• Tidak ada hasil yang ditemukan

Religiusitas pada Lansia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Religiusitas pada Lansia"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Religiusitas

1. Pengertian Religiusitas

Menurut Drikarya (dalam Widiyanta, 2005), kata ‘religi’ berasal dari bahasa latin ‘religio’ yang berarti mengikat. Maksudnya dari kata ini adalah suatu kewajiban-kewajiban atau aturan-aturan yang harus dilaksanakan yang kesmeuanya itu berfungsi untuk mengikat dan mengutuhkan diri seseorang atau sekelompok orang dalam hubungannya dengan Tuhan atau sesama manusia, serta alam sekitarnya. Istilah religi atau agama sering dibedakan dengan istilah religiusitas. Agama menunjuk pada aspek formal, yang berkaitan dengan aturan-aturan dan kewajiban-kewajiban, sedangkan religiusitas lebih menunjuk pada pada aspek religi yang telah dihayati oleh individu per individu didalam hatinya. Glock & Stark memahami religiusitas sebagai kepercayaan individu tentang ajaran-ajaran agama tertentu yang dianut dan dampak dari ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari (dalam Pujiono, 2006).

(2)

10 Berdasarkan sejumlah pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa religiusitas adalah penghayatan manusia akan ajaran, kewajiban dan aturan agama yang dianutnya serta diamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Dimensi Religiusitas

Glock dan Stark (2003), mengemukakan beberapa dimensi dari religiusitas, yakni: a. Dimensi Ideologis

Dimensi ideologis merupakan bagian dari keberagaman yang berisi kepercayaan atau doktrin agama yang harus dipercayai, Misalnya kepercayaan umat Islam terhadap Nabi Muhammad SAW dan kepercayaan umat Kristian terhadap ketuhanan Kristus.

b. Dimensi Ritualistik

Dimensi ritualistik berkaitan dengan perilaku,maksudnya perilaku yang mengacu pada perilaku-perilaku khusus yang ditetapkan agama, seperti tata cata beribadah, perpuasa, pengakuan dosa dan lain sebagainya.

c. Dimensi Eksperensial

(3)

11 d. Dimensi Intelektual

Dimensi intelaktual yaitu informasi khusus tentang suatu agama yang harus diketahui oleh penganutnya. Dimensi ini berhubungan erat dengan pengathuan tentang agama yang dianut oleh seseorang.

e. Dimensi Konsekuensial

Dimensi konsekuensial ini menunjukkan akibat ajaran dalam perilaku umum. Dimensi ini merupakan efek ajaran agama pada perilaku individu dalam kahidupan sehari-hari.

B. Lansia

1. Pengertian Lansia

Masa dewasa akhir atau lanjut usia adalah periode perkembangan yang bermula pada usia 60 tahun yang berakhir seiring dengan kematian. Masa ini adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial (Santrock, 2009).

(4)

12 (very old age), usia 75 tahun sampai dengan meninggal dunia (Newman & Newman, 2006).

Penuaan juga dikatakan sebagai perubahan kumulatif pada mahluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel yang mengalami kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerasi pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, syaraf dan jaringan tubuh lainnya (Hasan, 2006). Penuaan terbagai atas penuaan primer (primary aging) dan penuaan sekunder (secondary aging). Pada penuaan primer tubuh melemah dan mengalami penurunan karena proses normal yang alamiah. Pada penurunan sekunder terjadi proses penuaan karena faktor-faktor ekstrinsik seperti lingkungan atau perilaku.

2. Ciri-ciri Lansia

Sama seperti periode sebelumnya dalam rentang kehidupan manusia, usia seseorang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan, sampai sejah mana seorang pria atau waita usia lanjut akan melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk (Hurlock, 1999):

a. Periode Kemunduran

(5)

13 proses menua. Kemunduran dapat juga mempunyai penyebab psikologis, sikap tidak senang terhadap diri sendiri, ornag lain, pekerjaan dan kehidupan.

b. Perbedaan individual pada efek menua

Individu menjadi tua secara berbeda karena mereka mempuyai sifat bawaan yang berbeda, sosial ekonomi dan latar belakang pendidikan yang berbeda serta pola hidup yang berbeda. Perbedaan terlihat diantara individu-individu yang mempunyai jenis kelamin yang sama, yang semakin nyata bila pria dibandingkan dengan wanita karena menua terjadi dengan laju yang berbeda pada masing-masing jenis kelamin. Bila perbedaan-perbedaan tersebut bertambah sesuai dengan usia, maka perbedaan-perbedaan tersebut akan membuat individu bereaksi secara berbeda terhadap situasi yang sama.

c. Berbagai stereotip pada lanjut usia

(6)

14 d. Menua membutuhkan perubahan peran

Sama seperti individu berusia madya yang harus belajar untuk memainkan peranan baru, demikian juga bagi yang berusia lanjut. Pengaruh kebudayaan dewasa ini, dimana efisiensi, kekuatan, kecepatan dan kemenarikan bentuk fisik sangat dihargai, mengakibatkan orang yang berusia lanjut sering dianggap tidak ada gunanya lagi. Lansia tidak dapat bersaing dengan orang-orang yang lebih muda dalam bidang tertentu, sehingga sikap sosial seringkali menjadi kurnag menyenangkan.

Individu yang memasuki masa lanjut usia juga mengalami perubahan-perubahan sebagai berikut:

a. Perubahan Fisik

Adapun beberapa perubahan fisik yang terjadi sewaktu memasuki usia tua, antara lain:

- Perubahan pada sistem kekebalan atau immunologi, dimana tubuh menjadi rentan terhadap penyakit dan alergi

- Konsumsi energik turun secara nyata diikuti dengan menurunnya jumlah energi yang dikeluarkan oleh tubuh

(7)

15 - Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal, kemampuan

mencerna makanan serta penyerapan menjadi lamban dan kurang efisien, gerakan peristaltik usus menurun sehingga terjadi konstipasi

- Perubahan pola sistem metabolik, yang menyebabkan gangguan metabolisme glukosa karena sekresi insulin yang menurun

- Sistem syaraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun dekat, kepekaan terhadap bau dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan berkurang, pendengarah berkurang, reaksi menjadi lambat, fungsi mental menurun serta ingatan visual yang juga ikut berkurang

- Perubahan pada sistem pernafasan akibat menurunnya elastisitas paru-paru yang kemudian mempersulit pernafasan sehingga dapat mengakibatkan munculnya rasa sesak dan tekanan darah yang meningkat

- Kehilangan elastisitas dan fleksibilitas persendian diikuti tulang yang mulai keropos

b. Perubahan Psikososial

(8)

16 sedikitnya teman akra yang sebaya. Kecemasan dan mudah marah merupakan gejala yang umum dapat menyebabkan keluhan sulit tidur.

c. Perubahan emosi dan kepribadian

Setiap ada kesempatan, lansia akan selalu melakukan introspeksi diri. Terjadi proses pematangan dan bahkan tidak jarang terjadi pemeranan gender yang terbalik. Para wanita lansia bisa menjadi lebih tegar dibandingkan lansia pria, apalagi dalam memperjuangkan hak mereka. Sebaliknya, pada lansia, banyak pria tidak segan-segan memerankan peran yang sering distrereotupkan sebagai pekerjaan wanita, seperti mengasuh cucu, menyiapkan sarapan, membersihkan rumah dan sebagainya. Persepsi tentang kondisi kesehatan berpengaruh pada kehidupan psikososial, dalam hal memilih bidang kegiatan yang sesuai dan cara menghadapi persoalan hidup.

Demikian pula Mubin (2006), mengemukakan mengenai perubahan-perubahan yang umumnya terjadi pada fase lanjut usia, yaitu:

a. Perubahan Fisik:

- Kekuatan fisik dan motorik yang menjadi sangat berkurang. Terkadang ada sebagian fungsi organ tubuh yang tidak dapat dipertahankan lagi

(9)

17 b. Perubahan Psikis

- Munculnya rasa kesepian, yang mungkin disebabkan anak-anaknya yang sudah besar dan berkeluarga sehingga tidak tinggal serumah lagi. Lansia biasanya suka turut serta dalam memelihara cucu-cucunya untuk mengatasi rasa kesepian tersebut

- Berkurangnya kntak sosial dan tugas-tugas sosial akibat kondisi fisik yang menurun

- Lekas merasa jenuh dan terkadang menjadi cerewet

- Mengalami penurunan dalam hal ingatan, pengelihatan, pendengaran dan kadang-kadang menjadi pikun

- Suka bercerita atau bernostalgia tentang kehebatannya dimasa lampau

- Kehidupan keagamaan menjadi sangat baik, terutama dalam hal ibadah dan beramal, karena segi usia rata-rata lansia sudah mendekati kematian yang pasti datang menjemputnya

3. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Robert Peck, tahap akhir dari perkembangan Erikson yaitu ‘Integrity vs Despair’ dapat digambarkan dengan tiga tugas-tugas perkembangan atau isu-isu yang

dihadapi pria dan wanita pada saat mereka tua, yakni: a. Differentiation vs Preoccupation

(10)

18 yang bernilai sehingga dapat mengisi waktu yang sebelumnya diisi dengan pekerjaan dan mengasuh anak.

b. Body Transcendence vs Body Preoccupation

Merupakantugas perkembangan dimana individu dewasa lanjut harus mengalami kondisi penurunan kesehatan fisik. Seiring dengan proses menua, individu dewasa lanjut mungkin menderita penyakit kronis dan tentu saja penurunan kapasitas fisik. Bagi pria dan wanita yang identitasnya berkisar di sekitar kesehatan fisik, penurunan kesehatan dan kerusakan kapasitas fisik akan menghadirkan beberapa ancaman bagi identitas diri dan perasaan akan kepuasan hidup. Namun beberapa individu lansia menikmati hidup melalui hubungan-hubungan antar manusia yang memberi kesempatan untuk keluar dari kesibukan dengan tubuhnya.

c. Ego Transendence vs Ego Preoccupation

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan implementasi pendidikan karakter berbasis budaya sekolah melalui penerapan sistem boarding school di SMP Islam Terpadu Generasi

• Pelayanan yang disediakan oleh Puskesmas perlu diketahui oleh masyarakat sebagai pengguna pelayanan, oleh lintas program, dan sektor terkait untuk meningkatkan kerjasama,

Pertama kali masuk SD saat berusia 6 tahun, diantar oleh ibunya, tidak ada cemas perpisahan saat ditinggal ibunya, selanjutnya pasien pergi kesekolah dengan teman-temannya

(1) Bidang Penqadaan, Pemberhentian dan Mutasi Pegawai mempunyai tugas menyiapkan bahan dan merumuskan program formasi pegawai, mengelola administrasi pengadaan,

Maksud analisis sistem adalah membantu pengertian mengapa sebuah sistem mempunyai berperilaku tertentu ( bagaimana dan mengapa ia me ngubah sekumpulan input-input yang ada

Berdasarkan hasil penelitian yang menguji pengaruh user interface terhadap kenyamanan pengguna E – commerce Wonosobo Mall menunjukan hasil Ha diterima dan Ho ditolak

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Karya Desain ini, yang merupakan salah satu

diujicobakan terlebih dahulu pada kelas lain untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya beda, validitas, dan reliabilitas soal. Teknik pengumpulan data yang digunakan