• Tidak ada hasil yang ditemukan

TAP.COM - KECEMASAN MENYUSUN TUGAS AKHIR DITINJAU DARI BERPIKIR POSITIF PADA ...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TAP.COM - KECEMASAN MENYUSUN TUGAS AKHIR DITINJAU DARI BERPIKIR POSITIF PADA ..."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

199 KECEMASAN MENYUSUN TUGAS AKHIR DITINJAU DARI BERPIKIR POSITIF

PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

LATIFAH MUKHAYYAROH Fakultas Psikologi Universitas Semarang

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecemasan menyusun tugas akhir ditinjau dari berpikir positif pada mahasiswa. Faktor-faktor yang memengaruhi kecemasan diantaranya faktor kognitif yang berupa pengharapan, keyakinan dalam berpikir, sikap, persepsi, informasi, konsep-konsep dan sebagainya yang mengarah pada disonansi kognitif. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir di Program Studi DIII Kebidanan UNIMUS. Subjek dalam penelitian ini sebanyak 50 mahasiswa yang sedang menyusun tugas akhir.

Data penelitian diperoleh dengan menggunakan alat ukur berupa skala yaitu Skala Kecemasan Menyusun Tugas AKhir dan Skala Berpikir Positif. Hasil perhitungan korelasi product moment dengan menggunakan teknik penghitungan SPSS (Statistical Packages for Social Science) for Windows versi 21.0. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh diketahui bahwa rxy = 0,820 dan p= 0,000 (p < 0,01) yang berarti tidak ada hubungan yang negatif antara berpikir positif dengan kecemasan mahasiswa dalam menyusun tugas akhir.

Kata kunci: Kecemasan, Berpikir Positif

THE FINAL PROJECT ANXIETY REVIEWED FROM POSITIVE THINKING ON STUDENT OFMIDWIFERY DIII

UNIVERSITY OF MUHAMMADIYAH SEMARANG

Abstract

Research was aim to determine the final project anxiety reviewed from positive thinking in students . Factors that influence anxiety include cognitive factors such as hope , confidence in thinking , attitude , perception , information , concepts , etc. that lead to cognitive dissonance . The subjects were 50 students who were preparing the final project in DIII Midwifery UNIMUS Prodi .

The data were obtained by Final Project Anxiety Scale and Positive Thinking Scale. The results of calculations using the product moment correlation technique SPSS (Statistical Packages for Social Science ) for Windows version 21.0 . Based on the analysis of data obtained rxy = 0.820 and p = 0.000 ( p < 0.01 ) which means that there was no negative relationship between positive thinking and the anxiety of students in preparing the final project .

(2)

200 Pendahuluan

Di Indonesia sumber daya manusia yang tangguh dan berkualitas sangat dibutuhkan untuk bisa menyongsong masa depan bangsa dengan semangat dan kepercayaan diri yang baik bagi para pendidik maupun pelajarnya. Dalam perkembangan zaman era globalisasi saat ini semua hal membutuhkan kecepatan, sehingga menuntut adanya lulusan perguruan tinggi untuk membantu banyak bidang pekerjaan baik negeri maupun swasta. Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai masa pradewasa atau emerging adulthood yaitu usia antara 18 dan 25 tahun yang sedang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi atau paling tidak masih tergantung secara finansial pada orangtua (Wade & Travis, 2007:272).

Tugas akhir merupakan salah satu syarat utama bagi seorang mahasiswa untuk memperoleh gelar kelulusan, dimana tidak semua mahasiswa punya kesiapan saat menghadapi tugas akhir tersebut. Fase ini biasanya menjadi stresor tersendiri di kalangan mahasiswa. Ini terjadi bukan hanya karena banyak anggapan bahwa penyusunan tugas akhir itu sulit tetapi juga karena proses dalam penyusunan tugas akhir yang panjang.

Anggapan yang demikian menyebabkan beberapa mahasiswa menjadi cemas ketika harus menghadapi tugas akhir. Bagi mahasiswa tingkat akhir di Program Studi DIII Kebidanan UNIMUS ini khususnya, diwajibkan untuk mengerjakan tugas akhir atau disebut dengan Karya Tulis Ilmiah sebagai syarat kelulusan menempuh pendidikan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Admisi Universitas Muhammadiyah Semarang, program studi dengan jurusan kebidanan di UNIMUS saat ini mengalami penurunan jumlah mahasiswa dari tahun 2008 sampai sekarang. Sedikitnya lapangan pekerjaan untuk bidan dibandingkan dengan banyaknya lulusan bidan sangat mempengaruhi minat dan ketertarikan calon mahasiswa untuk memilih jurusan ini, juga karena mindset mahasiswa tentang penyusunan tugas akhir yang sulit dan penuh rintangan sehingga beberapa dari mereka takut dan merasa khawatir tidak dapat lulus tepat waktu.

(3)

201 lapangan, sehingga proses pengolahan data

dalam penelitian mahasiswa mengalami kesulitan. Permasalahan yang hampir sama telah diungkapkan dalam penelitian sebelumnya, bahwa masalah-masalah yang umum dihadapi oleh mahasiswa dalam menyusun tugas akhir adalah, kurangnya kemampuan menulis, kurangnya kemampuan akademis yang memadai, serta kurang adanya ketertarikan mahasiswa dalam penelitian (Gunawati , dkk, 2006: 94).

Herdiani (2012:2), dalam penelitiannya memaparkan bahwa terhambatnya pengerjaan tugas akhir dapat menimbulkan perasaan cemas pada mahasiswa. Kecemasan yang dialami membuat mereka merasa tertekan dan kesulitan menghadapi masalah-masalah dalam proses pengerjaan tugas akhir. Ciri-ciri yang nampak dari kecemasan mahasiswa adalah timbulnya perasaan tidak menyenangkan kemudian secara sadar mahasiswa merasakan ketegangan dan ketakutan serta meningkatnya saraf otonom ketika memikirkan tugas akhir sehingga mahasiswa memilih untuk enggan mengerjakan tugas akhir.

Menurut Durand & Barlow (2006 : 158) gejala kecemasan dapat bersifat fisik maupun psikis, pada manusia kecemasan bisa jadi berupa perasaan gelisah yang bersifat

subjektif, sejumlah perilaku (tampak khawatir dan gelisah resah), atau respons fisiologis yang bersumber di otak dan tercermin dalam bentuk denyut jantung yang meningkat dan otot yang menegang. Beberapa gejala tersebut juga dialami oleh mahasiswa yang cemas dalam menghadapi tugas akhir. Kecemasan juga diartikan sebagai perasaan campuran berisikan ketakutan dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk ketakutan tersebut (Chaplin 2004:32). Menurut Freud (dalam Davidoff, 1991:63), ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecemasan, salah satunya adalah faktor kognitif yang berupa pengharapan, keyakinan dalam berpikir, sikap, persepsi, informasi, konsep-konsep dan sebagainya yang mengarah pada disonansi kognitif.

(4)

202 menerapkan pola pikir positif kemungkinan

akan dapat mengurangi tingkat kecemasan, sehingga mahasiswa lebih optimis untuk bisa menyelesaikan tugas akhir dengan hasil yang sesuai dengan harapan.

Berpikir secara umum adalah suatu cara penyesuaian individu terhadap lingkungannya, oleh karena itu dapatlah dikemukakan bahwa orang itu berpikir bila menghadapi permasalahan atau persoalan (Walgito, 2003:177). Wilcox (2007:190), menyatakan bahwa pola berpikir dapat dibedakan menjadi dua yaitu berpikir positif dan berpikir negatif. Peran pola pikir sangat penting dalam menghadapi permasalahan atau peristiwa yang tidak mengenakkan, individu bisa menjadi seorang yang optimis atau malah menjadi pesimis. Pikiran negatif dapat menjadi stressful dan membahayakan.

Elfiky (2008:3) menyatakan bahwa dengan berfikir manusia bisa membedakan yang bermanfaat dan tidak bermanfaat, antara yang positif dan yang negatif. Dengan begitu, ia bisa memilih yang cocok bagi dirinya dan bertanggungjawab atas pilihannya. Dengan mengubah cara berpikir yang negatif menjadi positif, maka individu yang semula mempunyai sikap pesimis akan menjadi optimis. Lestari (1997: 2-3), Sikap dan pikiran yang positif terhadap kecemasan akan

meningkatkan kesehatan mental, dan pada saatnya akan dapat menahan atau menghadapi kecemasan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil penelitian Lestari (1997:8) tentang pola pikir individu, diketahui bahwa dengan adanya pola pikir positif individu tidak akan mudah menyalahkan dirinya atas suatu kegagalan yang dialami dibandingkan dengan individu yang berpikir negatif. Hal ini disebabkan karena kemampuan dalam memandang setiap kesulitan dan kegagalan sebagai langkah awal untuk mencapai keberhasilan. Mahasiswa yang mampu menerapkan pola pikir positif kemungkinan dapat mengurangi kecemasan dalam penyusunan tugas akhir dibandingkan mahasiswa dengan pola pikir negatif.

(5)

203 menyusun tugas akhir di Prodi Kebidanan

UNIMUS ini menyatakan bahwa mereka mengaku sudah memiliki keyakinan akan kemampuan diri sendiri ketika sedang mengerjakan tugas akhir, berfikir bahwa setiap kesulitan selama proses penyusunan tugas akhir adalah suatu ujian dari Tuhan, keyakinan akan keberhasilan yang sesuai harapan dan rasa percaya diri pada saat berkonsultasi dengan dosen pembimbing, namun mereka tetap merasakan kecemasan sehingga mempengaruhi kondisi fisik yang dapat menghambat dalam proses menyusun tugas akhir.

Kecemasan Menyusun Tugas Akhir

Kecemasan menurut Freud (1993/1964) adalah suatu keadaan perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang (dalam Semiun, 2006:87). Dalam keadaan ini seseorang akan lebih waspada dan berusaha mengatasi masalahnya dengan mengadakan perencanaan tindakan yang efektif. Sebaliknya bila kecemasan begitu kuat, maka ia tidak lagi berfungsi sebagai peringatan adanya bahaya, dan seseorang tidak lagi mampu mengadakan perencanaan yang efektif terhadap tindakannya. Kecemasan adalah emosi yang tidak

menyenangkan, yang ditandai dengan

istilah-istilah seperti “kekhawatiran”, “keprihatinan”, dan “rasa takut” yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat yang berbeda-beda (Atkinson, dkk, 1999:212). Senada dengan pengertian diatas, Davidoff (1991:61) mendefinisikan kecemasan sebagai emosi yang ditandai oleh perasaan akan bahaya yang diantisipasikan, termasuk juga ketegangan dan stress yang menghadang dan oleh bangkitnya sistem saraf simpatetik.

Tugas akhir atau biasa disebut dengan skripsi adalah karya ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis di Perguruan Tinggi (Gunawati, dkk 2006:97). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005 : 1080) mendefinisikan tugas akhir adalah karya ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai prasyarat akhir pendidikan akademisnya. Pengertian tersebut mengandung arti bahwa semua individu yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi yang disebut mahasiswa wajib menyusun tugas akhir dengan proses belajar secara individual sehingga menuntut mahasiswa untuk belajar mandiri dalam penyelesaian masalah yang dihadapi dalam proses penyusunan tugas akhir.

(6)

204 menyusun tugas akhir adalah perasaan takut

akan masa yang akan datang dan perasaan tidak tenang yang dirasakan oleh mahasiswa tingkat akhir sebagai ketidaknyamanan yang dapat meningkatkan ketegangan dan kekhawatiran dalam proses penyusunan tugas akhir.

Sundari (2005:51) mengungkapkan bahwa gejala-gejala kecemasan ada dua macam yaitu yang bersifat fisik dan mental. a. Gejala kecemasan yang bersifat fisik merupakan suatu emosi yang ditandai dengan meningkatnya aktivitas secara otonom, secara khusus aktivasi pada sistem syaraf sympathetic, antara lain:

a. Jari-jari tangan dingin b. Detak jantung makin cepat c. Berkeringat dingin

d. Kepala pusing

e. Nafsu makan berkurang f. Tidur tidak nyenyak g. Dada sesak nafas

b. Gejala kecemasan yang bersifat mental yaitu perasaan subyektif terhadap tekanan, dan kognisi yang meliputi :

a. Ketakutan

b. Merasa akan ditimpa bahaya c. Tidak dapat memusatkan perhatian d. Tidak tentram

e. Ingin lari dari kenyataan

Berdasarkan penjelasan tentang gejala-gejala kecemasan dalam menyusun tugas akhir yang telah diuraikan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada dua macam gejala kecemasan dalam menyusun tugas akhir yaitu gejala kecemasan yang bersifat fisiologis dan psikologis. Gejala kecemasan yang bersifat fisiologis meliputi berkeringat, jantung berdebar-debar, sesak nafas, otot menegang, pusing, tidak nafsu makan dan tidak bisa tidur. Sedangkan gejala kecemasan yang bersifat psikologis meliputi perasaan khawatir, takut, gelisah dan merasa dekat dengan musibah.

Faktor-faktor kecemasan dalam menyusun tugas akhir dalam penelitian ini menggunakan faktor-faktor kecemasan secara umum, Davidoff (1991:62) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan kecemasan, yaitu :

a. Faktor kognitif

Berupa pengharapan, keyakinan dalam berpikir, sikap, persepsi, informasi, konsep-konsep dan sebagainya yang mengarah pada disonansi kognitif.

b. Konflik mental

Berkaitan dengan gaya hidup yang memuaskan dan bermakna pada masing-masing individu.

(7)

205 Pengalaman, segala bentuk situasi atau

pengalaman masa lalu yang sifatnya mengancam atau membahayakan.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang dapat menimbulkan kecemasan adalah faktor kognitif, konflik internal individu, ancaman fisik dan harga diri. Faktor kecemasan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah faktor kognitif, yang berkaitan dengan berpikir, yaitu berpikir positif.

Berpikir Positif

Berpikir positif adalah sumber kekuatan dan sumber kebebasan. Disebut sumber kekuatan karena mampu membantu individu memikirkan solusi sampai mendapatkannya. Dengan begitu individu bertambah mahir, percaya dan kuat. Disebut sumber kebebasan karena individu akan terbebas dari penderitaan dan kungkungan pikiran negatif serta pengaruhnya pada fisik (Elfiky, 2006:207). Pendapat ini erat kaitannya dengan kecemasan mahasiswa tingkat akhir dalam menyusun tugas akhir, maka berpikir positif dapat membantu mengatasi dan menurunkan tingkat kecemasan yang akan berpengaruh pada kesehatan fisik.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa berpikir positif adalah suatu cara berpikir yang lebih menekankan pada sudut pandang dan emosi yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun situasi yang di hadapi, sehingga pikirannya berproses secara positif yang kemudian mempengaruhi sikap dan perilaku yang positif.

Albrecht (Widyastuti & Kushartati) menyebutkan beberapa aspek berpikir positif yaitu :

a. Harapan yang positif

Melaksanakan sesuatu yang lebih dipusatkan pada kesuksesan, optimisme, pemecahan masalah dan menjauhkan diri dari rasa takut akan kegagalan serta memperbanyak menggunakan kata-kata yang mengandung harapan.

b. Afirmasi diri

Memusatkan perhatian pada kekuatan diri, melihat diri secara lebih positif dengan dasar pemikiran bahwa setiap orang sama berartinya dengan orang lain

c. Pernyataan tidak menilai

(8)

206 untuk memberikan pernyataan yang negatif

terhadap suatu hal.

d. Penyesuaian diri terhadap suatu kenyataan Mengakui kenyataan dan segera berusaha menyesuaikan diri, menjauhkan diri dari penyesalan, frustasi dan menyalahkan diri sendiri. Menerima masalah dan berusaha menghadapinya adalah salah satu ciri dari orang yang bepikir positif.

Berdasarkan beberapa pendapat dan penjelasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek-aspek dalam berpikir positif adalah menguatkan cara pandang tentang sesuatu, afirmasi diri, harapan yang positif dan penyesuaian diri terhadap suatu kenyataan.

Metode Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah 50 mahasiswa DIII Kebidanan Universitas Muhammadiyah Semarang.

Keseluruhan subyek penelitian anggota populasi disebut dengan elemen populasi. Apabila penelitian dilakukan pada semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya disebut penelitian populasi atau disebut studi populasi, atau juga studi sensus (Usman dan Akbar, 2006:181).

Metode pengumpulan data menggunakan Skala Kecemasan Menyusun Tugas Akhir dan Skala Berpikir Positif.

Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah teknik Analisis Product moment. Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan berpikir [ositif dengan kecemasan menyusun tugas akhir pada mahasiswa.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh diketahui bahwa rxy = 0,820 dan p= 0,000 (p < 0,01) yang berarti tidak ada hubungan yang negatif antara berpikir positif dengan kecemasan mahasiswa dalam menyusun tugas akhir. Dengan demikian hipotesis dalam penelitian ini ditolak. Secara teori kecemasan yang dialami oleh mahasiswa tergolong dalam kecemasan normal. Menurut De Clerq (1994:48-49), kecemasan menunjukkan pada keadaan emosi yang menentang atau tidak menyenangkan dan

(9)

207 mahasiswa mengalami kecemasan, seperti

tuntutan orangtua, mahasiswa kurang memiliki keyakinan diri, kurangnya dukungan sosial dari dosen dan teman-temannya. Beberapa hal tersebut dapat memunculkan interpretasi subyektif yang menyebabkan mahasiswa merasa cemas sehingga terjadi rangsang fisiologis yang mengganggu keadaan fisik mahasiswa.

Terdapat beberapa kemungkinan kelemahan dalam penelitian ini yaitu; waktu pengisian skala yang kurang efektif karena bersamaan dengan pembekalan kegiatan komunitas sehingga mahasiswa kurang fokus dalam pengisian skala dengan pembahasan tugas akhir, hal ini dianggap sebagai kelemahan karena kecemasan disini bersifat situasional.

Simpulan

Tidak ada hubungan negatif antara berpikir positif dengan kecemasan menyusun tugas akhir, sehingga hipotesis dalam penelitian ini ditolak.

Daftar Pustaka

Alwisol, 2009. Psikologi Kepribadian. Malang : UMM Press

Ancok, D. 1987. Teknik Penyusunan Skala Pengukur. Yogyakarta: UGM

Atkinson, R.L., Atkinson, R.C., Hilgard, E.R., 1999. Pengantar Psikologi Umum. Alih bahasa : Taufiq N, Jakarta : Erlangga

Azwar, S., 2001. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Chaplin, J.P., 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : RajaGrafindo Persada

Davidoff, L. L, 1991. Psikologi Suatu Pengantar. Alih bahasa : Juniati, M, Jakarta : Erlangga

De Clerq, L, 1994. Tingkah Laku Abnormal Dari Sudut Pandang Perkembangan). Jakarta : PT 2006. Hubungan Antara Efektivitas Komunikasi Mahasiswa-Dosen Pembimbing Utama Skripsi Dengan Stres Dalam Menyusun Skripsi Pada Mahasiswa Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. h. 93-115

Hadi, S, 2000. Statistik jiid 2. Yogyakarta : Andi

Herdiani, W. S., 2012. Pengaruh Expressive Writing Pada Kecemasan Menyelesaikan Skripsi. Jurnal Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.1 No. 1. h. 6-17 Lestari, A, 1997. Pelatihan Berpikir Positif

Untuk Menangani Sikap Pesimis Dan Gangguan Depresi. Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada. h. 1-9

(10)

208 Peale, N, V, 1977. Cara Hidup dan

Berpikir Positif. Jakarta : Gunung Jati

Rosma, S, 2013. Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif Untuk Menurunkan Kecemasan Pada Mahasiswa Yang Sedang Menempuh Skripsi. Jurnal Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. h. 11-21

Sari, R, N, 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta : Graha Ilmu

Semiun, Y, 2006. Teori Kepribadian dan Tetapi Psikoanalitik FREUD. Yogyakarta : Kasinius

Sundari, S, 2005. Kesehatan Mental Dalam Kehidupan. Jakarta : Rineka Cipta

Sunyoto, D, 2008. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. Yogyakarta : MedPress Suryabrata, S, 2000. Psikologi

Kepribadian. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2005.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi IV. Jakarta : Balai Pustaka Usman, H, & Akbar, P. S., 2006.

Pengantar Statiska Edisi Dua. Jakarta : PT Bumi Aksara

Wade, C. & Tavris, C., 2007. Psikologi Edisi kesembilan Jilid 2. Alih bahasa : Mursalin, P, Jakarta : Erlangga

Walgito, B, 2003. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : ANDI

Widyastuti, A. & Kushartati, S., Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Berpikir Positif Ibu dan Dampak pada Anak. Jurnal Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui komposisi asam lemak dan kandungan logam berat kecap keong sawah (Bellamya javanica), yang difermentasi selama tujuh

PT. Berlina, Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur pembuatan kemasan plastik. Demi menjaga kepercayaan konsumen tentunya PT. Berlina, Tbk

Pada pembesaran ventrikel kiri (warna biru muda) akan terlihat bagian caudal jantung lebih vertikal, peninggian ke arah dorsal ( trachea, carina , dan mainstem bronchi

Sehubungan dengan dilaksanakannya proses evaluasi dokumen penawaran dan dokumen kualifikasi, Kami selaku Panitia Pengadaan Barang dan Jasa APBD-P T. A 2013 Dinas Bina Marga

Sepertihalnya hasil penelitian-penelitian terdahulu bahwa spiritualitas memiliki peran penting dalam penyelesaian permasalahan psikologis manusia (Amos Lal et al., 2020),

membuat objek yang sederhana (Permanahadi, 2007). Visualisasi Primitivebased modelling dapat dilihat pada Gambar 2. tiga dimensi biasanya dibagi menjadi tiga bagian

Kandungan protein didalam tepung ubi jalar ungu ini lebih sedikit dibandingkan dengan tepung terigu karena disebabkan adanya pencucian pada saat sebelum dikupas