BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pemenuhan kebutuhan pangan dan menjaga ketahanan pangan menjadi semakin
penting bagi Indonesia karena jumlah penduduknya sangat besar dengan cakupan
geografis yang luas dan tersebar. Untuk itu upaya peningkatan ketahanan pangan
dan gizi di satu daerah, sangat penting guna mengetahui mengenai siapa, berapa
banyak yang rentan terhadap kerawanan pangan dan gizi serta dimana mereka
tinggal lalu apa saja sebenarnya yang membuat mereka rentan. Untuk
mewujudkan pengelolaan program ketahanan pangan yang efektif, diperlukan
informasi ketahanan pangan yang akurat dan tertata dengan baik, sehingga dapat
dilakukan intervensi efektif secara anggaran maupun program yang terkait dengan
ketahanan pangan dan gizi. Salah satu upaya untuk memenuhi tersedianya
informasi mengenai situasi ketahanan dan kerentanan pangan suatu daerah,
maka dilaksanakan monitoring situasi ketahanan pangan wilayah melalui
penyusunan dan pengembangan peta situasi ketahanan pangan. Melalui
pengembangan peta tersebut diharapkan dapat menjadi instrumen pemetaan
yang komprehensif terkait kerawanan pangan dan gizi di seluruh wilayah
Indonesia. Penyusunan peta digunakan untuk meningkatkan akurasi penentuan
sasaran, menyediakan informasi untuk para penentu kebijakan sehingga dapat
meningkatkan kualitas perencanaan dan program dalam mengurangi prevalensi
sama dengan World Food Programme (WFP) untuk memperkuat pemahaman ini
melalui pengembangan peta ketahanan pangan dan gizi. Peta ini berfungsi
sebagai alat untuk meningkatkan pencapaian sasaran dan memberi informasi
kepada proses pembuatan kebijakan di bidang ketahanan pangan dan gizi. Kerja
sama tersebut telah menghasilkan Peta Kerawanan Pangan (
Food Security Atlas
–
FIA) pada tahun 2005 dengan cakupan wilayah analisis sampai dengan tingkat
kabupaten. Peta tersebut kemudian dimutakhirkan dan diubah menjadi Peta
Ketahanan dan Kerentanan Pangan (
Food Security and Vurnerability Atlas
–
FSVA) pada tahun 2009. Peta tersebut terakhir dimutakhirkan pada tahun 2015.
Sebagai tindak lanjut penyusunan FSVA Nasional, pada tahun 2010 mulai disusun
FSVA Provinsi dengan unit analisa sampai dengan tingkat kecamatan. Peta
tersebut terakhir dimutakhirkan pada tahun 2014. Untuk mempertajam tingkat
analisis ketahanan pangan dan kerentanan pangan pada tahun 2012 mulai
disusun FSVA Kabupaten dengan tingkat analisa sampai dengan level desa. Peta
ini mengklasifikasikan desa pada kabupaten berdasarkan tingkat kerentanan
terhadap kerawanan pangan. Seperti halnya FSVA Nasional dan Provinsi, FSVA
Kabupaten menyediakan sarana bagi para pengambil keputusan untuk secara
cepat dalam mengidentifikasi daerah yang lebih rentan, dimana investasi dari
berbagai sektor seperti pelayanan jasa, pembangunan manusia dan infrastruktur
yang berkaitan dengan ketahanan pangan dapat memberikan dampak yang lebih
baik terhadap penghidupan, ketahanan pangan dan gizi masyarakat pada tingkat
desa. Pada tahun 2016 kembali akan dilakukan penyempurnaan atas FSVA
dan perkembangan situasi ketahanan pangan yang ada pada tingkat kabupaten.
Penyusunan FSVA Kabupaten ini juga untuk menganalisa lebih lanjut hasil yang
diperoleh pada FSVA Nasional dan Provinsi pada tahun 2014 dan 2015. Buku
Peta FSVA ini selain memberikan pedoman atau arahan teknis juga memberikan
latar belakang pemilihan indikator dan metodologi dalam proses penyusunan Peta
Ketahanan dan Kerentanan
–
FSVA Kabupaten dengan dengan analisisnya
sesuai kondisi geografis dengan segala faktor pendukung dan ketersediaan data.
1.2. KERANGKA KONSEP KETAHANAN PANGAN DAN GIZI
Definisi Ketahanan Pangan berdasarkan Undang Undang Pangan No. 18 tahun
2012 adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan
perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah
maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat
hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Sebagaimana FSVA
tahun-tahun sebelumnya, FSVA Kabupaten 2016 disusun berdasarkan tiga pilar
ketahanan pangan: (i)
ketersediaan pangan
; (ii)
keterjangkauan pangan
; dan
(iii)
pemanfaatan pangan
.
Ketersediaan pangan
adalah kondisi tersedianya
pangan dari hasil produksi dalam negeri, cadangan pangan, serta pemasukan
pangan (termasuk didalamnya impor dan bantuan pangan), apabila kedua sumber
utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan dapat dihitung
Akses atau keterjangkauan pangan
adalah
kemampuan rumah tangga untuk
memperoleh
cukup pangan yang bergizi, melalui satu atau kombinasi dari
berbagai sumber seperti: produksi dan persediaan sendiri, pembelian, barter,
hadiah, pinjaman dan bantuan pangan. Pangan mungkin tersedia di suatu daerah
tetapi tidak dapat diakses oleh rumah tangga tertentu jika mereka tidak mampu
secara fisik, ekonomi atau sosial, mengakses jumlah dan keragaman makanan
yang cukup.
Pemanfaatan pangan
merujuk pada
penggunaan pangan oleh
rumah tangga
dan
kemampuan individu
untuk menyerap dan memetabolisme
zat gizi. Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan dan
penyiapan makanan, keamanan air untuk minum dan memasak, kondisi
kebersihan, kebiasaan pemberian makan (terutama bagi individu dengan
kebutuhan makanan khusus), distribusi makanan dalam rumah tangga sesuai
dengan kebutuhan individu (pertumbuhan, kehamilan dan menyusui), dan status
kesehatan setiap anggota rumah tangga.
Dampak gizi dan kesehatan
merujuk
pada status gizi individu, termasuk defisiensi mikronutrien, pencapaian morbiditas
dan mortalitas. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pangan, serta
praktek-praktek perawatan umum, memiliki kontribusi terhadap dampak keadaan gizi pada
kesehatan masyarakat dan penanganan penyakit yang lebih luas.
Kerentanan dalam Peta ini selanjutnya merujuk pada kerentanan terhadap
kerawanan pangan dan gizi
. Tingkat kerentanan individu, rumah tangga atau
kelompok masyarakat ditentukan oleh pemahaman terhadap faktor-faktor risiko
Gambar 1.1.
Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi (WFP, Januari 2009)
1.3. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan dari penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan
(Food Security and Vulnerability
Atlas
/ FSVA) tingkat desa adalah menyediakan
informasi bagi pengambil keputusan dalam perencanaan program, penentuan
target serta intervensi kerawanan pangan dan gizi di Kabupaten, sehingga FSVA
1. Dimana daerah yang rentan terhadap kerawanan pangan?
Lokasi (Desa Se DIY).
2. Mengapa daerah tersebut rentan terhadap kerawanan pangan?
Rasio jumlah warung dan toko terhadap rumah tangga, rasio jumlah penduduk
dengan tingkat kesejahteraan terendah, rasio rumah tangga dapat mengakses
listrik, jumlah desa tidak dapat dilalui roda 4, rasio anak usia 7 - 15 tahun tidak
bersekolah, rasio rumah tangga tanpa akses air bersih dan BAB dan rasio
tenaga kesehatan dengan jumlah penduduk.
3. Berapa jumlah penduduk yang rentan terhadap kerawanan pangan?
Estimasi jumlah penduduk di daerah yang rentan terhadap rawan pangan.
Adapun bentuk penyajian hasil penyusunan FSVA tingkat desa di DIY adalah
sebagai berikut :
1. Tersusunnya indikator Ketahanan dan Kerentanan Pangan tingkat desa di DIY
dengan rincian sebagai berikut : kategori ketersediaan pangan (2 indikator),
Akses terhadap pangan dan penghidupan (3 indikator), pemanfaatan pangan (4
indikator)
2. Peta ketahanan dan kerentanan pangan berdasarkan masing-masing indikator
tunggal dan komposit, dengan perincian sebagai berikut : 9 peta kerawanan
BAB II
INDIKATOR PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN (FSVA)
TINGKAT KABUPATEN
2.1.RINGKASAN INDIKATOR TERHADAP KERAWANAN PANGAN
Kerawanan pangan dan gizi adalah masalah multi-dimensional yang memerlukan
analisis dari sejumlah parameter yang berbeda yang berada di luar cakupan
masalah produksi pangan semata, dengan tidak ada satu ukuran yang langsung
dapat mengukur masalah ini. Kompleksitas masalah ketahanan pangan dan gizi
dapat dikurangi dengan mengelompokkan indikator
proxy
ke dalam tiga kelompok
yang
berbeda
tetapi
saling
berhubungan,
yaitu
ketersediaan
pangan,
keterjangkauan/akses rumah tangga terhadap pangan dan pemanfaatan pangan
secara individu. Pertimbangan gizi, termasuk ketersediaan dan keterjangkauan
bahan pangan bergizi tersebar dalam ketiga kelompok tersebut. Sembilan indikator
yang dipilih telah melalui proses penelaahan Tim Pengarah dan Kelompok Kerja
Teknis FSVA Pusat berdasarkan ketersediaan data di tingkat desa serta kapasitas
indikator-indikator tersebut dalam mencerminkan unsur-unsur inti dari tiga pilar
ketahanan pangan dan gizi (Tabel 2.1). Selaras dengan FSVA Nasional maupun
Provinsi, dalam Penyusunan FSVA Kabupaten ini meliputi indikator kerawanan
pangan dan gizi kronis. Dibandingkan dengan 7 indikator yang digunakan dalam
FSVA Kabupaten 2012, terdapat beberapa perubahan penting dalam definisi dan
penentuan indikator FSVA Kabupaten. Beberapa indikator dalam aspek ketahanan
menggunakan Rasio toko terhadap Rumah Tangga serta Rasio warung terhadap
Rumah Tangga; ii) pada aspek pemanfaatan pangan ditambahkan Rasio anak tidak
bersekolah, Rasio Rumah Tangga tanpa akses air bersih, Rasio jumlah tenaga
kesehatan terhadap penduduk serta Rasio Rumah Tangga tanpa fasilitas BAB
(Buang Air Besar).
Kerentanan terhadap kerawanan pangan tingkat nasional, provinsi maupun
kabupaten, memiliki karakteristik masing-masing sehingga tidak semua indikator
nasional maupun provinsi dapat digunakan untuk memetakan kerentanan terhadap
kerawanan pangan sampai dengan tingkat kabupaten. Pemilihan indikator FSVA
Kabupaten tersebut juga dengan mempertimbangkan ketersediaan data sampai
dengan level desa.
Tabel 1. Indikator Ketahanan dan Kerawanan Pangan
Indikator
Jenis Kerawanan Pangan
Ketersediaan Pangan
1. Rasio Warung terhadap Rumah
Tangga
2. Rasio Toko terhadap Rumah Tangga
KERENTANAN TERHADAP
KERAWANAN PANGAN KRONIS
Pemanfaatan Pangan
3. Rasio penduduk dengan status
kesejahteraan terendah
4. Rasio Rumah Tangga tanpa akses
listrik
5. Desa yang tidak memiliki akses
penghubung memada
Pemanfaatan Pangan
INDEKS KETAHANAN PANGAN
KOMPOSIT
6. Rasio anak tidak bersekolah
7. Rasio Rumah Tangga tanpa akses
air bersih
8. Rasio tenaga kesehatan terhadap
penduduk
2.2. JENIS DATA, CAKUPAN DATA DAN SUMBER DATA
Jenis data, definisi cakupan data dan sumber data untuk penyusunan FSVA
Kabupaten tertera dalam tabel di bawah ini.
Tabel 2.
Jenis Data, Cakupan Data dan Sumber Data
Jenis Data
Cakupan Data
Sumber Data
1. Rasio Warung terhadap
Rumah Tangga
Desa
- PODES 2014, BPS
- Jumlah Rumah Tangga
2014 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010
2. Rasio Toko terhadap
Rumah Tangga
Desa
- PODES 2014, BPS
- Jumlah Rumah Tangga
2014 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010
3. Rasio penduduk
dengan status
kesejahteraan
terendah
Desa
- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
- Jumlah penduduk 2015
dari Proyeksi Sensus
Penduduk 2010
4. Rasio Rumah Tangga
tanpa akses listrik
Desa
- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
- Jumlah Rumah Tangga
2015 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010
5. Desa yang tidak
memiliki akses
penghubung memadai
- PODES 2014, BPS
6. Rasio anak tidak
bersekolah
Desa
- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
7. Rasio Rumah Tangga
tanpa akses air bersih
Desa
- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
- Jumlah Rumah Tangga
2015 dari Proyeksi
Sensus Penduduk 2010
8. Rasio tenaga
kesehatan terhadap
penduduk
Desa
- PODES 2014, BPS
- Jumlah penduduk 2014
dari Proyeksi Sensus
Penduduk 2010
9. Rasio Rumah Tangga
tanpa fasilitas BAB
(Buang Air Besar)
Desa
- Pemutakhiran Basis
Data Terpadu (PBDT)
2015-Tim Nasional
Percepatan
Penanggulangan
Kemiskinan (TNP2K)
- Jumlah Rumah Tangga
2.3. TAHAPAN PENYUSUNAN PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN
KABUPATEN
Untuk membantu kelancaran penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan (FSVA) Kabupaten, maka Badan Ketahanan Pangan perlu membentuk
tim asistensi di tingkat nasional dan tim penyusunan FSVA di tingkat provinsi dan
kabupaten. Tim penyusunan FSVA di tingkat provinsi dan kabupaten ini terdiri dari
tim pengarah dan tim pelaksana yang berasal dari lintas sektor. Di tingkat
nasional, Tim Asistensi Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan
Kabupaten mempunyai tugas:
1. Mengkoordinasikan pelaksanaan penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Kabupaten tahun 2016;
2. Mengkaji dan menetapkan metodologi dan indikator penyusunan Peta
Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016;
3. Melakukan pelatihan metodologi dan indikator untuk penyusunan Peta
Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016;
4. Mengkonsolidasikan pengumpulan dan analisis data untuk pembuatan Peta
Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016; dan
5. Membina dan memonitor pelaksanaan penyusunan Peta Ketahanan dan
Kerentanan Pangan Kabupaten tahun 2016.
Di tingkat provinsi dan kabupaten, Tim Pengarah mempunyai tugas:
1. Memberikan arahan dan mengkoordinasikan dalam hal pelaksanaan
penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat
2. Mengkaji metodologi dan indikator penyusunan Peta Ketahanan dan
Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat provinsi dan kabupaten.
Sedangkan Tim Pelaksana mempunyai tugas:
1. Melakukan pertemuan dan pelatihan terkait metodologi dan indikator serta
penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat provinsi
dan kabupaten;
2. Melakukan konsolidasi dan kompilasi dalam hal pengumpulan data untuk indikator
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten di tingkat provinsi dan kabupaten;
3. Melakukan validasi dan analisis data indikator Peta Ketahanan dan Kerentanan
Pangan Kabupaten; dan
4. Menyusun buku Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten.
Penyusunan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Kabupaten dilaksanakan dengan
tahapan sebagai berikut:
1. Pembentukan Tim Pengarah dan Tim Pelaksana FSVA tingkat Provinsi dan
Kabupaten;
2. Pertemuan teknis untuk melakukan
review
ketersediaan data;
3. Pelatihan FSVA (Metodologi dan analisis data indikator);
5. Pertemuan untuk melakukan validasi data yang tersedia;
6. Analisa data dan pembuatan peta;
7.
Workshop
validasi hasil awal analisa data/tabel dan peta yang dihasilkan;
8. Penyusunan buku Peta Ketahanan dan Kerawanan Pangan (FSVA) Kabupaten; dan
BAB III
PENJELASAN INDIKATOR
PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN (FSVA)
TINGKAT KABUPATEN
I. ASPEK KETERSEDIAAN PANGAN
Berdasarkan Undang-Undang No. 12 Tahun 2012 tentang Pangan dijelaskan bahwa
yang dimaksud dengan Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya Pangan
hasil produksi dalam negeri dan Cadangan Pangan Nasional serta impor, apabila
kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan.
Ketersediaan pangan ditentukan oleh produksi pangan di wilayah tersebut,
perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok yang dimiliki
oleh pedagang dan cadangan pemerintah, dan bantuan pangan dari pemerintah atau
organisasi lainnya.
Mayoritas bahan pangan yang diproduksi maupun diimpor harus masuk terlebih
dahulu ke pasar sebelum sampai ke rumah tangga. Oleh karena itu, keberadaan
infrastruktur pasar, distribusi, dan perdagangan akan terkait erat dengan
ketersediaan pada tingkat regional dan lokal. Indikator-indikator yang termasuk
dalam aspek ketersediaan pangan adalah :
1. Rasio Warung terhadap Rumah Tangga.
1.1 Rasio Warung terhadap Rumah Tangga
Rasio Warung terhadap Rumah Tangga adalah rasio jumlah warung/kedai
makanan minuman terhadap jumlah rumah tangga. Warung/kedai makanan dan
minuman adalah usaha pangan siap saji di bangunan tetap, pembeli biasanya
tidak dikenai pajak. Sedangkan jumlah Rumah Tangga adalah jumlah rumah
tangga tahun 2014 hasil proyeksi Sensus Penduduk (SP) 2010.
Warung/kedai makanan dan minuman juga diasumsikan sebagai salah satu
tempat penyimpan atau penyedia pangan (stok pangan) yang terdapat di suatu
desa.
Oleh karena itu, semakin tinggi rasio jumlah warung/kedai makanan dan
minuman terhadap jumlah Rumah Tangga maka diasumsikan semakin baik
tingkat ketersediaan pangan di wilayah tersebut, begitu pula sebaliknya. Sumber
data:
Potensi Desa (PODES) 2014, BPS;
Jumlah Rumah Tangga tahun 2014 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
1.2 Rasio Toko terhadap Rumah Tangga
Rasio Toko terhadap Rumah Tangga adalah rasio jumlah toko/warung
kelontong terhadap jumlah Rumah Tangga.
Toko/warung kelontong adalah tempat usaha di bangunan tetap untuk menjual
barang keperluan sehari-hari termasuk pangan didalamnya secara eceran
Sedangkan jumlah Rumah Tangga adalah jumlah rumah tangga tahun 2014
hasil proyeksi Sensus Penduduk (SP) 2010. Toko/warung kelontong
diasumsikan sebagai salah satu tempat penyimpan atau penyedia pangan (stok
pangan) yang terdapat di suatu desa. Oleh karena itu, semakin tinggi rasio
Toko terhadap Rumah Tangga maka diasumsikan semakin baik tingkat
ketersediaan pangan di wilayah tersebut. Sumber data:
Potensi Desa (PODES) 2014, BPS;
Jumlah Rumah Tangga tahun 2014 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
II. ASPEK KETERJANGKAUAN PANGAN
Keterjangkauan Pangan atau Akses terhadap Pangan adalah kemampuan rumah
tangga untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri,
stok, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan.
Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak semua
rumah tangga memiliki akses yang memadai baik secara kuantitas maupun
keragaman pangan melalui mekanisme tersebut di atas.
Ketersediaan pangan tergantung pada daya beli rumah tangga yang ditentukan oleh
penghidupan rumah tangga tersebut. Penghidupan terdiri dari kemampuan rumah
tangga, modal/aset (sumber daya alam, fisik, sumber daya manusia, ekonomi dan
sosial) dan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar
–
penghasilan, pangan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan.
Rumah tangga yang tidak memiliki sumber penghidupan yang memadai dan
tidak stabil dan daya beli menjadi sangat terbatas, yang menyebabkan tetap miskin
dan rentan terhadap kerawanan pangan. Aspek keterjangkauan pangan, meliputi
indikator-indikator sebagai berikut:
1.Rasio Penduduk dengan Status Kesejahteraan Terendah;
2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Listrik;
3. Desa yang Tidak Memiliki Akses Penghubung Memadai.
2.1. Rasio Penduduk dengan Status Kesejahteraan Terendah
Penduduk dengan status kesejahteraan terendah adalah jumlah penduduk
dengan tingkat kesejahteraan pada Desil 1. Data tersebut diperoleh dari
Pemutakhiran Basis Data Terpadu (PBDT) 2015 yang dikoordinasikan oleh Tim
Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Data tersebut
kemudian diolah Tim FSVA menjadi rasio penduduk dengan status
kesejahteraan terendah dengan membandingkan terhadap jumlah penduduk
2015, hasil proyeksi Sensus Penduduk (SP) 2010. Sumber data:
PBDT, TNP2K 2015;
Jumlah Penduduk tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
2.2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Listrik
Rumah tangga tanpa akses listrik adalah jumlah rumah tangga dengan
sumber penerangan utama bukan listrik. Data yang diperoleh dari
PBDT-TNP2K tersebut kemudian diolah dengan membandingkan dengan total
Secara umum, tersedianya fasilitas listrik di suatu wilayah akan membuka
peluang yang lebih besar untuk akses pekerjaan dan roda perekonomian akan
lebih berkembang. Dengan demikian hal ini juga menjadi salah satu indikasi
kesejahteraan suatu wilayah atau rumah tangga. Semakin meningkat
kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah maka kemampuan akses
masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan semakin baik pula di
wilayah tersebut. Sumber data:
PBDT, TNP2K 2015;
Jumlah Rumah Tangga tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
2.3. Desa yang Tidak Memiliki Akses Penghubung Memadai
Merupakan desa yang tidak memiliki jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 4
atau lebih, yaitu:
1. Desa dengan sarana transportasi darat tidak dapat dilalui sepanjang tahun;
dan
2. Desa dengan sarana transportasi air namun tidak tersedia angkutan umum.
Kurangnya akses terhadap infrastruktur menyebabkan ”kemiskinan lokal”,
dimana masyarakat tinggal di daerah terisolir atau terpencil dengan kondisi
geografis yang sulit dan ketersediaan pasar yang buruk, sehingga kurang
memiliki kesempatan ekonomi dan pelayanan jasa yang memadai serta tidak
atau masih kurang dalam mendapatkan akses terhadap program
Jika suatu daerah telah memiliki jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 4
atau lebih maka dapat dikatakan bahwa wilayah tersebut memiliki jalur
distribusi pangan yang normal sehingga harga pangan pun relatif terjangkau.
Sumber data :
III. ASPEK PEMANFAATAN PANGAN
Dimensi ketiga dari ketahanan pangan adalah pemanfaatan pangan. Pemanfaatan
pangan meliputi: a) Pemanfaatan pangan yang bisa di akses oleh rumah tangga,
dan b) kemampuan individu untuk menyerap zat gizi - pemanfaatan makanan
secara efisien oleh tubuh.
Pemanfaatan pangan juga meliputi cara penyimpanan, pengolahan, dan penyiapan
makanan termasuk penggunaan air dan bahan bakar selama proses
pengolahannya serta kondisi higiene, budaya, atau kebiasaan pemberian makan
terutama untuk individu yang memerlukan jenis makanan khusus, distribusi
makanan dalam rumah tangga sesuai kebutuhan masing-masing individu
(pertumbuhan, kehamilan, menyusui, dll) dan status kesehatan masing-masing
anggota rumah tangga. Aspek pemanfaatan pangan meliputi indikator-indikator
sebagai berikut:
1. Rasio Anak Tidak Bersekolah;
2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Air Bersih;
3. Rasio Jumlah Tenaga Kesehatan terhadap Penduduk;
4. Rasio Rumah Tangga Tanpa Fasilitas BAB (Buang Air Besar).
3.1. Rasio Anak Tidak Bersekolah
Tingkat partisipasi sekolah anak usia 7-15 tahun diperoleh berdasarkan Data
PBDT-TNP2K pada semua Desil (1-4). Semakin tinggi rasio jumlah anak yang
tidak bersekolah (7-15 tahun) terhadap jumlah anak (jumlah anak bersekolah
indikasi yang menggambarkan tingkat pemanfaatan pangan yang rendah di
desa tersebut.
Hal ini terkait pengetahuan akan pangan dan gizi yang relatif lebih terbatas
dibandingkan dengan wilayah lain dengan tingkat partisipasi anak sekolah
yang lebih baik. Sumber data:
PBDT, TNP2K 2015.
3.2. Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak (Permenkes 416 Tahun 1990).
Air minum merupakan kebutuhan manusia yang penting. Air minum yang tidak
layak akan meningkatkan angka kesakitan dan menurunkan kemampuan
dalam menyerap makanan dan pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi
seseorang. Air minum yang berkualitas (layak) adalah air minum yang
terlindung meliputi: air ledeng (keran), keran umum, hydrant umum, terminal
air, penampungan air hujan (PAH) atau mata air dan sumur terlindung, sumur
bor atau sumur pompa, yang jaraknya minimal 10 meter dari pembuangan
kotoran, penampungan limbah dan pembuangan sampah.
Tidak termasuk: air kemasan, air dari penjual keliling, air yang dijual melalui
tanki, air sumur dan mata air tidak terlindung. Rumah tangga tanpa akses ke
air bersih adalah rumah tangga dengan sumber air tidak layak minum yaitu
tak terlindung (c) sungai/danau/waduk; (d) air hujan; dan (e) lainnya pada
semua desil. Sumber data:
PBDT, TNP2K 2015;
Jumlah Rumah Tangga tahun 2015 hasil proyeksi SP 2010, BPS diolah.
3.3. Rasio Tenaga Kesehatan terhadap Penduduk
Tenaga kesehatan berperan dalam menurunkan angka kesakitan (morbiditas)
penduduk dan meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya
makanan bergizi seimbang. Dengan demikian akan meningkatkan
kemampuan seseorang dalam menyerap makanan ke dalam tubuh dan
memanfaatkannya.
Rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk menunjukkan kemampuan
jumlah tenaga kesehatan yang ada untuk melayani masyarakat. Jumlah
tenaga kesehatan yang memadai akan meningkatkan tingkat pemanfaatan
pangan masyarakat. Tenaga kesehatan terdiri atas: (i) Dokter Umum/Spesialis
(Pria/wanita), (ii) Dokter Gigi, (iii) Bidan dan (iv) Tenaga Kesehatan lainnya
(apoteker/asisten apoteker, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi,
perawat). Sumber data:
Potensi Desa (PODES) 2014, BPS;
3.4. Rasio Rumah Tangga Tanpa Fasilitas Tempat Buang Air Besar (BAB)
Keberadaan fasilitas BAB pada rumah tangga menjadi salah satu indikasi
bahwa sanitasi di rumah tangga tersebut cukup memadai. Dengan sanitasi
yang baik, akan menjaga dan meningkatkan kesehatan sehingga
pemanfaatan pangan di rumah tangga tersebut akan lebih baik. Rumah
tangga yang tidak memiliki fasilitas sanitasi memadai adalah rumah tangga
yang tidak memiliki fasilitas tempat BAB di semua Desil (I, II, III, dan IV).
Sumber data:
PBDT, TNP2K 2015;
BAB IV
HASIL ANALISIS PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN
(FSVA) TINGKAT KABUPATEN
I. Hasil Analisis Indikator Aspek Ketersediaan Pangan
Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data, dari 438 desa/kelurahan di DIY
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 3. Hasil Analisis Indikator Aspek Ketersediaan Pangan
No Nama Kab Nama Kec Nama desa
10. kulon progo temon kaligintung
19. kulon progo wates ngestiharjo
21. kulon progo wates bendungan
24. kulon progo panjatan garongan
27. kulon progo panjatan kanoman
30. kulon progo panjatan tayuban
31. kulon progo panjatan gotakan
32. kulon progo panjatan panjatan
34. kulon progo panjatan krembangan
42. kulon progo lendah wahyuharjo
47. kulon progo lendah ngentakrejo
48. kulon progo sentolo demangrejo
49. kulon progo sentolo srikayangan
51. kulon progo sentolo salamrejo
52. kulon progo sentolo sukoreno
53. kulon progo sentolo kaliagung
55. kulon progo sentolo banguncipto
56. kulon progo pengasih tawangsari
57. kulon progo pengasih karangsari
58. kulon progo pengasih kedungsari
59. kulon progo pengasih margosari
60. kulon progo pengasih pengasih
61. kulon progo pengasih sendangsari
62. kulon progo pengasih sidomulyo
63. kulon progo kokap hargomulyo
65. kulon progo kokap hargowilis
67. kulon progo kokap hargotirto
68. kulon progo girimulyo jatimulyo
69. kulon progo girimulyo giripurwo
70. kulon progo girimulyo pendoworejo
71. kulon progo girimulyo purwosari
72. kulon progo nanggulan banyuroto
73. kulon progo nanggulan donomulyo
74. kulon progo nanggulan wijimulyo
75. kulon progo nanggulan tanjungharjo
76. kulon progo nanggulan jati sarono
77. kulon progo nanggulan kembang
78. kulon progo kalibawang banjararum
79. kulon progo kalibawang banjarasri
80. kulon progo kalibawang banjarharjo
81. kulon progo kalibawang banjaroyo
82. kulon progo samigaluh kebon harjo
83. kulon progo samigaluh banjarsari
84. kulon progo samigaluh purwoharjo
85. kulon progo samigaluh sidoharjo
86. kulon progo samigaluh gerbosari
87. kulon progo samigaluh ngargosari
88. kulon progo samigaluh pagerharjo
89. bantul srandakan poncosari
90. bantul srandakan trimurti
91. bantul sanden gadingsari
92. bantul sanden gadingharjo
94. bantul sanden murtigading
95. bantul kretek tirtohargo
96. bantul kretek parangtritis
99. bantul kretek tirtomulyo
100. bantul pundong seloharjo
101. bantul pundong panjangrejo
102. bantul pundong srihardono
103. bantul bambang lipuro sidomulyo
104. bantul bambang lipuro mulyodadi
105. bantul bambang lipuro sumbermulyo
106. bantul pandak caturharjo
107. bantul pandak triharjo
108. bantul pandak gilangharjo
109. bantul pandak wijirejo
110. bantul bantul palbapang
111. bantul bantul ringin harjo
112. bantul bantul bantul
113. bantul bantul trirenggo
114. bantul bantul sabdodadi
115. bantul jetis patalan
117. bantul jetis sumber agung
118. bantul jetis trimulyo
119. bantul imogiri selopamioro
120. bantul imogiri sriharjo
121. bantul imogiri kebon agung
123. bantul imogiri girirejo
124. bantul imogiri karangtalun
125. bantul imogiri imogiri
126. bantul imogiri wukirsari
127. bantul dlingo mangunan
128. bantul dlingo muntuk
129. bantul dlingo dlingo
130. bantul dlingo temuwuh
131. bantul dlingo jatimulyo
132. bantul dlingo terong
133. bantul pleret wonokromo
134. bantul pleret pleret
135. bantul pleret segoroyoso
136. bantul pleret bawuran
137. bantul pleret wonolelo
138. bantul piyungan sitimulyo
139. bantul piyungan srimulyo
140. bantul piyungan srimartani
141. bantul banguntapan tamanan
142. bantul banguntapan jagalan
143. bantul banguntapan singosaren
144. bantul banguntapan wirokerten
145. bantul banguntapan jambidan
146. bantul banguntapan potorono
147. bantul banguntapan baturetno
148. bantul banguntapan banguntapan
149. bantul sewon pendowoharjo
150. bantul sewon timbulharjo
151. bantul sewon bangunharjo
152. bantul sewon panggungharjo
153. bantul kasihan bangunjiwo
154. bantul kasihan tirtonirmolo
155. bantul kasihan tamantirto
156. bantul kasihan ngestiharjo
157. bantul pajangan triwidadi
158. bantul pajangan sendangsari
159. bantul pajangan guwosari
160. bantul sedayu argodadi
161. bantul sedayu argorejo
162. bantul sedayu argosari
163. bantul sedayu argomulyo
164. gunung kidul panggang giriharjo
165. gunung kidul panggang giriwungu
166. gunung kidul panggang girimulyo
167. gunung kidul panggang girikarto
168. gunung kidul panggang girisekar
169. gunung kidul panggang girisuko
170. gunung kidul purwosari girijati
171. gunung kidul purwosari giriasih
172. gunung kidul purwosari giricahyo
173. gunung kidul purwosari giripurwo
174. gunung kidul purwosari giritirto
175. gunung kidul paliyan karang duwet
176. gunung kidul paliyan karang asem
177. gunung kidul paliyan mulusan
178. gunung kidul paliyan giring
179. gunung kidul paliyan sodo
180. gunung kidul paliyan pampang
181. gunung kidul paliyan grogol
182. gunung kidul sapto sari krambil sawit
183. gunung kidul sapto sari kanigoro
184. gunung kidul sapto sari planjan
185. gunung kidul sapto sari monggol
186. gunung kidul sapto sari kepek
187. gunung kidul sapto sari nglora
188. gunung kidul sapto sari jetis
189. gunung kidul tepus sidoharjo
190. gunung kidul tepus tepus
191. gunung kidul tepus purwodadi
192. gunung kidul tepus giripanggung
193. gunung kidul tepus sumber wungu
194. gunung kidul tanjungsari kemadang
195. gunung kidul tanjungsari kemiri
196. gunung kidul tanjungsari banjarejo
197. gunung kidul tanjungsari ngestirejo
198. gunung kidul tanjungsari hargosari
199. gunung kidul rongkop melikan
200. gunung kidul rongkop bohol
201. gunung kidul rongkop pringombo
202. gunung kidul rongkop botodayakan
203. gunung kidul rongkop petir
204. gunung kidul rongkop semugih
205. gunung kidul rongkop karangwuni
206. gunung kidul rongkop pucanganom
207. gunung kidul girisubo balong
208. gunung kidul girisubo jepitu
209. gunung kidul girisubo karangawen
210. gunung kidul girisubo tileng
211. gunung kidul girisubo nglindur
212. gunung kidul girisubo jerukwudel
213. gunung kidul girisubo pucung
214. gunung kidul girisubo songbanyu
215. gunung kidul semanu pacarejo
216. gunung kidul semanu candirejo
217. gunung kidul semanu dadapayu
218. gunung kidul semanu ngeposari
219. gunung kidul semanu semanu
220. gunung kidul ponjong gombang
221. gunung kidul ponjong sidorejo
222. gunung kidul ponjong bedoyo
223. gunung kidul ponjong karang asem
224. gunung kidul ponjong ponjong
225. gunung kidul ponjong genjahan
226. gunung kidul ponjong sumber giri
227. gunung kidul ponjong kenteng
228. gunung kidul ponjong tambakromo
229. gunung kidul ponjong sawahan
230. gunung kidul ponjong umbul rejo
231. gunung kidul karangmojo bendungan
232. gunung kidul karangmojo bejiharjo
233. gunung kidul karangmojo wiladeg
234. gunung kidul karangmojo kelor
235. gunung kidul karangmojo ngipak
236. gunung kidul karangmojo karangmojo
237. gunung kidul karangmojo gedang rejo
238. gunung kidul karangmojo ngawis
239. gunung kidul karangmojo jati ayu
240. gunung kidul wonosari wunung
241. gunung kidul wonosari mulo
242. gunung kidul wonosari duwet
243. gunung kidul wonosari wareng
244. gunung kidul wonosari pulutan
245. gunung kidul wonosari siraman
246. gunung kidul wonosari karang rejek
247. gunung kidul wonosari baleharjo
248. gunung kidul wonosari selang
249. gunung kidul wonosari wonosari
250. gunung kidul wonosari kepek
251. gunung kidul wonosari piyaman
252. gunung kidul wonosari karang tengah
253. gunung kidul wonosari gari
254. gunung kidul playen banyusoco
255. gunung kidul playen plembutan
256. gunung kidul playen bleberan
257. gunung kidul playen getas
258. gunung kidul playen dengok
259. gunung kidul playen ngunut
260. gunung kidul playen playen
261. gunung kidul playen ngawu
262. gunung kidul playen bandung
263. gunung kidul playen logandeng
264. gunung kidul playen gading
265. gunung kidul playen banaran
266. gunung kidul playen ngleri
267. gunung kidul patuk semoyo
268. gunung kidul patuk pengkok
270. gunung kidul patuk bunder
271. gunung kidul patuk nglegi
272. gunung kidul patuk putat
273. gunung kidul patuk salam
274. gunung kidul patuk patuk
275. gunung kidul patuk ngoro oro
276. gunung kidul patuk nglanggeran
277. gunung kidul patuk terbah
278. gunung kidul gedang sari ngalang
279. gunung kidul gedang sari hargo mulyo
280. gunung kidul gedang sari mertelu
281. gunung kidul gedang sari tegalrejo
282. gunung kidul gedang sari watu gajah
283. gunung kidul gedang sari sampang
284. gunung kidul gedang sari serut
285. gunung kidul nglipar kedung keris
286. gunung kidul nglipar nglipar
287. gunung kidul nglipar pengkol
288. gunung kidul nglipar kedungpoh
289. gunung kidul nglipar katongan
290. gunung kidul nglipar pilang rejo
291. gunung kidul nglipar natah
292. gunung kidul ngawen watu sigar
293. gunung kidul ngawen beji
294. gunung kidul ngawen kampung
295. gunung kidul ngawen jurang jero
296. gunung kidul ngawen sambirejo
297. gunung kidul ngawen tancep
298. gunung kidul semin kalitekuk
299. gunung kidul semin kemejing
300. gunung kidul semin semin
301. gunung kidul semin pundung sari
302. gunung kidul semin karang sari
303. gunung kidul semin rejosari
304. gunung kidul semin bulurejo
305. gunung kidul semin bendung
306. gunung kidul semin sumberrejo
307. gunung kidul semin candi rejo
308. sleman moyudan sumberrahayu
309. sleman moyudan sumbersari
310. sleman moyudan sumber agung
311. sleman moyudan sumberarum
312. sleman minggir sendang mulyo
313. sleman minggir sendang arum
314. sleman minggir sendang rejo
315. sleman minggir sendangsari
316. sleman minggir sendangagung
317. sleman seyegan margoluwih
318. sleman seyegan margodadi
319. sleman seyegan margomulyo
320. sleman seyegan margoagung
321. sleman seyegan margokaton
322. sleman godean sidorejo
323. sleman godean sidoluhur
324. sleman godean sidomulyo
325. sleman godean sidoagung
326. sleman godean sidokarto
327. sleman godean sidoarum
328. sleman godean sidomoyo
329. sleman gamping balecatur
330. sleman gamping ambarketawang
331. sleman gamping banyuraden
332. sleman gamping nogotirto
333. sleman gamping trihanggo
334. sleman mlati tirtoadi
335. sleman mlati sumberadi
336. sleman mlati tlogoadi
337. sleman mlati sendangadi
338. sleman mlati sinduadi
339. sleman depok catur tunggal
340. sleman depok maguwoharjo
341. sleman depok condong catur
342. sleman berbah sendang tirto
343. sleman berbah tegal tirto
344. sleman berbah jogo tirto
345. sleman berbah kali tirto
346. sleman prambanan sumber harjo
347. sleman prambanan wukir harjo
348. sleman prambanan gayam harjo
349. sleman prambanan sambi rejo
350. sleman prambanan madu rejo
351. sleman prambanan boko harjo
352. sleman kalasan purwo martani
353. sleman kalasan tirto martani
354. sleman kalasan taman martani
355. sleman kalasan selo martani
356. sleman ngemplak wedomartani
357. sleman ngemplak umbulmartani
358. sleman ngemplak widodo martani
359. sleman ngemplak bimo martani
360. sleman ngemplak sindumartani
361. sleman ngaglik sari harjo
362. sleman ngaglik sinduharjo
363. sleman ngaglik minomartani
364. sleman ngaglik suko harjo
365. sleman ngaglik sardonoharjo
366. sleman ngaglik donoharjo
367. sleman sleman catur harjo
368. sleman sleman triharjo
369. sleman sleman tridadi
370. sleman sleman pandowo harjo
372. sleman tempel banyu rejo
373. sleman tempel tambak rejo
374. sleman tempel sumber rejo
375. sleman tempel pondok rejo
377. sleman tempel margo rejo
378. sleman tempel lumbung rejo
379. sleman tempel merdiko rejo
380. sleman turi bangun kerto
381. sleman turi donokerto
384. sleman pakem purwo binangun
385. sleman pakem candi binangun
386. sleman pakem harjo binangun
387. sleman pakem pakem binangun
388. sleman pakem hargo binangun
389. sleman cangkringan wukir sari
390. sleman cangkringan argo mulyo
391. sleman cangkringan glagah harjo
392. sleman cangkringan kepuh harjo
393. sleman cangkringan umbul harjo
394. yogyakarta mantrijeron gedongkiwo
395. yogyakarta mantrijeron suryodiningratan
396. yogyakarta mantrijeron mantrijeron
397. yogyakarta kraton patehan
398. yogyakarta kraton panembahan
399. yogyakarta kraton kadipaten
400. yogyakarta mergangsan brontokusuman
401. yogyakarta mergangsan keparakan
402. yogyakarta mergangsan wirogunan
403. yogyakarta umbulharjo giwangan
404. yogyakarta umbulharjo sorosutan
405. yogyakarta umbulharjo pandeyan
406. yogyakarta umbulharjo warungboto
407. yogyakarta umbulharjo tahunan
408. yogyakarta umbulharjo muja muju
409. yogyakarta umbulharjo semaki
410. yogyakarta kotagede prenggan
411. yogyakarta kotagede purbayan
412. yogyakarta kotagede rejowinangun
413. yogyakarta gondokusuman baciro
414. yogyakarta gondokusuman demangan
415. yogyakarta gondokusuman klitren
416. yogyakarta gondokusuman kotabaru
417. yogyakarta gondokusuman terban
418. yogyakarta danurejan suryatmajan
419. yogyakarta danurejan tegal panggung
420. yogyakarta danurejan bausasran
421. yogyakarta pakualaman purwo kinanti
422. yogyakarta pakualaman gunung ketur
423. yogyakarta gondomanan prawirodirjan
424. yogyakarta gondomanan ngupasan
425. yogyakarta ngampilan notoprajan
426. yogyakarta ngampilan ngampilan
427. yogyakarta wirobrajan patangpuluhan
428. yogyakarta wirobrajan wirobrajan
429. yogyakarta wirobrajan pakuncen
0,0278
0,1778
4,0000
0,0207
0,2996 2,0000
430. yogyakarta gedong tengen pringgokusuman 0,0647
0,1409
4,0000
0,0047
0,3155 1,0000
431. yogyakarta gedong tengen sosromenduran 0,0114
0,1942
4,0000
0,0087
0,3116 1,0000
432. yogyakarta jetis bumijo
0,0029
0,2027
2,0000
0,0271
0,2932 2,0000
433. yogyakarta jetis gowongan
0,0039
0,2017
2,0000
0,0171
0,3032 1,0000
434. yogyakarta jetis cokrodiningratan 0,0560
0,1496
4,0000
0,0437
0,2765 4,0000
435. yogyakarta tegalrejo tegalrejo
0,0267
0,1789
4,0000
0,0606
0,2597 4,0000
436. yogyakarta tegalrejo bener
0,0203
0,1853
4,0000
0,0054
0,3149 1,0000
437. yogyakarta tegalrejo kricak
0,0025
0,2031
1,0000
0,0361
0,2842 3,0000
438. yogyakarta tegalrejo karangwaru
0,0301
0,1755
4,0000
0,0780
0,2423 4,0000
Sesuai dengan hasil analisa dan pengolahan data, untuk rasio warung terhadap
rumah tangga, dari 438 desa/kelurahan masih terdapat 110 desa potensi sangat
rentan, dengan kondisi terindikasi masih ada desa/kelurahan dengan jumlah warung
kurang merata, 109 desa/kelurahan potensi rentan, dengan kondisi terindikasi
desa/kelurahan jumlah warung cukup merata, 110 desa/kelurahan potensi tahan,
dengan kondisi desa/kelurahan jumlah warung merata dan 109 desa/kelurahan
sangat tahan, dengan kondisi desa/kelurahan jumlah warung sangat merata.
Sedangkan untuk rasio toko terhadap rumah tangga dari 438 desa/kelurahan masih
terdapat 110 desa potensi sangat rentan, dengan kondisi masih ada desa/kelurahan
dengan jumlah toko kurang merata, 110 desa/kelurahan potensi rentan, dengan
kondisi desa/kelurahan jumlah toko cukup merata, 109 desa/kelurahan tahan dengan
kondisi desa/kelurahan jumlah toko merata dan 109 desa/kelurahan sangat tahan
dengan kondisi desa/kelurahan jumlah toko sangat merata.
Hal ini menunjukan bahwa jumlah warung dan toko yang berada di daerah
tangga atau perbandingan antara jumlah warung dan toko dengan jumlah rumah
tangga tidak sebanding.
II. Hasil Analisis Indikator Aspek Akses Pangan
Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data, dari 438 desa/kelurahan di DIY
didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel 4. Hasil Analisa Indikator Rasio Penduduk dengan Tingkat Kesejahteraan Terendah,
Rasio Rumah Tangga Tanpa Akses Listrik dan Desa Tanpa Akses Roda 4
No Nama Kab Nama Kec Nama desa 3. Rasio
10. kulon progo temon kaligintung
19. kulon progo wates ngestiharjo
21. kulon progo wates bendungan
24. kulon progo panjatan garongan
27. kulon progo panjatan kanoman
30. kulon progo panjatan tayuban
31. kulon progo panjatan gotakan
32. kulon progo panjatan panjatan
34. kulon progo panjatan krembangan
42. kulon progo lendah wahyuharjo
47. kulon progo lendah ngentakrejo
48. kulon progo sentolo demangrejo
49. kulon progo sentolo srikayangan
51. kulon progo sentolo salamrejo
52. kulon progo sentolo sukoreno
53. kulon progo sentolo kaliagung
55. kulon progo sentolo banguncipto
56. kulon progo pengasih tawangsari
57. kulon progo pengasih karangsari
58. kulon progo pengasih kedungsari
59. kulon progo pengasih margosari
60. kulon progo pengasih pengasih
61. kulon progo pengasih sendangsari
62. kulon progo pengasih sidomulyo
63. kulon progo kokap hargomulyo
65. kulon progo kokap hargowilis
67. kulon progo kokap hargotirto
68. kulon progo girimulyo jatimulyo
69. kulon progo girimulyo giripurwo
70. kulon progo girimulyo pendoworejo
71. kulon progo girimulyo purwosari
72. kulon progo nanggulan banyuroto
73. kulon progo nanggulan donomulyo
74. kulon progo nanggulan wijimulyo
75. kulon progo nanggulan tanjungharjo
76. kulon progo nanggulan jati sarono
77. kulon progo nanggulan kembang
78. kulon progo kalibawang banjararum
79. kulon progo kalibawang banjarasri
80. kulon progo kalibawang banjarharjo
81. kulon progo kalibawang banjaroyo
82. kulon progo samigaluh kebon harjo
83. kulon progo samigaluh banjarsari
84. kulon progo samigaluh purwoharjo
85. kulon progo samigaluh sidoharjo
86. kulon progo samigaluh gerbosari
87. kulon progo samigaluh ngargosari
88. kulon progo samigaluh pagerharjo
89. bantul srandakan poncosari
90. bantul srandakan trimurti
91. bantul sanden gadingsari
92. bantul sanden gadingharjo
94. bantul sanden murtigading
95. bantul kretek tirtohargo
96. bantul kretek parangtritis
99. bantul kretek tirtomulyo
100. bantul pundong seloharjo
101. bantul pundong panjangrejo
102. bantul pundong srihardono
103. bantul bambang lipuro sidomulyo
104. bantul bambang lipuro mulyodadi
105. bantul bambang lipuro sumbermulyo
106. bantul pandak caturharjo
107. bantul pandak triharjo
108. bantul pandak gilangharjo
109. bantul pandak wijirejo
110. bantul bantul palbapang
111. bantul bantul ringin harjo
112. bantul bantul bantul
113. bantul bantul trirenggo
114. bantul bantul sabdodadi
115. bantul jetis patalan
117. bantul jetis sumber agung
118. bantul jetis trimulyo
119. bantul imogiri selopamioro
120. bantul imogiri sriharjo
121. bantul imogiri kebon agung
123. bantul imogiri girirejo
124. bantul imogiri karangtalun
125. bantul imogiri imogiri
126. bantul imogiri wukirsari
127. bantul dlingo mangunan
128. bantul dlingo muntuk
129. bantul dlingo dlingo
130. bantul dlingo temuwuh
131. bantul dlingo jatimulyo
132. bantul dlingo terong
133. bantul pleret wonokromo
134. bantul pleret pleret
135. bantul pleret segoroyoso
136. bantul pleret bawuran
137. bantul pleret wonolelo
138. bantul piyungan sitimulyo
139. bantul piyungan srimulyo
140. bantul piyungan srimartani
141. bantul banguntapan tamanan
142. bantul banguntapan jagalan
143. bantul banguntapan singosaren
144. bantul banguntapan wirokerten
145. bantul banguntapan jambidan
146. bantul banguntapan potorono
147. bantul banguntapan baturetno
148. bantul banguntapan banguntapan
149. bantul sewon pendowoharjo
150. bantul sewon timbulharjo
151. bantul sewon bangunharjo
152. bantul sewon panggungharjo
153. bantul kasihan bangunjiwo
154. bantul kasihan tirtonirmolo
155. bantul kasihan tamantirto
156. bantul kasihan ngestiharjo
157. bantul pajangan triwidadi
158. bantul pajangan sendangsari
159. bantul pajangan guwosari
160. bantul sedayu argodadi
161. bantul sedayu argorejo
162. bantul sedayu argosari
163. bantul sedayu argomulyo
164. gunung kidul panggang giriharjo
165. gunung kidul panggang giriwungu
166. gunung kidul panggang girimulyo
167. gunung kidul panggang girikarto
168. gunung kidul panggang girisekar
169. gunung kidul panggang girisuko
170. gunung kidul purwosari girijati
171. gunung kidul purwosari giriasih
172. gunung kidul purwosari giricahyo
173. gunung kidul purwosari giripurwo
174. gunung kidul purwosari giritirto
175. gunung kidul paliyan karang duwet
176. gunung kidul paliyan karang asem
177. gunung kidul paliyan mulusan
178. gunung kidul paliyan giring
179. gunung kidul paliyan sodo
180. gunung kidul paliyan pampang
181. gunung kidul paliyan grogol
182. gunung kidul sapto sari krambil sawit
183. gunung kidul sapto sari kanigoro
184. gunung kidul sapto sari planjan
185. gunung kidul sapto sari monggol
186. gunung kidul sapto sari kepek
187. gunung kidul sapto sari nglora
188. gunung kidul sapto sari jetis
189. gunung kidul tepus sidoharjo
190. gunung kidul tepus tepus
191. gunung kidul tepus purwodadi
192. gunung kidul tepus giripanggung
193. gunung kidul tepus sumber wungu
194. gunung kidul tanjungsari kemadang
195. gunung kidul tanjungsari kemiri
196. gunung kidul tanjungsari banjarejo
197. gunung kidul tanjungsari ngestirejo
198. gunung kidul tanjungsari hargosari
199. gunung kidul rongkop melikan
200. gunung kidul rongkop bohol
201. gunung kidul rongkop pringombo
202. gunung kidul rongkop botodayakan
203. gunung kidul rongkop petir
204. gunung kidul rongkop semugih
205. gunung kidul rongkop karangwuni
206. gunung kidul rongkop pucanganom
207. gunung kidul girisubo balong
208. gunung kidul girisubo jepitu
209. gunung kidul girisubo karangawen
210. gunung kidul girisubo tileng
211. gunung kidul girisubo nglindur
212. gunung kidul girisubo jerukwudel
213. gunung kidul girisubo pucung
214. gunung kidul girisubo songbanyu
215. gunung kidul semanu pacarejo
216. gunung kidul semanu candirejo
217. gunung kidul semanu dadapayu
218. gunung kidul semanu ngeposari
219. gunung kidul semanu semanu
220. gunung kidul ponjong gombang
221. gunung kidul ponjong sidorejo
222. gunung kidul ponjong bedoyo
223. gunung kidul ponjong karang asem
224. gunung kidul ponjong ponjong
225. gunung kidul ponjong genjahan
226. gunung kidul ponjong sumber giri
227. gunung kidul ponjong kenteng
228. gunung kidul ponjong tambakromo
229. gunung kidul ponjong sawahan
230. gunung kidul ponjong umbul rejo
231. gunung kidul karangmojo bendungan
232. gunung kidul karangmojo bejiharjo
233. gunung kidul karangmojo wiladeg
234. gunung kidul karangmojo kelor
235. gunung kidul karangmojo ngipak
236. gunung kidul karangmojo karangmojo
237. gunung kidul karangmojo gedang rejo
238. gunung kidul karangmojo ngawis
239. gunung kidul karangmojo jati ayu
240. gunung kidul wonosari wunung
241. gunung kidul wonosari mulo
242. gunung kidul wonosari duwet
243. gunung kidul wonosari wareng
244. gunung kidul wonosari pulutan
245. gunung kidul wonosari siraman
246. gunung kidul wonosari karang rejek
247. gunung kidul wonosari baleharjo
248. gunung kidul wonosari selang
249. gunung kidul wonosari wonosari
250. gunung kidul wonosari kepek
251. gunung kidul wonosari piyaman
252. gunung kidul wonosari karang tengah
253. gunung kidul wonosari gari
254. gunung kidul playen banyusoco
255. gunung kidul playen plembutan
256. gunung kidul playen bleberan
257. gunung kidul playen getas
258. gunung kidul playen dengok