• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan praktikum pengaruh suhu terhadap (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "laporan praktikum pengaruh suhu terhadap (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Lengkap Praktikum Biologi Dasar dengan judul “Pengaruh Suhu terhadap Aktivitas Organisme” yang disusun oleh:

nama : Astuti

NIM : 1414041001

kelas / kelompok : Pendidikan Biologi/ III

telah diperiksa oleh Asisten dan Koordinator Asisten maka dinyatakan diterima.

Makassar, Januari 2015

Koordinator Asisten, Asisten,

Djumarirmanto, S.Pd Ratna Mulyana Dewi NIM. 1114140010

Mengetahui, Dosen Penanggungjawab

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makhluk hidup perlu bernapas untuk memasukkan oksigen sebagai pengoksidasi makanan untuk diubah menjadi energi yang menopang aktivitas makhluk hidup. Beruntunglah kita karena di bumi telah disediakan oksigen yang melimpah. Kebutuhan oksigen tentu akan jauh berbeda pada saat suhu lingkungan panas dan pada saat suhu dingin. Hal ini terjadi karena organisme lebih sedikit melakukan pergerakan saat suhu rendah dibandingkan pada saat suhu tinggi.

Penurunan kadar oksigen terlarut dalam air dapat menghambat aktivitas ikan. Oksigen diperlukan untuk pembakaran dalam tubuh. Kebutuhan akan oksigen antara tiap spesies tidak sama. Hal ini disebabkan adanya perbedaan struktur molekul sel darah ikan yang mempunyai hubungan antara tekanan partial oksigen dalam air dan dengan keseluruhan oksigen dalam sel darah. Variasi oksigen terlarut dalam air biasanya sangat kecil sehingga tidak menggangu kehidupan ikan. Keberadaan oksigen di perairan sangat penting terkait dengan berbagai proses kimia biologi perairan. Oksigen diperlukan dalam proses oksidasi berbagai senyawa kimia dan respirasi berbagai organisme perairan.

(3)

B. Tujuan

Mahasiswa diharapkan dapat membandingkan kecepatan penggunaan oksigen oleh organisme pada suhu yang berbeda.

C. Manfaat

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Termoregulasi ialah proses yang terjadi pada hewan untuk mengatur suhu tubuhnya supaya tetap konstan, paling tidak, supaya suhu tubuhnya tidak mengalami perubahan yang terlalu besar. Persoalannya, tidak semua hewan mampu mepepertahankan suhu tubuhnya dinamakan homoeterm, sedangkan yang tidak mampu mempertahankan suhu tubuhnya disebut poikiloterm. Menurut konsep kuno, poikiloterm sama dengan hewan berdarah dingin, sedangkan homoeterm sama dengan hewan berdarah panas. Namun, lebih baik kita tidak algi menggunakan istilah tersebut karena tidak tepat dan sering kali menimbulkan kebingungan (Isnaeni, 2006).

Badan air yang besar dapat menyerap dan menyimpan banyak sekali panas dari matahari pada siang hari dan selama musim panas dengan hanya mengalami beberapa derajat perubahan suhu. Lalu, pada malam hari dan selama musim dingin, air yang perlahan-lahan berubah menjadi sejuk dapat menghangatkan udara. Inilah alasan mengapa di wilayah pesisir biasanya memiliki iklim yang lrbih hangat daripada wilayah-wilayah di dalam benua. Panas jenis air yang tinggi juga cenderung menstabilkan suhu laut, menciptakan lingkungan yang sesuai bagi kehidupan laut. Dengan demikian, karena panas jenisnya yang tinggi, ai yang menutupi sebagian besar bumi menjadi fluktuasi suhu di darat dan di air dalam batas-batas yang memungkinkan kehidupan. Selain itu, karena organisme sebagian besar terdiri dari air, organisme lebih mampu menahan perubahan suhunya sendiri daripada jika ia terdiri dari cairan dengan panas jenis yang lebih rendah (Campbell, 2008).

(5)

suhu yang lebih sempit dari kisaran suhu tersebut. sekalipun suhu tubuh kebanyakan hewan dipengaruhi oleh lingkungan luarnya, kenyataan menunjukkan bahwa burung dan mamalia dapat mengubah suhu tubuhnya mereka, bahkan mempertahankannya agar tetap konstan, meskipun suhu lingkungan eksternal berubah-ubah. suhu tubuh yang konstan sangat dibutuhkan oleh hewan karena pertama, perubahan suhu dapat mempengaruhi konformasi protein dan aktivitas enzim. kedua, perubahan suhu tubuh berpengaruh terhadap energi kinetik yang dimiliki oleh setiap molekul zat sehingga peningkatan suhu tubuh akan memberikan peluang yang lebih besar berbagai partikel zat untuk saling bertumbukan (Isnaeni, 2006).

Oksigen merupakan salah satu parameter kualitas air yang sangat penting dalam budidaya ikan. Oksigen yang dikonsumsi digunakan untuk mengoksidasi zatzat makanan untuk menghasilkan energi. Oleh karena itu laju metabolisme biasanya ditunjukkan dengan tingkat konsumsi oksigen per unit waktu. Dalam budidaya ikan semakin intensif tingkatan budidayanya akan semakin tinggi padat penebaran dan tingkat pemberian pakannya. Pada padat penebaran yang tinggi, kekurangan oksigen sering terjadi, akibatnya oksigen menjadi faktor pembatas (Rostim, 2000).

Suhu yang optimal bagi pertumbuhan ikan tropis berkisar antara 25°C – 32ºC. Semakin tinggi suhu semakin cepat perairan mengalami kejenuhan akan oksigen yang mendorong terjadinya difusi oksigen dari air ke udara, sehingga konsentrasi oksigen terlarut dalam perairan semakin menurun. Sejalan dengan itu, konsumsi oksigen pada ikan menurun dan berakibat menurunnya metabolisme dan kebutuhan energi. Peningkatan suhu perairan sebesar 10 ºC, menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sebanyak dua sampai tiga kali lipat. Perubahan suhu juga berakibat pada peningkatan dekomposisi bahan-bahan organik oleh mikroba (Effendi, 2003).

(6)
(7)

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Hari, tanggal : Rabu, 21 Januari 2015 Waktu : Pukul 07.30 sd 09.10 WITA

Tempat : Laboratorium Biologi Lantai III Barat FMIPA UNM B. Alat dan Bahan

1. Memasukkan 2 ekor ikan mas koki yang relatif sama besarnya ke dalam toples yang berisi air kran dan mengaklimasi ikan tersebut selama 1 menit. 2. Mengambil 1 ekor ikan mas koki dan memasukkan ke dalam toples yang

berisi air normal yang bersuhu 27oC. Menghitung dan mencatat frekuensi gerakan operculum (buka tutup) dalam waktu 5 menit dengan selang waktu 5 menit.

3. Mengambil 1 ekor ikan mas koki dan memasukkan ke dalam toples yang berisi air panas dengan suhu 38oC. Menghitung dan mencatat frekuensi gerakan operculum pada ikan selama 5 menit dengan selang waktu 1 menit. 4. Mengambil 1 ekor ikan mas koki dan memasukkannya ke dalam toples yang

(8)

BAB IV

1. Kecepatan Gerak Operculum pada Suhu 16°

v=1225menitkali=24,4kali/menit

2. Kecepatan Gerak Operculum pada Suhu 27°

v=3435menitkali=68,6kali/menit

3. Kecepatan Gerak Operculum pada Suhu 38°

v=5605menitkali=112kali/menit

Grafik Hubungan Suhu terhadap Aktivitas Buka Tutup Operculum

(9)

D. Pembahasan

1. Aktivitas Ikan pada Suhu 16°C

Keadaan operculum saat ikan dimasukkan ke dalam air dingin yang bersuhu 16°C mengalami gerak tutup buka operculum yang sedikit yaitu ikan membuka tutup operculumnya sebanyak 24,4kali/menit. Ikan terlihat sangat lemah dan pergerakannya sedikit. Hal ini karena metabolisme ikan menjadi menjadi menurun karena suhu yang dingin.

2. Aktivitas Ikan pada Suhu 27°C

Keadaan operculum saat ikan dimasukkan ke dalam air kran yang bersuhu 27°C mengalami gerak tutup buka operculum yang sedikit yaitu ikan membuka tutup operculumnya sebanyak 68,6kali/menit. Ikan mengalami pergerakan yang normal dan terlihat bugar. Hal ini karena ikan tidak mengalami gangguan terhadap perubahan suhu lingkungan sehingga ikan tetap beraktivitas secara normal.

3. Aktivitas Ikan Pada Suhu 38°C

(10)

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa suhu berpengaruh besar terhadap aktivitas organisme. Ikan mas koki memiliki kecepatan pengunaan oksigen yang lebih banyak pada suhu maksimum dibandingkan pada saat suhu berada dalam suhu optimum dan minimum karena pada suhu yang tinggi konsentrasi oksigen terlarut semakin berkuang sehingga ikan menggerakkan operculum lebih cepat.

B. Saran

Adapun saran untuk praktikum selanjutnya adalah sebagai berikut.

1. Sebaiknya praktikan selanjutnya lebih meningkatkan kerjasama kelompok. 2. Diharapkan kepada asisten agar dapat meningkatkan bimbingannya

sehingga praktikan dapat melakukan pengamatan dengan baik dan benar. 3. Diharapkan kepada laboran agar menyediakan alat praktikum yang lebih

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2002. Biologi jilid I. Jakarta: Erlangga.

Campbell. 2008. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 1 (Terjemahan). Jakarta: Erlangga.

Effendi. 2003. digilib.unimed.ac.id/.../UNIMED-Undergraduate-223.. diakses pada kamis, 22 januari 2015.

Isnaeni, 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.

Gambar

Grafik Hubungan Suhu terhadap Aktivitas Buka Tutup Operculum

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat preferensi tersebut tergantung pada kondisi tubuh setiap hewan tersebut, berdasarkan data yang didapatkan pada jenis ikan yang sama tetapi menyukai suhu yang

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa perlakuan suhu pengukusan memberikan pengaruh nyata pada sifat fisika kimia tepung ikan rucah.. Tepung ikan yang

Pada perlakuan suhu 33 0 C ± 1 0 C tingkat pertambahan panjang ikan bujuk kembali menurun karena pada perlakuan tersebut suhu telah melebihi kisaran optimum,

Oleh karena itu, praktikan melakukan praktikum mengenai preferensi keadaan suhu air pada ikan Molly (Poecilia sphenops) dan preferensi makanan pada belalang (Dissosteira carolina)

Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah,

penurunan laju respirasi menghambat proses pematangan sehingga tomat yang disimpan pada suhu rendah mengalami susut bobot yang lebih kecil serta perubahan warna menjadi

Kerja enzim katalase akan optimum pada suhu yang normal (±30 o C), dan akan mengalami denaturasi atau kerusakan pada suhu yang. tinggi, serta akan bekerja lebih lambat pada suhu

Pada suhu yang lebih rendah (10ºC) kemampuan renang ikan menurun disebabkan oleh penurunan fungsi fisiologis ikan, yaitu laju detak jantung dan kontraksi otot minimum ikan.. Pada