BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. OBESITAS.
2.1.1. Pengertian Obesitas.
Obesitas adalah kelebihan lemak dalam tubuh, yang
umumnya ditimbun dalam jaringan subkutan (bawah kulit), sekitar
organ tubuh dan kadang terjadi perluasan ke dalam jaringan
organnya (Misnadierly, 2007).
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan
ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan
lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang
melampaui ukuran ideal (Sumanto, 2009).
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan ataupun
abnormal yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2011)
Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan,
terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya
b. Penentuan Obesitas.
Penentuan obesitas ditentukan dengan mengklasifikasikan
status gizi berdasarkan (IMT). seperti Tabel. 2.1.
Index Mass Tubuh (IMT) merupakan rumusan matematis yang
berkaitan dengan tubuh orang dewasa dan dinyatakan sebagai
berat badan dalam kilogram dibagi dengan kwadrat tinggi badan
dalam ukuran meter (Arisman, 2007).
Rumus penentuan IMT.
IMT = BB/TB.
Batas ambang IMT ditentukan merujuk ketentuan FAO/WHO.
Untuk kepentingan indonesia, batas ambang dimodifikasi berdasarkan
pengalaman klinis dan hasil penelitian di beberapa negara berkembang.
Batas IMT untuk indonesia.
Tabel. 2.1 Batas ambang IMT.
Katagori IMT
Sangat kurus Kekurangan berat
badan tingkat berat.
< 17,0
Kurus Kekurangan berat
badan tingkat ringan
17 - < 18,5
Normal 18,5 – 25,0
Gemuk overweight Kelebihan berat badan
tingkat ringan
Obese Kelebihan berat badan
tingkat berat
> 27.0
(Sumber: Depkes,1994. pedoman praktis pemantauan Status Gizi orang dewasa, jakarta. hlm. 4).
2.1.2 Tipe – tipe obesitas.
Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan dalam
beberapa tipe purwati, 2001 ) yaitu :
1. Tipe Hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karna jumlah sel
yang lebih banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel –
sel nya sesuai dengan ukuran sel normal terjadi pada masa anak –
anak. Upaya menurunkan berat badan ke kondisi normal pada
masa anak – anak akan lebih sulit.
2. Tipe hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang
lebih besar dibandingkan ukuran sel normal. kegemukan tipe ini
terjadi pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat
badan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplasia.
3. Tipe Hiperplastik dan hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena
jumlah sel melebihi norma. kegemukan tipe ini dimulai pada masa
anak – anak dan terus berlangsung sampai setelah dewasa. upaya
untuk menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang
paling sulit, karena dapat beresiko terjadinya komplikasi penyakit,
2.1.3 Penyebab obesitas.
Penyebab obesitas secara langsung.
a) Genetik
Yang dimaksud faktor genetik adalah faktor
keturunan yang berasal dari orang tuanya. Pengaruh
faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai
penyebab kegemukan . Namun demikian, ada beberapa
bukti yang menunjukkan bahwa faktor genetik merupakan
faktor penguat terjadinya kegemukan (Purwati, 2001).
Menurut penelitian , anak - anak dari orang tua yang
mempunyai berat badan normal ternyata mempunyai 10
% resiko kegemukan. Bila salah satu orang tuanya
menderita kegemukan, maka peluang itu meningkat
menjadi 40 – 50 %. Dan bila kedua orang tuanya
menderita kegemukan maka peluang faktor keturunan
menjadi 70 – 80 % (Purwati, 2001).
b) Kerusakan pada salah satu bagian otak.
Sistem pengontrolan yang mengatur perilaku makan
terletak pada suatu bagian otak yang disebut
hipotalamus, sebuh kumpulan inti sel dalam otak yang
otak dan kelenjar dibawah otak. Hipotalamus
mengandung lebih banyak pembuluh darah dari daerah
otak, sehingga lebih mudah di pengaruhi oleh unsur
kimiawi dari darah.
Dua bagian hipotalamus yang mempengaruhi
penyerapan makan yaitu hipotalamus lateral (HL) yang
menggerahkan nafsu makan (awal atau pusat makan);
hipotalamus ventromedial (HVM) yang bertugas
merintangi napsu makan (pemberhentian atau pusat
kenyang). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa bila HL
rusak/hancur maka individu menolak untuk makan atau
minum dan akan mati kecuali bila di paksa diberi makan
dan minum (diberi infus). Sedangkan bila kerusahkan
terjadi pada bagian HVM maka seseorang akan menjadi
rakus dan kegemuk.
c) Pola makan berlebihan
Orang yang kegemukan lebih responsif dibandingkan
dengan orang berberat badan normal terhadap isyarat
lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau
saatnya waktu makan. Orang yang gemuk cenderung
makan bila ia lapar. Pola makan berlebihan inilah yang
jika sang individu tidak memiliki kontrol diri dan motivasi
yang kuat untuk mengurangi berat badan.
d) Hormonal.
Pada wanita yang telah mengalami menopause,
fungsi hormone tiroid didalam tubuhnya akan menurun.
Oleh karena itu kemampuan untuk menggunakan energi
akan berkurang. Terlebih lagi pada usia ini juga terjadi
penurunan metabolisme basal tubuh, sehingga
mempunyai kecenderungan untuk meningkat berat
badannya (Wirakusumah, 1997). Selain hormon tiroid
hormone insulin juga dapat menyebabkan kegemukan.
Hal ini dikarenakan hormone insulin mempunyai peranan
dalam menyalurkan energi kedalam sel-sel tubuh. Orang
yang mengalami peningkatan hormone insulin, maka
timbunan lemak didalam tubuhnya pun akan meningkat.
Hormon lainnya yang berpengaruh adalah hormone leptin
yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari, sebab hormone ini
berfungsi sebagai pengatur metabolisme dan nafsu
makan serta fungsi hipotalmus yang abnormal, yang
menyebabkan hiperfagia (Purwati, 2001).
Obesitas juga dapat terjadi bukan hanya karena makan
yang berlebihan, tetapi juga dikarenakan aktivitas fisik
yang berkurang sehingga terjadi kelebihan energi.
Beberapa hal yang mempengaruhi berkurangnya aktivitas
fisik antara lain adanya berbagai fasilitas yang
memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan
aktivitas fisik menurun. Faktor lainnya adalah adanya
kemajuan teknologi diberbagai bidang kehidupan yang
mendorong masyarakat untuk menempuh kehidupan
yang tidak memerlukan kerja fisik yang berat. Hal ini
menjadikan jumlah penduduk yang melakukan pekerjaan
fisik sangat terbatas menjadi semakin banyak, sehingga
obesitas menjadi lebih merupakan masalah kesehatan
(Moehyi, 1997).
d. Sosial ekonomi
Perubahan budaya, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola
makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi
pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi
(Boerhan hidajat, dkk. 2010).
Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi
seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang
menganggap gemuk adalah simbol kemakmuran dan
keindahan maka orang tersebut akan cenderung untuk
gemuk. Selama pandangan tersebut tidak dipengaruhi
oleh faktor eksternal maka orang yang obesitas tidak
akan mengalami masalah – masalah psikologi
sehubungan dengan kegemukan.
2.1.4. Orang dengan obesitas akan lebih mudah terserang penyakit degeneratif. Penyakit – penyakit tersebut antara lain :
a. Diabetes melitus.
Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi
kondisi tersebut tidak selalu timbul jika seseorang tidak
kelebihan berat badan. Lebih dari 90 % penderita
diabetes mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita
kegemukan. Pada umumnya penderita diabetes
mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam darah.
Maka, dianjurkan bagi penderita diabetes yang ingin
menurunkan berat badan sebaiknya dilakukan dengan
dan lebih banyak mengkonsumsi makanan tinggi serat
(Purwati, 2001)
b. Hipertensi (Tekanan darah tinggi).
Orang dengan obesitas akan mempunyai resiko yang
tinggi terhadap Penyakit hipertensi. Menurut hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada usia 20 – 39 tahun
orang obesitas mempunyai resiko dua kali lebih besar
terserang hipertensi dibandingkan dengan orang yang
mempunyai berat Badan normal (Wirakusumah, 1994).
c. Gout.
Penderita obesitas mempunyai resiko tinggi terhadap
penyakit radang sendi yang lebih serius jika dibandingkan
dengan orang yang berat badannya ideal. Penderita
obesitas yang juga menderita gout harus menurunkan
berat badannya secara perlahan-lahan (Purwati, 2001)
d. Jantung koroner.
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi
akibat penyempitan pembuluh darah koroner. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita
penyakit jantung koroner. Meningkatnya faktor resiko
penyakit jantung koroner sejalan dengan terjadinya
penambahan berat badan seseorang. Penelitian lain juga
menunjukkan kegemukan yang terjadi pada usia 20 – 40
tahun ternyata berpengaruh lebih besar terjadinya
penyakit jantung dibandingkan kegemukan yang terjadi
pada usia yang lebih tua (Purwati, 2010).
e. Kanker.
Hasil penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki
dengan obesitas akan beresiko terkena kanker usus
besar, rectum, dan kelenjar prostate. Sedangkan pada
wanita akan beresiko terkena kanker rahim dan kanker
payudara. Untuk mengurangi resiko tersebut konsumsi
lemak total harus dikurangi. Pengurangan lemak dalam
makanan sebanyak 20 – 25 % perkilo kalori merupakan
pencegahan terhadap resiko penyakit kanker payudara
(Purwati, 2001).
2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia antara lain
Seperti diketahui bersama bahwa manusia tumbuh sejak
lahir hingga kira-kira berumur 20 tahun untuk pria dan 17
tahun untuk wanita. Pada saat tersebut ukuran tubuh
manusia tetap dan cenderung untuk menyusut setelah
kurang lebih berumur 60 tahun.
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin manusia yang berbeda akan
mengakibatkan dimensi anggota tubuhnya berbeda.
Perbedaan dimensi tubuh manusia dikarenakan fungsi
yang berbeda.
3. Suku Bangsa
Suku bangsa juga memberikan ciri khas mengenai
dimensi tubuhnya. Ekstrimnya orang Eropa yang
merupakan etnis kaukasoid berbeda dengan orang
Indonesia yang merupakan mongoloid. Kecenderungan
dimensi tubuh manusia yang termasuk etnis kaukasoid
lebih panjang bila dibandingkan dengan dimensi tubuh
manusia yang termasuk etnis mongoloid
4. Jenis pekerjaan atau Latihan
Suatu sifat dasar otot manusia, dimana bila otot tersebut
sering dipekerjakan akan mengakibatkan otot tersebut
2.2.2. Berbagai Upaya Menurunkan Berat Badan.
Dalam menurunkan berat badan agar dapat kembali ideal
dapat dilakukan dengan cara:
Pengaturan pola makan atau diet.
Penggunaan teknik akupuntur
Aktivitas fisik / latihan jasmani.
2.2.3. Strategi Pencegahan Overweight dan Obesitas.
Obesitas merupakan suatu kondisi dengan
menyebabkan multifaktor, oleh karena itu penanganan yang
tepat hendaknya memperhatikan pendekatan secara multi
disiplie Pencegahan overweight dan obesitas terdiri dari tiga
tahapan yaitu: pencegahan primer, sekunder, dan tertier.
Pencegahan primer adalah dengan pendekatan komunitas
untuk mempromosikan cara hidup sehat. Usaha pencegahan
dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja dan
pusat kesehatan masyarakat. Pencegahan sekunder
bertujuan untuk menurunkan prevelensi obesitas sedangkan
pencegahan tertier bertujuan untuk mengurangi obesitas dan
komplikasi penyakit yang ditimbulkannya. Pada dasarnya
prinsip dari pencegahan dan penatalaksanaan overweight
meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan pola
makan, peningkatan aktifitas fisik, modifikasi gaya hidup
serta dukungan secara mental dan sosial.
2.2.4 Pengaturan nutrisi dan pola makan.
Tujuan utama pengaturan nutrisi pada individu
dengan overweight dan obesitas tidak hanya sekedar
menurunkan berat badan, namun juga mempertahankan
berat badan agar tetap stabil dan mencega peningkatan
kembali berat badan yang telah didapat. Konsumsilah sedikit
lemak (30% dari jumlah keseluruan kalori yang dikonsumsi).
Kurangi konsumsi serat. Upayakan tetap memilih makanan
dan minuman yang dilakukan harus tetap dapat memenuhi
kecukupan gizi. Ini berarti vitamin dan mineral harus terdapat
dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
2.3.1 Perbanyak aktivitas fisik.
Olahraga dan aktifitas fisik memberikan manfaat yang
sangat besar dalam penatalaksanaan overweight dan
obesitas. Olahraga akan memberikan serangkaian
perubahan baik fisik maupun psikologi yang sangat
bermanfaat dalam mengendalikan berat badan. Contoh yang
aktivitas lari selama 1 jam penuh kegiatan ini akan
membakar 600 kalori setara dengan kalori yang dihasilkan
jika kita mengkonsumsi satu buah hamburger fast food.
Olahraga yang dilakukan secara konsisten dan teraratur tidak
hanya dapat membakar kalori, namun juga mengurangi
lemak, meningkatkan massa otot tubuh dan memberikan
manfaat yang cukup baik secara psikologis.
2.3.2 Modifikasi pola hidup dan perilaku.
Perubahan pola hidup dan perilaku diperlukan untuk
mengatur atau memodifikasi pola makan dan aktifitas fisik
pada individu dengan overweight dan obese. Dengan
demikian diharapkan upaya ini dapat mengatasi hambatan –
hambatan terhadap kepatuhan individu pada pola makan
sehat dan olahraga. Strategi yang dapat dilakukan adalah
pengawasan sendiri tehadap berat badan, asupan makanan
dan aktifitas fisik; mengontrol keinginan untuk makan
(motivasi keluarga dan lingkungan seringkali diperlukan
dalam hal ini); mengubah perilaku makan dengan mengontrol
porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi; dan dukungan
sosial dari keluargaan lingkungan. Risiko medis, penyakit
degeneratif dan penyakit metabolik. Tekanan darah tinggi
pada orang yang obesitas adalah tekanan darah tinggi.
Mereka yang berumur 26 – 45 tahun dan gemuk, kurang
lebih dua kali lipat kemungkinan mengalami tekanan tekanan
darah tinggi daripada mereka yang sebaya namun tidak
gemuk. Kenaikan kadar kolestrol dan kadar lemak lain.
Meningkat risiko penyakit jantung koroner ini merupakan
penyebab kematian yang cukup pada penderita obesitas.
Meningkatnya risiko terkena diabetes, mereka yang
mengalami obesitas memiliki kemungkinan menderita
diabetes (penyakit gula) kurang lebih tiga kali lipat dari pada
yang tidak menglami obesitas. Meningkatkan risiko batu
empedu. Meningkatnya risiko kanker, mereka yang
mengalami obesitas memiliki risiko kanker pada kandungan
dan usus besar. Kelainan Ortopedi, mereka yang mengalami
obesitas pergerakannya lambat, dan sering menglami
kelainan ortopedi akibat dari beban tubuh yang terlalu berat.
Selain itu kecendurungan untuk mengalami radang pada
sendi lutut dan sendi pinggul lebih banyak. Risiko psikososial
orang yang menderita obesitas mempuanyi banyak kesulitan
dalam melakukan aktivitas fisik, sehingga ini mengurangi
kesempatan untuk mengikuti berbagai kegiatan social. Selain
itu, efek psikologi sering dialami penderita obesitas adalah
2.3.4 Penatalaksanaan non farmakologis.
Menurunkan masukan kalori sehingga tercapai berat badan
normal. Adalah rendah kalori meliputi rendah gula, rendah
garam, tinggi serat, dan lain–lain. Dilarang makan-makanan
ringan, makanan cepat saji.
2.3.5 Diet
Fungsi diet pada masyarakat modern, permasalahan
yang paling sering muncul adalah mengenai obesitas.
Obesitas atau kelebihan berat badan tertentu saja selalu
menjadi masalah karena banyak efek negatif yang
ditimbulkan. Efek yang pertama adalah mengenai
menurunnya tingkat kepercayaan diri karena obesitas akan
membuat orang kesulitan dalam memilih busana. Diet dapat
diartikan pengaturan atau pemilihan makanan yang harus
imakan oleh seseorang atau kelompok orang. Dengan
demikian diet tidak berarti menurunkan berat badan, tetapi
bisa lebih luas artinya pengaturan makanan sehari – hari
supaya tetap sehat, pengaturan makanan untuk atlit, untuk
2.6.13 Kerangka teori.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OBESITAS
GENETIK
PENGUKURAN ANTROPOMETRI
AKTIVITAS INTEK