• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Kehilangan Minyak (Oil Losses) Dari Limbah Cari Pada Final Effluent PT.Daya Labuhan Indah (Dli) Pangkatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penentuan Kadar Kehilangan Minyak (Oil Losses) Dari Limbah Cari Pada Final Effluent PT.Daya Labuhan Indah (Dli) Pangkatan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Kelapa Sawit di Indonesia

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika

Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak di temukan spesies kelapa sawit di hutan

Brazil dibanding dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup

subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini.

Bahkan mampu memberikan hasil produksi per hektar yang tinggi.

Kelapa sawit pertama kali di perkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial

Belanda pada tahun 1848. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan di

budidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perkebunan kelapa sawit pertama

berlokasi di pantai timur sumatera (Deli) dan Aceh.

(Hassan, A.H dkk. 1999)

Minyak sawit merupakan prosuk perkebunan yang memiliki prospek yang cerah

di masa mendatang. Potensi tersebut terletak pada keragaman kegunaan dari minyak

sawit. Minyak sawit di samping digunakan sebagai bahan industri pangan, dapat pula

digunakan sebagai bahan mentah industri nonpangan. Minyak sawit merupakan bahan

baku utama minyak goreng yang banyak di pakai di seluruh dunia. Penghasil minyak

sawit terbesar di dunia saat ini adalah Malaysia dan menjadi sumber devisa utama

(2)

produk olahan yang merupakan hasil sampingan dan pembuatan minyak goreng,

sehingga nilai tambah yang di peroleh relatif kecil. (Gunawan, E. 2004)

2.2 Varietas Kelapa sawit

Tanaman kelapa sawit (palm oil) termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi

dapat di uraikan sebagai berikut.

2.2.1 Klasifikasi

Tanaman kelapa sawit (palm oil) dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

Ordo : Palmales

Famili : Palmae

Sub-famili : Cocoidae

Genus : Elais

Spesies : 1. Elaeis guineensis Jacq (kelapa sawit Afrika)

2. Elaieis melanococca atau Corozo oleifera (kelapa sawit Amerika Latin)

Varietas/tipe : Digolongkan berdasarkan :

1. Tebal tipisnya cangkang (endocarp): dikenal ada tiga

varietas/tipe, yaitu Dura, pisifera, dan Tenera.

2. Warna buah : dikenal tiga tipe yaitu nigrescens, virescens,

(3)

2.2.2 Tipe –tipe Kelapa Sawit

Pembagian tipe kelapa sawit didasarkan pada warna buah (kulit,exocrap) dan ketebalan cangkang. Pada spesies Elaeis guineensis Jacq, dikenal beberapa tipe kelapa

sawit yang dibedakan berdasarkan warna buah dan ketebalan cangkang.

1.Berdasarkan Warna Buah

Berdasarkan warna buah, tipe-tipe kelapa sawit dibedakan sebagai berikut.

a. Tipe Nigrescens: Tipe ini memiliki ciri – ciri buah mentah berwarna ungu (violet) sampai hitam, sedangkan pangkalnya agak pucat. Setelah buah

matang, warna buah berubah menjadi merah-kuning. Tipe ini banyak dijumpai

dimana – mana.

b. Tipe virescens: tipe ini memiliki ciri buah mentah berwarna hijau. Setelah matang, buah menjadi merah – kuning (orange) tetapi bagian ujungnya tetap

kehijau – hijauan. Tipe ini sudah jarang di jumpai di lapangan.

c. Tipe Albascens: tipe ini memiliki ciri – ciri buah muda berwarna kuning pucat, sedangkan buah masak berwarna kuning tua karena mengandung karotein.

Ujung buah berwarna ungu kehitam – hitaman. Tipe ini sudah sulit dijumpai

dan kurang di sukai untuk dibudidayakan. (Risza, S, 1994)

Tabel 1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Warna Kulit Buah

Varietas Warna buah muda Warna buah masak

Nigrescens

Virescens

Ungu kehitam – hitaman

Hijau

Jingga kehitam – hitaman

Jingga kemerahan, tetapi ujung buah

(4)

Abescens Kuning pucat Kekuning – kuningan dan ujungnya

ungu kehitaman

(Naibaho, M.P. 1998)

2.Berdasarkan Tebal Tipis Cangkang

3.Berdasarkan tebal tipisnya cangkang, dikenal tipe – tipe kelapa sawit sebagai berikut.

a.Tipe Dura: Tipe ini memiliki ciri – ciri daging buah (mesocrap) tipis, cangkang (endocarp) tebal (2 – 8 mm), inti (endosperm) besar, dan tidak terdapat

cincin serabut. Persentase daging buah 35% - 60% dengan rendemen minyak 17% -

185. Adapun tipe Deli Dura adalah tipe Dura yang berasal dari Kebun Raya Bogor

(aslinya dari Afrika yang dimasukkan tahun 1848), kemudian dikembangkan di Deli

yaitu daerah sekitar medan (dahulu kerajaan Deli). Dewasa ini tipe Deli Dura banyak

digunakan dalam ddalam kegiatan pemuliaan kelapa sawit.

b.Tipe pisifera: Tipe ini memiliki ciri – ciri daging buahnya tebal, tidak mempunyai cangkang, tetapi terdapat cincin serabut yang mengelilingi inti. Intinya kecil sekali

bila di bandingkan dengan tipe dura ataupun Tenera.bperbandingan daging buah

terhadap buahnya tinggi dan kandungan minyaknya tinggi. Bunga kelapa sawit tipe

pisifera biasanya steril. Kelapa sawit tipe ini hanya di pakai sebagai “pohon bapak”

dalam persilangan tipe Dura/Deli.

c.Tipe Tenera: tipe ini merupakan hasil silang antara tipe Dura dan tipe Pisifera. Sifat tipe Tenera merupakan kombinasi sifat khas dari kedua induknya. Tipe ni mempunya

(5)

seperti pisifera, sedangkan intinya kecil. Perbandingan daging buah terhadap buah

60% - 90%, rendemen minyak 22% - 24%. Jumlah daun yang terbentuk tiap tahun

lebih banyak dari pada tipe Dura, tetapi ukurannya lebih kecil. (Darnoko, D. 2003)

a. Tabel 2. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Ketebalan Tempurung dan Daging buah

Varietas

Deskripsi

Dura

Pisifera

- Tempurung tebal (2 – 8 mm)

- Tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar

tempurung

- Daging buah relatif tipis, yaitu 35 – 50% terhadap buah

- Kernel (daging biji) besar dengan kandungan minyak

rendah

- Dalam persilangan, dipakai sebagai pohon induk betina

- Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak

ada

- Daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah Dura

- Daging biji sangat tipis

- Tidak dapt di perbanyak tanta menyilangkan induk

jantan

- Hasil dari persilangan Dura dengan Pisifera

(6)

Tenera - Terdapat lingkaran lingkaran serabut di sekeliling

tempurung

- Daging buah sangat tebal (60 – 96% dari buah)

- Tandan lebih banyak, tetapi ukurannya relatif lebih kecil

(S.Ketaren, 1986)

2.3 Panen Kelapa Sawit

Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3 - 4 tahun dan buahnya menjadi

masak 5 – 6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat

dilihat dari perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah

jingga waktu buah telah masak. Pada saat itu, kandungan minyak pada daging buah

(7)

Panen pada tanaman kelapa sawit meliputi pekerjaan memotong tandan buah

masak, memungut brondolan dan sistem pengangkutannya dari pohon ke tempat

pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik.

2.4 Kriteria matang panen

kriteria panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong

buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan

minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau

FFA) minimal. Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat di panen yaitu

berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh, yaitu tanaman dengat umur kurang dari 10

tahun, jumlah brondolan kurang lebih 10 butir dan tanaman dengan umur lebih dari 10

tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20 butir. Namun, secara praktis digunakan

kriteria umum yaitu pada setiap 1 kg buah segar (TBS) terdapat 2 brondolan.

2.4.1 Cara panen

Cara pemanenan buah sangat mempengaruhi jumlah dan mutu minyak yang

dihasilkan. Panen yang tepat mempunyai sasaran untuk mencapai kandungan minyak

yang paling maksimal. Pemanenan pada keadaan buah lewat matang akan

meningkatkan Asam Lemak Bebas atau Free Fatty (ALB atau FFA). Hal ini tentu

akan banyak merugikan sebab pada buah yang terlalu masak sebagian kandungan

minyaknya berubah menjadi ALB sehingga akan menurunkan mutu minyak. Selain

itu, buah yang terlalu masak lebih mudah terserang hama dan penyakit. Sebaliknya,

pemanenan pada buahyang mentah akan menurunkan kandungan minyak, walaupun

(8)

Berdasarkan tinggi tanaman, ada tiga cara panen yang dilakukan oleh

perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

- Tanaman yang tingginya 2 – 5 m digunakan cara panen jongkok dengan alat

dodos.

- Tanaman dengan ketinggian 5 – 10 m di panen dengan cara berdiri

menggunakan alat kapak siam.

- Tanaman dengan tinggi di atas 10 m dipanen dengan cara egrek yaitu alat arit

bergagang panjang.

2.4.2 Fraksi TBS dan Mutu Panen

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan di pabrik sangat dipengaruhi

perlakuan sejak awal panen di lapangan. Faktor penting yang cukup berpengaruh

adalah kematangan buah yang di panen dan cepat tidaknya pengangkutan buah ke

pabrik.

Table 3 Tingkatan Fraksi TBS

No Kematangan Fraksi Jumlah Brondolan Keterangan

1.

Tidak ada buah berwarna hitam

1 – 12,5% buah luar membrondol

12,5 – 25% buah luar membrondol

25 – 50% buah luar membrondol

Sangat

mentah

Mentah

Kurang

(9)

3. Lewat matang

3

4

5

50 – 75% buah luar membrondol

75 – 100% buah luar membrondol

Buah dalam membrondol, ada buah

yang busuk

Matang I

Matang II

Lewat

matang I

Lewat

matang II

Derajat kematangan yang baik dan buruk yaitu tandan – tandan yang di panen

berada pada fraksi 1, 2, dan 3.

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas

(ALB) minyak sawit yang di hasilkan. Apabila pemanenan buah dilakukan dalam

keadaan lewat matang, maka minyak yang di hasilkan mengandung ALB dalam

persentase tinggi (lebih dari 5%). Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam

keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang

diperoleh juga rendah. (Tim Penulis PS,1993)

2.5 Minyak Sawit

Minyak kelapa sawit adalam minyak yang di peroleh dari proses pengempaan daging

buah kelapa sawit (mesocrap) tanaman Ealaeis guineensis Jacq. Minyak sawit kasar yang di kenal dengan istilah CPO (Crude Palm Oil) adalah minyak yang diperoleh

(10)

Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu senyawa

gliserol dengan asam lemak. Sesuai dengan bentuk bangun rantai asam lemaknya,

minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat – linoleat. Minyak sawit

berwarna merah jingga karena kandungan karotenoida (terutama β–karoten).

Pembentukan lemak dalam buah sawit mulai berlangsung beberapa minggu sebelum

matang. Penentuan saat panen adalah sangat menentukan. Kandungan minyak

tertinggi dalam buah adalah pada saat buah akan membrondol (melpas dari tndannya).

Kematangan tandan dinyatakan dengan jumlah buahnya yang membrondol. Seminggu

sebelum matang, yaitu 19 minggu setelah penyerbukan, minyak yang terbentuk baru 6

– 7%. Menjelang pematangannya pembentukan minyak berlangsung dengan cepat

sehingga mencapai maksimumnya, yaitu sekitar 50% berat terhadap daging buah

segar pada minggu ke-20 setelah penyerbukan.

Hidrolisis lemak menjadi gliserol da asam lemak bebas dalam buah kelapa sawit

terjadi sejak buah membrondol atau saat tandan dipotong dan terlepas hubunganya

dengan pohon. Proses hidrolisis dikatalis oleh enzim lipase yang terdapat dalam buah,

tetapi berada di luar sel yang mengandung minyak. Jika dinding sel pecah karen

proses pembusukan, pelukaan mekanik, tergores atau memar karenabenturan, enzim

akan bersinggungan dengan minyak dan reaksi hidrolisis akan berlangsung dengan

cepat. Pembentukan ALB oleh mikroorganisme jika dapat terjadi bila suasana sesuai,

yaitu pada suhu rendah di bawah 50oC, dan dalam keadaan lembab dan kotor. Minyak

sawit harus segera dimurnikan setelah pengutipannya. Pemanasan sampai suhu di atas

90oC seperti pada pemisahan dan pemurnian akan menghancurkan semua

(11)

mikroorganisme tidak berkembang dan jika lebih tinggi maka minyak ditimbun dalam

keadaan panas sekitar 90 – 95oC. (Mangoensoekarjo, 2003)

2.5.1 Sifat Fisika – Kimia Minyak Kelapa Sawit

Sifat fisik – kimia minyak kelapa sawit meliputi warna, bau, dan flavor,

kelarutan, dan sebagainya. Berikut ini di jelaskan beberapa sifat fisik – kimia minyak

kelapa sawit.

Tabel 4. Sifat Fisika – Kimia dari Minyak Kelapa Sawit dan Minyak

Inti Kelapa Sawit

Sifat Minyak sawit Minyak inti sawit

Bobot jenis pada suhu kamar

Indeks bias D 40oC

Bilangan Iod

Bilangan Penyabunan

0,9000

1,4565 – 1,4585

48 – 56

196 – 205

0,900 – 0,913

1,495 – 1,415

14 – 20

144 - 154

(Darnoko, D. 2003)

Warna minyak di tentukan oleh adanya pigmen yang masih tersisa setelah proses

pemucatan, karena asam – asam lemak dan gliserida tidak berwarna. Warna orange

(12)

Bau dan flavor dalam minyak terdapat secara alami, juga terjadi terjadi akibat

adanya asam – asam lemak berantai pendek akibat kerusakan minyak. Sedangkan bau

khas minyak kelapa sawit di timbulkan oleh persenyawaan beta ionone. (S.Ketaren,

1986)

2.5.2 Komposisi Minyak Kelapa Sawit

Kelapa sawit mengandung lebih kurang 80% prikarp da 20% buah yang dilapisi kulit

yang tipis, kadar minyak dalam perikarp sekitar 34 – 40%. Minyak kelapa sawit

adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Titik lebur minyak

sawit tergantung pada kadar trigliseridanya. Minyak sawit terdiri atas berbagai

trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda – beda. Panjang rantai adalah

antara 14 – 20 atom karbon. Dengan demikian sifat minyak sawit ditentukan oleh

perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut. Pada tabel di bawah ini tercantum

panjang rantai dan sifat – sifat asam lemak yang ada dalam minyak sawit.

Tabel 5. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit

Asam Lemak

Jumlah Karbon

Titik Jenuh Titik Lebur (oC)

Asam Lemak, % Berat

Minyak sawit

(13)

Kaprilat

Jumlah asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh dalam minyak sawit hampir

sama. Komponen utama adalah asam palmitat dan oleat.

2.5.3 Keunggulan Minyak Kelapa Sawit

Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki

keunggulan dibandingkan dengan minyak nabatinya. Minyak sawit juga memiliki

(14)

Kadar sterol dalam minyak sawit relatif lebih rendah di bandingkan minyak

nabati lainnya. Dalam CPO kadae sterol berkisar antara 360 – 620 ppm dengan kadar

kolesterol hanya sekitatr 10 ppm saja atau sebesar 0,001% dalam CPO. Bahkan hasil

dari penelitian dinyatakan bahwa kandungan kolesterol dalam satu butir telur setara

dengan kandungan kolesterol dalam 29 liter minyak sawit. Minyak sawit dapat

dinyatakan sebagai minyak goreng nonkolesterol (kadar kolesterolnya rendah). (S.

Ketaren. 1986)

2.5.4 Pemanfaatan Minyak Kelapa Sawit

Manfaat minyak sawit diantaranya sebagai bahan baku untuk industri pangan

dan industri nonpangan.

A.Minyak Sawit Untuk Industri pangan

Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak sawit

maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenesis.

Produk CPO Indonesia sebagian besar di fraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein

cair dan fraksi stearin padat. Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyka sdawit

antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarine, butter, vanaspati,

shortening dan bahan untuk membuat kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit

mempunyai bebrapa keunggulan dibanding minyak goreng lainnya, antara lain

mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai sumber vitamin E. Di samping

itu, kandungan asam linoleat dan linolenatnya rendah sehingga minyak goreng yang

terbuat dari minyak sawit memiliki kemantapan kalor (heat stability) yang tinggi dan

tidak mudah teroksidasi.

(15)

Produk nonpangan yang dihasilkan dari minyak sawit dan minyak inti sawit diproses

melalui proses hidrolisis (splitting) untuk menghasilkan asam lemak dan gliserin.

Kandungan minyak dalam sawit berjumlah kurang lebih 1%, diantara kandungan

minor yang sangat berguna tersebut antara lain karoten dan tokoferol yang dapat

mencegah kebutaan (defisiensi vitamin A) dan pemusnahan radikal bebas yang

selanjutnya juga bermanfaat untuk mencegah kanker, arterosklerosis, dan

memperlambat proses penuaan. Oleokimia adalah bahan baku industri yang di peroleh

dari minyak nabati, termasuk diantaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit.

Produksi utama minyak yang yang digolongkan dalam oleokimikal adalah asam

lemak, lemak alkohol, asam amino, metal ester, dan gliserin. Bahan - bahan tersebut

mempunyai spesifikasi penggunaan sebagai bahan baku industri komestik dan aspal.

Oleokimia juga digunakan dalam pembuatan bahan detergen.(Darnoko, D. 2003)

2.6 Mutu Minyak Sawit

Minyak sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh

karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Istilah

mutu minyak sawit dapat dibedakan menjadi dua arti. Pertama, benar – benar

murnidan tidak bercampur dengan minyak nabati lainnya. Mutu minyak sawit tersebut

dapat ditentukan dengan menilai sifat – sifat fisiknya, yaitu dengan mengukur nilai

titik lebur angka penyabunan dan yodium. Kedua, pengertian mutu sawit berdasarkan

ukuran. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu

international yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam besi, logam tembaga,

peroksida dan ukuran pemucatan.

(16)

kemurnian, kesegaran, maupun aspek higienisnya harus lebih diperhatikan. (Gunawan,

E. 2004)

Asam Lemak Bebas

Penyebab dominan kenaikan ALB adalah hidrolisis dan oksidasi. Dalam reaksi

hidrolisis, minyak diubah menjadi asam lemak bebas dan gliserol sehingga CPO

berbau tengik. Sedangkan dalam reaksi oksidasi, minyak sawit akan menghasilkan

senyawa aldehid dan keton sehingga CPO berbau tengik, berubah warna karena

kerusakan pigmen, penurunan kandungan vitamin dan keracunan.

Kadar Air

Zat yang mudah menguap pada temperatur diatas 100 oC adalah air. Tingginya

kandungan air di dalam CPO akan mengakibatkan hidrolisis trigliserida secara

autokatalis, yang meningkatkan kadar ALB. Air merupakan media yang baik bagi

pertumbuhan mikroba yang dapat mempercepat terjadinya oksidasi.

Kadar Kotoran

Kotoran dalam minyak sawit adalah kotoran yang tidak larut dalam n-heksan

dan Petroleum eter. Kotoran ini dapat menyebabkan proses hidrolisis di dalam minyak

karena mengandung besi (fe) dan tembaga (Cu) yang merupakan pro-oksidan.

Penyebabnya adalah TBS kotor dan juga selama proses di pabrik. Kadar air dan kadar

kotoran dapat dikontrol pada CST (Continuos settling Tank) dengan menjaga ketebalan lapisan minyak ≥50 cm

.

DOBI (Deterioration of Bleachability Index) atau Indeks Daya Pemucat

Parameter DOBI ditentukan dengan metode analisa yang sederhana dari ratio

hasil pengukuran spektrofotometer terhadap absorbens pada gelombang 446 nm

(17)

proses pengolahan menyebabkan β-karoten berubah menjadi senyawa yang berwarna

kecoklatan dan larut dalam minyak. Semakin banyak senyawa yang berwarna

kecoklatan, semakin sulit minyak dipucatkan dan semakin rendah nilai DOBI nya.

Bilangan Iodin

Bilangan iodin adalah bilangan yang menyatakan kandungan asam lemak tidak

jenuh yang dinyatakan dalam milligram iodium yang diserap per gram minyak. Asam

lemak tidak jenuh adalah lemak yang rendah kadar kolestrolnya. Tinggi rendahnya

kadar iodin dalam minyak sawit tidak dipengaruhi oleh proses pengolahan, teteapi

dipengaruhi oleh klon bahan tanaman yang dibudidayakan. Semakin tinggi bilangan

iodium berarti semakin banyak kandungan asam lemak tidak jenuh dan semakin baik

kualitas CPO.

Bilangan Peroksida, mek/kg

Peroksida adalah hasil oksidasi pertama yang non-transisten dan terbentuk

karena bertambahnya radikal aktif molekul oksigen pada gusus metilen aktif pada

rantai asam lemak yang terdapat dalam minyak.

Bilangan Anisidin, mek/kg

Bilangan Anisidine adalah bilangan yang merupakan angka petunjuk jumlah

abstad yang teroksidasi menjadi gugus aldehid dan keton yang dinyatakan dengan

milliliter eqivalen oksigen yang terikat pada setiap kg minyak.

Titik Cair

Titik cair merupakan salah satu besaran fisik dimana pada temperatur tersebut

terjadi perubahan fase padat ke cair (mulai mencair).

Kadar Fe dan Cu

(18)

Kontaminasi terjadi di pabrik dan transportasi akibat kontak langsung antara minyak

dengan logam yang mengandung Fe ataupun Cu.

β-karoten

β-karoten memberi warna merah kuning alami dalam CPO mengandung

pro-vitamin A dan merupakan anti oksidan alami yang efektif. β-karoten terdegradasi oleh

panas yang belebihan dan oksidasi dengan udara.

2.7 Proses Pengolahan Tandan Buah Segar di Stasiun Perebusan

Perebusan merupakan awal proses pengolahan buah yang hasilnya sangat

menentukan terhadap keberhasilan proses pengutipan atau kehilangan (losses) minyak ataupun inti pada proses selanjutnya. Proses perebusan yang sempurna akan

memaksimalkan efektivitas pengutipan minyak, sedangkan perebusan yang kurang

sempurna akan menyebabkan peningkatan losses. Oleh karena itu proses perebusan yang sempurna mutlak harus dilakukan sehingga capaian rendemen dapat meningkat

dan losses dapat ditekan.

2.8 Limbah cair

Pengertian Limbah

Limbah adalah hasil samping dari proses produksi yang tidak akan di gunakan, dapat

berbentuk padat, cair, gas, suara, dan getaran yang dapat menimbulkan pencemaran

apabila tidak di kelola dengan benar.

(19)

Yang perlu diperhatikan adalah memasang dan menyediakan cooling tower, pompa

recirculation, surface aerator dan pipa-pipa dari PVC (Leaflet terlampir).

Pembuatan kolam-kolam di Effluent Treatment seperti Anaerobic Pond dan lain-lain,

serta pembuatan parit-parit menjadi tanggung jawab Pemilik. Akan ada limbah 8

(delapan) kolamyaitu masing-masing untuk :

Kolam Pendingin ( Cooling Pond )

2 ( dua ) unit Kolam Pendingin yang akan berfungsi juga untuk dapat melakukan

pengutipan minyak apabila terjadi kandungan minyak pada limbah tampak

terlihat.Kolam pendingin dibuat dengan ukuran 22.000 mm X 22.000 mm ( pada bibir

kolam atas ) dengan kedalaman 4.000 mm (finish level), dinding kolam dibuat miring

1:1 ( 45 derajat ) dan dilapisi pasangan batu ( rip–rap ) dengan ukuran batu minimal

200 mm, demikian pula untuk lantainya dibuat dengan landasan pasangan batu.

Pekerjaan penggalian tanah untuk kolam pendingin ini akan ditunjukkan lay out di site

pada posisi yang kontour tanah yang tinggi supaya dapat memungkinkan proses

selanjutnya dari kolam pendingin ke kolam berikutnya dengan cara aliran gravitasi.

Pengeluaran limbah cair yang sudah turun temperaturnya dengan pipa HDPE diameter

300 mm dialirkan ke kolam pembiakan bakteri/mixing pond, valve yang digunakan

adalah stainless steel ball valve.

Kolam Pembiakan Bakteri ( Mixing Pond )

3 ( tiga ) unit Kolam Pembiakan Bakteri ( mixing pond ) dibuat dengan ukuran

22.000 mm X 22.000 mm ( pada bibir kolam atas ) dengan kedalaman 4.000 mm (

finish level ), dinding kolam dibuat miring 1: 1 ( 45 derajat ) dan dilapisi pasangan

batu ( rip–rap ) dengan ukuran batu minimal 200 mm, demikian pula untuk lantainya

(20)

Hal ini dilakukan pada waktu pertama kali effluent treatment dijalankan selanjutnya

menaikkan pH dapat dilakukan dengan daur ulang ( sirkulasi ) cairan yang sudah

matang dimana pH-nya sudah diatas kurang lebih 6.

Elevasi tanah atas ( top level ) area kolam ini harus berbeda dengan elevasi tanah atas

kolam pendingin sekurangnya 3.000 mm ( perbedaan kontour ) sehingga dapat

memungkinkan aliran gravitasi . Untuk tahap pertama pabrik kapasitas 30 ton TBS per

jam hanya dibuat kolam 2 unit saja, tetapi area level tanah disini dibuat untuk

memungkinkan menjadi 4 kolam pada saat pengembangan kapasitas pabrik menjadi

60 ton TBS per jam.

Kolam Anaerobic ( Anaerobic Pond )

2 ( dua ) unit Kolam Anaerobic primer dengan bentuk bulat lingkaran, ukuran bibir

atas kolam adalah 44.000 mm diameter dengan kedalaman kolam tidak kurang dari

5.000 mm.

Dinding kolam dilapisi dengan pasangan batu ukuran minmal 200 mm, kemiringan

dinding adalah 1: 1 ( 45 derajat ), lantai dasar kolam dilapisi dengan pasangan batu.

Elevasi tanah atas ( top level ) area kolam ini harus berbeda dengan elevasi tanah atas

kolam mixing sekurangnya adalah 3.500 mm, karena untuk dapat memungkinkan

aliran proses effluent treatment dengan aliran gravitasi.

Aliran gravitasi dari kolam mixing ke kolam anaerobic ini dengan menggunakan pipa

HDPE diameter 300 mm dan valve jenis sounder yang digunakan.

Untuk proses sirkulasi umpan bakeri aktif ke kolam mixing ( back mixing ) dengan

menggunakan pompa type centrifugal pump ( 2 unit ) dengan kapasitas minimal 40

m3per jam, pipa yang digunakan adalah pipa HDPE diameter 152 mm.

(21)

2 ( dua ) unit Kolam pengendapan ( contact pond ) yang berfungsi untuk

mengendapan solid terbawa cairan dari kolam anaerobic. Kolam ini dibuat dengan

ukuran 18.000 mm X 18.000 mm dengan kedalaman 3.000 mm, dimana dinding

kolam dibuat miring dan dilapisi pasangan batu (rip–rap) ukuran batu 200 mm,

perbandingan kemiringan adalah 1 : 1 ( 45 derajat ).

Elevasi tanah area ini dibuat lebih rendah dari elevasi tanah area kolam anaerobic

tidak kurang dari 1.500 mm, hal ini untuk pengeluaran aliran limbah yang diproses di

kolam anaerobic dapat dialirkan secara overflow.

Dua unit kolam pengendap ini bekerja secara seri yaitu aliran overflow dari kolam

anaerobic akan masuk dulu ke kolam pengendapan no 1 dan dari kolam pengendapan

no 1 akan overflow ke kolam pengendapan no 2 . Diantara dua unit kolam ini

disediakan 2 unit pompa jenis slury pump untuk digunakan mengembalikan endapan

solid kembali ke kolam anaerobic.

Jenis pompa dengan kapasitas tidak kurang dari 40 m3 dan pipa yang digunakan untuk

mengembalikan solid dengan pipa HDPE diameter 152 mm dan sounder valve yang

digunakan.

Sedangkan pengeluaran aliran cairan dari kolam pengendapan no 2 ke kolam

selanjutnya dengan aliran overflow.

Kolam Aerasi ( areasi pond )

1 ( satu ) unit Kolam Aerasi dipakai untuk memperkaya cairan limbah dengan oksigen

dan membunuh bakteri anaerob.

Kolam tanah ini dibuat dengan kedalaman tidak kurang dari 3.000 mm dan panjang

150.000 X lebar tidak kurang dari 50.000 mm, dinding kolam dibuat dengan

(22)

Untuk memperkaya pemasukan oksigen terhadap cairan limbah ini, maka di kolam ini

dilengkapi dengan 3 unit Arerator system 3Kw.

Elevasi tanah area kolam ini dibuat lebih rendah dari area kolam pengendapan (

contact pond ), karena aliran yang diharapkan adalah dengan overflow.

Kolam Pelepasan

Satu ( 1 ) unit Kolam pelepasan dipakai untuk memberikan kesempatan perbaikan pH

sebelum limbah dilepaskan keluar.

Kolam tanah ini dibuat dangkal dengan isi 3.000 m3 dan kedalaman 2 m.

Kolam ini adalah kolam terakhir dalam proses air limbah, selanjutnya cairan dibuang

ke sungai dengan cara over flow, dan dilengkapi dengan basculator untuk perhitungan

Gambar

Tabel 1. Varietas Kelapa Sawit Berdasarkan Warna Kulit Buah
Table 3 Tingkatan Fraksi TBS
Tabel 4. Sifat Fisika – Kimia dari Minyak Kelapa Sawit dan Minyak
Tabel 5. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit

Referensi

Dokumen terkait