• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kandungan Merkuri (Hg) Pada Air Sawah Masyarakat Di Lokasi Pertambangan Emas Tradisional Di Desa Saba Padang Kecamatan Hutabargot Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2017"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Merkuri (Hg)

Merkuri (Hg) adalah logam berat berbentuk cair, berwarna putih perak,

serta mudah menguap pada suhu ruangan. Merkuri (Hg) akan memadat pada

tekanan 7.640 Atm. Merkuri (Hg) memiliki nomor atom 80, berat atom 200,59

g/mol, titik beku -39o C, dan titik didih 356,6o C.Kelimpahan merkuri (Hg) di bumi menempati urutan ke-67 di antara elemen lainnya pada kerak bumi. Merkuri

jarang didapatkan dalam bentuk bebas di alam, tetapi berupa bijih cinnabar

(HgS). Untuk mendapatkan Merkuri dari cinnabar, dilakukan pemanasan bijih

cinnabar di udara sehingga menghasilkan logam Merkuri (Widowati, 2008).

Dalam keseharian, pemakaian bahan merkuri telah berkembang sangat

luas. Merkuri digunakan dalam bermacam-macam perindustrian, untuk

peralatan-peralatan elektris, digunakan untuk alat-alat ukur, dalam dunia pertanian dan

keperluan lainnya. Demikian luasnya pemakaian merkuri, mengakibatkan semakin

mudah pula organisme mengalami keracunan merkuri (Palar, 2008).

Dikenal 3 bentuk merkuri, yaitu:

1. Merkurielemental: terdapat dalam gelas termometer, tensimeter air raksa,

amalgam gigi, alat elektrik, batu batere dan cat. Juga digunakan sebagai

katalisator dalam produksi soda kaustik dan desinfektan serta untuk produksi

klorin dari sodium klorida.

2. Merkuri inorganik: dalam bentuk Hg++(Mercuric) dan Hg+(Mercurous)

(2)

a. Merkuri klorida (HgCl2) termasuk bentuk Hg inorganik yang sangat

toksik, kaustik dan digunakan sebagai desinfektan

b. Mercurous chloride (HgCl) yang digunakan untuk teething powder dan

laksansia (calomel)

c. Mercurous fulminate yang bersifat mudah terbakar.

3. Merkuri organik: terdapat dalam beberapa bentuk, antara lain :

a. Metil merkuri dan etil merkuri yang keduanya termasuk bentuk alkil

rantai pendek dijumpai sebagai kontaminan logam di lingkungan.

Misalnya memakan ikan yang tercemar zat tersebut dapat menyebabkan

gangguan neurologis dan kongenital.

b. Merkuri dalam bentuk alkil dan aryl rantai panjang dijumpai sebagai

antiseptik dan fungisida.

2.1.1.Sumber Merkuri

1.) Terdapat di Alam

Sebagai hasil tambang, merkuri dijumpai dalam bentuk mineral HgS yang

disebut sinabar (cinnabar). Terdapat sebagai batuan dan lapisan batuan yang

terhampar di Spanyol, Itali, dan bagian Amerika, serta banyak didistribusikan

sebagai batuan, abu, dan larutan.

2.) Hasil Aktifitas Manusia

Menurut Widowati (2008) yang mengutip dari Herman (2006), sumber

merkuri dari hasil aktifitas manusia antara lain pembuangan tailing pengolahan

emas tradisional yang diolah secara amalgamasi, dimana merkuri mengalami

(3)

merkuri akan membentuk amalgam dengan logam-logam (Au, Ag, Pt) dan

sebagian hilang dalam proses.

2.1.2.Kegunaan Merkuri Dalam Kehidupan

Penggunaan merkuri yang terbesar adalah dalam industri klor-alkali,

dimana produksi klorin (Cl2) dan kaustik soda (NaOH) dengan cara elektrolisis

garam NaCl. Kedua bahan ini sangat banyak gunanya sehingga diproduksi dalam

jumlah tinggi setiap tahun. Fungsi merkuri dalam proses ini adalah sebagai katode

dari sel elektrolisis (Kristanto, 2002).

Dalam bidang pertanian, senyawa merkuri banyak digunakan sebagai

fungisida, dimana hal ini menjadi penyebab yang cukup penting dalam peristiwa

keracunan merkuri pada organisme hidup. Karena penyemprotan yang dilakukan

secara terbuka dan luas, maka banyak organisme hidup lainnya yang terkena

senyawa racun tersebut. Sehingga dari penyemprotan fungisida tersebut tidak

hanya membunuh jamur melainkan juga organisme hidup lainnya.

Pada bidang kedokteran merkuri (Hg) telah digunakan sejak abad ke-15,

dimana merkuri digunakan untuk pengobatan sifilis (penyakit kelamin) serta

Kalomel (HgCl) diguanak sebagai pembersih luka sampai diketahui bahan

tersebut beracun sehingga tidak dgunakan lagi (Darmono, 2010). Selain itu logam

merkuri digunakan untuk campuran penambal gigi.

Pada industri pulp dan kertas banyak digunakan senyawa FMA (fenil

merkuri asetat). Pemakaian dari senyawa FMA bertujuan untuk mencegah

pembentukan kapur pada pulp dan kertas basah selama proses penyimpanan. Hal

ini menjadi sangat berbahaya, karena kertas seringkali digunakan sebagai alat

(4)

2.1.3. Sifat Merkuri

Sifat-sifat kimia dan fisik merkuri membuat logam tersebut banyak

digunakan untuk keperluan kimia dan industri.

1. Merkuri merupakan satu-satunya logam yang berwujud cair pada suhu kamar

(25oC) dan mempunyai titik beku terendah dibanding logam lain yaitu -39o 2. Masih berwujud cair pada suhu 396

C.

o

C. Pada temperatur 396oC ini telah terjadi pemuaian secara menyeluruh.

3. Merupakan logam yang paling mudah menguap jika dibandingkan dengan

logam lain.

4. Merkuri dapat larut dalam asam sulfat atau asam nitrit, tetapi tahan terhadap

basa.

5. Mempunyai volatilitas yang tertinggi dari semua logam.

6. Ketahanan listrik sangat rendah sehingga merupakan konduktor terbaik

dibanding semua logam lain.

7. Banyak logam yang dapat larut di dalam merkuri membentuk komponen

yang disebut dengan amalgam.

8. Merkuri dan komponen-komponennya bersifat racun terhadap semua

makhluk hidup (Kristanto, 2002).

2.1.4.Toksikokinetika Merkuri

Perjalanan suatu bahan toksik dalam tubuh sampai timbulnya efek

terhadap tubuh mengalami beberapa tahapan atau proses, sebagai berikut:

Absorpsi, distribusi,metabolisme dan ekskresi (Soemirat, 2009).

Sedangkan pendistribusian merkuri dalam tubuh berbeda berdasarkan

(5)

jaringan tubuh, terutama di distribusikan pada otak dan ginjal. Dalam tubuh sesuai

dengan sifatnya yang mudah berikatan dengan senyawa lain seperti belerang akan

dapat berikatan dengan sulfhidril dan dapat mempengaruhi kerja sejumlah enzim

sel. Proses pengikatan merkuri dengan gugus sulfihidril dapat membentuk zat

polutan 20 yaitu metallotionin (protein berat molekul rendah kaya sulfhidril ) yang

dapat meningkat setelah pajanan merkuri (Sari Lubis, 2002).

Menurut Dompas, (2010), metallotionin adalah polutan merkuri memiliki

sifat yang dapat mudah berikatan dengan gugus sulfuhidril (-SH), pengikatan Hg

oleh gugus sulfuhidril dapat menghambat aktifitas enzim. Metalotionin mampu

mengikat logam-logam berat dengan sangat kuat khususnya merkuri (Hg),

kadmium (Cd), perak (Ag), dan seng (Zn).

Berikut tahapan perjalanan merkuri di dalam tubuh sampai dibuang

sebagai hasil samping dari metabolisme tubuh :

2.1.4.1. Absorbsi

Absorbsi metal merkuri di dalam tubuh manusia dapat terjadi melalui

makanan, minuman dan pernafasan, serta kontak kulit. Paparan merkuri melalui

jalur kulit biasanya berupa senyawa HgCl2, dimana jumlah Hg yang diabsorbsi

tergantung kepada jalur masuknya, lama paparan dan bentuk senyawa merkuri.

Dari beberapa data hasil penelitian pada manusia menunjukkan bahwa metal

merkuri segera diserap melalui saluran cerna. uap senyawa metal merkuri seperti

uap metil merkur i klorida dapat diserap melalui pernafasan. Penyerapan metil

merkuri dapat juga melalui kulit. Merkuri setelah di absorbsi di jaringan

mengalami oksidasi membentuk merkuri divalent (Hg2+) yang dibantu enzim

(6)

lalu ditransformasikan menjadi merkuri divalen (Hg2+). Sebagian akan menuju

otak, yang kemudian diakumulasi di dalam jaringan.

2.1.4.2. Distribusi

Pada saat terpapar oleh logam merkuri dan diabsorbsi dalam jaringan,

logam merkuri akan ditransper ke dalam darah, seperti uap logam merkuri (Hg)

akan terserap oleh alveoli dan diteruskan kedalam darah. Dalam darah akan

mengalami proses oksidasi dengan bantuan enzim hidrogeperoksida katalase

sehingga berubah menjadi ion Hg2+, selanjutnya dibawa ke seluruh tubuh

bersama peredaran darah dan terakumulasi di hati dan ginjal. Sebagian merkuri

dikeluarkan bersama urine.

Selain menumpuk, ternyata merkuri dapat menembus membrane plasenta

pada wanita hamil. Senyawa merkuri tersebut masuk bersama makanan melewati

plasenta karena dibawa oleh peredaran darah ke janin. Sehingga dapat merusak

otak janin dan bayi lahir kemungkinan akan cacat.

2.1.4.3. Metabolisme

Pada proses metabolisme dalam tubuh setelah diabsobsi di dalam jaringan,

merkuri organik dan anorganik akan sangat mudah berikatan dengan protein dan

berbagai jenis enzim seperti enzim katalase. Sebagian dari senyawa merkuri

organik seperti alkil merkuri akan diubah menjadi senyawa merkuri anorganik.

Setelah lewat waktu paruh senyawa merkuri akan dikeluarkan dari dalam tubuh

sebagai hasil samping metabolisme. Hanya sebagian kecil yang dikeluarkan jika

dibandingkan dengan jumlah uap atau senyawa merkuri yang masuk ke dalam

(7)

sel darah merah selanjutnya akan terakumulasi dalam berbagai organ bagian

dalam tubuh seperti hati, ginjal dan otak.

2.1.4.4. Ekskresi

Ekskresi merkuri dari tubuh melalui urin dan feses dipengaruhi oleh

bentuk senyawa merkuri, besar dosis merkuri, serta waktu paparan. Merkuri yang

masuk ke dalam hati akan terbagi dua. Sebagian akan terakumulasi dalam hati,

dan sebagian lainnya akan dikirim ke empedu. Di dalam kantong empedu merkuri

organik dirombak menjadi merkuri anorganik kemudian akan dikirim lewat darah

ke ginjal, dimana sebagian akan terakumulasi dalam ginjal dan sebagian lagi akan

dibuang bersama dengan urine. Sedangkan ekskresi merkuri organik sebagian

besar terjadi dengan ekskresi feses. Waktu paruh dari pada merkuri untuk bisa

dibuang atau terkumulasi dalam jaringan adalah 40 hari ( Palar, 2008 ).

Paparan uap merkuri dapat diserap melalui paru-paru, tetapi beberapa

merkuri juga dapat diserap oleh kulit. Penyerapan unsur merkuri melalui

konsumsi oral sedikit. Elemental raksa uap mengalami penyerapan hampir

lengkap dari udara yang dihirup. Merkuri akan terakumulasi dalam paru-paru pada

hewan percobaan setelah terjadi paparan garam merkuri anorganik dengan dosis

konsumsi tertentu. Dalam separuh waktu merkuri inorganik akan terserap ke

dalam pernafasan tikus. Sekitar lima jam merkuri akan melekat pada jaringan

paru-paru dan teroksidasi di dalam paru-paru tikus. Beberapa unsur merkuri yang

terlarut dalam darah, mungkin akan diangkut melalui darah ke otak dan

teroksidasi dalam jaringan otak. Ini bisa menjelaskan efek retensi dan beracun

(8)

Senyawa alkil merkuri sangat berbeda dari merkuri organik lainnya, metil

merkuri merupakan bahaya yang paling serius di antara kelompok-kelompok ini

dari 23 senyawa merkuri. Pentingnya pengaruh toksikologi metal merkur i ini

disebabkan karena lebih signifikan di transformasi pada lingkungan dari bentuk

lain merkuri menjadi metil merkuri. Memang garam monoalkil dan dialkil

merkuri lebih tinggi lebih dan mudah detoksifikasinya daripada metil merkuri

(Louis J. Casarett dan John Doull, 1975).

2.1.5. Pencemaran Merkuri di Lingkungan

Secara alamiah, pencemaran oleh merkuri ke lingkungan umumnya berasal

dari kegiatan gunung api, rembesan air tanah yang melewati daerah deposit

merkuri dan lain-lain. Namun demikian, meski sangat banyak sumber keberadaan

merkuri di alam, dan masuk ke dalam suatu tatanan lingkungan tertentu secara

alamiah, tidaklah menimbulkan efek-efek merugikan bagi lingkungan karena

masih dapat ditolerir oleh alam. Merkuri menjadi bahan pencemar sejak manusia

mengenal industri, kemudian menggali sumber daya alam dan memanfaatkannya

semaksimal mungkin untuk kebutuhannya (Palar, 2008).

Penggunaan merkuri di dalam industri sering mengakibatkan pencemaran

lingkungan, baik melalui air limbah maupun melalui sistem ventilasi udara.

Merkuri yang terbuang ke sungai, pantai atau badan air di sekitar industri-industri

tersebut dapat mengkontaminasi ikan dan makhluk air lainnya, termasuk

ganggang dan tumbuhan air. Ikan-ikan dan hewan air tersebut kemudian

dikonsumsi manusia sehingga manusia terpapar merkuri di dalam tubuhnya.

FDA (Food and Drug Administration) menetapkan batasan kandungan

(9)

Health Organization) menetapkan batasan maksimum untuk air, yaitu 0,001 ppm

(Kristanto, 2002).

2.1.5.1. Kasus Pencemaran Merkuri

Beberapa kasus pencemaran dalam merkuri, antara lain :

1. Kasus penceamran merkuri yang terkanal adalah kasus yang terjadi di

teluk minamata , jepang , pada tahun 1950-an. Industri kimia yang

beroperasi di sekitar teluk minaata mebuang limbah yang menagandung

merkuri ke prariran telul dan menyebabkan ibu-ibu yang mengonsumsi

makanan laut yang diperoleh dari teluk minamata melahirkan anak-anak

denghan cacat bawaan. Pada kasus tersebut dari 111 kasus kerancunan

yang terjadi 43 orang meninggal. Para penderita penyakit minamata ,

menunjukkan kadar merkuri antara 200 sampai 500 mikrogram per liter

darahnya.

Sementara batasan aman menurut WHO adalah anatara lima

sampai 10 mikrogram merkuri per liter darah . limbah yang dibuang ke

teluk Minamata juga tidak terhitung sedikit, diperkirakan 200-600 ton Hg

dibuang selama 1932-1958. Selain merkuri terdapat juga mangan, thalium,

dan selenium dalam limbah yang dibuang (Effendi, 2003 mengutip dari

sawyer dan McCarty, 1978).

2. Di Indonesia sejak tahun 1996 perariran Teluk Bayur Provinsi Sulawesi

Utara telah dijadikan tempat pembuangan tailing (limbah hasil tambang

emas) oleh PT Newmont Minahawa Raya (PT NMR). Efek dari efektivitas

tersebut diduga bukan hanya terjadi pada teluk itu sendiri tetapi pada

(10)

Akiibat kegiatan pertambangan skala besar oleh PT. Newmont Minahasa

Raya (NMR) , ekosistem perairan laut di teluk Buyat rusak parah akibat

buangan 2000 ton tailing setiap hari (Anonimous, 2012)

3.Kadar merkuri yang tinggi juga pernah dilaporkan terjadi di Amerika

Serikat dan kanada, yaitu pada ikan yang menghuni danau St.Clair. sumber

pencemaran merkuri di danau berasal dari industri kimia yang

memproduksi klor dengan menggunakan elektroda merkuri. Wood et.al.

(1968) dalam Dugan (1972) menyebutkan bahwa jenis senyawa merkuri

yang ditemukan pada organ mekhluk hidup, misalnya ikan adalah metilo

merkuri atau dimetil merkuri.

4. Di Indonesia , penceamran merkuri akibat adanya penambangan emas

tanpa izin (PETI) ditemukan di berbagai tempat , namaun tidak pernah ada

investigasi atau laporan adanya penderita keracunan merkuri.Misalnya di

Pongkor, Jawa Barat diplaporkan bahwa konsentrasi merkuri di sedimen

sungai berkisar antara 0-2,688 ppm, sedangkan di tanah didapat

konsenstrsi sebanyak 1-1300 ppm (Seomirat, 2003 mengutip dari

Gunaradi, 2001)

2.1.6. Senyawa Merkuri

2.1.6.1 Senyawa Merkuri Anorganik

Logam merkuri termasuk ke dalam kelompok merkuri anorganik. Dalam

bentuk logamnya, merkuri berbentuk cair, dan sangat mudah menguap. Uap

merkuri dapat menyebabkan efek samping yang sangat merugikan bagi kesehatan.

Diantara sesama senyawa merkuri anorganik, uap logam merkuri (Hg) merupakan

(11)

dan dengan sangat mudah akan terhisap seiring kegiatan pernafasan yang

dilakukan. Pada saat terpapar oleh logam merkuri, sekitar 80% dari logam merkuri

akan terserap oleh alveoli paru-paru dan jalur-jalur pernafasan untuk kemudian

ditransfer ke dalam darah (Palar, 2008).

Pada hewan percobaan seperti kelinci, tikus dan kera, 1% dari jumlah yang

diserap ini akan terakumulasi di otak. Jumlah merkuri yang menumpuk tersebut,

10 kali lebih besar bila dibandingkan dengan senyawa merkuri lain yang masuk

atau dimasukkan ke dalam tubuh dengan dosis yang sama. Selain penumpukan

merkuri terjadi pada otak, logam ini juga terserap dan menumpuk pada ginjal dan

hati. Namun demikian penumpukan yang terjadi pada organ ginjal dan hati masih

dapat dikeluarkan bersama urin dan sebagian akan menumpuk pada empedu.

Selain menumpuk pada organ tubuh tersebut, merkuri juga mampu menembus

membran plasenta (Palar, 2008).

Toksisitas akut dari merkuri anorganik meliputi gejala muntah, kehilangan

kesadaran, sakit abdominal, diare disertai darah dalam feses, albuminuria, anuria,

uraemia, ulserasi, dan stomatitis. Sementara toksisitas kronis dari merkuri

anorganik meliputi gejala gangguan sistem saraf, antara lain tremor, terasa pahit di

mulut, gigi tidak kuat dan rontok, anemia, dan gejala lain berupa kerusakan ginjal,

serta kerusakan mukosa usus (Widowati, 2008).

2.1.6.2. Senyawa Merkuri Organik

Senyawa-senyawa merkuri organik telah lama akrab dengan kehidupan

manusia. Yang paling terkenal diantaranya adalah senyawa alkil-merkuri.

Beberapa senyawa alkil-merkuri yang banyak digunakan, terutama di kawasan

(12)

etil khlorida (C2H5HgCl). Senyawa-senyawa tersebut digunakan sebagai pestisida

dalam bidang pertanian.

Sekitar 80% dari peristiwa keracunan merkuri bersumber dari

senyawa-senyawa alkil-merkuri. Keracunan yang bersumber dari senyawa-senyawa ini adalah

melalui pernafasan. Peristiwa keracunan melalui jalur pernafasan tersebut

disebabkan karena senyawa-senyawa alkil-merkuri sangat mudah menguap. Uap

merkuri yang masuk bersama jalur pernafasan akan mengisi ruang-ruang dari

paru-paru dan berikatan dengan darah (Palar, 2008).

Waktu paruh dari senyawa alkil-merkuri dalam tubuh adalah 70 hari.

Selanjutnya senyawa alkil-merkuri tersebut dikeluarkan dari dalam tubuh sebagai

hasil samping metabolisme. Akan tetapi, jumlah yang dikeluarkan sangat kecil

jika dibandingkan dengan jumlah uap atau senyawa alkil-merkuri yang masuk ke

dalam tubuh. Diperkirakan jumlah alkil-merkuri yang dikeluarkan sebagai hasil

samping metabolisme tubuh hanyalah 1%, sedangkan sisanya 99% terakumulasi

dalam berbagai organ dalam tubuh (Palar, 2008).

Gejala toksisitas merkuri organik meliputi kerusakan sistem saraf pusat

berupa anoreksia, ataksia, dismetria, gangguan pandangan mata yang bias

mengakibatkan kebutaan, gangguan pendengaran, koma, dan kematian (Widowati,

2008).

2.1.7. Efek Merkuri pada Manusia

2.1.7.1.Keracunan akut

Keracunan akut oleh merkuri bisa terjadi pada konsentrasi merkuri (Hg) uap

(13)

otak, jantung, paru-paru, dan usus besar. Keracunan akut karena terhirupnya uap

merkuri (Hg) berkonsentrasi tinggi menimpa pekerja dalam industri pengolahan

logam merkuri serta penambangan emas (Widowati, 2008).

Keracunan akut yang ditimbulkan oleh logam merkuri dapat diketahui

dengan mengamati gejala-gejala berupa iritasi gastrointestinal berupa mual,

muntah, sakit perut dan diare. Keracunan Phenyl mercury (merkur i aromatis)

menimbulkan gejala-gejala gastrointestinal, malaise dan mialgia. Keracunan metil

merkuri menyebabkan efek pada gastrointestinal yang lebih ringan tetapi

menimbulkan toksisitas neurologis yang berat berupa rasa sakit pada bibir, lidah

dan pergerakan (kaki dan tangan), halusinasi, iritabilitas, gangguan tidur, sulit

bicara, kemunduran cara berpikir, reflek tendon yang abnormal, dan pendengaran

rusak (Rianto,2012)

2.1.7.2. Keracunan Kronis

Keracunan kronis yang disebabkan oleh merkuri, peristiwa masuknya

sama dengan keracunan akut, yaitu melalui jalur pernafasan dan makanan. Akan

tetapi pada keracunan kronis, jumlah merkuri yang masuk sangat sedikit sehingga

tidak memperlihatkan pengaruh pada tubuh. Namun demikian masuknya merkuri

ini berlangsung secara terus-menerus. Sehingga lama kelamaan, jumlah merkuri

yang masuk dan mengendap dalam tubuh menjadi sangat besar dan melebihi batas

toleransi yang dimiliki tubuh sehingga gejala keracunan mulai terlihat (Palar,

2008).

Pada peristiwa keracunan kronis oleh merkuri, ada dua organ tubuh yang

paling sering mengalami gangguan, yaitu gangguan pada sistem pencernaan dan

(14)

terjadi pada sistem pencernaan. Gangguan terhadap sistem saraf dapat terjadi

dengan atau tanpa diikuti oleh gangguan pada lambung dan usus. Ada dua bentuk

gejala umum yang dapat dilihat bila korban mengalami gangguan pada sistem

saraf sebagai akibat keracunan kronis merkuri, yaitu tremor (gemetar) ringan dan

parkinsonisme yang juga disertai dengan tremor pada fungsi otot sadar.

Tanda-tanda seseorang penderita keracunan kronis merkuri dapat dilihat

pada organ mata. Biasanya pada lensa mata penderita terdapat warna abu-abu

sampai gelap, atau abu-abu kemerahan, yang hanya dapat dilihat dengan

mikroskop mata. Di samping itu, gejala keracunan kronis merkuri yang lainnya

adalah terjadinya anemia ringan pada darah.

2.1.8. Gejala Klinis

2.1.8.1.Keracunan Akut

a) Melalui Mulut

Keracunan garam merkuri malelui mulut menimbulkan rasa logam, haus,

sakit perut yang berat, muntah, dan diare berdarah. Diare berdarah terjadi

selama beberapa minggu. Antara satu hari sampai 2 minggu setelah

keracunan, pengeluaran urin dapat berhenti, dan kematian terjadi

disebabkan oleh uremia. Pada keracunan merkuri klorida dapat terjadi

penyempitan esofagus, usus, dan lambung (Sartono,2002: 216-217).

b) Melalui Inhalasi

Keracunan uap merkuri kadar tinggi melalui inhalasi dapat segera

menimbulkan dispnea, batuk, demam, mual, muntah, diare, stomatitis,

salivasi dan rasa logam. Gejala ini dapat berkembang menjadi

(15)

Pada anak-anak gejala ini dapat berakibat fatal. Selain itu, dapat terjadi

asidosis dan kerusakan ginjal dengan gagal ginjal (Sartono,2002: 216-

217).

2.1.8.2 Keracunan Kronik

a) Keracunan Melalui Mulut Dan Suntikan

Keracunan karena suntikan senyawa merkuri organik atau keracunan

melalui mulut senyawa merkuri organik atau garam merkuri yang tidak

larut atau sedikit terdisosiasi dalam waktu lama dapat menyebabkan

urtikaria yang dapat berkembang menjadi dermatitis, stomatitis, salivasi,

diare, anemia, leukopenia, kerusakan hati, dan kerusakan ginjal yang dapat

berkembang menjadi gagal ginjal akut dengan anuria. Suntikan senyawa

organik sebagai obat diuretika, menyebabkan fungsi jantung tidak teratur

atau depresi, dan reaksi anafilaktik (Sartono,2002: 216-217).

b) Melalui Inhalasi Dan Kontak Kulit

Inhalasi debu dan uap merkuri, serta senyawa merkuri organik atau

absorpsi merkuri dan senyawa merkuri melalui kulit dalam waktu lama,

dapat menyebabkan “merkurialisme” dengan gejala yang timbul

bervariasi, termasuk tremor, salivasi, stomatitis, gigi rontok, garis biru

hitam pada gusi, rasa sakit kebas pada anggota badan, nefritis, diare,

gelisah, sakit kepala, berat badan turun, anoreksia, depresi mental,

insomnia, iritabilitas, instabilitas, halusinasi, dan kemerosotan mental

(16)

2.1.9. Kadar Batas Merkuri

Kriteria World Health Organization menyatakan bahwa kadar normal

dalam darah berkisa antara 5 µg/l - 10 µg/l dalam rambut berkisar antara 1 mg/kg

– 2 mg/kg, sedangkan dalam urine rata-rata 4 µg/l. Menurut swedish Export

Group kadar normal merkuri dalam darah adalah 200 µg/l dan kadar normal

merkuri dalam rambut adalah seperempat dari akdar dalam darah yaitu 50 µg/g.

International Commite Of Occupational Medicine , kadar batas normal merkuri

dalam darah untuk seseorang yang tidak mengkonsumsi ikan adalah 2 ppb,

sedangkan untuk mengkonsumsi ikan antara 2 – 20 ppb.

Konsentrasi aman merkuri dalam darah adalah 0,000005 mg/g sedangkan

di rambut konsentrasi normal adalah 0.01 mg/g , dengan maksimal konsntrasi

adalah 0,0001 mg/g. Karena sifatnya yang sangta ceracun, maka U.S . Food and

Administration (FDA) menentukan pembakuan atau nilai Ambang Batas kadar

merkuri yang ada dalam air, yaitu sebesar 0,0005 ppm2. Food and Drug

Administration mengestimasi pajanan merkuri dari ikan rata – rata 50 ng/ kg/ hari

atau kira – kira 3,5 Ig/hari untuk orang dewasa dengan berat badan rata – rata (70

kg) secara alamiah kandungan merkuri di lingkungan adalah sebagai berikut :

kadar total Merkuri udahara = 10 – 2- ng/m3 untuk udara outdoor di kota. Kadar

total merkuri air permukaan = 5 ppt = 5 ng/l dan kadar total Hg dalam tanah 20 –

(17)

Beberapa peraturan mengenai kadar merkuri yang diperbolehkan di

Indonesia tercantum pada tabel 2.1.

Peraturan Kadar Merkuri Yang

Diperbolehkan

Permenkes No. 907/2002 : Kadar 0,001 mg/l

Merkuri dalam air minum

Permenkes No. 0,001 mg/l

416/Menkes/Per/IX/1990 : Kadar

Merkuri dalam Air Bersih

Kepmenkes : 0,1 mg/m3

261/Menkes/SK/II/1998 : Kadar

Merkuri Dalam Udara Tempat Kerja

Keputusan Badan Pengawasan Obat Dalam ikan segar : 0,5

dan Makanan No . mg/kg

3725/B/SK/VII/1989 : Kadar Merkuri Dalam sayuran : 0,03

Dalam Makanan dan Minuman mg/kg

Dalam biji-bijian : 0,05

mg/kg

KepMenLH No. 02/MenKLH/2002 Golongan A : 0,001

Kadar merkuri dalam air sungai mg/l

Golongan B : 0,001 mg/l

Golongan C : 0,002 mg/l

Golongan D : 0,005

mg/l

Tabel 2.1 Peraturan mengenai kadar merkuri yang diperbolehkan.

2.1.10.Pencegahan Pencemaran Merkuri

Untuk mengurangi pencemaran limbah merkuri di daerah pertambangan

(18)

1. Memilih teknik penggalian yang ramah lingkungan, yaitu menerapkan sistem

pertambangan tertutup sehingga memperkecil keluarnya merkuri dari dalam

tanah.

2. Menggunakan teknologi pemrosesan batuan tambang yang tidak

menggunakan merkuri, tetapi diganti dengan menggunakan sianida. upaya

yang dilakukan adalah penyehatan kembali lingkungan dengan cara:

1. Memindahkan sedimen yang mengandung merkuri (Hg) tinggi, lalu

melakukan isolasi.

2. Treatment tanah atau air yang terpolusi secara fisik atau kimiawi

&Imobilisasi dengan memasang batas di daerah yang tercemar.

3. Remediasi secara biologis atau fitoremidiasi menggunakan tumbuhan yang

mampu menyerap metil merkuri.

Untuk meminimalisasi tingginya tingkat pencemaran merkuri dalam usaha

penambangan emas, dengan membuat bak pengendap yang mampu menampung

material yang tercecer pada saat dan sedang melakukan penggaran di dalam ruang

tertutup atau kedap udara sehingga uap merkuri yang terbentuk bisa dialirkan

masuk ke dalam bak pengendap yang tertutup rapat (Widowati, 2008).

Fitoremidiasi menggunakan tanaman sebagai alat pengolah bahan

pencemar. Tanaman yang tumbuh subur di tanah-tanah dengan kandungan

mineral khas disebut metalokolus atau metalofit. Beberapa tanaman metalofit bisa

digunakan sebagai indikator untuk suatu deposit logam berat di dekat permukaan

tanah sehingga cocok untuk ditanam di daerah pertambangan atau industri. Jenis

tanaman Stelaria setacea( eceng gondok) tumbuh subur di tanah yang

(19)

2.2. Air

Air adalah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi mahkluk hidup

yang ada di muka bumi, baik bagi manusia atau bagi mahkluk hidup lainnya.

Secara teoritis dimuka bumi terdapat tiga jenis sumber air yaitu sumber air hujan,

air permukaan dan air tanah. Sumber sumber air tersebut tidak selamanya cocok

untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia karena harus memenenuhi syarat ,baik

deri segi fisika, kimia, bakteriologi, maupun radioaktif

Berdasarkan pengertian air bersih menurut Permenkes RINo.

416/Menkes/Per/IX/1990 tentang syarat syarat dan pengawasan kualitas air bersih

adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

2.2.1.Manfaat Air Bagi Manusia

Air sangat berguna untuk kehidupan sehari-hari, karena air adalah zat

utama pada setiap mahkhluk hidup dimuka bumi. Manusia tergantung pada air

bukan hanya memenuhi kebutuhan minumnya melainkan juga untuk pembangkit

tenaga rekresi, pengangkutan dan pengairan. Karena tekhnelogi modern menuntut

makin banyak air, maka orang harus berusaha merencanakan cara-cara untuk

menyadap sumber sumber dan mengusungkanagar air yang sudah dicemarkan

oleh manusia dapat dimanfaatkan kembali (Luna B, Leopold 1980)

2.2.2. Pencemaran Air

Air merupakan kebutuhan pokok bagi proses kehidupan di bumi ini. tidak

akan ada kehidupan di bumi ini jika tidak adaair. Air yang relatif bersih sangat

(20)

keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan

pertanian dan lain sebagainnya.

Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standart tertentu , saat ini

menjadi barang yang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh

bermacam-macam limbah hasil dari kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah

tangga, limbah hasil industri dan kegiatan lainnya.

Berdasarkan Permenkes RI No. 82 Tahun 2001 tentang Pengolahan

Kualitas air dan pengendalian pencemaran air syarat-syarat pengawasan kualitas

air, Pencemaran air adalah masuknya air atau dimasukkannya makhluk hidup ,

zatr , energi dan atau komponen lain ke adalam air oleh kegiatan manusia,

sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak

dapat befungsi sesuaidengan peruntukannya. 2.2.2.1. Sumber Pencemaran Air

Menurut Mukono (2006), beberapa sumber pencemaran air yaitu:

1. Domestik (Rumah Tangga)

Penduduk yang bertempat tinggal di perkampungan atau di desa

menggunakan sungai sebagai tempat untuk mendapatkan air dan juga tempat

pembuangan sampah.

2. Industri

Industri-industri terletak dekat dengan aliran sungai umumnya

mebgambil kebutuhan air dari sungai dan membuang limbahnya kembali

ke sungai. Pembuangan limbah industri langsung ke dalam sungai atau

sebelumnya suatu pengelolaan untuk menghilangkan bahan-bahan yang

(21)

Secara umum jenis polutan air dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Fisik

Pasir atau lumpur yang tercampur dalam limbah air.

b. Kimia

Bahan pencemar yang berbahaya antara lain merkuri (Hg), Cadmium

(Cd), Timbal (Pb), pestisida dan jenis logam berat lainnya.

c. Mikrobiologi

Berbagai macam bakteri, virus, parasit, dan lain-lainnya. Misalnya yang

berasal dari pabrik yang mengolah hasil ternak, rumah potong, dan

tempat pemerahan susu sapi.

d. Radioaktif

Beberapa bahan radioaktif yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik

Tenaga Nuklir (PLTN) dapat menimbulkan pencemaran air.

3. Pertanian dan Perkebunan

Untuk mengairi sawah, ladang umumnya dipergunakan air sungai .

sisa air yang tidak terambil oleh tanaman akan menguap dan sebagaian

besar masuk ke dalam tanah dan kelebihannya akan mengalir ke sungai.

2.3.Penambangan Emas Tradisional

Ushaa pertambangan emas rakyat adalah suatu usaha pertambangan emas

yang dilakukan oleh masyarakat setempat secara kecil-kecilan atau secara gotong

royong dengan alat-alat sederhana untuk pencaharian sendiri. (anonim, 2008)

Pertambangan emas tanpa izin (PETI) adalah usaha pertambangan yang

(22)

hukum yang didalam operasi tidak memiliki izin dari instansi pemerintahan sesuai

dengan undang-undang yang berlaku.

Pertambangan emas tanpa izin (PETI) di awali oleh keberadaan para

penambang tradisional, yang kemudian berkembang karena adanya faktor

kemiskinan, keterbatasan lapangan pekerjaan dan kesempatan usaha, keterlibatan

pihak lain yang bertindak sebagai cukon atau backong, ketidak harmonisan antara

perusahaan dengan masyarakat setempat, serta krisis ekonomi berkepanjangan

yang diikuti oleh penafsiran keliru tentang perundang-undangan yang

menegakkan tirai pertambangan oleh rakyat, juga ikut mendorong pertambangan

emas tanpa izin. (Anonim, 2000)

Apabila dilihat dari karakter PETI , maka dapat dikelompokkan menjadi

a. Ditinjau dari pelaku usaha, terdiri atas :

a) Masyarakat setempat

b) Masyarakat pendatang

c) Cukong dan oknum aparat sebagai backing

b. Ditinjau dari teknelogi pengolahan backing :

a) Peralatan sederhana atau tradisional

b) Peralatan semio mekanis atau kombinasi antara peralatan

sederhana dengan peraltan mekanis

c) Peralatan mekanis

c. Ditinjau dari status lahan , terdiri dari :

a) Lahan milik sendiri

(23)

c) Wilayah konsesi perusahaan : kuasa pertambangan dan kontrak

kaya.

d. Ditinjau dari komodisi bahan galian terdiri atas

a) Batu bara (golongan A)

b) Emas dan intan (golongan B)

c) Golongan A dan B lainnya hampir seluruh bagian golongan C

(Anonim, 2000)

Kegiatan penambangan emas tanpa di Indonesia dicirikan oleh

penggunaan teknik eksplorasi dan eksploitasi yang sederhana dan murah. Untuk

pekerjaan penambangan dipakai peralatan cangkul, linggis, palu, dan beberapa

alat sederhana lainnya. Batuan dan urat kuarsa mengandung emas atau bijih

ditumbuk sampai berukuran 1-2 cm, selanjutnya digiling dengan alat gelundung

(trammel, berukuran panjang 55-60 cm dan diameter 30 cm dengan alat

penggiling 3-5 batang besi).

Proses pengolahan emasnya biasanya menggunakan teknik amalgamasi,

yaitu dengan mencampur bijih dengan merkuri untuk membentuk amalgam

dengan media air. Selanjutnya emas dipisahkan dengan proses penggarangan

sampai didapatkan logam paduan emas dan perak (bullion). Produk akhir dijual

dalam bentuk bullion dengan memperkirakan kandungan emas pada bullion

tersebut (Setiabudi, 2005).

Dalam hal ini umumnya penambang mencoba terlebih dahulu menyedot

endapan pasir dan lumpur di dasar sungai selama 1-2 jam. Apabila dalam kurun

waktu tersebut ditemukan bahan endapan (sendimen) yang diperkirakan

(24)

diteruskan. Sebaliknya jika selama kegiatan coba-coba tersebut tidak ditemukan

endapan yang mengandung bijih/butiran emas, maka kegiatan penambangan harus

berhenti dan penambang harus pindah gna mencari lokasi baru ke tempat lain.

Lahan yang digunakan sebagai tempat kegiatan penambangan emas dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu dari tebing sungai dan tengah sungai.

Perlengkapan yang di perlukan untuk mengolah bijih emas adalah :

1. Tabung gelundung, sebagai tempat menggerus batuan.

2. Kincir air atau genset yang berfungsi sebagai penggerak tabung gelundung.

3. Batang besi baja/media giling sebagai alat pengguras batuan.

4. Merkuri yang berfungsi untuk mengikat emas.

5. Air untuk mendapatkan persentasi padatan yang berkisar antara 30-60%.

6. Dulang atau sejenisnya, sebagai tempat untuk memisahkan Merkuri yang

telah mengikat emas perak (amalgam) dengan sisa hasil pengolahan

(tailing).

7. Emposan yaitu alat untuk membakar amalgam untuk mendapatkan paduan

(25)

Penggalian

batuan Penghancuran batuan

Penggilingan dengan tromel(galundung)+Besi

Proses

amalgamasi

(dengan merkuri)

Pemisah

padat Limbah Cair Amalgam,

Limbah Padat

cair

Penyaringaningan

LimbahCair Amalga Merkuri

uri

PembakaranPembakaranAmalgam

Amalgam

Pencemaran Merkuri

UapUap

Merkuri

Merkuri Bulli

Gambar 2.1. Proses Pengolahan Batuan Emas (Ruslan,2011)

2.4.Ekstraksi Emas

Ekstraksi adalah suatu metode operasi yang digunakan dalam proses

pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan sejumlah

(26)

dipisahkan (solute) berada dalam fase padat, maka proses tersebut dinamakan

pelindihan atau leaching.

Ekstraksi emas dalam skala industri yang paling umum dilakukan, yaitu:

1. Pencairan

2. Amalgamasi

2.4.1. Pencairan

Pemisahan pencairan (liquation separation), adalah proses pemisahan

yang dilakukan dengan cara memanaskan mineral di atas titik leleh logam,

sehingga cairan logam akan terpisahkan dari pengotor. Yang menjadi dasar untuk

proses pemisahan metode ini, yaitu berat jenis dan titik cair. Contohnya dalam

memisahkan emas dan perak. Titik cair emas pada suhu 1064.18 oC, sedangkan titik cair perak pada suhu 961.78 oC. Ini artinya perak akan mencair lebih dulu dari pada emas. Namun untuk benar-benar terpisah, maka perak harus menunggu

emas mencair 100%. Kemudian bila dilihat dari berat jenisnya, maka berat jenis

emas cair sebesar 17.31 gram per cm3 sedangkan berat jenis perak sebesar 9.32 gram per cm3

Dari hukum alam fisika, maka bila ada dua jenis zat cair yang berbeda dan

memiliki berat jenis yang berbeda pula, maka zat cair yang memiliki berat jenis

lebih kecil dari zat satunya, ia akan mengapung. Dengan demikian, cairan perak

akan terapung diatas lapisan cairan emas, seperti halnya cairan minyak

mengambang diatas lapisan air. Dari sana, perak dipisahkan dari emas, sampai

tidak ada lagi perak yang terapung.

. Hal ini berarti berat jenis emas lebih besar dari pada berat jenis

(27)

2.4.2. Amalgamasi

Amalgamasi merupakan proses ekstraksi emas yang paling sederhana dan

murah juga untuk membentuk emas murni yang bebas.Amalgamasi adalah proses

pengikatan atau penyelaputan logam emas dengan cara mencampur bijih emas

dengan

sebagai tempat proses amalgamasi dan berperan mereduksi ukuran butiran bijih

darri yang berbutir kasar (1 cm) hingga berbutir halus (80-200 mesh)

menggunakan media gerus berupa lempeng/batang besi bekas rel. Amalgamator

diputar menggunakan tenaga penggerak air sungai melalui kincir atau tenaga

listrik (dinamo). Selanjutnya dilakukan pencucian dan pendulangan terhadap hasil

amalgamasi untuk memisahkan amalgam dengan merkuri dari tailing.

Amalgam yang diperoleh kemudian diproses melalaui pemanggangan

untuk mempereoleh perpaduan logam emas – perak. Apabila amalgamnya

dipanaskan, akan terurai dengan elemen-elemen air raksa dan emas mentah.

Amalgam dapat terurai dengan pemanasan didalam sebuah tabung yang disebut

retort, ari raksanya akan menguap dan dapa diperoleh kembali dari kondensasi

uap air raksa tersebut. Sementara itu, Au-Ag tetap tetinggal didalam retort sebagai

logam. Selanjutnya, dilakukan pemisahan logam emas (Au) dari logam perak (Ag)

(28)

Berikut merupakan tahapan amalgamasi secara sederhana:

1. Sebelum dilakukan amalgamasi hendaknya dilakukan

konsentrasi gravitasi, agar mencapai derajat liberasi yang baik sehingga

permukaan emas tersingkap.

2. Pada hasil konsentrat akhir yang diperoleh ditambah merkuri

dilakukan selama kira-kira 1 jam

3. Hasil dari proses ini berupa amalgam basah dan tailing. Amalgam basah

kemudian ditampung di dalam suatu tempat yang selanjutnya didulang untuk

pemisahan merkuri dengan amalgam

4. Terhadap amalgam yang diperoleh dari kegiatan pendulangan kemudian

dilakukan kegiatan pemerasan dengan menggunakan kain parasut untuk

memisahkan merkuri dari amalgam. Merkuri yang diperoleh dapat dipakai

untuk proses amalgamasi selanjutnya. Jumlah merkuri yang tersisa dalam

amalgan tergantung pada seberapa kuat pemerasan yang dilakukan. Amalgam

dengan pemerasan manual akan mengandung 60-70% emas, dan amalgam

yang disaring dengan alat sentrifugal dapat mengandung emas sampai lebih

dari 80%.

5. Retorting yaitu pembakaran amalgam untuk menguapkan merkuri, sehingga

yang tertinggal berupa alloy emas.

Prasetyo (2010 ) mengemukakan Ekstraksi Amalgamasi yang baik adalah

1. Lokasi ekstraksi bijih harus terpisah dari lokasi kegiatan penambangan.

2. Dilakukan pada lokasi khusus baik untuk amalgamasi untuk meminimalkan

penyebab pencemar bahan berbahaya akibat peresapan kedalam tanah,

(29)

3. Dilengkapi dengan kolam pengendap yang berfungsi baik untuk mengolah

seluruh tailing hasil pengolahan sebelum dialirkan ke perairan bebas.

4. Lokasi pengolahan bijih dan kolam pengendap diusahakan tidak berada

pada daerah banjir.

5. Hindari pengolahan dan pembuangan tailing langsung ke sungai.

Pertamabangan Gunung Berapi , pelapukan batuan

emas tradisional

Darat

Sungai Laut

Limah merkuri

Udara

Pertanian Air minum Plankton

bentos

Hewan

Ikan

Manusia

(30)

2.5. Kerangka Konsep

Air Sawah Uji Merkuri

(Laboratorium)

Tidak Ada ada Masyarakat

Pengguna

Keluhan Kesehatan

ada Tidak Ada

Memenuhi syarat

Tidak memenuhi

Gambar

Gambar 2.1. Proses Pengolahan Batuan Emas (Ruslan,2011)
Gambar 2.2. Perjalanan Merkuri dari Alam Sampai ke Tubuh Manusia(Widowati,2008)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Untuk memperjelas tentang thread atau multi-threading tersebut pada bagian selanjutnya akan dibahas mengenai sebuah aplikasi berbasis simulasi yang menerapkan konsep

[r]

Java 2 Micro Edition (J2ME) merupakan turunan dari Java 2 Standard Edition (J2SE) yang ditujukan untuk implementasi pada peralatan dengan jumlah memori dan kapasitas penyimpanan

Fase-fase mitosis pada penelitian yang dilakakukan telah ditemukan fase profase, prometafase, metaphase, anaphase dan telofase pada preparat akar markisa ungu

[r]

[r]

[r]