• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeriksaan Leukosit Esterase pada Cairan Asites untuk Deteksi Dini Peritonitis Bakterial Spontan pada Sirosis Hati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemeriksaan Leukosit Esterase pada Cairan Asites untuk Deteksi Dini Peritonitis Bakterial Spontan pada Sirosis Hati"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Sirosis hati adalah merupakan perjalanan akhir berbagai macam

penyakit hati yang ditandai dengan fibrosis. Respon fibrosis terhadap

kerusakan hati bersifat reversible, namun pada sebagian besar pasien sirosis proses fibrosis biasanya tidak reversible.

WHO memberi batasa histologi sirosis sebagai proses kelainan hati

yang bersifat difus, ditandai fibrosis dan perubahan bentuk hati normal ke

bentuk nodul-nodul yang abnormal. (Sulaiman, 2007)

Sirosis hati merupakan keadaan progresif dengan gejala klinis berat

sehingga memiliki angka mortalitas yang tinggi. Sirosis hati memiliki gejala

klinis yang luas yang umumnya terjadi karena insufisiensi hepar dan

hipertensi portal (Ramon.B, 2008)

Sirosis hati merupakan penyebab kematian ke 9 di Amerika Serikat.

Penyakit hati kronik dan sirosis menyebabkan kematian 4% sampai 5% dari

pasien-pasien yang berusia 45-54 tahun dan menyebabkan 30.000 kematian

per tahunnya. Keseluruhan insidensi sirosis di Amerika diperkirakan 360 per

100.000 penduduk dimana 60% kasus adalah laki-laki. Lebih dari 40% pasien

(2)

penyakit hati alkoholik maupun infeksi virus kronik. Hasil penelitian lain

menyebutkan perlemakan hati akan mengakibatkan steatohepatitis

non-alkoholik (NASH) dengan prevalensi 4% dan berakhir dengan sirosis hati

dengan prevalensi 0,3% (Ramon.B, 2008)

Di Indonesia, secara keseluruhan rata-rata prevalensi sirosis adalah

3,5% dari seluruh pasien yang dirawat di bangsal penyakit dalam, atau

rata-rata 47,4% dari seluruh pasien penyakit hati yang dirawat. Perbandingan pria :

wanita adalah 2,1 : 1 dan usia rata-rata 44 tahun. Rentang usia 13 – 88 tahun,

dengan kelompok terbanyak antara 40 – 50 tahun.( Sulaiman, 2007) .

Di RS Dr.Sardjito Yogyakarta jumlah pasien sirosis hati berkisar 4.1%

dari pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam dalam kurun waktu 1

tahun ( data tahun 2004). Di RSUP H. Adam Malik Medan dalam kurun

waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hati sebanyak 819 (4%) pasien dari

seluruh pasien yang dirawat di Bagian Penyakit Dalam (Rekam medis, 2015).

Umumnya penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan wanita dengan

perbandingan antara 1.5 – 2 : 1. (Sudoyo AW, 2006)

Di RS Cipto Mangunkusumo di ruangan Bagian Penyakit Dalam pada

tahun 2005 tercatat dari 193 kasus sirosis hepatis. Kurang lebih 50% kasus

sirosis hati yang dirawat di RSCM disertai ascites. ( Somali, 2006)

Asites merupakan penumpukan cairan pada rongga peritoneum yang

bersifat patologik dan merupakan komplikasi yang sering di jumpai pada

(3)

dapat berkembang menjadi Peritonitis bakterial spontan ( Kiran Chugh, 2015 :

Anadon, 2003)

Peritonitis bakterial spontan didefinisikan sebagai infeksi spontan pada

cairan asites tanpa adanya sumber infeksi atau inflamasi yang jelas dari intra

abdomen.

Peritonitis bakterial spontan adalah komplikasi yang sering terjadi

pada pasien sirosis hati oleh karena keterlambatan diagnosis. Hipertensi portal

menyebabkan translokasi bakteri usus yang tidak dapat dieliminasi oleh

karena gangguan sistem imun pada sirosis hati.

Pada awal tahun 1970-an ketika pertama kali dilaporkan angka

mortalitasnya di USA dan Eropa sekitar 90%. Denga peningkatan kecepatan

penegakan diagnosis dan perbaikan penanganannya pada tahun 1990-an,

mortalitasnya sudah dapat ditekan sekitar 20% - 30% (Hillebrand DJ, 2000;

Tsao , 2001; Anadon MN, 2003).

Di Indonesia dilaporkan angka mortalitas berkisar antara 48% - 57%

(Razy F, 2002). Kiran Chugh et.al melaporkan angka kematian karena Peritonitis bakterial spontan yang tidak teratasi dengan pengobatan sangat

tingggi yaitu diatas 80% (Kiran Chugh,2015 )

Nyeri abdomen dan demam adalah gejala yang paling sering terjadi

pada Peritonitis bakterial spontan, diikuti dengan muntah, ileus, diare, hepatik

ensepalopati, perdarahan gastrointestinal dan kegagalan fungsi ginjal. Tetapi

(4)

cukup hanya dengan gejala klinis tetapi harus pula dengan analisa cairan

asites. Walaupun hitung jenis sel polimorfonuklear (PMN) ≥ 250 sel/mm 3)

dan kultur positif dari cairan asites merupakan gold standard untuk diagnosa Peritonitis bakterial spontan, tetapi membutuhkan waktu yang agak lama dan

harga yang mahal untuk kedua pemeriksaan ini. Selain itu, tidak semua rumah

sakit memiliki fasilitas untuk melakukan pemeriksaan ini. Oleh karena itu

dibutuhkan pemeriksaan yang cepat, mudah dan murah sebagai tes diagnostik

Peritonitis bakterial spontan (Kiran Chugh,2015 ; Rungsun R, 2006)

Tes carik celup Leukosit esterase yang awalnya dikembangkan untuk

mendeteksi adanya sel polimorfonuklear dalam urine ternyata juga sensitive

dan akurat untuk mendeteksi adanya sel polimorfonuklear didalam cairan

tubuh lain seperti cairan pleura, cairan serebrospinal, cairan peritoneal dan

cairan seminal. Dalam banyak penelitian di negara berkembang antara lain

India, menunjukkan tes ini mempercepat diagnosa Peritonitis bakterial

spontan dari beberapa jam menjadi beberapa menit saja (Kiran Chugh,2015 ;

Rerknimitr, 2006 ; Anastasios,2011)

Strip reagen mendeteksi leukosit esterase yang ditemukan didalam

granulosit , monosit dan makrofag. Prinsip kerja carik celup adalah

berdasarkan aktififitas leukosit esterase yang memecah ester yang ada pada

strip reagen. Terjadi penguraian indoxyl ester yang tidak berwarna oleh

granulosit menjadi zat yang tidak stabil dan mudah teroksidasi menjadi

(5)

Penelitian yang dilakukan oleh Kiran Chugh et al (2015) menunjukkan

bahwa tes leukosit esterase memiliki sensitifitas 95%, spesifisitas 96,4%,

positive predictive value 86,4% dan negative predictive value 98,8% untuk

diagnosa Peritonitis bakterial spontan. Peneliti menggunakan leukosit esterase

reagent strips Multistix 10 (Kiran Chugh,2015).

Penelitian sebelumnya di India oleh Jha et al (2012) menunjukkan bahwa tes leukosit esterase memiliki sensitifitas 77,77%, spesifisitas 95,12%.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Balagopal et al menunjukkan sensitifitas 97%, spesifisitas 89% untuk diagnosa Peritonitis bakterial spontan.

Kedua peneliti menggunakan leukosit esterase reagent strips Multistix 8SG

(Kiran Chugh,2015).

Pada penelitian yang dilakukan oleh Rungsun et al (2006)

menunjukkan hasil menunjukkan bahwa tes leukosit esterase memiliki

sensitifitas yang lebih rendah yaitu 65%, spesifisitas 96%, positive predictive value 82 % dan negative predictive value 91% untuk diagnosa Peritonitis

bakterial spontan. Peneliti menggunakan leukosit esterase reagent strip

Combur10 Test (Rerknimitr, 2006)

Penelitian yang dilakukan oleh Susana Somali (2006) yang melakukan

analisis manfaat perkiraan jumlah PMN cairan asites dengan leukosit esterase

carik celup urin Combur 10M® , pada kurva ROC dengan cut of point

(6)

Dengan melihat perbedaan nilai sensitivitas dan spesifitas dari

penelitian diatas dan tingginya angka kematian yang disebabkan oleh

Peritonitis bakterial spontan sampai 80%, mendorong peneliti untuk meneliti

apakah pemeriksaan leukosit esterase dapat digunakan sebagai tes diagnostik

yang akurat dan cepat dalam mendiagnosa Peritonitis bakterial spontan di

RSUP Haji Adam Malik Medan dan di pusat pelayanan kesehatan lainnya di

daerah dengan fasilitas yang terbatas.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut :

Apakah pemeriksaan Leukosit Esterase pada cairan asites dapat mendeteksi

secara dini terjadinya Peritonitis bakterial spontan pada pasien Sirosis Hati .

1.3. HIPOTESA PENELITIAN

Pemeriksaan Leukosit Esterase pada cairan asites dapat mendeteksi

secara dini terjadinya Peritonitis bakterial spontan pada pasien Sirosis Hati

1.4. TUJUAN PENELITIAN 1.4.1. Tujuan Umun

Untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas tes carik celup Leukosit

Esterase pada cairan asites dalam mendeteksi secara dini Peritonitis bakterial

spontan pada pasien Sirosis Hati.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pola kuman pada cairan asites dari pasien sirosis hati

(7)

2. Mengetahui pola resistensi antimikroba pada cairan asites dari pasien

sirosis hati dengan asites

1.5. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

a. Menghasilkan informasi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan

dalam bidang kedokteran.

b. Memberikan informasi tentang pola resistensi antimikroba pada cairan

asites dari pasien sirosis hati dengan asites.

c. Memberikan informasi tentang sensitivitas dan spesifisitas tes carik

celup Leukosit Esterase efektif untuk deteksi dini Peritonitis bakterial

spontan pada pasien Sirosis Hati dengan asites

2. Manfaat Praktis

a. Bagi institusi rumah sakit, dapat digunakan untuk bahan masukan

dalam membuat standard operasional prosedur (SOP) di RSUP H.

Adam Malik Medan

b. Bagi Klinisi, dapat mendeteksi secara cepat Peritonitis bakterial

spontan dan mengetahui kepekaan kuman terhadap antibiotika yang

dapat digunakan sebagai pedoman untuk pemberian antibiotika secara

empiris sebelum hasil pemeriksaan kultur cairan asites didapatkan.

c. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai sarana

(8)

d. Bagi Pemerintah dan masyarakat, penelitian ini dapat dipakai sebagai

masukan yang bermanfaat dalam rangka menurunkan angka

morbiditas dan mortalitas pada pasien dengan Peritonitis bakterial

Referensi

Dokumen terkait

(2012) menyatakan bahwa kebutuhan energi untuk metabolisme harus dipenuhi terlebih dahulu dan apabila berlebihan maka digunakan untuk pertumbuhan. Pertumbuhan panjang

Dalam hal ini hubungan hukum dan kekuasaan tidak bersifat dominatif di mana yang satu dominan atau menjadi faktor determinan terhadap yang lain, tapi hubungan pengaruh mempengaruhi

Momen inersia / kelembaman untuk beberapa penampang : a.. Untuk hal ini momen inersia yang digunakan dalam perhitungan adalah momen inersia/kelembaman polar.. Hitunglah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) siswa yang berkemampuan tinggi dapat memperbaiki kesalahan konsep siswa yang berkemampuan sedang dan rendah dalam proses

Pengaturan arus lalu lintas pada persimpangan pada dasarnya dimaksudkan untuk bagaimana pergerakan kendaraan pada masing-masing kelompok pergerakan

Dari analisis data ditemukan beberapa hal pada atlet futsal SMPIT Thariq Bin Ziyad, diantaranya tingkat anxiety atlet futsal SMPIT Thariq Bin Ziyad pada saat mengikuti

English poet Samuel Daniel––who had left Magdalen Hall at Oxford the year before––and there is evidence that Marlowe, at this time or later, made his acquaintance.. He was to write

"'m~self, but with the evocation 'Of a particular "intellectual physiog- nomy": that of the conspiratorial face of the boheme. For Benjamin, the bohemians were