• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PEMERINTAH PUSAT DAN

DAERAH

Alam yang kaya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha Esa, Nusantara tanahnya yang subur, punya kekayaan di laut dengan berbagai ragamnya menunggu rakyat untuk mengolah. Semua kebutuh manusia tersedia pada alam, namun demikian apabila tidak bisa mengatur dan mengolahnya kekayaan tersebut belum tentu sampai dinikmati sacara merata bagi penduduknya. Pengelolaan, pengaturan dan pendistribusiannya itulah yang menjadi tugas penduduk yang menghuni nusantara ini. Konsep negara kesatuan dan otonomi yang diberikan kepada daerah sehingga pemerintah pusat dan pemerintah daerah memiliki hubungan kerja sama untuk mengolah alam sehingga kesejahteraan dapat dinikmati oleh masyarakat secara merata. Pertanyaan adalah bagaimanakah hubungan kerja sama tersebut sehingga bermanfaat bagi kesejahteraan bersama.

HUBUNGAN STRUKTURAL

Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah berbentuk kesatuan di pihak lain ditampung kemajemukan bangsa sesuai dengan sasanti Bhinneka Tunggal Ika. Pemerintah Daerah di dalam perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dilatarbelakangi oleh kehendak untuk menampung semangat otonomi daerah dalam memperjuangkan kesejahteraan masyarakat daerah. Hal itu dilakukan setelah belajar dari praktik ketatanegaraan pada era sebelumnya yang cenderung sentralistis, adanya penyeragaman sistem pemerintahan seperti dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, serta mengabaikan kepentingan daerah. Akibat kebijakan yang cenderung sentralistis itu, Pemerintah Pusat menjadi sangat dominan dalam mengatur dan mengendalikan daerah sehingga daerah diperlakukan sebagai objek, bukan sebagai subjek yang mengatur dan mengurus daerahnya sendiri sesuai dengan potensi dan kondisi objektif yang dimilikinya.

Perubahan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi dasar hukum bagi pelaksanaan otonomi daerah yang dalam era reformasi menjadi salah satu agenda nasional. Melalui penerapan tentang Pemerintahan Daerah diharapkan lebih mempercepat terwujudnya kemajuan daerah dan kesejahteraan rakyat di daerah, serta meningkatkan kualitas demokrasi di daerah. Semua ketentuan itu dirumuskan tetap, dalam kerangka menjamin dan memperkuat NKRI, sehingga dirumuskan hubungan kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.

(2)

Daerah dalam mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya berlandaskan atau mengacu pada bahwa:

(1) Presiden memegang kekuasaan pemerintahan.

(2) Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

Ketentuan hubungan ini dimaksudkan agar penyelenggaraan pemerintahan daerah tetap menjamin adanya prinsip keadilan dan keselarasan. Sementara itu, hal-hal yang menyangkut keuangan, termasuk yang menyangkut hak-hak daerah. Demikian pula halnya dengan urusan pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya juga ditata agar daerah mendapatkan bagian secara proporsional. Seiring dengan itu, juga menjamin sejumlah kewajiban untuk memperhatikan daerah lain bagi yang memiliki sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berbeda atau daerah lain yang tidak memilikinya.

Ditinjau dari sudut hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat dilihat dari Adanya hubungan dalam penyelenggaraan pemerintahan, Kebijakan desentralisasi dimaksudkan untuk memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Bahwa tanggung jawab akhir dari penyelenggaraan urusan-urusan pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah adalah menjadi tanggung jawab Pemerintah Nasional (Pusat) karena dampak akhir dari penyelenggaraan urusan tersebut akan menjadi tanggung jawab negara. Peran Pusat dalam kerangka otonomi Daerah akan banyak bersifat menentukan kebijakan makro, melakukan supervisi, monitoring, evaluasi, kontrol dan pemberdayaan agar Daerah dapat menjalankan otonominya secara optimal. Sedangkan peran daerah akan lebih banyak pada tataran pelaksanaan otonomi tersebut. Dalam melaksanakan otonominya Daerah berwenang membuat kebijakan Daerah. Kebijakan yang diambil Daerah adalah dalam batas-batas otonomi yang diserahkan kepadanya dan tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundangan yang lebih tinggi yaitu norma, standard dan prosedur yang ditentukan Pusat. Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintahan daerah lainnya. Hubungan tersebut meliputi:

1. Hubungan wewenang 2. Keuangan

3. Pelayanan umum

4. Pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya.

Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya dilaksanakan secara adil dan selaras. Hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya menimbulkan hubungan administrasi dan kewilayahan antar susunan pemerintahan.

(3)

Kewenangan yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat tetapi secara struktural tugas dan kewenangannya ada didaerah antara lain seperti :

1. Politik luar negeri; mengangkat pejabat diplomatik dan menunjuk warga negara

untuk duduk dalam jabatan lembaga internasional, menetapkan kebijakan luar negeri, melakukan perjanjian dengan negara lain, menetapkan kebijakan perdagangan luar negeri, dan sebagainya

2. Pengadilan/yustisi; kekuasaan kehakiman berada pada lembaga negara Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi dan Komisi Yudisial. Lembaga kehakiman tersebut ada pada tingkat daerah, khususnya yang bertanggung jawab secara strukturan kepada Mahkamah Agung yaitu Pengadilan tingkat pertama (Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama, Pengadilan Tata Usaha Negara, Pengadilan Niaga dll) semua berada pada tingkat kabupaten/kota. Sedangkan Pengadilan Tinggi atau pengadilan tingkat banding berada pada tingkat propinsi.

3. Moneter dan keuangan ; bank sentral sebagai suatu lembaga yang sangat penting dalam suatu negara yang mengatur dan melaksanakan fungsi kebijakan moneter. Untuk melaksanakan tugasnya Bank Sentral memiliki kantor di Propinsi. Badan Pemeriksa Keuangan yang bertugas memeriksa anggaran pendapat belanja Negara dan APBD maka kedudukannya di ibu kota negara, dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.

4. Pertahanan , Tentara Nasional Indonesia terdiri atas Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara sebagai alat negara bertugas mempertahankan, melindungi, dan memelihara keutuhan dan kedaulatan negara.Untuk melaksanakan tugasnya TNI memiliki hubungan structural di daerah, seperti Komando Daerah Militer (Kodam) pada tingkat daerah propinsi dan Komando Distrik Militer(Kodim) pada tingkat kabupaten/kota.

5. Keamanan, Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani masyarakat, serta menegakkan hukum.Untuk melaksanakan tugasnya kepolisian memilik hubungan structural pada tingkat daerah baik propinsi atau kapubaten, yaitu Kepolisian Daerah Polda (Polda) di setiap Propinsi, Kepolisian Resimen (Polres)disetiap kabupaten/kota dan pada tingkat kecamatan disebut Kepolisian Sektor (Polsek)

6. Agama, Urusan agama menjadi kewenangan pemerintah pusat, namun semua urusannya dilakasnakan pada tingkat propinsi disebut Kanwil Kementerian Agama, pada tingkat kabupaten/kota Kandepag.

(4)

Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

Hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah akan terlihat lebih jelas dengan peranan yang dilakukan oleh Dewan Perwakilan Daerah. Dalam UUD 1945 perubahan dapat dilihat kedudukan dan fungsi DPD, yaitu:

(1) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dipilih dari setiap provinsi melalui pemilihan umum.

(2) Anggota Dewan Perwakilan Daerah dari setiap provinsi jumlahnya sama dan jumlah seluruh anggota Dewan Perwakilan Daerah itu tidak lebih dari sepertiga jumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat.

(3) Dewan Perwakilan Daerah bersidang sedikitnya sekali dalam setahun.

(4) Dewan Perwakilan Daerah dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.

(5) Dewan Perwakilan Daerah ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.

(3) Dewan Perwakilan Daerah dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai: otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 melahirkan sebuah lembaga baru dalam struktur ketatanegaraan Indonesia, yakni Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Dengan kehadiran DPD tersebut, dalam sistem perwakilan Indonesia, DPR didukung dan diperkuat oleh DPD. DPR merupakan lembaga perwakilan berdasarkan aspirasi dan paham politik rakyat sebagai pemegang kedaulatan, sedangkan DPD merupakan lembaga perwakilan penyalur keanekaragaman aspirasi daerah. Keberadaan lembaga DPD merupakan upaya menampung prinsip perwakilan daerah.

Sistem perwakilan yang dianut Indonesia merupakan sistem yang khas Indonesia karena dibentuk sebagai perwujudan kebutuhan, kepentingan, serta tantangan bangsa dan negara Indonesia.

(5)

1. memperkuat ikatan daerah-daerah dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan memperteguh persatuan kebangsaan seluruh daerah;

2. meningkatkan agregasi dan akomodasi aspirasi dan kepentingan daerah-daerah dalam perumusan kebijakan nasional berkaitan dengan negara dan daerah;

3. mendorong percepatan demokrasi, pembangunan dan kemajuan daerah secara serasi dan seimbang.

Dengan demikian, keberadaan daerah berjalan sesuai dengan keberagaman daerah dalam rangka kemajuan bangsa dan negara.

DPD memiliki fungsi yang terbatas di bidang legislasi, anggaran, pengawasan, dan pertimbangan. Fungsi DPD berkaitan erat dengan sistem saling mengawasi dan saling mengimbangi dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, yaitu

(1) dapat mengajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah;

(2) ikut membahas rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah; hubungan pusat dan daerah; pembentukan, pemekaran, dan penggabungan daerah; pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah; serta memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat atas rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama;

(3) dapat melakukan pengawasan atas pelaksanaan undang-undang mengenai: otonomi daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan pusat dan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja negara, pajak, pendidikan, dan agama serta menyampaikan hasil pengawasannya itu kepada Dewan Perwakilan Rakyat sebagai bahan pertimbangan untuk ditindaklanjuti.

Pemantauan pelaksanaan otonomi bagi daerah otonomi dibentuklah Dewan Pertimbangan

Otonomi Daerah (ketuanya Menteri Dalam Negeri) dengan tugasnya adalah memberikan pertimbangan kepada Presiden mengenai:

1. Pembentukan, penghapusan, penggabungan dan pemekaran daerah. 2. Perimbangan keuangan pusat dan daerah,

3. Kemampuan daerah kabupaten dan kota untuk melaksanakan kewenangan tertentu.

Atas pertimbangan dari Dewan Otonomi Daerah dengan berbagai pertimbangan semenjak

tahun 2009 presiden menghentikan proses pemekaran daerah baru dengan berbagai pertimbangan, seperti kurang memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh undang-undang.

Pendalaman Materi:

(6)

1. Sebutkanlah undang-undang yang mengatur pemerintah daerah di masa Orde Baru dan apakah kelemaahannya?

2. Apakah dasar atau prinsip hubungan pemerintah pusat dan daerah setelah perubahan UUD 1945?

3. Sebutkanlah bentuk-bentuk hubungan antara pemerintah pusat dengan daerah? 4. Sebutkanlah tugas dan wewenang pemerintah pusat yang ada di daerah? 5. Sebutkanlah fungsi Dewan Perwakilan Daerah?

HUBUNGAN FUNGSIONAL

Hubungan fungsinal dalam konteks penyelenggaraan program pemerintah. Secara harfiah hubungan fungsional adalah adanya hubungan atau bagian dari komunikasi karena faktor proses , sebab akibat atau karena kepentingan yang sama, faktor proses misalnya dari pengolah bahan baku ke bahan setengah jadi baru ke produk , bisa saja terjadi karena faktor sebab akibat misalnya air laut menguap yang terkena matahari kemudian menimbulkan awan dan hujan atau karena faktor kepentingan atau urusan.

hubungan pemerintah pusat dan daerah atas dasar otonomi teritorial, dimana otonomi teritorial merupakan konsep dalam negara kesatuan. Satuan otonomi teritorial merupakan suatu satuan mandiri dalam lingkungan negara kesatuan yang berhak melakukan tindakan hukum sebagai subjek hukum untuk mengatur dan mengurus fungsi pemerintahan (administrasi negara) yang menjadi urusan rumah tangganya. Jadi, hubungan pusat dan daerah atas dasar otonomi teritorial memiliki kesamaan dengan hubungan pusat dan daerah atas dasar federal yaitu hubungan antara dua subjek hukum yang masing-masing berdiri sendiri. Perbedaannya, dalam otonomi teritorial, pada dasarnya seluruh fungsi kenegaraan dan pemerintahan ada dalam lingkungan pemerintah pusat yang kemudian dipencarkan kepada satuan-satuan otonomi. Pemencaran ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :

• Undang-undang menetapkan secara tegas berbagai fungsi pemerintahan (administrasi negara) sebagai urusan rumah tangga daerah.

• Pusat dari waktu ke waktu menyerahkan berbagai urusan baru kepada satuan otonomi.

• Pusat mengakui urusan-urusan pemerintahan tertentu yang “diciptakan” atau yang kemudian diatur dan diurus satuan otonomi.

• Membiarkan suatu urusan yang secara tradisional atau sejak semula dikenali sebagai fungsi pemerintahan yang diatur dan diurus satuan satuan otonomi.

Pembagian Urusan Pemerintahan

(7)

2004, UU tersebut juga mengatur tentang pembiayaan pembangunan daerah yang bersumber dari pendapatan anggaran daerah, dana perimbangan dan pendapatan lain-lain.

Konsep dasar hubungan pemerintahan pusat dengan secara fungsional menurut UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan Daserah adalah:

• Membesarkan kewenangan dan tanggung jawab daerah otonom.

• Keleluasaan daerah untuk mengatur / mengurus kewenangan semua bidang pemerintahan kecuali enam kewenangan.

• Kewenangan yang utuh dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian.

• Pemberdayaan masyarakat, tumbuhnya prakarsa, inisiatif, meningkatnya peran masyarakat dan legislatif.

Asas-asas Otonomi Daerah

1. Asas Sentralisasi adalah pemusatan seluruh penyelenggaraan pemerintah Negara dengan pemerintah pusat.

2. Asas Desentralisasi adalah segala pelimpahan kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.

3. Asas Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah gubernur sebagai wakil pemerintah dan perangkat pusat di daerah.

4. Asas Pembantuan adalah asas yang menyatakan turut serta dalam pelaksanaan urusan pemerintah yang ditugaskan kepada pemerintah daerah dengan kewajiban untuk mempertanggungjawabkan kepada yang memberi tugas.

Pembagian Kewenangan (UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah)

1. Kewenangan Pemerintah (ps 10 ayat (3)) :

• politik luar negeri;

• pertahanan;

• keamanan;

• yustisi;

• moneter dan fiskal nasional; dan

• agama

1. Kewenangan Wajib Pemerintah Daerah Provinsi (ps 13)

• perencanaan dan pengendalian pembangunanan

• perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

• penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;

• penyediaan sarana dan prasarana umum;

• penanganan bidang kesehatan;

• penyelenggaraan pendidikan dan alokasi sumber daya masusia potensial;

• penanggulangan masalah sosial lintas kabupaten/kota;

• pelayanan bidang ketenagakerjaan lintas kabupaten/kota;

• fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah termasuk lintas kabupaten/kota;

(8)

• pelayanan pertanahan termasuk lintas kabupaten/kota;

• pelayanan kependudukan, dan pencatatan sipil;

• pelayanan administrasi umum pemerintahan;

• pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/ kota;

• penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya yang belum dapat dilaksanakan oleh kabupaten/kota; dan

• urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

1. Kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota (pada dasar-nya sama namun dalam skala kabupaten/kota, ps 14) :

• perencanaan dan pengendalian pembangunanan;

• perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

• penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;

• penyediaan sarana dan prasarana umum;

• penanganan bidang kesehatan;

• penyelenggaraan pendidikan;

• penanggulangan masalah sosial;

• pelayanan bidang ketenagakerjaan;

• fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil, dan menengah;

• pengendalian lingkungan hidup;

• pelayanan pertanahan;

• pelayanan kependudukan, dan pencatatan sipil;

• pelayanan administrasi umum pemerintahan;

• pelayanan administrasi penanaman modal;

• penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan

• urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

1. Kewenangan Pemerintah Daerah untuk mengelola sumber daya alam dan sumber daya lainnya di wilayah laut meliputi (ps 18):

• eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan laut;

• pengaturan administrasi;

• pengaturan tata ruang;

• penegakan hukum terhadap peraturn yang dikeluarkan oleh daerah atau yang dilimpahklan kewenganannya oleh Pemerintah;

• ikut serta pemeliharaan keamanan; dan

• ikut serta dalam pertahanan kedaulatan negara.

Sedangkan batas wilayahnya adalah paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai kearah laut lepas dan 1/3 nya menjadi keweangan daerah ka-bupaten/kota.

Segala urusan yang menjadi tanggung pemerintah daerah dilaksanakan oleh pemerintah daerah yaitu Gubernur/Kepala Daerah Tk I bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tk I dan Bupati/Walikota bersama DPRD Tk II. Seperti dalam bagan dibawah ini.

Keuangan Daerah

(9)

dengan senang dan penuh harapan, tetapi daerah yang miskin sumber daya alam menimbulkan sedikit kekhawatiran, karena sumber daya alam akan berhubungan dengan penerimaan pendapatan daerah. Daerah otonom dituntut untuk mencari alternative sumber pembiayaan pembangunan tanpa mengurangi harapan masih adanya bantuan pemerintah pusat. Dalam kondisi seperti ini peranan investasi swasta dan perusahaan milik daerah sangat diharapkan, disamping menarik investasi asing. Namun demikian keberhasilan otonomi daerah tidak selalu ditentukan oleh sumber keuangan yang banyak, melainkan ditentukan oleh kinerja pemerintah yang dapat dilihat dari berbagai indikator , yaitu:

1. Perbandingan antara anggaran dan realisasinya.

2. Perbandingan antara standar biaya dengan realisasinya. 3. Target dan presentase fisik proyek.

4. Standar pelayanan yang diharapkan.

Pendapatan asli daerah (PAD) adalah semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah, meliputi: pajak daerah, retribusi daerah, hasil badan usaha milik daerah dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah dan lain-lain PAD yang sah.

Pelaksanaan otonomi daerah harus disertai dengan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, agar otonomi tersebut dapat membawa kemandirian dan kemajuan untuk kemakmuran rakyat sesuai dengan UU No. 25 tahun 1999.

Pendalaman Materi

Jawablah pertanyaan berikut:

1. Apakah hubungan fungsional antara pemerintah pusat dengan daerah menurut UUD 1945?

2. Sebutkanlah 3 contoh pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah menurut UU No. 32 tahun 2004?

3. Lembaga apakah yang terlibat sebagai pemerintah daerah menurut UUD 1945?

4. Apakah reaksi daerah daerah dengan adanya pemberian otonomi dilihat dari segi sumber keuangan daerah?

5. Sebutkanlahprosentase bagi hasil keuangan antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota?

OTONOMI DAERAH

(10)

Otonomi Daerah Menurut Perubahan UUD 1945

Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang-undang.

Prinsip otonomi daerah menurut UUD 1945 adalah:

1. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

2. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.

3. Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis.

4. Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat. 5. Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan

lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.

6. Susunan dan tata cara penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam undang-undang.

Dalam ketentuan itu, antara lain, ditegaskan bahwa pemerintah daerah (baik provinsi, kabupaten, maupun kota) mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Penegasan ini menjadi dasar hukum bagi seluruh pemerintahan daerah untuk dapat menjalankan roda pemerintahan (termasuk menetapkan peraturan daerah dan peraturan lainnya) secara lebih leluasa dan bebas serta sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan karakteristik daerahnya masing-masing, kecuali untuk urusan pemerintahan yang dinyatakan oleh undang-undang sebagai urusan pemerintah pusat.

Mengenai asas dekonsentrasi tidak diatur dalam bab yang memuat ketentuan tentang pemerintahan daerah ini. Tugas dekonsentrasi adalah bagian dari tugas pemerintahan negara yang berkaitan dengan Bab III tentang Kekuasaan Pemerintahan Negara. Namun, meskipun daerah diberi hak untuk membentuk peraturan daerah dan peraturan lain dalam rangka melaksanakan otonomi daerah [ayat (6) di atas], itu bukan berarti bahwa daerah boleh membuat peraturan yang bertentangan dengan prinsip negara kesatuan. Hal itu menjadi penting karena Pemerintahan Daerah dalam menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali menyangkut urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat, daerah dalam melaksanakan urusan pemerintahan itu juga harus memperhatikan hubungan wewenang antarpemerintahan yang diatur dengan undang-undang. Untuk itu hak pemerintahan daerah tersebut sangat berkaitan erat dengan ketentuan Pasal 4 ayat (1) dalam menjalankan urusan pemerintahan dan Pasal 33 serta Pasal 34 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjalankan perekonomian dan kesejahteraan sosial.

(11)

berwenang dalam menetapkan peraturan daerah dan APBD bersama-sama dengan pemerintah daerah, serta mengawasi penyelenggaraan pemerintah daerah. Dalam pasal ini juga dimuat ketentuan bahwa kepala pemerintah daerah dipilih secara demokratis. Ketentuan itu mengandung arti bahwa pemilihan itu harus dilakukan dengan cara yang demokratis, yang menjamin prinsip kedaulatan rakyat, seperti dipilih secara langsung atau cara lain sesuai dengan keistimewaan atau kekhususan daerah yang diatur dengan undang-undang, tetapi tetap kedaulatan ada di tangan rakyat.

Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Ketentuan ini mendukung keberadaan berbagai satuan pemerintahan yang bersifat khusus atau istimewa (baik provinsi, kabupaten dan kota, maupun desa). Contoh satuan pemerintahan bersifat khusus adalah Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta; contoh satuan pemerintahan bersifat istimewa adalah Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta dan Daerah Istimewa (DI) Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. Satuan pemerintahan di tingkat desa seperti gampong (di NAD), nagari (di Sumatera Barat), dukuh (di Jawa), desa dan banjar (di Bali) serta berbagai kelompok masyarakat di berbagai daerah hidup berdasarkan adat dengan hak-haknya seperti hak ulayat, tetapi dengan satu syarat bahwa kelompok masyarakat hukum adat itu benar-benar ada dan hidup, bukan dipaksa-paksakan ada; bukan dihidup-hidupkan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, kelompok itu harus diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah yang ditetapkan oleh DPRD. Selain itu, penetapan itu tentu saja dengan suatu pembatasan, yaitu tidak boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip negara kesatuan.

Makna Otonomi Daerah

Landasan konstitusional pemerintah adalah UUD 1945 pasal 18 (2) : Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas perbantuan. Pasal 18 (5) : Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat.

(12)

Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia berdasarkan kepada otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab. Adapun tujuan pemberian otonomi daerah adalah sebagai berikut :

1. Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik. 2. Pengembangan kehidupan demokrasi.

3. 4.

5. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar daerah dalam rangka keutuhan NKRI.

6. Mendorong untuk memberdayakan masyarakat.

7. Menumbuhkan prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan peran serta masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

Otonomi luas adalah kekuasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenanganan semua bidang pemerintahan, kecuali kewenangan pada bidang-bidang tertentu yang masih ditangani oleh pemerintah pusat. Kewenangan yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat meliputi beberapa bidang antara lain seperti :

1. Politik/Hubungan luar negeri ; 2. Pengadilan/yustisi;

3. Moneter dan keuangan ; 4. Pertahanan

5. Keamanan 6. Agama

Otonomi yang nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang tertentu yang secara nyata ada diperlukan serta tumbuh, hidup dan berkembang di daerah.

Penyelenggaraan negara secara garis besar diselenggarakan dengan dua sistem yakni sistem sentralisasi dan sistem desentralisasi. Sistem sentralisasi adalah jika urusan yang bersangkutan dengan aspek kehidupan dikelola di tingkat pusat. Pada hakekatnya sifat sentralistik itu merupakan konsekuensi dari sifat negara kesatuan.

Dalam perkembangan selanjutnya nampaknya desentralisasi merupakan pilihan yang dianggap terbaik untuk menyelenggarakan pemerintahan, meskipun implementasinya di beberapa negara, terutama di negara ketiga masih banyak mendapat ganjalan struktural, sehingga penyelenggaraan desentralisasi politik masih setengah hati.

Sistem desentralisasi adalah sistem di mana sebagian urusan pemerintahan diserahkan kepada daerah untuk menjadi urusan rumah tangganya. Dengan demikian daerah bertanggung jawab sepenuhnya pengelolaan baik dari aspek perencanaan, peralatan dan pembiayaan maupun personil dan lain-lainnya.

(13)

Otonomi Daerah dan Implementasinya

Sesuai dengan UU No. 32 tahun 2004, pemerintah daerah dalam era otonomi diberi kesempatan untuk membuat dan mengembangkan kebijakannya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerahnya masing-masing. Pada prinsipnya otonomi daerah merupakan sarana untuk menjawab tiga persoalan mendasar dalam tatanan pemerintahan dan pelayanan terhadap publik , yaitu:

1. Otonomi daerah merupakan upaya untuk mendekatkan pemerintah kepada rakyat. 2. Melalui otonomi daerah dapat tercipta akuntabilitas/tanggungjawab yang terjaga

dengan baik.

3. Kesempakan masyarakat untuk berpartisipasi aktif dan ikut serta bertanggung jawab dalam pengambilan kebijakan di tingkat lokal.

Dalam aspek ekonomi, implementasi otonomi daerah bertujuan untuk memberdayakan kapasitas daerah untuk mengembangkan dan meningkatkan perekonomiaannya. Otonomi daerah membuka kesempatan seluas-luasnya kepada pemerintah lokal untuk membuat kebijakan ekonomi sesuai dengan kepentingan daerahnya, misalnya dengan membuat regulasi yang sederhana dan tidak berbelit-belit terkait dengan kepentingan masyarakat baik dari dalam maupun luar negeri untuk berinvestasi di daerah sehingga roda perekonomian bisa berjalan dengan baik. Peningkatan investasi akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi kea arah yang lebih baik yang pada gilirannya berdampak luas kepada penyerapan tenaga kerja di tingkat lokal. Dengan demikian, Peningkatan perekonomian daerah berdampak kepada peningkatan kesejahteraan rakyat di daerah, juga diharapkan memberi pelayanan maksimal kepada para pelaku ekonomi di daerah, baik lokal, nasional, regional maupun global.

Dalam aspek sosial budaya, implementasi otonomi daerah merupakan apresiasi terhadap keanegaragaman daerah, baik suku bangsa, agama, nilai-nilai sosial dan budaya serta potensi lainnya yang terkandung di daerah. Namun, masalah pengelolaan lingkungan hidup harus mendapat perhatian dalam pelaksanaan otonomi daerah. Pemanfaatan sumberdaya alam seharusnya digunakan untuk kepentingan pembangunan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, akan tetapi pada kenyataannya eksploitasi bahan tambang, pemanfaatkan sumber daya hutan (logging) telah berdampak kepada ancaman kelestarian lingkungan, dalam hal ini perlu kewenangan pemerintah pusat terlibat baik dalam bentuk regulasi dan permodalan dengan transfer APBN ke daerah daerah dalam bentuk dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan bagi hasil.

Instrumen Desentralisasi

Sebagaimana telah dikemukakan di muka desentralisasi tidak hanya sekedar desentralisasi administrasi, tetapi juga terkait erat dengan kewenangan, untuk itu perlu instrumen-instrumen sebagai berikut:

(14)

pimpinan atau perwakilan rakyat. Dengan demikian masyarakat mempunyai kemampuan mengakses kegiatan-kegiatan publik, mereka berhak melakukan kegiatan secara merdeka di dalamnya, termasuk menyampaikan pendapat secara lisan atau tulisan.

2. Harus memungkinkan lahirnya institusi non pemerintah (organisasi non pemerintah) yang merdeka atau civil society. Civil society dipahami sebagai mengurangi dominasi negara terhadap masyarakat. Pengurangan dominasi dimaksudkan dalam rangka membangun kesetaraan hubungan antara masyarakat dan negara sehingga negara tidak superior dan masyarakat inferior. Dengan demikian, desentralisasi menciptakan relasi yang seimbang antara pemerintah (pusat) dengan masyarakat.

Pendalaman Materi:

Jawablah pertanyaan berikut ini:

1. Sebutkanlah prinsip-prinsip otonomi daerah menurut UUD 1945? 2. Bagaimana kedudukan DPRD dalam otonomi daerah?

3. Apakah arti pemerintahan daerah bersifat khusus dan istimewa? 4. Apakah tujuan pemberian otonomi kepada daerah?

5. Apakah arti otonomi sebagai pelayan publik?

6. Apakah yang dimaksud dengan desentralisasi kewenangan dalam otonomi daerah? RANGKUMAN

1. Kebijakan desentralisasi dimaksudkan untuk memberikan kewenangan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

2. Secara struktural hubungan antara pemerintah pusat dan daerah dilaksanakan berdasarkan asas dekonsentrasi dimana pemerintah tingkat pusat melimpahkan sebagian kewenangannya kepada instansi atau lembaga pada tingkat daerah yang selanjutkan pemerintah pada tingkat daerah mempertanggungjawabkan tugas dan kewenangan tersebut kepada pemerintah pusat

3. Hubungan pemerintahan pusat dengan secara fungsional adalah membesarkan kewenangan dan tanggung jawab daerah otonom, keleluasaan daerah untuk mengatur / mengurus kewenangan semua bidang pemerintahan kecuali enam kewenangan, Kewenangan yang utuh dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian dan pemberdayaan masyarakat, tumbuhnya prakarsa, inisiatif, meningkatnya peran masyarakat dan legislatif.

4. Otonomi daerah merupakan pemerintah daerah (baik provinsi, kabupaten, maupun kota) mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.

(15)

Evaluasi

Pilihlah jawaban yang paling tepat dari pernyataan berikut:

1. Pemerintah Pusat menjadi sangat dominan dalam mengatur dan mengendalikan daerah sehingga daerah diperlakukan sebagai objek, Pernyataan ini sesuai dengan system…

1. Sentralisasi 2. Desentralisasi 3. Dekonsentrasi 4. Tugas perbantuan 5. Pemberian wewenang

2. Pemerintahan daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah pusat dan dengan pemerintahan daerah lainnya. Berikut ini yang bukan merupakan Hubungan tersebut adalah…

1. Perjanjian dengan Negara lain 2. Hubungan wewenang

3. Keuangan

4. Pelayanan umum

5. Pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya.

6. Kewenangan yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat tetapi secara struktural tugas dan kewenangannya ada didaerah antara lain. Kecuali….

1. Sistem pertahanan dan keamanan 2. Kekuasaan kehakiman

3. Urusan agama dan kepercayaan 4. Urusan moneter dan fiskal 5. Urusan luar negeri

7. Pelimpahan wewenang dari pemerintah gubernur sebagai wakil pemerintah dan perangkat pusat di daerah. Pernyataan ini adalah pengertian dari asas pemerintahan daerah, yaitu….

1. Sentralisasi 2. Desentralisasi 3. Dekonsentralisasi 4. Tugas perbantuan 5. Made bewind

8. Kedudukan Anggota Dewan Perwakilan Daerah adalah…… 1. Berasal dari perwakilan provinsi melalui pemilihan umum 2. Berasal dari setiap kabupaten/kota dalam suatu provinsi 3. Berasal dari tokoh-tokoh masyarakat di suatu propinsi 4. Sebagai utusan daerah dan golongan-golongan

5. Merupakan tokoh-tokoh partai politik peserta pemilu

9. Pemantauan pelaksanaan otonomi bagi daerah otonomi dibentuklah Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (ketuanya Menteri Dalam Negeri) dengan tugasnya adalah memberikan pertimbangan kepada Presiden. Berikut ini bukan merupakan tugas dari badan tersebut….

10. Pembentukan, penggabungan dan pemekaran daerah.

11. Penghapusan suatu daerah yang tidak mampu dalam otonomi 12. Perimbangan keuangan pusat dan daerah,

(16)

14. Pemilihan dan penganggakat dari kepala daerah

7. Berikut ini sumber-sumber Penerimaan Daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah ( PAD ), Kecuali…..:

8. Pajak 9. Retribusi

10. Keuntungan Perusahaan Daerah ( Perusda ) 11. Pengelolaan Aset Daerah

12. Dana Perimbangan

13. Prosentase Provinsi Dalam pajak bumi dan bangunan (PBB) sebagai Dana Bagi Hasil Antara Pemerintah Pusat,Propinsi dan Kabupaten/ Kota adalah …

1. 10% 2. 20% 3. 40% 4. 70% 5. 90%

14. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya menurut perubahan UUD 1945 adalah menurut…..

1. asas otonomi dan tugas pembantuan. 2. Asas sentralisasi dan desentralisasi 3. Asas perbantuan dan made bewind 4. Asas sentralisasi dan dekonsentrasi 5. Asas deregulerisasi dan debirokratisasi

15. Demokratisasi penyelenggaraan pemerintahan daerah yang DPRD-nya berwenang dalam menetapkan….

1. peraturan daerah dan APBD 2. pemekaran daerah baru

3. penggabungan suatu daerah baru 4. meminta pertanggungjawaban otonomi 5. membuat perjanjian dengan Negara lain

Jawablah pertanyaan berikut dilembaran kerja anda!

1. Apakah hubungan kekuasaan kehakiman antara pemerintah pusat dengan pemerintahan di daerah?

2. Jelaskanlah hubungan struktural antara pemerintah pusat dan daerah?

3. Sebutkanlah lembaga negara pemerintah pusat dan lembaga pemerintah daerah? 4. Jelaskan asas-asas pemerintahan daerah ?

5. Sebutkanlah tiga fungsi dari Dewan Perwakilan daerah?

6. Apakah berbedaan antara Dewan Perwakilan Daerah dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah?

(17)

Glosari

Otonomi daerah : kewenangan yang diberikan kepada daerah otonom untuk mengatur dan

mengurus sendiri urusa pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Desentralisasi adalah pelimpahan kekuasaan dan pembuatan keputusan secara meluas

kepada tingkatan – tingkatan yang lebih rendah.

Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah kepada

gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

Reformasi secara umum berarti perubahan terhadap suat

masa.

Daerah otonom adalah daerah di dalam suatu negara yang memiliki kekuas

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat menciptakan program acara yang berkualitas dan dapat diterima oleh pemirsa, sebuah stasiun televisi harus mampu membaca tren, isu dan polemik yang

◉ Inverted index adalah sebuah struktur data index yang dibangun untuk memudahkan query pencarian yang memotong tiap kata (term) yang berbeda dari suatu daftar

Karena garis tegak lurus ditarik dari tepi atas dan tepi bawah setiap interval, maka diperoleh gambar persegi panjang-persegi panjang yang saling berimpit pada salah satu

Sebaliknya, hubungan antara nilai tukar dollar terhadap rupiah bisa saja berpengaruh positif bila investor berasal dari luar negeri dan menggunakan mata uang asing

*) Semua dokumen adalah softcopy dari dokumen asli atau fotocopy legalisir (discan dalam bentuk JPEG maksimal ukuran 1000 kb/1 MB) yang diunggah di akun

Terkait dengan pilar 3 tersebut, Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK) pada tahun 2015 memfokuskan terhadap 5 (lima) kegiatan utamanya, yaitu (1) penyiapan

Setiap santri telah memiliki tingkat keterampilan membaca teks bahasa Arab klasik yang cukup baik, dilihat dari sistem pembelajaran yang focus pada kajian kitab

Jurnal Pertanian Terpadu, Jilid 5, Nomor 2 | 45 responden usahatani tomat di Kelurahan Teluk Lingga per musim tanam adalah Rp. dengan rata-rata hasil produksi tiap