep, definisi dan metodologi pengelolaan data AMPL di daerah, untuk

mendapatkan indikator AMPL sampai wilayah terkecil agar data dapat digunakan sebagai perencanaan, monitoring serta evaluasi capaian pelayanan AMPL.

2.3. Tujuan

(19)

13

2.4. Organisasi Pengelolaan

Sektor AMPL adalah urusan beragam pemangku kepentingan dan telah diuraikan sebelumnya bahwa pengelolaan datanya juga terjadi pada beberapa pemangku kepentingan dengan fokus masing-masing sesuai tupoksi. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengintegrasikan dan mensinergikan urusan sektor AMPL ini yang dimulai dari pengelolaan datanya.

Seiring dengan persoalan kelembagaan yang ada, maka untuk pengelolaan data AMPL ini sebaiknya dilakukan oleh lembaga yang memiliki fungsi koordinasi yang baik, misalnya, lembaga yang melakukan koordinasi pengelolaan data AMPL adalah Kelompok Kerja (Pokja) AMPL. Belajar dari pelaksanaan uji coba yang telah dilaksanakan di Kab. Bangka dan berbagai kajian di beberapa daerah dan kajian literatur, maka organisasi pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

Pokja AMPL adalah lembaga adhoc di daerah yang dibentuk melalui SK Bupati/Walikota/Gubernur yang anggotanya terdiri atas pemangku kepentingan, baik lembaga atau perorangan, baik pemerintah (SKPD) maupun non pemerintah yang memiliki tupoksi, keterlibatan atau keberpihakan pada sektor AMPL.

PENANGGUNGJAWAB

Ketua Pokja AMPL

KETUA PELAKSANA

Anggota Pokja

TIM PELAKSANA

Anggota Pokja

SUPERVISOR LAPANGAN

Bidan Desa/Aparat Desa

SURVEYOR/ENUMERATOR

Kader Posyandu/Karang

SUPERVISOR

Anggota Pokja atau yang Dipandang Mampu

(20)

14

Organisasi pelaksanaan dan pelaksana tersebut tidaklah baku, dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik dan kemampuan masing-masing daerah. Yang penting dari pelaksanaan ini bahwa setiap pemangku kepentingan sepakat untuk koordinasi, sinergi dan integrasi dalam pengelolaan data AMPL.

Pembagian Tugas dalam Pelaksanaan Pengelolaan Data AMPL

Posisi Pelaksana Tugas Pekerjaan

Penanggungjawab Ketua Pokja Penanggungjawab seluruh pelaksanaan pengelolaan data AMPL, Mengkoordinasikan instansi terkait

Ketua Pelaksana

Anggota Pokja (SKPD atau indi-vidu)

Ketua pelaksana dan bertanggungjawab terhadap seluruh pelaksanaan

Tim Pelaksana Anggota Pokja

Mengikuti TOT pengumpulan data

Melakukan pelatihan kepada supervisor dan enumerator Menyediakan dan mengatur logistik

Mengatur jadwal kegiatan dan pelaksanaannya

Melakukan batching (pengelompokan), editing (perbaikan), dan

coding (pengkodean)

Mengikuti pelatihan entry (pengisian) dan analisis data Melakukan entry data

Melakukan analisis data

Menyusun buku publikasi dan pelaksanaan publikasinya

Supervisor

Melakukan supervisi dalam pelaksanaan pengumpulan data Memeriksa kelengkapan kuesioner untuk wilayah kerjanya

sebelum diserahkan ke Tim Pelaksana

Supervisor Lapangan

Bidan Desa atau aparat desa

Mengikuti pelatihan pengumpulan data

Melakukan supervisi dan pendampingan kepada enumerator dalam survei

(21)

15

2.5. Tahapan Kegiatan

Tahapan-tahapan pelaksanaan dalam pengumpulan data AMPL ini secara umum adalah sebagai berikut:

1. Pertama yang harus dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota atau Pokja AMPL adalah melakukan serangkaian pertemuan koordinasi/ lokakarya dengan seluruh pemangku kepentingan guna

(i) mengidentifikasi data dan pendataan

yang telah dilakukan oleh masing-masing pemangku kepentingan, (ii) menggali kesepakatan bersama untuk melakukan pengelolaan data yang sinergis dan terintegrasi, dan (iii) menggalang dukungan pimpinan daerah, baik Bupati/Walikota dan DPRD untuk pelaksanaan pengelolaan data AMPL yang sinergis dan terintegrasi.

2. Kedua adalah menyepakati dan menetapkan Tim Pelaksana dan melakukan kegiatan-kegiatan persiapan. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa Tim Pelaksana ini haruslah multistakeholder, tidak hanya dari satu SKPD saja dan idealnya dipilih dari unsur-unsur anggota Pokja AMPL. Setelah Tim Pelaksana terbentuk, selanjutnya Tim Pelaksana melakukan kegiatan-kegiatan persiapan yang meliputi:

z Penyiapan sumberdaya;

z Pembagian tugas;

z Penyusunan rencana kegiatan dan jadwal

3. Ketiga adalah TOT Tim Pelaksana. Pokja AMPL dan WASPOLA Facility akan memfasilitasi pelaksanaan TOT Tim

Bagaimana melakukan

pengelolaan data AMPL

Proses dalam melakukan pendataan AMPL adalah sebagai berikut

1. Membangun kesepakatan dan komitmen semua pihak (-SKPD-SKPD)

2. Menggalang dukungan pimpinan

1. Menetapkan Tim Pelaksana dari unsur-unsur Pokja AMPL 2. Menyiapkan sumberdaya dan

penyepakatan jadwal

1. ToT pendataan lapangan kepada Tim Pelaksana

2. Perbaikan kuesioner jika diperlukan

1. Survei lapangan oleh Pencacah 2. Supervisi oleh Tim Pelaksana/Pokja

AMPL

Pelatihan Aparat Pencacah (Enumerator) oleh Tim Pelaksana didampingi Pokja AMPL Nasional dan WASPOLA

Cleaning dan Entry Data oleh Tim Pelaksana

Pelatihan Pengolahan/Analisis Data

Penyusunan Buku Kondisi AMPL

Publikasi data, misalnya melalui diskusi publik atau peluncuran buku Pengolahan/Analisis Data

(22)

16

Pelaksana ini. Penjelasan lebih rinci kegiatan ini dapat dicermati pada buku 4 dari Panduan ini. Selesai TOT, selanjutnya Tim Pelaksana segera menyusun rencana persiapan pengumpulan data yang meliputi (i) revisi kuesioner jika diperlukan, (ii) rekrutmen supervisor dan enumerator, (ii) pengumpulan data sekunder untuk perencanaan survei, (iii) perencanaan jadwal pelatihan enumerator dan supervisor, dan (iv) perencanaan jadwal survei.

4. Keempat adalah pelatihan kepada aparat pendata lapangan (surveyor/ enumerator) dan supervisor pengumpulan data. Pelatihan ini sepenuhnya dilaksanakan oleh Tim Pelaksana, namun akan diberikan pendampingan dari Pokja AMPL dan WASPOLA Facility. Segala hal yang menyangkut materi dan modul pelatihan disiapkan secara mandiri oleh Tim Pelaksana, karena harus disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik lokal.

5. Kelima adalah melakukan survei rumah tangga. Kegiatan ini dilaksanakan setelah pelatihan selesai dan idealnya segera tanpa ada jeda waktu lama. Survei dilaksanakan oleh Enumerator dengan supervisi dari Supervisor lapangan. Enumerator dan Supervisor yang tidak mengikuti pelatihan tidak boleh melakukan survei, karena akan mengurangi akurasi dan validitas data. Tim Pelaksana harus pula melakukan supervisi untuk menjamin validitas data sekaligus untuk memahami kondisi-kondisi lapangan berkaitan dengan sektor AMPL.

6. Setelah semua kuesioner terkumpul di Supervisor, selanjutnya diserahkan ke Tim Pelaksana untuk proses batching dan editing. Diperlukan petugas khusus untuk proses batching dan editing ini, karena memerlukan ketelitian dan ketekunan. Pelaksana supervisi di lapangan dianjurkan terlibat sebagai petugas batching dan editing, karena menguasai persoalan lapangan. Pada proses ini, umumnya diperlukan juga kegiatan kunjungan secara sampel acak ke rumah tangga responden untuk melakukan review dan evaluasi dari pelaksanaan survei melalui Focus

Group Discussion (FGD) bersama responden-enumerator-supervisor.

(23)

17

untuk entry data dapat disiapkan oleh Pokja AMPL dan WASPOLA Facility, atau dibuat bersama-sama dengan Tim Pelaksana.

8. Entry data dan proses cleaning data dilaksanakan secara mandiri oleh Tim Pelaksana. Umumnya proses entry data dapat dilakukan dengan cepat, karena relatif mudah dan tidak banyak data yang harus diinput dengan rata-rata waktu 5-10 menit per satu buku kuesioner. Cleaning

data merupakan proses yang memerluka ketelitian dan dilakukan secara

iterasi, mulai dari proses pencermatan sepintas-keseluruhan, identifikasi

kesalahan, koreksi data, dan kemudian kembali proses berulang dengan

menggunakan kriteria dari kesalahan yang teridentifikasi maupun yang

mungkin terjadi.

9. Pelatihan berikutnya adalah tentang analisis data. Tim Pelaksana akan diberikan pelatihan mengenai analisis data dari Pokja AMPL dan WASPOLA Facility. Umumnya pelatihan ini bisa digabungkan pelaksanaannya dengan pelatihan entry dan cleaning data, tergantung ketersediaan waktu dan materi pelatihan tambahan yang dibutuhkan oleh Tim Pelaksana.

10. Tim Pelaksana selanjutnya melakukan pemrosesan dan analisis data secara mandiri. Diperkirakan proses analisis membutuhkan waktu sekitar 1-2 bulan.

11. Penyusunan buku publikasi kondisi AMPL Kabupaten/Kota merupakan proses yang bisa dilaksanakan seiring dengan proses analisis data. Tim Pelaksana menyusun buku ini secara mandiri, sementara Pokja AMPL dan WASPOLA Facility akan membantu mereview buku sebelum dipublikasikan.

(24)

18

2.6. Jadwal Pelaksanaan

Jadwal pelaksanaan, dengan menyesuaikan tahapan-tahapan pelaksanaan dalam pengelolaan data AMPL secara umum adalah sebagai berikut:

Jadwal Pelaksanaan Pengelolaan Data AMPL

Kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

Pelatihan Cleaning & Entry Data

Cleaning & Entry Data Pelatihan Pengolahan & Analisis

Analisis Data

Penyusunan Buku AMPL

Publikasi Buku

Jadwal tersebut tentu saja dapat berubah menyesuaikan dengan kesiapan dan ketersediaan sumber daya yang ada di masing-masing daerah.

2.7. Jenis Data

Dalam buku panduan ini, jenis-jenis data yang dikumpulkan adalah data untuk sektor AMPL yang meliputi:

a. Sumber Air Minum: Akses dan Sarana

b. Pembuangan Tinja/Jamban: Akses dan Sarana

c. Pembuangan Limbah Cair: Akses dan Sarana

d. Pembuangan Sampah: Akses dan Sarana

2.8. Periode Pendataan

(25)

19

itu pula. Perubahan dan perkembangan kondisi lapangan tidak akan diketahui jika tidak dilakukan pendataan ulang.

Dianjurkan untuk pendataan ulang dilakukan dengan definisi dan prosedur yang sama, meskipun seringkali diperlukan perubahan definisi oleh karena

perubahan standar pelayanan AMPL ataupun akibat perubahan kebutuhan

variabel. Pada kondisi diperlukannya perubahan definisi, maka harus diberikan penjelasan pada data yang baru tentang perubahan-perubahan definisi

yang dilakukan. Demikian pula jika terjadi perubahan sampling frame pada pengumpulan data yang menggunakan metode survei, maka perubahan-perubahan tersebut juga harus dijelaskan secara rinci untuk menghindari kesalahan atau bias pada saat analisis dan penyimpulan.

Tidak ada periode yang baku dalam pendataan ulang. Pertimbangan yang umum digunakan dalam melakukan pendataan ulang umumnya adalah persoalan sumberdaya, baik manusia, waktu dan terutama sekali pembiayaan. Untuk pendataan akses layanan AMPL ini, berlandaskan cepatnya perubahan yang terjadi di lapangan dan faktor permbiayaan, maka idealnya dilakukan sebagai berikut:

Tahun Ke Sensus Sampel Data Dihasilkan

0 (nol) Seluruh Rumah Tangga Rumah Tangga Sampel Data dasar 3 (tiga) Rumah Tangga Sampel Rumah Tangga Sampel

dengan jumlah lebih kecil

Data update untuk monitoring dan evaluasi

5 (lima) Seluruh Rumah Tangga Rumah Tangga Sampel Data update lengkap

Namun apabila sumberdaya tidak memungkinkan, maka pendataan ulang dapat dilakukan dengan periode berikut:

Tahun Ke Sensus Sampel Data Dihasilkan

0 (nol) Seluruh Rumah Tangga Rumah Tangga Sampel Data dasar 5 (lima) Rumah Tangga Sampel Rumah Tangga Sampel

dengan jumlah lebih kecil

Data update untuk monitoring dan evaluasi

(26)
(27)

3 Panduan

Pengumpulan

Data Ampl

Daerah

3.1. Tahapan Pengumpulan Data

Tahapan-tahapan pelaksanaan dalam pengumpulan data AMPL ini secara umum adalah sebagai berikut:TOT pengumpulan data adalah kegiatan pertama yang dilakukan setelah Tim Pelaksana ditetapkan.

TOT ini dilaksanakan selama minimal 2 hari efektif dengan pelatih dari Pokja AMPL-WASPOLA Facility. Materi-materi dalam pelatihan meliputi :

z Konsep pengelolaan data AMPL

z Kuesioner dan cara-cara pengisian

z Mekanisme pengumpulan data

z Cara-cara wawancara

z Simulasi survei

z Simulasi pelatihan

(28)

22

Panduan pengelolaan data

ToT Tim Pelaksana pengelolaan

data Evaluasi kuesioner

Perbaikan kuesioner

Ya Tidak

Penyusunan modul pelatihan Supervisor dan Enumerator

Rekrutmen Supervisor dan Enumerator

Perbaikan

A

(29)

23

Pelatihan Supervisor dan Enumerator

Sosialisasi ke masyarakat Pembagian blok survei dan

jumlah kuesioner

Survei rumah tangga oleh Enumerator Daftar blok survei dan jumlah

kuesioner

Perbanyakan kuesioner

Penyerahan kuesioner kepada Supervisor

Pemeriksaan dan editing oleh Supervisor

A

B

D

(30)

24

Ya

Tidak

Tidak

Tidak Ya

Ya

Konfirmasi langsung ke Enumerator

Survey ulang dengan pendampingan Pemeriksaan dan editing oleh

Supervisor

Data lapangan (Kuesioner Terisi)

Batching dan Editing

Lengkap dan benar?

Lengkap dan benar?

Data valid dan akurat?

C

D

(31)

25

No Kegiatan Lokasi Pelaksana Output

1

TOT Tim Pelaksana Pengelolaan Data AMPL

Studio

Pelatih: Pokja AMPL & WASPOLA Peserta: Pokja AMPL daerah (Tim Pelaksana)

Draft final panduan survei

2 Evaluasi & Revisi

kuesioner Studio Tim Pelaksana Final kuesioner

3 Perencanaan survei Studio &

Lapangan Tim Pelaksana

Data nama & luas wilayah, jumlah rumah tangga & penduduk Jadwal survei

4

Penyusunan modul pelatihan Supervisor & Enumerator

Studio Tim Pelaksana Modul pelatihan Supervisor &

Enumerator

5 Rekrutmen Supervisor

& Enumerator

Studio &

Lapangan Tim Pelaksana Daftar Supervisor & Enumerator

6 Perbanyakan

kuesioner Studio Tim Pelaksana

Kuesioner sejumlah yang dibutuhkan untuk survei

7 Pelatihan Supervisor &

Enumerator

Supervisor & Enumerator siap melak-sanakan survei

8 Pembagian blok

survei dan kuesioner Studio Tim Pelaksana

Blok survei dengan petugas Supervisor, Enumerator dan jumlah kuesionernya

9

Sosialisasi kepada masyarakat/ calon responden

Lapangan Tim Pelaksana & Supervisor Calon Responden/Masyarakat

terin-formasi tentang survei

Lapangan Supervisor & Enumerator Kuesioner terisi lengkap dan akurat

11

Pemeriksaan kuesioner oleh Supervisor

Lapangan Supervisor Kuesioner terisi lengkap dan akurat

12

Pengecekan acak Responden oleh Supervisor

Lapangan Supervisor Kuesioner terisi lengkap dan akurat

13

Lapangan Enumerator & Supervisor Kuesioner terisi lengkap dan akurat

14

Batching & Editing

(selengkapnya lihat pada tahapan pemrosesan data)

Studio Tim Pelaksana Kuesioner terurut dan sudah memiliki

kode rumah tangga

Perencanaan survei adalah kegiatan selanjutnya dari Tim Pelaksana, yaitu membuat rencana-rencana pelaksanaan survei yang meliputi:

z Pembagian tugas antar anggota tim pelaksana, diantaranya tugas-tugas logistik, supervisor dan pelatih.

(32)

26

z Menyusun rencana pelaksanaan survei, diantaranya pembagian blok survei, jumlah surveyor/enumerator, jadwal pelatihan dan jadwal pelaksanaan survei.

z Menyusun rencana pelatihan kepada Supervisor Lapangan dan Surveyor/ Enumerator.

Penyusunan modul pelatihan untuk Supervisor dan Enumerator menjadi kegiatan selanjutnya Tim Pelaksana. Penyusunan modul harus disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik daerah, serta rencana pelatihan yang telah disusun.

Rekrutmen Supervisor Lapangan dan Surveyor/Enumerator dilakukan setelah perencanaan survei selesai paralel dengan proses penyusunan modul pelatihan. Dalam perencanaan survei sudah harus ditetapkan siapa yang akan ditugaskan sebagai Supervisor Lapangan dan Surveyor/Enumerator. Bidan Desa dan Kader Posyandu adalah yang paling potensial untuk tugas ini.

Pelatihan kepada Supervisor Lapangan dan Surveyor/Enumerator adalah langkah selanjutnya. Pelatihan dilaksanakan minimal 2 hari efektif dengan pelatih seluruhnya dari Tim Pelaksana yang akan didampingi tim pelatih dari Pokja AMPL-WASPOLA Facility. Materi-materi dalam pelatihan meliputi:

z Mekanisme pengumpulan data

z Kuesioner dan cara-cara pengisian

z Cara-cara wawancara

z Simulasi survei

z Praktek lapangan

Pada saat pelatihan, sangat penting untuk menjelaskan tentang tugas dan kewajiban masing-masing Supervisor dan Enumerator. Tugas-tugas dan kewajiban tersebut, namun tidak hanya terbatas pada hal-hal berikut:

Supervisor:

z Wajib mengikuti pelatihan bagi Supervisor baru atau refreshing bagi Supervisor lama sebelum bertugas

(33)

27

pengendalian

z Menyiapkan peta lokasi survei

z Membuat pembagian wilayah survei dan surveyornya

z Membuat daftar buku kuesioner dan surveyor pemegangnya

z Menyiapkan logistik: kuesioner, peralatan dan perlengkapan survei

z Bertanggungjawab terhadap administrasi dan keuangan tim dan membuat laporannya

z Memeriksa isi kuesioner dan kebenarannya dan mengumpulkannya dari seluruh enumerator/surveyor anggota timnya.

z Jika ada kuesioner yang meragukan, supervisor harus menanyakan kepada enumerator/surveyor dan melakukan pengecekan lapangan jika diperlukan.

z Melakukan pengecekan lapangan secara sampel acak.

z Mengisi pengesahan lembar Supervisor pada setiap kuesioner setelah pemeriksaan dan pengecekan selesai.

z Melakukan pendampingan survei jika diperlukan.

z Menyerahkan seluruh kuesioner hasil survei kepada Tim Pelaksana atau petugas yang ditunjuk.

Enumerator:

z Wajib mengikuti pelatihan bagi Enumerator baru atau refreshing bagi Enumerator lama sebelum bertugas.

z Melakukan survei/wawancara rumah tangga kepada setiap Rumah Tangga (RT) untuk wilayah surveinya.

z Bertanggungjawab terhadap kelengkapan dan kebenaran data/isian seluruh kuesioner hasil surveinya.

z Menyerahkan kuesioner hasil surveinya kepada Supervisor.

(34)

28

Setelah pelatihan, segera dilakukan sosialisasi ke masyarakat tentang akan dilaksanakannya survei AMPL. Sosialisasi dapat dilakukan sendiri oleh Tim Pelaksana dengan dibantu oleh Supervisor atau dapat pula dibantu oleh aparat kecamatan dan desa/ kelurahan. Setelah sosialisasi dan masyarakat mengetahui tentang adanya survei, maka survei lapangan dengan melakukan wawancara ke rumah tangga dapat dilakukan. Pada pelaksanaan survei/wawancara, beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain:

z Buat suasana santai & kekeluargaan

z Jelaskan maksud dan tujuan

z Konsentrasi dan kesiapan responden

z Lakukan Pengumpulan Informasi

z Sikap pewawancara:

− Berpakaian rapi/sesuai

− Rendah hati dan rasa hormat

− Ramah dan langsung kepada pertanyaan, tidak bertele-tele atau berbelit-belit

− Pendengar yang baik

− Tidak meremehkan/tidak berprasangka

z Perhatikan waktu pertemuan (durasi), karena jika terlalu lama akan membuat responden jengkel dan menjawab dengan asal.

z Ucapkan terima kasih dan perjanjian kembali bila masih diperlukan

z Mencatat proses wawancara

− Lama/durasi

− Sikap dan penerimaan responden

z Merapikan kembali hasil wawancara dengan lengkap

z Melaporkan hasilnya kepada supervisor

z Mendiskusikan hasil dengan sesama pewawancara

(35)

29

z Melaporkan hal-hal yang tidak diharapkan

− Gangguan keamanan

− intimidasi

Enumerator harus memeriksa kembali buku kuesioner yang telah selesai dan mengisi daftar isian tentang survei pada halaman cover, yaitu nama, tanggal dan jam mulai, dan tanggal dan jam selesai, serta tanda tangan. Apabila telah selesai, kuesioner selanjutnya diserahkan kepada Supervisor.

Kuesioner yang telah terisi dari hasil survei para Enumerator selanjutnya dikumpulkan ke Supervisor dan dilakukan pemeriksaan kelengkapan dan editing jika diperlukan. Supervisor harus memeriksan setiap jawaban pada setiap kuesioner dan jika ditemukan ketidak wajaran atau isian yang kosong atau tidak jelas segera melakukan crosscheck kepada Enumerator dan bahkan seringkali perlu dilakukan pengecekan ulang ke lapangan bersama Enumerator.

Selain melakukan pemeriksaan terhadap seluruh isian jawaban pada setiap kuesioner, Supervisor juga perlu melakukan pengecekan lapangan secara sampel acak untuk memeriksa akurasi dan validitas Enumerator. Kadang-kadang ada Enumerator yang melakukan kesalahan berulang atau bersifat sistematis, sehingga kontrol Supervisor sangat penting untuk dilakukan.

Supervisor harus mengisi daftar isian tentang pemeriksaan buku kuesioner pada buku kuesioner yang telah selesai diperiksa pada halaman cover, yaitu nama, tanggal dan mulai pemeriksaan, tanggal dan mulai selesai, serta tanda tangan. Apabila dilakukan pengecekan lapangan secara sampel acak, juga harus melengkapi daftar isian pada bagian pengecekan lapangan dengan item

isian yang sama.

(36)

30

3.2. Jenis Data

Dalam buku panduan ini, jenis-jenis data yang dikumpulkan adalah data untuk sektor AMPL yang meliputi :

a. Sumber Air Minum: Akses dan Sarana

b. Pembuangan Tinja/Jamban: Akses dan Sarana

c. Pembuangan Limbah Cair: Akses dan Sarana

d. Pembuangan Sampah: Akses dan Sarana

3.3. Kuesioner dan Cara Pengisian

3.3.1. Kuesioner

Format kuesioner untuk rumah tangga dapat dilihat pada lampiran.

Format kuesioner disusun berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan bersama dengan Pokja AMPL Kabupaten Bangka. Dengan format kuesioner tersebut sudah teruji bahwa survei dan pemrosesan datanya dapat dilakukan dengan mudah dan cepat. Namun, pada buku ini juga disajikan bentuk/format dan cara-cara pembuatan kuesioner sebagai bahan pertimbangan.

Bentuk atau format kuesioner bisa berupa:

z Tabel

z Checklist

z Kalimat pertanyaan berurut

Masing-masing penggunaannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan kemudahan pada saat survei dan pemrosesan nantinya. Juga penggunaannya dapat berupa kombinasi dari ketiga bentuk tersebut, tidak harus kaku dengan satu bentuk saja.

Cara-cara pembuatan pertanyaan dalam kuesioner yang perlu diperhatikan adalah:

(37)

31

z Pertanyaan Sensitif; pertanyaan yang sensitif harus dihindari, kecuali memang relevan dengan tujuan studi, misalnya tentang perilaku sex, kelompok minoritas dan lain-lain yang mengundang kemarahan atau kekesalan responden.

z Pertanyaan Mengarahkan; pertanyaan yang mengarahkan sehingga responden akan menjawab tertentu harus dihindarkan. Pertanyaan harus disusun dengan kalimat yang netral, sehingga responden terbuka dan bisa menjawab sesuai dengan pendapat atau pengetahuannya. Sebagai contoh pertanyaan berikut: Presiden pada pidato kenegaraan 16 Agustus lalu menyampaikan bahwa kita telah berhasil dalam pembangunan, apakah anda setuju bahwa pembangunan di Indonesia telah berhasil ?

z Pertanyaan Berganda; pertanyaan yang menanyakan beberapa hal tidak boleh digunakan, jadi pertanyaan haruslah tunggal tentang suatu masalah. Misalnya: apakah anda BAB di jamban, sementara jika sedang di kebun BAB di tanah dengan menggali? Pertanyaan seperti ini akan menyulitkan responden dalam menjawab dan nantinya juga akan menyulitkan dalam analisisnya.

z Pertanyaan Menakut-nakuti; pertanyaan yang sifatnya menakut-nakuti dan akhirnya menyulitkan responden dalam menjawab tidak boleh dipergunakan. Misalnya: Di kampung ini ada orang yang suka menghasut dan mengancam, tolong sebutkan dengan jujur siapa sajakah orang-orang tersebut?

Bentuk pertanyaan ada tiga, yaitu (i) pertanyaan tertutup, (ii) pertanyaan terbuka dan (iii) kombinasi pertanyaan tertutup dan terbuka.

(38)

32

Keuntungan dan Kerugian Pertanyaan Tertutup

Keuntungan Kerugian

Jawaban bersifat standar dan bisa diperbandingkan antar responden.

Responden memberikan jawaban tebakan, meskipun dia tidak memahami permasalahan/pertanyaan.

Jawaban mudah dilakukan coding, bahkan sudah dapat dibuatkan coding sejak pembuatan kuesioner.

Responden frustasi dan asal menjawab atau tidak menjawab, karena tidak tersedia jawaban yang sesuai dengan keinginannya.

Jawaban mudah dianalisis dan diformulasikan. Responden bingung karena terlalu banyak tersedia alternatif jawaban.

Responden lebih mudah dan yakin dalam memberikan jawaban.

Ada kemungkinan tidak diketahui perbedaan pendapat antara responden dan peneliti, karena semua alternatif jawaban disusun oleh peneliti.

Jawaban relatif lebih lengkap, karena sudah dipersiapkan.

Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan dengan jawaban terbuka, yaitu jawabannya belum disediakan oleh peneliti dalam kuesioner. Responden benar-benar bebas sepenuhnya untuk memberikan jawaban dan jawabannya ditulis sesuai dengan apa yang dinyatakan responden pada kuesioner. Keuntungan dan kerugian dari bentuk pertanyaan terbuka antara lain:

Keuntungan dan Kerugian Pertanyaan Terbuka

Keuntungan Kerugian

Jawaban sesuai dengan aspirasi, pengalaman dan pengetahuan responden

Jawaban sangat beragam, sehingga akan menyulitkan dalam coding

Kemungkinan adanya jawaban baru yang belum diketahui peneliti sebelumnya

Proses wawancara akan lama dan sulit, sehingga memerlukan kualifikasi pewawancara handal Sangat tepat untuk jenis pertanyaan mengapa

dan bagaimana

3.3.2. Panduan Pengisian Kuesioner

Ketentuan Penting

Berikut ini beberapa ketentuan penting dalam survei ini:

1. Rumah Tangga; setiap satu rumah tangga adalah unik yang akan

diidentifikasi dari ID dan nama kepala rumah tangganya. Oleh karena itu

(39)

33

2. Buku Kuesioner; setiap satu set buku kuesioner adalah satu kesatuan yang tidak boleh dipisah-pisahkan halamannya. Hal ini berkaitan dengan kondisi no 1 di atas, yaitu untuk menjamin bahwa data tiap Rumah Tangga tidak saling silang dan atau tidak tunggal lagi.

Cara Pengisian Kuesioner dan Definisi-Definisi

Secara umum cara-cara dalam pengisian kuesioner adalah sebagai berikut:

1. Gunakan huruf cetak/kapital/besar untuk jawaban/isian yang membutuhkan tulisan atau angka.

2. Gunakan tanda silang “X” untuk jawaban/isian yang berbentuk kotak

3. Berikan catatan di ruang yang kosong di halaman kuesioner yang sama jika ada hal-hal yang perlu diperhatikan, misalnya kesulitan dalam

klasifikasi atau responden ragu-ragu atau lainnya.

Sedangkan cara-cara pengisian untuk tiap pertanyaan dalam kuesioner dan

definisi-definisi yang digunakan dalam survei ini adalah sebagai berikut:

a. Cover

QC--………. : isi dengan angka/nomor urut mulai dari 1, kemudian 2 dan seterusnya untuk buku kuesioner berikutnya. Penomoran buku kuesioner ini sebaiknya dilakukan sejak sebelum buku kuesioner dibagikan ke supervisor lapangan dan enumerator oleh Tim Pelaksana. Hal ini penting untuk menjamin terdatanya buku kuesioner yang tidak terpakai atau hilang atau salah.

WAKTU PELAKSANAAN SURVEI

MULAI SELESAI

HARI :

TANGGAL :

JAM :

(40)

34

Hari - Mulai : isi dengan hari saat memulai survei untuk buku kuesioner ini Tanggal - Mulai : isi dengan tanggal saat memulai survei untuk buku kuesioner ini Jam - Mulai : isi dengan jam/waktu saat memulai survei untuk buku kuesioner ini Hari - Selesai : isi dengan hari saat menyelesaikan survei untuk buku kuesioner ini Tanggal - Selesai : isi dengan tanggal saat menyelesaikan survei untuk buku kuesioner ini. Jam - Selesai : isi dengan jam/waktu saat menyelesaikan survei untuk buku kuesioner ini Nama Surveyor : isi dengan nama lengkap surveyor

Tanda Tangan : bubuhkan tanda tangan surveyor

WAKTU PELAKSANAAN SUPERVISI

DIPERIKSA PENGECEKAN LAPANGAN MULAI SELESAI MULAI SELESAI HARI

TANGGAL JAM

NAMA SUPERVISOR : TANDA TANGAN :

Hari - Mulai : isi dengan hari saat memulai memeriksa buku kuesioner ini Tanggal - Mulai : isi dengan tanggal saat memulai memeriksa buku kuesioner ini Jam - Mulai : isi dengan jam saat memulai memeriksa buku kuesioner ini Hari - Selesai : isi dengan hari saat selesai memeriksa buku kuesioner ini Tanggal - Selesai : isi dengan tanggal saat selesai memeriksa buku kuesioner ini Jam - Selesai : isi dengan jam/waktu saat selesai memeriksa buku kuesioner ini

Kolom ‘Pengecekan Lapangan’

(41)

35

Hari - Mulai : isi dengan hari saat memulai melakukan pengecekan lapangan untuk buku kuesioner ini

Tanggal - Mulai : isi dengan tanggal saat memulai melakukan pengecekan lapangan untuk buku kuesioner ini

Jam - Mulai : isi dengan jam/waktu saat memulai melakukan pengecekan lapangan untuk buku kuesioner ini

Hari - Selesai : isi dengan hari saat selesai melakukan pengecekan lapangan untuk buku kuesioner ini

Tanggal - Selesai : isi dengan hari saat selesai melakukan pengecekan lapangan untuk buku kuesioner ini

Jam - Selesai : isi dengan jam/waktu saat selesai melakukan pengecekan lapangan untuk buku kuesioner ini

Nama Supervisor : isi dengan nama lengkap supervisor Tanda Tangan : bubuhkan tanda tangan supervisor

LOKASI

RUKUN TETANGGA (RT) : isi dengan nomor RT RUKUN WARGA (RW) : isi dengan nomor RW DUKUH/DUSUN : isi dengan nama Dukuh/Dusun DESA/KELURAHAN : isi dengan nama Desa/Kelurahan

Kondisi Rumah Tangga dan Permukiman

QRT--…………. : isi angka/nomor urut yang sama dengan QC

(42)

36

z ID : isi dengan nomor urut mulai dari 1 untuk tiap buku kuesioner. Perhatikan bahwa tiap buku kuesioner selalu mulai dengan nomor urut 1, tidak merupakan kelanjutan buku kuesioner sebelumnya.

z Nama Kepala Rumah Tangga : isi dengan nama Kepala Rumah Tangga.

z Definisi Rumah Tangga di sini mengikuti definisi yang digunakan BPS.

Ada 2 jenis Rumah Tangga, yaitu (i) Rumah Tangga Biasa, dan (ii) Rumah Tangga Khusus. Rumah Tangga Biasa adalah seseorang atau sekelompok

orang yang mendiami sebagian atau seluruh bangunan fisik/rumah, dan

biasanya makan bersama dari satu dapur. Yang dimaksud dengan makan dari satu dapur adalah mengurus kebutuhan sehari-hari bersama menjadi satu.

Rumah Tangga Biasa ada bermacam-macam bentuk, diantaranya:

z orang yang tinggal bersama istri dan anaknya;

z orang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan dan mengurus makannya sendiri;

z keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan/rumah, tetapi makannya dari satu dapur, asal kedua bangunan sensus tersebut masih dalam satu segmen;

z Rumah Tangga yang menerima pondokan dengan makan (indekos) yang pemondoknya kurang dari 10 orang;

z pengurus asrama, panti asuhan, lembaga permasyarakatan dan sejenisnya yang tinggal sendiri maupun bersama anak, istri serta art lainnya, makan dari satu dapur yang terpisah dari lembaga yang diurusnya;

z masing-masing orang yang bersama-sama menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus tetapi mengurus makannya sendiri-sendiri.

Rumah Tangga Khusus adalah orang-orang yang tinggal di asrama, tangsi, panti

(43)

37

Kepala Rumah Tangga adalah seorang dari sekelompok anggota rumah tangga

yang bertanggung jawab atas kebutuhan sehari-hari rumah tangga tersebut atau orang yang dianggap/ditunjuk sebagai kepala di dalam rumah tangga tersebut.

z Nama Responden: isi dengan nama orang yang memberikan jawaban pada saat survei/wawancara dilakukan.

z Alamat : isi dengan alamat rumah tangga dengan selengkapnya (sebisa mungkin), baik no rumah, nama jalan, RT, RW, Dusun/Dukuh hingga Desa/kelurahan.

z Jumlah Anggota RT : isi dengan jumlah anggota rumah tangga, termasuk dalam kategori anggota rumah tangga adalah seluruh orang yang tinggal di rumah tersebut, meskipun merupakan satu kesatuan keluarga tersendiri. Misalnya anak dengan menantu dan cucunya, kalau tinggal di rumah tersebut maka seluruhnya termasuk dalam kategori anggota rumah tangga bersangkutan. Perhatikan: Kepala Rumah Tangga juga dihitung sebagai anggota rumah tangga.

z Disebut anggota rumah tangga adalah semua orang yang bertempat tinggal di suatu rumahtangga, baik yang sedang berada di rumah pada waktu pencacahan maupun yang sementara tidak berada di rumah. Tamu yang telah tinggal di rumah tangga 6 bulan atau lebih dan tamu yang tinggal di rumah tangga kurang dari 6 bulan tetapi akan bertempat tinggal 6 bulan atau lebih dianggap sebagai anggota rumah tangga.

z Bukan anggota rumah tangga jika anggota rumah tangga tersebut bepergian 6 bulan atau lebih, dan anggota rumah tangga yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan pindah atau akan meninggalkan rumah 6 bulan atau lebih.

z Luas Rumah : isi dengan angka luas rumah/bangunan dalam satuan meter persegi (m2).

z Luas Pekarangan : isi dengan angka luas pekarangan/lahan (luas rumah+halaman) dalam satuan meter persegi (m2).

z Status Kepemilikan : beri tanda silang yang sesuai. Definisi-definisi yang

digunakan adalah:

(44)

38

pekarangan yang bukan miliknya sendiri dan tanpa ada perjanjian sewa atau kontrak dengan pemilik rumah dan pekarangan tersebut. Pemilik rumah bisa orang tua, saudara, teman, lembaga tempat kerja atau lainnya.

− Milik Pemerintah: Rumah Tangga tersebut tinggal di rumah dan pekarangan yang statusnya milik pemerintah, misalnya rumah dinas.

b. Akses dan Sarana Sumber Air Minum Rumah Tangga Pada Musim Penghujan Dan Kemarau

QAM_HK--……… : isi angka/nomor urut yang sama dengan QC

Musim Penghujan

ID Nama Kepala Rumah Tangga

MUSIM PENGHUJAN

z ID: perhatikan bahwa isi ID ini harus sama dengan pada lembar Kondisi Rumah Tangga dan Permukiman.

(45)

39

Permukiman.

z Air Kemasan: beri tanda silang yang sesuai. Definisi Air Kemasan adalah

air yang diproduksi dan didistribusikan oleh suatu perusahaan dalam kemasan botol (500 ml, 600 ml, 1 liter, 1 ½ liter, atau 19 liter) dan kemasan gelas; seperti antara lain air kemasan merk Aqua, Moya, 2 Tang, dan VIT dan air minum isi ulang.

z Leding/Perpipaan: beri tanda silang yang sesuai. Definisi Leding/

Perpipaan adalah air minum yang diperoleh dari sistem perpipaan yang dikelola oleh PAM, PDAM, BPAM, maupun instansi swasta lainnya atau dari hidran umum atau truk tangki air.

z Pompa Tangan: beri tanda silang yang sesuai. Definisi sumur Pompa

Tangan yang Terlindungi adalah seperti gambar berikut dan yang dan jaraknya terhadap bidang resapan jamban terdekat (milik sendiri ataupun milik tetangga) lebih dari 10 meter.

z Sedangkan sumur Pompa Tangan yang Tidak Terlindungi adalah yang emplasemen/pelataran sekitar pompa tidak disemen/diberi pasangan yang kedap resapan dan jaraknya terhadap bidang resapan jamban terdekat (milik sendiri ataupun milik tetangga) kurang dari 10 meter.

z Sumur Gali: beri tanda silang yang sesuai. Definisi Sumur Gali yang

Terlindungi adalah seperti gambar berikut dan jaraknya terhadap bidang resapan jamban terdekat (milik sendiri ataupun milik tetangga) lebih dari 10 meter.

180 cm 180 cm

15 cm 15 cm

(46)

40

Sedangkan sumur gali yang Tidak Terlindungi adalah yang emplasemen/ pelataran sekitar bibir sumur tidak disemen/diberi pasangan yang kedap resapan dan jaraknya terhadap bidang resapan jamban terdekat (milik sendiri ataupun milik tetangga) kurang dari 10 meter, seperti gambar berikut :

z Sumur Bor: beri tanda silang yang sesuai. Definisi Sumur Bor yang

Terlindungi adalah sumur bor yang menggunakan pompa listrik untuk menaikkan airnya, dengan sumber airnya berasal dari air tanah pada

(47)

41

kedalaman di atas 25 meter. Emplasemen/pelataran di sekitar pipa hisap disemen/diberi pasangan kedap resapan dan jaraknya terhadap bidang resapan jamban terdekat (milik sendiri ataupun milik tetangga) lebih dari 10 meter.

z Sedangkan Sumur Bor yang Tidak Terlindungi adalah Sumur Bor yang emplasemen/pelataran di sekitar sumur bor tidak disemen/diberi pasangan yang kedap resapan dan jaraknya terhadap bidang resapan jamban terdekat (milik sendiri ataupun milik tetangga) kurang dari 10 meter.

z Mata Air: beri tanda silang yang sesuai. Definisi Mata Air yang Terlindungi

adalah yang memiliki bangunan pelindung/broncaptering seperti gambar berikut:

Sedangkan Mata Air yang Tidak Terlindungi adalah mata air yang tidak dilengkapi dengan bangunan pelindung. Misalnya dengan cara menampung langsung dari keluarnya air atau hanya dengan pancuran bambu/kayu.

z Penampungan Air Hujan (PAH): beri tanda silang yang sesuai. Definisi

(48)

42

z Status Kepemilikan: beri tanda silang yang sesuai. Definisi-definisi yang

digunakan adalah:

− Milik Sendiri: Jika sarana yang digunakan adalah milik sendiri.

− Milik Tetangga: Jika sarana yang digunakan adalah milik tetangga, baik dengan tujuan untuk digunakan sendiri oleh pemilik atau untuk bersama dengan tetangganya.

− Sarana Umum: Jika sarana yang digunakan adalah yang dibangun oleh pemerintah atau donatur atau bersama-sama dari beberapa rumah tangga dengan tujuan untuk digunakan bersama.

z Sungai/Irigasi: beri tanda silang yang sesuai. Definisi jelas.

z Kolam/Empang/Tebat: beri tanda silang yang sesuai. Definisi jelas.

z Danau: beri tanda silang yang sesuai. Definisi jelas.

Musim Kemarau

Tangan Sumur Gali Sumur Bor Mata Air

(49)

43

Penting:

Perhatikan bahwa pertanyaan-pertanyaan pada lembar kuesioner ini sama dengan pada lembar kuesioner musim penghujan sebelumnya, namun sekali lagi mohon diperhatikan bahwa lembar ini untuk kondisi pada musim kemarau.

Cara pengisian maupun definisi-definisinya adalah sama dengan pada lembar

kuesioner musim penghujan sebelumnya.

c. Akses dan Sarana Pembuangan Tinja & Urine, Akses dan Sarana Pembuangan Limbah Cair (Selain Tinja & Urine), Serta Akses dan Sarana Pembuangan Sampah Rumah Tangga

QJLCS--……… : isi angka/nomor urut yang sama dengan QC

ID

Nama Kepala

Rumah Tangga

AKSES DAN SARANA PEMBUANGAN TINJA DAN URINE

Sist

Definisi: yang dimaksud limbah cair tinja dan urine adalah hanya jenis limbah

rumah tangga yang berupa tinja dan urine, yang merupakan pembuangan langsung dari jamban/kloset.

(50)

44

z Nama Kepala Rumah Tangga: Perhatikan bahwa Nama Kepala Rumah Tangga ini harus sama dengan pada lembar Kondisi Rumah Tangga dan Permukiman.

z Sistem Saluran Limbah: beri tanda silang yang sesuai. Definisi sistem

saluran limbah adalah sistem saluran limbah (riol) skala kota/kawasan yang dibangun dan dikelola oleh Pemda (PDAM) untuk sarana pembuangan tinja dan urine. Rumah Tangga yang menggunakan pelayanan ini tidak lagi menggunakan tangki septik di halamannya.

z Tangki Septik: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah tangga

yang menggunakan tangki septik untuk sarana pembuangan tinjanya. Disebut Tangki Septik jika seluruh permukaan dindingnya (atas-samping-bawah) merupakan dinding yang kedap resapan seperti gambar berikut :

z Cubluk: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah tangga

yang menggunakan cubluk untuk sarana pembuangan tinja dan urinenya seperti gambar berikut. Meskipun dinding pembuangannya telah diberi pasangan bata dan disemen sehingga kedap, namun jika bagian bawahnya tidak, maka termasuk kategori cubluk.

z Status Kepemilikan: beri tanda silang yang sesuai. Definisi-definisi yang

digunakan adalah:

z Milik Sendiri: Jika sarana yang digunakan adalah milik sendiri.

Bak Ventila

Pipa Pipa

Lap.

(51)

45

z Milik Tetangga: Jika sarana yang digunakan adalah milik tetangga, baik dengan tujuan untuk digunakan sendiri oleh pemilik atau untuk bersama dengan tetangganya.

z Sarana Umum: Jika sarana yang digunakan adalah yang dibangun oleh pemerintah atau donatur atau bersama-sama dari beberapa rumah tangga dengan tujuan untuk digunakan bersama.

z MCK Umum: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah tangga

yang menggunakan MCK umum (komunal) untuk sarana pembuangan tinja dan urinenya.

z Kolam/Sawah: beri tanda silang yang sesuai. Definisi jelas.

z Sungai/Irigasi: beri tanda silang yang sesuai. Definisi jelas.

z Kebun/Lahan Terbuka: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah

rumah tangga yang menggunakan lahan terbuka seperti halaman atau pekarangan atau kebun atau tanah kosong untuk sarana pembuangan tinja dan urinenya, baik dengan digali kemudian ditutup maupun tidak.

z Lainnya: sebutkan jenisnya. Definisi adalah rumah tangga yang

(52)

46

Akses dan Sarana Pembuangan Limbah Cair Bukan Tinja dan Urine

AKSES DAN SARANA PEMBUANGAN LIMBAH CAIR BUKAN TINJA & URINE

Sistem Saluran Limbah

Saluran Terbuka/

Got Sungai/Irigasi Kolam/Empang

Kebun/Lahan

Terbuka Danau/Kolong Lainnya

Definisi: yang dimaksud limbah cair bukan tinja dan urine adalah seluruh jenis

limbah rumah tangga yang bukan tinja dan urine, termasuk dalam kategori ini adalah buangan bekas mandi, cuci dan memasak.

z ID: perhatikan bahwa isi ID ini harus sama dengan pada lembar Kondisi Rumah Tangga dan Permukiman.

z Nama Kepala Rumah Tangga: Perhatikan bahwa Nama Kepala Rumah Tangga ini harus sama dengan pada lembar Kondisi Rumah Tangga dan Permukiman.

z Sistem Saluran Limbah: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah

rumah tangga yang menggunakan sistem saluran limbah (riol) skala kota/ kawasan yang dibangun dan dikelola oleh Pemda (PDAM).

z Saluran Terbuka/Got: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah

rumah tangga yang menggunakan saluran terbuka/got di sekitar rumah untuk sarana pembuangan limbah cairnya.

z Sungai/Irigasi: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah

tangga yang menggunakan sungai atau saluran irigasi untuk sarana pembuangan limbah cairnya.

z Kolam/empang: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah

tangga yang menggunakan kolam atau empang atau sawah di sekitar rumah untuk sarana pembuangan limbah cairnya.

(53)

47

rumah tangga yang menggunakan kebun atau halaman atau pekarangan atau tanah kosong di sekitar rumah untuk sarana pembuangan limbah cairnya, dan umumnya dibiarkan tergenang.

z Danau: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah tangga yang

menggunakan danau atau waduk untuk sarana pembuangan limbah cairnya.

z Lainnya: sebutkan jenisnya. Definisi adalah rumah tangga yang

menggunakan sarana pembuangan limbah cairnya tidak termasuk kategori-kategori tersebut di atas, misalnya pantai atau lainnya.

Akses dan Sarana Pembuangan Sampah

AKSES DAN SARANA PEMBUANGAN SAMPAH

TPS Diangkut

z ID: perhatikan bahwa isi ID ini harus sama dengan pada lembar Kondisi Rumah Tangga dan Permukiman.

z Nama Kepala Rumah Tangga: Perhatikan bahwa Nama Kepala Rumah Tangga ini harus sama dengan pada lembar Kondisi Rumah Tangga dan Permukiman.

z Diangkut Petugas: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah

tangga yang buangan sampahnya (limbah padat) diambil oleh petugas, dan juga termasuk yang dilakukan sendiri oleh anggota rumah tangga, untuk dibuang di tempat penampungan sementara (TPS) atau tempat pembuangan akhir (TPA).

(54)

48

rumah tangga yang buangan sampahnya (limbah padat) di tempat penampungan sementara (TPS) dan tidak diambil oleh Petugas.

z Diolah: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah tangga yang

melakukan pemilahan dan pemrosesan terhadap sampahnya, misalnya dengan melakukan komposting atau lainnya.

z Ditimbun& Dibiarkan: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah

rumah tangga yang membuang sampahnya ke dalam lobang dan kemudian dibiarkan tetap terbuka.

z Ditimbun & Ditutup Tanah: beri tanda silang yang sesuai. Definisi

adalah rumah tangga yang membuang sampahnya ke dalam lobang dan kemudian ditimbun dengan tanah (sanitary landfill).

z Dibakar: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah tangga

yang membuang sampahnya dengan dibakar atau ditimbun dahulu kemudian dibakar.

z Sungai/Saluran: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah

tangga yang membuang sampahnya ke sungai atau saluran irigasi atau saluran terbuka di sekitar rumah.

z Kolam/Empang: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah

tangga yang membuang sampahnya ke kolam atau empang atau sawah.

z Danau: beri tanda silang yang sesuai. Definisi adalah rumah tangga yang

membuang sampahnya ke danau atau waduk.

z Lainnya: sebutkan jenisnya. Definisi adalah rumah tangga yang

membuang sampahnya tidak termasuk kategori-kategori tersebut di atas, misalnya pantai atau laut atau lainnya.

3.4. Mekanisme Pengumpulan Data

Pada dasarnya mekanisme pengumpulan data dalam buku panduan ini akan mendorong aktor-aktor di atas untuk tetap meneruskan kegiatan pendataan yang telah dilakukannya. Tetapi dengan tambahan variabel data yang diperlukan oleh sektor AMPL dalam rangka monitoring, yang mengacu kepada

Joint Monitoring Program UNICEF-WHO-Pemerintah.

(55)

49

1. Registrasi, yaitu dengan mengumpulkan data yang telah ada pada suatu instansi atau lembaga, baik yang dilakukan secara rutin atau insidentil oleh instansi atau lembaga bersangkutan. Misalnya tentang data pelanggan PDAM dan konsumsi air per bulannya.

2. Survei, yaitu dengan mengumpulkan data langsung dari lapangan dengan menggunakan kuesioner atau cheklist. Ada 2 jenis survei yang dapat dilakukan, yaitu:

a. Sensus

b. Sampling

Kedua cara tersebut dapat dipilih salah satu atau dilakukan keduanya disesuaikan dengan kebutuhan dan kendala yang dihadapi. Misalnya kebutuhan akan jenis data atau variabel data tertentu, kemudian juga mempertimbangkan kendala-kendala waktu, biaya dan kerumitan pengelolaan pengumpulannya.

3.4.1. Registrasi

Yang dilakukan adalah pencatatan jenis sarana yang digunakan oleh penduduk di seluruh kabupaten dengan cara melakukan pendataan berdasarkan catatan yang ada pada tingkat Rukun Tetangga atau Rukun Warga/Dukuh/Dusun. Pencatatan dimulai dari tingkat RT, kemudian Rukun Warga atau Dusun. Dari tingkat RW data dikumpulkan di tingkat Desa. Dari tingkat Desa data dikumpulkan di tingkat kecamatan. Dari tingkat kecamatan data dikumpulkan di tingkat kabupaten. Sebagai contoh dapat dilihat alur proses dibawah ini.

3.4.2. Survei

Survei dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu Sensus dan Sampling. Metode sensus adalah dengan melakukan survei kepada seluruh rumah tangga (populasi) yang ada, sementara sampling dengan melakukan survei terhadap beberapa rumah tangga sampel yang diasumsikan dapat mewakili kondisi seluruh rumah tangga (populasi). Untuk sensus tentu saja tidak diperlukan penjelasan lagi, sementara untuk sampling ada beberapa pilihan yang bisa dipilih dari beberapa teknik sampling di bawah ini.

Metode pengambilan sampel terdiri dari dua, yaitu probability sampling dan

non-probability sampling. Menurut Berenson (2006: 243), non-probability

(56)

50

dan kemudahan. Namun, jika membutuhkan keakuratan yang tinggi sebaiknya menggunakan probability sampling. Non-probability sampling mengakibatkan penyimpangan (bias) yang tinggi dan cenderung tidak dapat mewakili populasi yang sedang diteliti.

a. Sensus

Sesuai dengan metode sensus, maka setiap rumah tangga akan diwawancara dengan menggunakan buku kuesioner. Guna menjamin reliabilitas dan validitas data, maka sebaiknya pelaksanaan wawancara dilakukan oleh seorang petugas survei untuk satu batas wilayah RW atau Dukuh atau Dusun.

b. Sampling

Kerangka Sampling

Ada 3 satuan sampling yang akan dilakukan, jika survei cakupan pelayanan AMPL ini dilakukan melalui survei sampel. Satuan sampel pertama adalah wilayah administrasi desa atau kelurahan. Satuan sampel kedua adalah RW/ Dukuh yang ada di dalam setiap desa/ kelurahan, sedang yang ketiga adalah Rumah Tangga.

Pada batas wilayah Kabupaten/Kota, daftar desa atau kelurahan mudah di dapat, baik dari Pemerintah Kabupaten/Kota sendiri ataupun dari BPS. Disarankan untuk menggunakan data yang bersumber dari BPS mengingat masing-masing desa/kelurahan di seluruh Indonesia telah memiliki nomor identitas (ID) yang unik. Terjadi kemungkinan ada desa/ kelurahan yang belum masuk dalam daftar data BPS, yang biasanya desa/kelurahan tersebut adalah hasil pemekaran terbaru. Dalam kasus demikian, maka desa/kelurahan baru tersebut perlu diberikan ID baru dengan tetap menggunakan kaidah-kaidah yang dipergunakan BPS. Demikian pula untuk daftar RW untuk tiap satuan sampel desa/kelurahan akan mudah diperoleh dari kantor desa/kelurahan bersangkutan. Sementara untuk satuan sampel RT/KK daftarnya dapat diperoleh dari kantor RW atau RT (Rukun Tetangga) bersangkutan.

(57)

51

sesuai kategori tersebut untuk tiap Kabupaten/kota bisa dibuat. Pemilahan ini mengikuti metode stratified random sampling, sehingga untuk desa perkotaan adalah populasi pertama (N1) sedang untuk desa perdesaan adalah populasi kedua (N2).

Penarikan Sample

Pertama adalah penarikan sample untuk desa/kelurahan sejumlah ‘n’ desa/ kelurahan sample yang dilakukan dengan metode Systematic Sampling. Dari ‘n’

sample tersebut selanjutnya dilakukan penarikan sample untuk desa perkotaan

‘n1’ dan desa perdesaan ‘n2’ dengan metode Probability Proportional to Size.

Kedua adalah penarikan sample untuk RW/Dukuh sejumlah ‘nrw’ yang dilakukan dengan metode Systematic Sampling untuk tiap-tiap desa/kelurahan

sample.

Ketiga adalah penarikan sample untuk rumah tangga sejumlah ‘nrt’ yang dilakukan dengan metode Systematic Sampling untuk tiap-tiap RW/Dukuh

sample.

Jumlah Sample

Penentuan jumlah sample desa yang akan disurvei di tiap Kabupaten/Kota dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:

dimana

(58)
(59)

4 Panduan

Pemrosesan,

Analisis dan

Publikasi

Data

4.1. Pemrosesan Data

Secara umum kegiatan pemrosesan data mencakup tahap-tahap proses kerja sebagai berikut:

a. Receiving dan Batching

b. Editing dan Coding

c. Pembuatan program entry data

d. Entry Data

e. Cleaning Data

Panduan ini akan membahas kegiatan mulai dari receiving

dan batching sampai dengan tabulasi. Proses kegiatan ini harus dapat dilakukan di daerah.

Skema proses kerja yang akan dibahas adalah seperti pada diagram di bawah ini.

Gambar

Grafik garis biasanya digunakan dalam analisis deret waktu. Pada grafik garis terdapat sumbu mendatar (x) dan sumbu horizontal (y) serta garis yang menunjukkan gerakan data

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Aksi Daerah Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Tahun 2017-2021 yang selanjutnya disingkat RAD AMPL adalah dokumen operasional kebijakan daerah

Rencana Aksi Daerah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan selanjutnya disingkat dengan RAD AMPL adalah dokumen operasionalisasi kebijakan Daerah jangka menengah dalam

RAD -AMPL Kabupaten Cirebon Tahun 2016 - 2020 berperan sebagai rencana pengembangan kapasitas daerah untuk perluasan program pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan

KESATU : Membentuk Tim Updating Data Air Minum Penyehatan Lingkungan Kota Pariaman Tahun 2018 untuk pengelolaan data Air Minum Penyehatan Lingkungan di Kecamatan

RAD AMPL Kabupaten Musi Rawas berperan sebagai rencana pengembangan kapasitas daerah untuk perluasan program pelayanan air minum dan penyehatan lingkungan serta

Rencana Aksi Daerah Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan selanjutnya disingkat dengan RAD AMPL adalah dokumen operasionalisasi kebijakan daerah

Rencana Aksi Daerah Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang selanjutnya disingkat RAD-AMPL, adalah dokumen operasionalisasi kebijakan daerah jangka menengah

Rencana Aksi Daerah Penyediaan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan selanjutnya disingkat dengan RAD AMPL adalah dokumen operasionalisasi kebijakan daerah jangka menengah