ANALISIS
LAPORAN
KEUANGAN
Tinjuan Laporan Keuangan PT
Agung Podomoro Land, Tbk
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang memberikan gambaran tentang keadaan posisi keuangan, hasil usaha, serta perubahan dalam posisi keuangan suatu perusahaan yang juga merupakan simpulan dari pencatatan transaksi yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Tujuan pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial lainnya dalam membantu proses pengambilan keputusan yang rasional atas investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis.
Dalam rangka membantu pengguna laporan keuangan dalam memahami dan menginterpretasikan laporan keuangan maka perlu dibuat analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan dimaksudkan untuk:
- Membantu memahami laporan keuangan;
- Menafsirkan angka-angka dalam laporan keuangan; - Mengevaluasi laporan keuangan; dan
- Menggunakan informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
Teknik analisis yang sering digunakan dalam menganalisis laporan keuangan adalah analisis rasio yaitu mengetahui hubungan matematis dari pos - pos tertentu dalam setiap elemen laporan keuangan. Hasil perhitungan rasio akan dibandingkan dengan tahun - tahun sebelumnya, agar dapat diketahui perubahan yang terjadi, apakah mengalami kenaikan atau penurunan. Rasio tersebut meliputi rasio likuiditas, solvabilitas, aktivitas, dan profitabilitas.
Tujuan
Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan guna memberikan penilaian terhadap kinerja keuangan risiko perusahaan PT Agung Podomoro Land Tbk.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah-masalah yang akan menjadi pokok pembahasan pada penilaian ini adalah sebagai berikut:
1. Berapa besar tingkat dan perubahan likuiditas, solvabilitas, aktivitas, serta profitabilitas jika dilihat dari laporan keuangan yang disajikan PT Agung Podomoro Land, Tbk untuk periode 2010 – 2014?
BAB II PEMBAHASAN
Landasan Teori
Menurut Dwi Prastowo (2008:56) definisi analisis laporan keuangan keuangan adalah penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
Terdapat dua metode yang sering digunakan dalam analisis laporan keuangan:
a. Metode Horizontal.
Artinya laporan keuangan suatu periode atau saat tertentu dibandingkan dengan periode yang lainnya sehingga dapat diketahui kemajuan atau kemundurannya (perkembangan), sehingga metode ini sering disebut dengan metode dinamis.
b. Metode Vertikal.
Artinya pos-pos laporan keuangan yang satu dibandingkan dengan pos laporan keuangan yang lain masih dalam periode atau saat yang sama. Karena analisis ini masih dalam periode atau saat yang sama, maka disebut juga dengan metode statis.
Metode yang digunakan dalam makalah ini adalah metode horizontal.
Gambaran Umum
Secara umum, PT Agung Podomoro Land TBK menyelesaikan restrukturisasi pada Januari 2010. Perubahan ini meliputi peleburan enam anggota grup menjadi satu perusahaan, sehingga beberapa rasio pada tahun 2010 menuju 2011 mengalami perubahan yang cukup drastis karena pada tahun – tahun tersebut perusahaan melakukan re-strartup dalam banyak sektor mulai dari operasional sampai permodalan. Berikut adalah tabel rasio keuangan Agung Podomoro Land sebagai data olahan dari
laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh auditor independen:
TAHUN
LIQUIDITY LEVERAGE
TAHUN
ACTIVITY PROFITABILITY
Inventory turnover Av. collection period
Asset
turnover Net profit margin Return on asset
Return on equity
2010 0,69 85,14 0,25 0,14 0,04 0,07
2011 1,84 119,86 0,35 0,18 0,06 0,14
2012 1,5 135,34 0,31 0,18 0,1 0,13
2013 0,85 149,68 0,25 0,19 0,05 0,13
2014 0,64 141,26 0,56 0,19 0,04 0,12
Selain data tentang rasio keuangan perusahaan, perlu dipertimbangkan pula data makroekonomi sebagai faktor penting dalam pelaksanaan proses bisnis. Beberapa data yang diperoleh pada rentang
waktu tahun 2010 – 2014 antara lain:
- Tingkat suku bunga bank cenderung stabil berkisar di 7,5%; - Inflasi fluktuatif;
- Pertumbuhan ekonomi berkisar 7% pada tahun 2010 – 2012 dan kemudian menurun pada
2013 dan 2014;
- Terjadi kebijakan loan to value yang ditetapkan oleh Bank Indonesia pada tahun 2012 yang
membatasi Down Payment (DP) atau uang muka kredit kepemilikan rumah (KPR) sebesar 25 -
30 persen untuk menekan kredit yang bersifat konsumtif.
Analisis Rasio 1. Likuiditas
Rasio likuiditas Agung Podomoro Land sangat tinggi pada tahun 2010. Meskipun secara normatif hal ini baik karena perusahaan memiliki banyak aset lancar untuk menutup utang, namun sebenarnya dari
angka tersebut (3 pada current ratio dan 1,7 pada quick ratio) dapat ditafsirkan bahwa penggunaan aset lancar sebagai backup utang lancar untuk kepentingan operasional dapat lebih dioptimalkan lagi. Akhirnya, pihak manajemen menetapkan kebijakan penambahan utang lancar secara masif dari 1,49 triliun pada 2010 menjadi 2,56 triliun pada 2011. Di tahun – tahun selanjutnya sampai 2014, perusahaan mampu menjaga rasio likuiditas dalam batas aman untuk kepentingan going concern yaitu
di atas 1,5 untuk current ratio dan di atas 1 untuk quick ratio.
2. Leverage
2010 2011 2012 2013 2014
LIQUIDITY
2010 2011 2012 2013 2014
LEVERAGE
Yang patut dicermati dari grafik leverage adalah peningkatan debt to equity ratio yang sangat tinggi pada tahun 2013. Hal ini dilatarbelakangi kebijakan pendanaan proyek – proyek baru pada tahun 013 melalui utang jangka panjang. Jika dicermati, kuantitas produk terjual pada tahun 2011 dan 2012
sangat tinggi meskipun mengalami penurunan (lihat inventory turnover) sehingga perusahaan memproyeksi kebutuhan dana untuk tahun ke depan (2013 dan seterusnya) akan lebih tinggi.
Secara eksplisit dalam laporan keuangan terlihat peningkatan pada utang jangka panjang dari 4,5 triliun rupiah pada tahun 2012 menjadi 7,2 triliun pada tahun 2013. Meski demikian, tingginya rasio utang terhadap ekuitas perusahaan telah berhasil dikontrol dengan meningkatkan tingkat ekuitas pada tahun 2014 dan kedepannya diperkirakan akan kembali ditekan untuk meminimalisir risiko
permodalan dari utang yang terlalu banyak.
Tingginya times to interest earned ratio pada tahun 2010 disebabkan oleh perbandingan pendapatan sebelum pajak dan bunga (EBIT) dengan beban bunga yang tidak sebanding yaitu 400 triliun EBIT berbanding 18 triliun beban bunga. Meski demikian, terlihat bahwa perusahaan telah berhasil
men-drive laju rasio ini menjadi di bawah 5 pada 2012 – 2014 yang menandakan bahwa kelebihan pendapatan pada EBIT terhadap beban bunga telah dioptimalisasi sehingga tidak lagi excess seperti pada tahun 2010.
0 5 10 15 20 25
2010 2011 2012 2013 2014
TIMES INTEREST EARNED RATIO
3. Activity
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, terjadi perputaran inventory yang tinggi pada 2011 dan 2012, hal ini didukung dengan fakta tingginya pertumbuhan ekonomi pada tahun tersebut (>7%) sehingga animo dan daya beli masyarakat untuk memiliki aset properti meningkat. Seiring penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi dan peningkatan inflasi pada tahun 2013, kuantitas penjualan properti juga menurun yang berimbas pada penurunan rasio inventory turnover.
Rasio average collection period menggambarkan waktu (hari) rata – rata yang diperlukan untuk menagih piutang terkait penjualan. Peningkatan rasio pada 2011 – 2013 dilatarbelakangi tingginya kuantitas penjualan (terkait inventory turnover) di tahun 2011 dan 2012.
0
2010 2011 2012 2013 2014
ACTIVITY
inventory turn over asset turn over
60
2010 2011 2012 2013 2014
Kebanyakan properti dibeli dengan kredit lebih dari satu tahun sehingga peningkatan piutang dari penjualan menyebabkan rasio ini meningkat, meski demikian apabila peningkatan tersebut tidak terkontrol akan berbahaya karena menandakan perusahaan kesulitan untuk menagih piutangnya. Dari
grafik terlihat bahwa perusahaan telah mampu menurunkan periode penagihan rata – rata pada 2014, meski demikian rasio pasca penurunan masih tergolong tinggi dan perlu menjadi perhatian khusus dan telah menjadi agenda manajemen perusahaan pada tahun – tahun ke depan.
4. Profitability
Tren peningkatan pada net profit margin patut diapresiasi, mengingat rasio tersebut mewakili kemampuan menghasilkan laba bersih dari proses bisnis. Meski demikian, return on equity terus mengalami penurunan sejak setelah re-startup dilakukan (2011 – 2014), hal ini tentu perlu mendapat perhatian khusus karena terbukti efisiensi ekuitas dalam menghasilkan pengembalian semakin lama semakin tidak maksimal.
Khusus untuk return on assets, penurunan pada tahun 2013 disebabkan oleh peningkatan jumlah aset yang sangat signifikan dari 15,2 triliun pada 2012 menjadi 19,7 triliun pada 2013 yang belum mampu
diimbangi oleh tambahan return sehingga rasio return on assets menurun pada 2013 dan 2014. Kedepannya, perlu dilakukan optimalisasi aset dalam menghasilkan pengembalian sehingga mampu lebih mendukung peningkatan laba perusahaan di tengah ketidakpastian ekonomi global saat ini yang berdampak langsung pada kelangsungan bisnis perusahaan properti.
0
2010 2011 2012 2013 2014
PROFITABILITY
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari hasil analisis rasio keuangan dan didukung data makroekonomi, kinerja keuangan PT Agung Podomoro Land dapat dinyatakan baik dan sangat sehat. Beberapa data yang mendukung pernyataan ini antara lain:
- Tingkat likuiditas masih dalam batas aman; - Pertumbuhan laba positif (net profit margin);
- Pemangkasan inefisiensi (aset berlebih pada current dan quick ratio, EBIT pada times
interest earned ratio);
- Kemampuan perusahaan mengatasi kendala ekonomi global tahun 2013 – 2014, terlihat dari
rasio profitabilitas yang cenderung stabil dan tidak berubah – ubah secara drastis.
Selain kondisi keuangan, hasil analisis memberikan gambaran risiko yang kedepannya dihadapi perusahaan baik risiko yang dapat didiversifikasi (unsystematic risk) dan tidak dapat didiversifikasi
(systematic risk). Adapun rincian kedua risiko tersebut adalah sebagai berikut:
- Unsystematic risk:
o Komposisi permodalan berupa utang masih cukup tinggi (sekitar 2 kali ekuitas)
meskipun telah mengalami penurunan dari tahun sebelumnya;
o Ketersediaan dana dari EBIT untuk membayar beban bunga terus menurun;
o Periode penagihan piutang rata – rata masih terbilang tinggi (cukup lama);
o Efisiensi aset dan ekuitas dalam menghasilkan pengembalian terus menurun.
- Systematic risk:
o Perlambatan ekonomi global yang berimbas pada penurunan penjualan properti,
ekonomi nasional diperkirakan hanya akan tumbuh 4,8% di akhir 2015;
o Laju inflasi hingga akhir 2015 diperkirakan masih tinggi;
o Semakin banyaknya perusahaan baru yang masuk ke pasar properti;
o Semakin terbatasnya lahan yang tersedia di area Jakarta dan sekitarnya untuk
kepentingan pengembangan properti baru.
Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dijabarkan, penulis memberikan saran terkait kebijakan keuangan perusahaan sebagai berikut:
- Sedapat mungkin mempertahankan tingkat pertumbuhan laba;
- Melakukan penjualan saham baru guna mengurangi porsi utang jangka panjang dalam;
struktur modal sekaligus menambah dana siap pakai (ready-to-use funds);
- Melakukan optimalisasi aset dan ekuitas dalam kaitannya dengan pengembalian (return) - Mengambil pilihan investasi yang sesuai guna mengimbangi penurunan pertumbuhan laba
akibat perlambatan ekonomi;
- Melakukan ekspansi ke kota – kota besar di jawa maupun luar jawa dengan pertimbangan
BAB IV LAMPIRAN
Laporan Posisi Keuangan (Neraca) dan Laba rugi PT Agung Podomoro Land, Tbk