• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PEMBUATAN INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT PEMBUATAN INDONESIA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT

“PEMBUATAN RANCANGAN JALUR EVAKUASI BERBASIS 3 DIMENSI DI SMP MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO”

Disusun oleh:

Nofa Wijayanto A610130006

Nanda Khoirunisa A610130007

Vinsa Eko Junianto A610130035 Agung Eko Nugrahanto A610130038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat danhidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Laporan Pengabdian Masyarakat dengan judul “Pembuatan Rancangan Jalur Evakuasi Berbasis 3 Dimensi di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo”. Laporan ini merupakan luaran akhir dari proses pengabdian masyarakat yang telah dilakukan oleh mahasiswa.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu Dosen dan pihak yang telah membimbing, memberikan masukan, motivasi, ilmu, dan dukungan, sehingga laporan dan pengabdian masyarakat yang laksanakan berjalan dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih memiliki banyak ekurangan, sehingga saran dan kritik yang konstruktif sangat diharapkan.

Surakarta, 23 Januari 2015

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ……... 1

A. Latar Belakang ………… ………..…………...… 1

B. Rumusan Masalah ……… ………..………... 2

C. Tujuan ……… ………..………… 2

D. Manfaat ………... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………..……… 3

A. Bencana ………...…. 3

B. Kesiapsiagaan ……… 3

C. Jalur Evakuasi ……….. 4

BAB III METODE PENGABDIAN ………. 5

A. Tempat dan Waktu Pengabdian ……… 5

B. Tehnik Pengumpulan Data ………... 5

C. Tahapan Pengabdian ……… 6

BAB IV PEMBAHASAN ………. 7

A. Kesiapsiagaan Sekolah ……… 7

B. Jalur Evakuasi ……….. 8

BAB V PENUTUP ……… 16

A. Kesimpulan ……….. 16

B. Saran ………. 16

Daftar Pustaka ……… 17

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A.Analisis Situasi

Bencana dapat terjadi kapan saja tanpa peringatan dan memandang waktu. Fenomena ini menimbulkan banyak kerugian harta benda dan jatuhnya korban luka-luka bahkan korban meninggal dalam masyarakat. Sekolah merupakan bagian dari komunitas masyarakat yang memiliki kerentanan yang paling tinggi terhadap resiko bencana, hal ini dikarenakan pelajar yang memiliki kemampuan yang minim dalam penyelamatan diri dan pengalaman terhadap situasi darurat saat terjadi bencana. Saat terjadinya bencana pelajar akan kehilangan akses pendidikan dikarenakan hancurnya fasilitas pendidikan dan dampak psikologis yang disebabkan oleh bencana. Pelajar yang paling rentan terhadap bencana terutama saat terjadi bencana di jam sekolah. Gempa bumi di Pakistan pada bulan Oktober 2005 menyebabkan lebih dari 16.000 pelajar tewas akibat tertimpa reruntuhan gedung sekolah dan longsor di Leyte, Filipina menewaskan lebih dari 200 anak sekolah (Disaster Management Institute of Indonesia, 2015).

Sekolah aman bencana sangat dibutuhkan untuk mengurangi gangguan terhadap kegiatan pendidikan dan memberikan jaminan keselamatan, kelayakan, dan kenyamanan di sekolah terutama saat terjadi bencana. Sekolah aman bencana terdiri atas 3 pilar utama, yaitu: 1) fasilitas sekolah aman; 2) manajemen bencana di sekolah, dan 3) pendidikan pengurangan resiko bencana (PRB) (Plan Indonesia, 2014). Pilar-pilar sekolah aman bencana dapat diwujudkan dalam penentuan lokasi sekolah yang aman, infrastuktur dan fasilitas yang memadai untuk keselamatan siswa, mitigasi stuktural dan non-stuktural, tersedianya jalur evakuasi, kebijakan dan acuan dalam keadaan tanggap darurat, pelatihan dan peningkatan kesiapsiagaan warga sekolah serta menanamkan tindakan pengurangan resiko bencana melalui kurikulum dan mengintegrasikan PRB dalam proses pembelajaran yang relevan.

Penerapan pilar-pilar sekolah aman bencana sangat penting dilakukan untuk menjamin keselamatan siswa disekolah yang sedang menempuh pendidikan. Pada bulan Oktober Tahun 2015 Tim Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Angkatan 2013, Universitas Muhammadiyah Surakarta melakukan pengabdian masyarakat di Kecamatan Sukoharjo yang memiliki potensi bencana berupa gempa bumi, banjir, puting beliung dan resiko kebakaran. Pengabdian dilaksanakan di satuan pendidikan Muhammadiyah yang tersebar di Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya di lokasi menunjukkan bahwa tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah masih rendah. Hal ini juga menjadi dasar dan alasan dilakukannya pengabdian di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo.

(5)

menganalisis bahaya dan resiko di lingkungan sekolah sehingga dapat menentukan jalur evakuasi dan lokasi yang aman saat terjadi bencana serta melakukan analisis tingkat kesiapsiagaan warga sekolah terhadap bencana. Jalur evakuasi merupakan bagian vital dalam lingkungan sekolah saat terjadi bencana dan nantinya dari indeks tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dapat dilihat apakah sekolah telah siap dalam menghadapi bencana yang tidak dapat diprediksi secara akurat.

B.Rumusan masalah

Berdasarkan analisis situasi yang dilakukan maka tim pengabdian melakukan identifikasi masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana tingkat kesiapsiagaan Komunitas sekolah SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo?

2. Bagaimana proses pembuatan rancangan jalur evakuasi berbasis 3 dimensi di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo?

3. Bagaimana jalur evakuasi tercepat di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo?

C.Tujuan

Pengabdian yang dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo memiliki tujuan-tujuan, yaitu:

1. Menganalisis tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah terhadap bencana yang terdiri atas kesiapsiagaan sekolah, kesiapsiagaan guru dan kesiapsiagaan siswa.

2. Mengidentifikasi jalur evekuasi yang aman bagi komunitas sekolah yang akan digunakan saat terjadi bencana.

3. Merancang jalur evakuasi berbasis 3 dimensi bagi sekolah

D.Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari pengabdian yang dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo adalah sebagai berikut.

1. Hasil pengabdian yang dilaksanakan dapat menjadi bahan evaluasi bagi sekolah terkait dalam hal upaya pengurangan resiko bencana berupa peningkatan kesiapsiagaan komunitas sekolah.

2. Jalur evakuasi yang telah diidentifikasi dan digambarkan oleh Tim Mahasiswa dapat bermanfaat oleh sekolah terkait dan dapat direalisasikan. 3. Kegiatan pengabdian dapat bermanfaat bagi kedua belah pihak yaitu sekolah

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Bencana

Definisi bencana dalam buku Disaster Management – A Disaster Manager’s Handbook (Carter dalam Khoirunisa, 2014) adalah suatu kejadian, alam atau buatan manusia, tiba-tiba atau progresif, yang menimbulkan dampak yangdahsyat (hebat) sehingga komunitas (masyarakat) yang terkena atau terpengaruh harus merespon dengan tindakan-tindakan luar biasa dalam pengelolaan bencana terpadu, suatu masyarakat sehingga tidakmenyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan yang melampaui kemampuan masyarakat tersebut untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri. Bukan hanya berdampak pada orang dewasa, bencana juga sangat berdampak kepada remaja dan anak-anak.

Bencana selalu mengakibatkan kehancuran dan dampak bagi anak dan remaja yang mana memiliki kerentanan paling tinggi (Jabry dalam Wijayanti, 2012). Data pada tahun 2005 menunjukkan 200 anak tertimbun oleh reruntuhan sekolah dalam bencana tanah longsor di Filipina (ADPC dalam Wijayanti, 2012). Bahkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam penelitian pada tahun 2006 yang bekerjasama dengan UNESCO menyatakan bahwa sekolah merupakan ‘ruang

publik’ dengan tingkat kerentanan tinggi. Hampir di sebagian besar wilayah

Indonesia, sarana dan prasarana sekolah yang ada sangatlah rentan terhadap bencana. Selain infrastruktur bangunan sekolah, tak dapat dibayangkan apabila kejadian bencana terjadi pada jam-jam sekolah (Sunarhadi, 2013). Letak geografis Indonesia yang menyebabkan intensitas bencana yang cukup tinggi terutama bencana akibat aktivitas vulkanik.

B.Kesiapsiagaan

Upaya penanggulangan bencana di Indonesia telah tercantum dalam UU Nomor 24 Tahun 2007. Salah satu tindakan penanggulangan bencana yang dapat dilakukan adalah dengan peningkatan kesiapsiagaan terhadap bencana. Pada UU Nomor 24 Tahun 2007 pasal 1 ayat 7 berbunyi, kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Peningkatan kesiapsiagaan adalah tahapan yang paling penting dilakukan sebelum terjadi bencana dan dapat mengurangi korban jiwa. Kesadaran dan pemahaman hubungan antara bencana dan kebutuhan dasar warga sangat penting. Kebutuhan dasar merupakan pondasi dari pengurangan resiko bencana yang akan meningkatkan kesiapan warga terhadap bencana.

(7)

dengan lima parameter kesiapsiagaan yakni pengetahuan dan sikap, sistem peringatan bencana, rencana tanggap darurat, kebijakan, dan mobilisasi sumber daya (Koswara, 2012). Kesiapsiagaan seseorang dapat diukur dengan melihat tingkat pengetahuan mengenai bencana yang terjadi dan tindakan-tindakan yang akan dilakukan sebelum, saat dan setelah bencana terjadi.

Analisis hasil penilaian kesiapsiagaan yang digunakan adalah dengan menggunakan analisis kuantitatif yang akhirnya didapatkan angka indeks kesiapsiagaan dan merupakan hasil indeks gabungan dari parameter yang ada. Nilai indeks tingkat kesiapsiagaan diklasifikasikan dan dikatagorikan dalam 5 kelas (Sopaheluwakan, 2006), yaitu:

Evakuasi merupakan tahap penyelamatan yang dilakukan oleh tim SAR atau warga sekitar untuk menghindari korban jiwa dan evakuasi dilakukan saat terjadinya bencana serta merupakan salah satu tindakan tanggap darurat.

Menentukan membuat dan memelihara sarana Emergency Exit adalah sebagai berikut :

3. Jalur evakuasi harus cukup (jumlah & ukuran) untuk mengeluarkan personil dalam waktu 2, 2 ½, atau 3 menit.

4. Jalur evakuasi harus bebas dari benda yang mudah terbakar atau barang terbakar lainnya.

5. Terdapat petunjuk arah evakuasi yang harus terlihat jelas pada keadaan gelap. Algoritma Djikstra menyediakan dasar untuk algoritma yang paling efisien untuk memecahkan masalah penentuan jalur terpendek. Kebanyakan perbaikan komputasi untuk memecahkan jalur terpendek telah dihasilkan dari peningkatan struktur data yang digunakan untuk mengimplementasikan algoritma djiksa ini. Algoritma Djikstra adalah algoritma dalam tabel yang dibuat permanen oleh setiap literasi. Rumus yang digunakan dapat dilihat sebagai berikut :

(8)

BAB III

METODE PENGABDIAN

A. Tempat dan Waktu Pengabdian

Lokasi pengandian dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo tepatnya terletak di Kabupaten Sukoharjo, Provinsi Jawa Tengah. Pengabdian ini telah berlangsung selama 1 minggu, dimulai pada tanggal bulan 2015.

B. Teknik Pengumpulan Data

Pengabdian ini bertujuan untuk menganalisis tingat kesiapsiagaan sekolah dan menghasilkan rancangan jalur evakuasi yang aman bagi warga sekolah. Adapun penggumpulan data yang digunakan dalam menunjang pengabdian ini sebagai berikut:

1. Tinjauan Pustaka

Pengetahuan dalam studi kepustakaan ini untuk melengkapi data sekunder yang akan menunjang proses pengabdian. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari membaca buku, jurnal, surat kabar, artikel atau bentuk tulisan lainnya secara umum yang berkaitan dengan topik pengabdian yang dilakukan.

2. Observasi (Survei)

Observasi/survei merupakan pengumpulan data dari suatu pengamatan yang dilakukan seorang observer/peneliti pada kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi/survei dilakukan untuk mengamati lingkungan sekolah di setiap bagiannya secara detail sehingga dapat menjadi acuan dalam pembuatan rancangan jalur evakuasi yang aman bagi warga sekolah. 3. Kuisoner

Kuisoner/angket adalah pengumpulan data yang dilakukan secara tidak langsung. Angket merupakan alat pengumplan data berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan diisi oleh responden. Kuisoner/angket digunakan untuk mengukur seberapa bahaya lokasi sekolah dan tingkat kerentanan yang dimiliki sekolah terhadap bencana yang pernah terjadi dan resiko becana yang akan terjadi.

4. Dokumentasi

Dokumentasi berupa pengambilan gambar maupun data secara berkala yang digunakan untuk memperkuat hasil dari observasi dan kuesioner. Dokumentasi digunakan sebagai pembukti kebenaran yang diambil dilokasi pengabdian.

5. Wawancara

(9)

C. Tahapan Pengabdian

Pengabdian yang dilakukan di SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo melalui beberapa tahapan, adapun tahapannya sebgai berikut.

1. Tahapan persiapan

Pengabdian ini diawali dengan tahap persiapan yaitu orientasi medan dan data juga dilakukan perijinan pada sekolah terkait.

2. Persiapan instrumen pengabdian

Pengabdian ini bertujuan untuk menganalisis tingat kesiapsiagaan sekolah dan menghasilkan rancangan jalur evakuasi yang aman bagi warga sekolah. Oleh karena itu, Tim Pengabdian Mahasiswa Pendidikan Geografi menggunakan instrumen kuisoner Panduan Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana yang berasal dari Lembaga Peneliti Indonesia (LIPI) (Koswara, 2012) dalam menganalisis tingkat kesiapsiagaan sekolah. Rancangan jalur evakuasi didasarkan pada penilaian kerentanan dan bahaya sekolah yang dinilai oleh Tim Mahasiswa Pendidikan Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

3. Survei lokasi

Survei lokasi dilakukan untuk menentukan sekolah-sekolah mana saja yang menjadi lokasi pengabdian dan orientasi medan lokasi pengabdian.

4. Pengabdian dan Pengumpulan data

Pengabdian dan pengumpulan data dilakukan oleh Tim Mahasiswa Pendidikan Geografi, Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan melakukan kunjungan langsung di lokasi pengabdian selama 4 hari. Selama proses pengabdian Tim mahasiswa mengumpulkan data dan melakukan observasi di sekolah. Rancangan jalur evakuasi disusun berdasarkan hasil penilaian indeks kerentanan dan bahaya sekolah kemudian dilakukan survei langsung disetiap ruang pada lingkungan sekolah untuk menentukan jalur yang aman dan dapat digunakan sebagai jalur evakuasi nantinya.

5. Pembuatan rancangan jalur evakuasi

Tahapan selanjutnya adalah pembuatan rancangan jalur evakuasi berbasis 3D dengan menggunakan software Sketch Up 2014 dan Corel Draw Graphics Suite X7. Dimana rancangan jalur evakuasi ini memberikan gambaran tentang jalur evakuasi yang aman bagi warga sekolah.

6. Analisis data

Pengabdian ini dalam menganalisis tingkat kesiapsiagaan kmunitas sekolah menggunakan analisis kuantitatif dari data yang bersumber dari data primer hasil kuisoner sekolah, guru dan siswa. Analisis kesiapsiagaan menggunakan analisis kuantitatif menggunakan tabel-tabel frekuensi dan tabel-tabel silang, diagram dan angka-angka indeks.

7. Pembuatan laporan akhir

(10)

BAB IV PEMBAHASAN

A.Kesiapsiagaan Sekolah

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya di lokasi pengabdian yaitu SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo mengenai tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah dalam menghadapi bencana yang menggunakan instrumen berupa kuisoner Panduan Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana yang berasal dari Lembaga Peneliti Indonesia (LIPI), menunjukkan bahwa tingkat kesiapsiagaan komunitas sekolah masih tergolong katagori “rendah”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 3 instrumen berbeda tergantung responden yaitu pihak sekolah (kepala sekolah), guru dan siswa dengan menggunakan sampel yaitu kepala sekolah, 18 guru dan 30 siswa perwakilan setiap kelas di SMP Muhammadiyah Sukoharjo.

Nilai indeks kesiapsiagaan komunitas sekolah dapat dilihat pada gambar 4.1 yang merupakan hasil penelitian mengenai tingkat kesiapsiagaan SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo sebagai berikut.

Gambar 4.1 Diagram parameter dan tingkat kesiapsiagaan SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo

Keterangan:

K AP : Indeks pengetahuan/knowledge

EP : Indeks tanggap darurat/emergency planning WS : Indeks sistem peringatan dini/warning system

RMC : Indeks mobilisasi sumber daya/resource mobilization contribution PS : Indeks kebijakan dan panduan/

K : Indeks Kesiapsiagaan

Pada gambar 4.1 merupakan perbandingan seluruh parameter terhadap responden penelitian. Terdapat perbedaan parameter dimana pada kuisoner sekolah tidak memiliki parameter pengetahuan melainkan adanya parameter kebijakan dan

(11)

panduan. Pada keseluruhan parameter terlihat bahwa nilai indeks sekolah memiliki nilai terendah. Pada kuiesoner siswa dan guru tingkat kesiapsiagaan dianalisis parameter pengetahuan, rencana tanggap darurat dan mobilisasi sumber daya yang menunjukkan guru memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan siswa. Namun, pada parameter sistem peringatan dini terhadap bencana, nilai indeks siswa lebih baik.

Nilai akhir hasil indeks kumulatif tingkat kesiapsiagaan menunjukkan bahwa guru dengan nilai indeks 62,3 dan siswa dengan nilai indeks 55, termasuk dalam

katagori “Hampir Siap” dalam menghadapi bencana. Pihak sekolah dengan nilai

indeks tingkat kesiapsiagaan sebesar 7,1 termasuk dalam katagori “Belum Siap” dalam menghadapi bencana.

B.Jalur Evakuasi

a) Proses Pembuatan Jalur Evakuasi Berbasis 3 Dimensi

1. Tampilan (interface) Google Sketchup serta alat-alat (tools) utama untuk membuat desain.

2. Membuat disain rumah sedarhana (bangunan). Saya membuat empat persegi panjang menggunakan Rectangle. Clik Rectangle (disamping gambar pensil).

(12)

4. Icon/tool Orbit ini berguna untuk memutar gambar saat Anda ingin membuat perubahan/desain padasisi lain. Contoh: saya akan membuat atap, maka putar gambar, posisikan bagian atas menghadap kearah kita (bisa kelihatan dengan jelas (lihat gambar dibawah). Istilahnya: eye bird view (dilihat dari atas/sudut pandang burung).

Untuk membuat atap, klik Line (gambar pensil), arahkan pada bagian tengah di garis depan (akan muncul titik biru dengan tulisan Midpoint). Kik dan arahkan kegaris belakang, klik dibagian midpoint seperti pada garis depan. Anda akan memiliki satu garis tepat ditengah-tengah seperti gambar diatas.

5. Kik icon Move (gambar anak panah bersilang berwarna merah, tahan dan tarik keatas. Measurement akan berubah menjadi Length, silahkan berhenti pada ketinggian atap yang Anda inginkan.

(13)

7. Tampak depan (front view). Silahkan putar menggunakan Orbit.

8. Untuk membuat jendela dan pintu, silahkan buat pola garis sesuai keinginan Anda. Gunakan Line atau Rectangle, atur ukurannya dengan melihat kolom Measurement. (front view).

9. Untuk memberi warna atau material, cari di Menu Bar: klik Windows-Material. Anda bisa memilih warna atau material. Klik segitiga kecil berwarna hitam disamping tulisan Wood, akan muncul pilihan material. Wood; untuk kayu, Roof: untuk atap/genteng, Stoone: untuk lantai atau dinding batu, dst.

(14)

11.Kaca jendela bisa diberi efek kaca transfaran. Cari material Translucent, pilih salah satunya. Gambar kaca diatas sudah transfaran, sudut ruangan bagian dalam bisa terlihat dari luar.

12.Anda dapat memilih warna dinding, atap dan lantai sesuai bangunan.

13. Selanjutnya adalah proses penyimpanan. Simpan berupa file .JPG.Caranya: Klik File-Export-2D graphic. Tentukan tempat untuk menyimpannya.

(15)

Dibawah ini merupakan hasil 3D bangunan SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo.

Dari sekian banyaknya langkah diatas yang tadi sudah dilakukan. Yang merupakan bagian dari sisi nampak 3D, kemudian akan dilanjutkan dengan gambar yang nampak dari atas 2D. Klik Section Plane. Guna memotong bagian dari atas dan tarik kebawah.

(16)

Gunakan Move untuk menarik garis kuning (Selection Plane) ke bawah.

Jika sudah ditarik kebawah maka akan Nampak gambar seperti posisi dibawah ini, yang merupakan tampak gambar 2D. Terlihat bagian – bagian Ruangannya.

Denah Lantai 1 SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo

(17)

Berdasarkan hasil observasi dan pengolahan data 3D bangunan sekolah SMP Muhammasiyah 1 Sukoharjo maka jalur evakuasi yang aman adalah sebagai berikut.

b) Analisis Jalur Tercepat

(18)

Tabel 4.1 Perhitungan jalur tercepat untuk evakuasi SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo

No Nama

Ruang/Simbol Arah Evakuasi Jarak (m)

(19)

BAB V PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan pengabdian yang telah dilaksanakan maka kesimpulan yang didapatkan adalah:

1. Nilai akhir hasil indeks kumulatif tingkat kesiapsiagaan guru dengan nilai indeks 62,3 dan siswa dengan nilai indeks 55, termasuk dalam katagori

“Hampir Siap”. Pihak sekolah dengan nilai indeks tingkat kesiapsiagaan sebesar 7,1 termasuk dalam katagori “Belum Siap” dalam menghadapi

bencana.

2. Tedapat 2 alternatif dalam jalur evakuasi tercepat di lingkungan SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo.

B. SARAN

1. Perlunya peningkatan kesiapsigaan terutama oleh pihak sekolah dan siswa yang rentan terhadap bencana

2. SMP Muhammadiyah 1 Sukoharjo harus memiliki jalur evakuasi yang baik. Tanda-tanda/rambu jalur evakuasi harus terpasang dengan baik dan jelas di lingkungan sekolah.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Koswara, Asep dan Triyono. 2012. Panduan Monitoring dan Evaluasi Sekolah Siaga Bencana. Jakarta: LIPI Press.

Riduwan. 2009. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Bandung: ALFABETA.

Sadisun, Imam A. 2008. Pemahaman Karakteristik Bencana: Aspek Fundamental dan Upaya Mitigasi Penanganan Tanggap Darurat Bencana. Bandung: Institut Teknologi Bandung (ITB).

Sarwidi. 2011. Penanggulangan Bencana Gunung Merapi Berdasarkan Sistem

Penanggulangan Bencana Nasional. Seminar Nasional Pengembangan

Kawasan Merapi Aspek Kebencanaan dan Pengembangan Masyarakat Pasca Bencana. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Sunarhadi, Amin dan Teguh Setyawan. 2012. Melek Geografi SMA 7 Surakarta dan MA Al Islam di Kecamatan Serengan dalam Mengenal Bencana Banjir dan Lingkungan. Seminar Nasional Geografi, Fakultas Geografi, 19 Juni 2014. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Zaennudin, Akhmad. 2009. “Bencana Letusan Gunung Api” dalam “Perangkat

(21)

Proses wawan cara dengan kepala sekolah smp 1 muhamaddiyah sukoharjo

Proses wawan cara dengan pak bon

(22)

Kondisi Ruang kelas siswa

(23)

Kondisi Ruang guru dan teu

Musolah

(24)

Gambar

Gambar 4.1 Diagram parameter dan tingkat kesiapsiagaan
gambar pensil).
gambar diatas.
gambar yang nampak  dari atas 2D. Klik Section Plane. Guna memotong
+2

Referensi

Dokumen terkait

Batang pohon mati baik yang masih tegak atau telah tumbang dan tergeletak di permukaan tanah merupakan komponen penting dari karbon. dan harus diukur agar diperoleh

Segala puji syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan hidayatnya yang telah memberikan kesehatan jasmani maupun rohani kepada

Antitesis Objek dalam Seni Patung, diajukan oleh Ardiansyah, NIM 0711829021, Program Studi Seni Rupa Murni, Jurusan Seni Murni, Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh dari pembelian tanpa rencana pada penyesalan pasca pembelian, yang dimoderatori oleh variabel demografik yaitu

Jalankan sesuai permintaan lembar pengamatan, dan catatlah data yang dibutuhkan dengan mengubah-ubah sudut penyulutan (gate) pada triac untuk beberapa macam beban..

Dari tumbuhan famili Fabaceae yaitu tanaman Caesalpinia major, yang dalam tulisan ini akan dilaporkan bahwa senyawa fitoaleksin yang terisolasi dan teridentifikasi

Berdasarkan implementasi dan hasil uji coba yang dilakukan, maka dapat disimpulkan hasil penelitian ini yaitu menggunakan metode SCRUM dengan adanya empat tahapan,

Program ini menampilkan pilihan laporan yang akan di cetak, ketika admin menekan tombol cetak maka program akan menampilkan laporan data anggota koperasi makmur