• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Yuridis Terdahap Pembatalan Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan (StudiPutusan No. 30 B 2012 PT.TUN.Mdn)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Yuridis Terdahap Pembatalan Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan (StudiPutusan No. 30 B 2012 PT.TUN.Mdn)"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada konteks negara Indonesia tujuan negara tertuang dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 yang mengindentifikasikan bahwa Indonesia merupakan negara hukum yang menganut konsep welfare state (negara kesejahteraan). Sebagai negara hukum yang bertujuan mewujudkan kesejahteraan umum, setiap kegiatan di samping harus diorientasikan pada tujuan yang hendak dicapai juga harus berdasarkan pada hukum yang berlaku sebagai aturan kegiatan kenegaraan, pemerintahan, dan kemasyarakatan.9

Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (recht staat) dan tidak berdasar atas kekuasaan belaka (machts staats) artinya Indonesia adalah negara hukum yang mengakui prinsip rule of law, sebagaimana dijamin dalam UUD 1945.10

Campur tangan pemerintah dalam urusan masyarakat tersebut sesungguhnya merupakan peran sentral, akan tetapi bukan berarti rakyat sebagai warga negara lantas meninggalkan partisipasinya. Dalam hal ini pemerintah

9

H. Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik sudarajat, Hukum Administrasi Negara Dan Kebijakan Pelayanan Publik, (Bandung: Nuansa, 2010), Hal. 11.

10

(2)

merupakan pemegang otoritas kebijakan publik yang harus memainkan peranan penting untuk memotivasi kegiatan dan partisipasi masyarakat melalui penyediaan berbagai fasilitas, bagi perkembangan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan dalam upaya melaksanakan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhannya sendiri dan dalam upaya melaksanakan kegiatan pembangunan baik di tingkat nasional maupun daerah.11

Pembangunan Nasional yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum sebagimana terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada hakikatnya adalah pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia yang menekankan pada keseimbangan pembangunan, kemakmuran lahiriah dan kepuasan batiniah dalam suatu masyarakat Indonesia yang maju dan berkeadilan sosial.

Bangunan gedung sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak, perwujudan produktivitas dan jati diri manusia. Oleh karena itu, penyelenggaraan bangunan gedung perlu diatur dan dibina demi kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan masyarakat, sekaligus untuk mewujudkan pembangunan gedung yang fungsioanl, andal, berjati diri, serta seimbang, serasi dan selaras dengan lingkungannya.12

11

H. Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Suderajat, Op.Cit., Hal. 12.

12

(3)

Bangunan gedung yang merupakan wujud fisik dari pembangunan kota. Mengatur bangunan gedung harus mengacu kepada peraturan penataan ruang berdasarkan peraturan perundang-undangan dan untuk menjamin kepastian dan ketertiban hukum dalam pembangunan gedung, setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administrarif dan syarat teknis bangunan gedung. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung mengatur tentang fungsi bangunan gedung, hak dan kewajiban dari pemilik gedung, ketentuan tentang peran masyarakatdan pembinaan oleh pemerintah dan sanksinya. Tujuan dari undang-undang tersebut adalah bahwa bangunan gedung harus dilandasi oleh asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan serta keserasian bangunan tersebut dengan lingkungannya. Masyarakat harus berperan akif dalam pembangunan dan pemanfaatan bangunan gedung baik untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan umum.

Perizinan bangunan diberlakukan agar tidak terjadi kekacauan dalam penataan ruang kota dan merupakan bentuk pengendalian terhadap ruang kota.13

13

Ibid, Hal. 222.

(4)

penghibahan dan sebagainya) untuk mencegah tindakan penertiban jika tidak memiliki IMB.14

Penyelenggaraan pemerintah daerah adalah pemerintah daerah dan DPRD. Setiap daerah dipimpin oleh kepala pemerintahan daerah yang disebut kepala daerah, untuk Kabupaten disebut Bupati. Kepala daerah dibantu oleh satu wakil daerah.15

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional tidak dapat dilepaskan dari prinsip otonomi yang diberikan pada daerah tingkat Provinsi dan tingkat Kabupaten/Kota sebagai daerah otonom, pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kotamempunyai kewenangan dan tanggung jawab untuk menyelenggarakan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip keterbukaan, menggerakkan partisipasi masyarakat, dan pertanggungjawaban kepada masyarakat.

Seperti daerah Kabupaten Deli Serdang yang di kepalai oleh Bupati dan wakil Bupati Deli serdang.

16

Tugas dan kewenangan pemerintah untuk menjaga ketertiban dan keamanan merupakan tugas klasik yang sampai kini masih tetap dipertahankan dalam rangka melaksanakan tugas ini, kepada pemerintah diberikan wewenang dalam bidang pengaturan. Dari fungsi pengaturan itu, muncul beberapa instrumen yuridis untuk menghadapi individual dan konkret yaitu dalam bentuk

14

Ibid, Hal. 212-213.

15

H. Siswanto Sunanrno, Hukum Pemerintahan Daerah Di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika,2009), Hal. 55.

16

(5)

ketetapan (beschikking). Sesuai dengan sifatnya ujung tombak dari instrumen hukum dalam penyelenggaraan pemerintah atau sebagai norma penutup dalam rangkaian norma hukum. Salah satu ketetapan itu adalah izin dengan demikian izin merupakan instrumen yuridis yang digunakan oleh pemerintah untuk mengatur berbagai peristiwa dalam menyelenggarkan pemerintahan.17

Upaya pemerintah dalam meningkatkan pelayanan publik dan laju pertumbuhan ekonomi dalam rangka otonomi daerah, ditempuh melalui peningkatan profesionalisme pelayanan publik, termasuk di dalamnya penataan bidang perizinan yang memberikan efek meningkatakan kualitas pelayanan publik. Selain itu, perizinan merupakan elemen yang sangat diperhatikan oleh pelaku bisnis dalam menanamkan investasinya di daerah. Oleh karena itu, kalau penyelanggaraan perizinan tidak diselenggarakan dengan baik maka akan melemahkan nilai-nilai daya saing dalam kegiatan perekonomian.18

Banyak definisi dari izin salah satunya izin merupakan keputusan administratif yang lazim disebut keputusan Tata Usaha Negara. Keputusan Tata Usaha Negara tersebut berisi pengaturan mengenai kegiatan yang dapat atau tidak dapat dilakukan oleh masyarakat. Untuk memproses keputusan Tata Usaha Negara pemerintah memerlukan dan memiliki organisasi yang disebut birokrasi. Birokrasi pemerintah sebagai kumpulan tugas dan jabatan yang terorganisasi

17

Ibid., Hal. 14.

18

(6)

secara formal, berkaitan dengan jenjang yang kompleks dan tunduk pada pembuat peran formal.19

Birokrasi perizinan yang rumit merupakan salah satu permasalahan yang menjadi penghambat bagi perkembangan perekonomian, terlebih lagi dalam dunia usaha di Indonesia. Masyarakat dan para pelaku usaha sering mengeluhkan masalah proses pelayanan perizinan yang sering memerlukan waktu lama, banyaknya instansi yang mengeluarkan izin, serta banyaknya pungutan yang harus dibayar.20

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah dimana daerah diberi kebebasan untuk menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri. Dengan demikian pemerintah daerah dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah untuk membiayai jalannya pemerintah. Maka pemerintah daerah memberlakukan suatu ketentuan tentang perizinan yang diadakan selain untuk menambah pendapatan juga untuk mewujudkan tertib administrasi dalam melaksanakan pembangunan di daerah. Pemerintah memberlakukan pengelompokkan perizinanan salah satunya adalah Izin Mendirikan Bangunan (IMB).21

19

Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), Hal. Vi.

20

Ibid., Hal. 15.

21

(7)

Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah perizinan yang diberikan oleh Kepala Daerah kepada pemilik bangunan untuk membangun baru, mengubah, memperluas, mengurangi, merawat bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan teknis berlaku. Dasar hukum IMB adalah Undang-Undang No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, Undang-Undang-Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, PP No. 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.22 Sebagaimana peraturan daerah yang ada di Kabupaten Deli Serdang Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Izin Mendirikan Bangunan. Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Deli Serdang adalah izin untuk mendirikan bangunan yang meliputi kegiatan penelitian tata letak dan desain bangunan, pengawasan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesuai dengan rencana tata ruang yang berlaku dan rencana teknis bangunan dengan tetap memperhatikan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Luas Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB) meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat-syarat keselamatan bagi menempati bangunan tersebut.23

Perda Kabupaten Deli Serdang Izin Mendirikan Bangunan dapat ditolak, ditunda, dicabut, dibatalkan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang telah

22

http://id.wikipedia.org/wiki/Izin_Mendirikan_Bangunan , Izin Mendirikan Bangunan, tanggal akses 29 april 2015.

23

(8)

ditetapkan pada Perda di Kabupaten Deli Serdang.24

Pemerintahan yang baik (good gevernance) mencerminkan kesinergian antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Salah satu komponennya adalah pemerintahan yang bersih (clean government) yaitu pemerintahan yang didasarkan atas keabsahan bertindak dari pemerintah. Oleh karena itu pembahasan pemerintahan yang bersih (clean goverment) tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan pemerintah yang baik (good governance).

Banyak masalah yang timbul terhadap izin mendirikan bangunan dan masalah tersebut dapat terjadi dari pihak masyarakat ataupun oleh pihak pemerintah itu sendiri.

25

Kabupaten Deli Serdang juga masih memiliki permasalahan tentang perizinan walaupun sudah ada peraturan daerah yang telah mengaturnya salah satunya pada Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang ada di Kabupaten Deli Serdang.

Berikut ini adalah salah satu kasus tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang ada Di Kabupaten Deli Serdang, izin yang telah diberikan oleh Bupati Deli Serdang dan kemudian dicabut kembali oleh Bupati Deli Serdang dengan alasan-alasan yang tidak sesuai dan tidak mengikuti peraturan sesuai dengan Perda yang telah di buat oleh Bupati itu sendiri.Pada kasus ini bahwa Penggugat Nurbaya Sianipar pada tanggal 05 April 2011 ada mengajukan surat permohonan untuk memohon izin mendirikan bangunan atas sebidang tanah

24

Lihat pasal (7),(8),(9),(10), Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang, Tentang Izin Mendirikan Bangunan Di Kabupaten Deli Serdang.

25

(9)

kepada Tergugat yaitu Bupati Deli Serdang dan Bupati tersebut telah memberikan izin mendirikan bangunan untuk dan atas nama Penggugat. Berdasarkan izin yang telah diberikan oleh Tergugat Penggugat melakukan tahap pembangunan lantai 1 dari rencana pembangunan rumah 2 lantai. Dalam tahap pembangunan ini hampir rampung Penggugat kerjakan, karena Tergugat dalam hal ini camat lubuk pakam melalui surat Nomor: 503/701/2011 Tanggal 04 Agustus 2011 dalam hal perintah stop kegiatan pembangunan dan membongkar sendiri bangunan memerintahkan kepada Penggugat agar memberhentikan kegiatan pembangungan dan membongkar sendiri bangunan milik Penggugat karena menurut Tergugat telah melanggar ketentuan ukuran izin mendirikan bangunan dimana dalam izin mendirikan bangunan tertulis bahwa bangunan dimaksud berukuran 8x10 m dan jarak bangunan dengan jalan 12 m, sedangkan bangunan yang dikerjakan Penggugat berukuran 8x16 m dengan jarak bangunan dengan jalan 4,8 m.

(10)

bangunan yang dimaksud namun kenyataannya yang didapatkan Penggugat, surat Izin Mendirikan Bangunan yang penggugat miliki dicabut oleh tergugat melalui keputusan Bupati Deli Serdang Nomor: 503.648/5456.

Dikeluarkannya keputusan tersengketa Penggugat sangat merasa dirugikan karena Penggugat telah mengelurkan biaya retribusi Izin Mendirikan Bangunan sebesar Rp. 11.834,- (Sebelas ribu delapan ratus tiga puluh empat rupiah) oleh karena keputusan tersengketa yang dikeluarkan oleh Tergugat tidak didukung oleh fakta yang benar dan cukup karena telah tidak memperhatikan asas-asas umum pemerintahan yang baik yaitu asas kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan Negara sebagaimana dimaksud penjelasan Pasal 3 Undang-undang No 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dengan demikian keputusan tersengketa yang dikeluarkan oleh Tergugat telah bertentangan dengan Pasal 53 Ayat (2) huruf b Undang-Undang No. 9 Tahun 2004 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

(11)

obyek Gugatan dalam perkara ini yaitu Keputusan Bupati Deli Serdang Nomor: 503.648/5456 Tanggal 15 Agustus 2011 Tentang Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan atas nama Nurbaya sianipar yang ditujukan kepada Penggugat dan menimbulkan akibat hukum bagi Penggugat.

Berdasarkan uraian diatas, menarik untuk membahas mengenai Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam bentuk tesis yang berjudul “ Analisis Yuridis Terhadap Pembatalan Pencabutan Izin Mendirikan Bangunan

(Studi Putusan No. 30/B/2012/PT.TUN.Mdn).”

B. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang akan dibahas dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses danketentuan pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sesuai Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pembatalan pencabutan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang? 3. Bagaimana pertimbangan hakim terhadap pembatalan pencabutan surat Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) dalam Putusan No. 30/B/2012/PT.TUN.Mdn?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penlitian tesis adalah sebagai berikut:

(12)

2. Untuk mengetahuiperlindungan hukum terhadap pencabutan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) oleh Pemerintah Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengetahui pertimbangan hakim terhadap pembatalan pencabutan surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam Putusan No. 30/B/2012/PT.TUN.Mdn.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak baik secara teorotis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Dapat memberikan sumbangan bagi kalangan akademis untuk memahamiterhadap Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Penulisan ini juga diharapkan memberi pemikiran dalam rangka perkembangan ilmu hukum pada umumnya.

2. Manfaat Praktis

Dapat menggugah kesadaran para pembaca dan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk pelaksanaan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Penulisan tesis ini juga diharapkan dapat memberikan solusi terhadap problematika dalam masyarakat khususnya terhadap pencabutan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

E. Keaslian Penelitian

(13)

Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, bahwa penelitian yang berjudul: “Analisis Yuridis Terhadap Pencabutan Izin

Mendirikan Bangunan (Studi Kasus Putusan No.

30/B/2012/PT.TUN.Mdn)”belum pernah dilakukan sama sekali. Berdasarkan penelusuran di Perpustakaan Program Studi Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ditemukan beberapa judul penelitian yang membahas seputar pencabutan izin mendirikan bangunan yaitu:

a. Hj. Zuraidah, NIM: 057005034, dengan judul “Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Mengenai Pengurus Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dalam Rangka Mewujudkan Good Governance (Studi di Kota Medan). b. Kasman Siburian, NIM: 067005055, Implementasi Pengawasan Pemerintah

KotaMedan Terhadap Izin Mendirikan Bangunan.

c. Yuke Dwi Hidayati, NIM: 127005008, Penerapan Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik Dalam Proses Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (Studi Pada Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan Kota Medan).

Substansi permasalahan dan penyajian dari penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut diatas. Dengan demikian, penelitian ini dapat dikatakan asli dan dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

F. Kerangka Teori Dan Landasan Konsepsi

1. Kerangka Teori

(14)

Kerangka teori yang dimaksud adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, tesis, sebagai pegangan baik disetujui maupun tidak disetujui.26

Teori berguna untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi dan satu teori harus diuji dengan menghadapkannya pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenarannya. Menurut Soerjono Soekanto, bahwa “kontinuitas“ perkembangan ilmu hukum, selain bergantung pada metodologi, aktifitas penelitian dan imajinasi sosial sangat ditentukan oleh teori.27

Brunggink juga menjelaskan teori hukum adalah seluruh penyertaan yang saling berkaitan berkenaan dengan sistem konseptual aturan-aturan hukum dan putusan-putusan hukum dan sistem tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan.28 Menurut Bruggink, definisi di atas memiliki makna ganda, yaitu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan itu adalah hasil kegiatan teoretik bidang hukum, dalam arti proses kegiatan teoretik tentang hukum atau pada kegiatan penelitian teoretik bidang hukum sendiri.29

26

M. Solly Lubis, “Filsafat Ilmu dan Penelitian”, (Bandung: Mandar Maju, 1994), Hal. 80.

Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk memberikan arahan atau petunjuk dan meramalkan serta menjelaskan gejala yang diamati dan dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian yang normatif maka penulis menggunakan teori hukum. Adapun teori

27

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press,1986), Hal. 6.

28

J J H.Bruggink, Refleksi Tentang Hukum, dialihbahasakan oleh Arief Sidharta, (Bandung: PT Citra Adtya Bakti, 1996), Hal. 159-160.

29

(15)

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pemerintahan yang baik

(GoodGovernance).

Pemerintahan yang baik (good governance) mulai muncul di Indonesia pada tahun 1990-an. Dalam penyelenggaraan pemerintahan, pemerintahan yang baik (good govermance) menjadi hal yang sangat penting, karena hal ini berkaitan dengan pelayanan publik di Indonesia sangat berbelit-belit.30

Governance merupakan paradigma baru dalam tatanan pengelolaan

kepemerintahan, ada tiga pilar governance yaitu pemerintahan, sektor swasta, dan masyarakat. Sementara itu paradigma pengelolaan pemerintahan yang sebelumnya berkembang adalah government sebagai satu-satunya penyelenggaraan pemerintah.31

Good Governance adalah cita-cita yang menjadi visi setiap

penyelenggaraan negara di berbagai belahan bumi, termasuk Indonesia. Secara sederhana good governance dapat diartikan sebagai prinsip dalam mengatur pemerintahan yang memungkinkan layanan publiknya efisien, dan administrasinya bertanggungjawab pada publik.32

30

Agus Dwiyanto, Mewujudkan Good Governance, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), Hal. 90.

Terciptanya good governance, yang merupakan prinsip dasar meliputi partisipatosir, rule of law (penegak

31

Pandji Santosa, Administrasi Publiok Teori dan Aplikasi Good Governance, (Bandung: Refika Aditama, 2008), Hal. 130.

32

(16)

hukum), transparansi, responsiveness (daya tanggap), konsensus, persamaan hak, efektivitas dan efesiensi dan akuntabilitas.33

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 Tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Telah diatur tentang pemerintahan yang baik di Pasal 1 angka (2) yaitu:

“Penyelenggaraan Negara yang bersih adalah penyelenggaraan negara yang menaati asas-asas umum penyelenggaraan negara dan bebas dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme serta perbuatan tercela lainnya.”34

Menurut Hardijanto, pengertian governance mengandung makna yang lebih luas dari pada goverment, termasuk didalamnya mencakup mekanisme pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan sektor negara masyarakat dan swasta (negara dan non negara).35 Negara berfungsi menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif, swasta (non negara) mendorong terciptanya lapangan pekerjaan dan pendapat masyarakat dan masyarakat (non negara) berfungsi mewadahi interaksi sosial politik, memobilisasi kelompok sosial (civil society) untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial, dan politik. Sedangkan govermenthanya mengacu pada mekanisme suatu pengelolaan berdasarkan kewenangan tertinggi.36

33

Ibid.

34

Republik Indonesia, Undang-Undang RI Nomor 28 Tahun 1999 Tentang penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.

35

Ibid.

36

(17)

Sembilan asas umum pemerintahan yang baik (good governance

principles) yang selama ini menjadi acuan berbagai literatur, yaitu:37

1. Asas kecermatan formal.

Pengertian asasfairplay ialah pemerintah harus memberikan kesempatan yang layak kepada warga masyarakat untuk mencari kebenaran dan keadilan misalnya memberi hak banding terhadap keputusan pemerintah yang tidak diterima.38 Kesembilan asas tersebut dalam konteks good governance dapat disarikan menjadi 3 hal, yaitu; akuntabilitas, kepastian hukum (rule of law) dan transparansi publik.39

Akuntabilitas publik mensyaratkan bahwa setiap perilaku dan tindakan pejabat publik, baik dalam membuat kebijakan (public policy), mengatur dan membelanjakan keuangan negara maupun melaksanakan penegakan hukum haruslah terukur dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.40

37

Ibid.

Selanjutnya adalah adanya jaminan kepastian hukum (rule of law) bagi setiap masyarakat. Setiap pejabat publik berkewajiban memberikan jaminan bahwa

Asas-asas Pemerintahan Umum Yang Baik Principle Of Good Government, diakses pada tanggal 5 april 2015.

39

Ibid.

40

(18)

dalam berurusan dengan penyelenggaraan negara, setiap masyarakat pasti akan memperoleh kejelasan tentang tenggang waktu, hak, kewajiban dan lain-lain, sehingga adanya jaminan bagi masyarakat dalam memperoleh rasa keadilan, khususnya ketika berhadapan dengan penyelenggaraan negara sebagai pembuat dan pelaksana kebijakan publikrule of law berlaku pada semua warga.41

Implementasi kesemuanya sangat dibutuhkan sebagai syarat bagi terciptanya pemerintahan yang baik (good governance) dan pemerintahan yang bersih (cleangovernment).42Dalam kerangka good governance, setiap pejabat publik berkewajiban memberikan perlakuan yang sama bagi setiap warga masyarakat dalam menjalankan fungsi-fungsi sebagai pelayanan publik (equality

before of law).43 Pemerintah akan mampu melaksanakan fungsinya dalam

kerangka good governance, bila diciptakan suatu sistem administrasi publik yang relevan bagi masyarakat .44

Institute on Governance (1996), sebagaimana dikutip Nisjar (1997),

untuk menciptakan good governance perlu diciptakan hal-hal sebagai berikut:45 1. Kerangka kerja tim (team work) antar organisasi, departemen dan

wilayah.

2. Hubungan kemitraan antara pemerintah dengan setiap unsur dalam masyarakat negara yang bersangkutan.

(19)

4. Adanya dukungan dengan sistem imbalan yang memadai untuk mendorong terciptanya kemampuan dan keberanian menanggung risiko

(risk taking) dan berinisiatif, sepanjang hal ini secara realistik dapat

dikembangkan.

5. Adanya pelayanan adaministrasi publik yang brorientasi pada masyarakat, mudah dijangkau masyarakat dan bersahabat, berdasarkan kepada asas pemerataan dan keadilan dalam setiap tindakan dan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat, berfokus pada kepentingan masyarakat, bersikap profesional, dan tidak memihak (non-partisan).

Good governance yang dimaksud adalah merupakan proses

penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public

goods and service disebut governance (pemerintahan atau kepemerintahan),

sedangkan praktik terbaiknya disebut “Good governance” (kepemerintahan yang baik). Agar Goodgovernance dapat menjadi kenyataan dan berjalan dengan baik, maka dibutuhkan komitmen dan keterlibatan semua pihak yaitu pemerintah dan masyarakat. Good governance yang efektif menuntut adanya “alignment” (koordinasi) yang baik dan integritas, profesional serta etos kerja dan moral yang tinggi. Dengan demikian penerapan konsep “Good governance” dalam penyelenggaraan kekuasaan pemerintah negara merupakan tantangan tersendiri.46

2. Landasan Konsepsi

Dalam memberikan batasan konsep atau defenisi operasional pengusul proposal haruslah memiliki dasar yang kuat. Dengan menggunakan makna yang dicantumkan dalam perundang-undangan atau hasil penelitian dasar yang sudah

46

(20)

dilakukan oleh para ahli hukum terdahulu. Dengan demikian konsep penelitian penulis dalam tesis ini adalah:

a. Kewenangan Hakim adalah Kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, demi terselenggaranya Negara Hukum Republik Indonesia.47

b. Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) adalah Suatu penetapan tertulis

(beschiking) yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara

yang berisi tindakan hukum Tata Usaha Negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata.48

c. Hakim adalah Hakim pada Mahkamah Agung dan hakim pada badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan hakim pada pengadilan khusus yang berada dalam lingkungan peradilan tersebut.49

47

Lihat Pasal 1, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009, Tentang Kekuasaan Kehakiman, ditulis dalam lembaran Negara Tahun 2009 nomor 5076.

48

Lihat Pasal 1, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986, Tentang Tata Cara Peradilan Tata Usaha Negara, ditulis dalam lembaran Negara RI Tahun 1986 Nomor 5079 jo Undang-undang Nomor 51 Tahun 2009, Tentang Perubahan UU Nomor 5 Tahun 1986.

49

(21)

d. Kepala Daerah menurut Perda Kabupaten Deli Serdang Nomor 14 Tahun 2006 adalah Bupati Deli Serdang.50

e. Sengketa Tata Usaha Negara adalah Sengketa yang timbul dalam bidang tata usaha negara antara orang atau badan hukum perdata dengan badan atau pejabat tata usaha negara, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkanya keputusan tata usaha negara.51

f. Izin Mendirikan Bangunan di Kabupaten Deli Serdang Perda Nomor 14 Tahun 2006 adalah Izin untuk mendirikan bangunan yang meliputi kegiatan penelitian tata letak dan desain bangunan, pengawasan pelaksanaan pembangunannya agar tetap sesui dengan rencana tata ruang yang berlaku dan rencana teknis bangunan dengan tetap memperhatikan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Luas Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB) meliputi pemeriksaan dalam rangka memenuhi syarat-syarat keselamatan bagi menempati bangunan tersebut.52

g. Wewenang adalah salah satu prinsip dalam negara hukum adalah

wetmatigheid vanbestuur atau pemerintah berdasarkan peraturan

perundang-undangan. Dengan kata lain, setiap tindakan hukum pemerintah, baik dalam menjalankan fungsi peraturan maupun fungsi pelayanan, harus didasarkan pada wewenang yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan yang

50

Lihat pasal 1, Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang, Tentang Izin Mendirikan Bangunan Di Kabupaten Deli Serdang.

51

Andrian Sutedi, Hukum Pajak dan Retribusi Daerah, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2008), Hal. 184-185.

52

(22)

berlaku. Untuk dapat melaksanakan dan menegakkan ketentuann hukum positif perlu wewenang. Tanpa wewenang tidak dapat dibuat keputusan yuridis yang bersifat konkret.53

h. Lembaga Pemerintah adalah Lembaga atau kelembagaan, secara teoritis adalah suatu rule of the game yang tindakan dan menentukan apakah suatu organisasi dapat berjalan secara efisien dan efektif.54 Lembaga pemerintah adalah lembaga yang menjalankan urusan pemerintah baik ditingkat pusat maupun ditingkat daerah. Menurut Sjahran Basah, dari penelusuran berbagai ketentuan penyelenggaraan pemerintah dapat diketahui bahwa mulia dari administrasi Negara terendah (lurah) berwenang memberikan izin. Ini berarti terdapat aneka ragam administrasi Negara (termasuk instansinya) pemberi izin, yang didasarkan pada jabatan yang dijabatnya baik di tingkat pusat maupun daerah.55

i. Bangunan adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagai atau seluruhnya berada diatas dan atau di dalam tanah dan atau air, dalam bentuk gedung yang berfungsi baik sebagai tempat manusia melakukan kegiatan untuk harian atau tempat tinggal kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial budaya dan

53

Ibid.

54

North, dalam Lembaga Administrasi Negara, Standar Pelayanan Publik, Cetakan Pertama, juli 2009, Hal. 49.

55

(23)

kegiatan khusus. Secara umum pengertian bangunan adalah sesuatu yang memakan tempat.56 Bangunan gedung fungsi hunian dan perumahan yang ada pada Perda Nomor 14 Tahun 2006 di Kabupaten Deli Serdang adalah bangunan yang direncanakan atau digunakan atau dimaksudkan atau disesuaikan bagi peruntukan penghuni tunggal, rumah tinggal deret, rumah susun dan tinggal sementara.57

j. Mendirikan Bangunan adalah Pekerjaan mengadakan bangunan seluruhnya atau sebagaian termasuk pekerjaan menggali, menimbun atau meratakan tanah yang berhubungan dengan pekerjaan mengadakan bangunan. Jadi, izin mendirikan bangunan adalah izin yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan hukum untuk mendirikan bangunan yang dimaksudkan agar pembangunan yang dilaksanakan sesuai dengan tata ruang yang berlaku dan sesuai dengan syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut. Mengenai pengaturan dari izin mendirikan bangunan diatur oleh perda setempat di mana bangunan itu akan didirikan.58

G.Metode Penelitian

Menurut Suryani Hartono, metode penelitian adalah cara atau jalan proses pemeriksaan atau penyelidikan yang menggunakan cara penalaran dan teori-teori yang logis-analitis (logika), berdasarkan dalil-dalil, rumus-rumus dan

56

Adrian Sutedi, Op.Cit., Hal. 195.

57

Peraturan Daerah Kabupaten Deli Serdang Nomor 14 Tahun 2006 Tentang Izin Mendirikan Bangunan Di Kabupaten Deli Sedang.

58

(24)

teori-teori suatu ilmu (atau beberapa cabang ilmu) tertentu, untuk menguji kebenaran (atau mengadakan verifika59si) suatu hipotesis atau teori tentang gejala-gejala atau peristiwa alamiah, peristiwa sosial atau peristiwa hukum tertentu.60 Metode penelitian hukum merupakan suatu cara yang teratur (sistematis) dalam melakukan sebuah penelitian.61 Metode penelitian berfungsi sebagai arah dan petunjuk bagi suatu penelitian.62

Adapun metode penelitian yang dipergunakan dalam menjawab permasalahan yang timbul dalam tesis ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Metode penulisan dalam penulisan tesis ini adalah yuridis normatif yaitu, penelitian normatif ini merupakan suatu prosedur penelitian ilmiah untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi normatifnya.63 Selain itu penelitian normatif juga mengacu kepada norma-norma dan asas-asas hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan.64

60

Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum Indonesia Pada akhir abad ke-20, (Bandung: Alumni, 1994), Hal. 105.

61

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, cetakan ke-1, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004), Hal. 57.

62

Mukti Fajar ND dan Achmad Yulianto, Dualisme Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), Hal. 104.

63

Jhonny Ibrahim, Teori & Metode Penelitian Hukum Normatif, (Malang: Bayumedia Publishing, 2005), Hal. 47.

64

(25)

Penelitian hukum memiliki beberapa pendekatan, dengan pendekatan tersebut peneliti akan mendapat informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk mencari jawabnya.65Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan undang-undang.66

Sifat penelitian ini adalah deskriptis analitis yaitu selain menggambarkan (mendeskripsikan)juga menganalisisnya melalui pendekatan perundang-undangan (statute approach).

Pendekatan undang-undang

(statute approach) dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan

regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani dalam melakukan analisa terhadap kasus Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang dicabut kembali oleh Bupati (Studi Kasus Putusan No. 30/B/2012/PT.TUN.Mdn).

67

2. Sumber Bahan Hukum

Sifat penelitian deskriptif analitis dipakai untuk menggambarkan suatu kondisi atau keadaan yang sedang berlangsung atau menggambarkan data objektif kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori, doktrin-doktrin, asas-asas atau prinsip-prinsip kebijakan hukum.

Adapun sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

65

Peter Mahmud Marzuki Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2014), Hal. 133.

66

Ibid.

67

(26)

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang bersifat autoritatif yang artinya mempunyai otoritas.68

b. Bahan Hukum Sekunder adalah, yaitu semua publikasi tentang hukum yang merupakan dokumen yang resmi bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menganalisa dan memahami bahan hukum primer yang ada, seperti buku-buku, hasil penelitian, karya tulis ilmiah, kamus, jurnal dan komentar atas putusan hakim

Diperoleh dari studi kepustakaan yang meliputi peraturan perundang-undangan, risalah resmi dan dokumen Asli Negara yang mengikat seperti norma atau kaidah dasar yaitu Peraturan Perundang-undangan diantaranya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung, Peraturan pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintah daerah provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pemberian Izin Mendirikan Bangunan, Tentang Petunjuk Teknis Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan.

69

68

Ibid.

yang berkaitan dengan penulisan tesis ini.

69

(27)

c. Bahan hukum tertier yaitu, bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum sekunder dan primer. Lebih dikenal dengan nama bahan acuan atau bahan rujukan di bidang hukum seperti kamus hukum ensiklopedia.70

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada tesis ini menggunakan teknik penelitian penelitian kepustakaan (library research). Teknik penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan mempelajari peraturan perundang-undangan, buku, situs internet, media massa dan kamus yang berkaitan dengan tesis ini yang bersifat teoritis ilmiah yang dapat dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian dan menganalisa masalah yang dihadapi. Bahan hukum diperoleh dengan cara menginventarisasikan semua undang-undang serta dokumen-dokumen lainya yang berkaitan dengan Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

4. Analisis Bahan Hukum

Bahan hukum primer dan bahan sekunder yang telah dikumpulkan

(inventarisasi), kemudian dikelompokkan dan dikaji dengan pendekatan

perundang-undangan (Statute Approach) guna memperoleh gambaran sinkronisasi dari semua bahan hukum termasuk keputusan-keputusan. Selanjutnya dilakukan sistemisasi dan klasifikasi, kemudian dikaji serta dibandingkan dengan teori dan prinsip hukum yang dikemukakan oleh para ahli,

70

(28)

untuk akhirnya dianalisa secara normatif.71Bahan hukum yang telah diperoleh selanjutnya akan disusun dan dianalisis secara kualitatif, yakni data yang terbentuk atas suatu peniliaian atau ukuran secara tidak langsung dengan kata lain yaitu kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk pernyataan dan tulisan.72 Kemudian diolah dengan menggunakan metode deduktif yaitu cara pengambilan kesimpulan yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus.73 Dengan demikian kegiatan analisis ini diharapkan dan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian ini serta menemukan azas-azas hukum baru yang dapat memperkaya kajian futuristik untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.

71

Bambang Sugono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta : Rajagrafindo, 1997), Hal. 126.

72

Ronny Hanitijo Soemitro, Op. Cit., Hal. 51.

73

Referensi

Dokumen terkait

Partisipan yang mengalami serangan jantung pertama kali memiliki respon tidak percaya, terkejut, bingung, dan merasa sedih, seperti terungkap pada pernyataan

dalam membuat Shaft Thresser dengan menggunakan pahat karbida PVD berlapis, mesin CNC, dan simulasi mastercam dan dapat ditentukan sesuai kehendak.. konsumen yang

Perawat memiliki peran sebagai care provider. Dalam menunaikan perannya perawat harus melihat pasien sebagai satu kesatuan yang holistik. Upaya yang harus dilakukan

выложено группой vk.com/create_your_english... выложено

Disisi lain apabila konsumen ingin untuk membuat shaft thresser dengan harga yang lebih murah, maka bisa menggunakan Case 2 dimana ongkos produksinya lebih ekonomis akan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kuantitas penyebab jaringan down dan menghitung indeks keandalan jaringan melalui perhitungan laju kegagalan atau

Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari produktifitas pembubutan terhadap pembubutan Shaft Thresser dengan menggunakan pahat karbida berlapis PVD ketika digunakan

N N askah soal askah soal setiap mata pelajaran sesuai jadual Ujian setiap mata pelajaran sesuai jadual Ujian Nasional per-jurusan (IPA, IPS dan Bahasa)