• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Tithonia diversifolia dan Pupuk Kandang Ayam dengan Pupuk SP-36 Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Tithonia diversifolia dan Pupuk Kandang Ayam dengan Pupuk SP-36 Terhadap Serapan P dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays L.) pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan Chapter III V"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitan

Penelitian ini dilaksanakan di lahan rumah kasa Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara dan di analisis di Laboratoium Asian Agri PT. Nusa

Pusaka Kencana. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2016 sampai

dengan bulan Februari 2017.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah contoh tanah Ultisol

yang diambil di Desa Kampung Dalam, Kecamatan Silangkitan, Kabupaten

Labuhan Batu Selatan, Provinsi Sumatera Utara pada kedalaman 0-20 cm secara

komposit, Bahan organik berupa kompos T. diversifolia dan pupuk kandang ayam,

benih jagung, air aquadest serta bahan-bahan kimia yang digunakan untuk analisis

tanah di Laboratorium.

Alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah cangkul, polybag, kantong

plastik, plastik sampel, kertas label, spidol, timbangan, batang pengaduk, dan

alat-alat Laboratorium lainnya untuk keperluan analisis tanah.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial

dengan 2 faktor perlakuan dan 3 ulangan yaitu :

Faktor I : Bahan Organik (B)

B0 : 0% Bahan Organik (0 g/polybag)

B1 : 100% T.diversifolia (50 g/polybag setara 20 ton/ha)

B2 : 75% T.diversifolia (37,5 g/polybag setara 15 ton/ha) + 25% Pupuk

(2)

B3 : 50% T.diversifolia (25 g/polybag setara 10 ton/ha) + 50% Pupuk Kandang Ayam (25 g/polybag setara 10 ton/ha)

B4 : 25% T.diversifolia (12,5 g/polybag setara 5 ton/ha) + 75% Pupuk

Kandang Ayam (37,5 g/polybag setara 15 ton/ha)

B5 :100% Pupuk Kandang Ayam (50 g/polybag setara 20 ton/ha)

Faktor II : Pupuk SP-36 (P)

P0 : 0 g/polybag setara dengan (0 kg P2O5/ha)

P1 : 0,4 g/polybag setara dengan (50 kg P2O5/ha)

P2 : 0,8 g/polybag setara dengan (100 kg P2O5/ha) P3 : 1,2 g/polybag setara dengan (150 kg P2O5/ha)

Sehingga diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut :

B0P0 B1P0 B2P0 B3P0 B4P0 B5P0

B0P1 B1P1 B2P1 B3P1 B4P1 B5P1

B0P2 B1P2 B2P2 B3P2 B4P2 B5P2 B0P3 B1P3 B2P3 B3P3 B4P3 B5P3

Kombinasi perlakuan diatas diulang sebanyak 3 ulangan, sehingga diperoleh

jumlah unit percobaan adalah 72 unit percobaan.

Model linier Rancangan Acak Kelompok Faktorial

Yijk= µ + αi+ βj+ (αβ)ij+ €ijk

Dimana :

Yijk : Data pengamatan pada satuan percobaan ke-k yang memperoleh

kombinasi perlakuan percobaan ke-i dari faktor bahan organik (B) dan

(3)

µ : Nilai tengah umum

αi : Pengaruh percobaan ke-i dari faktor bahan organik (B)

βj : Pengaruh percobaan ke-j dari faktor pupuk P (P)

(αβ)ij : Pengaruh percobaan ke-i dari faktor bahan organik (B) dan percobaan

ke-j dari faktor pupuk P (P).

€ijk :Pengaruh pengacakan dari satuan percobaan ke-k yang memperoleh

kombinasi perlakuan bahan organik (B) dengan pupuk P (P).

Selanjutnya data dianalisis dengan Analisis Varian pada setiap parameter

yang diukur dan dilakukan uji lanjutan bagi perlakuan yang nyata dengan

menggunakan uji Jarak Berganda Duncan (Duncan Multiple Range Test) pada

taraf 5%.

Pelaksanaan Penelitian 1. Pengambilan Contoh Tanah

Pengambilan contoh tanah Ultisol dilakukan di Desa Kampung Dalam,

Kecamatan Silangkitan, Kabupaten Labuhan Batu Selatan. Tanah diambil secara

komposit dengan kedalaman 0-20 cm. Kemudian dikering udarakan dan diayak

dengan menggunakan ayakan 10 mesh.

2. Analisis Tanah Awal

Tanah yang telah di kering udarakan dan telah diayak lalu dianalisis % KA

dan % KLuntuk mengetahui kebutuhan air.Analisis awal dilakukan terhadap tanah

meliputi, pH H2O (Metode Elektrometri), pH KCl (Metode Elektrometri), Al-dd

(Metode Titrasi), P-tersedia tanah(metode Bray II), P-Potensial (Ekstrak HCl

(4)

3. Persiapan Media

Media percobaan yang digunakan berupa polybag yang di isi dengan tanah

Ultisol yang telah di kering udarakan sebanyak 5 kg tanah kering oven/polybag.

4. Pengomposan

Tanaman T.diversifolia diperoleh dari Desa Tiga Panah, Kabupaten Karo.

T.diversifolia terlebih dahulu dicacah menjadi potongan-potongan (kira-kira

berukuran 10 cm) dan diletakkan pada wadah yang tersedia. Setelah itu wadah

ditutup dengan plastik untuk menjaga suhu dan kelembaban. T.diversifolia dibolak

balik setiap dua hari sekali, serta dilakukan penyiraman setiap satu minggu sekali.

Pupuk kandang ayam diperoleh dari lokasi peternakan ayam di Kec.

Simalingkar. Pupuk kandang ayam selanjutnya di kering udarakan. Kemudian di

haluskan dan di ayak.

5. Analisis Kompos dan Pupuk Kandang ayam

Dilakukan analisis kompos dan pupuk kandang ayam yaitu %KA, pH

H2O, %C, %N, rasio C/N, dan P-Total.

6. Aplikasi Perlakuan

Aplikasi bahan organik kompos T.diversifolia dan pupuk kandang ayam

serta pupuk SP-36 sesuai dengan dosis perlakuan. Bahan organik berupa kompos

T.diversifolia dan pupuk kandang ayam dimasukkan ke dalam polybag sesuai

perlakuan dan diaduk merata hingga homogen. Setelah itu diinkubasi selama 3

minggu. Pupuk SP-36 di masukkan kedalam polybag setelah 2 minggu

berjalannya inkubasi bahan organik. Dan di lakukan analisis meliputi pH H2O,

(5)

7. Penanaman dan Pemeliharaan

Penanaman dilakukan 1 hari setelah perlakuan bahan organik dan pupuk.

Penanaman dilakukan dengan menanam benih jagung sebanyak 2 benih/polybag.

Pemupukan dasar diberikan berupa pupuk Urea sebanyak 125 kg/ha (0,5

g/polybag) dan pupuk KCl sebanyak 75 kg/ha(0,3 g/polybag). setelah berumur 2

minggudilakukan penjarangan dengan hanya meninggalkan satu tanaman yang

paling baik. Tanaman ditanam selama 7 minggu atau hingga akhir masa

vegetatif.Penyiraman dilakukan setiap hari sampai mencapai kondisi kapasitas

lapang.

8. Pemanenan

Pemanenan dilakukan setelah tanaman berumur 6-7 minggu. Bagian

tajukdipotong dan bagian akar diambil lalu dibersihkan dan dikeringkan

untukselanjutnya diovenkan guna mendapatkan berat konstan. Dihitung berat

keringtajuk dan berat kering akarnya setelah diovenkan.

9. Parameter Pengamatan

Peubah amatan yang di ukur meliputi :

Tanah (setelah 3 minggu inkubasi)

1. pH H2O metode Elektrometri (1:2,5)

2. P-Potensial metode Ekstrak HCl 25%

3. Al-dd metode Titrasi

Tanaman (pada akhir vegetatif 6-7 minggu setelah tanam)

1. Serapan P (g) tanaman Jagung (Zea maysL.) 2. Diameter Batang (cm)

(6)
(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Adapun analisis kimia tanah yang dilakukan adalah pH, Aldd, dan

P-potensial, sedangkan pada tanaman analisis yang dilakukan meliputi serapan P,

diameter batang, berat kering akar serta berat kering tajuk yang dilakukan setelah

panen.

pH Tanah

Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 7 memperlihatkan bahwaaplikasi

bahan organikdan pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap pH tanah, sedangkan

interaksi pupuk SP-36 dengan bahan organik tidak berpengaruh nyata terhadap

peningkatan pH tanah.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36

terhadap pH tanah disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Uji Beda Rataan Aplikasi Bahan Organikdengan Pupuk SP-36 terhadap pH Tanah

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%)menurut uji DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa aplikasi bahan

organik dapat meningkatkan pH dengan nilai tertinggi pada taraf B1 (100% T.

diversifolia) sebesar 6,08 yang tidak berbeda nyata dengan taraf B2 (75% T.

diversifolia + 25% pupuk kandang ayam) sebesar 6,02 dengan kriteria agak

masam (Lampiran 5), B3(50% T. diversifolia + 50% pupuk kandang ayam)

(8)

...ppm... dan B5(100% pupuk kandang ayam) sebesar 6,01, sedangkan nilai pH yang

terendah pada taraf B0 (kontrol) sebesar 4,75 dengan kriteria masam (Lampiran 5). Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa aplikasi

pupuk SP-36 dapat meningkatkan pH dengan nilai tertinggi pada taraf P1 (50 kg

P2O5/ha) sebesar 5,88 dengan kriteria agak masam (Lampiran 5), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan P2 (100 kg P2O5/ha) sebesar 5,82 dan P3 (150 kg

P2O5/ha) sebesar 5,84, sedangkan nilai pH yang terendah pada taraf P0 (kontrol) sebesar 5,77 dengan kriteria agak masam (Lampiran 5).

Aldd

Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 9 memperlihatkan bahwa aplikasi

bahan organik, aplikasi pupuk SP-36, dan interaksi bahan organik dengan pupuk

SP-36 berpengaruh nyata terhadap penurunan Aldd tanah.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36

terhadap Alddtanah disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap Aldd tanah

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa interaksi

bahan organik dengan pupuk SP-36 dapat menurunkan Aldd dengan nilai terendah

pada kombinasi perlakuan B1P0 (100% T.diversifolia dan 0 kg P2O5/ha), B1P1

(9)

...%...

P2O5/ha), B2P3 (75% T. diversifolia + 25% pupuk kandang ayam dan 150 kg

P2O5/ha), B3P1 (50% T. diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 50 kg P2O5/ha), B4P2 (25% T.diversifolia + 75% pupuk kandang ayam dan 100 kg

P2O5/ha), B4P3 (25% T.diversifolia + 75% pupuk kandang ayam dan 150 kg

P2O5/ha) dan B5P1 (100% pupuk kandang ayam dan 50 kg P2O5/ha) sebesar 0,030 ppm, sedangkan nilai Aldd tertinggi pada taraf B0P0 (kontrol) sebesar 0,247 ppm.

P-Potensial

Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 11 memperlihatkan bahwa

aplikasi bahan organik, aplikasi pupuk SP-36 dan interaksi bahan organik dengan

pupuk SP-36 berpengaruh nyata terhadap P-potensial tanah.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36

terhadap P-potensial tanah disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk S36 terhadap P-potensial tanah

B0 B1 B2 B3 B4 B5

P0 0.009f 0.011f 0.011f 0.013f 0.014ef 0.019def

P1 0.019cdef 0.015ef 0.025bcde 0.015ef 0.016ef 0.014ef P2 0.014ef 0.016def 0.022bcde 0.029bc 0.023bcde 0.024bcde P3 0.026bcde 0.063a 0.026bcd 0.058a 0.023bcd 0.033b Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji

DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa interaksi

bahan organik dengan pupuk SP-36 dapat meningkatkan P-potensial dengan nilai

tertinggi pada kombinasi perlakuan B1P3 (100% T.diversifolia dan 150 kg

P2O5/ha) sebesar 0,063 % namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan

B3P3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha) sebesar 0,058 %, sedangkan nilai P-potensial terendah pada kombinasi perlakuan

(10)

...mg/tanaman... B1P0(100% T.diversifolia dan 0 kg P2O5/ha) sebesar 0,011 %, B2P0 (75%

T.diversifolia + 25% pupuk kandang ayam dan 0 kg P2O5/ha) sebesar 0,011 % dan B3P0 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 0 kg P2O5/ha) sebesar

0,013 %.

Serapan P Tanaman

Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 13 memperlihatkan bahwa

aplikasi bahan organik dan interaksibahan organik dengan pupuk SP-36

berpengaruh nyata terhadap serapan P, sedangkanaplikasi pupuk SP-36 tidak

berpengaruh nyata terhadap peningkatan serapan P.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36

terhadap serapan P tanaman disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap serapan P tanaman

B0 B1 B2 B3 B4 B5

P0 350.87hi 1225.97efg 824.91ghi 2060.43abcd 2119.4abc 2219.40ab P1 355.19hi 1421.38bcdefg 1052.49efghi 1105.63efgh 1279.43defg 1676.53bcdef P2 255.28i 1004.06fghi 1088.65efgh 1336.21cdefg 1459.52bcdefg 1793.76abcdef P3 300.40hi 1879.75abcde 969.36fghi 2522.42a 1366.82cdefg 1459.36bcdefg

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa interaksi

bahan organik dengan pupuk SP-36 nyata meningkatkan serapan P dengan nilai

tertinggi pada kombinasi B3P3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam

dan 150 kg P2O5/ha) sebesar 2522,42 mg/tanaman yang berbeda nyata dengan

semua kombinasi perlakuan lainnya, sedangkan nilai serapan P terendah pada

kombinasi B0P2 (0% T. diversifolia + 0% pupuk kandang ayam dan 100 kg

(11)

...mm... Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 15 memperlihatkan bahwa

aplikasi bahan organik berpengaruh nyata terhadap diameter batang,

sedangkanaplikasi pupuk SP-36 dan interaksi pupuk SP-36 dengan bahan organik

tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan diameter batang.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36

terhadap diameter batang disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap diameter batang

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 6 menunjukkan bahwa aplikasi bahan

organik nyata meningkatkan diameter batang tanaman dengan nilai tertinggi pada

taraf B5 (100% pupuk kandang ayam) sebesar 9,32 mm, namun tidak berbeda

nyata dengan taraf B3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam) sebesar 9,12 mm dan B4 (25% T.diversifolia + 75% pupuk kandang ayam) sebesar 8,83

mm, sedangkan nilai diameter batang terendah pada taraf B0 (kontrol) sebesar 5,31 mm yang berbeda nyata dengan semua taraf lainnya.

Bobot Kering Akar

Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 17 memperlihatkan bahwa

aplikasi bahan organik, aplikasi pupuk SP-36 dan interaksi pupuk SP-36 dengan

bahan organik berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36

(12)

...g...

...g...

Tabel 7. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap bobot kering akar Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji

DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 7 menunjukkan bahwa interaksi

bahan organik dengan pupuk SP-36 nyata meningkatkan bobot kering akar dengan

nilai tertinggi pada kombinasi perlakuan B3P3 (50% T. diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha) sebesar 19,57 g, namun tidak berbeda nyata

dengan kombinasi perlakuan B5P0 (100% pupuk kandang ayam dan 0 kg P2O5/ha)

sebesar 18,37 g dan perlakuan B2P2 (75% T.diversifolia + 25% pupuk kandang ayam dan 100 kg P2O5/ha) sebesar 17,58 g, sedangkan nilai bobot kering akar

terendah pada kombinasi perlakuan B0P0 (kontrol) sebesar 0,68 g namun tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan B0P1 (0% T.diversifolia + 0% pupuk

kandang ayam dan 50 kg P2O5/ha) sebesar 1,31 g dan perlakuan B1P0 (100% T.

diversifolia dan 0 kg P2O5/ha) sebesar 1,52 g. Bobot Kering Tajuk

Hasil sidik ragam seperti pada Lampiran 19 memperlihatkan bahwa

aplikasi bahan organik, aplikasi pupuk SP-36 dan interaksi pupuk SP-36 dengan

bahan organik berpengaruh nyata terhadap bobot kaering tajuk.

Hasil uji beda rataan pengaruh aplikasi bahan organik dan pupuk SP-36

terhadap bobot kering tajuk disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap bobot kering tajuk

(13)

P0 7.74k 25.07fgh 20.63hij 33.48cde 38.04bc 42.09ab

P1 8.41k 29.39ef 18.99ij 27.07fg 31.59de 38.15bc

P2 7.49k 23.63gh 18.52j 35.51cd 33.67cde 35.51cd

P3 7.49k 34.70cd 23.15ghi 46.22a 33.75cde 36.64c Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama berarti berbeda tidak nyata(5%) menurut uji

DMRT

Dari hasil uji beda rataan pada Tabel 8 menunjukkan bahwa interaksi

bahan organik dengan pupuk SP-36 nyata meningkatkan bobot kering tajuk

tanaman dengan nilai tertinggi pada kombinasi perlakuan B3P3 (50%

T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha) sebesar 46,22 g yang berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan lainnya, sedangkan nilai

bobot kering tajuk terendah pada kombinasi perlakuan B0P0 (kontrol) sebesar 7,74

g yang tidak berbeda nyata dengan kombinasi perlakuan B0P1 (0% T.diversifolia + 0% pupuk kandang ayam dan 50 kg P2O5/ha) sebesar 8,41 g, B0P2 (0%

T.diversifolia + 0% pupuk kandang ayam dan 100 kg P2O5/ha) sebesar 7,49 g dan B0P3 (0% T.diversifolia + 0% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha) sebesar

(14)

Pembahasan pH Tanah

Peningkatan pH tanah dipengaruhi oleh rendahnya pH pada tanah

Ultisol Labuhan Batu Selatan yakni berkisar 4,76, yang meningkat menjadi 6,08

dengan pemberian bahan organik 100% T.diversifolia, sehingga pemberian bahan

organik tersebut yang akan menghasilkan humus dapat mengikat hidrogen yang

bermuatan positif. Hal ini sesuai dengan pernyataan Novizan (2004) yang

menyatakan bahwa beberapa manfaatpupuk organik adalah dapat menyediakan

unsur hara makro dan mikro serta mengandung asam humat (humus) yang mampu

meningkatkan pH padatanahmasam.

Pemberian pupuk P dapat meningkatkan pH pada tanah Ultisol Labuhan

Batu Selatan sebesar 5,88 hal ini disebabkan adanya unsur Ca di dalam pupuk P

(SP-36) yang dapat mengurangi ion H+ pada larutan tanah. Menurut BSN (2005) yang menyatakan bahwa pupuk SP-36 mengandung unsur hara fosfor dan Ca

berupa mono kalsium fosfat, Ca(H2PO4). Hal ini sesuai dengan literatur Kaya (2012), bahwa pengaruh pupuk P terhadap peningkatan pH tanah karena adanya

pelepasan sejumlah OH- ke dalam larutan akibat adsorpsi sebagian anion fosfat (H2PO4-) oleh oksida-hidrat Al dan Fe sehingga pH tanah meningkat. Selain itu ion Ca2+ dalam pupuk tersebut akan menggantikan ion H+ dan Al3+ pada kompleks adsorpsi, maka konsentrasi ion H+ dalam larutan berkurang dan konsentrasi ion OH- naik.

Aldd

Penurunan Aldd pada tanah Ultisol berpengaruh dengan pemupukan P dan

(15)

0,25 ppm menjadi 0,03 ppm dimana bahan organik tersebut yang telah

terdekomposisi akan menghasilkan asam asam organik yang dapat mengikat Al di

dalam tanah sehingga Al akan menurun. Hal ini sesuai dengan pernyataan Siregar

(2016) bahwa pemberian bahan organik yang telah terdekomposisi di dalam tanah

akan menghasilkan asam-asam organik melalui proses mineralisasi bahan organik

yang akan membentuk senyawa khelat dengan Al bebas dalam tanah, sehingga Al

yang dapat dipertukarkan menurun dan terdapat hubungan antara Al-dd terhadap

pH tanah, yaitu dengan penurunan Al-dd maka akan meningkatkan pH. Hal ini

disebabkan Al3+ merupakan logam yang dapat mengikat P dan membuat pH menjadi masam. Berdasarkan hasil penelitian Sari (2013) yang menyatakan bahwa

Al-dd pada perlakuan yang hanya ditambah pupuk P juga mengalami penurunan

dibanding sebelum perlakuan karena Al menjerap P membentuk ikatan Al-P sehingga

Al-dd tanah menjadi menurun.

P-Potensial

Peningkatan P-potensial di akibatkan oleh pemberian bahan organik serta

pemupukan P dari 0,009% menjadi 0,063% pada kombinasi perlakuan B1P3 (100% T. diversifolia dan 150 kg P2O5/ha) namun tidak berbeda nyata dengan

kombinasi perlakuan B3P3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha) sebesar 0,058%, dimana bahan organik dapat menyumbangkan

unsur hara P ke dalam tanah dan menghasilkan asam asam organik untuk

melepaskan P yang terfiksasi oleh logam logam Al dan Fe sehingga berpotensi

untuk tersedia bagi tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ardjasa (1994)

bahwa bahan organik di dalam tanah dapat mempengaruhi P didalam tanah

(16)

organik akan menghasilkan anion organik. Anion organik mempunyai sifat dapat

mengikat ion Al dalam larutan tanah. Dengan demikian konsentrasi ion Al yang

bebas dalam larutan akan berkurang sehingga diharapkan P potensial akan lebih

banyak. Selain pupuk SP-36, T.diversifolia dan pupuk kandang ayam juga

menyumbang unsur hara P ke dalam tanah. Menurut BSN (2005) Pupuk SP-36

adalah pupuk fosfat buatan berbentuk butiran (granular) yang dibuat dari batuan

fosfat dengan campuran asam fosfat dengan asam sulfat yang mengandung 36% P

dalam bentuk P2O5. T.diversifolia dengan kandungan P sebesar 0,64% dan pupuk

kandang ayam sebesar 1,13% juga menyumbangkan unsur hara P ke dalam tanah.

Serapan P

Peningkatan serapan P tanaman berpengaruh nyata dalam pemberian bahan

organik T.diversifolia dan pupuk kandang ayam serta pemupukan P dari 350,87

mg/tanaman menjadi 2522,42 mg/tanaman pada kombinasi perlakuan B3P3(50%

T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha). Hal ini sejalan dengan peningkatan P-potensial sebesar 0,058% yang berpengaruh nyata pada

kombinasi perlakuan B3P3 yang berpotensi lebih banyak tersedia untuk di serap

oleh tanaman. Menurut Hakim (2005) , serapan P sangat tergantung pada kontak akar

dengan P dalam larutan tanah. Sebaran akar di dalam tanah sangat penting dalam

meningkatkan serapan P dan bobot kering tanaman. Dan pengambilan P oleh akar

tanaman jagung dipengaruhi oleh sifat akar dan sifat tanah dalam menyediakan P.

Diameter Batang

Pemberian bahan organik pada perlakuan B5 (100% pupuk kandang ayam) dan B3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam) adalah yang tertinggi

dalam peningkatan diameter batang masing – masing sebesar 9,32 mm dan 9,12

(17)

mm. Hal ini disebabkan unsur hara N yang di sumbangkan oleh bahan organik

sesuaidengan Harjadi (1996) yang menyatakanbahwa unsur nitrogen diperlukan

tanamanuntuk merangsang pertumbuhan tanamanterutama batang, cabang, dan

daun. Unsur nitrogen memacu daun yang berperan sebagaiindikator pertumbuhan

tanaman dalamproses fotosintesis. Meratanya cahaya yang dapat diterima oleh

daun menyebabkanmeningkatnya proses asimilasi yangterjadi sehingga hasil

asimilasi yang diakumulasiakan lebih banyak, dimana asimilattersebut akan

digunakan sebagai energy pertumbuhan tanaman untuk membentukorgan vegetatif

seperti diameter tanaman.

Berat Kering Akar dan Berat Kering Tajuk

Bertambahnya bobot kering akar berpengaruh nyata terhadap pemberian

bahan organik dan pemupukan P dari 0,68 g menjadi 19,57 g pada kombinasi

perlakuan B3P3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg

P2O5/ha). Begitu juga pada pertambahan bobot kering tajuk berpengaruh nyata

terhadap pemberian bahan organik dan pemupukan P dari 7,74 g menjadi 46,22 g

pada kombinasi perlakuan B3P3 (50% T.diversifolia + 50% pupuk kandang ayam

dan 150 kg P2O5/ha). Hal ini berkaitan erat dengan unsur hara P yang berpotensi didalam tanah yang kemudian dimanfaatkan oleh tanaman sehingga

mempengaruhipertambahan berat kering akar tanaman. Menurut Winarso (2005)

fungsi penting P dalam tanaman yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer

danpenyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses-proses

didalam tanaman lainnya dan membantu mempercepat perkembangan

(18)

akar,yang selanjutnya berpengaruh pada pertumbuhan bagian di ujung-ujung

(19)

KESIMPULAN Kesimpulan

1. Pemberian Tithonia diversifolia dan pupuk kandang ayam nyata

menurunkan Aldd, meningkatkan pH, P- Potensial dan Serapan P serta

pertumbuhan tanaman jagung pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan.

2. Pemupukan P (S36) nyata menurunkan Aldd, meningkatkan pH, dan

P-Potensial serta pertumbuhan tanaman jagung pada Tanah Ultisol Labuhan

Batu Selatan.

3. Interaksi pemberian Tithonia diversifolia dan pupuk kandang ayam dengan

pemupukan P nyata menurunkan Aldd, meningkatkan P-Potensial dan

Serapan P serta pertumbuhan tanaman jagung pada Tanah Ultisol Labuhan

Batu Selatan dengan kombinasi perlakuan yang terbaik yaitu B3P3 (50%

Tithonia diversifolia + 50% pupuk kandang ayam dan 150 kg P2O5/ha).

Saran

Untuk meningkatkan P-potensial tanah dan serapan P tanaman serta

pertumbuhan tanaman Jagung pada Tanah Ultisol Labuhan Batu Selatan,

Gambar

Tabel 5. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap
Tabel 6. Uji beda rataan aplikasi bahan organikdengan pupuk SP-36 terhadap diameter batang

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruh b, dan huruf c perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Pembentukan Panitia Kesatuan

Data kapasitas kendaraan dan data lokasi pelanggan menjadi langkah awal untuk menentukan perancangan jadwal pengiriman, selain itu di dukung juga oleh data ketersediaan

Penggunaan alat pelindung diri seperti pelindung kaki yang paling baik dan benar untuk mencegah kecelakaan kerja sebaiknya adalah.. Bahan kulit dilapisi metal dengan sol

Berdasarkan hasil wawancara dengan pengampu mata kuliah okupasi terapi pada neurologi maupun dengan koordinator pendidikan bagian laboratorium dan mahasiswa

Judul Penelitian : Pemanfaatan Daun Kelor ( Moringa oleifera Lamk ) Pada Pembuatan Permen Karamel Dari Susu. Hasnudi, MS) Ketua Program Studi Peternakan.. Tanggal

Bioedisel merupakan bahan bakar alternatif yang menjanjikan yang dapat diperoleh dari minyak nabati maupun lemak hewan melalui reaksi transesterifikasi dengan

Selanjutnya, dari korelasi sumber social support diketahui bahwa social support dari keluarga memiliki korelasi yang paling besar dengan anxiety dibandingkan dengan sosial

Penelitian dual fuel system pada mesin diesel kapal nelayan tradisional bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan bakar dual fuel terhadap kinerja mesin