Pedoman Umum Pengembangan Taman Sains dan Teknologi Pertanian |
Lampiran
Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Nomor : 216/Kpts/RC.010/H/05/2016
Tanggal : 31 Januari 2016
PEDOMAN UMUM
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN
TAMAN SAINS DAN TEKNOLOGI
PEDOMAN UMUM
PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN
TAMAN SAINS DAN TEKNOLOGI
PERTANIAN (TSTP)
Penyusun:
Tim Penyusun Pedoman Umum TSTP
Penyunting Ahli:
Prof. Dr. Achmad Suryana, M.Sc. Dr. Ir. Muhammad Prama Yufdy, M.Sc. Ir. Gayatri K. Rana, M.Sc.
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN TAMAN SAINS DAN TEKNOLOGI (TSTP)
Cetakan I 2015 Cetakan II 2016
Hak cipta dilindungi undang-undang
©Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2016
Katalog dalam terbitan
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Pedoman umum pembangunan dan pengembangan taman sains dan teknologi (TSTP)/Tim Penyusun Pedoman Umum TSTP; Penyunting Ahli, Achmad Suryana, Muhammad Prama Yufdy dan Gayatri K. Rana. --Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2016.
x,78 hlm.: ill.; 21 cm
ISBN 978-602-6916-34-1 636.2.034
1. Pedoman Umum 2. Taman Sains Pertanian 3. Taman Teknologi Pertanian
I. Judul II. Tim Penyusun Pedoman Umum TSTP III. Suryana, Achmad IV. Yufdy, Muhammad Prama V. Rana, Gayatri K.
631.17
Penanggung Jawab : Dr. Ir. Muhammad Syakir, M.S. Desain Cover dan Layout : Ifan Muttaqien, S.P., MIT
Achmad Sukriya, S.Ikom Asep Gumelar, A.Md Diterbitkan oleh
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Jalan Ragunan 29, Pasarminggu
Jakarta 12540
Telepon : 021-7806202 Faksimile : 021-7800644
K
ATAP
ENGANTARS
esuai dengan arah Nawa Cita Presiden Republik Indonesia dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dalam era Pemerintahan 2014-2019, Kementerian Pertanian, melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian mulai tahun 2015 berperan aktif dalam membangun dan mengembangkan Taman Sains dan Teknologi Pertanian (TSTP) sebagai sarana akselerasiimpact recognition inovasi pertanian, sekaligus terobosan untuk memperderas arus inovasi pertanian kepada masyarakat.
Tahun 2016, pengembangan Taman Sains Pertanian (TSP) dilakukan di 9 lokasi Kebun Percobaan (5 di antaranya dimulai tahun 2015), sebagai wahana penelitian, pengkajian, pengembangan dan penerapan inovasi pertanian sekaligus show window dan tempat peningkatan kapasitas pelaku pembangunan pertanian termasuk penyuluh dan petani. Sedangkan Taman Teknologi Pertanian (TTP) dibangun di 26 kawasan di 26 kabupaten/kota, sebagai wahana implementasi inovasi aplikatif spesifik lokasi yang matang dari hulu ke hilir dengan melibatkan stakeholders terkait. Disamping itu, dikembangkan pula Taman Sains dan Teknologi Pertanian di kompleks penelitian pertanian Cimanggu Bogor, yang berskala nasional. Taman Sains Pertanian maupun Taman Teknologi Pertanian diharapkan tumbuh dan berkembang dengan mengedepankan kapasitas dan potensi wilayah, sosial budaya dan kearifan lokal masing-masing wilayah.
Keberhasilan pembangunan dan pengembangan Taman Sains dan Teknologi Pertanian tidak terlepas dari kerja keras manajemen dan peran serta Pemerintah Daerah, Perguruan Tinggi dan para
stakeholders terkait. Selamat Bekerja.
Jakarta, April 2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Dasar Hukum 8
Tujuan 11
Sasaran 11
II. PENGERTIAN 13
III. RUANG LINGKUP PENGEMBANGAN TSP DAN TTP 17 IV. METODOLOGI DAN TATA LAKSANA
Perencanaan 25
Pelaksanaan 31
Monitoring dan Evaluasi 34
Pendampingan 36
V. INDIKATOR KEBERHASILAN DAN KEBERLANJUTAN 41
VI. EXIT STRATEGY 45
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Daftar Taman Sains Pertanian sampai
Tahun 2016 21
Tabel 2. Daftar Taman Teknologi Pertanian sampai
Tahun 2015 22
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rancangan Taman Sains dan Teknologi Pertanian 19
Gambar 2. Input, Proses dan Output Taman Sains dan
Teknologi Pertanian 20
Gambar 3. Sistem Pengelolaan TSP dan TTP 27
Gambar 4. Empat Kelompok Pelaksana (quadruple helix) TSTPN, TSP dan TTP Sesuai dengan Peran dan Fungsinya dalam Memperderas Adopsi Inovasi
Pertanian 33
Gambar 5. Tahapan Pengembangan Taman Sains dan
Teknologi Pertanian 33 Gambar 6. Diagram Tahapan Implementasi Program TTP 39 Gambar 7. Konsep Keterkaitan Antar Lembaga dalam
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Indikator Keberhasilan Taman Teknologi
Pertanian (TTP) 47
Lampiran 2. Indikator Keberhasilan Taman Sains Pertanian
(TSP) 49
Lampiran 3. Laporan Indikator Kinerja TSP dan TTP 50 Lampiran 4. Baseline Survey untuk Mendukung Kegiatan
Taman Teknologi Pertanian Badan Litbang
Pertanian Kuesioner Tingkat Desa/Kelompok 51 Lampiran 5. Baseline Survey untuk Mendukung Kegiatan
Taman Teknologi Pertanian Badan Litbang
I.
P
ENDAHULUAN
Latar Belakang
alu lintas produk dan jasa antar negara di era globalisasi tidak lagi memiliki sekat pembatas. Indonesia saat ini harus memiliki strategi dalam menghadapi derasnya produk dan jasa impor di era pasar terbuka globalisasi ekonomi dunia. Strategi utama dalam menghadapi pasar dunia global adalah dengan meningkatkan daya saing produk yang dihasilkan di wilayah Indonesia. Salah satu faktor dalam meningkatkan daya saing adalah sumber daya manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), yang dimanfaatkan dan diterapkan dalam proses produksi dan aktivitas kehidupan masyarakat, khususnya untuk peningkatan nilai tambah.
Lembaga penelitian dan pengembangan termasuk perguruan tinggi merupakan salah satu unsur penghasil iptek dalam bentuk hasil penemuan (invensi). Apabila invensi tersebut dapat mendorong lahirnya produk baru, perbaikan mutu produk yang telah ada, maupun efisiensi proses maka disebut sebagai inovasi. Agar terjadi sebuah inovasi, maka sebuah teknologi hasil penemuan (invensi) harus di-diseminasikan, diadopsi dan diterapkan oleh sektor produksi serta menghasilkan nilai ekonomi1. Oleh karena itu, diperlukan sebuah wahana yang dapat memfasilitasi aliran invensi menjadi inovasi secara lebih efisien dan efektif. Salah satu wahana tersebut adalah Taman Sains dan Teknologi/Science & Techno Park (STP). Di banyak negara maju, seperti Amerika
1
World Bank(2010) memberikan batasan inovasi sebagai berikut: What is not
Serikat, Jerman, China, dan Korea Selatan, keberadaan STP terbukti berhasil mendorong daya saing dan pertumbuhan ekonomi lokal berbasis teknologi. Pertumbuhan ekonomi lokal/daerah secara agregat menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional.
Visi pembangunan Indonesia dalam periode pemerintahan 2014 – 2019 adalah “Terwujudnya Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong”. Penjabaran program untuk tercapainya visi tersebut dituangkan dalam Sembilan Agenda Prioritas atau disebut dengan Nawa Cita, yang salah satunya adalah “Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional”, yang antara lain dijabarkan dalam program membangun sejumlah Taman Sains (Science Park) dan Taman Teknologi (Techno Park).
Salah satu butir lainnya dari Nawa Cita adalah “Meningkatkan Kapasitas Inovasi dan Teknologi”. Sasaran dalam peningkatan Kapasitas Inovasi dan Teknologi di atas, yakni: meningkatnya hasil penyelenggaraan penelitian, pengembangan dan penerapan iptek, meningkatnya dukungan bagi kegiatan iptek termasuk penyediaan SDM, sarana prasarana, kelembagaan, dan jaringan, serta terbangunnya 100 (seratus) Taman Sains dan dan Taman Teknologi (TSTP) atau
Science Techno Park (STP). Pemerintah bertekad untuk membangun 100 TSTP sebagai upaya peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi dalam rangka hilirisasi/komersialisasi hasil-hasil riset domestik.
pengembangan sains dan teknologi maju, (b) Pusat penumbuhan wirausaha baru di bidang teknologi maju, dan (c) Pusat layanan teknologi maju ke dunia usaha dan industri. Lokasi TSTPN untuk pertanian ditetapkan di kawasan penelitian dan pengembangan pertanian di Cimanggu Bogor, Jawa Barat.
Kedua, Taman Sains Pertanian (TSP) yang berada ditingkat provinsi dan dikembangkan di lokasi Unit Pelaksana Teknis (UPT) penelitian atau Kebun Percobaan (KP). TSP diarahkan sebagai: (a) Penyedia pengetahuan teknologi terkini kepada masyarakat, (b) Penyedia solusi solusi teknologi yang tidak terselesaikan di Taman Teknologi (techno park), dan (c) Sebagai pusat pengembangan aplikasi teknologi lanjut bagi perekonomian lokal.
Ketiga, Taman Teknologi Pertanian (TTP) berada di tingkat kabupaten/kota dan dikembangkan di lahan pemda dengan pengembangan pada lahan masyarakat. TTP diarahkan sebagai: (a) Pusat penerapan teknologi untuk mendorong perekonomian di kabupaten/kota, dan (b) Tempat pelatihan, pemagangan, pusat diseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis ke masyarakat luas.
Pada tahun 2015, Kementan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) membangun 1 TSTPN, 5 TSP, dan 16 TTP. Pada tahun 2016, dikembangkan tambahan 4 TSP dan 10 TTP.
Tujuan pengembangan TSTP yang dilaksanakan Balitbangtan Kementan adalah:
Lembaga Pemerintah Non Kementerian (K/L), swasta dan perguruan tinggi kepada masyarakat.
2) Membangun model percontohan pertanian terpadu yang mengintegrasikan komponen usaha dalam suatu sistem agribisnis atau value chains, baik secara vertikal (on farm,
off farm, non farm) maupun antar subsistem/komoditas pertanian.
3) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia petani termasuk pemuda tani, pelaku usaha, dan masyarakat sehingga terampil dalam menerapkan agroteknologi dalam pengembangan agribisnis.
Program pembangunan dan pengembangan TSTP tepat dilaksanakan oleh Balitbangtan karena telah tersedia cukup banyak inovasi teknologi pertanian yang dihasilkan dan siap disebarluaskan kepada masyarakat. Namun demikian, keberhasilan TSP dan TTP dalam menyebarluaskan inovasi teknologi pertanian kepada masyarakat juga bergantung pada dukungan dan komitmen pemerintah daerah, khususnya untuk TTP adalah pemerintah daerah kabupaten/kota yang menjadi lokasi pengembangan TTP. Pengembangan TTP diarahkan untuk menjadi pusat pengembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah dengan menggali dan memperhatikan potensi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi dan mendistribusikan berbagai sumber daya untuk pembangunan pertanian di wilayahnya.
program TSP harus bersifat komplementer dan bukan pesaing atau sesuatu yang berbeda dengan kelembagaan dan program Balai Penelitian (Balit). TSP merupakan subset dari program dan kegiatan Balit dengan tujuan untuk mempercepat pengembangan inovasi teknologi yang sudah hampir matang dan penyampaiannya kepada masyarakat, antara lain melalui TTP. Kegiatan TSP tidak boleh mengganggu kegiatan penelitian yang menghendaki isolasi atau harus steril dari akses masyarakat umum
TTP merupakan wahana penerapan inovasi teknologi langsung di area kawasan lahan pertanian milik pemda dengan areal lahan pengembangan milik masyarakat, yang diarahkan untuk menjadi pusat pertumbuhan ekonomi dari daerah berbagai potensi ekonomi dan ekosistem spesifik lokasi. Proses diseminasi teknologi melalui pelatihan, pendampingan, pemagangan, dan inkubasi menjadi salah satu ukuran kinerja keberhasilan TTP. Dari proses transfer teknologi ini diharapkan terjadi adopsi teknologi unggul baru yang dapat meningkatkan efisiensi dan nilai tambah, dan dapat mencetak para petani dan pengusaha baru yang bergerak di bidang agribisnis.
Pemda kabupaten/kota perlu memiliki komitmen tinggi dan kepemilikan (ownership) atas TTP, karena setelah tiga tahun Balitbangtan melakukan inisiasi pengembangan, maka tahun keempat pemda akan memiliki kendali penuh terhadap keberlanjutannya. Oleh karena itu, pemda kabupaten/kota harus sudah mulai terlibat sejak awal dalam penetapan pusat lokasi kegiatan TTP, perencanaan program dan anggaran, pengalokasian anggaran, penataan organisasi, dan alokasi SDM yang ditugaskan dalam pengelolaan dan pengembangan TTP.
perguruan tinggi, namun pengembangannya ke target area yang lebih luas (hilirisasi) masih terbatas, sehingga perlu upaya khusus dalam pendiseminasiannya. Praktik penyebaran inovasi teknologi di lingkup Balitbangtan selama ini sudah berjalan. Inovasi teknologi yang dihasilkan oleh Pusat/Balai Besar/Balai Penelitian lingkup Balitbangtan dilanjutkan prosesnya oleh BPTP melalui pengkajian atau uji coba spesifik lokasi sehingga cocok dan layak diterapkan bagi pengembangan angribisnis sesuai potesi agroekosistem dan wilayah setempat. Proses diseminasi dilakukan melalui demonstrasi plot atau area percontohan, pelatihan, pemagangan, dan/atau inkubasi, dan selanjutnya ditransfer kepada pengguna. Prinsip percepatan diseminasi teknologi oleh BPTP yang selama ini dilakukan serupa dengan konsep diseminasi dan penerapan teknologi baru melalui pengembangan TTP, perbedaannya adalah keterlibatan pemda yang intensif dan langsung, serta skala pengembangannya yang lebih luas.
Spirit Balitbangtan dalam melakukan penelitian dan pengembangan pertanian tetap menekankan pada aspek semangat dari Science. Innovation. Networks. Dalam proses pengembangan TSP dan TTP, semangat tersebut perlu dilanjutkan dengan Corporation Enterprise pada dua arah pengembangan, yaitu arah pertama korporasi hasil penelitian untuk agro industri (Corporation Enterprise for Agro Industry); dan arah kedua yaitu korporasi hasil-hasil penelitian dan perekayasaan untuk pembangunan pedesaan (Corporation Enterprise for Rural Development). Aspek-aspek yang dimaksud perlu diwujudkan secara nyata dan terintegrasi baik dari sisi
hard technology maupun soft technology.
produktivitas, efisiensi dan daya saing. Teknologi yang diintroduksi harus utuh, dalam arti memiliki kelayakan usaha dan skim bisnis yang menguntungkan.
Setiap TSP dan TTP harus memiliki identitas (identity),
berupa kekhasan dalam inovasi teknologi yang diintroduksi, arah pengembangan, dan sumbangannya bagi pembangunan ekonomi setempat dan nasional. Keterlibatan swasta pada kegiatan TSP dan TTP diperlukan. Khusus TTP, peran swasta mutlak diperlukan selain untuk investasi dalam kegiatan setiap subsistem dalam agribisnis juga dapat berperan menghubungkan sentra produksi dengan pusat pasar dalam
value chains.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diringkaskan keberlanjutan TSP dan TTP akan dapat dicapai apabila dipenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Dukungan Pemda: Untuk TTP adanya dukungan kuat pemda kabupaten/kota berupa komitmen dan ownership
atas pengembangan TTP. Untuk TSP, dukungan pemda provinsi diperlukan guna memudahkan proses pengembangan teknologi dan diseminasinya ke masyarakat luas.
2) Adanya keterlibatan intensif dari perguruan tinggi setempat dan/atau balitbangda sebagai sumber teknologi atau proses diseminasinya.
3) Tersedianya fasilitas dan terselenggaranya kegiatan pelatihan, pemagangan, dan inkubasi bisnis sebagai bagian dari proses diseminasi teknologi kepada para petani dan pengusaha, termasuk petani/pengusaha muda.
5) Tersedianya lahan pemda untuk pusat pengembangan dan infrastruktur dasar untuk pertumbuhan ekonomi wilayah. 6) Berkembangnya organisasi satuan kerja daerah yang
fleksibel, sehingga mampu membuat TTP mandiri, misalnya seperti Badan Layanan Usaha Daerah (BLUD). 7) Terdapatnya manajemen profesional yang mampu
menjalankan program TSP dan TTP sehingga kegiatan ini dapat berkembang, berkelanjutan, profit/revenue center,
dan mandiri.
8) Adanya komitmen jangka panjang dari pemda bagi keberlanjutan TTP yang dicirikan masuknya kegiatan ini dalam RPJMD dan tersedianya alokasi biaya operasional yang kontinu.
Dasar Hukum
1) Undang-Undang (UU) No. 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Pasal 14:
2) UU No. 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian.
Pasal 36:
Ayat (1): Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab dalam pengembangan, peningkatan penguasaan, dan pengoptimalan pemanfaatan Teknologi Industri.
Ayat (2): Pengembangan, peningkatan penguasaan, dan pengoptimalan pemanfaatan Teknologi Industri dilakukan untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, nilai tambah, daya saing, dan kemandirian bidang Industri.
Pasal 42:
Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi: (a) kerja sama penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang Industri antara Perusahaan Industri dan perguruan tinggi atau lembaga Penelitian dan pengembangan Industri dalam negeri dan luar negeri; (b) lembaga penelitian dan pengembangan dalam negeri dan/atau Perusahaan Industri dalam negeri yang mengembangkan teknologi di bidang Industri.
Pasal 43:
3) UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
4) UU No 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang dan PP No 28 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
5) UU No 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Pasal 118 :
Ayat (1) : Penelitian dan pengembangan pangan diarahkan untuk menjamin penyediaan penyimpanan pengolahan dan distribusi pangan agar mendapatkan bahan pangan yang bermutu dan aman di konsumsi bagi masyarakat.
Pasal 119:
Ayat (2): Pemerintah mendorong dan menyinergikan kegiatan penelitian dan pengembangan pangan yang dilakukan oleh pemda, lembaga pendidikan, lembaga penelitian, pelaku usaha dan masyarakat.
Pasal 121:
Pemerintah dan/atau pemda berkewajiban memfasilitasi publikasi, penyebaran, pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian pangan.
6) Peraturan Presiden RI (PP) No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
Dalam inisiatif 1-747 MP3EI disebutkan bahwa salah satu dari empat wahana percepatan pertumbuhan ekonomi adalah Industri berbasis daya dukung daerah (Taman Sains & Teknologi serta Taman Industri).
8) RPJMN 2015-2019 tentang Pembangunan Taman Sains dan Taman Teknologi.
9) Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan Teknologi dengan Menteri Dalam Negeri RI No. 03 Tahun 2012 - 36 Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah.
Pasal 16:
Penataan dunia usaha dilakukan dengan cara:
(a) memanfaatkan hasil-hasil litbang yang menghasilkan barang dan jasa yang memiliki nilai ekonomis, dan
(b) meningkatkan kemitraan dengan lembaga/ organisasi.
Pasal 22: Penataan sumber daya SIDa meliputi: (f) pengembangan sarana dan prasarana iptek.
Tujuan
Pedoman Umum Pengembangan TSP dan TTP ini disusun untuk menyediakan tuntunan dan arahan, serta memberikan kerangka kerja dalam menjabarkan langkah operasional bagi pelaksana dan pemangku kepentingan (stakeholders) TSP dan TTP baik di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota.
Sasaran
II P
ENGERTIAN
Dalam pedoman umum ini, yang dimaksud dengan:
1) Taman Sains dan Teknologi Pertanian Nasional (TSTPN) adalah pusat pengembangan sains dan teknologi pertanian maju serta pusat penumbuhan wirausaha baru di bidang teknologi maju dan Pusat layanan teknologi pertanian maju ke masyarakat.
2) Taman Sains Pertanian (TSP) adalah: (a) Tempat pengembangan invensi bidang pertanian untuk menjadi inovasi yang dilengkapi dengan unit percontohan berskala pengembangan, berwawasan agribisnis hulu-hilir, bersifat holistik dan komprehensif dalam pengembangannya, (b) Tempat kegiatan pengkajian untuk perbaikan teknologi dan perekayasaan kelembagaan pendukung usaha agribisnis untuk mengantisipasi perubahan lingkungan bio-fisik dan sosial ekonomi yang berkembang sangat dinamis, (c) Tempat penciptaan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) oleh peneliti dari lembaga litbang pemerintah, dosen perguruan tinggi, dan pakar teknologi, yang siap diterapkan untuk kegiatan serta pengembangan usaha, (d) penyedia solusi solusi teknologi yang tidak terselesaikan di TTP, (e) sebagai pusat pengembangan aplikasi teknologi pertanian tingkat lanjut bagi pengembangan perekonomian lokal.
pemagangan, inkubasi kemitraan usaha, diseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis ke masyarakat luas. 4) Transfer teknologi adalah proses pembelajaran,
diseminasi, dan penerapan teknologi yang terjadi melalui unit pengembangan TSP dan TTP yang dilakukan secara simultan berbasis Spectrum Diseminasi Multi Channel
(SDMC) dengan memanfaatkan beragam saluran komunikasi baik secara personal, kelompok, maupun massa, secara langsung dengan tatap muka maupun bermedia cetak/tertulis dan elektronis, serta dengan memanfaatkan kelembagaan yang ada.
5) Kegiatan pengembangan teknologi, adalah pengkajian teknologi spesifik lokasi melalui uji kesesuaian terhadap aspek sosial, ekonomi, budaya dan kelembagaan yang selanjutnya dijabarkan ke dalam bentuk penyiapan perumusan kebijakan, bimbingan teknis, dan pendampingan.
6) Pengkajian teknologi pertanian, adalah kegiatan pengujian kesesuaian komponen teknologi pertanian pada berbagai kondisi lahan dan agroklimat untuk menghasilkan teknologi pertanian unggulan spesifik lokasi.
7) Inovasi pertanian adalah hasil penelitian atau pengkajian pertanian yang diterapkan oleh pengguna atau pasar. Inovasi pertanian terdiri atas dua macam, yaitu teknologi keras (hard technology) berupa produk dan prototipe dan teknologi lunak (soft technology) berupa pengetahuan, sistem informasi, dan kelembagaan.
potensi untuk diuji lebih lanjut menjadi teknologi spesifik lokasi.
9) Teknologi pertanian spesifik lokasi, adalah suatu hasil kegiatan pengkajian yang memenuhi kesesuaian lahan dan agroklimat setempat yang mempunyai potensi untuk diuji lebih lanjut menjadi paket teknologi pertanian wilayah. 10) Paket teknologi pertanian, adalah rakitan komponen
teknologi pertanian yang telah melalui berbagai uji kesesuaian lahan dan agroklimat, kondisi sosial, ekonomi, budaya dan kelembagaan setempat.
11) Pengguna teknologi, adalah petani sebagai pelaku utama dan pelaku usaha agribisnis, pengambil kebijakan/birokrat, akademisi/ilmuwan, penyuluh, pengurus dan anggota kelompok tani/gabungan kelompok tani, serta masyarakat umum.
12) Petani, adalah orang yang mengusahakan usaha pertanian (tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, dan peternakan) atas risiko sendiri dengan tujuan untuk dikonsumsi atau untuk dijual, baik sebagai petani pemilik maupun petani penggarap (sewa/kontrak/bagi hasil). Orang yang bekerja di sawah/ladang orang lain dengan mengharapkan upah (buruh tani) bukan termasuk petani.
13) Perdesaan, adalah suatu wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
(R & D) menjadi produk komersial dan lahirnya perusahaan rintisan (start up company). Inkubasi teknologi diarahkan pada kematangan teknologi yang akan dikembangkan melalui proses R & D, prototyping, test produk, dan sertifikasi. Sedangkan Inkubasi bisnis dimulai dari studi kelayakan (feasibility study) bisnis dan penyusunan rencana bisnis (business plan), mediasi bisnis, serta pendanaan awal untuk perusahaan rintisan dan bantuan perluasan pasar.
III R
UANG
L
INGKUP
P
ENGEMBANGAN
TSP
DAN
TTP
Ruang Lingkup Pengembangan TSP dan TTP
TSP dan TTP memiliki proses dan tata laksana yang serupa, karena keduanya merupakan upaya pengembangan dan hilirisasi inovasi teknologi pertanian, yang saling berkaitan. Perbedaannya adalah lokasi TTP berada di kawasan lahan pemda dengan area pengembangan pada lahan petani atau komunitas. Sementara itu lokasi TSP berada di kebun percobaan milik Balitbangtan.
TTP lebih difokuskan pada pemberdayaan masyarakat khususnya petani dan pengusaha usaha kecil, usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) untuk menerapkan inovasi teknologi pertanian. TSP dilaksanakan di kebun percobaan atau di lokasi unit kerja penelitian. Oleh karena itu, umpan balik yang diperoleh atau permasalahan-permasalahan dalam penerapan inovasi teknologi yang tidak dapat diselesaikan di lokasi TTP merupakan materi yang akan dikaji lebih lanjut di TSP.
Beberapa prinsip penting pengembangan TTP sesuai arahan Badan Perencana Pembangunan Nasional (BAPPENAS) adalah sebagai berikut:
1) TTP merupakan wahana untuk mendukung upaya peningkatan ekonomi daerah yang berbasis iptek-inovasi dalam rangka meningkatkan daya saing bangsa dan nilai tambah.
3) TTP merupakan wahana hilirisasi inovasi teknologi pertanian berbasis potensi daerah, melalui proses magang, pelatihan, dan inkubasi bisnis bagi calon pelaku usaha. 4) Manajemen TTP harus dilakukan secara profesional melalui
perancangan kelembagaan dan SDM secara berkelanjutan. 5) Secara bertahap, TTP dirancang untuk menjadi mandiri
(bukan cost center).
6) TTP bersifat padat teknologi dengan menerapkan prinsip ramah lingkungan melalui pendekatan sistem pertanian bioindustri (integrasi tanaman-ternak) serta memperhatikan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Cakupan Proses Pengembangan TSP dan TTP
Proses pengembangan TSP dan TTP pada prinsipnya sama, namum terdapat beberapa penekanan-penekanan pada beberapa kegiatan yang berbeda, yaitu:
1) Perencanaan pengembangan TSP dan TTP sejak awal dilakukan melalui koordinasi dan berkolaborasi dengan berbagai lembaga lembaga terkait, baik di pusat dan daerah, maupun antar pemerintah, perguruan tinggi, dan swasta. Khusus untuk TTP, keterlibatan pemda harus dimulai sejak perencanaan pengembangannya.
2) Pelaksanaan kegiatan TSP dan TTP melibatkan seluruh unsur pemangku kepentingan, dengan pilihan kegiatan mulai dari aspek praproduksi, produksi/budi daya, panen, pascapanen, pengolahan hasil, dan pemasaran hasil.
3) Kegiatan pelatihan, magang, inkubasi bisnis menjadi salah satu kegiatan prioritas TSP dan TTP.
Pedoman Umum Pengembangan Taman Sains dan Teknologi Pertanian | 19 dari hasil guna dilaksanakan dalam rangka mengidentifikasi keberhasilan program TSP dan TTP.
5) Penyusunan laporan sebagai hasil dari kegiatan monitoring dan evaluasi diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengukur atau menyimpulkan perkembangan, dan mengidentifikasi permasalahan kegiatan TSP dan TTP, dengan menggunakan indikator yang telah ditentukan. 6) Selama proses pengembangan dan penerapan teknologi
diharapkan mendapat umpan balik (feedback) untuk penyempurnaan pengembangan TSP dan TTP.
7) Peningkatan kapasitas (capacity building) pelaku pembangunan pertanian dan kelembagaan lokal dilakukan secara berjenjang dan dengan sistem training to trainers
sehingga dapat secara cepat menyiapkan pelaku pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis.
Provitas & Kualitas Nilai Tambah
Teknologi Teknologi
Multi
Komoditas ProdukMulti
Gambar 1. Rancangan Taman Sains dan Teknologi Pertanian.
Usaha Pemula
Off Farm:
•
Grading
•
Packaging
•
Processing
•
Dll.
STP Space:
Daftar lokasi TSP dan TTP tahun 2016 disajikan pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 1. Daftar Taman Sains Pertanian sampai 2016.
No Lokasi Tahun Mulai Tematik/Komoditas
Utama
Propinsi Kebun Percobaan
1 Lampung KP Natar, Kab. Lampung Selatan
2015 Teknologi pertanian lahan kering masam 2 Jawa
Tengah
KP Jakenan, Kab. Pati
2015 Teknologi pertanian ramah lingkungan dan rendah emisi gas rumah kaca
3 Kalimantan Selatan
KP Banjarbaru, Kab. Banjarbaru
2015 Teknologi pertanian lahan rawa 4 Sulawesi
Selatan
KP Maros, Kab. Maros
2015 Teknologi pertanian berbasis tanaman
2015 Teknologi integrasi tanaman perkebunan
2016 Teknologi pertanian sayuran organik moder 7 Banten KP Serpong, Kab
Tangerang
2016 Agro-engineering park: teknologi alat pertanian spesifik Indonesia terkini
8 Jawa Barat KP Sukamandi, Kab.Subang
2016 Pertanian bioindustri modern berbasis padi 9 Sulawesi
Utara
KP Mapanget, Kota Manado
Tabel 2. Daftar Taman Teknologi Pertanian sampai 2016.
No Nama TTP Lokasi Tahun
Mulai Komoditas Utama
1 TTP Kota Jantho
Kab. Aceh Besar, Aceh
2015 Padi, jamur, dan sapi
2 TTP Guguak Kab. Lima Puluh Kota,
Sumatera Barat
2015 Kakao, jagung, dan itik
3 TTP Tanjung Lago
Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan
2015 Padi, jagung, dan sapi
7 TTP Lebaksiu Kab. Tegal, Jawa Tengah
9 TTP Pringkuku Kab. Pacitan, Jawa Timur
2015 Padi gogo
No Nama TTP Lokasi Tahun
Mulai Komoditas Utama
12 TTP Pelaihari Kab. Tanah Laut, Kalimantan Selatan
2015 Padi, jagung, dan sapi
14 TTP Batui Kab. Banggai, Sulawesi Tengah
2015 Padi, kakao, kelapa dalam, dan sapi potong 15 TTP Barebbo Kab. Bone,
Sulawesi Selatan
2015 Padi, sapi potong, bawang, dan cabai merah
16 TTP Mollo Kab.Timor Tengah Selatan, NTT
2015 Aneka sayur, jeruk keprok soe, dan sapi
17 TTP Sungai Mandau
Kab. Siak, Riau 2016 Padi, bawang merah, dan itik alabio
18 TTP Geragai Kab. Tanjung Jabung Timur, Jambi
2016 Kelapa sawit, sapi potong, dan aneka
21 TTP Panceng Kab. Gresik, Jawa Timur
2016 Mangga
22 TTP Pupuan Kab. Tabanan, Bali
No Nama TTP Lokasi Tahun
Mulai Komoditas Utama
23 TTP Pototano Kab. Sumbawa Barat, NTB
2016 Jagung hibrida
24 TTP
Tenggarong Sebrang
Kab. Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur
2016 Padi gogo, jagung, dan singkong gajah
25 TTP Batu Kab. Pangkep, Sulawesi Selatan
2016 Jeruk pamelo dan ternak sapi 26 TTP Poleang
Barat
Kab. Bombana, Sulawesi Tenggara
IV M
ETODOLOGI DANT
ATAL
AKSANAengembangan TSP dan TTP dilakukan secara sistematis dalam empat tahapan, yaitu: 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan, 3) Monitoring dan evaluasi, dan 4) Program pendampingan keberlanjutan TSP/TTP.
1) Perencanaan
Pada prinsipnya seluruh KP atau Unit Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Balitbangtan merupakan embrio dari TSP. Pemilihan lokasi untuk TSP dari banyak pilihan lokasi kebun percobaan di seluruh Indonesia didasarkan atas pertimbangan pada keterwakilan agroekosistem, sebaran pulau, dan komoditas prioritas. Sementara itu pilihan lokasi TTP selain ketiga hal tersebut, juga adanya dukungan dan komitmen pemda bagi kegiatan TSP di daerahnya dan keberlanjutannya. Dalam merencanakan TSP dan TTP, beberapa aspek penting yang perlu dilakukan adalah: (a) Pengembangan organisasi pelaksana, (b) Pengembangan program, (c) Fokus Kegiatan, dan (d) Pendanaan. Masing-masing tahapan dideskripsikan sebagai berikut:
a) Organisasi pelaksana
TSP adalah suatu kawasan pengembangan atau pengujian yang menghasilkan inovasi teknologi pertanian, untuk percontohan dan pembelajaran agribisnis bagi masyarakat sekitarnya termasuk untuk petani, kelompok tani, pengusaha pertanian, peneliti, dan pemerintah daerah. Oleh karena itu, TSP merupakan suatu kawasan atau taman (park)
produksi, pengolahan, pemasaran, yang didukung oleh SDM yang multi disiplin dalam bidang keilmuan. Sebagian besar SDM untuk pengembangan tersebut sudah ada di Balitbangtan, untuk beberapa bidang ilmu dan tambahan teknisi serta tenaga pendukung perlu disediakan melalui outsourcing.
Pelaksana kegiatan TSP dan TTP merupakan suatu tim yang terdiri atas:
(a) Tim Pengarah, yaitu: Kepala Balitbangtan, Sekretaris Balitbangtan, Kepala Pusat, dan kepala Balai Besar. (b) Tim Pelaksana, yaitu: penanggung jawab, sekretaris,
bendahara, dan manajer pengelola.
(c) Tim Teknis, yaitu: peneliti lintas disiplin dan lintas lembaga/kementerian, yang ditetapkan oleh Kepala Balitbangtan.
(d) Mitra Utama, yaitu: perguruan tinggi terkait, unit kerja penyuluhan di daerah, dinas pertanian, dan pemda, dan (e) Pelaku usaha (swasta) pendukung kemitraan bidang
usaha agribisnis.
Struktur organisasi TSP sama dengan TTP, namun pada TTP perlu lebih banyak melibatkan unsur daerah (pemda kabupaten/kota dan kelembagaan lokal termasuk Gapoktan) dan perguruan tinggi lokal sebagai pendamping.
b) Pengembangan program
petani (existing technology). Orientasi perancangan model berbasis inovasi teknologi, komoditas unggulan, dan bioteknologi dengan prioritas utama untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing usaha/komoditas.
Gambar 3. Sistem Pengelolaan TSP dan TTP.
TSP yang berbasis agribisnis terpadu antara lain pengembangannya diawali dengan pembangunan prasarana, jaringan irigasi, drainase, gudang logistik, kantor, pusat pascapanen, pusat pengolahan hasil (processing center), dan pusat diseminasi inovasi pertanian (dissemination center). Jika sumber daya tidak tersedia dalam jumlah yang memadai pada
TSTPN
Kementerian Pertanian
Fasilitas: R & D, Pendidikan, Pelatihan, Laboratorium/
Pengujian, Agro Wisata Manajemen Profesional
TTP
Kawasan Usaha Pertanian Berb asis Inovasi di lahan Pemdadan
/Kelompok Tani On-Farm
Fasilitas: R & D, Pendidikan, Pelatihan, Laboratorium/ Pe ngujian Produk, Inkubasi/Ko nsultasi Bisnis, Sarana Pendi dikan, Agro Wisata Off-Farm
satu bangunan bisa menjadi multi fungsi. Sedangkan komoditas yang diusahakan di TTP adalah yang memiliki prospek pasar, dapat dikembangkan memenuhi skala ekonomi untuk mencapai efisiensi usaha, yang menjadi prioritas pengembangan pemda setempat, dan yang sesuai dengan agroekosistem.
Berkaitan dengan pengembangan TTP, dalam memilih lokasi harus didasarkan atas kriteria: (a) Merupakan sentra produksi atau kawasan prioritas pengembangan komoditas bagi pemda setempat, (b) Terdapat lahan milik pemda yang dapat digunakan untuk pembangunan prasarana dan sarana pelayanan, dan (c) Lokasi merupakan kawasan pertanian, memiliki aksesibilitas yang tinggi, dan mudah dijangkau masyarakat. Setelah lokasi atau kawasan TTP ditetapkan, dilakukan baseline survey dan verifikasi kelayakan komoditas strategis yang dikembangkan berdasarkan peta zona agroekosistem zone (AEZ). Contoh kuesioner untuk baseline survey dapat dilihat pada Lampiran.
Jenis data dan informasi yang dikumpulkan pada
baseline survey meliputi: (a) Keragaan data bio-fisik wilayah, (b) Keragaan existing teknologi (termasuk alsintan), produktivitas usaha tani, tingkat pendapatan usaha tani dan sumber pendapatan petani, (c) Keragaan agroindustri rumah tangga yang telah berkembang dan sarana prasarana yang tersedia, (d) Keragaan existing kemitraan yang telah dibangun antara petani/kelompok tani dengan pelaku agroindustri dan potensi peluang pengembangannya, (e) Keragaan existing
pertanian atau diversifikasi produk/usaha, dan integrasi dengan usaha lain.
Survei yang sama perlu diulang setelah 3 atau 4 tahun pelaksanaan TTP untuk mengetahui perubahan kondisi sosial ekonomi dan adopsi teknologi oleh masyarakat dengan adanya TTP.
Pada saat mendisain model, perlu melibatkan berbagai pihak terkait meliputi petani/kontak tani, pemuda tani, pemda setempat, perguruan tinggi setempat dan swasta yang berkepentingan yang mampu menunjang kegiatan usaha agribisnis pedesaan yang menjamin alur hulu ke hilir berjalan dengan baik dan dapat menguntungkan petani.
Sumber teknologi dapat memanfaatkan dan mengkolaborasikan hasil penelitian dan pengkajian Balitbangtan atau lembaga litbang lainnya. Perancangan
business plan dilaksanakan dengan mengkolaborasikan aktor pelaksana TTP khususnya petani, untuk mengembangkan ekonomi produktif melalui home industry (industri rumah tangga) maupun kemitraan dengan swasta (pelaku usaha agroindustri) yang berorientasi pada profit yang pada akhirnya untuk kesejahteraan petani.
c) Fokus Kegiatan
Program dan rancangan TSP dan TTP yang sudah ditetapkan dan telah mendapat dukungan dari stakeholders
pembangunan percontohan (show window), serta penjajakan kerjasama dengan mitra potensial.
Pada tahun kedua, fokus pada kegiatan operasional sebagai pusat percontohan teknologi bagi pengembangan agribisnis. Pada tahun ketiga kegiatan agribisnis sudah dapat berjalan seperti yang diinginkan dengan memasukkan unsur
revenue center termasuk mendisain pusat inkubasi teknologi untuk siap diterapkan di tingkat masyarakat dalam skala kecil (home industry), usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Pada tahun-tahun selanjutnya, pengembangan TSP dan TTP diarahkan untuk menjadi lembaga yang berorientasi
revenue/profit center, bermitra dengan pelaku bisnis untuk setidaknya dapat mendanai biaya operasional kegiatannya (TSP) tanpa bergantung pada pembiayaan dari pemerintah, dan berkembang menjadi unit usaha yang menghasilkan keuntungan (TTP). Berkaitan dengan aspek kemitraan dalam alur pemasaran, pola pengembangan TSP dan TTP dapat disinergikan dengan program dari K/L, termasuk melibatkan Kamar Dagang Indonesia (KADIN).
Khusus untuk TTP, fokus kegiatan berbasis pada kondisi wilayah existing dan lebih diarahkan pada peningkatan kapasitas sumber daya petani (masyarakat) baik dari sisi akses inovasi, akses modal, akses sarana dan prasarana praproduksi sampai pada pengolahan hasil dan pemasaran, akses pasar input dan output, akses informasi teknologi dan pemasaran, akses peningkatan keterampilan dalam penerapan inovasi, dan akses kelembagaan ekonomi mendukung operasional kegiatan produksi dan pemasaran yang berpihak pada petani secara berkelanjutan.
bagi peningkatan keberdayaan dan kesejahteraan petani juga sekaligus menghimpun umpan balik bagi inovasi yang perlu diciptakan atau dikembangkan lebih lanjut di TSP.
Disain atau rancangan TSP dan TTP yang telah dilengkapi dengan Master Plan, Detail Engineering Design, dan telah mendapat dukungan berbagai pihak disosialisasikan dan diimplementasikan di lapangan dalam bentuk penerapan inovasi di kawasan lahan petani yang berskala pengembangan dan berwawasan agribisnis. Skala pengembangan disesuaikan dengan basis komoditas yang diusahakan.
d) Pendanaan
Tahap awal pembangunan TSP dan TTP memerlukan dana pengungkit dari dana ABPN Kementan. Khusus untuk TTP, pada beberapa tahun awal sebelum TTP dapat mandiri, pendanaan harus terus terjamin dalam jumlah yang sesuai dengan tahapan pembangunannya setiap tahun selama jangka waktu yang telah ditetapkan yang dituangkan dalam roadmap, baik dari APBN maupun APBD. Guna menjamin keberlanjutan operasional TSP dan TTP, dalam roadmap perlu disusun pula
business plan.
2) Pelaksanaan
yang efisien dan berdaya saing melalui pengembangan unit-unit usaha produktif guna meningkatkan pendapatan pelaku usaha termasuk petani.
Strategi yang digunakan dalam pengembangan program TSP dan TTP adalah pengembangan komunitas secara terintegrasi (integrated community development) dengan menyinergikan antara alam, masyarakat, dan inovasi, serta mengimplementasikan sistem pertanian terpadu (integrated farming system). Sedangkan proses percepatan proses penerapan, adopsi, dan masalisasi serta peningkatan nilai tambah inovasi pada kegiatan TTP, dilakukan dengan melibatkan empat komponen pelaku pembangunan pertanian yaitu yang dikenal dengan ABGC, yaitu kelompok akademisi, swasta, pemerintah, dan komunitas (Academician, Business, Govenment, and Community), dengan perannya masing-masing sebagaimana disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Empat Kelompok Pelaksana (quadruple helix) TSTPN, TSP, dan TTP Sesuai Dengan Peran dan Fungsinya Dalam Memperderas Adopsi Inovasi Pertanian.
3) Monitoring dan Evaluasi
Percepatan adopsi suatu teknologi dicirikan oleh dua hal yaitu: percepatan atau perpendekan waktu adopsi dan perluasan jangkauan serta perbanyakan adopter atau kombinasi dari keduanya. Agar penerapan inovasi teknologi pertanian yang diselenggarakan di kawasan TSP dan TTP sesuai rencana, maka pada setiap tahapan ini perlu dilakukan monitoring dan evaluasi (monev).
Inti kegiatan monev diarahkan pada aspek teknis, sosial ekonomi dan kelembagaan. Kegiatan monev dilakukan oleh internal unit kerja/unit pelaksana teknis bekerja sama dengan unit kerja lingkup kementerian terkait, untuk mempercepat pelaksanaan perbaikan apabila ada perbedaan atau penyimpangan pelaksanaan di lapangan.
Kegiatan monev juga perlu menelaah dukungan dan peran aktif dari pemda setempat, swasta, petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani, perguruan tinggi, dan praktisi pertanian dalam mewujudkan model pengembangan pertanian pedesaan berwawasan agribisnis hulu-hilir, yang diinisiasi kegiatan TSP dan TTP. Hasil monev pada setiap tahapan pengembangan TSP dan TTP merupakan bahan dasar dalam bentuk data dan informasi khususnya yang terkait dengan indikator keberhasilan yang dituangkan dalam Lampiran 1 dan 2. Data dan informasi ini selanjutnya dianalisis untuk mempelajari dampak atau keberhasilan maupun kelemahan implementasi pengembangan TSP dan TTP.
Untuk mengukur capaian dan keberhasilan TSP dan TTP dalam memberikan pelayanan terkait diseminasi inovasi teknologi diperlukan indikator kinerja. Untuk keperluan tersebut diidentifikasi sembilan indikator kinerja keberhasilan layanan TSP dan TTP sebagaimana disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Indikator Kinerja Keberhasilan TTP.
No Layanan Hasil
1 Penelitian inovatif
Hasil penelitian yang telah berhasil dihilirkan: pengembangan (TSP), penerapan (TTP)
2 Pameran inovasi
Industri, pengusaha, masyarakat tahu ketersediaan inovasi
3 Mediasi Terbangunnya kemitraan usaha antar investor, pengusaha, petani, dan mitra lainnya
4 Capacity
Building
Peningkatan kompetensi staf pengelola TSP (staf Balitbangtan, dosen PT) dan TTP (staf
Balitbangtan dan pemda)
5 Diseminasi teknologi
Pengusaha dan masyarakat tahu teknologi dan mau menggunakan teknologi introduksi
6 Fasilitasi Industri mampu melakukan kegiatan bisnis yang diinisiasi TSP dan TTP
7 Bimbingan HKI
Inventor memperoleh paten dan hak-hak nya, terutama di TSP
8 Pemagangan Peningkatan kompetensi calon pelaku usaha, termasuk para petani muda
4) Pendampingan TSP dan TTP
Dalam pelaksanaan kegiatan lapangan, perlu tersedia tenaga pendamping yang bertugas mendampingi para petani, UMKM, dan pengguna teknologi lainnya dalam memanfaatkan teknologi introduksi. Tenaga pendamping dapat berasal atau berprofesi sebagai peneliti, penyuluh, staf SKPD pertanian, atau dosen perguruan tinggi setempat. Fungsi pendamping adalah untuk menjamin efektivitas implementasi teknologi yang dianjurkan. Selain pendampingan seperti dijelaskan di atas, pada tahap awal pengembangan TSP dan TTP perlu pula dilakukan advokasi kepada berbagai pihak meliputi pemda, anggota DPRD, perguruan tinggi, LSM, swasta, asosiasi petani, camat maupun kepada desa/lurah tentang kegiatan yang sedang dilaksanakan.
Pengembangan TSP dan TTP dilaksanakan secara multi disiplin dan lintas K/L. Program pendampingan yang dapat dilakukan secara berkelanjutan, meliputi:
1) Pelatihan untuk pengembangan sistem pertanian terpadu yang ramah lingkungan dan berkelanjutan berbasis bioindustri.
2) Diversifikasi pertanian, dan pengembangan ekonomi berbasis pertanian bekerja sama dengan kelembagaan lokal dengan fokus subyek utama adalah rumah tangga tani.
4) Pemberdayaan kelembagaan lokal dan pengembangan ekonomi kreatif dengan mengedepankan kemitraan dengan swasta (agroindustri).
5) Pengembangan Sistem Informasi Pertanian (SIP).
Program pendampingan dan show window Balitbangtan dalam pengembangan TSP dan TTP adalah bagian dari rangkaian kegiatan penelitian-pengkajian-pengembangan-pendidikan-pelatihan-penyuluhan-penerapan. Pengembangan TSP dan TTP dilaksanakan secara multi disiplin dan lintas K/l. Program pendampingan yang dapat dikembangkan dalam mendukung pengembangan TSP dan TTP berkelanjutan terdiri atas:
1) Pelatihan untuk mengembangkan inovasi pertanian terpadu yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Intensifikasi dan diversifikasi dilaksanakan menggunakan teknologi tepat guna dengan tetap memperhatikan kearifan lokal. Pelatihan ini akan menjadi bagian program pelatihan yang disediakan di TSP dan TTP. Sasaran utama pelatihan adalah kelompok tani dan masyarakat di sekitar kawasan TTP dan pelaku agribisnis di tingkat Provinsi lokasi TSP.
2) Bimbingan teknis, magang, inkubasi bisnis dengan sasaran masyarakat/calon pelaku usaha dan kelompok tani di kawasan TSP dan TTP. Program dan pengembangan kurikulum disinergikan dengan program yang diselenggarakan oleh BPSDMP dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah serta bersinergi dengan perguruan tinggi setempat. Materi bimbingan atau inkubasi diarahkan pada pengembangan ekonomi produktif berbasis pertanian atau agribisnis termasuk
3) Proses diseminasi atau transfer teknologi di kawasan TSP dan TTP dilakukan dengan menerapkan Sistem Diseminasi Inovasi Pertanian Berbasis Teknologi Informasi. Cara ini diharapkan dapat meningkatkan jaminan ketersediaan dan penyiapan informasi pertanian secara kontinu, mudah diperbaharui, tepat waktu, dapat diakses; dengan variasi jenis inovasi yang tinggi (kekayaan informasi nyaris tanpa batas), jangkauan wilayah internasional secara instan, pendekatan yang berorientasi kepada penerima, bersifat perseorangan (individual), serta menghemat ruang, biaya, waktu, dan tenaga.
Tahapan pengembangan TTP disajikan pada Gambar 5 berikut.
V I
NDIKATOR
K
EBERHASILAN DAN
K
EBERLANJUTAN
ndikator keberhasilan TSP dan TTP perlu ditetapkan secara terukur yang meliputi aspek penggunaan input, proses, output, outcome, benefit dan dampak dari pihak yang terlibat dalam proses pengembangan TSP dan TTP. Keberhasilan dan keberlanjutan dari TSP dan TTP dapat dimonitor dari diterapkannya teknologi inovasi tersebut oleh masyarakat luas dalam skala ekonomi sehingga terbentuk sistem agribisnis yang berjalan dengan baik yang berujung pada peningkatan pendapatan.
A. Indikator Keberhasilan Yang Harus Dipenuhi ialah :
1) Terbangunnya kerjasama dengan pemda setempat yang diwujudkan dalam bentuk inkind/material (misalnya tanah, bangunan, dan peralatan) maupun dana untuk mendukung kegiatan khususnya di TTP.
2) Terselenggaranya pelatihan, magang, inkubasi bisnis inovasi teknologi pertanian kepada masyarakat pengguna termasuk generasi muda; dan minimal 5% jumlah peserta menindaklanjuti pelatihan tersebut dalam usaha komersial.
3) Meningkatnya adopsi inovasi teknologi pertanian oleh petani/mitra swasta/UMKM/masyarakat.
4) Meningkatnya aktivitas kelompok tani/masyarakat sebagai dampak dari pemberdayaan.
5) Terbangunnya kemitraan usaha berbasis inovasi teknologi pertanian.
6) Terbangunnya kelembagaan pendukung, kelembagaan pasar input maupun output.
7) Meningkatnya jumlah kelompok petani/masyarakat dan
stakeholders yang berkunjung untuk mempelajari teknologi introduksi yang di kembangkan TSP dan TTP. 8) Terpenuhinya biaya operasional TTP secara mandiri di
akhir program (3 tahun) dan terbangunnya TSP menjadi
revenue center pada tahun keempat.
9) Meningkatnya nilai tambah produksi dan terjadi pengembangan produk pertanian termasuk olahannya sesuai permintaan pasar.
10) Meningkatnya produktivitas dan pendapatan petani/ masyarakat pengguna.
B. Pengukuran Indikator Kinerja
Untuk mengukur indikator kinerja TSP dan TTP diperlukan data/kondisi awal yang dapat dihasilkan melalui baseline survey.
1. Aspek Demand (kebutuhan masyarakat di kawasan pengembangan TSP dan TTP)
a. Meningkatnya akses petani/masyarakat terhadap informasi inovasi teknologi pertanian termasuk tenaga ahli yang mendukung usaha pertanian. b. Meningkatnya kapasitas kelompok petani/
masyarakat dan meningkatnya jiwa kewirausahaan (enterpreunership).
d. Berkembangnya lembaga keuangan di tingkat lokal sebagai bagian dari pengembangan usaha tani/masyarakat.
e. Meningkatnya produktivitas usaha tani/masyarakat di kawasan TSP dan TTP, terutama usaha tani yang dikelola oleh rumah tangga tani.
f. Meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat di kawasan TSP dan TTP.
2. Aspek Supply
a. Meningkatnya ketersediaan teknologi inovasi pertanian yang sesuai dengan preferensi kelompok tani/masyarakat dan stakeholders.
b. Meningkatnya kemampuan pengelola TSP dan TTP dalam menyediakan inovasi teknologi pertanian baik dari Balitbangtan maupun dari luar Balitbangtan yang dibutuhkan oleh pengguna. c. Terbangunnya kawasan TSP dan TTP dapat
dimanfaatkan secara efektif sebagai tempat pelatihan/magang untuk capacity building, show window, dan pusat informasi/promosi inovasi teknologi pertanian.
d. Berkembangnya sistem diseminasi inovasi pertanian berbasis teknologi informasi, sehingga setiap saat petani/masyarakat dan stakeholder
Guna mengukur keberhasilan pencapaian sasaran program, dapat mengacu pada format Laporan Indikator Kinerja TSP dan TTP pada Lampiran 1 dan 2.
Pembangunan TSP dan TTP yang direncanakan oleh pemerintah merupakan satu kegiatan lintas sektor dan lintas lembaga seperti terlihat pada Gambar 7. Melalui dukungan, sinergi, serta usaha keras dan sungguh-sungguh lembaga-lembaga terkait, maka upaya yang dilakukan pemerintah melalui pembangunan TSP dan TTP ini dapat diwujudkan.
VI E
XIT
S
TRATEGY
embangunan dan keberlanjutan TSP dan TTP sangat bergantung pada partisipasi para pelaku pembangunan TSP dan TTP, yaitu Kementan, K/L terkait, pemda, perguruan tinggi, komunitas, dan sektor swasta. Secara bertahap TSP dan TTP dirancang untuk menjadi mandiri dan mampu membiayai sendiri operasionalisasi kegiatannya. Oleh karenanya keberlanjutan TSP dan TTP sangat ditentukan oleh implementasi peta jalan (road map) dan rencana bisnis (business plan) yang telah disusun serta fasilitasi pendanaannya. Namun fasilitasi pendanaan maupun partisipasi penuh dalam pembangunan TSP dan TTP oleh pemerintah tidak bersifat selamanya.
Pendanaan yang bersumber dari pemerintah dan pemda (untuk TTP) pada tahap awal bersifat pengungkit, pada tahun-tahun berikutnya TSP diharapkan menjadi revenue center dan TTP diharapkan mampu secara mandiri membiayai operasionalisasinya dan diarahkan menjadi lembaga yang berorientasi profit. Secara bertahap peran dan kontribusi pemerintah berkurang, sebaliknya peran dan kontribusi masyarakat setempat meningkat menuju kemandirian.
Untuk TTP dengan tahapan tersebut, peran dan porsi tanggung jawab masing-masing pelaku pembangunan TTP dijabarkan dalam peta jalan (road map) sebagai berikut:
kabupaten/kota dan masyarakat sekitar 20-30%. Sampai pada akhir tahun 2015, kegiatan hulu (introduksi teknologi, pembangunan dan perbaikan infrastruktur dan sarana penunjang); pembangunan infrastruktur kegiatan hilir (pasar, perbaikan dan atau pembangunan sarana pengolahan) dapat diselesaikan sekitar 80%, sementara kegiatan hilir yang sifatnya kegiatan non fisik (membangun
market chain, kelembagaan pasar dan pengolahan) diselesaikan sekitar 20%.
2) Pada tahun kedua dan ketiga peran Balitbangtan secara bertahap berkurang menjadi 20-30%, sebaliknya peran pemda kabupaten/kota secara bertahap meningkat menjadi 70-80%. Sampai pada akhir tahun 2016, kegiatan hulu sudah selesai dilakukan sedangkan kegiatan hilir secara bertahap meningkat mencapai 70-80%.
3) Pada akhir tahun 2017 seluruh kegiatan hulu dan hilir sudah optimal dilaksanakan. Tanggung jawab dan kontribusi Balitbangtan dalam pembangunan fisik dan non fisik kegiatan hulu sampai dengan hilir sudah selesai. Peran Balitbangtan dan perguruan tinggi pada tahap ini lebih banyak sebagai pendamping dan pengawalan adopsi teknologi oleh masyarakat. Sebaliknya pemda kabupaten/ kota bersama-sama dengan masyarakat setempat berperan penuh dalam pengembangan TTP secara berkelanjutan serta pemeliharaan atas semua fasilitas dan kegiatan yang telah dibangun dalam TTP tersebut.
VII P
ENUTUP
aman Sains dan Teknologi Pertanian (TSTP) diharapkan mampu meningkatkan proses hilirisasi inovasi teknologi yang telah dihasilkan oleh lembaga-lembaga penelitian, baik yang ada di Balitbangtan, maupun dari lembaga penelitian lainnya termasuk perguruan tinggi, sehingga dapat diaplikasikan di masyarakat dan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat, khususnya petani. TTP dan TSP yang berbasis inovasi dan teknologi pertanian dalam pemberdayaan masyarakat diharapkan jadi pengungkit berkembangnya ekonomi daerah yang dapat meningkatkan kesejahteraan para pelakunya.
Rencana pemerintah melaksanakan pengembangan TSP di 34 provinsi dan TTP di 100 kabupaten/kota merupakan kesempatan besar yang diciptakan pemerintah untuk teradopsinya sejumlah hasil inovasi teknologi guna meningkatkan keberdayaan dan kesejahteraan petani. Oleh karena itu, kerja sama dan integrasi dengan berbagai pihak seperti pemda, perguruan tinggi, dan organisasi petani, sangat diperlukan sejak dari perencanaan hingga pelaksanaan, serta monitoring evaluasi guna mendapatkan hasil yang diinginkan sesuai dengan indikator keberhasilan yang ditetapkan.
Sasaran Indikator
Keberhasilan Satuan
Target
2015 2016 2017 2018 2019
3. Meningkatnya daya beli masyarakat di kawasan TTP
Jumlah daya beli masyarakat
Rupiah
4. Sistem agribisnis berjalan
Jumlah jejaring kerja/kerja sama
Unit
5. Terpenuhinya biaya operasional TTP secara mandiri
Jumlah biaya operasional yang dipenuhi sendiri (mekanisme PNBP)
Persen 0% 25% 50% 80% 100%
6. Terbentuknya kelembagaan petani
Jumlah kelembagaan
Lampiran 2. Indikator Keberhasilan Taman Sains Pertanian (TSP)
Jumlah teknologi Teknologi
Lampiran 3. Laporan Indikator Kinerja TSP dan TTP
Unsur Indikator (satuan)
Target (ditulis secara kuantitatif)
2015 2016 2017 2018 2019
Input
Tersedianya anggaran pembangunan prasarana dan sarana (Rupiah)
Tersedianya tenaga (SDM) pengelola (Orang)
Terbangunnya komitmen antara pelaksana program TSP/TTP (Lembaga)
Tersedianya lahan yang siap untuk digunakan untuk mendukung fasilitasi TSP dan TTP (Ha)
Output
Terbangunnya prasarana dan sarana (Buah, m2/ha, dan m/km)
Tersedianya alat dan mesin pertanian (praproduksi s.d. pengolahan hasil) (Buah/Unit)
Meningkatnya jumlah partisipasi stakeholders yang terlibat (Orang)
Meningkatnya jumlah inovasi pertanian layak ekonomi yang sudah diinkubasi (TSP) dan meningkatnya jumlah inovasi yang diadopsi petani (TTP) (Teknologi)
Meningkatnya jumlah sarana akses petani terhadap fasilitas pelatihan dan fasilitas akses informasi dan inovasi pertanian (Buah)
Outcome
Meningkatnya pendapatan petani (%)
Meningkatnya jumlah home industry dan UMKM bidang agroindustry (Buah)
Meningkatnya kemitraan dengan swasta untuk pengembangan agroindustry (Mitra)
Meningkatnya nilai tambah produk pertanian (%)
Petani dari luar kawasan yang mengadopsi inovasi dari TSP (Orang)
LAMPIRAN 4
BASELINE SURVEY UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN TAMAN TEKNOLOGI PERTANIAN
BADAN LITBANG PERTANIAN
KUESIONER TINGKAT DESA /KELOMPOK
Desa :
Kecamatan :
Kabupaten :
Provinsi :
Tanggal wawancara : _____________________
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN
1. Infrastruktur
Uraian Jumlah
1. Jalan desa aspal (km)
2. Jalan diperkeras/makadam (km) 3. Jalan tanah (km)
4. Jalan usaha tani (km) 5. Irigasi sekunder (km) 6. Irigasi tertier (km) 7. JIDES
8. JITUT 9. Lantai Jemur 10. Gudang 11. Lainnya...
2. Aksesibilitas terhadap pasar umum
> pasar desa: ada/tidak
> kalau tidak ada, pasar terdekat, sebutkan >kegiatan pasar (harian, mingguan, pasaran) >jarak ke pasar
>sarana transportasi dominan
3. Ketersediaan alsintan
Jenis Alsintan Jumlah
(buah)
Kapasitas kerja (Jam/hektare)
1. Traktor roda 2 2. Traktor roda 4 3. Pompa air 4. Thresher 5. RMU
6. Transplanter
4. Ketenagakerjaan
Jumlah dan proporsi penyerapan tenaga kerja menurut sub-sektor (pertanian: buruh, pemilik; industri rumah tangga; jasa; profesi; perdagangan)
Jenis Jumlah
(orang) %
1. Pertanian a. Pemilik b. Penggarap c. Buruh Tani 2. Industri Rumah tangga 3. Jasa
4. Buruh non-Pertanian 5. Profesi
6. Perdagangan 7. Lainnya
5. Lahan pertanian
Jenis dan proporsi lahan menurut pengairan (irigasi teknis/semi teknis/tadah hujan, tegalan, kebun)
Jenis Lahan Luas Lahan
Hektare %
1. Sawah
a. Irigasi teknis b. Irigasi semi teknis c. Sawah rawa/lebak d. Tadah hujan 2. Lahan Kering
Jenis Lahan Luas Lahan
Hektare %
1) Kelapa Sawit 2) Kakao 3) Karet
4) Lainnya, yang dominan: c. Lahan penggembalaan
/peternakan 3. Pekarangan
6. Waktu Tanam dan Panen
Komoditas Waktu Tanam Waktu Panen
1 Padi
2 Jagung
3 Kedele
4 Sayuran 1. Cabe
2. ……….
7. Usahatani komoditas utama per hektare
Komoditas: …………..
(Isikan: 1= padi, 2= jagung, 3= kedelai, 4=kacang tanah, 5=pisang; 6=padi gogo; 7=ubi kayu; 8=ubi jalar; 9=palawija
lainnya…...10=kakao; 11=kopi; 12=kelapa;
8. Biaya tenaga kerja:
Uraian
Curahan Tenaga Kerja Proporsi TK Dalam HOK = Hari Orang Kerja; TK = Tenaga Kerja
9. Biaya sarana produksi dan hasil produksi
Uraian Volume Satuan Harga Satuan (Rp)
Total Nilai (Rp 000)
Biaya sarana produksi:
Uraian Volume Satuan Harga Satuan
3. Obat-obatan xxxxxxxx xxxxxxx xxxxxxxx 4. Biaya lainnya
(pajak, air, dll)
xxxxxxxx xxxxxxx xxxxxxxx
TOTAL (=B) xxxxxxxx xxxxxxx xxxxxxxx Total BIAYA (A+B)
Hasil dan nilai produksi: xxxxxxxx xxxxxxx xxxxxxxx Total hasil produksi kg
Keuntungan (nilai produksi-total biaya)
xxxxxxxx xxxxxxx xxxxxxxx
10. Penerapan teknologi pertanian
Komponen teknologi Komoditas *)
…… …… …….
Penanaman:
1. Sistem Tanam(1=Monokultur, 2=Tumpang sari, 3=Olikultur) 2. Pengolahan tanah (1=Tanpa olah
tanah, 2=Olah sederhana, 3=Olah intensif)
3. Penggunaan Benih (kg/batang) per hektare
Komponen teknologi Komoditas *)
…… …… …….
benih(1=ya, 2=tidak)
5. Asal benih/bibit yang digunakan (1=Dari hasil sendiri, 2=Dari saudara/tetangga, 3=Beli, 4=Bantuan pemerintah)
6. Cara penanaman (1= Disebar tdk teratur, 2 = Sebar di larikan, 3= Tugal, 4= Tanam pindah) 7. Jarak tanam (1=tidak teratur,
2=teratur, 3=legowo)
8. Bila teratur, sebutkan jarak tanam (…X… cm) (….X….cm) (….X….cm) Pemeliharaan tanaman:
1. Penyiangan (1=Manual, 2=Herbisida)
2. Jika menyiang, frekuensi penyiangan
…... kali …... kali …... kali
3. penyulaman (1=Ya, 2=Tidak) 4. cara pengendalian hama/penyakit
(1=Kimiawi, 2=Nabati 3= Kombinasi)
Pemupukan:
1. pemupukan dasar sebelum penanaman(1=ya, 2=tidak)
2. frekeunsi pemupukan …... kali …... kali …... kali 3. Dasar penetapan dosis pupuk per
hektar (1=sendiri, 2=rekomendasi PPL/pemerintah)
4. Pemberian pupuk o60rganic (1=ya, 2=tidak)
Panen dan Pasca panen:
Komponen teknologi Komoditas *)
…… …… …….
2=di rumah, 3= di tempat khusus) 3. Teknik pengeringan (1= Dijemur
matahari, 2=Mesin pengering) 4. Alas penjemuran yang digunakan
(1= Plastik, 2=Karung goni, 3=Lantai jemur semen, 4=Bilik, 5=Tanah, 6=Jalan aspal)
5. Prosesing (penggilingan padi ) (1= RMU 2= Huller)
*) Isikan komoditas: 1 = padi; 2 = jagung; 3 = kedelai; 4 = kacang tanah; 5 = pisang; 6 = padi gogo; 7 = ubi kayu; 8 = ubi jalar; 9 = palawija lainnya...; 10 = kakao; 11 = kopi; 12 = kelapa; 13 = sawit; 14 = mangga; 15 = rambutan; 16 = buah lainnya)
11. Identifikasi teknologi yang digunakan
a. Jenis varietas yang digunakan (Sebutkan tiga jenis varietas yang dominan)
No Komoditas Jenis Varietas %
2………
b. Sumber dan jenis teknologi
Jenis Teknologi Sumber
Teknologi1) Jenis Teknologi 1.Teknologi benih/pembibitan xxxxxxxxxx xxxxxxxxxx
a. Komoditas padi b. Komoditas palawija c. Komoditas hortikultura d. Komoditas perkebunan e. Komoditas peternakan f. Komoditas perikanan
2. Teknologi budi daya xxxxxxxxxx xxxxxxxxxx a. Komoditas padi
b. Komoditas palawija c. Komoditas hortikultura d. Komoditas perkebunan e. Komoditas peternakan f. Komoditas perikanan 3. Teknologi pasca-
Jenis Teknologi Sumber
Teknologi1) Jenis Teknologi b. Komoditas palawija
c. Komoditas hortikultura d. Komoditas perkebunan e. Komoditas peternakan f. Komoditas perikanan
Ket: 1) Isikan: 1=Puslit/Balit Teknis Balitbang Kemtan; 2=BBP2TP/BPTP; 3=Dinas Pertanian; 4=UPTD/BPP/PPL; 5=Media Cetak/Elektronik; 6=Lainnya ...
12. Kelembagaan pasar input
Aksesibilitas petani terhadap penyediaan input usahatani
a. Lokasi kios input usaha tani
Lokasi dan Jarak Jenis Saprodi
Bibit/benih Pupuk Obat-obatan
Dalam Desa
Jumlah kios
Luar Desa
- Jarak (km)
- Jumlah kios
Kota Kecamatan
- Jarak (km)