LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA
Buta Warna
Disusun Oleh
Aza Ayu Din Illahaqi
NIM 14304241039
Pendidikan Biologi Inter
JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
A. JUDUL Buta Warna
B. TUJUAN
Mengetahui cara melakukan pengujian test buta warna
C. DASAR TEORI
Beberapa lapis dibelakang permukaan retina terdapat kombinasi sel-sel batang dan kerucut yang sangat berperan dalam fungsi penglihatan mata. Sel kerucut (cone) bersifat fotopik serta berperan di siang hari yang peka terhadap warna, sedangkan sel batang (rod) adalah skotopik, yang peka terhadap cahaya, dan menjadi parameter kepekaan retina terhadap adaptasi gelap-terang (Pinel, 2009).
Buta warna adalah suatu kondisi ketika sel-sel retina tidak mampu merespon warna dengan semestinya. Sel-sel kerucut di dalam retina mata mengalami perlemahan atau kerusakan. Buta warna merupakan kelainan genetik/ bawaan yang diturunkan dari orang tua kepada anaknya, karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X. Artinya kromosom Y tidak membawa faktor buta warna. Saraf sel dari retina terdiri atas sel batang yang peka terhadap hitam dan putih. Serta sel kerucut yang peka terhadap warna lainnya. Buta warna terjadi ketika saraf reseptor cahaya di retina mengalami perubahan, terutama sel kerucut. (Guyton, 1997)
Tipe buta warna ada 3 (Widyastuti, M. et all, 2004), yaitu: 1. Monokromat atau buta warna total (monochomacy)
Sering dianggap sebagai buta warna oleh orang umum. Kondisi ini ditandai dengan retina mata mengalami kerusakan total dalam merespon warna. Hanya warna hitam dan putih yang mampu diterima retina.
2. Dikromat atau buta warna parsial (dichromacy)
Yaitu keadaan ketika satu dari tiga sel kerucut tidak ada. Ada tiga klasifikasi turunan, yakni:
a. Protanopia, sel kerucut warna merah tidak ada sehingga tingkat kecerahan warna merah atau perpaduannya kurang.
b. Deuteranopia, retina tidak memiliki sel kerucut yang peka terhadap warna hijau. c. Tritanopia, sel kerucut warna biru tidak ditemukan
3. Anomaly trikromat (anomalous trichromacy)
Yaitu mata mengalami perubahan tingkat sensitifitas warna dari satu atau lebih sel kerucut pada retina. Jenis buta warna inilah yang sering dialami oleh orang-orang. Ada tiga klasifikasi turunan pada trikromasi, yaitu:
a. Protonomali, lemah mengenal warna merah. b. Deuteromali, warna hijau sulit dikenal. c. Trinomali, warna biru sulit dikenal.
Metode Ishihara
Metode Ishihara yaitu metode yang dapat dipakai untuk menentukan dengan cepat kelainan buta warna didasarkan pada penggunaan kartu bertitik-titik. Kartu ini disusun dengan menyatukan titik-titik yang mempunyai bermacam-macam warna.
D. METODE
1. Alat dan Bahan
- Buku test buta warna (Ishihara’s Tests) - Alat tulis
2. Cara Kerja
Menguji kemampuan warna dengan menulis apa yang terlihat pada buku test buta warna pada kolom-kolom yang telah tersedia
Mencocokan hasil yang diperoleh dengan angka/ gambar yang sebenarnya
E. HASIL DAN PEMBAHASAN
Data Individu
No Gambar Angka/gambar Angka/gambar yang terlihat
1 12
2 8
3 5
4 29
6 7
7 45
8 2
9 X (tidak ada)
10 16
12 35
13 96
14 Pola
Jumlah soal benar 14
Data Kelas
No Gambar Angka/gambar yang
terlihat Jumlah mahasiswayang menjawab benar
1 12 27
2 8 27
3 5 27
4 29 27
5 74 20
6 7 27
8 2 27
salah Nomor soalyang salah
Persentase Kesalahan = 0 % 15 mahasiswa
Persentase Kesalahan = 141 x 100% = 7,14% 9 mahasiswa
Persentase Kesalahan = 142 x 100% = 14,28 % 3 mahasiswa
Praktikum kali ini bertujuan mengetahui cara melakukan pengujian test buta warna. Adapun alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi alat tulis dan buku test buta warna (Ishihara’s Test). Pada buku test, terdapat titik-titik/bulatan/bulatan dengan berbagai warna dan ukuran. Titik/bulatan berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Di dalam lingkaran umumnya terdapat susunan warna yang membentuk angka-angka atau pola-pola tertentu. Warna perbedaan warna seperti yang dilihat oleh orang-orang normal. Langkah awal yang dilakukan, praktikan diuji dengan melihat kemampuannya dalam membedakan warna yaitu dengan menuliskan apa yang terlihat pada buku test buta warna pada kertas yang telah tersedia. Lalu mencocokkan hasil yang diperoleh dengan angka/ gambar yang sebenarnya. Kemudian menghitung persentase kesalahan yang dibuat dalam test.
Seseorang dapat dikatakan mengalami buta warna apabila ia salah menafsirkan warna lebih dari tiga pada nomor 1 sampai 11. Sementara jika praktikan memiliki kesalahan penafsiran warna sebanyak 3 atau kurang, maka tidak digolongkan ke dalam buta warna. Adapun nomor urut dengan nomor urut 12 sampai dengan nomor urut 14 hanya untuk mengidentifikasi jenis buta warna yang dialami oleh praktikan, yaitu apakah nomor buta warna total atau buta warna parsial.
mempunyai keturunan buta warna sehingga keturunan praktikan tidak memiliki gen resesif ( c ) yang menyebabkan buta warna.
Kelainan buta warna merupakan kelainan yang terpaut pada kromosom X. (Suryo, 2008). Sedangkan praktikan memiliki jenis kelamin perempuan normal. Sehingga kemungkinan genotip yang dimiliki oleh praktikan dan kedua orang tua praktikan adalah sebagai berikut.
P : ♂ XY x ♀ XX
Gamet : X, Y X
F1 : XX : wanita normal XY : laki-laki normal
Berdasarkan data kelas, dapat diketahui bahwa 15 mahasiswa dapat menjawab benar seluruh soal (14) dengan persentase kesalahan 0%, 9 mahasiwa salah 1 soal dengan persentase kesalahan 7,14%, dan 3 mahasiswa menjawab salah 2 soal sehingga memiliki persentase kesalahan 14,28%. Sebagian besar mahasiswa yang menjawab salah, rata-rata terdapat pada nomor 5 dan 9, lainnya pada nomor 10. Jika dilihat petunjuk buku Ishihara maka dapat disimpulkan bahwa keseluruhan mahasiswa kelas masih dalam kategori normal atau tidak mengalami buta wsrna. Hal ini dikarenakan kesalahan praktikan tidak mencapai lebih dari 3 soal.
XcbY : laki-laki buta warna XcbY : laki-laki buta warna
F. DISKUSI
1. Mungkinakah seorang wanita menderita Buta warna? Apapun jawaban anda, bagaimana turunannya kalau wanita tersebut kawin dengan laki-laki yang buta warna?
Mungkin, jika ayah dan ibunya menderita buta warna atau jika ayahnya buta warna dan ibunya normal carrier.
Jika wanita buta warna (Xcb
Xcb) menikah dengan laki-laki yang buta warna ( XcbY) maka kemungkinan semua keturunannya (100 %) buta warna.
P : ♂ XcbY x ♀ XcbXcb Gamet : Xcb,Y Xcb
♀
♂ X
cb Y
Xcb XcbXcb XcbY Xcb XcbXcb XcbY
F1 : Xcb
Xcb : wanita buta warna (50%) Xcb
Y : laki-laki buta warna (50%)
2. Mengapa buta warna banyak terdapat pada laki-laki?
Karena laki-laki hanya memiliki satu buah kromosom X, sedangkan wanita memiliki dua buah kromosom X. Sehingga apabila salah satu dari kromosom tersebut terdapat gen yang menyebabkan buta warna, kromosom lainnya berperan secara normal.
3. Dapatkah suami-istri yang normal menghasilkan keturunan yang buta warna?
Dapat, jika istri merupakan normal carrier dengan kemungkinan semua yang menderita buta warna adalah anak laki-lakinya.
P : ♂ XY x ♀ X Xcb Gamet : X, Y X, Xcb
♀ ♂
X Y
X XX XY
F1 : XXcb : wanita normal carrier (25%)
XX : wanita normal (25%) Xcb
Y : laki-laki buta warna (25%) XY : laki-laki normal (25%)
4. Apabila dua anak bersaudara kandung, laki-laki dan perempuan, semuanya buta warna. Bagaimanakah fenotip dan genotip kedua orang tuanya?
Anak laki-laki: (buta warna), perempuan: (buta warna)
Kemungkinan 1: ayahnya buta warna (XcbY) dan ibu buta warna (Xcb
Xcb) ditunjukkan dengan diagram persilangan berikut.
P : ♂ Xcb
Kemungkinan 2: ayahnya buta warna dan ibunya normal carrier P : ♂ XcbY x ♀ X Xcb
perempuannya. Sebaliknya jika ibu yang memiliki sifat buta warna maka sifat buta warnanya akan diturunkan kepada anak laki-lakinya.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa kelainan buta warna dapat di uji dengan test Buta Warna (Ishihara’s Test). Test buta warna dilakukan dengan melihat angka atau pola yang tampak pada buku. Orang yang menderita buta warna tidak dapat membedakan warna merah dan hijau, sehingga orang tersebut tidak dapat melihat angka/ pola atau menunjukkan hasil yang berbeda dari hasil yang sebeenarnya. Buku test buta warna (Ishihara’s Test) dapat digunakan untuk mengetahui mata normal, buta warna parsial dan buta warna total.
H. DAFTAR PUSTAKA
Bowmaker JK. 1998. Visual pigments and molecular genetics of color blindness. News Physiol. Sci 13: 63-69.
Guyton and Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta : CV EGC.
Kalat, James W. 2010. Biopsikologi Edisi 9. Jakarta: Salemba Humanika.
Pinel, John P.T. 2009. Biopsikologi Edisi Ketujuh. Yogyakarta: Pustaka Pelopor. Suryo. 2008. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tim Genetika. 2012. Petunjuk Praktikum Genetika. Yogyakarta: Jurdik Biologi FMIPA UNY.
Widyastuti, M., Suyanto, Yulianto, F. 2004. Tes Buta Warna Berbasis Komputer. Jurnal Teknik Informatika.