• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Organologis Sarune Jahe Pada Masyarakat Karo Jahe, Buatan Bapak Kebal Kaban Di Desa Baguldah, Kecamatan Binjai Selatan, Kabupaten Langkat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Organologis Sarune Jahe Pada Masyarakat Karo Jahe, Buatan Bapak Kebal Kaban Di Desa Baguldah, Kecamatan Binjai Selatan, Kabupaten Langkat"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT KARO JAHE DI DESA BAGULDAH KABUPATEN LANGKAT, DAN BIOGRAFI RINGKAS KEBAL KABAN SEBAGAI SENIMAN MUSIK TRADISIONAL SARUNE

JAHE LANGKAT

2.1 Sejarah Kabupaten Langkat

(2)

Tentang asal mula Kerajaan Langkat berdasarkan tambo Langkat mengatakan bahwa nama leluhur dinasti Langkat yang terjauh diketahui ialah Dewa Syahdan yang hidup kira-kira tahun 1500 sampai 1580. Dewa syahdan digantikan oleh puteranya, Dewa Sakti yang memerintah kira-kira tahun 1580 sampai 1612. Dewa Sakti selanjutnya digantikan oleh Sultan Abdullah yang lebih dikenal dengan nama Marhum Guri. Selanjutnya tambo Langkat mengatakan bahwa yang menggantikan Marhum Guri adalah puteranya Raja Kahar (± 1673). Raja Kahar adalah pendiri Kerajaan Langkat dan berzetel di Kota Dalam, daerah antara Stabat dengan Kampung Inai kira-kira pertengahan abad ke-18. Berpedoman kepada tradisi dan kebiasaan masyarakat Melayu Langkat, maka dapatlah ditetapkan kapan Raja Kahar mendirikan Kota Dalam yang merupakan cikal bakal Kerajaan Langkat kemudian hari. Setelah menelusuri beberapa sumber dan dilakukan perhitungan, maka Raja Kahar mendirikan kerajaannya bertepatan tanggal 12 Rabiul Awal 1163 H, atau tanggal 17 Januari 1750. Perkembangan selanjutnya Kota Binjai pernah jadi Ibu kota Kabupaten Langkat hingga pada saat ini Kabupaten Langkat beribukota Stabat, dan berdasarkan Perda Nomor 11 tahun 1995 telah ditetapkan Hari Jadi Kabupaten Langkat 17 Januari 1750, dengan Motto: ”Bersatu Sekata Berpadu Berjaya”.

2.2 Gambaran Umum Kabupaten Langkat

(3)

Wilayah Kabupaten Langkat terletak pada koordinat 3°14’ - 4°13’ LU dan 97°52’ - 98°45’ BT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Propinsi Nangro Aceh Darussalam (NAD)

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo

c. Sebelah barat berbatasan dengan Propinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Tanah Alas

d. Sebeleh timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai. Luas keseluruhan Kabupaten Langkat adalah 6,263.29 km² atau 626.329 Ha. Berdasarkan informasi yang penulis peroleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Langkat, secara administratif terdapat dua puluh tiga Kecamatan yang ada di Kabupaten Langkat .

Kecamatan-kecamatan yang terdapat di Kabupaten Langkat : 1. Kecamatan Kuala

(4)

11. Kecamatan Secanggang 12. Kecamatan Hinai

13. Kecamatan Padang Tualang 14. Kecamatan Batang Serangan 15. Kecamatan Sawit Seberang 16. Kecamatan Tanjung Pura : 17. Kecamatan Babalan 18. Kecamatan Gebang 19. Kecamatan Brandan Barat 20. Kecamatan Sei Lepan 21. Kecamatan Pangkalan Susu 22. Kecamatan Besitang

23. Kecamatan Pematang Jaya .

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2012, penduduk Kabupaten Langkat mayoritas bersuku bangsa Melayu (70,87 persen), diikuti dengan suku Jawa (9,93 persen), Karo (7,22 persen), Tapanuli/ Toba (2 persen), Madina (2 persen) dan lainnya (5,94 persen). Sedangkan agama yang dianut penduduk Kabupaten Langkat mayoritas agama Islam (90,00 persen), Kristen 7,56 persen), Katolik (1,06 persen), Budha (0,95 persen) dan lainnya (0,34 persen).

2.2.1 Letak Lokasi Penelitian

(5)

tepatnya di Dusun Baguldah, Kecamatan Binjai Selatan, Kabupaten Langkat. Berikut ini merupakan gambaran umum mengenai Desa Baguldah. Desa Baguldah memiliki luas wilayah 258 km², berbatasan dengan:

a) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kampung Tanjung Menggusta b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bandar Meriah

c) Sebelah Barat berbatasan dengan Sunge Binge d) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bakti Karya

2.3 Bahasa

Bahasa karo jahe adalah bahasa yang dipergunakan masyarakat Baguldah sehari-hari sebagai bahasa lisan untuk menyampaikan maksud dan tujuan di rumah maupun di luar rumah dan dalam pergaulan sehari-hari. Bahasa karo yang digunakan sudah dipengaruhi dengan kebudayaan Melayu, sehingga didaerah tersebut berbahasa Karo tetapi berdialeg Melayu . Peranan bahasa karo jahe menunjukkan keberadaanya di tangah-tengah masyarakat, di sekolah, upacara adat istiadat dan upacara agama.

2.4 Sistem Kekerabatan

Berikut adalah sistem kekerabatan di masyarakat Karo Jahe atau sering disebut Daliken Sitelu atau Rakut Sitelu.

(6)

tungku untuk menyalakan api (memasak). Lalu Rakut Sitelu berarti ikatan yang tiga. Artinya bahwa setiap individu Karo tidak lepas dari tiga kekerabatan ini. Namun ada pula yang mengartikannya sebagai sangkep nggeluh (kelengkapan hidup). Unsur Daliken Sitelu ini adalah Kalimbubu, Sembuyak/Senina dan Anak Beru. Setiap anggota masyarakat Karo dapat berlaku baik sebagai kalimbubu,senina/sembuyak, anakberu, tergantung pada situasi dan kondisi saat itu.

1. Kalimbubu

Kalimbubu adalah kelompok pihak pemberi wanita dan sangat dihormati dalam sistem kekerabatan masyarakat Karo. Masyarakat Karo menyakini bahwa kalimbubu adalah pembawa berkat sehingga kalimbubu itu disebut juga dengan Dibata Ni Idah(Tuhan yang nampak). Sikap menentang dan menyakiti hati kalimbubu sangat dicela.

Kalau dahulu pada acara jamuan makan, pihak kalimbubu selalu mendapat prioritas utama, para anakberu (kelompok pihak penerima istri) tidak akan berani mendahului makan sebelum pihak kalimbubu memulainya, demikian juga bila selesai makan, pihak anakberu tidak akan berani menutup piringnya sebelum pihak kalimbubunya selesai makan, bila ini tidak ditaati dianggap tidak sopan. Dalam hal nasehat, semua nasehat yang diberikan kalimbubu dalam suatu musyawarah keluarga menjadi masukan yang harus dihormati, perihal

dilaksanakan atau tidak masalah lain. Oleh Darwan

(7)

Kalimbubu dapat dibagi atas dua yaitu Kalimbubu berdasarkan tutur dan kalimbubu berdasarkan kekerabatan (perkawinan).

1.Kalimbubu berdasarkan tutur

a) Kalimbubu Bena-Bena disebut juga kalimbubu tua adalah kelompok keluarga pemberi dara kepada keluarga tertentu yang dianggap sebagai keluarga pemberi anak dara awal dari keluarga itu. Dikategorikan kalimbubu Bena-Bena, karena kelompok ini telah berfungsi sebagai pemberi dara sekurang-kurangnya tiga generasi.

b) Kalimbubu Simajek Lulang adalah golongan kalimbubu yang ikut mendirikan kampung. Status kalimbubu ini selamanya dan diwariskan secara turun temurun. Penentuan kalimbubu ini dilihat berdasarkan merga. Kalimbubu ini selalu diundang bila diadakan pesta-pesta adat di desa di Tanah Karo.

2. Kalimbubu berdasarkan kekerabatan (perkawinan)

Kalimbubu Simupus/Simada Dareh adalah pihak pemberi wanita terhadap generasi ayah, atau pihak clan (semarga) dari ibu kandung ego (paman kandung ego). (Petra : ego maksudnya orang, objek yang dibicarakan)

(8)

b) Puang Kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu, yaitu pihak subclan pemberi anak dara terhadap kalimbubu ego. Dalam bahasa sederhana pihak subclan dari istri saudara laki-laki istri ego.

c) Kalimbubu Senina. Golongan kalimbubu ini berhubungan erat dengan jalur senina darikalimbubu ego. Dalam pesta-pesta adat, kedudukannya berada pada golongan kalimbubuego, peranannya adalah sebagai juru bicara bagi kelompok subclan kalimbubu ego. d) Kalimbubu Sendalanen/Sepengalon. Golongankalimbubu ini

berhubungan erat dengan kekerabatan dalam jalur kalimbubu dari senina sendalanen, sepengalon (akan dijelaskan pada halaman-halaman selanjutnya) pemilik pesta.

Ada pun hak kalimbubu ini dalam struktur masyarakat Karo : a) Dihormati oleh anakberunya

b) Dapat memberikan perintah kepada pihak anakberunya Tugas dan kewajiban dari kalimbubu :

a) Memberikan saran-saran kalau diminta oleh anakberunya

b) Memerintahkan pendamaian kepada anakberu yang saling berselisih c) Sebagai lambang supremasi kehormatan keluarga

d) Mengosei anak berunya (meminjamkan dan mengenakan pakaian adat) di dalam acara-acara adat

(9)

seorang anggota anakberunya yang meninggal, yang menerima seperti ini disebut Kalimbubu Simada Dareh.

Pada dasarnya setiap ego Karo, baik yang belum menikah pun mempunyai kalimbubu, minimal kalimbubu si mada dareh. Kemudian bila ego (pria) menikah berdasarkan adat Karo, dia mendapat kalimbubu si erkimbang.

2. Senina/Sembuyak

Hubungan perkerabatan senina disebabkan seclan, atau hubungan lain yang berdasarkan kekerabatan. Senina ini dapat dibagi dua :

a. Senina berdasarkan tutur yaitu senina semerga. Mereka bersaudara karena satu clan (merga).

b. Senina berdasarkan kekerabatan :

1) Senina Siparibanen, perkerabatan karena istri saling bersaudara. 2) Senina Sepemeren, mereka yang berkerabat karena ibu mereka saling

bersaudara, sehingga mereka mempunyai bebere (beru (clan) ibu) yang sama.

(10)

4) Senina Secimbangen (untuk wanita) mereka yang bersenina karena suami mereka sesubclan (bersembuyak).

Tugas senina adalah memimpin pembicaraan dalam musyawarah, bila dikondisikan dengan situasi sebuah organisasi adalah sebagai ketua dewan. Fungsinya adalah sebagai sekaku, sekat dalam pembicaraan adat, agar tidak terjadi friksi-friksi ketika akan memusyawarahkan pekerjaan yang akan didelegasikan kepada anakberu.

Sembuyak adalah mereka yang satu subclan, atau orang-orang yang seketurunan (dilahirkan dari satu rahim), tetapi tidak terbatas pada lingkungan keluarga batih, melainkan mencakup saudara seketurunan di dalam batas sejarah yang masih jelas diketahui. Saudara perempuan tidak termasuk sembuyak walaupun dilahirkan dari satu rahim, hal ini karena perempuan mengikuti suaminya.

Peranan sembuyak adalah bertanggungjawab kepada setiap upacara adat sembuyak-sembuyaknya, baik ke dalam maupun keluar. Bila perlu mengadopsi anak yatim piatu yang ditinggalkan oleh saudara yang satu clan. Mekanisme ini sesuai dengan konsep sembuyak, sama dengan seperut, sama dengan saudara kandung. Satu subclan sama dengan saudara kandung.

Sembuyak dapat dibagi dua bagian :

a) Sembuyak berdasarkan tutur. Mereka bersaudara karena sesubklen (merga).

(11)

2) Sembuyak Bapa adalah bapak yang bersaudara kandung. 3) Sembuyak Nande adalah ibu yang bersaudara kandung.

3. Anak Beru

Anakberu adalah pihak pengambil anak dara atau penerima anak gadis untuk diperistri. Oleh Darwan Prints, anakberu ini diumpamakan sebagai yudikatif, kekuasaan peradilan. Hal ini maka anakberu disebut pula hakim moral, karena bila terjadi perselisihan dalam keluarga kalimbubunya, tugasnyalah mendamaikan perselisihan tersebut.

Anakberu dapat dibagi atas 2: 1. Anakberu berdasarkan tutur :

a) Anakberu Tua adalah pihak penerima anak wanita dalam tingkatan nenek moyang yang secara bertingkat terus menerus minimal tiga generasi.

b) Anakberu Taneh adalah penerima wanita pertama, ketika sebuah kampung selesai didirikan.

2. Anakberu berdasarkan kekerabatan :

a) Anakberu Jabu (Cekoh Baka Tutup, dan Cekoh Baka Buka). Cekoh Baka artinya orang yang langsung boleh mengambil barang simpanankalimbubunya. Dipercaya dan diberi kekuasaan seperti ini karena dia merupakan anak kandung saudara perempuan ayah.

(12)

mengambil anak wanita dari pihak kalimbubunya yang sekarang. Anakberu ini disebut juga anakberu langsung yaitu karena dia langsung mengawini anak wanita dari keluarga tertentu. Masalah peranannya di dalam tugas-tugas adat, harus dipilah lagi, kalau masih orang pertama yang menikahi keluarga tersebut, dia tidak dibenarkan mencampuri urusan warisan adat dari pihak mertuanya. Yang boleh mencampurinya hanyalah Anakberu Jabu.

c) Anakberu Menteri adalah anakberu darianakberu. Fungsinya menjaga penyimpangan-penyimpangan adat, baik dalam bermusyawarah maupun ketika acara adat sedang berlangsung. Anakberu Menteri ini memberi dukungan kepadakalimbubunya yaitu anakberu dari pemilik acara adat.

d) Anakberu Singikuri adalah anakberu darianakberu menteri, fungsinya memberi saran, petunjuk di dalam landasan adat dan sekaligus memberi dukungan tenaga yang diperlukan.

Dalam pelaksanaan acara adat peran anakberu adalah yang paling penting. Anakberulah yang pertama datang dan juga yang terakhir pada acara adat tersebut. Lebih lanjut tugas-tugasnya antara lain :

a) Mengatur jalannya pembicaraan runggu (musyawarah) adat. b) Menyiapkan hidangan pada pesta.

(13)

e) Mengawasi semua harta milik kalimbubunya yaitu wajib menjaga dan mengetahui harta benda kalimbubunya.

f) Menjadwal pertemuan keluarga.

g) Memberi khabar kepada para kerabat yang lain bila ada pihak kalimbubunya berduka cita.

h) Memberi pesan kepada puang kalimbubunya agar membawa ose (pakaian adat) bagi kalimbubunya.

i) Menjadi juru damai bagi pihak kalimbubunya, Anakberu berhak untuk :

a) Berhak mengawini putri kalimbubunya, dan biasanya para kalimbubu tidak berhak menolak.

b) Berhak mendapat warisan kalimbubu yang meninggal dunia. Warisan ini berupa barang dan disebut morah-morah atau maneh-maneh, seperti parang, pisau, pakaian almarhum dan lainnya sebagai kenang-kenangan. Selain itu juga karena pentingnya kedudukan anakberu, biasanya pihak kalimbubu menunjukkan kemurahan hati dengan :

a) Meminjamkan tanah perladangan secara cuma-cuma kepada anakberunya. b) Memberikan hak untuk mengambil hasil hutan (dahulu karena

(14)

c) Merasa bangga dan senang bila anak perempuannya dipinang oleh pihak anakberunya. Ini akan melanjutkan dan mempererat hubungan kekerabatan yang sudah terjalin.

d) Mengantarkan makanan kepada anaknya pada waktu tertentu misalnya pada waktu menanti kelahiran bayi atau lanjut usia.

e) Membawa pakaian atau ose (seperangkat pakaian kebesaran adat) bagi anakberunya pada waktu pesta besar di dalam clan anakberunya.

Adapun istilah-istilah yang diberikan kalimbubu, kepadaanakberunya adalah : a) Tumpak Perang, atau Lemba-lemba. Artinya adalah ujung tombak.

Maksudnya, bila kalimbubunya ingin pergi ke satu daerah, maka yang berada di depan sebagai pengaman jalan dan sebagai perisai dari bahaya adalah pihakanakberu. Dalam bahasa lain anakberu sebagai tim pengaman jalan.

b) Kuda Dalan (Kuda jalan/beban). Dahulu sebelum ada alat transportasi hanya kuda, untuk membawa barang-barang atau untuk menyampaikan informasi dari satu desa ke desa lain, dipergunakanlah kuda. Arti Kuda Dalam dalam istilah ini adalah alat atau kenderaan yang dipakai kemana saja, termasuk untuk berperang, untuk membawa barang-barang yang diperlukan pihak kalimbubunya atau untuk menyampaikan berita tentang kalimbubunya, dan sekaligus sebagai hiasan bagi kewibawaan martabatkalimbubunya.

(15)

mendirikan teratak tempat berkumpul. Setiap anakberu harus memiliki pisau yang yang demikian agar tangkas dan sempurna mengerjakan pekerjaan yang diberikankalimbubunya. Menjadi kebiasaan dalam tradisi Karo, pisau dari pihak kalimbubu yang meninggal dunia diserahkan kepada anakberunya. Pisau ini disebut maneh-maneh, pemberiannya bertujuan agar pekerjaankalimbubu terus tetap dilanjutkan oleh penerimanya. Dalam pengertian lain dalam acara-acara adat di dalam keluarga kalimbubu, anakberulah yang menjadi ujung tombak pelaksanaan tugas tersebut, mulai dari menyediakan makanan sampai menyusun acaranya. Ketiga jenis pekerjaan di atas, dikerjakan tanpa mendapat imbalan materi apapun, maka anakberu yang selalu lupa kepada kalimbubunya dianggap tercela di mata masyarakat. Bahkan dipercayai bila terjadi sesuatu bencana di dalam lingkungan keluarga dari anakberuyang melupakan kalimbubunya, ini dianggap sebagai kutukan dari arwah nenek moyang mereka yang tetap melindungi kalimbubu.

2.5 Mata Pencaharian

(16)

Dari hasil wawancara dengan bapak Lape Sitepu, bahwa beliau selain sebagai seorang seniman juga sebagai seorang pekerja bangunan dan petani. Diakui oleh beliau, penghasilan menjadi seorang pemusik di Kabupaten Langkat tidaklah mencukupi jika dibanding dengan kebutuhan hidup saat ini, sehingga dengan dibantu penjualan instrumen musik yang dilakukannya sedikit mampu meringankan beban ekonomi keluarganya.

2.6 Sistem Kesenian

Dalam musik instrumental ada beberapa instrumen yang lazim digunakan dalam ansambel maupun disajikan dalam permainan tunggal, baik dalam kaitannya dalam upacara adat, religi maupun sebagai hiburan.

Pada masyarakat Karo Jahe terdapat ensambel musik tradisional, yaitu ansambel gendang Binge. Selain itu ada juga instrument musik tradisional yang digunakan secara tunggal.

2.6.1 Ensambel Gendang Binge

Beberapa instrumen yang terdapat dalam ansambel gendang Binge adalah sebagai berikut:

1. Sarune, kelompok aerophone yang memiliki reed ganda (double reed) dimainkan dengan meniup terus menerus.

(17)

2.7 Pengertian Biografi

Dalam disiplin ilmu sejarah biografi dapat didefenisiskan sebagai sebuah riwayat hidup seseorang. Sebuah tulisan biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa tulisan yang lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta kehidupan seseorang dan peranan pentingnya dalam masyarakat. Sedangkan biografi yang lengkap biasanya memuat dan mengkaji informasi-informasi penting, yang dipaparkan lebih detail dan tentu saja dituliskan dengan penulisan yang baik dan jelas.

Sebuah biografi biasanya menganalisia dan menerangkan kejadian-kejadian pada hidup seorang tokoh yang menjadi objek pembahasannya. Dengan membaca biografi, pembaca akan menemukan hubungan keterangan dari tindakan yang dilakukan dalam kehidupan seseorang tersebut, juga mengenai cerita-cerita atau pengalaman-pengalaman selama hidupnya.

Suatu karya biografi biasanya becerita tentang kehidupan orang terkenal dan orang tidak terkenal, dan biasanya biografi tentang orang yang tidak terkenal akan menjadikan orang tersebut dikenal secara luas, jika didalam biografinya terdapat sesuatu yang menarik untuk disimak oleh pembacanya, namun demikian biasanya biografi hanya berfokus pada orang-orang atau tokoh-tokoh terkenal saja.

(18)

dewasa seseorang, namun ada juga beberapa biografi yang lebih berfokus pada suatu topik-topik pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping koran. Sedangkan bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku referensi atau sejarah yang memparkan peranan subjek biografi tersebut.

Beberapa aspek yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: (a) Pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) Temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) Mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu; (d) Pikirkan, hal apa lagi yang perlu anda ketahui mengenai orang tersebut, bagian mana dari cerita tentang beliau yang ingin lebih banyak anda utarakan dan tuliskan.

(19)

buruk atau lebih baik jika orang tersebut hidup ataupun tidak hidup, bagaimana, dan mengapa demikian.

Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari studi perpustakaan atau internet untuk membantu penulis dalam menjawab serta menulis biografi orang tersebut dan supaya tulisan si peneliti dapat dipertanggungjawabkan, lengkap dan menarik. Terjemahan Ary (2007) dari situs:

2.8 Alasan Dipilihnya Kebal Kaban

Dalam tulisan ini, penulis memilih Kebal Kaban sebagai objek penelitian, dikarenakan beliau mampu memainkan dan membuat alat musik tradisional Karo Jahe diantaranya adalah: (a) Beliau adalah salah satunya orang yang dapat membuat sarune jahe yang merupakan alat musik tradisional Karo Jahe; (b) Beliau dapat memainkan alat musik tradisional Karo Jahe dengan sangat baik pada massanya menurut warga sekitar; (c) Sarune Jahe hasil buatan Kebal Kaban banyak dipakai oleh para masyarakat baik di dusun tempat Kebal Kaban tinggal ataupun di luar dusun tersebut; (d) hasil karya beliau juga dikirim ke daerah-daerah lainnya seperti Bukit Lawang, Langkat, Bandar Meriah, Kinepen

. (e) pengalaman beliau yang merupakan anak dari pembuat sarune jahe pertama sekali yang membuat Kebal Kaban menjadi orang yang lebih paham mengenai alat musik tradisional Karo Jahe.

(20)

pengalaman beliau yang banyak ini menjadi alasan ketertarikan penulis menemukan fakta-fakta mengenai kehidupan beliau, dalam hal ini penulis lebih fokus kepada kehidupan beliau sebagai pembuat alat musik dan lebih dikhususkan kepada instrumen musik sarune buatan beliau.

Melalui wawancara penulis akan mencatat kehidupannya berdasarkan dimensi waktu, ide-ide kreatif beliau dalam pembuatan instrumen musik tradisional Karo Jahe, dalam hal ini sarune jahe adalah salah satu instrumen musik tradisional Karo Jahe dan juga akan membahas bagaimana pengalaman hidup beliau, tanggapan masyarakat khususnya masyarakat Karo Jahe mengenai bentuk instrumen musik tradisional Karo Jahe yang dibuat oleh beliau yang sama sekali tidak ada perbedaan dengan yang terdahulu, khususnya pada instrumen sarune jahe, bagaimana pendapat orang mengenai dirinya, dan hal-hal lain.

2.9 Biografi Kebal Kaban

Biografi Kebal Kaban yang akan dideskrpsikan dalam tulisan ini, mencakup aspek-aspek: latar belakang keluarga, pendidikan beliau, kehidupan sebagai pemusik, kehidupan sebagai pembuat alat musik dan tanggapan masyarakat khususnya para masyarakat di Langkat mengenai keberadaan Kebal Kaban, khususnya mengenai sarune jahe buatan beliau tersebut.

2.9.1 Latar Belakang Keluarga

(21)

Tarigan. Kebal lahir dari keluarga seniman musik tradisional Karo Jahe, dimana ayah beliau bapak Ngesah Kaban adalah seorang pemusik dan pembuat alat musik tradisional Karo yang terkenal se Kabupaten Karo. Latar belakang keluarga yang sedemikian rupa membuat Kaban sudah sangat akrab dengan musik tradisional Karo, baik dalam memainkan instrumen dan juga pembuatannya.

Profesi keseharian ayah beliau yang adalah pemain sekaligus pembuat instrumen musik tradisional Karo, sering juga membuat Kebal sering terlibat membantu ayahnya dalam membuat alat musik juga dalam bermain musik, hal tersebutlah yang membuat Kebal menjadi sangat akrab dengan musik tradisional Karo dan menguasai banyak permainan instrumen musik tradisional juga proses pembuatan nya.

Kebal Kaban merupakan anak pertama dari 6 bersaudara masing-masing adalah sebagai berikut:

1. Kebal Kaban ( pembuat gendang, laki – laki ) 2. N. Kaban ( perempuan )

3. H. Kaban ( perempuan ) 4. S. Kaban ( perempuan ) 5. M. Kaban (perempuan) 6. N. Kaban (perempuan)

2.9.2 Latar Belakang Pendidikan dan Karir Militer Kebal Kaban

(22)
(23)

2.9.3 Keluarga Kebal Kaban

Kebal Kaban berumah tangga dengan istri pertamanya M. br. Simanjorang bulan September tanggal 11 tahun 1952 di Baguldah. Dari istri pertamanya ini Beliau memiliki 6(enam) orang anak, diantaranya 3(tiga) laki-laki dan 3(tiga) perempuan.

Nama-nama anak Kebal Kaban tersebut adalah 1. Moratken Kaban ( laki-laki) 6 cucu, 2. Serintan br kaban (perempuan) 5 cucu, 3. Sertali br kaban (perempuan) 4 cucu, 4. Ngaturken Kaban (laki-laki) 2 cucu, 5. Darma Kaban (Laki-laki)

6. Sempamuli br kaban (perempuan)

Sekitar tahun 1983 kebal kaban bercerai dengan istri pertamanya, kemudian menikah tahun 1984 tanggal 9 bulan Oktober dengan Pelcik br Bangun dan memperoleh satu anak laki-laki yang bernama Sekat Kaban.

2.10 Kebal Kaban Sebagai Pemusik Tradisional Sarune Jahe Pada Masyarakat Karo Jahe

(24)

Amalen Perangin-angin meninggal dunia, namun Almarhum masih meninggalkan peralatan-peralatan pembuatan alat-alat musik tradisional karo jahe. Sebelum bapak Amalen meninggal dunia Almarhum menitipkan pesan kepada Kebal Kaban agar mempelajari lagu-lagu daerah karo jahe dan melestarikan musik kebudayaan karo jahe.

Lalu Sekitar tahun 1955 bapak Kebal Kaban mulai mempelajari reportoar lagu karo jahe. Tidak ada kesulitan dalam proses pembelajaran lagu oleh Kebal Kaban karena latar belakangnya yang seorang anak penggual karo gugung yang bernama Ngesah Kaban. Untuk mematangkan tehnik dan perbendaharaan lagu karo jahe, kebal kaban memulai pembelajarannya di baguldah I padang cermin yang bernama Bapak Malem Teta Perangin-angin sekitar 3 tahun, mempelajari lagu-lagu adat karo langkat, di antaranya : Doah-daoh Sarudung, Didong Lau Kambing, dan lain-lain. Setelah itu Kebal Kaban memantapkan tehnik permainannya kepada bapak Jumpa Sembiring di Bandar Meriah, di sini Kebal Kaban lebih memantapkan refrensi lagu- lagunya, diantaranya lagu Patam-patam Johor, Patam-patam Pudi Terang, Patam-patam Bungaen Cole. Setelah itu Kebal Kaban belajar lagi dari seorang guru yang bernama Ngaku Tarigan di Batu Menjah, disini Kebal Kaban mempelajari persyaratan dalam melakukan berbagai upacara-upacara adat di karo jahe selaku penggual, Syarat-syaratnya antara lain adalah :

a) Di upacara orang mati, harus ada penandek /gual-gual (beras pukulen,didlmnya trdapat beras putih, telur, sirih, gambir, kapu, pinang, kemudian kain putih sepanjang 2 meter sebagai pengikat),

(25)

c) Di upacara pernikahan hanya biasa saja.

Sekitar 1956 Kebal Kaban memiliki grup yang bernama “Penggual Guldah”. Mereka meneruskan dan menjaga kelestarian pemusik karo jahe langkat. Nama-nama penggual seangkatan kebal kaban:

1.Ngantus Sembiring 2.bena muli Ginting 3.tergiah perangin-angin 4.suria sitepu

5.longge ginting

Dulu terdapat beberapa penggual di langkat. Antara lain; 1.penggaul kampong tanjung Langkat

2.penggual Nangka Lima 3.penggual Namo ukur 4.penggual namo terasi

2.11 Kebal Kaban Sebagai Pembuat Alat Musik

Seperti yang telah dibahas di sub bab sebelumnya, bahwa latar belakang keluarga banyak mempengaruhi dan membuat Kebal Kaban seorang yang piawai dalam bermain musik tradisional Karo Jahe. Demikian juga halnya sebagai pembuat instrumen musik Karo Jahe.

(26)

membantu ayahnya bapak Ngesah Kaban dalam membuat instumen musik tradisional masyarakat Karo Jahe. Berawal dari pengalaman hidup pada masa anak-anak tesebutlah yang terus dikembangkan dan menjadi bekal bagi beliau untuk memulai karir beliau sebagai pembuat instrumen musik tradisional pada masyarakat Karo Jahe.

Awalnya kebal kaban hanya ingin memperbaikki sarunenya (peninggalan Ngesah kaban/ayah) yang rusak ke Gunung Ambat . Kemudian Kebal Kaban berinisiatif untuk belajar sendiri agar dapat memperbbaiki sarune buatan ayahnya tersebut. Lalu untuk mengantisipasi perbaikkan sendiri, sekitar tahun 1958 kebal kaban memulai karirnya sebagai pengrajin/pembuat sarune berbekal dari pengalamnnya membuat sarune dengan almarhum ayahnya Ngesah Kaban.

Sehingga beliau membuat instrumen musik tradisional tersebut seperti apa yang pernah dialami dan dipelajari beliau ketika bersama dengan ayahnya. Sarune, gendang kitik, belobat, surdam adalah jenis instrumen musik tradisional yang sering dibuat oleh bapak Kebal Kaban , karena keempat instrumen tersebutlah yang kerap digunakan oleh bapak Kebal Kaban dan saudaranya dalam setiap pertunjukan yang mereka adakan maupun yang mengundang mereka untuk bermain musik tradisional. Dengan seringnya instrumen musik tradisional buatan bapak Kebal Kaban tersebut ditampilkan di beberapa acara-acara Kabupaten Langkat, maka hal tersebut lambat laun mulai diketahui oleh pemusik tradisional Karo lainnya, dan merekapun mulai meminta kepada bapak Kebal Kaban untuk dibuatkan juga instrumen musik serupa.

Referensi

Dokumen terkait

Naïve Bayes Classification Naïve Bayes Classification Naïve Bayes Classification Naïve Bayes Decision Fusion Training Data Object s Input Data Object s The

huruf a, dipandang perlu menetapkan Rencana Strategis (Renstra) Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo Tahun 2013 – 2018 dengan Keputusan Camat.. Mengingat

In this paper, we propose a new method for road extraction and precise delineation, using the integration of a LiDAR image; and the red, green, and blue (RGB) bands of a high

Terwujudny a peran kecamat-an dalam mem- fasilitasi kegiatan pemerintah an dengan baik dan lancar bidang pemerintah an1. Persentase kegiatan Pemkab

antiformalisme, dan antikemapanan dalam teori dan filsafat hukum yang dipengaruhi oleh pola pikir postmodern, neo marxisme, dan realisme hukum secara radikal mendobrak paham

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya-D3. Diploma III Program Studi Teknik Mesin

Pada penulisan ilmiah ini penulis membahas penggunaan PHP dalam membangun suatu aplikasi web yang bertujuan untuk memasarkan suatu produk, dalam hal ini printer dan cash

[r]