• Tidak ada hasil yang ditemukan

Website Resmi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta - Lap Akhir FSVA 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Website Resmi Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta - Lap Akhir FSVA 2016"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Pemenuhan kebutuhan pangan dan menjaga ketahanan pangan menjadi semakin

penting bagi Indonesia karena jumlah penduduknya sangat besar dengan cakupan

geografis yang luas dan tersebar. Untuk itu upaya peningkatan ketahanan pangan

dan gizi di satu daerah, sangat penting guna mengetahui mengenai siapa, berapa

banyak yang rentan terhadap kerawanan pangan dan gizi serta dimana mereka

tinggal lalu apa saja sebenarnya yang membuat mereka rentan. Untuk

mewujudkan pengelolaan program ketahanan pangan yang efektif, diperlukan

informasi ketahanan pangan yang akurat dan tertata dengan baik, sehingga dapat

dilakukan intervensi efektif secara anggaran maupun program yang terkait dengan

ketahanan pangan dan gizi. Salah satu upaya untuk memenuhi tersedianya

informasi mengenai situasi ketahanan dan kerentanan pangan suatu daerah,

maka dilaksanakan monitoring situasi ketahanan pangan wilayah melalui

penyusunan dan pengembangan peta situasi ketahanan pangan. Melalui

pengembangan peta tersebut diharapkan dapat menjadi instrumen pemetaan

yang komprehensif terkait kerawanan pangan dan gizi di seluruh wilayah

Indonesia. Penyusunan peta digunakan untuk meningkatkan akurasi penentuan

sasaran, menyediakan informasi untuk para penentu kebijakan sehingga dapat

meningkatkan kualitas perencanaan dan program dalam mengurangi prevalensi

(2)

sama dengan World Food Programme (WFP) untuk memperkuat pemahaman ini

melalui pengembangan peta ketahanan pangan dan gizi. Peta ini berfungsi

sebagai alat untuk meningkatkan pencapaian sasaran dan memberi informasi

kepada proses pembuatan kebijakan di bidang ketahanan pangan dan gizi. Kerja

sama tersebut telah menghasilkan Peta Kerawanan Pangan (

Food Security Atlas

FIA) pada tahun 2005 dengan cakupan wilayah analisis sampai dengan tingkat

kabupaten. Peta tersebut kemudian dimutakhirkan dan diubah menjadi Peta

Ketahanan dan Kerentanan Pangan (

Food Security and Vurnerability Atlas

FSVA) pada tahun 2009. Peta tersebut terakhir dimutakhirkan pada tahun 2015.

Sebagai tindak lanjut penyusunan FSVA Nasional, pada tahun 2010 mulai disusun

FSVA Provinsi dengan unit analisa sampai dengan tingkat kecamatan. Peta

tersebut terakhir dimutakhirkan pada tahun 2014. Untuk mempertajam tingkat

analisis ketahanan pangan dan kerentanan pangan pada tahun 2012 mulai

disusun FSVA Kabupaten dengan tingkat analisa sampai dengan level desa. Peta

ini mengklasifikasikan desa pada kabupaten berdasarkan tingkat kerentanan

terhadap kerawanan pangan. Seperti halnya FSVA Nasional dan Provinsi, FSVA

Kabupaten menyediakan sarana bagi para pengambil keputusan untuk secara

cepat dalam mengidentifikasi daerah yang lebih rentan, dimana investasi dari

berbagai sektor seperti pelayanan jasa, pembangunan manusia dan infrastruktur

yang berkaitan dengan ketahanan pangan dapat memberikan dampak yang lebih

baik terhadap penghidupan, ketahanan pangan dan gizi masyarakat pada tingkat

desa. Pada tahun 2016 kembali akan dilakukan penyempurnaan atas FSVA

(3)

dan perkembangan situasi ketahanan pangan yang ada pada tingkat kabupaten.

Penyusunan FSVA Kabupaten ini juga untuk menganalisa lebih lanjut hasil yang

diperoleh pada FSVA Nasional dan Provinsi pada tahun 2014 dan 2015. Buku

Peta FSVA ini selain memberikan pedoman atau arahan teknis juga memberikan

latar belakang pemilihan indikator dan metodologi dalam proses penyusunan Peta

Ketahanan dan Kerentanan

FSVA Kabupaten dengan dengan analisisnya

sesuai kondisi geografis dengan segala faktor pendukung dan ketersediaan data.

1.2. KERANGKA KONSEP KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

Definisi Ketahanan Pangan berdasarkan Undang Undang Pangan No. 18 tahun

2012 adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan

perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah

maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak

bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat

hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Sebagaimana FSVA

tahun-tahun sebelumnya, FSVA Kabupaten 2016 disusun berdasarkan tiga pilar

ketahanan pangan: (i)

ketersediaan pangan

; (ii)

keterjangkauan pangan

; dan

(iii)

pemanfaatan pangan

.

Ketersediaan pangan

adalah kondisi tersedianya

pangan dari hasil produksi dalam negeri, cadangan pangan, serta pemasukan

pangan (termasuk didalamnya impor dan bantuan pangan), apabila kedua sumber

utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan dapat dihitung

(4)

Akses atau keterjangkauan pangan

adalah

kemampuan rumah tangga untuk

memperoleh

cukup pangan yang bergizi, melalui satu atau kombinasi dari

berbagai sumber seperti: produksi dan persediaan sendiri, pembelian, barter,

hadiah, pinjaman dan bantuan pangan. Pangan mungkin tersedia di suatu daerah

tetapi tidak dapat diakses oleh rumah tangga tertentu jika mereka tidak mampu

secara fisik, ekonomi atau sosial, mengakses jumlah dan keragaman makanan

yang cukup.

Pemanfaatan pangan

merujuk pada

penggunaan pangan oleh

rumah tangga

dan

kemampuan individu

untuk menyerap dan memetabolisme

zat gizi. Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan dan

penyiapan makanan, keamanan air untuk minum dan memasak, kondisi

kebersihan, kebiasaan pemberian makan (terutama bagi individu dengan

kebutuhan makanan khusus), distribusi makanan dalam rumah tangga sesuai

dengan kebutuhan individu (pertumbuhan, kehamilan dan menyusui), dan status

kesehatan setiap anggota rumah tangga.

Dampak gizi dan kesehatan

merujuk

pada status gizi individu, termasuk defisiensi mikronutrien, pencapaian morbiditas

dan mortalitas. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pangan, serta

praktek-praktek perawatan umum, memiliki kontribusi terhadap dampak keadaan gizi pada

kesehatan masyarakat dan penanganan penyakit yang lebih luas.

Kerentanan dalam Peta ini selanjutnya merujuk pada kerentanan terhadap

kerawanan pangan dan gizi

. Tingkat kerentanan individu, rumah tangga atau

kelompok masyarakat ditentukan oleh pemahaman terhadap faktor-faktor risiko

(5)

Gambar 1.1.

Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi (WFP, Januari 2009)

1.3. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dan tujuan dari penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan

(Food Security and Vulnerability

Atlas

/ FSVA) tingkat desa adalah menyediakan

informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan program, penentuan

target serta intervensi kerawanan pangan dan gizi di Kabupaten, sehingga FSVA

(6)

1. Dimana daerah yang rentan terhadap kerawanan pangan?

Lokasi (Desa Se DIY).

2. Mengapa daerah tersebut rentan terhadap kerawanan pangan?

Rasio jumlah warung dan toko terhadap rumah tangga, rasio jumlah penduduk

dengan tingkat kesejahteraan terendah, rasio rumah tangga dapat mengakses

listrik, jumlah desa tidak dapat dilalui roda 4, rasio anak usia 7 - 15 tahun tidak

bersekolah, rasio rumah tangga tanpa akses air bersih dan BAB dan rasio

tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk.

3. Berapa jumlah penduduk yang rentan terhadap kerawanan pangan?

Estimasi jumlah penduduk di daerah yang rentan terhadap rawan pangan.

Adapun bentuk penyajian hasil penyusunan FSVA tingkat desa di DIY adalah

sebagai berikut :

1. Tersusunnya indikator Ketahanan dan Kerentanan Pangan tingkat desa di DIY

dengan rincian sebagai berikut : kategori ketersediaan pangan (2 indikator),

Akses terhadap pangan dan penghidupan (3 indikator), pemanfaatan pangan (4

indikator)

2. Peta ketahanan dan kerentanan pangan berdasarkan masing-masing indikator

tunggal dan komposit, dengan perincian sebagai berikut : 9 peta kerawanan

(7)

BAB II

INDIKATOR PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN (FSVA)

TINGKAT KABUPATEN

2.1.RINGKASAN INDIKATOR TERHADAP KERAWANAN PANGAN

Kerawanan pangan dan gizi adalah masalah multi-dimensional yang memerlukan

analisis dari sejumlah parameter yang berbeda yang berada di luar cakupan

masalah produksi pangan semata, dengan tidak ada satu ukuran yang langsung

dapat mengukur masalah ini. Kompleksitas masalah ketahanan pangan dan gizi

dapat dikurangi dengan mengelompokkan indikator

proxy

ke dalam tiga kelompok

yang

berbeda

tetapi

saling

berhubungan,

yaitu

ketersediaan

pangan,

keterjangkauan/akses rumah tangga terhadap pangan dan pemanfaatan pangan

secara individu. Pertimbangan gizi, termasuk ketersediaan dan keterjangkauan

bahan pangan bergizi tersebar dalam ketiga kelompok tersebut. Sembilan indikator

yang dipilih telah melalui proses penelaahan Tim Pengarah dan Kelompok Kerja

Teknis FSVA Pusat berdasarkan ketersediaan data di tingkat desa serta kapasitas

indikator-indikator tersebut dalam mencerminkan unsur-unsur inti dari tiga pilar

ketahanan pangan dan gizi (Tabel 2.1). Selaras dengan FSVA Nasional maupun

Provinsi, dalam Penyusunan FSVA Kabupaten ini meliputi indikator kerawanan

pangan dan gizi kronis. Dibandingkan dengan 7 indikator yang digunakan dalam

FSVA Kabupaten 2012, terdapat beberapa perubahan penting dalam definisi dan

penentuan indikator FSVA Kabupaten. Beberapa indikator dalam aspek ketahanan

(8)

menggunakan Rasio toko terhadap Rumah Tangga serta Rasio warung terhadap

Rumah Tangga; ii) pada aspek pemanfaatan pangan ditambahkan Rasio anak tidak

bersekolah, Rasio Rumah Tangga tanpa akses air bersih, Rasio jumlah tenaga

kesehatan terhadap penduduk serta Rasio Rumah Tangga tanpa fasilitas BAB

(Buang Air Besar).

Kerentanan terhadap kerawanan pangan tingkat nasional, provinsi maupun

kabupaten, memiliki karakteristik masing-masing sehingga tidak semua indikator

nasional maupun provinsi dapat digunakan untuk memetakan kerentanan terhadap

kerawanan pangan sampai dengan tingkat kabupaten. Pemilihan indikator FSVA

Kabupaten tersebut juga dengan mempertimbangkan ketersediaan data sampai

dengan level desa.

Tabel 1. Indikator Ketahanan dan Kerawanan Pangan

Indikator

Jenis Kerawanan Pangan

Ketersediaan Pangan

1. Rasio Warung terhadap Rumah

Tangga

2. Rasio Toko terhadap Rumah Tangga

KERENTANAN TERHADAP

KERAWANAN PANGAN KRONIS

Pemanfaatan Pangan

3. Rasio penduduk dengan status

kesejahteraan terendah

4. Rasio Rumah Tangga tanpa akses

listrik

5. Desa yang tidak memiliki akses

penghubung memada

Pemanfaatan Pangan

INDEKS KETAHANAN PANGAN

KOMPOSIT

6. Rasio anak tidak bersekolah

7. Rasio Rumah Tangga tanpa akses

air bersih

8. Rasio tenaga kesehatan terhadap

penduduk

(9)

2.2. JENIS DATA, CAKUPAN DATA DAN SUMBER DATA

Jenis data, definisi cakupan data dan sumber data untuk penyusunan FSVA

Kabupaten tertera dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.

Jenis Data, Cakupan Data dan Sumber Data

Jenis Data

Cakupan Data

Sumber Data

1. Rasio Warung terhadap

Rumah Tangga

Desa

- PODES 2014, BPS

- Jumlah Rumah Tangga

2014 dari Proyeksi

Sensus Penduduk 2010

2. Rasio Toko terhadap

Rumah Tangga

Desa

- PODES 2014, BPS

- Jumlah Rumah Tangga

2014 dari Proyeksi

Sensus Penduduk 2010

3. Rasio penduduk

dengan status

kesejahteraan

terendah

Desa

- Pemutakhiran Basis

Data Terpadu (PBDT)

2015-Tim Nasional

Percepatan

Penanggulangan

Kemiskinan (TNP2K)

- Jumlah penduduk 2015

dari Proyeksi Sensus

Penduduk 2010

4. Rasio Rumah Tangga

tanpa akses listrik

Desa

- Pemutakhiran Basis

Data Terpadu (PBDT)

2015-Tim Nasional

Percepatan

Penanggulangan

Kemiskinan (TNP2K)

- Jumlah Rumah Tangga

2015 dari Proyeksi

Sensus Penduduk 2010

(10)

5. Desa yang tidak

memiliki akses

penghubung memadai

- PODES 2014, BPS

6. Rasio anak tidak

bersekolah

Desa

- Pemutakhiran Basis

Data Terpadu (PBDT)

2015-Tim Nasional

Percepatan

Penanggulangan

Kemiskinan (TNP2K)

7. Rasio Rumah Tangga

tanpa akses air bersih

Desa

- Pemutakhiran Basis

Data Terpadu (PBDT)

2015-Tim Nasional

Percepatan

Penanggulangan

Kemiskinan (TNP2K)

- Jumlah Rumah Tangga

2015 dari Proyeksi

Sensus Penduduk 2010

8. Rasio tenaga

kesehatan terhadap

penduduk

Desa

- PODES 2014, BPS

- Jumlah penduduk 2014

dari Proyeksi Sensus

Penduduk 2010

9. Rasio Rumah Tangga

tanpa fasilitas BAB

(Buang Air Besar)

Desa

- Pemutakhiran Basis

Data Terpadu (PBDT)

2015-Tim Nasional

Percepatan

Penanggulangan

Kemiskinan (TNP2K)

- Jumlah Rumah Tangga

(11)

2.3. TAHAPAN PENYUSUNAN PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN

KABUPATEN

Untuk membantu kelancaran penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan

Pangan (FSVA) Kabupaten, maka Badan Ketahanan Pangan perlu membentuk

tim asistensi di tingkat nasional dan tim penyusunan FSVA di tingkat provinsi dan

kabupaten. Tim penyusunan FSVA di tingkat provinsi dan kabupaten ini terdiri dari

tim pengarah dan tim pelaksana yang berasal dari lintas sektor. Di tingkat

nasional, Tim Asistensi Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan

Kabupaten mempunyai tugas:

1. Mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan

Pangan Kabupaten tahun 2016;

2. Mengkaji dan menetapkan metodologi dan indikator penyusunan Peta

Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016;

3. Melakukan pelatihan metodologi dan indikator untuk penyusunan Peta

Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016;

4. Mengkonsolidasikan pengumpulan dan analisis data untuk pembuatan Peta

Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016; dan

5. Membina dan memonitor pelaksanaan penyusunan Peta Ketahanan dan

Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016.

Di tingkat provinsi dan kabupaten, Tim Pengarah mempunyai tugas:

1. Memberikan arahan dan mengkoordinasikan dalam hal pelaksanaan

penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat

(12)

2. Mengkaji metodologi dan indikator penyusunan Peta Ketahanan dan

Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat provinsi dan kabupaten.

Sedangkan Tim Pelaksana mempunyai tugas:

1. Melakukan pertemuan dan pelatihan terkait metodologi dan indikator serta

penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat provinsi

dan kabupaten;

2. Melakukan konsolidasi dan kompilasi dalam hal pengumpulan data untuk indikator

Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat provinsi dan kabupaten;

3. Melakukan validasi dan analisis data indikator Peta Ketahanan dan Kerentanan

Pangan Kabupaten; dan

4. Menyusun buku Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten.

Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten dilaksanakan dengan

tahapan sebagai berikut:

1. Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana FSVA tingkat Provinsi dan

Kabupaten;

2. Pertemuan teknis untuk melakukan

review

ketersediaan data;

3. Pelatihan FSVA (Metodologi dan analisis data indikator);

(13)

5. Pertemuan untuk melakukan validasi data yang tersedia;

6. Analisa data dan pembuatan peta;

7.

Workshop

validasi hasil awal analisa data/tabel dan peta yang dihasilkan;

8. Penyusunan buku Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan (FSVA) Kabupaten; dan

(14)

BAB III

PENJELASAN INDIKATOR

PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN (FSVA)

TINGKAT KABUPATEN

I. ASPEK KETERSEDIAAN PANGAN

Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pangan dijelaskan bahwa

yang dimaksud dengan Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya Pangan

hasil produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional serta impor, apabila

kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan.

Ketersediaan pangan ditentukan oleh produksi pangan di wilayah tersebut,

perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok yang dimiliki

oleh pedagang dan cadangan pemerintah, dan bantuan pangan dari pemerintah atau

organisasi lainnya.

Mayoritas bahan pangan yang diproduksi maupun diimpor harus masuk terlebih

dahulu ke pasar sebelum sampai ke rumah tangga. Oleh karena itu, keberadaan

infrastruktur pasar, distribusi, dan perdagangan akan terkait erat dengan

ketersediaan pada tingkat regional dan lokal. Indikator-indikator yang termasuk

dalam aspek ketersediaan pangan adalah :

1. Rasio Warung terhadap Rumah Tangga.

(15)

1.1 Rasio Warung terhadap Rumah Tangga

Rasio Warung terhadap Rumah Tangga adalah rasio jumlah warung/kedai

makanan minuman terhadap jumlah rumah tangga. Warung/kedai makanan dan

minuman adalah usaha pangan siap saji di bangunan tetap, pembeli biasanya

tidak dikenai pajak. Sedangkan jumlah Rumah Tangga adalah jumlah rumah

tangga tahun 2014 hasil proyeksi Sensus Penduduk (SP) 2010.

Warung/kedai makanan dan minuman juga diasumsikan sebagai salah satu

tempat penyimpan atau penyedia pangan (stok pangan) yang terdapat di suatu

desa.

Oleh karena itu, semakin tinggi rasio jumlah warung/kedai makanan dan

minuman terhadap jumlah Rumah Tangga maka diasumsikan semakin baik

tingkat ketersediaan pangan di wilayah tersebut, begitu pula sebaliknya. Sumber

data:

Potensi Desa (PODES) 2014, BPS;

Jumlah Rumah Tangga tahun 2014 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.

1.2 Rasio Toko terhadap Rumah Tangga

Rasio Toko terhadap Rumah Tangga adalah rasio jumlah toko/warung

kelontong terhadap jumlah Rumah Tangga.

Toko/warung kelontong adalah tempat usaha di bangunan tetap untuk menjual

barang keperluan sehari-hari termasuk pangan didalamnya secara eceran

(16)

Sedangkan jumlah Rumah Tangga adalah jumlah rumah tangga tahun 2014

hasil proyeksi Sensus Penduduk (SP) 2010. Toko/warung kelontong

diasumsikan sebagai salah satu tempat penyimpan atau penyedia pangan (stok

pangan) yang terdapat di suatu desa. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio

Toko terhadap Rumah Tangga maka diasumsikan semakin baik tingkat

ketersediaan pangan di wilayah tersebut. Sumber data:

Potensi Desa (PODES) 2014, BPS;

Jumlah Rumah Tangga tahun 2014 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.

II. ASPEK KETERJANGKAUAN PANGAN

Keterjangkauan Pangan atau Akses terhadap Pangan adalah kemampuan rumah

tangga untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri,

stok, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan.

Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak semua

rumah tangga memiliki akses yang memadai baik secara kuantitas maupun

keragaman pangan melalui mekanisme tersebut di atas.

Ketersediaan pangan tergantung pada daya beli rumah tangga yang ditentukan oleh

penghidupan rumah tangga tersebut. Penghidupan terdiri dari kemampuan rumah

tangga, modal/aset (sumber daya alam, fisik, sumber daya manusia, ekonomi dan

sosial) dan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar

penghasilan, pangan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.

Rumah tangga yang tidak memiliki sumber penghidupan yang memadai dan

(17)

tidak stabil dan daya beli menjadi sangat terbatas, yang menyebabkan tetap miskin

dan rentan terhadap kerawanan pangan. Aspek keterjangkauan pangan, meliputi

indikator-indikator sebagai berikut:

1.Rasio Penduduk dengan Status Kesejahteraan Terendah;

2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Listrik;

3. Desa yang Tidak Memiliki Akses Penghubung Memadai.

2.1. Rasio Penduduk dengan Status Kesejahteraan Terendah

Penduduk dengan status kesejahteraan terendah adalah jumlah penduduk

dengan tingkat kesejahteraan pada Desil 1. Data tersebut diperoleh dari

Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015 yang dikoordinasikan oleh Tim

Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Data tersebut

kemudian diolah Tim FSVA menjadi rasio penduduk dengan status

kesejahteraan terendah dengan membandingkan terhadap jumlah penduduk

2015, hasil proyeksi Sensus Penduduk (SP) 2010. Sumber data:

PBDT, TNP2K 2015;

Jumlah Penduduk tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.

2.2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Listrik

Rumah tangga tanpa akses listrik adalah jumlah rumah tangga dengan

sumber penerangan utama bukan listrik. Data yang diperoleh dari

PBDT-TNP2K tersebut kemudian diolah dengan membandingkan dengan total

(18)

Secara umum, tersedianya fasilitas listrik di suatu wilayah akan membuka

peluang yang lebih besar untuk akses pekerjaan dan roda perekonomian akan

lebih berkembang. Dengan demikian hal ini juga menjadi salah satu indikasi

kesejahteraan suatu wilayah atau rumah tangga. Semakin meningkat

kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah maka kemampuan akses

masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan semakin baik pula di

wilayah tersebut. Sumber data:

PBDT, TNP2K 2015;

Jumlah Rumah Tangga tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.

2.3. Desa yang Tidak Memiliki Akses Penghubung Memadai

Merupakan desa yang tidak memiliki jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 4

atau lebih, yaitu:

1. Desa dengan sarana transportasi darat tidak dapat dilalui sepanjang tahun;

dan

2. Desa dengan sarana transportasi air namun tidak tersedia angkutan umum.

Kurangnya akses terhadap infrastruktur menyebabkan ”kemiskinan lokal”,

dimana masyarakat tinggal di daerah terisolir atau terpencil dengan kondisi

geografis yang sulit dan ketersediaan pasar yang buruk, sehingga kurang

memiliki kesempatan ekonomi dan pelayanan jasa yang memadai serta tidak

atau masih kurang dalam mendapatkan akses terhadap program

(19)

Jika suatu daerah telah memiliki jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 4

atau lebih maka dapat dikatakan bahwa wilayah tersebut memiliki jalur

distribusi pangan yang normal sehingga harga pangan pun relatif terjangkau.

Sumber data :

(20)

III. ASPEK PEMANFAATAN PANGAN

Dimensi ketiga dari ketahanan pangan adalah pemanfaatan pangan. Pemanfaatan

pangan meliputi: a) Pemanfaatan pangan yang bisa di akses oleh rumah tangga,

dan b) kemampuan individu untuk menyerap zat gizi - pemanfaatan makanan

secara efisien oleh tubuh.

Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan, dan penyiapan

makanan termasuk penggunaan air dan bahan bakar selama proses

pengolahannya serta kondisi higiene, budaya, atau kebiasaan pemberian makan

terutama untuk individu yang memerlukan jenis makanan khusus, distribusi

makanan dalam rumah tangga sesuai kebutuhan masing-masing individu

(pertumbuhan, kehamilan, menyusui, dll) dan status kesehatan masing-masing

anggota rumah tangga. Aspek pemanfaatan pangan meliputi indikator-indikator

sebagai berikut:

1. Rasio Anak Tidak Bersekolah;

2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Air Bersih;

3. Rasio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Penduduk;

4. Rasio Rumah Tangga Tanpa Fasilitas BAB (Buang Air Besar).

3.1. Rasio Anak Tidak Bersekolah

Tingkat partisipasi sekolah anak usia 7-15 tahun diperoleh berdasarkan Data

PBDT-TNP2K pada semua Desil (1-4). Semakin tinggi rasio jumlah anak yang

tidak bersekolah (7-15 tahun) terhadap jumlah anak (jumlah anak bersekolah

(21)

indikasi yang menggambarkan tingkat pemanfaatan pangan yang rendah di

desa tersebut.

Hal ini terkait pengetahuan akan pangan dan gizi yang relatif lebih terbatas

dibandingkan dengan wilayah lain dengan tingkat partisipasi anak sekolah

yang lebih baik. Sumber data:

PBDT, TNP2K 2015.

3.2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang

kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah

dimasak (Permenkes 416 Tahun 1990).

Air minum merupakan kebutuhan manusia yang penting. Air minum yang tidak

layak akan meningkatkan angka kesakitan dan menurunkan kemampuan

dalam menyerap makanan dan pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi

seseorang. Air minum yang berkualitas (layak) adalah air minum yang

terlindung meliputi: air ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal

air, penampungan air hujan (PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur

bor atau sumur pompa, yang jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan

kotoran, penampungan limbah dan pembuangan sampah.

Tidak termasuk: air kemasan, air dari penjual keliling, air yang dijual melalui

tanki, air sumur dan mata air tidak terlindung. Rumah tangga tanpa akses ke

air bersih adalah rumah tangga dengan sumber air tidak layak minum yaitu

(22)

tak terlindung (c) sungai/danau/waduk; (d) air hujan; dan (e) lainnya pada

semua desil. Sumber data:

PBDT, TNP2K 2015;

Jumlah Rumah Tangga tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.

3.3. Rasio Tenaga Kesehatan terhadap Penduduk

Tenaga kesehatan berperan dalam menurunkan angka kesakitan (morbiditas)

penduduk dan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya

makanan bergizi seimbang. Dengan demikian akan meningkatkan

kemampuan seseorang dalam menyerap makanan ke dalam tubuh dan

memanfaatkannya.

Rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk menunjukkan kemampuan

jumlah tenaga kesehatan yang ada untuk melayani masyarakat. Jumlah

tenaga kesehatan yang memadai akan meningkatkan tingkat pemanfaatan

pangan masyarakat. Tenaga kesehatan terdiri atas: (i) Dokter Umum/Spesialis

(Pria/wanita), (ii) Dokter Gigi, (iii) Bidan dan (iv) Tenaga Kesehatan lainnya

(apoteker/asisten apoteker, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi,

perawat). Sumber data:

Potensi Desa (PODES) 2014, BPS;

(23)

3.4. Rasio Rumah Tangga Tanpa Fasilitas Tempat Buang Air Besar (BAB)

Keberadaan fasilitas BAB pada rumah tangga menjadi salah satu indikasi

bahwa sanitasi di rumah tangga tersebut cukup memadai. Dengan sanitasi

yang baik, akan menjaga dan meningkatkan kesehatan sehingga

pemanfaatan pangan di rumah tangga tersebut akan lebih baik. Rumah

tangga yang tidak memiliki fasilitas sanitasi memadai adalah rumah tangga

yang tidak memiliki fasilitas tempat BAB di semua Desil (I, II, III, dan IV).

Sumber data:

PBDT, TNP2K 2015;

(24)

BAB IV

HASIL ANALISIS PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN

(FSVA) TINGKAT KABUPATEN

I. Hasil Analisis Indikator Aspek Ketersediaan Pangan

Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data, dari 438 desa/kelurahan di DIY

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 3. Hasil Analisis Indikator Aspek Ketersediaan Pangan

No Nama Kab Nama Kec Nama desa

10. kulon progo temon kaligintung

19. kulon progo wates ngestiharjo

(25)

21. kulon progo wates bendungan

24. kulon progo panjatan garongan

27. kulon progo panjatan kanoman

30. kulon progo panjatan tayuban

31. kulon progo panjatan gotakan

32. kulon progo panjatan panjatan

34. kulon progo panjatan krembangan

42. kulon progo lendah wahyuharjo

47. kulon progo lendah ngentakrejo

48. kulon progo sentolo demangrejo

49. kulon progo sentolo srikayangan

51. kulon progo sentolo salamrejo

52. kulon progo sentolo sukoreno

53. kulon progo sentolo kaliagung

(26)

55. kulon progo sentolo banguncipto

56. kulon progo pengasih tawangsari

57. kulon progo pengasih karangsari

58. kulon progo pengasih kedungsari

59. kulon progo pengasih margosari

60. kulon progo pengasih pengasih

61. kulon progo pengasih sendangsari

62. kulon progo pengasih sidomulyo

63. kulon progo kokap hargomulyo

65. kulon progo kokap hargowilis

67. kulon progo kokap hargotirto

68. kulon progo girimulyo jatimulyo

69. kulon progo girimulyo giripurwo

70. kulon progo girimulyo pendoworejo

71. kulon progo girimulyo purwosari

72. kulon progo nanggulan banyuroto

73. kulon progo nanggulan donomulyo

74. kulon progo nanggulan wijimulyo

75. kulon progo nanggulan tanjungharjo

76. kulon progo nanggulan jati sarono

77. kulon progo nanggulan kembang

78. kulon progo kalibawang banjararum

79. kulon progo kalibawang banjarasri

80. kulon progo kalibawang banjarharjo

81. kulon progo kalibawang banjaroyo

82. kulon progo samigaluh kebon harjo

83. kulon progo samigaluh banjarsari

84. kulon progo samigaluh purwoharjo

85. kulon progo samigaluh sidoharjo

86. kulon progo samigaluh gerbosari

87. kulon progo samigaluh ngargosari

88. kulon progo samigaluh pagerharjo

(27)

89. bantul srandakan poncosari

90. bantul srandakan trimurti

91. bantul sanden gadingsari

92. bantul sanden gadingharjo

94. bantul sanden murtigading

95. bantul kretek tirtohargo

96. bantul kretek parangtritis

99. bantul kretek tirtomulyo

100. bantul pundong seloharjo

101. bantul pundong panjangrejo

102. bantul pundong srihardono

103. bantul bambang lipuro sidomulyo

104. bantul bambang lipuro mulyodadi

105. bantul bambang lipuro sumbermulyo

106. bantul pandak caturharjo

107. bantul pandak triharjo

108. bantul pandak gilangharjo

109. bantul pandak wijirejo

110. bantul bantul palbapang

111. bantul bantul ringin harjo

112. bantul bantul bantul

113. bantul bantul trirenggo

114. bantul bantul sabdodadi

115. bantul jetis patalan

117. bantul jetis sumber agung

118. bantul jetis trimulyo

119. bantul imogiri selopamioro

120. bantul imogiri sriharjo

121. bantul imogiri kebon agung

(28)

123. bantul imogiri girirejo

124. bantul imogiri karangtalun

125. bantul imogiri imogiri

126. bantul imogiri wukirsari

127. bantul dlingo mangunan

128. bantul dlingo muntuk

129. bantul dlingo dlingo

130. bantul dlingo temuwuh

131. bantul dlingo jatimulyo

132. bantul dlingo terong

133. bantul pleret wonokromo

134. bantul pleret pleret

135. bantul pleret segoroyoso

136. bantul pleret bawuran

137. bantul pleret wonolelo

138. bantul piyungan sitimulyo

139. bantul piyungan srimulyo

140. bantul piyungan srimartani

141. bantul banguntapan tamanan

142. bantul banguntapan jagalan

143. bantul banguntapan singosaren

144. bantul banguntapan wirokerten

145. bantul banguntapan jambidan

146. bantul banguntapan potorono

147. bantul banguntapan baturetno

148. bantul banguntapan banguntapan

149. bantul sewon pendowoharjo

150. bantul sewon timbulharjo

151. bantul sewon bangunharjo

152. bantul sewon panggungharjo

153. bantul kasihan bangunjiwo

154. bantul kasihan tirtonirmolo

155. bantul kasihan tamantirto

156. bantul kasihan ngestiharjo

(29)

157. bantul pajangan triwidadi

158. bantul pajangan sendangsari

159. bantul pajangan guwosari

160. bantul sedayu argodadi

161. bantul sedayu argorejo

162. bantul sedayu argosari

163. bantul sedayu argomulyo

164. gunung kidul panggang giriharjo

165. gunung kidul panggang giriwungu

166. gunung kidul panggang girimulyo

167. gunung kidul panggang girikarto

168. gunung kidul panggang girisekar

169. gunung kidul panggang girisuko

170. gunung kidul purwosari girijati

171. gunung kidul purwosari giriasih

172. gunung kidul purwosari giricahyo

173. gunung kidul purwosari giripurwo

174. gunung kidul purwosari giritirto

175. gunung kidul paliyan karang duwet

176. gunung kidul paliyan karang asem

177. gunung kidul paliyan mulusan

178. gunung kidul paliyan giring

179. gunung kidul paliyan sodo

180. gunung kidul paliyan pampang

181. gunung kidul paliyan grogol

182. gunung kidul sapto sari krambil sawit

183. gunung kidul sapto sari kanigoro

184. gunung kidul sapto sari planjan

185. gunung kidul sapto sari monggol

186. gunung kidul sapto sari kepek

187. gunung kidul sapto sari nglora

188. gunung kidul sapto sari jetis

189. gunung kidul tepus sidoharjo

190. gunung kidul tepus tepus

(30)

191. gunung kidul tepus purwodadi

192. gunung kidul tepus giripanggung

193. gunung kidul tepus sumber wungu

194. gunung kidul tanjungsari kemadang

195. gunung kidul tanjungsari kemiri

196. gunung kidul tanjungsari banjarejo

197. gunung kidul tanjungsari ngestirejo

198. gunung kidul tanjungsari hargosari

199. gunung kidul rongkop melikan

200. gunung kidul rongkop bohol

201. gunung kidul rongkop pringombo

202. gunung kidul rongkop botodayakan

203. gunung kidul rongkop petir

204. gunung kidul rongkop semugih

205. gunung kidul rongkop karangwuni

206. gunung kidul rongkop pucanganom

207. gunung kidul girisubo balong

208. gunung kidul girisubo jepitu

209. gunung kidul girisubo karangawen

210. gunung kidul girisubo tileng

211. gunung kidul girisubo nglindur

212. gunung kidul girisubo jerukwudel

213. gunung kidul girisubo pucung

214. gunung kidul girisubo songbanyu

215. gunung kidul semanu pacarejo

216. gunung kidul semanu candirejo

217. gunung kidul semanu dadapayu

218. gunung kidul semanu ngeposari

219. gunung kidul semanu semanu

220. gunung kidul ponjong gombang

221. gunung kidul ponjong sidorejo

222. gunung kidul ponjong bedoyo

223. gunung kidul ponjong karang asem

224. gunung kidul ponjong ponjong

(31)

225. gunung kidul ponjong genjahan

226. gunung kidul ponjong sumber giri

227. gunung kidul ponjong kenteng

228. gunung kidul ponjong tambakromo

229. gunung kidul ponjong sawahan

230. gunung kidul ponjong umbul rejo

231. gunung kidul karangmojo bendungan

232. gunung kidul karangmojo bejiharjo

233. gunung kidul karangmojo wiladeg

234. gunung kidul karangmojo kelor

235. gunung kidul karangmojo ngipak

236. gunung kidul karangmojo karangmojo

237. gunung kidul karangmojo gedang rejo

238. gunung kidul karangmojo ngawis

239. gunung kidul karangmojo jati ayu

240. gunung kidul wonosari wunung

241. gunung kidul wonosari mulo

242. gunung kidul wonosari duwet

243. gunung kidul wonosari wareng

244. gunung kidul wonosari pulutan

245. gunung kidul wonosari siraman

246. gunung kidul wonosari karang rejek

247. gunung kidul wonosari baleharjo

248. gunung kidul wonosari selang

249. gunung kidul wonosari wonosari

250. gunung kidul wonosari kepek

251. gunung kidul wonosari piyaman

252. gunung kidul wonosari karang tengah

253. gunung kidul wonosari gari

254. gunung kidul playen banyusoco

255. gunung kidul playen plembutan

256. gunung kidul playen bleberan

257. gunung kidul playen getas

258. gunung kidul playen dengok

(32)

259. gunung kidul playen ngunut

260. gunung kidul playen playen

261. gunung kidul playen ngawu

262. gunung kidul playen bandung

263. gunung kidul playen logandeng

264. gunung kidul playen gading

265. gunung kidul playen banaran

266. gunung kidul playen ngleri

267. gunung kidul patuk semoyo

268. gunung kidul patuk pengkok

270. gunung kidul patuk bunder

271. gunung kidul patuk nglegi

272. gunung kidul patuk putat

273. gunung kidul patuk salam

274. gunung kidul patuk patuk

275. gunung kidul patuk ngoro oro

276. gunung kidul patuk nglanggeran

277. gunung kidul patuk terbah

278. gunung kidul gedang sari ngalang

279. gunung kidul gedang sari hargo mulyo

280. gunung kidul gedang sari mertelu

281. gunung kidul gedang sari tegalrejo

282. gunung kidul gedang sari watu gajah

283. gunung kidul gedang sari sampang

284. gunung kidul gedang sari serut

285. gunung kidul nglipar kedung keris

286. gunung kidul nglipar nglipar

287. gunung kidul nglipar pengkol

288. gunung kidul nglipar kedungpoh

289. gunung kidul nglipar katongan

290. gunung kidul nglipar pilang rejo

291. gunung kidul nglipar natah

292. gunung kidul ngawen watu sigar

(33)

293. gunung kidul ngawen beji

294. gunung kidul ngawen kampung

295. gunung kidul ngawen jurang jero

296. gunung kidul ngawen sambirejo

297. gunung kidul ngawen tancep

298. gunung kidul semin kalitekuk

299. gunung kidul semin kemejing

300. gunung kidul semin semin

301. gunung kidul semin pundung sari

302. gunung kidul semin karang sari

303. gunung kidul semin rejosari

304. gunung kidul semin bulurejo

305. gunung kidul semin bendung

306. gunung kidul semin sumberrejo

307. gunung kidul semin candi rejo

308. sleman moyudan sumberrahayu

309. sleman moyudan sumbersari

310. sleman moyudan sumber agung

311. sleman moyudan sumberarum

312. sleman minggir sendang mulyo

313. sleman minggir sendang arum

314. sleman minggir sendang rejo

315. sleman minggir sendangsari

316. sleman minggir sendangagung

317. sleman seyegan margoluwih

318. sleman seyegan margodadi

319. sleman seyegan margomulyo

320. sleman seyegan margoagung

321. sleman seyegan margokaton

322. sleman godean sidorejo

323. sleman godean sidoluhur

324. sleman godean sidomulyo

325. sleman godean sidoagung

326. sleman godean sidokarto

(34)

327. sleman godean sidoarum

328. sleman godean sidomoyo

329. sleman gamping balecatur

330. sleman gamping ambarketawang

331. sleman gamping banyuraden

332. sleman gamping nogotirto

333. sleman gamping trihanggo

334. sleman mlati tirtoadi

335. sleman mlati sumberadi

336. sleman mlati tlogoadi

337. sleman mlati sendangadi

338. sleman mlati sinduadi

339. sleman depok catur tunggal

340. sleman depok maguwoharjo

341. sleman depok condong catur

342. sleman berbah sendang tirto

343. sleman berbah tegal tirto

344. sleman berbah jogo tirto

345. sleman berbah kali tirto

346. sleman prambanan sumber harjo

347. sleman prambanan wukir harjo

348. sleman prambanan gayam harjo

349. sleman prambanan sambi rejo

350. sleman prambanan madu rejo

351. sleman prambanan boko harjo

352. sleman kalasan purwo martani

353. sleman kalasan tirto martani

354. sleman kalasan taman martani

355. sleman kalasan selo martani

356. sleman ngemplak wedomartani

357. sleman ngemplak umbulmartani

358. sleman ngemplak widodo martani

359. sleman ngemplak bimo martani

360. sleman ngemplak sindumartani

(35)

361. sleman ngaglik sari harjo

362. sleman ngaglik sinduharjo

363. sleman ngaglik minomartani

364. sleman ngaglik suko harjo

365. sleman ngaglik sardonoharjo

366. sleman ngaglik donoharjo

367. sleman sleman catur harjo

368. sleman sleman triharjo

369. sleman sleman tridadi

370. sleman sleman pandowo harjo

372. sleman tempel banyu rejo

373. sleman tempel tambak rejo

374. sleman tempel sumber rejo

375. sleman tempel pondok rejo

377. sleman tempel margo rejo

378. sleman tempel lumbung rejo

379. sleman tempel merdiko rejo

380. sleman turi bangun kerto

381. sleman turi donokerto

384. sleman pakem purwo binangun

385. sleman pakem candi binangun

386. sleman pakem harjo binangun

387. sleman pakem pakem binangun

388. sleman pakem hargo binangun

389. sleman cangkringan wukir sari

390. sleman cangkringan argo mulyo

391. sleman cangkringan glagah harjo

392. sleman cangkringan kepuh harjo

393. sleman cangkringan umbul harjo

394. yogyakarta mantrijeron gedongkiwo

(36)

395. yogyakarta mantrijeron suryodiningratan

396. yogyakarta mantrijeron mantrijeron

397. yogyakarta kraton patehan

398. yogyakarta kraton panembahan

399. yogyakarta kraton kadipaten

400. yogyakarta mergangsan brontokusuman

401. yogyakarta mergangsan keparakan

402. yogyakarta mergangsan wirogunan

403. yogyakarta umbulharjo giwangan

404. yogyakarta umbulharjo sorosutan

405. yogyakarta umbulharjo pandeyan

406. yogyakarta umbulharjo warungboto

407. yogyakarta umbulharjo tahunan

408. yogyakarta umbulharjo muja muju

409. yogyakarta umbulharjo semaki

410. yogyakarta kotagede prenggan

411. yogyakarta kotagede purbayan

412. yogyakarta kotagede rejowinangun

413. yogyakarta gondokusuman baciro

414. yogyakarta gondokusuman demangan

415. yogyakarta gondokusuman klitren

416. yogyakarta gondokusuman kotabaru

417. yogyakarta gondokusuman terban

418. yogyakarta danurejan suryatmajan

419. yogyakarta danurejan tegal panggung

420. yogyakarta danurejan bausasran

421. yogyakarta pakualaman purwo kinanti

422. yogyakarta pakualaman gunung ketur

423. yogyakarta gondomanan prawirodirjan

424. yogyakarta gondomanan ngupasan

425. yogyakarta ngampilan notoprajan

426. yogyakarta ngampilan ngampilan

427. yogyakarta wirobrajan patangpuluhan

428. yogyakarta wirobrajan wirobrajan

(37)

429. yogyakarta wirobrajan pakuncen

0,0278

0,1778

4,0000

0,0207

0,2996 2,0000

430. yogyakarta gedong tengen pringgokusuman 0,0647

0,1409

4,0000

0,0047

0,3155 1,0000

431. yogyakarta gedong tengen sosromenduran 0,0114

0,1942

4,0000

0,0087

0,3116 1,0000

432. yogyakarta jetis bumijo

0,0029

0,2027

2,0000

0,0271

0,2932 2,0000

433. yogyakarta jetis gowongan

0,0039

0,2017

2,0000

0,0171

0,3032 1,0000

434. yogyakarta jetis cokrodiningratan 0,0560

0,1496

4,0000

0,0437

0,2765 4,0000

435. yogyakarta tegalrejo tegalrejo

0,0267

0,1789

4,0000

0,0606

0,2597 4,0000

436. yogyakarta tegalrejo bener

0,0203

0,1853

4,0000

0,0054

0,3149 1,0000

437. yogyakarta tegalrejo kricak

0,0025

0,2031

1,0000

0,0361

0,2842 3,0000

438. yogyakarta tegalrejo karangwaru

0,0301

0,1755

4,0000

0,0780

0,2423 4,0000

Sesuai dengan hasil analisa dan pengolahan data, untuk rasio warung terhadap

rumah tangga, dari 438 desa/kelurahan masih terdapat 110 desa potensi sangat

rentan, dengan kondisi terindikasi masih ada desa/kelurahan dengan jumlah warung

kurang merata, 109 desa/kelurahan potensi rentan, dengan kondisi terindikasi

desa/kelurahan jumlah warung cukup merata, 110 desa/kelurahan potensi tahan,

dengan kondisi desa/kelurahan jumlah warung merata dan 109 desa/kelurahan

sangat tahan, dengan kondisi desa/kelurahan jumlah warung sangat merata.

Sedangkan untuk rasio toko terhadap rumah tangga dari 438 desa/kelurahan masih

terdapat 110 desa potensi sangat rentan, dengan kondisi masih ada desa/kelurahan

dengan jumlah toko kurang merata, 110 desa/kelurahan potensi rentan, dengan

kondisi desa/kelurahan jumlah toko cukup merata, 109 desa/kelurahan tahan dengan

kondisi desa/kelurahan jumlah toko merata dan 109 desa/kelurahan sangat tahan

dengan kondisi desa/kelurahan jumlah toko sangat merata.

Hal ini menunjukan bahwa jumlah warung dan toko yang berada di daerah

(38)

tangga atau perbandingan antara jumlah warung dan toko dengan jumlah rumah

tangga tidak sebanding.

II. Hasil Analisis Indikator Aspek Akses Pangan

Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data, dari 438 desa/kelurahan di DIY

didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil Analisa Indikator Rasio Penduduk dengan Tingkat Kesejahteraan Terendah,

Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Listrik dan Desa Tanpa Akses Roda 4

No Nama Kab Nama Kec Nama desa 3. Rasio

10. kulon progo temon kaligintung

19. kulon progo wates ngestiharjo

(39)

21. kulon progo wates bendungan

24. kulon progo panjatan garongan

27. kulon progo panjatan kanoman

30. kulon progo panjatan tayuban

31. kulon progo panjatan gotakan

32. kulon progo panjatan panjatan

34. kulon progo panjatan krembangan

42. kulon progo lendah wahyuharjo

47. kulon progo lendah ngentakrejo

48. kulon progo sentolo demangrejo

49. kulon progo sentolo srikayangan

51. kulon progo sentolo salamrejo

52. kulon progo sentolo sukoreno

53. kulon progo sentolo kaliagung

(40)

55. kulon progo sentolo banguncipto

56. kulon progo pengasih tawangsari

57. kulon progo pengasih karangsari

58. kulon progo pengasih kedungsari

59. kulon progo pengasih margosari

60. kulon progo pengasih pengasih

61. kulon progo pengasih sendangsari

62. kulon progo pengasih sidomulyo

63. kulon progo kokap hargomulyo

65. kulon progo kokap hargowilis

67. kulon progo kokap hargotirto

68. kulon progo girimulyo jatimulyo

69. kulon progo girimulyo giripurwo

70. kulon progo girimulyo pendoworejo

71. kulon progo girimulyo purwosari

72. kulon progo nanggulan banyuroto

73. kulon progo nanggulan donomulyo

74. kulon progo nanggulan wijimulyo

75. kulon progo nanggulan tanjungharjo

76. kulon progo nanggulan jati sarono

77. kulon progo nanggulan kembang

78. kulon progo kalibawang banjararum

79. kulon progo kalibawang banjarasri

80. kulon progo kalibawang banjarharjo

81. kulon progo kalibawang banjaroyo

82. kulon progo samigaluh kebon harjo

83. kulon progo samigaluh banjarsari

84. kulon progo samigaluh purwoharjo

85. kulon progo samigaluh sidoharjo

86. kulon progo samigaluh gerbosari

87. kulon progo samigaluh ngargosari

88. kulon progo samigaluh pagerharjo

(41)

89. bantul srandakan poncosari

90. bantul srandakan trimurti

91. bantul sanden gadingsari

92. bantul sanden gadingharjo

94. bantul sanden murtigading

95. bantul kretek tirtohargo

96. bantul kretek parangtritis

99. bantul kretek tirtomulyo

100. bantul pundong seloharjo

101. bantul pundong panjangrejo

102. bantul pundong srihardono

103. bantul bambang lipuro sidomulyo

104. bantul bambang lipuro mulyodadi

105. bantul bambang lipuro sumbermulyo

106. bantul pandak caturharjo

107. bantul pandak triharjo

108. bantul pandak gilangharjo

109. bantul pandak wijirejo

110. bantul bantul palbapang

111. bantul bantul ringin harjo

112. bantul bantul bantul

113. bantul bantul trirenggo

114. bantul bantul sabdodadi

115. bantul jetis patalan

117. bantul jetis sumber agung

118. bantul jetis trimulyo

119. bantul imogiri selopamioro

120. bantul imogiri sriharjo

121. bantul imogiri kebon agung

(42)

123. bantul imogiri girirejo

124. bantul imogiri karangtalun

125. bantul imogiri imogiri

126. bantul imogiri wukirsari

127. bantul dlingo mangunan

128. bantul dlingo muntuk

129. bantul dlingo dlingo

130. bantul dlingo temuwuh

131. bantul dlingo jatimulyo

132. bantul dlingo terong

133. bantul pleret wonokromo

134. bantul pleret pleret

135. bantul pleret segoroyoso

136. bantul pleret bawuran

137. bantul pleret wonolelo

138. bantul piyungan sitimulyo

139. bantul piyungan srimulyo

140. bantul piyungan srimartani

141. bantul banguntapan tamanan

142. bantul banguntapan jagalan

143. bantul banguntapan singosaren

144. bantul banguntapan wirokerten

145. bantul banguntapan jambidan

146. bantul banguntapan potorono

147. bantul banguntapan baturetno

148. bantul banguntapan banguntapan

149. bantul sewon pendowoharjo

150. bantul sewon timbulharjo

151. bantul sewon bangunharjo

152. bantul sewon panggungharjo

153. bantul kasihan bangunjiwo

154. bantul kasihan tirtonirmolo

155. bantul kasihan tamantirto

156. bantul kasihan ngestiharjo

(43)

157. bantul pajangan triwidadi

158. bantul pajangan sendangsari

159. bantul pajangan guwosari

160. bantul sedayu argodadi

161. bantul sedayu argorejo

162. bantul sedayu argosari

163. bantul sedayu argomulyo

164. gunung kidul panggang giriharjo

165. gunung kidul panggang giriwungu

166. gunung kidul panggang girimulyo

167. gunung kidul panggang girikarto

168. gunung kidul panggang girisekar

169. gunung kidul panggang girisuko

170. gunung kidul purwosari girijati

171. gunung kidul purwosari giriasih

172. gunung kidul purwosari giricahyo

173. gunung kidul purwosari giripurwo

174. gunung kidul purwosari giritirto

175. gunung kidul paliyan karang duwet

176. gunung kidul paliyan karang asem

177. gunung kidul paliyan mulusan

178. gunung kidul paliyan giring

179. gunung kidul paliyan sodo

180. gunung kidul paliyan pampang

181. gunung kidul paliyan grogol

182. gunung kidul sapto sari krambil sawit

183. gunung kidul sapto sari kanigoro

184. gunung kidul sapto sari planjan

185. gunung kidul sapto sari monggol

186. gunung kidul sapto sari kepek

187. gunung kidul sapto sari nglora

188. gunung kidul sapto sari jetis

189. gunung kidul tepus sidoharjo

190. gunung kidul tepus tepus

(44)

191. gunung kidul tepus purwodadi

192. gunung kidul tepus giripanggung

193. gunung kidul tepus sumber wungu

194. gunung kidul tanjungsari kemadang

195. gunung kidul tanjungsari kemiri

196. gunung kidul tanjungsari banjarejo

197. gunung kidul tanjungsari ngestirejo

198. gunung kidul tanjungsari hargosari

199. gunung kidul rongkop melikan

200. gunung kidul rongkop bohol

201. gunung kidul rongkop pringombo

202. gunung kidul rongkop botodayakan

203. gunung kidul rongkop petir

204. gunung kidul rongkop semugih

205. gunung kidul rongkop karangwuni

206. gunung kidul rongkop pucanganom

207. gunung kidul girisubo balong

208. gunung kidul girisubo jepitu

209. gunung kidul girisubo karangawen

210. gunung kidul girisubo tileng

211. gunung kidul girisubo nglindur

212. gunung kidul girisubo jerukwudel

213. gunung kidul girisubo pucung

214. gunung kidul girisubo songbanyu

215. gunung kidul semanu pacarejo

216. gunung kidul semanu candirejo

217. gunung kidul semanu dadapayu

218. gunung kidul semanu ngeposari

219. gunung kidul semanu semanu

220. gunung kidul ponjong gombang

221. gunung kidul ponjong sidorejo

222. gunung kidul ponjong bedoyo

223. gunung kidul ponjong karang asem

224. gunung kidul ponjong ponjong

(45)

225. gunung kidul ponjong genjahan

226. gunung kidul ponjong sumber giri

227. gunung kidul ponjong kenteng

228. gunung kidul ponjong tambakromo

229. gunung kidul ponjong sawahan

230. gunung kidul ponjong umbul rejo

231. gunung kidul karangmojo bendungan

232. gunung kidul karangmojo bejiharjo

233. gunung kidul karangmojo wiladeg

234. gunung kidul karangmojo kelor

235. gunung kidul karangmojo ngipak

236. gunung kidul karangmojo karangmojo

237. gunung kidul karangmojo gedang rejo

238. gunung kidul karangmojo ngawis

239. gunung kidul karangmojo jati ayu

240. gunung kidul wonosari wunung

241. gunung kidul wonosari mulo

242. gunung kidul wonosari duwet

243. gunung kidul wonosari wareng

244. gunung kidul wonosari pulutan

245. gunung kidul wonosari siraman

246. gunung kidul wonosari karang rejek

247. gunung kidul wonosari baleharjo

248. gunung kidul wonosari selang

249. gunung kidul wonosari wonosari

250. gunung kidul wonosari kepek

251. gunung kidul wonosari piyaman

252. gunung kidul wonosari karang tengah

253. gunung kidul wonosari gari

254. gunung kidul playen banyusoco

255. gunung kidul playen plembutan

256. gunung kidul playen bleberan

257. gunung kidul playen getas

258. gunung kidul playen dengok

Gambar

Gambar 1.1. Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi (WFP, Januari 2009)
Tabel 1. Indikator Ketahanan dan Kerawanan Pangan
Tabel 2. Jenis Data, Cakupan Data dan Sumber Data
Tabel 3. Hasil Analisis Indikator Aspek Ketersediaan Pangan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Kepada seluruh peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang merasa keberatan atas ditetapkannya pemenang tersebut di atas, dapat mengajukan sanggahan secara online kepada Pokja

Terdapat banyak metode sistem prediksi yang dapat diimplementasikan pada auto-scaling untuk menjaga efisiensi resource server bagi kebutuhan terhadap layanan

Kepada seluruh peserta Pengadaan Jasa Konsultansi yang merasa keberatan atas ditetapkannya pemenang tersebut di atas, dapat mengajukan sanggahan kepada Pokja Jasa

Kecemasan akan lebih dirasakan pada ibu hamil yang disertai preeklampsia, karena risiko yang jauh lebih besar saat hamil dan persalinan.. Wanita dengan status ekonomi baik akan

Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi oleh virus yang ditandai dengan suhu tubuh pasien >37 o C, akral hangat/ panas, takikardia, dan nafas cepat.. Hipertermi berhubungan

Model pembelajaran ini dikembangkan oleh tokoh bernama Suchman, dengan teori sebagai berikut : 1) secara alami para mahasiswa akan mencari sesuatu segera

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Wan Vidi Rukmana (2013) memperoleh hasil bahwa secara persial variabel Pajak dan Retribusi Daerah tidak berpengaruh secara

Jangka w aktu penaw aran tidak sesuai dengan yang diper syar atkan dalam LDP. Demikian Berita Acar a ini dibuat, untuk diper gunakan