• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab VII Perindustrian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Bab VII Perindustrian"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VII. PERINDUSTRIAN

.

Dalam Bab ini berturut-turut diuraikan: A. Projek-projek Istimewa,

B. Projek-projek Pusat,

C. Projek-projek Daerah (L.P.3.I),

D. Mekanisasi dan Bantuan Pembiajaan Industri, E. Balai-balai Penjelidikan.

Perkembangan dalam sektor partikelir dan projek-projek semi-Pemerintah, jang tidak disebut dalam Rentjana Pembangunan Lima Tahun, telah diuraikan dalam Bagian Pertama Bab III, oleh karena meskipun projek-projek ini diberi fasilitet-fasilitet dan petundjuk-petundjuk sesuai dengan Rentjana Pembangunan Lima Tahun, dari Pemerintah mereka tidak mendapat alokasi keuangan tertentu.

A. Projek-projek Istimewa. 1. P a b e r i k P u p u k B u a t a n . Isi rentjana.

Sebagai langkah pertama dalam pendirian paberik-paberik pupuk di Indonesia direntjanakan pendirian sebuah paberik pupuk zat lemas jaitu Urea dan paberik pupuk fosfat.

Paberik pupuk Urea ini akan didirikan di Palembang dengan meng-gunakan bahan mentah gas-alam jang ternjata tjukup banjak per-sediaannja dilapangan minjak Stanvac di Sumatera-Selatan. Menurut rentjana, waktu jang diperlukan untuk mendirikan sebuah paberik pupuk Urea dengan kapasitet 100.000 ton setahun ialah ± 3 tahun sesudah penanda-tangan kontrak dengan pemborong. Untuk semen-tara sebelum perusahaan paberik pupuk didirikan, hal-hal jang berhubungan dengan persiapan pendirian paberik pupuk Urea dikerdjakan oleh suatu Panitya Kerdja Paberik Pupuk jang didiri-kan pada bulan Maret 1957.

(2)

Untuk pendirian sebuah paberik pupuk fosfat belum dapat dite-tapkan tempatnja dan kapasitetnja berhubung dengan masih harus diadakannja penjelidikan daripada bahan-bahan mentah jang diper-lukannja.

Biaja.

Untuk sebuah paberik pupuk Urea dengan kapasitet 100.000 ton ditaksir biaja sebesar lebih-kurang 30 djuta dollar, sedangkan untuk paberik single super fosfat dengan kapasitet jang lama diperkirakan biaja lebih-kurang 7,5 djuta dollar. Perundingan-perundingan menge-nai pembiajaan paberik pupuk Urea dengan kredit dari Eximbank sedang diselesaikan di Washington.

Didalam anggaran 1957/1958 telah dimuat pengeluaran-pengelu-aran jang kebanjakan digunakan untuk pembiajaan penjelidikan dan persiapan-persiapan.

PENGELUARAN-PENGELUARAN UNTUK PABERIK PUPUK.

(Rp. 1000). Tabel

120.

Tahun Anggaran Otorisasi Realisasi

1956 1957 1958

— 1.750 2.890 15.000

— 1.163 2.317 15.000

— 586 1.667 6.000*)

Sumber: Biro Perantjang Negara.

*) Untuk pembelian tanah seluas 40 ha jang diperlukan paberik pupuk di

Palembang, pengisian tanah dengan pasir dan lain-lain pekerdjaan per-siapan, disediakan biaja Rp. 15 djuta, jang pelaksanaannja diserahkan kepada Bank Industri Negara. Diperkirakan bahwa biaja ini masih harus ditambah dengan R p. 3 djuta untuk penjelesaian dalam tahun 1959.

(3)

Persiapan-persiapan jang telah dikerdjakan: a. Paberik pupuk Urea:

1. Survey ekonomis & technis jang dilakukan oleh Gass, Bell & Associates dan Foster Wheeler Corporation.

2. Pemilihan technical adviser.

3. Perundingan-perundingan dengan Stanvac untuk menjele-saikan kontrak gas *).

4. Penentuan plant-site.

5. Pembelian tanah seluas 40 ha (seharga Rp. 6 djuta). 6. Pemilihan kontraktor.

7. Pengiriman panitia pupuk keluar negeri untuk membantu Kedutaan Besar R.I. di Washington dalam perundingan-perun-dingan dengan Eximbank, Stanvac, kontraktor serta penin-djauan paberik-paberik pupuk Urea.

8. Penjusunan rentjana anggaran dasar perusahaan paberik pupuk.

9. Impor pupuk urea dalam tahun-tahun 1956 dan 1958 untuk eksperimen-eksperimen.

b. Paberik pupuk fosfat:

Kegiatan-kegiatan jang njata untuk mendirikan paberik pupuk fosfat baru dimulai pada pertengahan tahun 1958 dan sekarang ditunggu kedatangan survey team dari luar negeri untuk menje-lidiki bahan-bahan mentah jang diperlukan.

Kesulitan-kesulitan.

Kesulitan terutama jang hingga kini dihadapi dalam projek Urea terutama dalam taraf persiapan ialah pemindahan penduduk liar dan pengisian tanah dengan pasir berhubung kekurangan kapal keruk.

Mengenai projek pupuk fosfat kesulitannja terletak dalam mene-tapkan besarnja deposit fosfat dan belirang.

2. P r o j e k B e s i d a n B a d j a . Isi rentjana daripekerdjaan persiapan.

Projek Besi/Badja dimulai pada permulaan tahun 1956 dan ber-tudjuan untuk mendirikan industri besi dan badja jang dapat men-tjukupi kebutuhan Indonesia berdasarkan bahan-bahan dasar jang *) Kontrak ini sudah ditanda-tangani pada tanggal 20 Pebruari 1959.

(4)

ada di Indonesia. Dalam R.P.L.T. ke-I akan dilakukan persiapan dari industri tersebut sedangkan dalam R.P.L.T. ke-II dimulai dengan pembangunannja. Sampai sekarang pekerdjaan jang telah dilakukan adalah melakukan penjelidikan mengenai bahan-bahan mentah jang diperlukan guna industri tersebut. Untuk keperluan ini telah diminta bantuan dari consulting engineers Djerman Barat „Wedexro” (Westdeutsches Ingenieur Büro Dr. Rohland K.G.), jang dalam tahun 1956 telah melakukan penjelidikan. Mereka telah mengadjukan laporan dari hasil penjelidikan mereka jang telah dilakukan bersama-sama dengan Biro Perantjang Negara dan Dja-watan Geologi.

Penjelidikan ini meliputi penjelidikan persediaan bidjih-bidjih besi jang terdapat di daerah-daerah Djampang Kulon (Djawa Barat), Lampung (Sumatera Selatan), Sungai Dua dan Pulau Sebuku (Kalimantan Selatan) dan persediaan batubara di daerah-daerah Bajah (Djawa Barat), Bukit Asam (Sumatera Selatan), Pulau Laut (Kalimantan Selatan) dan Gunung Batu Besar (Kali-mantan Timur).

Laporan ini mengemukakan bahwa dalam djangka pendek dapat didirikan suatu industri besi dan badja dibagi dalam dua phase.

Phase pertama ialah mendirikan dua buah paberik badja masing-masing dengan kapasitet 30 á 50.000 ton badja setahun jang bekerdja berdasarkan besi tua jang masih terdapat dalam djumlah tjukup di Indonesia, ditambah dengan besi kasar (pig iron) jang sementara masih harus diimpor.

Dalam phase kedua dapat didirikan suatu industri besi dan badja jang bekerdja dengan gabungan bahan-bahan dasar jang telah di-selidiki dengan kapasitet kira-kira 250.000 ton badja setahun.

Dalam laporan „Wedexro” disarankan agar industri dalam phase kedua ini dikonsentrasikan di Lampung mengingat kedudukannja jang central terhadap persediaan bidjih besi dan batubara.

(5)

Sambil melakukan penjelidikan jang kedua ini telah diadakan persiapan-persiapan oleh Pemerintah untuk dapat melaksanakan pembangunan dua buah paberik badja masing-masing dengan ber-kapasitet 50.000 ton badja setahun. Untuk pembiajaan dua buah paberik ini telah diadakan pembitjaraan-pembitjaraan dengan Pemerintah Rusia mengenai pindjaman mereka jang meliputi 100 djuta dollar. Perundingan mengenai hal ini sekarang belum selesai karena masih terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa hal antara lain mengenai levertermijn dan harga dari paberik tersebut.

Untuk keperluan pembangunan dua buah paberik badja jang akan didirikan di Djawa itu Biro Perantjang Negara sekarang sedang melakukan penjelidikan-penjelidikan, guna menentukan tempat mana jang paling tjotjok untuk mendirikan paberik-paberik tersebut.

Penjelidikan ini jang dimulai pada bulan Pebruari 1959 akan memakan waktu kira-kira 3 bulan.

Bi aj a.

Pengeluaran-pengeluaran Projek Besi dan Badja sampai sekarang hampir seluruhnja dipergunakan untuk melakukan penjelidikan.

Dalam tahun 1957 anggaran tidak banjak berhubung dalam tahun tersebut pekerdjaan jang dilakukan oleh Projek Besi dan Badja terutama adalah menjelesaikan research jang sebagian besar telah dikerdjakan dalam tahun 1956, dan melakukan evaluasi daripada laporan-laporan Wedexro jang masuk pada pertengahan tahun 1957.

PENGELUARAN UNTUK PROJEK BESI-BADJA. (Rp. 1.000).

Tabe l

121.

Tahun Anggaran Otorisasi Realisasi

1956 7.000 — 4.779

1957 2.150 2.070 2.077

1958 16.563 12.667 12.906

(6)

Dalam R.L.T. disediakan anggaran sebesar Rp. 25 djuta. Kenja-taan menundjukkan bahwa sampai achir 1958 telah dikeluarkan biaja hampir Rp. 20 djuta.

Perlu ditjatat, bahwa untuk pembiajaan ekspedisi penjelidikan telah diterima bantuan dari Djerman Barat.

Kesulitan-kesulitan.

Berhubung projek ini masih dalam taraf penjelidikan kesulitan-kesulitan terutama terbatas kepada hal mendapatkan otorisasi jang diminta. Ini sebetulnja tidak dapat dinamakan kesulitan karena tidak bersifat prinsipiil dan merupakan persoalan administrasi jang dialami oleh semua projek.

Dalam tahun 1958 didjumpai kesulitan waktu melakukan ekspe-disi penjelidikan di Kalimantan Selatan, ialah kesulitan-kesulitan dalam transport. Karena banjak kapal-kapal dikerahkan untuk operasi-operasi militer maka didapatkan kesukaran-kesukaran dalam mengangkut segala sesuatu jang diperlukan oleh ekspedisi.

3. P r o j e k R a y o n . 1si rentjana.

Seluruh bahan mentah jang diperlukan untuk pembuatan rayon terdapat di Indonesia seperti kaju, garam, gas alam, kapur, bensin dan lain-lainnja, djadi hanja mesin-mesin sadja jang harus didatang-kan dari luar negeri.

Menurut rentjana paberik rayon pada taraf terachir akan dapat menghasilkan 45.000 ton serat tiap tahun atau 35% dari seluruh kebutuhan akan bahan pakaian jang mana berarti suatu penghemat-an sebpenghemat-anjak Rp. 800 djuta devisen tiap tahun. Djadi devisen ini dapat dipergunakan untuk pembelian mesin-mesin jang hanja bersifat satu kali sadja, sedang pengimporan tekstil jang hampir sama harganja bersifat terus menerus. Pula selama Indonesia masih memerlukan benang dari luar negeri untuk keperluan pertenunan maka kelantjaran djalannja perusahaan pertenunan tidak akan terdjamin.

Sebagai langkah permulaan dalam rentjana projek ini pihak Djawatan Kehutanan akan menjediakan kaju sedjumlah 70.000 m3 sebagai bahan mentah untuk serat rayon; maka produksi tiap-tiap tahunnja ditentukan akan mentjapai 10.000—45.000 ton serat.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomis lain-lainnja, projek ini direntjanakan akan ditempatkan di Kabupaten Muara Enim (Sumatera Selatan) dimana antara lain terletak hutan seluas kurang lebih 170.000 ha jaitu hutan Semangus, jang dapat menje-diakan kaju sebagai bahkan dasar.

(7)

Biaja.

Biaja projek rayon itu mula-mula telah direntjanakan sebesar Rp. 700 djuta (termasuk devisen), akan tetapi berhubung dengan peraturan B.E. dan T.P.I. projek ini akan memerlukan biaja sebesar ± Rp. 2 miljard. Dalam R.P.L.T. untuk ini baru disediakan ± Rp. 400 djuta.

Biaja persiapan jang telah dikeluarkan untuk keperluan routine, seperti antara lain untuk Djawatan Kehutanan, penjelidikan, per-djalanan dan pembelian barang-barang: adalah sebagai berikut :

1956 = Rp. 873 ribu

1957 = „ 314 „

1958 = „ 699 „

Kehutanan (survey) th. 1957 — 1958 = „ 600 „ Djumlah ... = Rp. 2.486 ribu

Disamping ini untuk pembuatan tempat penjelidikan kimiawi (Laboratorium dan rumah-rumah experts di Bandung) telah dike-luarkan Rp. 2.623.000,— Djadi untuk projek ini telah dikedike-luarkan selama tiga tahun tersebut Rp. 5.109 ribu.

Tingkat pelaksanaan.

Untuk industri rayon ini telah diadakan penjelidikan pendahuluan tentang keadaan hutan, sifat-sifat kimiawi dari bahan-bahan kaju, dan soal-soal pengangkutan.

Pada umumnja rentjana ini masih dalam taraf persiapan. Antara lain jang sudah dikerdjakan ialah:

1) Gedung untuk penjelidikan kimiawi di Bandung. 2) Perpetaan ± 15.000 ha.

3) Djalan sepandjang ± 20 km.

4) Tracering hutan sepandjang ± 40 km dan lebar 10 m.

5) Perumahan di Bandung untuk ± 20 orang, telah hampir selesai. 4. P r o j e k A s a h a n .

Isi rentjana.

(8)

Dimaksudkan bahwa projek-projek ini baru selesai sesudah masa R.P.L.T. ke-1.

Biaja (lihatBab VI: Tenaga Listrik).

Pengeluaran-pengeluaran ialah sebagai berikut: 1956 Rp. 1,9 djuta.

1957 „ 18,8 „ 1958 „ 18,1 „ Tingkat pelaksanaan.

Hingga achir 1958 telah dikerdjakan:

1. Survey umum, survey chusus mengenai tenaga listrik, dan survey chusus mengenai aluminium.

2. Pengukuran tanah.

3. Design dari pembangkitan tenaga listrik.

4. Pembuatan djalan antara Bandar Pulau — Siguragura — Porsea sepandjang ± 65 km.

Berhubung dengan keadaan keamanan, pelaksanaan terpaksa di-undurkan untuk sementara.

5. P r o j e k K o s t i k S o d a . Isi Rentjana.

Projek kostik soda ini termasuk projek Istimewa dan dalam R.P.L.T. dimaksudkan untuk ditempatkan dibawah Badan Industri Kimia dan Pupuk. Penjelenggara projek ini ialah Perusahaan Garam dan Soda Negeri jang sebagai perusahaan I.B.W. mula-mula ada dibawah Kementerian Keuangan dan pada tanggal 1 Djanuari 1959 telah diserahkan Kementerian Perindustrian.

Matjam produksi dan djumlah kapasitet untuk setiap tahunnja telah direntjanakan sebagai berikut:

Soda 3.600 ton

HCl 4.000 ton

B.H.C. 300 ton

(9)

Djumlah biaja jang direntjanakan sebesar Rp. 75 djuta diantara-nja Rp. 59 djuta devisen. Pekerdjaan-pekerdjaan telah dimulai sedjak tahun 1953 dan sampai achir tahun 1954 telah dikeluarkan sebanjak Rp. 54 djuta diantaranja Rp. 49 djuta devisen.

Djadi untuk penjelesaian projek ini masih dibutuhkan biaja sebesar Rp. 21 djuta diantaranja Rp. 10 djuta devisen djumlah mana dimasukkan dalam alokasi R.P.L.T. Pertama.

Biaja dari tahun 1955 sampai tahun 1957 Realisasi pembiajaan sebagai berikut:

1955 Rp. 27 djuta 1956 Rp. 9 djuta 1957 Rp. 2 djuta

Djumlah ... Rp. 38 djuta.

(diantaranja Rp. 9,7 djuta berupa devisen). Ti ngk at pelaksanaan.

Dalam tahun 1956 bulan Djuli paberik soda telah mulai bekerdja dan hasilnja dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

PRODUKSI HASIL-HASIL PABERIK SODA. (dalam ton).

Tabel 122.

1956 1957 1958

Soda api padat 263 572 900

Soda api larutan — — 950

Asam chloride (HCl) 295 219 350

Serbuk kelantang 368 227 1.080

Serbuk lindane 7 18,6 —

Larutan lindane — 9,6 —

Sumber: Biro Pusat Statistik.

(10)

Meskipun telah mulai bekerdja dan menghasilkan, tetapi dapat dikatakan bahwa paberik ini masih dalam taraf pertjobaan. Dalam tahun 1957 produksi kostik soda (soda api) sudah memadjukan kenaikan, tetapi hasilnja belum seperti jang diharapkan, karena produksi jang ditjapai baru 16% dari kapasitet. Hasil tambahan (bijproduct) menundjukkan angka jang turun-naik, dan belum djuga sesuai dengan apa jang direntjanakan. Ini antara lain dise-babkan karena tempat pembakar (oven) pada tahun 1957 meng-alami kerusakan.

Dalam tahun 1958 paberik memberikan harapan baik karena hasil-hasil paberik soda telah mulai dikenal oleh industri-industri dalam negeri berkat penerangan-penerangan jang dilantjarkan. Hasil kostik soda telah mentjapai 50% dari kapasitet jang direntjanakan. Sedang produksi asam chloride dan serbuk kelantang djuga menun-djukkan angka jang menaik.

Dalam tahun 1958 serbuk lindane dan larutan lindane tidak dibuat karena hasil-hasil tersebut belum banjak dipergunakan oleh industri-industri didalam negeri, tetapi pada waktu jang akan datang bila ada kemungkinannja akan diusahakan lagi.

Kesulitan-kesulitan:

Kesulitan-kesulitan jang dihadapi oleh perusahaan ialah;

a. Dalam pembuatan soda dari garam dihasilkan pula chloor. Chloor ini diolah mendjadi asam chloride, serbuk kelantang, dan seba-gainja.

Pada waktu ini pasaran asam chloride masih terbatas, karena industri-industri jang memerlukan bahan ini masih sedikit djum-lahnja. Maka kebanjakan chloor didjadikan serbuk kelantang. Oleh karena kwalitet dari serbuk kelantang ini belum baik, maka pendjualan seret sehingga sebagian dibuang. Pembuangan ini tidak diperbolehkan disembarang tempat oleh karena dapat mengganggu kesehatan. Berhubung dengan faktor-faktor diatas maka produksi kostik soda terpaksa dibatasi.

b.

Sebagai akibat dari seretnja segala sesuatu jang berhubungan

dengan impor maka paberik mengalami kekurangan alat-alat

pembungkus serbuk kelantang (black iron sheets untuk drums) dan botol-botol besar untuk HC1,

(11)

REKAPITULASI PEMBIAJAAN PROJEK-PROJEK ISTIMEWA.

Tabel 123.

(dalam Rp. 1000).

Nama Projek :

Anggaran Otorisasi Realisasi

1956 1957 1958 1956 1957 1958 1956 1957 1958

1. Pupuk — 1.750

2.890

15.000 — 1.163

2.317

15.000 — 586

1.667

6.000

2. Besi Badja 7.000 2.150 16.563 — 2.070 12.667 4.779 2.077 12.906

3. Rayon — — — — — — 873 3.2371 999

4. Soda *) — — — — — — 9.047 2.040 —

5. Asahan **) — — — — — — — — —

Djumlah: 14.699 7.940 21.572

Sumber : Biro Perantjang Negara;

Perusahaan Garam dan Soda Negeri (mengenai soda).

(12)

B. Projek-projek Pusat.

Jang dimaksudkan dengan projek-projek ini ialah projek-projek jang tidak termasuk projek-projek Istimewa atau projek-projek daerah dan tanggung djawab penjelenggaraan dan kelantjaran pelaksanaannja diserahkan kepada suatu badan Pemerintah Pusat.

Ini sama sekali tidak berarti bahwa projek-projek tersebut harus didjalankan oleh Pegawai Negeri atau dibangunkan oleh Djawatan Pemerintah sendiri. Dalam banjak hal penjelenggaraan dilakukan oleh B.I.N.

PROJEK-PROJEK PUSAT JANG TELAH DIRENTJANAKAN OLEH PEMERINTAH.

Ta b e l

124.

Projek2 Tempat Kapasitet

setahun Biaja (djuta-an Rp.)

A

Tjilatjap 3.900 ton 56 9 1,5

2. Pemintalan ra- miMedan 10.000 mata pintal

10 45 25

3. Semen Gresik 250.000/ 385 255 97

375.000 ton

4. Semen Medan 375.000 ton 400 150 120

5. Kertas B1abak 7.500 ton 60 60 27

6. Kertas Sumatera 12.000 ton 125 45 20

7. Kertas Notog 12.000 ton 95 95 68,4

8. Botol Surabaja 15.000 ton 65 65 12

9. Pengawetan

ikan dalam ka-lengAertembaga 15.000 tonikan 89 15 8 270 ton

tepung 10.Penggergadjian

kaju Kalimantan 54.000 m3 37,5 37,5 18

Djumlah 776,5 396,9

Sumber: Biro Perantjang Negara.

(13)

PENGELUARAN-PENGELUARAN UNTUK PROJEK-PROJEK PUSAT.

(dalam Rp. 1000).

Tabel 125.

1955 1956 1957 1958 Djumlah 1. Iglas botol di Surabaja 4.427 27.648 11.657 11.268 55.000 2. Pabrik kertas di Notog — — 1.361 — 1.361 3. Pabrik kertas di Blabak — 49.400 14.000 18.000 82.400 4. Pabrik pemintalan rami di

Medan (P. Siantar) 20.477 7.504 8.496 911 37.388 5. Pabrik pemintalan di Tjilatjap 44.453 4.372 5.587 1.618 56.030 6. Pabrik Semen di Gresik 81.226 125.222 205.244 3.520 415.212 7. Sampit Dajak

(penggergadji-an kaju) 1.701 849 2.527 838 4.214

D j u m l a h 152.284 214.995 248.872 36.155 651.605

Sumber: B.I.N.

Dari djumlah Rp. 651,6 djuta ini, jang Rp. 354,4 djuta berupa devisen.

Perbandingan antara jang direntjanakan dengan pengeluarannja. Dari projek-projek pusat jang telah direntjanakan sebanjak 10 buah dan jang harus selesai selambat-lambatnja dalam 1960, ternjata pada achir tahun 1960 baru diharapkan dapat selesai 6 buah jang berarti rentjana akan mentjapai pelaksanaan 60%. Sementara itu jang telah selesai dibangun sampai achir 1958 adalah sebanjak 4 buah. Sedang pembiajaannja semula direntjanakan sebesar Rp. 776,5 djuta diantaranja devisen sebesar Rp. 406,9 djuta. Sampai achir tahun 1958 modal Pang telah dikeluarkan sebesar Rp. 689,9 djuta diantaranja berupa devisen Rp. 354,7 djuta. Masih dibutuhkan investasi tambahan sebesar Rp. 286 djuta diantaranja berupa devi-sen Rp. 203 djuta, jang disebabkan karena pada waktu merentjana-kan itu didasarmerentjana-kan atas harga-harga tahun 1955, sedangmerentjana-kan sesudah tahun itu harga-harga senantiasa melontjat, djuga untuk

spare-1. Iglas di Surabaja 29.514

2. Pabrik kertas di Blabak 64.500

3. Pemintalan di Tjilatjap 2.463

4. Semen di Gresik 190.000

D j u m l a h 286.477

(14)

Projek-projek jang telah selesai.

Projek-projek pusat jang telah menghasilkan ialah Paberik Pemintalan Tjilatjap dan Paberik Semen Gresik.

PRODUKSI PROJEK-PROJEK PUSAT. Tabel 127.

1956 1957 1958

Rami — 7 ton 14 ton

Benang tenun — 2.181 „ 2.800 „

Semen — 106.000 „ 218.000 „

Penggergadjian kaju

(Sampit Dajak) 25.051m3 21.700m3 11.539m3

Sumber: B.P.S.; Kementerian Pertanian.

Dengan mulai bekerdjanja paberik-paberik itu, jang akan disusul oleh paberik botol (1959) dan kertas (1960), terdapatlah suatu kemadjuan jang penting dalam usaha untuk mentjukupi kebutuhan industri dalam negeri. Hasil benang tenun dalam negeri setiap tahun meningkat dengan 3.000 ton sedangkan benang djaring jang dapat dihasilkan adalah 300 ton setahun.

Kebutuhan semen ditaksir sebesar 775.000 ton setiap tahunnja. Hasil dalam negeri bila, kedua paberik semen di Gresik dan di Padang mentjapai kapasitet penuh berdjumlah 400.000 ton. Ini akan berarti bahwa lebih-kurang 50% ton dari kebutuhan dalam negeri dapat dilajani. Dengan penambahan 1 kiln pada paberik semen Gresik kapasitet produksi akan mentjapai 375.000 ton. Untuk kiln ini Pemerintah sedang mengusahakan pindjaman dari Eximbank, dan diharapkan dalam waktu jang singkat dapat dipasangnja. Bila penambahan kiln ini terlaksana, maka hasil produksi didalam negeri akan mentjapai 525.000 ton setahun, jang berarti lebih-kurang 67% dari kebutuhan dapat dilajani.

(15)

Suatu hal jang penting dan urgent jang perlu mendapatkan per-hatian sepenuhnja jaitu mengenai bahan mentahnja jang harus dikerdjakan dari serat rami sampai mendjadi benang rami. Rentjana semula ialah setelah paberik selesai dibangun, bahan mentahnja sudah tersedia, akan tetapi ternjata rentjana ini meleset. Sungguh-pun usaha penanaman serat rami telah lama dimulai oleh N.V. Tani Mulja dan Dinas Pertanian Rakjat Propinsi Sumatera Utara dalam kenjataannja bahwa jang dihasilkan belum sepadan dengan kapa-sitet paberik, hal mana menimbulkan situasi jang tidak seimbang. Diperkirakan, bahwa hasil penanaman rami hanja mentjukupi 6 hari produksi setahun.

Ketidak seimbangan kapasitet paberik dengan penanaman rami telah diinsjafi oleh Kementerian Pertanian maupun Panitex dan B.I.N. maka usaha-usaha untuk mengatasinja sedang difikirkan. Untuk sementara oleh Pemerintah telah diusahakan mendatangkan serat rami dari Philipina dan R.R.T. Akan tetapi impor rami ini tidak dapat dipakai sebagai dasar untuk mendirikan sebuah paberik dan tidak dapat dipertahankan lebih landjut karena selain harganja tinggi dan memakan devisen, hal ini tidak memberi djaminan kelang-sungan bekerdja dari pada paberik.

Mengingat urgensinja serat rami didalam negeri pula untuk mendjaga continutet paberik dalam tahun 1959 Kementerian Per-tanian telah merentjanakan penanaman rami seluas 1.400 ha dengan demikian diharapkan kebutuhan serat rami dapat dipenuhi.

C. Projek-projek Daerah: Projek-projek Lembaga Penjeleng-garaan Perusahaan-perusahaan Industri (L.P3.I.).

Sesuai dengan R.P.L.T. serta mengingat perkembangan daerah dalam lapangan industri, Pemerintah memandang perlu membantu daerah-daerah. Untuk ini didirikan didaerah-daerah perusahaan-perusahaan pelopor atau induk. Pendirian induk-induk ini dimak-sudkan untuk dikemudian hari didjual dengan tjara sewa-beli ke-pada fihak partikelir, terutama jang bersifat koperasi.

Jang ditugaskan untuk melaksanakan ini ialah L.P3.I. suatu badan dibawah Kementerian Perindustrian, dan modalnja didapat djuga dari Anggaran Belandja Kementerian Perindustrian.

(16)

Pada achir tahun 1956 djumlah perusahaan jang telah selesai ada 21 buah. Projek-projek tersebut sudah mulai berdjalan dan menghasilkan, sehingga projek-projek itu sudah siap untuk diserah-kan kepada masjarakat, seperti maksud serta tudjuan jang terdiserah-kan- terkan-dung dalam rentjana pembentukan projek-projek tersebut.

Untuk djelasnja seperti tersebut dibawah ini kami lampirkan daftar projek-projek jang telah berdjalan itu.

DAFTAR PERUSAHAAN-PERUSAHAAN JANG SELESAI DALAM TAHUN 1956

Tabel 128.

No. Propinsi Tempat Matjam perusahaan

Djawa Barat:

1. Madjalaja I.P. Tekstil

2. Tjiwidej I.P. Besi

3. Tjisaat I.P. Besi

4. Plered I.P. Keramik

Djawa Tengah:

5. Klaten I.P. Gamping

6. Djuwiring I.P. Pajung

7. Magelang I.P. Kulit

8. Kudus P.P. Tekstil

Djawa Timur:

9. Madiun I.P. Besi

10. Madiun P.P. Kaju

11. Madiun P.P. Peradjutan

12. Magetan I.P. Kulit (Penjamakan)

13. Pasuruan I.P. Kuningan/Logam

14. Pamekasan I.P. Kulit (Penjamakan)

15. Pamekasan I.P. Kulit (Pengerdjaan)

Maluku:

16. Latulahat P.P. Kapur

17. Tawiri P.P. Rotan

18. Ambon P.P. Talipantjing

19. Akuhuda P.P. Ubin

20. Latulahat P.P. Ubin

21. Takoma P.P. Rotan

Tjatatan: LP. = Induk Perusahaan

(17)

Meskipun projek-projek itu telah dapat dikatakan selesai dan sudah menghasilkan, tetapi beberapa projek masih membutuhkan modal. Satu dan lain diperlukan untuk penjempurnaan projek-projek, pembelian mesin, spare parts, dan lain-lain.

Dalam tahun 1957 projek-projek telah selesai sebanjak 8 buah, djuga dalam tahun itu diselenggarakan penjempurnaan beberapa projek seperti tersebut dalam uraian diatas, sedang pelaksanaan beberapa projek-projek baru telah dimulai.

DAFTAR PROJEK-PROJEK JANG TELAH DISELESAIKAN DALAM TAHUN 1957.

Tabel 129.

No. Propinsi Tempat Matjam perusahaan

Djakarta-Raya:

1. Klender I.P. Kaju

Djawa Tengah:

2. Sukaradja I.P. Logam

3. Bareng (Kudus) I.P. Besi

4. Batur I.P. Besi/Logam

Djawa Timur:

5. Malang I.P. Keramik

6. Pasuruan I.P. Kaju

Sumatera Selatan:

7. Kajuagung I.P. Keramik

Sulawesi:

8. Makasar I.P. Kaju

DAFTAR PROJEK-PROJEK JANG TELAH DISELESAIKAN DALAM TAHUN 1958.

Tabel 130.

No. Propinsi Tempat Matjam perusahaan

1. Kebajoran lama P.P. Wallblock

Djawa Tengah:

2. Kalibagor I.P. Keramik

3. Tjeper I.P. Tekstil

Djawa Timur:

4. Malang P.P. Mesin „Sumber Mas”

5. Sidoardjo I.P. Pajung

6. Surabaja I.P. Galvano

Kalimantan:

(18)

Djadi jang telah selesai hingga achir 1958 ialah 36 buah I.P. dan P.P. Masih banjak perusahaan-perusahaan lain jang diselenggarakan dan dibiajai oleh L.P3.I., seperti perusahaan sabut kelapa di Wates, minjak kelapa di Ponorogo dan keramik di Tulungagung, dan lain-lain tetapi berhubung keterangan-keterangan jang diterima Biro Perantjang Negara sangat terbatas, maka tidak tjukup untuk mem-buat laporan mengenai perusahaan-perusahaan ini. Ini membuktikan bahwa administrasi dari L.P3.I masih perlu disempurnakan, demi-kian pula pengawasan perlu diadakan, sehingga untuk tahun-tahun jang akan datang kekurangan-kekurangan itu tidak terulang kembali.

Pada bulan November 1957 berturut-turut telah diadakan pembi-tjaraan segi-tiga antara wakil-wakil dari Biro Perantjang Negara, Djawatan Perindustrian dun L.P3.I. untuk mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan pembangunan perusahaan-perusahaan induk maupun pertjontohan atas dasar usul daerah-daerah.

Hasil pembitjaraan jang kemudian didjadikan instruksi Menteri tanggal 1 Pebruari 1958 ialah penjelenggaraan pembangunan pro-jek-projek sebanjak 13 buah untuk tahun 1958 sampai dengan tahun 1960 semuanja diluar Djawa, disampingnja menjelesaikan projek-projek jang sedang dalam pelaksanaan.

DAFTAR PROJEK-PROJEK TAMBAHAN. Tabel 131.

Daerah Projek/Keterangan PembelandjaanRentjana

Atjeh Kulit/Sepatu 12,2 djuta

Sumatera Utara Pertenunan 16,3 djuta

Bata/genteng, Tapanuli 6,6 djuta Sumatera Tengah Penggergadjian kaju, 4,9 djuta

Padang

Besi/logam, Padang 5,5 djuta

Bata/genteng, Padang 6,6 djuta Sumatera Sclatan Tepung tapioca, Metro 4,1 djuta

Kalimantan Barat Sabut kelapa 7,3 djuta

Sulawesi Utara Bata/genteng, Bitung 6,6 djuta Bata/genteng, Gorontalo 6,6 djuta

Sulawesi Selatan Pembakaran kapur Pro-Memori

Nusa Tenggara Penjamakan kulit 6,3 djuta

(19)

Pembiajaan.

Dari tahun 1956 sampai dengan tahun 1958 seperti tersebut di-bawah ini terdapat angka-angka anggaran belandja jang diminta, djumlah jang diotorisir dan realisasinja.

BELANDJA MODAL L.P3.I.

Ta b e l 132. (Rp. 1.000).

Tahun Anggaran Otorisasi Realisasi

Belandja

1956 80.300 71.607 34.400*)

1957 113.421 113.421,3 94.500

1958 144.000 125.340,5 125.340,5**)

Sumber: L.P3.I.

Anggaran belandja, otorisasi dan realisasi tersebut diatas hanja disediakan chusus untuk belandja modal, sedangkan kalau diper-hitungkan belandja lain-lainnja anggaran belandja L.P3.I. akan djauh lebih besar.

Produksi.

Projek-projek L.P3.I. sebanjak 36 buah jang tersebar diseluruh kepulauan kita, telah selesai didirikan dan memberikan hasil. Oleh karena bahan-bahan laporan sukar didapat, terutama mengenai projek-projek diluar Djawa, maka angka-angka produksinja tak dapat dibentangkan disini. Jang djelas ialah bahwa beberapa projek telah menghasilkan dengan baik dan menurut kapasitet mesin, sedang projek-projek jang bahan mentahnja sangat tergantung dari import mengalami produksi dibawah kapasitet mesin.

*) Realisasi tahun 1956 sebanjak Rp. 34,4 djuta itu dikeluarkan oleh L.P3.I. selama djangka waktu l.k. 9 bulan, jaitu dari tanggal 26 Maret 1956 sampai achir tahun 1956.

Sedang sebelum 26 Maret, telah ada pengeluaran-pengeluaran dari bagian Penjelenggaraan Perusahaan-perusahaan jang ada dibawah Djawatan Pe-rindustrian.

**) Djumlah sementara, berhubung laporan-laporan jang lengkap belum masuk

(20)

Kesulitan-kesulitan.

1. Kesulitan-kesulitan jang dialami oleh L.P3.I. ialah tidak adanja suatu ketentuan tegas mengenai induk dan perusahaan per-tjontohan, jang mana penting sekali dalam menentukan:

— besarnja perusahaan

— matjam peralatan jang harus disediakan

— tingkat mekanisasi dari mesin-mesin (full automatic atau tidak).

Hal tersebut mengakibatkan terdapatnja perusahaan-perusahaan induk atau perusahaan-perusahaan pertjontohan jang mengingat keadaan peralatan dan perlengkapan ditafsirkan terlalu besar, sedangkan dipihak lain adanja unsur jang penting dipandang dari sudut perusahaan jaitu kelangsungan dengan tjara sistim pembelan-djaan jang effectief, sehingga funksi induk dan perusahaan pertjon-tohan jang merupakan „production-unit” kurang mampu bergerak dalam perdagangan perantara. Maka perlu perluasan diadakan untuk „melengkapi” perusahaan sampai merupakan paberik.

2. Kesulitan kedua dalam pendirian suatu induk dan perusahaan pertjontohan ialah letak perusahaan (location). Sampai sekarang jang didjumpai ialah bahwa perusahaan-perusahaan tersebut didirikan pada tempat-tempat dimana kelihatannja terdapat banjak kelompok-kelompok keradjinan rumah-tangga maupun pengusaha-pengusaha rakjat.

Dilihat dari segi komersiil ketetapan letaknja perusahaan-per-usahaan tersebut masih dapat disangsikan, terbukti dengan kerugian-kerugian jang telah diderita oleh beberapa perusahaan.

Kerugian-kerugian tersebut sesungguhnja tidak perlu ada, djika penempatan perusahaan itu telah diperhitungkan setjara ilmu-perusahaan. Salah satu tudjuan induk ialah membimbing masjarakat, teristimewa pengusaha-pengusaha rakjat untuk mengenal tjara be-kerdja jang effektip.

3. Disebabkan adanja pergolakan-pergolakan didaerah Sumatera dan Sulawesi, djuga dengan bertambahnja kesulitan dalam hal pengangkutan kapal akibat terhentinja kapal-kapal K.P.M. maka banjak projek-projek jang telah direntjanakan atau sesungguhnja sudah dimulai pelaksanaannja terpaksa mengalami kelambatan atau-pun kematjetan pembangunan projek-projek.

(21)

4. Pemasukan mesin-mesin dan lain-lain perlengkapan paberik tidak begitu lantjar, karena penghematan/kekurangan devisen sehingga mungkin beberapa projek perlu ditangguhkan pendiriannja atau dibatalkan sama sekali, ketjuali kalau kebetulan dapat dibeli alat-alat ready-stock.

D. Mekanisasi dan Bantuan Pembiajaan Industri.

Telah diinsjafi oleh Pemerintah, bahwa pengusaha-pengusaha nasional tidak mempunjai modal. Dalam hal ini Pemerintah setjara bidjaksana sedapat mungkin memberikan bantuan akan modal menu-rut pedoman-pedoman jang tertentu, jaitu sesuai dengan garis-garis besar kebidjaksanaan perindustrian. Bantuan modal kepada mereka jang membutuhkannja dan jang memenuhi sjarat-sjaratnja dapat disalurkan melalui:

a. Bantuan mekanisasi;

b. Bantuan pembiajaan industri. a. B a n t u a n m e k a n i s a s i :

Jang diartikan dengan mekanisasi ialah penggantian beberapa gerak tangan/atau kaki dalam memprodusir suatu barang pada industri ketjil atau keradjinan rumah tangga dengan alat-alat atau mesin-mesin. Djadi njatalah, bahwa pengertian mekanisasi dimak-sudkan tidak seluruh proses produksi digantikan dengan mesin-mesin dan sebagainja, melainkan hanja sebagian dari proses produksi tersebut.

Tudjuannja ialah untuk mentjapai effisiensi tjara bekerdja jang baik, sehingga memperoleh produktivitet jang lebih tinggi serta kwalitet hasil jang lebih bermutu.

Usaha bantuan mekanisasi ini mulai diselenggarakan berdasarkan rentjana mekanisasi industri ketjil jang merupakan bagian dari Rentjana Urgensi Perekonomian tahun 1951. Pelaksanaan sesung-guhnja baru dimulai dalam tahun 1952 dan bantuan ini diberikan Pemerintah kepada pengusaha-pengusaha berupa mesin-mesin industri.

(22)

PELAKSANAAN BANTUAN MEKANISASI.

Tabel 133.

Djumlah Realisasi

No. Nama Daerah Sampai

de-ngan tahun 1957

1958 Djumlah

1. Sumatera Utara 10 — 10

2. Sumatera Tengah 10 2 12

3. Sumatera Selatan 7 5 12

4. Djawa Barat 39 14 53

5. Djawa Tengah 24 3 27

6. Djawa Timur 28 3 31

7. Nusa Tenggara 5 3 8

8. Sulawesi 9 3 12

9. Maluku 3 1 4

10. Kalimantan 10 — 10

Djumlah 145 34 179

Sumber: Kantor Mekanisasi.

Melihat perintjian menurut daerah, maka pemberian bantuan mekanisasi ini tjukup merata. Tidak ada perbedaan jang menjolok dalam arti bahwa didaerah satu lebih besar atau lebih ketjil men-dapatnja dibandingkan dengan daerah lain. Bahwasanja didaerah Nusa Tenggara hanja 8 perusahaan dan di Maluku hanja 4 perusaha-an jperusaha-ang mendapat bperusaha-antuperusaha-an mekperusaha-anisasi ini menundjukkperusaha-an bahwa dikedua daerah itu terdapat hanja sedikit pengusaha-pengusaha Nasional jang memenuhi sjarat-sjarat dan ketentuan-ketentuan seperti jang tertjantum dalam peraturan-peraturan bantuan meka-nisasi. Ke 179 perusahaan itu terdiri dari 40 djenis perusahaan jang untuk djelasnja kita sebutkan pada lampiran ini.

Pembiajaan:

(23)

Sampai achir tahun 1958, keuangan jang telah dikeluarkan untuk mengadakan pesanan dalam negeri, stock piling mesin-mesin dan realisasi permohonan meliputi seharga Rp. 55,2 djuta. Chusus untuk realisasi permohonan sebanjak 179 perusahaan tersebut diatas ini memakan biaja Rp. 39,3 djuta.

Seperti tertjantum dalam sjarat-sjarat/pedoman-pedoman bantuan mekanisasi, djangka waktu penjitjilan kembali ditetapkan selama 5 tahun.

Selama 4 tahun jaitu dare tahun 1955 sampai dengan tahun 1958 penjitjilan kembali berlangsung seperti terlihat dibawah ini:

Dalam tahun 1955 — Rp. 47,7 ribu 1956 — Rp. 69,3 „ 1957 — Rp. 1.449,1 „ 1958 — Rp. 2.389,9 „ Djumlah ...Rp. 3.956 ribu

Sumber: Kantor Mekanisasi.

Selama 2 tahun jaitu tahun 1955 dan tahun 1956 penjitjilan kembali sangat kurang. Kematjetan ini disebabkan tidak adanja administrasi jang serasi dan teliti sedangkan dalam tahun 1957 dan tahun 1958 jaitu sesudah terbentuknja Kementerian Perindustrian dimana bagian mekanisasi didjadikan Kantor Mekanisasi dan Pembiajaan Industri, maka angsuran-angsuran dari para pengusaha sudah menundjukkan angka jang menaik. Apabila dalam tahun 1959 Kantor Mekanisasi dan Pembiajaan Industri sudah berdjalan dengan sempurna dan tidak mengalami kematjetan-kematjetan seperti di-dalam tahun-tahun jang lalu, dan pembajaran tjitjilan oleh masing-masing perusahaan dilakukan dengan tertib setiap bulannja sebesar 2% dari harga sewa, maka perkiraan pemasukan didalam tahun 1959 akan dapat mentjapai 12 X 2% X Rp. 39,3 djuta = Rp. 9,4 djuta.

(24)

Kesulitan-kesulitan.

Kesulitan-kesulitan jang dihadapi oleh bagian mekanisasi sehingga kurang lantjarnja pelaksanaan ialah:

— Dalam tahun 1957 dengan adanja peraturan B.E. dimana keper-luan mekanisasi djuga tidak diketjualikan sedangkan anggaran terbatas.

— Dalam tahun 1958 karena adanja Peraturan Pemerintah, bahwa mengingat keadaan devisen, import untuk barang-barang Peme-rintah sementara ditunda, sehingga menjebabkan bagian mekani-sasi harus membeli mesin-mesin jang ada dalam ready stock importir jang harganja sangat tinggi.

— Terbatasnja mesin-mesin buatan dalam negeri. Hasil-hasil.

Dapat dikatakan bahwa hasil bantuan mekanisasi masih belum seperti jang diharapkan. Hanja sebagian berhasil dengan memuas-kan. Sebagian lagi merupakan suatu kegagalan, jang diantaranja disebabkan oleh kekurangan technical know-how, modal dan organisasi.

b. B a n t u a n P e m b i a j a a n I n d u s t r i .

Pemerintah dalam memberikan bantuan kepada industri-industri ketjil dan industri-industri sedang tidaklah hanja terbatas pada bantuan jang berupa mesin-mesin, tetapi ada djuga bantuan itu jang berwudjud uang. Bantuan jang hanja terbatas sampai maximal Rp. 50.000,— disalurkan melalui Dana Industri Ketjil (disingkat dengan D.I.K.) sedang bantuan jang melampaui Rp. 50,000,— dapat diperoleh melalui saluran Lembaga Djaminan Kredit (atau disebut-nja L.D.K.) Djuga seperti haldisebut-nja dengan bantuan mekanisasi, bantu-an ini disediakbantu-an dari Anggarbantu-an Kementeribantu-an Perindustribantu-an. Berhubung dengan banjaknja jang mengadjukan permintaan akan bantuan ini maka anggaran selalu mengalami kekurangan. Banjak-nja permintaan bantuan ini mungkin disebabkan karena penindjau-an perusahapenindjau-an-perusahapenindjau-an dilakukpenindjau-an dengpenindjau-an kurpenindjau-ang teliti dpenindjau-an sak-sama, screeningnja kurang sempurna, sehingga pemberian bantuan itu seolah-olah dipermudah sekali. Dengan demikian pengusaha-pengusaha mempergunakan kesempatan tersebut malahan akan selalu menggantungkan diri pada adanja bantuan itu.

(25)

PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN D.I.K. MENURUT DAERAH SAMPAI TAHUN 1958. Tabel

134.

No. Nama Daerah

Djumlah

Djumlah Sampai achir

1957 1958

1. Sumatera Utara 8 10 18

2. Sumatera Tengah 15 — 15

3. Sumatera Selatan 21 12 33

4. Djakarta 20 18 38

5. Djawa Barat 207 75 282

6. Djawa Timur 95 30 125

7. Djawa Tengah 38 29 67

8. Nusa Tenggara 2 — 2

9. Sulawesi 76 21 97

10. Kalimantan 77 12 89

11. Maluku 12 4 16

Djumlah 571 211 782

Sumber: Kantor Mekanisasi.

Pembajaran kembali dari perkreditan D.I.K. pada umumnja ber-djalan lantjar sekali, ini dapat ditundjukkan dari laporan B.R.I. sebagai pemegang administrasi keuangannja. Tunggakan hanja berdjumlah kurang lebih 25%; ketjuali didaerah-daerah pemberon-takan dimana belum dapat dipungut penjitjilannja jang berarti (dapat dianggap) menunggak 100%.

D.I.K. ini didirikan pada tahun 1955 dengan modal lebih-kurang Rp. 8,5 djuta sehingga sekarang mendapat keuntungan berdjumlah lebih-kurang Rp. 800.000,— dan seterusnja dipakai untuk penam-bahan modal.

Pelaksanaan pemberian bantuan ini disalurkan meliwati Kemen-terian Perindustrian, jakni Inspeksi Perindustrian didaerah-daerah dengan batas max. sebesar Rp. 10.000,— sedang melalui pusat dengan max. 50.000,—.

(26)

REKAPITULASI PENGELUARAN KREDIT L.D.R. (sampai dengan achir bulan September 1958).

Tabel 135.

Utara 157 6,9 Jang lunas 26 perusahaandengan pindjaman

Rp, 1.073.000,—

4 Djawa Barat 66 4,1

5. Djawa

Tengah 43 1,5 Telah lunas 1 perusahaan-tahun 1958 dengan

pin-djaman Rp. 2.000,—

6. Djawa Timur 1 0,2 Telah lunas 19/11-58

7. Nusa

Teng-gara

11 0,6

8. Kalimantan 30 1,9

9. Sulawesi 31 1.5 tang telah limas 4

peru-sahaan dengan pindjam-an Rp. 18.000,—

10 Maluku 8 0,3

Djumlah 408 20,4

Sumber: Kantor Mekanisasi.

(27)

Bahwa Pemerintah sungguh-sungguh memperhatikan perkem-bangan-perkembangan industrialisasi di Negara kita ini telah dibuktikan dari uraian tersebut diatas. Perhatian Pemerintah itn dibuktikan lagi dengan terbentuknja Kementerian Perindustrian tersendiri dengan perluasan bagian-bagiannja. Chusus mengenai bagian mekanisasi, ini telah didjadikan kantor Mekanisasi dan Pembiajaan Industri, sesudah terbentuknja Kementerian Perindus-trian.

Dengan terbentuknja Kantor Mekanisasi dan Pembiajaan Industri jang bertugas untuk mengkoordineer semua bantuan-bantuan dari fihak Pemerintah kepada pengusaha-pengusaha industri ketjil jang disalurkan melalui Kementerian Perindustrian, diharapkan ketele-doran-keteledoran dalam hal administrasi, screening serta kesalahan-kesalahan pada tahun-tahun jang lalu tidak akan terulang kembali.

E. Balai-balai Penjelidikan.

Untuk memadjukan industri dengan tjara pemberian nasehat technis sehingga mekanisasi dapat dimadjukan dan mutu technologi dapat dinaikkan maka diperlengkapilah Balai-Balai Penjelidikan. Balai-Balai ini bertugas pula meringankan kekurangan tenaga ahli dilapangan perindustrian, jang sangat dirasakan.

Maka sesuai dengan tugas jang diberikan kepada Balai-Balai Penjelidikan dan Pendidikan dan sesuai pula dengan surat keputus-an Menteri Perekonomikeputus-an tertkeputus-anggal 9 Pebruari 1956, No. 1.417/M dan No. 1418/M., Balai-Balai Penjelidikan jang semula merupakan bagian dari Djawatan Perindustrian sedjak tanggal 9-2-1956 didjadi-kan Djawatan Balai-Balai Penjelidididjadi-kan dan Pendidididjadi-kan.

Djawatan Balai-Balai Penjelidikan dan Pendidikan itu terdiri dari:

1. Balai Penjelidikan Industri, di Djakarta. 2. Balai Penjelidikan Kimia, di Bogor.

(28)

Sampai achir tahun 19513 dapat ditjatat hasil-hasil kerdja jang terpenting sebagai berikut:

1. Penjelidikan pulp dari hutan Semangus (Palembang) jang memberi kesimpulan bahwa kaju-kaju ini dapat dipergunakan untuk pembuatan rayon (Balai Penjelidikan Kimia di Bogor). 2. Pemintalan kapas Indonesia dengan hasil benang jang lebih

kuat, putih serta merata djika dibandingkan dengan beberapa kapas impor (Balai Penjelidikan Tekstil di Bandung).

3. Penjusunan „Standard Book” mengenai „tatanama Senjewaan karbon” (Balai Penjelidikan Kimia di Bogor).

4. Penggunaan cofferdam dari serat kelapa untuk dipakai dalam sol sepatu California (Balai Penjelidikan Kulit di Jogja — mungkin akan mendjadi paten, tetapi berhubung undang-undang paten belum ada tidak dapat dimintakan).

5. Pengumpulan daripada kurang lebih 30 case-studies mengenai perusahaan-perusahaan di Djakarta dan lain-lain tempat, mengenai kapasitet, produksi, lay-out, materials handling, keuangan dan sebagainja (Akademi Pemimpin Perusahaan). 6. Pembuatan design dari kurang lebih 20 alat-alat untuk

per-usahaan ketjil (Balai Penjelidikan Industri di Djakarta). 7. Pembuatan film technis jang pertama di Indonesia mengenai

pemutaran-pemutaran barang-barang tembikar (Djawatan dengan bantuan I.C.A.).

8. Design lengkap bagi perusahaan-perusahaan tapioka modern (Balai Penjelidikan Industri), perusahaan sepatu (Balai Penje-lidikan Industri), perusahaan sepatu (Balai PenjePenje-lidikan Kulit), perusahaan finishing, peradjutan, pertenunan dan lain-lain. (Balai Penjelidikan Tekstil), perusahaan dekstria (Balai Penjelidikan Kimia), dan sebagainja.

9. Penjusunan standard spesifikasi bagi kulit, tekstil, bahan-bahan bangunan makanan dan lain-lain.

(29)

DAFTAR KURSUS­KURSUS DJAWATAN BALAI­BALAI PENJELIDIKAN.

Tabel

136.

Nama

Kursus/ Sekolah Djurusan Tahu

n

14. KS. Batik 43 B.P. Kimia

16. „ Teknik Batik 25 6 B.P. Batik

17. KS. Keramik I

18. „ Keramik II 205 229 B.P. Keramik

19, S.T.M.A. 58 67 87 —

20. Pendidikan pemimpin

perusahaan 25

Djumlah 222 268 200

Sumber: Djawatan Balai-Balai Penjelidikan.

(30)

DJUMLAH PEMERIKSAAN (ANALISA DAN TESTING)

(31)

Sumber : Djawatan Balai-Balai Penjelidikan. Usaha-usaha baru jang dilandjutkan ialah:

— Pembentukan bagian Penjaluran Hasil Penjelidikan (Extension service) di Djawatan pada tahun 1957, jang meliputi pekerdjaan-pekerdjaan public relations, technical information, perpustakaan dan dokumentasi dan antara lain kerdja sama dengan Pemba-ngunan Masjarakat Desa, Bank Industri Negara, BAPPIT (Badan Pusat Penjelenggaraan Perusahaan-Perusahaan Industri dan Tambang) L.P3.I. (Lembaga Penjelenggara Perusahaan-Perusa-haan Industri), G.K.B.I. (Gabungan Koperasi Batik Indonesia), dan lain-lain.

— Pendirian Pendidikan Pemimpin Perusahaan di Djawatan dalam tahun 1957 jang dilandjutkan dengan Akademi Pemimpin Perusahaan pada tahun 1958. Perlu ditjatat bahwa sebagian besar murid akademi ini didatangkan dari perusahaan-perusa-haan partikelir.

— Pendirian bagian mekanisasi di Balai Penjelidikan Industri sedjak tahun 1957 untuk design alat-alat bagi industri ketjil dengan mempergunakan bahan-bahan dalam negeri.

(32)

Pembiajaan.

Pembiajaan Balai-Balai ini didapat dari Anggaran Belandja Kementerian Perindustrian.

BELANDJA MODAL DJAWATAN BALAI-BALAI PENJELIDIKAN.

(33)

Tahun Anggaran Belandja untuk modal

Otorisasi

1956 51.510 21.200

1957 27.398 24.761

1958 15.570 6.480

Sumber: Kementerian Perindustrian.

Berhubung Kementerian Perindustrian telah beberapa kali meng-adakan reorganisasi, ialah semula dari Kementerian Perekonomian mendjadi Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindus-trian, dan selandjutnja dengan pembentukan direktorat-direktorat dan djawatan-djawatan baru Kementerian Perindustrian, maka pengumpulan angka-angka jang dibutuhkan senantiasa menghadapi kesukaran-kesukaran.

Kesulitan-kesulitan.

Kesulitan-kesulitan Balai-Balai terutama terletak dalam hal ang-garan belandja dengan plafond jang telah ditetapkan. Mengingat Balai-Balai ini telah tumbuh dari suatu bagian dari Djawatan Per-industrian mendjadi suatu djawatan tersendiri, sudah semestinja bahwa tugas jang dibebankan mendjadi lebih luas, sedangkan tenaga jang dibutuhkan djuga bertambah, sehingga kebutuhan akan anggaran belandja jang bertambah harus diakui pula. Berhubung dengan berbagai hal otorisasi dalam tahun 1958 mendjadi kurang daripada tahun-tahun 1956 dan 1957. Suatu keluhan ialah, mengenai keuangan jang selalu terlambat.

Mengenai tenaga achli jang sangat dibutuhkan ternjata bahwa penghargaan, jang diberikan kepada mereka, belum sebagaimana semestinja, sehingga sukar untuk menahan mereka supaja tetap bekerdja pada Balai-Balai tersebut.

(34)

PERMOHONAN JANG TELAH DIREALISIR

achir 1957 tahun 1958dalam

1. Belirang 2 — 2

9. Penjamakan kulit 1 — 1

10. Pengetjoran 5 — 5

11. Pertenunan 7 — 7

12. Genteng/Batu 18 3 21

13. Tahun 3 — 3

14. Persh. Kaju/Pengg. Kaju 17 5 22

15. Minjak kelapa 9 2 11

16. Rotan 2 — 2

17. Perbengkelan 7 11 18

18. Pertjetakan 16 5 21

19. Kaleng 3 — 3

20. Terompa kaju 1 — 1

21. Glas & instrument 1 — 1

22. Krupuk 1 — 1

23. Ass-Radio I — 1

24. Transfer-platen 1 — 1

25. Pengg. Padi 1 — 1

26. Persh. Potlot 1 — 1

27. Konpeksi 1 2 3

28. Persh. pembuat djarum 1 — 1

29. Korek api 1 — 1

Gambar

Tabel 123.Anggaran
Tabel 125.1955
Tabel 128.
Tabel 129.No.Propinsi
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Siswa mampu menulis, menyunting, dan menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, pendapat, perasaan, dan informasi dalam bentuk teks

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, terima kasih atas kebersamaan dan doa dari kalian semua, serta semua pihak yang tidak dapat

Cara Membuat Makalah Yang Baik dan Benar tidak semua mahasiswa memahaminya, karena Makalah merupakan karya tulis yang bentuknya formal, sehingga semua kata dan kalimat yang

Tradisional adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pengalaman dan ketrampilan turun temurun secara empiris yang dapat

Identifikasi Potensi Kenaikan Muka Air Laut Serta Dampaknya Terhadap Rencana Struktur dan Pola Ruang Kawasan Pesisir Kota Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur.

Kemudian Muslim bisa dan harus men- dorong dan mendukung, sebagai hasil keya- kinan mereka terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan perbuatan yang dipertanggung jawabkan setiap umat

Pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh tinggi output terhadap debit hasil pompa hidram dengan variasi panjang langkah katup buang, beban katup buang, dan tinggi

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian alat di lapangan adalah semakin banyak bubuk biokoagulan yang diberikan yaitu biji kelor, dapat mampu menaikkan nilai pH dan