• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Teknis Penyiapan Desain Program

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Proposal Teknis Penyiapan Desain Program"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PT. KCE Kata Pengantar

Dokumen Usulan Teknis Jasa Konsultan pekerjaan Penyiapan Desain Program Regency Settlement Infrastructure Development ini dibuat untuk kelengkapan dari dokumen penawaran pekerjaan.

Dokumen Usulan Teknis ini dibuat dengan berpedoman kepada Pokok Kerangka Acuan Kerja (KAK)

dan Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) yang telah diberikan oleh Panitia Pengadaan Jasa

Konsultan kepada Konsultan.

Mudah-mudahan isi dan materi Usulan Teknis ini dapat memenuhi kriteria dan ketentuan-ketentuan

yang telah ditetapkan oleh Panitia, sehingga dapat di pertimbangkan sebagai pemenang tender

dalam evaluasi untuk menentukan pelaksana pekerjaan tersebut.

Demikian disampaikan, atas kerjasama yang baik dan kepercayaan yang diberikan kepada

Perusahaan Konsultan kami, diucapkan terima kasih.

Jakarta, Maret 2016

MANAJEMEN

PT. CIRIAJASA ENGINEERING CONSULTANT

Daftar Isi

Kata Pengantar

(2)

Kata Pengantar ... i Daftar Isi ... i

Bab i Data Organisasi Perusahaan ... i-1

Bab ii Daftar Pengalaman Kerja Sejenis 10 (Sepuluh) Tahun Terakhir ... ii-1

Bab iii Uraian Pengalaman Kerja Sejenis 10 (Sepuluh) Tahun Terakhir ... iii-1

Bab iv Tanggapan dan Saran Terhadap KAK dan Personil / Fasilitas Pendukung

Dari PPK ... iv-2

Bab v Pendekatan, Metodologi dan Program Kerja ... v-15

Bab vi Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ... vi-1

Bab vii Komposisi Tim dan Penugasan ... vii-1

Bab viii Jadwal Penugasan Tenaga Ahli ... viii-1

Bab ix Daftar Riwayat Hidup Personil Yang Diusulkan ... ix-1

(3)

Bab i Data Organisasi Perusahaan

Bab ii Daftar Pengalaman Kerja Sejenis 10 (Sepuluh) Tahun Terakhir

Pada tabel dibawah ini akan diuraikan mengenai daftar pengalaman kerja sejenis 10 (sepuluh) tahun

terakhir yang telah dilakukan oleh PT. CIRIAJASA ENGINEERING CONSULTANT.

i

Bab

Data Organisasi Perusahaan

ii

Bab

(4)
(5)

Tabel ii.1

(6)

Bab iii Uraian Pengalaman Kerja Sejenis 10 (Sepuluh) Tahun Terakhir

Berikut ini akan diuraikan mengenai uraian pengalaman kerja sejenis 10 (sepuluh) tahun terakhir

yang telah dilakukan oleh PT. CIRIAJASA ENGINEERING CONSULTANT.

iii

Bab

(7)

Bab iv Tanggapan dan Saran Terhadap KAK dan Personil / Fasilitas Pendukung Dari PPK

iv.1

Pemahaman Terhadap Kerangka Acuan Kerja

Kerangka Acuan Kerja (KAK) adalah spesifikasi pekerjaan yang harus dilakukan, meliputi penjelasan latar belakang pekerjaan, maksud dan tujuan dan lingkup pekerjaan. Karena itu sebagai langkah awal untuk memahami spesifikasi pekerjaan yang akan dilakukan, konsultan berusaha mengkaji isi dari KAK tersebut.

Usaha kami, dalam memahami KAK, melakukan serangkaian kegiatan diantaranya adalah :

1.

Membaca KAK, dan berusaha untuk mengerti keseluruhan substansinya;

2.

Mengikuti penjelasan (

Aanwizing

) yang diberikan oleh Panitia Pelelangan.

Berusaha bertanya tentang hal-hal yang belum dimengerti atau adanya tambahan

penjelasan;

3.

Studi terdahulu yang telah dilakukan sebelumnya terkait judul pekerjaan; dan

4.

Studi literatur terkait kebijakan dan peraturan perundang

undangan terkait.

Dari hasil pemahaman konsultan terhadap KAK, maka konsultan berpendapat bahwa KAK yang telah disusun tersebut telah cukup jelas menunjukkan spesifikasi dan berbagai hal yang disyaratkan dalam pekerjaan ini. Namun demikian masih terdapat beberapa hal yang patut ditambahkan untuk menyempurnakan hasil pekerjaan yang diharapkan. Beberapa hal yang patut ditambahkan sebagai spesifikasi pekerjaan untuk menyempurnakan pekerjaan ini akan diuraikan sebagai tanggapan konsultan terhadap KAK. Dari kegiatan-kegiatan tersebut, kami dapat memahami substansi KAK, dan kami sanggup melaksanakan pekerjaan ini.

iv

Bab

(8)

Gambar iv.1

Pemahaman Kerangka Acuan Kerja

Pemahaman kami setelah meneliti dan mengkaji KAK serta mempelajari berbagai acuan dan referensi memunculkan berbagai aspek pemahaman yaitu:

a) Ada permasalahan pada desain program/kegiatan PISEW-RISE yang dilakukan sejak tahun 2008 hingga tahun 2015 yang tidak dapat dipastikan apakah dampak kegiatan PSIEW RISE di Indonesia sudah mampu menekan urbanisasi, membuka konektifitas ekonomi dan sosial antar pusat pertumbuhan wilayah (bukan kota) serta sudah mengentaskan kumuh di perdesaan; b) Lemahnya dokumen program/kegiatan RSID yang barangkali dilaksanakan secara sporadis dan

instan urgensi sehingga terjadi pembiaran ketidaklengkapan dokumen pelaksanaan kegiatan infrastruktur di kumuh perdesaan dijalan dengan cepat, taktis dan dapat tertangani segera. Jadi ada beberapa dokumen persyaratan yang tidak lengkap namun program/kegiatan berjalan dengan kualitas, kaidah dan estetika yang cepat dan seadanya;

c) Belum dapat dipastikan bagaimana korelasi lokasi antar kegiatan penanganan kumuh lainnya semisal di kawasan perkotaan, lokasi penanganan kumuh pemerintah kabupaten non APBN dan lainnya sehingga tidak ada keterpaduan penanganan;

d) Sehingga perlu di susun sebuah Pedoman (Panduan) Desain Program Regency Settlement Infrastructure Development (RSID) yang nantinya dapat diacu.

iv.2

Tanggapan dan Saran Terhadap Kerangka Acuan Kerja

iv.2.1

Tanggapan dan Saran Terhadap Latar Belakang

Pada latar belakang sebagaimana yang ada didalam kerangka acuan kerja (KAK), pada paragraf pertama disampaikan bahwa hal penting dilakukannya pekerjaan ini adalah adanya amanat dari blue book 2015-2019 Kementerian PUPR yang memuat empat kegiatan dan satu diantaranya adalah kegiatan Regency Infrastructure Development (RSID).

Studi Literatur

Preliminary Survey KAK

Aanwijzing

Pemahaman

Terhadap

(9)

Pada paragraf kedua, terlihat PPK menguatkan substansi pada paragraf pertama dengan pernyataan bahwa slum area atau kawasan kumuh di perdesaan diakibatkan oleh karena kemiskinan, keterbatasan lapangan pekerjaan, tingkat fertilitas yang tinggi, kualitas dan kuantitas infrastruktur yang buruk, sarana sosial, ekonomi, pendidikan, dan kesehatan yang buruk sehingga berdampak pada kualitas permukiman menjadi kumuh berat.

Pada paragraf ketiga, PPK memberitahukan bahwa kementerian pekerjaan umum dan perumahan rakyat telah menjalankan program kegiatan penanganan infrastruktur perdesaan sebagai upaya untuk mengentaskan kawasan permukiman kumuh perdesaan menjadi layak huni dan berkelanjutan dan keluar dari status kumuh berat/sedang/ringan. Kegiatan pemerintah tersebut berupa membangun infrastruktur pedesaan pada kawasan dan membangun konektifitas antar pusat-pusat pertumbuhan wilayah sekitar sehingga menjadi terbuka dan terhubung dan terjadi interaksi sosial dan ekonomi yang lebih luas. Tidak ke kawasan perkotaan, tetapi konektivitas kepada kawasan peri-peri sekitarnya. Keterhubungan ini diharapkan dapat membentuk keterkaitan ekonomi, sosial dan budaya yang kuat sehingga tidak ada tarikan yang kuat kepada wilayah perkotaan.

Pada paragraf keempat, terlihat lebih kuat dan mantap pernyataan dari PPK yang menyatakan bahwa program RSID adalah program intervensi pemerintah pusat untuk membendung arus urbanisasi ke pusat kota karena kemudahan aksesibilitas dan giur kesempatan kerja yang cepat dan mudah sehingga berdampak pada lemahnya posisi kawasan pedesaan atau KSK dan Peri-KSK terhadap Perkotaan/Pusat Kota. Program membendung urbanisasi ini dilakukan melalui intervensi langsung pada permukiman kumuh perdesaan dengan cara membangun infrastruktur dasar sebagaimana yang diatur didalam komponen program kegiatan PISEW-RISE.

Pada paragraf kelima terlihat bahwa ada amanat yang disampaikan oleh PPK bahwa desain program RSID harus lengkap memuat: ruang lingkup program, seluruh persiapan pelaksanaan, Operation and Effect Indicators (OEI), komponen program, pedoman umum sebagai dasar pelaksanaan program, mekanisme monitoring dan evaluasi, mekanisme pengelolaan pengamanan konstruksi, mekanisme sosialisasi dan publikasi program, mekanisme peningkatan kapasitas pemerintah daerah dan pelaku program, penyusunan jadwal pelaksanaan program, identifikasi kualifikasi tenaga ahli sesuai dengan lingkup pekerjaan pelaksanaan program dan prosedur seleksi konsultan, dan mekanisme pelaporan Program serta profil lokasi sasaran program per tahun pelaksanaan diperlukan untuk diidentifikasi dan ditetapkan berdasarkan hasil studi kelayakan tim penyiapan desain program, meliputi kriteria pemilihan lokasi, indikasi kesiapan pemerintah daerah sasaran program, dan indikasi kesiapan masyarakat kawasan sasaran program.

iv.2.2

Tanggapan dan Saran Terhadap Maksud dan Tujuan

Tim ahli konsultan memahami bahwa terdapat (16) goals yang harus dicapai untuk menyusun buku produk Desain Program Regency ettlement Infrastructure Development (RSID).

iv.2.3

Tanggapan dan Saran Terhadap Ruang Lingkup Pekerjaan

(10)

Pada lingkup persiapan, ahli memahami bahwa ada kegiatan telaah dokumen sekunder yang disediakan oleh PPK/Satker meliputi:

1. Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 14/SE/DC/2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Permukiman Perdesaan melalui Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah.

2. Surat Edaran Nomor 8/SE/DC/2015 tentang Perubahan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 14/SE/DC/2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Permukiman Perdesaan melalui Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah.

3. Laporan pelaksanaan RISE Tahun 2008-2015; 4. Best Practice Pelaksanaan RISE 2013-2014.

5. Buku Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Permukiman Perdesaan melalui Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah TA 2015.

6. Blue Book Bappenas 2016-2020.

7. Data-data sekunder lainnya yang diperlukan dan dianggap penting.

Kemudian beberapa dasar hukum yang harus ditelaah dan dikaji cepat agar terlihat benang merah kekuatan hukum dan program, yang meliputi:

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

2. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman.

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.

5. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

6. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.

7. Peraturan Presiden Nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan mengamanatkan percepatan penanggulangan kemiskinan di perdesaan melalui keterpaduan program, monitoring dan evaluasi, serta aktifitas anggaran di tingkat nasional, tingkat provinsi, dan tingkat kabupaten.

8. Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2015 Tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2016. 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2011 Tentang Pedoman Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri. 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 51 Tahun 2007 Tentang Pembangunan Kawasan

Perdesaan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat. 12. Peraturan lainnya.

Kemudian ada telaah aspek, kriteria dan indikator yang harus dikaji mendalam sebagai upaya untuk mendesain program RSID, yang meliputi:

1. Tata ruang : lokasi RSID merupakan lokasi target pencegahan kawasan kumuh dan lokasi kawasan ekonomi (agropolitan, minapolitan dan pariwisata),

(11)

3. Lingkungan : telah tersedia kajian lingkungan hidup strategis, sehingga infrastruktur yang dibangun tidak merusak lingkungan, tatanan permukiman adat dan lain sebagainya,

4. Kelayakan : infrastruktur yang di bangun akan mempunyai keluaran(output) yang baik dari segi kualitas dan kuantitas dan mempunyai hasil (outcome) yang berguna bagi masyarakat di kawasan RSID.

Kesemua kegiatan tersebut menjadi bagian dari tahap persiapan yang akan dilakukan oleh tim ahli untuk dapat merumuskan desain program RSID sebagaimana yang diamanatkan dalam blue book bappenas.

Pada tahap besar kedua adalah tahap pelaksanaan. Pada tahap ini terdapat beberapa sub bagian penting diantaranya fact finding atau disebut dengan pencarian fakta. Pencarian fakta dilakukan untuk melihat hasil telaah dokumen data dasar dengan keadaan dilapangan. Sehingga dapat diketahui pada dokumen apa saja yang belum lengkap, mekanisme apa yang tidak ada, mekanisme apa yang tidak berjalan, tahap apa yang tidak ada dan atau tidak berjalan sehingga tujuan dari slum allevation program dapat tercapai.

Sub kegiatan pada tahap ini selanjutnya adalah melakukan beberapa FGD di kabupaten/kecamatan terpilih yang ada di Provinsi Bali, Nusa Tenggara Barat, DI Jogjakarta, dan Sumatera Selatan. Beberapa penyepakatan juga akan dilaksanakan termasuk untuk mendapatkan feedback

penyempurnaan buku produk Penyiapan Desain Program Regency Settlement Infrastructure Development (RSID).

Hal yang perlu mendapat konfirmasi adalah pedoman umum RSID 2016-2020.

iv.2.4

Tanggapan dan Saran Terhadap Sasaran

Konsultan memahami bahwa terdapat 16 sasaran yang harus dilaksanakan oleh tim ahli sebelum dapat menyusun produk dokumen Penyiapan Desain Program Regency Settlement Infrastructure Development 2016-2020. Ahli juga memahami di dalam (16) sasaran tersebut sangat acak dan perlu diskusi lanjut soal tipologi substansi yang diharapkan pada produk dokumen nya.

iv.2.5

Tanggapan dan Saran Terhadap Jangka Waktu Pelaksanaan

Pekerjaan ini dilaksanakan secara kontraktual dengan jangka waktu pelaksanaan kegiatan selama 5 (lima) bulan kalender dalam tahun anggaran 2016, terhitung sejak penerbitan Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) oleh pengguna jasa.

(12)

iv.2.6

Tanggapan dan Saran Terhadap Pelaporan

Sesuai dengan apa yang disyaratkan dalam KAK, pelaporan dan kelengkapan yang harus diserahkan sesuai dengan pentahapannya adalah sebagai berikut :

1. Laporan Pendahuluan sebanyak 10 (sepuluh) buku, disampaikan paling lambat 1 (satu) bulan setelah penandatanganan perjanjian kerja. Muatan sebagaimana yang diminta meliputi kerangka pikir pekerjaan, rencana kerja, pendekatan teknis, jadwal mobilisasi dan jadwal penyelesaian pekerjaan;

2. Laporan Antara sebanyak 10 (sepuluh) buku yang bermuatan hasil kompilasi data, survei lapagan, hasil analisis dan draf awal Penyiapan Desain Program RSID. disampaikan paling lambat 4 (empat) bulan setelah penandatanganan perjanjian kerja; 3. Laporan Akhir sebanyak 10 (sepuluh) buku, disampaikan 1 minggu sebelum

berakhirnya Kontrak. Muatan didalamnya tentang Penyiapan Desain Program RSID; 4. Buku Produk Penyiapan Desain Program RSID sebanyak 10 eksemplar disampaikan

bersama-sama dengan laporan akhir;

5. Compack Disc yang berisi seluruh laporan Penyedia Jasa sebanyak 10 Keping diserahkan bersama-sama dengan Executive Summary;

6. Presentasi Laporan sebanyak 3 kali rapat.

iv.3

Tanggapan dan Saran Terhadap Personil / Fasilitas Pendukung Dari PPK

iv.3.1

Personil

Melihat KAK yang diberikan walaupun dari segi komposisi, kualifikasi dan pengalaman kerja tenaga ahli, telah memadai untuk dapat melaksanakan pekerjaan Penyiapan Desain Program Regency Settlement Infrastructure Development (RSID), namun perlu diperhatikan semua tenaga ahli yang ditugaskan harus dapat menjalin kerjasama yang baik dengan pihak pemberi kerja di pusat maupun pihak pemerintah daerah termasuk dengan berbagai stakeholder terkait.

Koordinasi dengan berbagai pihak terkait akan konsisten dilaksanakan sesuai dengan program kerja yang disusun. Hal ini juga penting karena menurut penilaian Konsultan, keberhasilan pekerjaan ini tidak semata-mata hanya ditentukan oleh bagusnya komposisi, kualifikasi dan pengalaman kerja tenaga ahli yang melaksanakan kegiatan ini, namun harmonisnya hubungan Konsultan dengan stakeholder juga sangat menentukan.

(13)

No. Posisi / Penugasan Jumlah (Orang) OB

Leader)

2 Ahli Pengembangan Wilayah 1 5

3 Ahli Infrastruktur 1 5

4 Ahli Ekonomi Pembangunan 1 5

5 Ahli Kebijakan Publik 1 5

6 Ahli Monitoring dan Evaluasi 1 5

7 Ahli Sistem Informasi Manajemen 1 5

8 Ahli Komunikasi Publik 1 5

Asisten Tenaga Ahli

1 Asisten Ahli Pengembangan Wilayah 1 4

2 Asisten Ahli Infrastruktur 1 4

Tenaga Pendukung

1 Drafter 1 1 5

2 Drafter 2 1 5

3 Desain Grafis 1 1 5

4 Desain Grafis 2 1 5

5 Administrasi dan Keuangan 1 5

Total 15 73

iv.3.2

Fasilitas Pendukung Dari PPK

Fasilitas pendukung yang diberikan oleh PPK atau oleh Konsultan yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah :

1. Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 14/SE/DC/2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Permukiman Perdesaan melalui Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah.

2. Surat Edaran Nomor 8/SE/DC/2015 tentang Perubahan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor 14/SE/DC/2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Permukiman Perdesaan melalui Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah. 3. Laporan pelaksanaan RISE Tahun 2008-2015;

4. Best Practice Pelaksanaan RISE 2013-2014.

5. Buku Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Permukiman Perdesaan melalui Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah TA 2015.

6. Blue Book Bappenas 2016-2020.

(14)

iv.4

Apresiasi dan Inovasi

A. Mengapa PISEW

Berbagai upaya untuk mengatasi masalah kesenjangan antarwilayah, kemiskinan, dan

pengangguran telah dilakukan oleh Pemerintah melalui berbagai kebijakan dan program nasional.

Mulai tahun 1994, Pemerintah menjalankan program Inpres Desa Tertinggal (IDT), kemudian

dilanjutkan dengan program-program sejenis seperti; program Pembangunan Prasarana Pendukung

Desa Tertinggal (P3DT), Program Pengembangan Kecamatan (PPK), program Pengembangan

Prasarana Perdesaan (P2D), Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP), serta Proyek

Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah (P2MPD). Kemudian sejak tahun 1998 terjadi

perubahan paradigma yang mendasar di Indonesia. Seperti, desentralisasi, reformasi sistem

keuangan negara, dan sistem perencanaan pembangunan nasional yang mempengaruhi

penyelenggaraan pemerintahan, termasu k pelaksanaan seluruh program Pemerintah.

Dalam hal desentralisasi telah diterbitkan beberapa peraturan perundang-undangan,

diantaranya adalah Undang-undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU

No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Sedangkan dalam hal reformasi sistem keuangan negara telah diterbitkan UU No. 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara. Dan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional dengan

dihapuskannya Garis Besar Haluan Negara (GBHN) maka diberlakukan UU No. 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Adapun terkait dengan pengembangan

wilayah, diterbitkan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, sebagai perbaikan dan

penyesuaian dari UU No. 24 Tahun 1992. Di lain pihak, proses desentralisasi dan pelaksanaan

otonomi daerah menghadapi rendahnya dua hal penting, yaitu; kapasitas Sumber Daya Manusia

(SDM) dan kapasitas fiskal pada sebagian besar pemerintah daerah di Indonesia.

Rendahnya kapasitas SDM, baik aparatur pemerintah daerah maupun masyarakat pelaku

utama pembangunan, menyebabkan kemampuan daerah tidak optimal dalam melaksanakan

kewenangan pemerintahan dan pembangunan. Di dalamnya termasuk kemampuan pemerintah

daerah dalam melakukan penyerapan aspirasi dan pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan

pembangunan yang partisipatif. Undang-undang No. 25 Tahun 2004, secara tegas telah

menggariskan kebijakan nasional yang mensyaratkan keterlibatan masyarakat dalam proses

perencanaan pembangunan.

Sementara itu, rendahnya kapasitas fiskal daerah menghadapi tantangan perencanaan

(15)

alokasi dana Pemerintah melalui Kementerian/Lembaga di daerah terkait dengan dekonsentrasi dan

tugas perbantuan. Dalam hal ini, PNPM –PISEW menerapkan kebijakan Activity Sharing sebagai uji

coba penghapusan dana pendam ping (Cost Sharing).

Dilihat dari aspek pengembangan wilayah, salah satu keterbatasan kemampuan daerah

terwujud dalam ketidakmampuan merealisasikan rencana tata ruang wilayah dalam dokumen

perencanaan pembangunan daerah. Dalam hal ini, PNPM-PISEW mendorong pengembangan

Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 26 Tahun 2007.

Selanjutnya, sesuai Agenda I tentang Pembangunan Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan Rakyat

dalam RPJMN tahun 2010 –2014 konsisten melanjutkan program-program perbaikan kesejahteraan

rakyat termasuk upaya penanggulangan kemiskinan, sebagai payung arah kebijakan bagi PNPM

Mandiri. Di lain pihak, dari 11 (sebelas) prioritas utama pembangunan nasional yaitu: (1) reformasi

birok rasi dan tata kelola; (2) pendidikan; (3) kesehatan; (4) penanggulangan kemiskinan; (5)

ketahanan pangan; (6) infrastruktur; (7) iklim investasi dan usaha; (8) energi; (9) lingkungan hidup

dan bencana; (10) daerah tertinggal, terdepan, terluar, dan paskakonflik; serta (11) kebudayaan,

kreativitas, dan inovasi teknologi, 7 (tujuh) diantaranya (1, 2, 3, 4, 6, 7, dan 10) menjadi lingkup

pelaksanaan PNPM-PISEW.

Dalam hal penanggulangan kemiskinan diharapkan terjadi penurunan tingkat kemiskinan

absolut dari 14,1% di tahun 2009 menjadi 8-10% di tahun 2014 melalui perbaikan distribusi

pendapatan dengan perlindungan sosial berbasis keluarga, pemberdayaan masyarakat, dan

perluasan kesempatan ekonomi masyarakat yang berpendapatan rendah. Sebagai kebijakan yang

bersifat lintas bidang, maka arah kebijakan yang ditempuh dalam rangka mempercepat penurunan

kem iskinan tersebut adalah:

1. Meningkatkan pertumbuhan pada sektor -sektor yang menyerap tenaga kerja dan efektif

menurunkan kemiskinan. Beberapa kegiatan ekonomi yang perlu didukung pengembangannya

dalam rangka mempercepat penurunan kemiskinan adalah, sebagai berikut:

a. Meningkatkan dan mengembangkan pertumbuhan ekonomi dalam sektor-sektor yang

memiliki dampak terhadap penurunan kemiskinan secara signifikan, misalnya penumbuhan

dan pengembangan pasar tradisional, peningkatan produktivitas dan nilai tambah usaha

pertanian, serta pengembangan usaha memengah kecil dan mikro.

b. Pertumbuhan ekonomi diarahkan pada industri yang banyak menggunakan sumberdaya

alam lokal untuk meningkatkan perekonomian daerah. Arah pengembangan kegiatan

(16)

2. Melengkapi dan menyempurnakan kebijakan penanggulangan kemiskinan, terutama yang

berkaitan dengan pemenuhan hak masyarakat miskin, perlindungan sosial, dan pemberdayaan

masyarakat. Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan pada era 2010-2014 ditujukan untuk

meningkatkan kualitas dan efektivitas kebijakan dalam rangka mempercepat penurunan

kemiskinan, dengan:

a. Meningkatkan dan menyempurnakan kualitas kebijakan perlindungan sosial berbasis

keluarga dalam rangka membantu pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat miskin,

untuk memutus rantai kemiskinan dan mendukung peningkatan kualitas SDM;

b. Meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan bantuan sosial untuk Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial (PMKS);

c. Menyempurnakan dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan PNPM Mandiri;

i. Memperkuat danmeningkatkan kualitas pelaksanaan PNPM Mandiri di kecamatan

miskin;

ii. Meningkatkan peran dan fungsi kelembagaan yang dibangun melalui PNPM

Mandiri sebagai perwujudan partisipasi masyarakat dalam pembangunan

desa/daerah; dan

iii. Mengintegrasikan secara selektif PNPM Pendukung untuk mendukung percepatan

penanggulangan kemiskinan.

d. Meningkatkan sinkronisasi kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan, serta

harmonisasi antarpelaku dan para pihak agar efektif dalam menurunkan tingkat kemiskinan.

iv. Meningkatkan efektivitas pelaksanaan penurunan kemiskinan di daerah.

Berdasarkan pola karakterisktik daerah s erta tingkat kemiskinan yang ada, arah

kebijakan ini akan ditempuh melalui:

a. Pemberdayaan sektor informal dan Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro (UMKM)

serta koperasi merupakan kebijakan dasar bagi semua daerah untuk mendorong

penciptaan lapangan kerja dalam rangka penurunan kemiskinan. Dalam kaitan

ini, Pemda terutama kabupaten/kota perlu memiliki keberpihakan dan memberi

kesempatan usaha yang jelas kepada sektor informal terutama UMKM serta

(17)

b. Pengembangan diversifikasi usaha di perdesaan melalui agroindustri berbasis

sumberdaya lokal yang didukung oleh pembangunan infrastruktur perdesaan.

Arah kebijakan ini merupakan bagian dari Prioritas 10, Daerah Tertinggal,

Terdepan, Terluar dan Pasca Konflik.

Kebijakan program pembangunan dalam RPJMN 2010 -2014 tetap konsisten untuk melanjutkan

berbagai program perbaikan kesejahteraan rakyat termasuk upaya penanggulangan kemiskinan

melalui PNPM Mandiri yang sudah berjalan den gan memberikan penekanan lebih lanjut dalam

membuat kebijakan yang lebih efektif dan terarah dalam bentuk pengarustamaan anggaran dan

kebijakan. Secara nasional, beberapa program sejenis lainnya yang juga ditujukan sebagai upaya

pengentasan kemiskinan dan pengurangan tingkat pengangguran, telah diintegrasikan dalam satu

kerangka kebijakan nasional yang dikenal dengan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Mandiri (PNPM Mandiri). PISEW dengan intervensi berupa bantuan teknis dan investasi

infrastruktur dasar perdesaan, dibangun dengan berorientasi pada konsep Community Driven

Development CDD dan Labor Intensive ‚ctivities LI‚ , sehingga kemudian dikategorikan

sebagai salah satu program PNPM Mandiri. Dengan demikian kemudian PISEW dikenal dengan

nama PNPM-PISEW.

PNPM-PISEW diharapkan dapat menjawab kebutuhan dalam melakukan upaya pengentasan

kemiskinan, dan pengurangan tingkat pengangguran terbuka dengan juga meningkatkan

kemampuan pemerintah daerah dalam melaksanakan desentralisasi dan otonomi daerah.

B. Tujuan Dan Sasaran PISEW

Tujuan. Mempercepat pembangunan ekonomi masyarakat perdesaan dengan berbasis pada sumberdaya lokal untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah, pengentasan kemiskinan, memperbaiki tata kelola pemerintahan daerah di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa ( local governance), serta penguatan institusi lokal di tingkat desa.

Sasaran PISEW:

1. Terbangunnya infrastruktur dasar perdesaan yang meliputi pembangunan infrastruktur (prasarana) pada 6 (enam) kategori, yaitu: (i) transportasi, (ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan;

2. Terbentuknya Kawasan Strategis Kabupaten (KSK), dan forum Kelompok Diskusi Sektor (KDS); 3. Meningkatnya kapasitas pemerintah daerah dalam berperan sebagai fasilitator dalam

melaksanakan pembangunan melalui penyelenggaraan Pelatihan Perencanaan Pembangunan, dan Pelatihan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan;

(18)

C. Penerima Manfaat PISEW

Penerima manfaat (beneficiaries) dari program diharapkan dapat mencakup:

1. Masyarakat Desa secara umum;

2. Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD), seperti Karang Taruna, kelompok Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK);

3. Pemerintah daerah kabupaten, kecamatan, dan pemerintah desa terkait.

D. Komponen PISEW

1. Pembangunan Infrastruktur Dasar Perdesaan Skala Kecil Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan skala kecil yang dimaksud, terbagi atas 6 (enam) kategori sebagai berikut:

a. Infrastruktur Transportasi. Termasuk di dalamnya adalah jalan, jembatan, tambatan perahu, dan komponen terkait;

b. Peningkatan Produksi Pertanian. Termasuk di dalamnya adalah irigasi tersier; c. Peningkatan Pemasaran Pertanian. Termasuk di dalamnya adalah pasar desa,

gudang produksi, dan lantai jemur;

d. Air Bersih dan Sanitasi Lingkungan. Untuk Air Bersih, termasuk di dalamnya adalah perpipaan, bak penampungan air bersih, sumur pompa tangan, dan hidran umum; sedangkan untuk Sanit asi, termasuk di dalamnya adalah kamar mandi umum (prasarana mandi, cuci, dan kakus – MCK) dan drainase;

2. Pendidikan Termasuk di dalamnya adalah:

a. Rehabilitasi gedung sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, termasuk fasilitas pendukung

b. seperti kamar mandi/water closet (WC);

c. Pengadaan sarana pendukung kelas seperti meja belajar, kursi, dan papan tulis, tetapi tidak termasuk buku-buku pelajaran sekolah;

3. Kesehatan

Termasuk di dalamnya adalah:

a. Rehabilitasi Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) (perawatan dan non perawatan); b. Pembangunan dan Rehabilitasi Puskesmas Pembantu (Pustu);

c. Pembangunan dan Rehabilitasi Pos Kesehatan Desa (Poskesdes); d. Pembangunan dan Rehabilitasi Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).

e. Obat-obatan dan peralatan medis (medical equipment) tidak termasuk dalam komponen kesehatan untuk dibiayai melalui BLM APBN.

4. Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Lokal, Fasilitator, dan Masyarakat Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah lokal, fasilitator, dan masyarakat tersebut dilakukan melalui: a. Workshop/seminar dan forum diskusi;

(19)

E. Inovasi Pekerjaan Penyiapan Desain Program RSID

Yang menarik dari pekerjaan ini dan atau benang merah dari pekerjaan ini sebagaimana yang diterakan didalam tujuan pekerjaan pada kerangka acuan kerja (KAK). Didalam tujuan tersebut dinyatakan bahwa tugas dari tim ahli nantinya adalah menyiapkan dokumen dasar yang menjadi kerangka acuan pelaksanaan pekerjaan. Yang terdiri atas 16 tujuan sebagaimana juga diminta pada sasaran pekerjaan yang berjumlah 16 sasaran.

Pada sub bab mengenai data penunjang poin (7) data dasar dinyatakan bahwa sudah ada data dasar yang akan disediakan oleh PPK Satker untuk dikaji lebih mendalam dikaitkan dengan 16 tujuan dan sasaran yang harus dicapai oleh Tim Ahli.

Atas pernyataan tersebut dapat diambil asumsi dan atau hipotesis awal, bahwa Program PISEW-RISE sudah berjalan, sedang berjalan dan ada kontinuitas program infrastruktur sebagaimana komponen PISEW yang akan dibangun dan untuk itu perlu dibuatkan Desain Program RSID yang lengkap, terstruktur dengan baik, ada mekanisme kerja yang baik dan proses monitoring dan evaluasi yang baik untuk seluruh cakupan wilayah di Indonesia yang akan ditangani.

Asumsi hipotesis kedua yang dipahami ahli adalah ada banyak program kegiatan dan atau komponen PISEW yang sudah, sedang dan yang akan berjalan namun kelengkapan dokumen sebagaimana yang dimaksud didalam tujuan dan sasaran sebanyak 16 goals belum disusun. Yang artinya banyak kegiatan program di direktorat pengembangan permukiman DJCK untuk penanganan kumuh atau sebagaimana dimaksud dalam blue book bappenas dijadikan dasar penyusunan PedomanUmum Penyusunan RSID dan Penyiapan Desain Program RSID.

Dari hasil pengkajian mendalam terhadap KAK yang diberikan, ahli menyerap dan memahami bahwa RSID merupakan satu (1) dari empat (4) program penanganan kumuh di Indonesia sebagaimana dinyatakan didalam blue book bappenas dan sejak tahun 2008 hingga tahun 2015, Pemerintah Indonesia telah melaksanakan kegiatan penanganan kumuh tersebar di seluruh Indonesia dengan berbagai nama kegiatan seperti Perkotaan, PISEW-RISE dan lainnya. Atas dasar berbagai dokumen yang telah ada akan dilakukan Penyiapan Desain Program Regency Settlement Infrastructure Development (RSID).

Gambar Kerangka Logis Penyiapan Desain Program RSID

Program RSID-PISEW

Daftar Ceklist fact finding

16 goals sebagaimana didalam KAK

(20)

(21)

v.1

Pendekatan

v.1.1 PISEW-RISE

PNPM Mandiri merupakan wadah bersama dari beberapa program yang berorientasi Community Driven Development CDD dan Labor Intensive ‚ctivities LI‚ , salah satu diantaranya adalah Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah PISEW yang dalam bahasa asingnya Regional Infrastructure for and Economic Development Project RISE. dan selanjutnya Rural Settlement Infrastructure and Kabupaten Strategy ‚rea Development Project RISE. , pada pelaksanaannya program tersebut lebih dikenal dengan sebutan PNPM-PISEW.

PNPM-PISEW memiliki 4 ciri khas, yaitu; (1) Memanfaatkan/memperkuat/ mensinergikan pelaksanaan program dengan perangkat regulasi yang ada khususnya Undang-undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, (2) Memperkenalkan ‚ctivity Sharing dalam pembiayaan program Pemberdayaan Sosial Ekonomi (PSE) Kabupaten, (3) Menetapkan Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) sebagai upaya pengurangan kesenjangan wilayah, dan (4) Memperkuat peran Camat selaku pemimpin pemerintahan dan koordinator pembangunan di wilayah kerja kecamatan yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota.

Pembiayaan PNPM-PISEW/ RISE.1 dan RISE.2

Sumber dana dan pembiayaan PNPM-PISEW/ RISE berasal dari; APBN Sumber PHLN, dan pinjaman lunak dari Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA).

‚dapun uraian kontrak kerjasama untuk Regional Infrastructure for and Economic Development Project (RISE.1), dengan rincian sebagai berikut:

v

Bab

(22)

1. (JICA Loan) - Loan ditandatangani oleh GOI dan GOJ pada tanggal 29 Maret 2007 dengan nomor loan IP-543;

2. (Legalitas Loan) - Nomor Register 21586401, Surat pernyataan efektif Loan dari JICA per tanggal 26 Juli 2014;

Dan uraian kontrak kerjasama untuk Rural Settlement Infrastructure and Kabupaten Strategy ‚rea Development Project RISE. , dengan rincian sebagai berikut:

1. (JICA Loan) - Loan ditandatangani oleh GOI dan GOJ pada tanggal 24 Februari 2014 dengan nomor loan IP-564;

2. (Legalitas Loan) - Nomor Register 2168190 , Legal Opinion oleh Kementerian Hukum dan HAM tanggal 18 Juni 2014, Surat pernyataan efektif Loan dari JICA per tanggal 23 Juni 2014

Pelaksanaan PNPM-PISEW/ RISE

Pelaksanaan PNPM-PISEW/ RISE baik 1 dan 2 tidak ada perbedaan yang mendasar, serta mempengaruhi maksud dan tujuan yang akan dicapai. Perbedaan yang terjadi lebih kepada memperbaiki dalam rangka penyempurnaan dan efesiensi program hasil monitoring dan evaluasi yang dilaksanakan. Diharapkan dengan perbedaan pelaksanaan ini, terjadi peningkatan; kinerja (kinerja program, kinerja pelaku, dan kinerja capaian), pemahaman (mekanisme dan prosedur) dan optimalisasi (kelembagaan aparatur dan masyarakat) dalam pelaksanaan program kedepan pasca pendampingan.

Adapun perbedaan pelaksanaan RISE.1 dan RISE.2, diantaranya, sebagai berikut:

Kegiatan Fisik Prasarana:

1. Nilai Paket Kegiatan

a. RISE. 1 (IP-543); Maksimal Rp 50 Juta – dengan biaya umum max 10% dari nilai konstruksi) b. RISE. 2 (IP-564); Maksimal Rp 200 juta – dengan rincian Biaya umum (overhead cost):

a) nilai paket dibawah Rp. 50 juta, maximum 10%

b) nilai paket 51 juta s.d 60 juta biaya umum maximum 9 %, c) nilai paket 61 juta – 70 juta biaya umum maximum 8 %, d) nilai paket 71 juta – 80 juta biaya umum maximum 7 %, e) nilai paket 81 juta – 90 juta biaya umum maximum 6 % dan f) nilai paket 91 – 200 juta biaya umum maximum 5 %.

2. Tahapan pencairan dana BLM

a. RISE. 1 (IP-543); 4 Tahapan; (BLM I :30%)-Ttd SP3, (BLM II :30%)-Progres Fisik: 30%, (BLM III:30%)- Progres Fisik: 60%, (BLM IV:10%)- Progres Fisik: 90%

b. RISE. 2 (IP-564); 3 Tahapan; (BLM I :40%)-Ttd SP3, (BLM II :30%)- Progres Fisik: 30%, (BLM III:30%)- Progres Fisik: 60%

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat:

(23)

a. RISE. 1 (IP-543); 13 pertemuan dan pelatihan dengan target kehadiran 5-16 orang per desa b. RISE. 2 (IP-564); 14 pertemuan dan pelatihan dengan target kehadiran 5-20 orang per desa

(25% peserta perempuan)

2. Partisipasi perempuan dalam pertemuan/pelatihan

a. RISE. 1 (IP-543); Wajib mendorong kehadiran 25% peserta perempuan b. RISE. 2 (IP-564); Wajib mendorong kehadiran 25% peserta perempuan 3. Persentase KPP Mandiri (tertib administrasi dan memiliki kegiatan rutin)

a. RISE. 1 (IP-543); Belum ada target khusus, dan telah tercapai 30% yang berkinerja baik b. RISE. 2 (IP-564); Target minimal 50% KPP Mandiri

4. Swadaya masyarakat

a. RISE. 1 (IP-543); Belum ada target khusus, dan telah tercapai 19% dari nilai konstruksi b. RISE. 2 (IP-564); Target melebihi dari 19%

Kegiatan Pelatihan:

1. Pelatihan Pengembangan Komoditas a. RISE. 1 (IP-543); Tidak Ada

b. RISE. 2 (IP-564); Tim Pengelola KSK mengusulkan kepada LMA TC melalui PIU Ditjen Bangda

2. Penguatan Kapasitas Fasilitator Desa a. RISE. 1 (IP-543); Pilot project

b. RISE. 2 (IP-564); Akan dilaksanakan di semua Kabupaten 3. Penguatan Kapasitas Aparatur Kabupaten dan Kecamatan

a. RISE. 1 (IP-543); Pelatihan Camat

b. RISE. 2 (IP-564); Perencana tingkat Kabupaten dan Perencana tingkat Kecamatan

Kegiatan Perencanaan:

1. Dokumen Perencanaan

a. RISE. 1 (IP-543); Rencana Strategis Kecamatan PNPM-PISEW

b. RISE. 2 (IP-564); Tidak ada dokumen Perencanaan PNPM-PISEW. PNPM-PISEW memperkuat/ mendukung kelengkapan isi Dokumen Renstra Kecamatan

2. Kegiatan perencanaan di desa dengan KDS a. RISE. 1 (IP-543); Dilaksanakan satu kali

b. RISE. 2 (IP-564); Dilaksanakan dua kali, dengan orientasi: 1) Daftar usulan kegiatan khusus KSK, dan 2) Daftar usulan kegiatan jalur musrenbang

Kegiatan Sistem Informasi Manajemen (SIM) RISE.2:

(24)

di input oleh personil yang ditugaskan di bidang tersebut (Asdatin).

SIM - PNPM-PISEW/ RISE.2, menggunakan teknologi informasi dengan membangun 7 aplikasi pendukung pendataan dan pelaporan (pengisian data tidak dilakukan secara manual maupun telepon). Oleh sebab itu diharapkan adanya pengendalian yang kuat dari semua pihak secara berjenjang (aparatur dan konsultan); baik dari pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan dan desa.

Pusat Data dan Informasi berada dibawah kendali SIM-KMMP, dibantu oleh 1 orang personil SIM- Konsultan Training Center (KTC), dan didukung oleh 9 orang personil SIM-Provinsi dan 35 Asisten Data dan Informasi Kabupaten (Asdatin).

v.1.2 Mekanisme Pelaksanaan PISEW

Mekanisme pelaksanaan PNPM-PISEW yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diuraikan sebagai berikut;

1. Tahap Perencanaan (Tn-1)

Kegiatan pada tahap perencanaan mencakup kegiatan perencanaan program untuk 5 (lima) tahun dan penyusunan perencanaan kegiatan tahunan.

a) Pusat

1. Sosialisasi dan Penandatanganan Dokumen Komitmen Pemerintah Daerah; 2. Pelatihan untuk Pelatih Utama (Training of Master Trainer –TOMT); 3. Diseminasi Kebijakan Perencanaan PNPM-PISEW;

4. Pelatihan untuk Pelatih (Training of Trainer – TOT); 5. Monitoring dan Evaluasi;

6. Rapat Koordinasi Pusat;

7. Promosi Pemberdayaan Sosial Ekonomi (PSE) Provinsi dan Kabupaten di Pusat.

b) Provinsi

1. Pembentukan Organisasi Pengelolaan PNPM-PISEW Provinsi dan Persiapan Calon Peserta TOT Pusat ;

2. Persiapan Diseminasi dan Pelatihan Provinsi;

3. Diseminasi dan Pelatihan untuk Kegiatan Perencanaan Program 5 Tahun dan Penyusunan Dokumen Perencanaan Kegiatan Tahunan;

4. Penyusunan Arahan dan Penjabaran Kebijakan PSE Provinsi sesuai RPJMD Provinsi; 5. Penyampaian Arahan Kebijakan PSE Provinsi ke Kabupaten;

6. Penyusunan Arahan dan Penjabaran Program Pembangunan Jangka Menengah PSE Provinsi; 7. Penyampaian Program Pembangunan Jangka Menengah PSE Provinsi ke Kabupaten;

8. Penyusunan Rencana Kegiatan Tahunan Provinsi ;

9. Penyampaian Rencana Kegiatan Tahunan Provinsi ke Kabupaten; 10. Promosi PSE Kabupaten di Provinsi;

(25)

12. Monitoring dan Evaluasi.

c) Kabupaten

1. Pembentukan Organisasi Pengelolaan PNPM-PISEW Kabupaten dan Persiapan Calon Peserta TOT Pusat;

2. Persiapan Orientasi dan Workshop Kabupaten PNPM-PISEW Kabupaten; 3. Orientasi dan Workshop Kabupaten;

4. Penetapan Visi dan Misi PSE Kabupaten sesuai RPJMD Kabupaten; 5. Persiapan dan Pelaksanaan Lokakarya PSE Kabupaten;

6. Penyusunan Indikator Misi PSE Kabupaten Jangka Menengah;

7. Penyusunan Draft Dokumen Kebijakan PSE Kabupaten Jangka Menengah;

8. Forum Konsultasi I; Kesepakatan Atas Arah Kebijakan PSE Kabupaten Jangka Menengah; 9. Finalisasi Dokumen Kebijakan PSE Kabupaten Jangka Menengah;

10. Penyusunan Profil PSE Kabupaten;

11. Penetapan Strategi dan Program Jangka Menengah PSE Kabupaten; 12. Penetapan dan Delineasi KSK;

13. Penyusunan Dokumen Program Jangka Menengah PSE Kabupaten;

14. Forum Konsultasi II; Kesepakatan atas KSK dan Program Jangka Menengah PSE Kabupaten; 15. Finalisasi Dokumen Program Jangka Menengah PSE Kabupaten;

16. Penetapan Prioritas Kegiatan Jangka Menengah PSE Kabupaten; 17. Sinkronisasi Pelaksanaan Kegiatan dengan PIK Tahun Pertama (T1); 18. Penetapan Rencana Biaya dan Sumber Pembiayaan;

19. Penetapan Prioritas Kegiatan Tahun Pertama (T1);

20. Penyusunan Dokumen Memorandum Program Koordinatif (MPK); 21. Forum Konsultasi III; Kesepakatan atas MPK Tahun Pertama (T1); 22. Finalisasi Dokumen MPK;

23. Penyusunan Dokumen Promosi PSE Kabupaten untuk Kegiatan Promosi di Provinsi dan Pusat;

24. Verifikasi Detail Engineering Design (DED) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB).

d) Kecamatan

1. Pembentukan Tim Pokja Kecamatan dan Persiapan Calon Peserta Pelatihan Provinsi; 2. Persiapan Sosialisasi dan Penetapan FD;

3. Sosialisasi dan Pelatihan FD;

4. Penyusunan Draft Profil PSE Kecamatan dan Penentuan KDS;

5. Penyampaian Profil PSE Kecamatan ke Kabupaten Melalui Forum Lokakarya Kabupaten; 6. Finalisasi Profil PSE Kecamatan, Pemantauan Diskusi KDS, Penjaringan Usulan Desa, dan

Kecamatan;

7. Perumusan dan Penyusunan Draft Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Kecamatan;

8. Pra-Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan #1; Kesepakatan atas Renstra Kecamatan;

(26)

10. Sinkronisasi Antar Kegiatan dan Sumber Pendanaan;

11. Analisis dan Penetapan Prioritas Kegiatan Jangka Menengah dan Tahun Pertama (T1); 12. Penyusunan Dokumen Program Investasi Kecamatan (PIK) Tahunan;

13. Pra-Musrenbang Kecamatan #2; Kesepakatan atas PIK 5 Tahun dan Tahun Pertama (T1); 14. Finalisasi Dokumen PIK;

15. Penyusunan DED-RAB dan Pemaketan Prasarana Tahun Pertama (T1); 16. Penyusunan Dokumen Resume Rencana Pelaksanaan Tahun Pertama (T1); 17. Forum Kesepakatan atas Paket dan Calon LKD Kegiatan Tahun Pertama (T1); 18. Penyiapan Bahan Pengadaan Jasa LKD.

e) Desa

1. Sosialisasi Desa;

2. Penjaringan Aspirasi Masyarakat (melalui diskusi KDS); 3. Finalisasi Usulan Kegiatan Desa;

4. Sosialisasi Hasil Pra-Musrenbang Kecamatan#1 di Desa; 5. Survei Data Analisis Kelayakan dan Dampak Kegiatan; 6. Sosialisasi Hasil Pra-Musrenbang Kecamatan#2 di Desa;

7. Survei dan Investigasi Teknis Sarana dan Prasarana serta Identifikasi LKD; 8. Sosialisasi Hasil Forum Kesepakatan atas Paket dan Calon LKD di Desa.

2. Tahap Pelaksanaan (T1/Tn+1)

Kegiatan pada tahap pelaksanaan mencakup kegiatan pembangunan infrastruktur sesuai dari hasil perencanaan yang telah dilaksanakan dan kegiatan review dokumen perencanaan serta penyusunan desain teknis untuk pembangunan infrastruktur tahun berikutnya.

a) Pusat

1. Diseminasi Kebijakan Pelaksanaan Program;

2. Pelatihan untuk Pelatih (TOT) Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur; 3. Monitoring dan Evaluasi;

4. Rapat Koordinasi Pusat;

5. Promosi PSE Provinsi dan Kabupaten di Pusat.

b) Provinsi

1. Diseminasi dan Pelatihan Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur ; 2. Review Rencana Tahunan PSE Provinsi;

3. Promosi PSE Kabupaten di Provinsi;

(27)

c) Kabupaten

1. Orientasi dan Workshop Kabupaten;

2. Pembinaan Pembentukan Panitia Pengadaan dan Finalisasi Dokumen Seleksi LKD; 3. Pembinaan dan Pengendalian Proses Seleksi LKD;

4. Pendampingan Pelaksanaan Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak (RPPK), dan Pelatihan Administrasi dan Teknis kepada LKD;

5. Pembinaan Pelaksanaan Pencairan Keuangan, Pembangunan Infrastruktur, dan Partisipasi Masyarakat;

6. Evaluasi Pencapaian Tahunan (Tn) PSE Kabupaten serta Penetapan Strategi dan Kegiatan Tahun Berikutnya (Tn+1) PSE Kabupaten;

7. Forum Konsultasi II, Sosialisasi Evaluasi Pencapaian Tahunan (Tn), dan Kesepakatan atas Evaluasi Tahunan (Tn);

8. Dukungan Alokasi Pendanaan Daerah; 9. Kaitan kegiatan KSK dengan Usulan PIK;

10. Pola Pelaksanaan Program Tahun Berikutnya (Tn+1); 11. Penyusunan Draft MPK Tahun Berikutnya (Tn+1);

12. Forum Konsultasi III, Pembahasan dan Kesepakatan Materi MPK Tahun Berikutnya (Tn+1); 13. Kesepakatan atas MPK Tahun Berikutnya (Tn+1);

14. Penyusunan Dokumen Promosi PSE Kabupaten untuk Kegiatan Promosi di Provinsi; 15. Finalisasi Dokumen MPK dan Tata Laksana Tahun Berikutnya (Tn+1);

16. Penyusunan Dokumen Penganggaran.

d) Kecamatan

1. Sosialisasi Kecamatan;

2. Pembentukan Panitia Seleksi LKD Lingkup Kecamatan dan KSK; 3. Finalisasi Dokumen Seleksi LKD Lingkup Kecamatan dan KSK; 4. Proses Seleksi LKD Lingkup Kecamatan dan KSK;

5. Penetapan LKD Terpilih Lingkup Kecamatan dan KSK;

6. Penandatanganan Kontrak (Surat Penunjukan Pelaksana Pekerjaan – SP3) lingkup kecamatan dan KSK;

7. Rapat Persiapan Pelaksanaan Kontrak (RPPK); 8. Pelatihan Administrasi dan Teknis LKD;

9. Supervisi Pelaksanaan Langsung: Teknis Konstruksi, Tahapan Pembayaran, dan Sertifikasi Bulanan;

10. Evaluasi Renstra Kecamatan dan Pelaksanaan Fisik Tahunan; 11. Proses Penyusunan PIK Tahun Berikutnya (Tn+1);

12. Penyusunan Draft PIK Tahun Berikutnya (Tn+1);

13. Pra-Musrenbang Kecamatan, Pembahasan PIK Tahun Berikutnya (Tn+1) dan Kesepakatan atas PIK Tahun Berikutnya (Tn+1);

14. Serah Terima dari LKD ke PPK;

15. Penyusunan DED, RAB, dan OM, serta Rencana Pemaketan Kegiatan;

(28)

18. Penyusunan Bahan Pengadaan Jasa LKD.

e) Desa

1. Sosialisasi Desa;

2. Pelaksanaan Pembangunan Konstruksi Fisik dan On the Job Training (OJT); 3. Pembentukan KPP;

4. Pelatihan KPP;

5. Serah Terima Prasarana dari Pemda ke Desa dan Masyarakat (KPP); 6. Sosialisasi Hasil Pra-Musrenbang Kecamatan di Desa;

7. Survei dan Investigasi Teknis Sarana dan Prasarana serta Identifikasi LKD;

8. Penunjukan Wakil Desa dan KDS dalam Forum Kesepakatan Paket dan Calon LKD; 9. Sosialisasi Hasil Forum Kesepakatan atas Paket dan Calon LKD di Desa.

3. Publikasi

Publikasi dilakukan untuk memberikan pemahaman tentang gambaran kegiatan dan ketentuan-ketentuan pelaksanaan PNPM-PISEW kepada publik (public campaign) yang tercakup dalam keseluruhan tahapan, dilakukan dalam bentuk forum, media cetak dan elektronik, dan sebagainya.

4. Pemantauan, Evaluasi, dan Pelaporan

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-PISEW memiliki sistem pemantauan dan evaluasi internal dan eksternal. Proses pemantauan dan evaluasi ini dilakukan mulai dari persiapan, pelaksanaan hingga tahap penyiapan keberlanjutan program. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi ini dilakukan untuk menghindari kegagalan kegiatan dengan melakukan kontrol kesesuaian penggunaan sumberdaya, pilihan cara, dan menjaga kinerja antar pihak yang terkait.

a. Pemantauan

a) Pemantauan Internal

Tingkatan dan Cakupan Kegiatan:

Pusat

a. Pengelolaan dan pengendalian pelaksanaan program di setiap tingkatan b. Pencapaian indikator pelaksanaan kegiatan

c. Pencapaian indikator keberhasilan

d. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan pengguliran dana Kredit Mikro Perdesaan e. Dukungan pelatihan, bantuan teknis dan public campaign

Provinsi

(29)

b. Pencapaian kebijakan PSE Provinsi c. Efektivitas kelembagaan promosi KSK

Kabupaten

a. Pengendalian pelaksanaan program di tingkat kecamatan dan desa b. Pencapaian kebijakan dan sasaran PSE Kabupaten

c. Penilaian kegiatan tahunan KSK dan MPK

d. Efektifitas dokumen perencanaan PSE Kabupaten dan Renstra Kecamatan

Kecamatan

a. Koordinasi pelaksanaan kegiatan program antar desa b. Proses partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan c. Penilaian kegiatan tahunan PIK

d. Penilaian kegiatan tahunan Kredit Mikro Perdesaan e. Kelembagaan LPKM, KDS, LKD, dan KPP

f. Tingkat keswadayaan masyarakat

Desa

a. Koordinasi pelaksanaan kegiatan program di desa b. Usulan kegiatan masyarakat melalui KDS

c. Pelaksanaan pengaadaan jasa LKD d. Pelaksanaan fisik konstruksi oleh LKD

e. Kegiatan pemanfaatan dan pemeliharaan hasil prasarana

b) Pemantauan Eksternal

Pemantauan eksternal sebagai sarana untuk melakukan kontrol, sehingga diharapkan dapat diperoleh input bagi perbaikan PNPM-PISEW dari pihak-pihak yang berada di luar struktur organisasi pengelolaan program. Pemantauan ini dapat dilakukan oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM), perguruan tinggi, media masa, lembaga swasta, dan lain-lain.

b. Evaluasi

Evaluasi Internal. Kegiatan evaluasi dilakukan oleh Tim Koordinasi PNPM-PISEW mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten, sampai dengan Pokja Kecamatan dan desa, untuk melihat sejauh mana keluaran kegiatan memberikan hasil, manfaat, dan dampak atas tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam program.

Evaluasi Eksternal. Kegiatan evaluasi program yang dilakukan oleh pihak-pihak di luar pengelola PNPM-PISEW. Kegiatan ini merupakan sarana untuk mengetahui sejauh mana program dapat memberikan hasil, manfaat, dan dampak kepada masyarakat dari perspektif pihak-pihak pengelolanya.

(30)

Kegiatan pelaporan dibuat mulai dari tingkat desa, kecamatan, kabupaten, provinsi sampai ke pusat. Pelaporan dilakukan baik secara rutin maupun berkala.

5. Pemanfaatan dan Keberlanjutan a. Pemanfaatan

Pemanfaatan yang dimaksudkan dalam PNPM-PISEW terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu: i) pemanfaatan terhadap dokumen perencanaan yang telah disusun, dan ii) pemanfaatan terhadap infrastruktur yang sudah dibangun.

Dokumen perencanaan yang telah disusun di atas diharapkan dapat diinternalisasikan ke dalam proses perencanaan pembangunan daerah yang disusun sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan infrastruktur yang sudah dibangun diharapkan dapat dilakukan oleh KPP pasca pelaksanaan kegiatan konstruksi fisik.

b. Keberlanjutan

Kegiatan-kegiatan program diharapkan dapat terus dikembangkan lebih lanjut oleh pemerintah daerah dan masyarakat meskipun dukungan PNPM-PISEW telah berakhir. Maksud utama dari kegiatan ini pada intinya adalah mendorong masyarakat dan pemerintah daerah untuk mempertahankan dan meningkatkan proses perencanaan pembangunan yang partisipatif dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

6. PENDANAAN a. Sumber Dana

Sumber dana berasal dari pemerintah (Rupiah Murni APBN, Pinjaman Luar Negeri, dan APBD) dan masyarakat (swasta dan swadaya masyarakat).

b. Pengelolaan Dana

Pengelolaan dari masing-masing sumber dana dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan akan dijelaskan lebih lanjut di dalam Panduan Pelaksanaan.

c. Penyaluran Dana

Penyaluran dan pencairan dana dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

v.2

Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

(31)

v.1.3 Metoda fact finding atau pencarian fakta di lapangan sample; merupakan metoda pencarian dan pencocokan antara hasil telaah data dasar sekunder baik itu dokumen kebijakan, dokumen teknis dan dokumen lainnya yang akan diuji dengan melakukan kunjungan ke lokasi kegiatan atau proyek pernah dan atau akan dilaksanakan untuk mendapatkan kepastian dan kualitas pekerjaan yang sesuai dengan kaidah dan estetika yang benar. Metode ini menjadi sangat penting dan sederhana apabila aspek, kriteria dan indikator yang telah dikaji disepakati kemudian diuji lalu diformulasikan penyimpangan yang ada agar infrastruktur yang dibangun menjadi tepat sasaran dalam penanganan permasalahannya. v.1.4 Metoda desk study. Metoda desk study adalah teknik pengkajian yang dilakukan secara

mandiri baik secara perseorangan maupun grup sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi termasuk proses analisis hingga perumusan akhir dari temuan. v.1.5 Metoda FGD. Focus group discussion yang lebih terkenal dengan singkatannya FGD

merupakan salah satu metode riset kualitatif yang paling terkenal selain teknik wawancara. FGD adalah diskusi terfokus dari suatu group untuk membahas suatu masalah tertentu, dalam suasana informal dan santai. Jumlah pesertanya bervariasi antara 8-12 orang, dilaksanakan dengan panduan seorang moderator. Berbeda dengan riset kuantitatif yang metodologinya memiliki sifat pasti(exact), metode FGD yang bersifat kualitatif memiliki sifat tidak pasti, berupa eksploratori atau pendalaman terhadap suatu masalah dan tidak dapat digeneralisasi.

(32)

Diagram Metodologi Pelaksanaan Pekerjaan

Kegiatan dan Pentahapan

Desk study; (ii) Konsinyering; (iii) Rapat Koordinasi

(i) Laporan Akhir; (ii) Buku Desain Program RS ID; (iii) Eksekutif S ummary; (iv) Dokumen

Penyelenggaraan

Laporan Antara; (ii) Draf Penyusunan Desain Program RSID; (iii) Dokumen Penyelenggaraan

BULAN 1 BULAN 2 BULAN 3 BULAN 4 BULAN 5

Laporan Pendahuluan Keluaran

Metoda (i) Desk Study; (ii) Cek Form Program/Kegiatan; (iii) Rapat

Koordinasi (i) Survei Fact finding; (ii) FGD; (iii) Konsinyering; (iv) Rapat Koordinas

Telaah data dasar Telaah dasar hukum

Telaah aspek

Penyiapan cek form fact finding

Pengkajian/Review dan Tanggapan terhadap 16 Dokumen dan Sub Dokumen Desain Program RSID

Fact Finding di

Penyiapan 16 Dokumen dan Sub Dokumen Desain Program RSID

Analisis awal dan penyepakatan bersama Satker Kabupaten Desain

Program RSID 2016-2020

Analisis akhir dan penyepakatan bersama

Satker PUPR Desain Program RSID 2016-2020

Feedback Desain Program RSID 2016-2020

Tahap Persiapan Tahap Pelaksanaan

(33)

Diagram Pelaksanaan PNPM PISEW di Indonesia

(34)

v.3

Program Kerja

Upaya untuk melaksanakan pekerjaan dengan tujuan agar hasil atau produk seperti yang diharapkan sesuai dengan waktu yang ditentukan yakni selama 5 (lima) bulan. Maka diperlukan suatu program kerja yang tepat dan akurat serta susunan kerja yang harmonis antara anggota tim pelaksana, yang mengacu pada jadwal pelaksanaan pekerjaan seperti yang akan dijelaskan berikut ini.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan hal yang paling awal dalam pelaksanaan pekerjaan ini, meliputi :

a. Pengkajian data dasar, meliputi:

a. SEDJCK 14/SE/DC/2014 Pedoman PISEW 2014 b. SEDJCK 8/SE/DC/2015 Pedoman PISEW 2015 c. Laporan Pelaksanaan RISE 2013-2015

d. Best Practice RISE 2013-2014 e. Pedoman PISEW 2015

f. Blue Book Bappenas 2016-2020 g. data dasar lainnya yang terkait

b. Telaah aspek desain program RSID, meliputi:

a. Aspek Tata Ruang b. Aspek Teknis c. Aspek Lingkungan d. Asek Kelayakan

c. Telaah dasar hukum RSID.

a. UU sebagaimana terlampir dalam KAK b. PP sebagaimana terlampir dalam KAK c. Perpres sebagaimana terlampir dalam KAK d. Permendagri sebagaimana terlampir dalam KAK e. lainnya yang terkait

2. Tahap Pelaksanaan

Merupakan kegiatan pencarian fakta yang sebenarnya di lokasi yang berhimpitan dengan kegiatan PNPM Perkotaan dan PISEW. Hasil telaah dokumen dasar terhadap temuan lapangan akan dikaji dan disajikan secara mendalam berdasarkan aspek kriteria yang telah diamanatkan. Selain itu juga dilakukan kegiatan fgd di kabupaten untuk mengoptimalkan rencana infrastruktur yang akan dibangun dengan dana RSID serta identifikasi kualitas infrastruktur sesuai kaidah dan estetika.

(35)

Merupakan tahap penting dari keseluruhan proses untuk mendapatkan hasil temun pengamatan lapangan lokasi sample RSID yang kemudian akan di sepakati. Analisis akhir dari desain RSID akan disepakati di tingkat pusat.

4. Tahap Feedback Desain Program RSID 2016-2020

Pada tahap ini merupakan masa dimana menjaring dan mendapatkan umpan balik terhadap draf pedoman umum RSID. Dimana masukan dari tim teknis, dari Satker Dinas Kabupaten dan hasil temuan di lapangan menjadi salah satu pertimbangan pedoman.

5. Tahap Penyempurnaan Desain Program RSID

Pada tahap ini, setelah didapatkannya masukan dan atau input perbaikan desain program RSID maka dilakukan finalisasi pembuatan pedoman umum RSID.

6. Diskusi / FGD, Konsinyasi dan Diseminasi

Pada pekerjaan ini kegiatan diskusi / FGD dilakukan sebanyak 2 (dua) kali yang bertempat di Jakarta dan di Daerah. FGD dilakukan untuk mendapatkan kesepakatan dengan satker Dinas PUPR di Kabupaten terpilih (sample). Kemudian konsinyasi terakhir dilakukan di Pusat untuk mendapatkan kesepakatan desain akhir RSID.

7. Pelaporan

Pelaporan yang harus diserahkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini meliputi : a. Laporan Pendahuluan;

b. Laporan Antara; c. Laporan Akhir;

d. Buku Penyiapan Desain Program RSID; e. Laporan Executive Summary; dan f. Laporan penyelenggaraan fgd.

v.4

Struktur Organisasi Pelaksanaan Pekerjaan

Berdasarkan metodologi dan pendekatan penanganan pekerjaan sebagaimana telah diuraikan, maka disusun organisasi pelaksana pekerjaan dalam rangka koordinasi, pertukaran informasi, evaluasi dan pengendalian pelaksanaan pekerjaan secara maksimal. Struktur organisasi pelaksanaan pekerjaan Penyiapan Desain Pogram Regency Settlement Infrastructure Development (RSID) dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Gambar v.7

(36)

KEMENPUPR DJCK

Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman Satker PKP Pusat Pertumbuhan

PPK RISE - JICA

PT. CIRIAJASA ENGINEERING CONSULTANT

TEAM LEADER

AHLI WILAYAH DAN KOTA

AHLI INFRASTRUKTUR

AHLI EKO PEMBANGUNAN

AHLI KEBIJAKAN PUBLIK

AHLI MONITORING DAN EVALUASI

AHLI INFORMASI MANAJEMEN

AHLI KOMUNIKASI PUBLIK

AST AHLI BANGWIL & AST AHLI INFRA

2 AHLI DRAFTER 2 AHLI DESAIN

(37)

Bab vi Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Untuk dapat melaksanakan rangkaian kegiatan dengan baik guna pencapaian sasaran yang tepat serta untuk mendapatkan hasil pelaksanaan perencanaan dengan mutu yang baik dengan mengacu pada KAK yang telah ditetapkan di dalam pekerjaan konsultan, maka diperlukan jadwal pelaksanaan kegiatan yang tepat. Dengan penyusunan jadwal rencana kerja ini selain sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan juga sebagai fungsi kontrol jika terjadi deviasi dalam pelaksanaan kegiatan sehingga dengan cepat dapat dicari penyebab dan solusi pemecahannya.

Jadwal pelaksanaan pekerjaan Penyiapan Desain Program Regency Settlement Infrastructure Development (RSID) dapat dilihat pada tabel berikut ini.

vi

Bab

(38)

Tabel vi.1

Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Mg-1 Mg-2 Mg-3 Mg-4 Mg-5 Mg-6 Mg-7 Mg-8 Mg-9 Mg-10 Mg-11 Mg-12 Mg-13 Mg-14 Mg-15 Mg-16 Mg-17 Mg-18 Mg-19 Mg-20 I

A

1 SEDJCK 14/SE/DC/2014 Pedoman PISEW

2 SEDJCK 8/SE/DC/2015 Pedoman PISEW

3 Laporan Pelaksanaan RISE 2013-2015

4 Best Practice RISE 2013-2014

5 Pedoman PISEW 2015

6 Blue Book Bappenas 2016-2020

7 data dasar lainnya yang terkait

B

1 UU sebagaimana terlampir dalam KAK

2 PP sebagaimana terlampir dalam KAK

3 Perpres sebagaimana terlampir dalam KAK

4 Permendagri sebagaimana terlampir dalam KAK

5 lainnya yang terkait

1 cek lokasi gap antara hasil telaah dengan temuan lapangan;

2 melakukan FGD untuk optimalisasi infrastruktur RISE;

3 Identifikasi tingkat kualitas infrastruktur sesuai kaidah teknis dan estetika; B

1 Analisis awal dan penyepakatan dengan satker dinas di kabupaten;

2 analisis akhir disain program disepakati di satker pusat; C

1 Penyusunan input untuk perbaikan pedoman umum RSID

D Penyempurnaan Disain Program RSID 2016-2020

III

1 Laporan Pendahuluan

2 Laporan Antara

3 Laporan Akhir

4 Laporan Penyelenggaraan FGD di daerah

5 Buku Penyiapan Disain Program RSID

6 Eksekutif Summary

Feedback Perbaikan Desain Program RSID 2016-2020 Analisis Feasibility Studi

No

PERSIAPAN

PELAKSANAAN

Fact finding lokasi terhadap Kumuh Perkotaan dan PISEW:

Bulan Ke-1 Bulan Ke-2 Bulan Ke-3 Bulan Ke-4 Bulan Ke-5

(39)

Bab vii Komposisi Tim dan Penugasan

PT. CIRIAJASA ENGINEERING CONSULTANT membentuk tim kerja di dalam pekerjaan Penyiapan Desain Program Regency Settlement Infrastructure Development, yang secara fungsional dapat langsung berhubungan dengan pemberi tugas dalam rangka penyelesaian pekerjaan tersebut. Tim kerja terdiri dari beberapa tenaga ahli yang berpengalaman di bidangnya serta dibantu oleh beberapa tenaga pendukung.

Adapun tim kerja yang dibentuk oleh konsultan, merupakan pengerahan beberapa tenaga ahli, yang dapat dilihat dalam Tabel vii.1. Keterlibatan tenaga ahli dapat ditentukan berdasarkan kebutuhan sesuai tahapan pelaksanaan pekerjaan, dengan tidak mengabaikan kesinambungan antara tahapan pelaksanaan pekerjaan tersebut.

Tabel vii.1

Kebutuhan dan Kualifikasi Tenaga Ahli

NO JENIS KEAHLIAN JUMLAH

(ORANG)

POSISI TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN

TENAGA AHLI

1 Sesuai SKA 1 Team Leader/Perencanaan

Wilayah/Kota

S2 Perencanaan Wilayah/Kota, pengalaman minimal 6 tahun

2 Sesuai SKA 1 Tenaga Ahli Pengembangan

Wilayah

S1 Perencanaan Wilayah/Kota, pengalaman minimal 4 tahun

3 Sesuai SKA 1 Tenaga Ahli Infrastruktur S1 Teknik Sipil, pengalaman

minimal 4 tahun

Publik, pengalaman minimal 4

vii

Bab

(40)

NO JENIS KEAHLIAN JUMLAH

(ORANG)

POSISI TINGKAT PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN

tahun

6 Sesuai SKA 1 Tenaga Ahli Monitoring dan

Evaluasi

S1 Sipil/arsitek, pengalaman minimal 4 tahun

7 Sesuai SKA 1 Tenaga Ahli Sistem

Informasi Manajemen

S1 Sistem Informasi Manajemen, pengalaman

minmal 4 tahun

8 Sesuai SKA 1 Tenaga Ahli Komunikasi

Publik

S1 Ilmu Komunikasi/PR, pengalaman minmal 4 tahun

ASISTEN TENAGA AHLI

1 Sesuai SKA 1 Asisten Ahli Perencanaan

Wilayah

S1 Planologi, pengalaman minmal 2 tahun

2 Sesuai SKA 1 Asisten Tenaga Ahli

Infrastruktur

S1 Sipil, pengalaman minmal 2 tahun

TENAGA PENDUKUNG

1 Ahli Sipil/Arsitektur 1 Drafter S1 Sipil/Arsitektur

2 Ahli Sipil/Arsitektur 1 Drafter S1 Sipil/Arsitektur

3 Ahli Sipil/Arsitektur 1 Desain Grafis S1 Sipil/Arsitektur

4 Ahli Sipil/Arsitektur 1 Desain Grafis S1 Sipil/Arsitektur

5 Sekretaris Administras Administrasi dan KEuangan D3 / SMA Sederajat,

(41)

Tabel vii.2

Komposisi Tim dan Penugasan

NO NAMA

POSISI DIUSULKAN URAIAN PEKERJAAN JUMLAH

OB

TENAGA AHLI

1 terlampir PT. Ciriajasa

Engineering pekerjaan dan koordinasi lintas pemangku kepentingan dan antar kepentingan;

 Menjawab, memenuhi dan menyiapkan seluruh maksud, tujuan dan sasaran sebanyak 16 goals;

 Mendistribusikan kepada tenaga ahli terkait bidang masing-masing terhadap 15 goals sebagaimana tertera di dalam kerangka acuan kerja (KAK);

 Menyusun dan mengkoordinasikan penulisan laporan pendahuluan, laporan antara, laporan akhir, laporan penyelenggaraan fgd daerah dan Buku Desain Program RSID;

 Memastikan keseluruhan kriteria dan indikator Desain Program sebagaimana yang diarahkan meliputi aspek Tata Ruang, Teknis, Lingkungan dan Kelayakan telah di kaji-integrasikan di dalam program;

(42)

NO NAMA

POSISI DIUSULKAN URAIAN PEKERJAAN JUMLAH

OB

 Melakukan kunjungan ke lapangan sebagaimana yang diamanatkan oleh pemberi kerja dan konsultan melalui penyiapan alat dan metoda yang mantab;

 Memaparkan progres pekerjaan berdasarkan lokasi yang diamanatkan di dalam kerangka acuan kerja yakni Provinsi Bali, Provinsi NTB, Provinsi DI Jogjakarta, dan Provinsi Sumatera Selatan.

2 terlampir PT. Ciriajasa Engineering Consulting

Lokal Sesuai SKA Tenaga Ahli

Pengembangan Wilayah

 Berkoordinasi dan bertanggungjawab kepada Team Leader terkait substansi pengembangan wilayah;

 Menyusun laporan pendahuluan, laporan antara, laporan akhir, laporan penyelenggaraan fgd daerah dan Buku Desain Program RSID;

 Memastikan keseluruhan kriteria dan indikator Desain Program sebagaimana yang diarahkan terkait bidang

keahliannya telah di kaji-integrasikan di dalam program;

 Melakukan kunjungan ke lapangan sebagaimana yang diamanatkan oleh pemberi kerja dan konsultan melalui penyiapan alat dan metoda yang mantab;

(43)

NO NAMA

POSISI DIUSULKAN URAIAN PEKERJAAN JUMLAH

OB

 Memaparkan progres pekerjaan berdasarkan lokasi yang diamanatkan di dalam kerangka acuan kerja yakni Provinsi Bali, Provinsi NTB, Provinsi DI Jogjakarta, dan Provinsi Sumatera Selatan.

3 terlampir PT. Ciriajasa

Engineering Consulting

Lokal Sesuai SKA Tenaga Ahli

Infrastruktur

 Berkoordinasi dan bertanggungjawab kepada Team Leader terkait substansi pengembangan wilayah;

 Bertanggungjawab terhadap

keahliannya terutama untuk pemastian kebenaran dan kelayakan program;  Menyusun laporan pendahuluan,

laporan antara, laporan akhir, laporan penyelenggaraan fgd daerah dan Buku Desain Program RSID;

 Memastikan keseluruhan kriteria dan indikator Desain Program sebagaimana yang diarahkan terkait bidang

keahliannya telah di kaji-integrasikan di dalam program;

 Melakukan kunjungan ke lapangan sebagaimana yang diamanatkan oleh pemberi kerja dan konsultan melalui penyiapan alat dan metoda yang mantab;

 Memaparkan progres pekerjaan berdasarkan lokasi yang diamanatkan

Gambar

Gambar iv.1
Tabel iv.1
Gambar Kerangka Logis Penyiapan Desain Program RSID
Tabel vi.1
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian untuk meningkatkan keterampilan prosedural siswa menggunakan model pengajaran langsung pada pembelajaran IPA fisika di kelas VIII E SMP Negeri 31

(Untuk b = 2 digitnya sering disebut bit, singkatan binary digit atau digit biner. Untuk basis selain 2, digitnya biasa disebut angka, seperti angka desimal untuk basis 10.)

Jika impor bulan Februari 2015 dibanding Februari 2014 (y-o-y), nilai impor mengalami penurunan yakni sebesar 43,88 persen. Penyebab penurunan tersebut adalah nilai impor dari

Berdasarkan hasil pengukuran SWAT, terdapat beberapa aktivitas pekerjaan masinis dengan beban kerja mental yang tinggi, berdasarkan hasil pengukuran aktivitas amilase

Hasil pemetaan wilayah observasi dengan peramalan menggunakan metode Random Forest   di mana pada peta wilayah ,  9 kecamatan mengalami indikasi terpapar bencana

Untuk lokasi teramati bahwa sensor telah sukses menampilkan variasi nilai bukan hanya berdasar jarak jauh sumber panas terhadap panel sensor, tapi juga arah

Analisis yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah analisis kurikulum, yaitu menganalisis kompetensi inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD). Selanjutnya

Sehubungan dengan hal tersebut, maka dilakukan melalui tahap pelaksanaan dimana pada tahap ini pelaksananya selalu mengacu pada spesifikasi teknis dan ketentuan