• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sepak Bola Sosial: Studi Sosiologi Olahraga tentang Komunitas Sepak Bola Uni Papua Cabang Getasan dalam Pemberdayaan Generasi Muda Lewat Kegiatan Sepak Bola Sosial T1 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sepak Bola Sosial: Studi Sosiologi Olahraga tentang Komunitas Sepak Bola Uni Papua Cabang Getasan dalam Pemberdayaan Generasi Muda Lewat Kegiatan Sepak Bola Sosial T1 BAB V"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

STRATEGI PEMBERDAYAAN SEPAK BOLA SOSIAL UNI PAPUA

TERHADAP PEMBERDAYAAN GENERASI MUDA LEWAT SEPAK

BOLA SOSIAL DI GETASAN

Pada bagian ini merupakan pembahasan, penulis membahas pemberdayaan yang dilakukan Komunitas Sepak Bola Sosial Uni Papua dalam

pemberdayaan generasi muda lewat kegiatan sepak bola sosial di Getasan, Jawa Tengah. Bagian ini akan menggambarkan strategi pemberdayaan yang dilakukan Uni Papua Football Club terhadap pemberdayaan generasi muda lewat sepak bola sosial di Desa Tajuk Kecamatan Getasan, Jawa Tengah, kemudian menjelaskan strategi pemberdayaan Uni Papua Football Club dalam penguatan kelembagaan di Desa Tajuk Kecamatan Getasan Jawa Tengah

5.1.Strategi Pemberdayaan Lewat Latihan Rutin Sepak Bola Sosial dan

Bakti Sosial

5.1.1. Strategi Rekruitmen Pelatih dan Peserta Didik

Proses rekrutmen pelatih dan anak didik dilakukan dengan penyampaian dari mulut ke mulut dan sosialisasi ke sekolah-sekolah di Getasan. Untuk merekrut seorang pelatih, Uni Papua tidak membatasi siapapun yang mau ingin melatih anak-anak dan yang paling terpenting memiliki jiwa sosial dan berkomitmen . Cara yang digunakan untuk merekrut seorang pelatih di Uni Papua dengan penyampaian dari mulut ke mulut kepada kenalan maupun pada masyarakat yang memiliki pengalaman dalam sepak bola. Saat bertemu pengurus mengajak “ngobrol” dan di perkenalkan Uni Papua dengan visi-misi serta dijelaskan bahwa di Uni Papua, pelatih tidak dibayar, kecuali Uni Papua mendapatkan sponsor. Untuk sistem kontrol para pelatih dengan menggunakan

(2)

para pelatih yang bekerja dan konsisten dengan Uni Papua dalam beberapa tahun, maka para pelatih akan dikirim untuk sekolah yang dibiayai oleh Uni Papua sendiri. Dan bagi para pelatih yang memiliki usia 30-an akan dikirim ke provinsi-provinsi yang ada di Indonesia maupun ke luar negeri untuk mengikuti pelatihan sepak bola agar menambah pengetahuan dan metode latihan sepak bola profesional maupun metode sepak bola sosial.

Dalam proses merekrut anak didik, para pengurus melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah dan masyarakat. Sosialisasi dilakukan ke sekolah-sekolah yang ada di Getasan dengan mengadakan permainan edukasi yang menginspirasi anak-anak melalui bola. Kegiatan sosialisasi dilakukan langsung oleh pelatih luar negeri dengan dibantu oleh para pengurus Uni Papua. Para pelatih berasal Amerika dan Inggris yang mengajarkan tentang sepak bola sosial kepada anak. Kegiatan pertama tim Uni Papua Getasan dan CAC melakukan kunjungan ke SD Kristen Tekelan dan memberikan bola sebagai simbolik untuk melakukan kegiatan di sekolah tersebut. Selanjutnya tim Uni Papua dan CAC melakukan beberapa games- games outdoor. Minat pelajar disana sangat besar untuk dapat bermain bola. Terbukti Wanita-wanita pun lebih aktif bermain, karena hal ini sangat bermanfaat dan tidak membeda-bedakan mereka untuk bermain bola. Pelatihan CAC dihari pertama diikuti lebih dari 90 peserta dari pelajar, mahasiswa, orang tua, anak-anak. Dihari kedua tim CAC melakukan kunjungan ke SD Negeri Wates Getasan, memberikan bola kepada sekolah sebagai simbolik dan memberikan games-games kecil untuk menghibur dan mengispirasi mereka. Antusis mereka sangat tinggi, terbukti banyaknya siswa yang ikut dalam games-games. Di hari ketiga kunjungan ke SD Negeri Sumogawe 4 memberikan bola

sebagai simbolik dan memberikan games – gamesedukasi. Kegiatan di SD Negeri Sumogawe 4 sangat disambut meriah oleh anak-anak murid. Mereka

(3)

games yang diajarkan. Anak-anak sangat menikmati games- games yang diajarkan dari tim CAC. Untuk lebih jelas lihat beberapa foto Coaching Accross Continents dalam sosialisasi sepak bola sosial ke sekolah-sekolah di bawah ini:

Gambar 5.1

Sosialisasi Ke Sekolah-Sekolah

Sumber: Uni Papua Getasan, 2017

Sosialisasi juga dilakukan ke masyarakat dengan bantuan organisasi Karang Taruna dan organisasi PKP (Pemuda Kinasih Puyang) dalam mensosialisasikan Uni Papua. Sosialisasi dilakukan dalam rapat-rapat bulanan bahkan rapat setiap minggu. Untuk pengurus sendiri, cara mensosialisasikan Uni Papua dilakukan dari mulut ke mulut. Artinya bertemu dengan para orang tua dimanapun, para pengurus mengajak “ngobrol” dan setelah itu menawarkan Uni Papua dengan program-program yang dimiliki. Jadi, anak didik yang sudah

tergabung di Uni Papua awalnya mengetahui Uni Papua dari teman-teman sekolah, pelatih futsal PPA dan dari kegiatan-kegiatan lain. Hal ini yang disampaikan oleh keempat anak didik (Roice, Mikra, Edi dan Piter)1 saat peniliti melakukan wawancara ke mereka pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan saat berlatih, “saya itu pertama kali tahu uni papua dari pelatih futsal PPA, dari teman, dari kegiatan CAC dan ada perlombaan dihubungkan ke Pondok Penuai untuk ikut latihan supaya mendapatkan sertifikat,”. Sedangkan untuk merekrut seorang anak didik, Uni Papua tidak memiliki kriteria apapun dalam menyeleksi anak karena Uni Papua bersifat terbuka bagi siapapun yang ingin bergabung bahkan bagi penyandang disabiltas juga dapat bergabung dengan Uni Papua. Hal

1 Wawancara dengan Roice, Mikra Edisah dan Piter sebagai peserta didik di Uni Papua Getasan

(4)

yang serupa dituturkan Mikr Yesaya Putra pada 23 Desember 2016, bahwa “Karena kalau menurut saya senaknya uni papua itu tidak batasilah. Semua-semua anak-anak perempuan atau laki-laki itu bisa ikut dengan Uni Papua”2. Dalam terminologi seperti itu, maka ketika peneliti juga bertemu dengan ketua dan sekretaris Uni Papua di Getasan, yakni Bapak Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto tanggal 15 Desember 2016 di rumah sekretaris Uni Papua di Bumi Ayu

Getasan, keduanya mengatakan bahwa3:

Terus ada sekretaris, bendahara, ada instruktur pelatih, terus yang ketiga instruktur-instruktur yang lain atau volunteer jadi semuanya sebenarnya dari pengurus sampai ke pelatih itu namanya volunteer semuanya karena sebenarnya tidak ada yang di bayar. Rekrutmennya kita bukan ada seleksi tunggal tetapi sosialisasi kepada orang tua-orang tua bahwa yang kita didik bukan hanya skill sepak bola tetapi pembinaan karakter. Jadi salah satunya kita ngobrol dengan mereka kita tawarkan kita membina ini bukan pembinaan sepak bola tok nah seperti itu. Rekruitmen kita sosialisasi dengan masyarakat dengan warga sekitar setelah itu baru ke sekolah-sekolah dan sekarang antar pemain dan temannya sudah berjalan. Saya rasa gak ada bahkan orang disabilitas pun itu akan menjadi anggota kita kalau dia mau.

Berdasarkan kutipan wawancara di atas mengatakan bahwa di Uni Papua memiliki pengurus dari ketua, sekretaris, bendahara bahkan sampai ke pelatih semuanya tidak di bayar. Proses rekrutmen dilakukan bukan seleksi tunggal atau cara yang digunakan kebanyalan Sekolah Sepak Bola (SSB), tetapi terbuka bagi yang ingin bergabung dengan Uni Papua tanpa kriteria apapun. Selain itu, rekrutmen dilakukan dengan cara mensosialisasikan ke sekolah-sekolah dan ke masyarakat. Proses rekrutmen dilakukan dengan cara bertemu, ngobrol dan setelah itu menawarkan Uni Papua dengan berbagai program-program yang sudah dilakukan bahkan yang akan baru dilaksanakan. Oleh karena itu, bahwa di

Uni Papua anak-anak bebas dalam mengikuti Uni Papua, karena komunitas

2

Wawancara dengan Mikra Yesaya Putera pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan Desa Tauk, Getasan.

3 Wawancara dengan Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto, 15 Desember 2016 di rumah Sekretaris

(5)

tersebut yang lebih diutamakan pembinaan karakter tanpa memaksakan atau menghalangi anak untuk mengikuti kegiatan di Uni Papua Football Club.

5.1.2. Karakter Peserta Didik

Karakter peserta didik di Uni Papua sangat beragam. Awal sebelum Uni Papua hadir di Getasan, anak-anak, remaja dan pemuda dalam bermain tidak

terkoordinir dengan baik. Artinya, anak-anak, remaja dan pemuda hanya suka nongkrong, merokok dan anak bermain sesuka hatinya. Berdasarkan hasil wawancara, ditemukan bahwa tanggapan tokoh masyarakat tentang karakter anak sebelum dan sesudah adanya Uni Papua Cabang Getasan. Hal itu tampak dalam kutipan wawancara tokoh masyarakat (Sarnid) dan tokoh pemuda (Budi Prayetni) bahwa4:

Selama ini saya melihat dari anak-anak yang mengikuti Uni Papua memang ada perubahan misalnya yang hanya nongkrong-nongkrong, merokok dan sebagainya, tetapi mengikuti latihan-latihan jadi mereka lebih terkendali seperti itu. Dengan adanya Uni Papua di wilayah kecamatan Getasan ini mengurangi kegiatan yang negativ dari anak-anak, remaja maupun pemuda dan juga menambah pendidikan atau pengetahuan, pengalaman tentang sepak bola yang benar. Juga mengubah karena di dalam Uni Papua diselipkan banyak tentang moral anak jadi bagaimana berbuat yang baik di masyarakat, keluarga, terhadap orang tua, dan mungkin terhadap yang dituakan di masyarakat itu harus bagaimana mereka tahu bersikap sopan.

Selain itu, karakter anak-anak, remaja dan pemuda pada saat latihan sepak bola. Untuk anak didik yang usia 6-14 tahun memiliki kecenderungan tidak mau mendengarkan siapapun yang penting bermain, ada juga anak yang diinstruksikan pelatih kadang tidak sesuai yang diinstruksikan dan ada anak yang mengeluarkan kata-kata kotor terhadap temannya, serta juga ada anak ketika pelatih memberikan materi anak tersebut tidak ingin melakukannya. Ketika pelatih membagi dua tim untuk melakukan game kecil terdapat anak yang hanya mau bermain kalau ia satu tim dengan teman-taman yang dikenal. Sedangkan

4 Wawancara dengan Bapak Sarnid sebagai tokoh masyarakat Getasan pada 8 Januari 2017 di

(6)

untuk anak didik yang berusia 15-21 tahun sudah memiliki karakter yang baik dan sudah membedakan mana yang baik dan tidak. Namun di usia tersebut masih terdapat perilaku-perilaku yang masih sering dilakukan, seperti, mengeluarkan kata-kata kotor, ketika pelatih memberikan pengarahan, ada anak yang langsung memotong pembicaraan pelatihnya, dan juga masih terdapat anak yang suka menertawakan temannya ketika melakukan kesalahan saat ditunjuk untuk

memimpin doa dan saat memimpin pemanasan. Dan pada usia 6-21 tahun juga hanya ingin bermain tanding tanpa latihan terlebih dahulu. Hal itu terlihat pada saat pelatih memberikan instruksi maupun latihan. Pada awal anak-anak yang baru mengikuti Uni Papua, anak-anak memiliki karakter yang susah diatur, suka “mengerjain” temannya, terkadang saat pelatih memberikan pengarahan tidak didengar. Berdasarkan hasil wawancara dengan Yakonias Aiboy5 menuturkan bahwa:

Di Getasan itu kita melatih anak-anak yang berusia 8 tahun sampai 12 tahun dan ke atas 17 memang karakter anak-anak di atas itu kalau kita bicara mereka kadang tidak mau mendengar, terus mereka suka bermain kalau kita lagi macam kasih nasihat, apalagi mereka kadang datang dengan kelompok-kelompok macam ada lima orang dorang (mereka) itu dengan itu ada juga dari yang ini tiga orang disitu.

Dari kutipan wawancara diatas, pada intinya di Uni Papua Getasan memiliki karakter anak-anak memiliki karakter bawaan, kalau pelatih memberi arahan kadang ada yang tidak mau mendengar, ada anak yang hanya bermain dan kadang ada anak-anak pada saat di lapangan hanya bermain dengan teman-teman yang dikenal atau bermain secara berkelompok-kelompok. Salah satu contoh kasus diungkapkan oleh Yakonias Aiboy tentang seorang anak yang bernama Edi yang memiliki karakter yang susah diatur awalnya, tetapi dengan berjalannya waktu anak tersebut sudah mulai berubah, hal ini yang dituturkan bahwa:

Pada saat latihan ada yang lain serius dia suka tidak serius lalu buat yang kita bicara dia juga sambung ikut berbicara kita mau marah dia buat lucu ketawa segala macam. Adik

5 Wawancara dengan Yakonias Aiboy sebagai pelatih di Uni Papua Getasan pada 25 Januari

(7)

satu dari Batak jadi memang orangnya nakal dia sendiri cerita ke saya ternyata dulu itu waktu sekolah nakal sekali suka bergaul dengan anak-anak, berkelahi sana-sini jadi saat saya masuk di Uni Papua ternyata Uni Papua membentuk karakter6. (Pada saat latihan ada yang lain serius dia suka tidak serius lalu ketika palatih berbicara ia pun langsung memotong perkataan pelatih dan ia pun menyambungnya dengan perkataannya. Adik satu dari Batak dan memang anaknya nakal karena diasendiri cerita ke saya ternyata dulu waktu sekolah suka bergau dengan anak-anak, berkelahi sana-sini sehingga saya masuk Uni Papua dan Uni Papua ternyata membentuk karakter.

5.1.3.Strategi Penanaman Nilai Dalam Pemberdayaan Sepak Bola dan

Bakti Sosial

Di komunitas sepak bola sosial Uni Papua di Desa Tajuk Kecamatan Getasan memiliki strategi dalam menanamkan nilai kepada anak didik. Strategi penanaman nilai dengan melakukan berbagai kegiatan, dimana di Uni Papua memiliki kegiatan rutin dan kegiatan bakti sosial.

A.Kegiatan Rutin

Pemberdayaan adalah perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata, dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses ke dalam berbagai peluang (opportunities) yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya (empowering). Dengan penjelasan seperti ini, hadirnya CAC setiap tahunnya di Uni Papua Getasan membawa dampak positif serta memperkuat kapasitas masyarakat agar dapat keluar dari masalah-masalah yang dihadapi, terutama masalah alkohol (mabuk-mabukan), free sex, narkoba dan bentrokan antar kampung.

CAC merupakan program rutin setiap tahun yang diselenggarakan oleh Uni Papua. CAC ini bertujuan untuk pengembangan organisasi dan olahraga

untuk pendidikan sosial yang berfokus pada isu-isu lokal seperti: pemberdayaan perempuan, kesetaraan gender; pencegahan konflik, termasuk inklusi sosial; kesehatan dan kesejahteraan, perubahan perilaku HIV/AIDS; hak-hak anak;

(8)

keterampilan hidup yang penting dan menyenangkan7. CAC ini dilakukan oleh pelatih luar negeri yang bergerak ke arah sosial dengan mengajarkan game-game pengetahuan dengan menggunakan bola sebagai media. Dalam kegiatan tersebut diikuti oleh anak (laki-laki dan perempuan) dan juga para pelatih. Dalam pelatihan awal, pelatih melakukan perkenalan terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan, lalu kemudian menyiapkan game dengan menggunakan cones dan

bola. Tujuan menggunakan cones sebagai pembatas dan setiap cones diisi oleh setiap anak maupun pelatih. Dalam permainan game tersebut diajarkan muatan-muatan sosial agar anak dapat mengenal temannya dan lebih mengenal pelatihnya. Selain itu, anak diajarkan untuk bertanggungjawab, tidak takut dan malu, anak dilatih menjadi pemimpin, serta anak dapat terhindar dari masalah-masalah, seperti narkoba, HIV/AIDS dan konflik antar suku. Berdasarkan penjelasan di atas, maka ketika peneliti bertemu dengan ketua dan sekretaris Uni Papua di Getasan, yakni Bapak Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto tanggal 15 Desember 2016 di rumah sekretaris Uni Papua di Bumi Getasan, keduanya mengatakan bahwa8:

CAC sebenarnya untuk pelatihan pelatih. Jadi sebenarnya lebih ke kepelatihan untuk orang-orang yang senang dengan sepak bola. Tidak cuman pelatih tapi untuk siapa saja yang menyukai sepak bola kita adakan CAC dari luar negeri pelatihnya kemudian bekerjasama dengan Uni Papua kita menjangkau orang-orang yang mungkin menyukai sepak bola dan mau mengubah generasi membangun generasi melalui sepak bola kita di situ ada rekan bagaimana caranya untuk mengenalkan isu-isu sosial melalui sepak bola.Sepak bola bukan hanya sekedar olahraga tetapi sepak bola bisa kita manfaatkan untuk hal-hal yang positif untuk hal-hal yang menarik dan diajarkan game-game agar terhindar dari narkoba, terhindar dari Free sex, terhindar dari HIV/AIDS. Jadi perubahan sepak bola sosial dari pelatihan CAC tadi. Itu kerjasama dengan CAC dari Amerika jadi mereka bergerak di sepak bola sosial jadi mengajarkan kita tentang

7

http://coachesacrosscontinents.org,diakses pada tanggal 15 Maret 2017 pukul 12.40

8 Wawancara dengan Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto, 15 Desember 2016 di rumah Sekretaris

(9)

bagaimana mengajarkan game-game kapada siswa-siswa supaya terhindar dari hal-hal yang kita tidak inginkan.

Berdasarkan kutipan wawancara di atas menunjukkan bahwa CAC adalah pelatihan sepak bola yang dilakukan Uni Papua dengan bekerjasama dengan CAC luar negeri untuk pelatihan sepak bola sosial kepada pelatih dan anak didik agar lebih berdaya dan dapat melindungi serta terhindar dari masalah-masalah sosial. Dalam pelatihan tersebut tidak memengut biaya pendaftaran dan terbuka bagi siapa saja yang ingin mengikuti pelatihan tersebut. Tujuan CAC ini dilakukan agar anak dapat saling mengenal, tidak takut dan malu ketika bertemu teman baru dan terjalinnya keakraban antara satu dengan yang lain. Hal ini juga yang dituturkan oleh Edisah Putera Tarigan dan Padakol Piter Afiakani bahwa9:

Mengajarkan saling beradaptasi yang kenal jadi kenal seperti kita gak kenal sama orang kita bisa kenal dengan cara CAC tadi, terhindar dari HIV, melatih teman-teman, membina orang-orang supaya mereka punya semangat untuk bisa bersosial kepada orang-orang dan untuk membangun motivasi kita supaya kita tambah semangat.

Keakraban dan saling mengenal tersebut dimodifikasi dengan permainan adukasi, dimana anak dituntut untuk berbaur dengan berpindah-pindah dari cones satu ke cones yang lain. Untuk lebih jelas lihat beberapa foto Coaching

Across Continents dalam pelatihan sepak bola sosial di bawah ini:

Gambar 5.2.

Coaching Acroos Continents Tahun 2016

Sumber: Uni Papua Getasan, 2016

Pelatihan rutin sepak bola dilakukan juga oleh Uni Papua agar anak dapat menyalurkan hobi dan bakatnya. Latihan sepak bola dilakukan setiap minggu 2

9 Wawancara dengan Edisah Putera Tarigan dan Padakol Piter Afiakani pada 23 Desember 2016 di

(10)

kali yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Proses latihan sepak bola diikuti dari 2 kategori umur dari usia 6-14 tahun dan juga ada usia dari 15-21 tahun. Saat latihan, biasanya pelatih membagi 2 kategori tersebut dan juga terdapat perbedaan cara melatih usia 14 tahun dengan usia 15-21 tahun. Untuk usia 6-14 tahun para pelatih selalu mengajarkan agar sebelum mulai latihan pemain diwajibkan untuk lari keliling lapangan sebanyak 3 kali dan setelah itu anak

diajarkan untuk membiasakan diri untuk stretching atau dalam istilah sepak bola bentuk dari penguluran atau peregangan pada otot-otot di setiap anggota badan agar dalam setiap melakukan olahraga terdapat kesiapan serta untuk mengurangi dampak cedera yang sangat rentan terjadi. Setelah proses pemanasan selesai, pelatih mengumpulkan anak didik dan diberi arahan untuk latihan selanjutnya serta tujuan dari materi yang akan dilakukan. Sebelum dimulai pelatih memberi contoh terlebih dahulu dengan membuat gerakan lambat agar anak dapat mengerti dan melakukannya dengan baik. Latihan yang biasa dilakukan lebih pada cara passing, dribbling dan kontrol bola. Untuk anak berusia 6-14 tahun hampir semua memiliki passing, dribbling dan kontrol yang baik, maka pelatih mengutamakan latihan pada untuk dasar-dasar dalam sepak bola seperti yang disebutkan. Setelah melakukan latihan dasar-dasar kurang lebih 35 menit, anak diberikan waktu 5-7 menit untuk beristirahat dan minum air mineral yang sudah disediakan oleh pengurus. Setelah istirahat beberapa menit anak didik kembali berkumpul dan pelatih memberikan pengarahan lagi terkait latihan yang sudah dilakukan. Para pelatih selalu memberikan waktu 10 menit untuk fun game agar anak tidak merasa bosan dan merasa capek dan diakhiri dengan cooling down untuk meningkatkan fleksibiltas tubuh dengan mengembalikan kondisi seperti

semula melalui gerakan ringan dan bermaksud untuk menurunkan denyut jantung yang berdegup cepat menjadi stabil sebagaimana kondisi awal dan

setelah itu anak berdoa untuk kembali ke rumah masing-masing.

(11)

biasanya anak diajarkan untuk membiasakan diri melakukan pemanasan lari keliling lapangan yang diberi waktu 12 menit dengan 8 putaran. Setiap anak diwajibkan untuk tidak melebihi waktu yang sudah ditentukan dan menyelesaikan 8 putaran dengan cepat dan tepat. Setelah itu, pelatih memberi pengarahan untuk melakukan stretching terlebih dahulu sebelum melanjutkan latihan ke tahap berikutnya. Setelah melakukan stretching sekitar 5-7 menit, kembali anak

berkumpul untuk diberi pengarahan oleh palatih mengenai tujuan materi yang akan dilakukan selanjutnya. Untuk usia ini anak diajarkan agility atau yang disebut dengan latihan kelincahan dengan menggunakan cones. Tujuan latihan kelincahan agar anak dapat mengubah arah dan posisi sesuai dengan situasi yang dikehendaki atau dihadapi dengan secepat mungkin. Latihan kecepatan dikombinasikan dengan latihan fisik. Jadi saat anak dilatih kelincahan secara sadar anak dilatih fisiknya. Untuk melewati cones setiap anak diberikan tanggungan masing-masing sebanyak 3 kali untuk melewati cones secara terus menerus. Waktu yang diberikan pelatih kurang lebih 20 menit dan setelah itu anak diberikan waktu 5-7 menit untuk beristirahat dan minum air mineral yang sudah disediakan. Setelah istirahat selesai, anak dikumpulkan dan diberikan pengarahan untuk latihan tahapan berikutnya. Untuk tahapan berikutnya, yang diajarkan adalah latihan passing, dribbling dan kontrol. Pada usia ini, passing, dribbling dan kontrol sudah cukup baik, tetapi masih terdapat kesalahan-kesalahan kecil sehingga pelatih selalu memberikan dasar-dasar secara terus-menerus agar anak saat menyentuh bola „tidak kaku‟. Dalam latihan ini pelatih memberikan waktu 15 menit untuk passing, dribbling, kontrol serta setelah passing pemain harus tetap bergerak untuk membuka ruang.

Diakhir permainan, pelatih memberikan latihan shooting atau tembakan ke arah gawang dengan tujuan menendang bola dengan keras dan kuat sehingga

(12)

menjadi stabil sebagaimana kondisi awal. Untuk lebih jelas lihat beberapa foto tentang proses latihan Uni Papua di bawah ini:

Gambar 5.3

Proses Latihan Rutin Sepak Bola Uni Papua Cabang Getasan

Sumber: Uni Papua Getasan, 2016

Ketiga gambar di atas dapat dijelaskan bahwa yang pojok kiri adalah anak yang berusia 15-21 tahun sedang berhadapan untuk melakukan latihan passing dan kontrol. Pada gambar yang berada di tengah adalah anak yang berusia 6-14 tahun yang sedang melakukan pemanasan dengan membuat lingkarang dan dipimpin oleh salah satu teman. sedangkan pada gambar yang berada di pojok kanan adalah anak usia 6-14 tahun sedang melakukan latihan passing dengan cara bola dipegang oleh beberapa teman dengan membuang bola ke arah kaki dan melakukan passing kembali ke arah teman yang memegang bola secara terus-menerus dan berganti-gantian. Berdasarkan penjelasan di atas, maka ketika peneliti bertemu dengan pelatih-pelatih di Uni Papua di Getasan, yakni Leunar Leonardo Rundi dan Yakonias pada tanggal 25 Januari 2017 di rumah kost Merah Putih Salatiga, keduanya mengatakan bahwa10:

Jadi kita pisahkan 6-14 tahun kan porsi latihannya tidak mungkin langsung paksa. Kita kasih keliling lapangan cuma

10 Wawancara dengan Leunard Leonardo Rundi dan Yakonias Aiboy sebagai pelatih di Uni

(13)

tiga kali. terus kalau 6-14 tahun ini kita ajar lebih ke pasing dulu, bergerak ditempat pasing, dribblinng, dribbling mungkin cuma tiga kali pakai cones itu cuma persiapkan untuk mereka joging sambil pasing, sambil pasing. Biasa dikasih fisik terus ada fisik dengan menggunakan bola tetapi yang itu di dalamnya ada usia 6 tahun sampai 14. Jadi, yang usia 6-14 tahun itu kami kurangi latihan yang tidak terlalu berat begitu.

Pemberdayaan juga dilakukan Uni Papua Getasan dalam kegiatan latihan sepak bola. Para pelatih dan anak memiliki perjanjian saat berada di lapangan maupun di luar lapangan. Aturan tersebut berupa pelarangan bagi pengurus, pelatih dan anak-anak didik agar tidak mengeluarkan kata-kata kotor, karena apabila ditemukan yang mengeluarkan kata kotor, seperti „ndas‟ maka akan mendapatkan hukuman push up 10 kali atau lari keliling lapangan 5 kali. Sebaliknya, hal sama juga berlaku bagi para pelatih, tapi hukuman bagi para pelatih lebih berat harus push up 30 kali dan keliling lapangan 15 kali ketika mengeluarkan kata-kata kotor. Selain itu, sebelum memulai latihan sepak bola, para pelatih terlebih dahulu hadir di Lapangan untuk mempersiapkan materi-materi yang diajarkan sambil menunggu para anak-anak didik datang. Dan bagi

para anak-anak didik yang terlambat datang akan mendapatkan hukuman hukuman push up 10 kali atau keliling lapangan 5 kali11. Aturan berikutnya adalah bahwa para pelatih di larang merokok selama melatih di lapangan, kecuali merokok ketika sudah berada di rumah. Selain itu, setelah selesai latihan anak diwajibkan untuk memungut sampah yang berserakan di dalam lapangan. Setiap anak diinstruksikan minimal mengumpulkan 10 sampah dengan berbagai jenis yang ditemukan. Dengan demikian, tujuan dari aturan yang dibuat bersama adalah bentuk pendidikan kepada anak dengan menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, tidak mengelurkan kata-kata kotor, menjaga lingkungan dan anak bermain, bersenang-senang dan bergembira. Dan untuk pelatih diajarkan hal yang sama karena seorang pelatih merupakan “guru” yang mengajarkan anak -anak untuk mengkuti perintahnya. Jadi, makna dari hukuman yang diberikan

11 Wawancara dengan Yakonias Aiboy sebagai pelatih Uni Papua Getasan, 25 Januari 2017 di

(14)

sebagai bentuk pendidikan ke anak agar tidak mengulangi hal sama dan sanksi yang diberikan membawa dampak positif untuk kesehatan anak. Berdasarkan hasil wawancara dengan Daniel Zebaoth12 menuturkan bahwa :

Kalau di lapangan anak-anak wajib tidak boleh berkata kotor. Kalau berkata kotor Push Up minimal sepuluh kali termasuk pelatih. Setelah latihan wajib mengumpulkan sampah gak (tidak) boleh ada sampah di Lapangan, bahkan pelatihpun harus juga ikut mengumpulkan sampah.

Dalam kutipan wawancara dapat dijelaskan bahwa pemberdayaan dilakukan Uni Papua dengan menanamkan nilai-nilai yang dimulai dari seorang pelatih. Pelatih merupakan kunci utama dalam merubah dan mengarahkan anak. Ketika seorang pelatih menunjukkan sikap kepada anak didik seperti mengeluarkan kata-kata kotor, maka seorang anak akan mengikuti apa yang dikatakan. Jadi di Uni Papua pelatih tidak boleh mengatakan kata-kata kotor saat anak yang dilatih melakukan kesalahan maupun saat bercanda. Selain itu, seorang pelatih juga harus menunjukkan sikap untuk disiplin terhadap waktu. Karena dengan menepati waktu, maka anak yang didik dapat mengikuti apa yang dilakukan pelatihnya. Kecuali pelatih terlambat karena kondisi cuaca yang kurang baik. Untuk itu, pengurus, pelatih dan anak didik sepakat untuk membentuk aturan yang mengikat agar memberi efek jera dan mendidik anak.

Aturan yang diberlakukan, saat mengatakan kata-kata kotor akan diberikan hukuman push up atau lari keliling lapangan. Walaupun aturan ini terasa berat,

tetapi anak dapat memperoleh makna dari push up dan lari keliling lapangan. Aturan berikutnya, setelah selesai latihan anak diwajibkan untuk mengumpulkan sampah yang berserakan di lapangan. Karena selain Uni Papua, lapangan juga digunakan oleh masyarakat sehingga sampah banyak yang dibuang sembarang. Maka anak didik maupun pelatih diwajibkan untuk mengumpulkan sampah setelah selesai latihan. Tujuan dilakukan agar anak dapat mencintai dan melestarikan lingkungan tanpa membuang sampah sembarang. Oleh karena itu, Uni Papua memiliki aturan agar pengurus, pelatih dan anak didik dapat merubah

12 Wawancara dengan Daniel Zebaoth sebagai Koordinator Uni Papua Getasan, 15 Desember

(15)

kebiasaan lama menjadi sebuah pengetahuan yang bermanfaat saat berada di lapangan maupun saat berada di tempat tinggal mereka.

B. Bakti Sosial

Bakti sosial merupakan salah satu kegiatan wujud dari rasa kemanusiaan antara sesama manusia. Bakti Sosial merupakan suatu kegiatan dimana dengan adanya kegiatan ini kita dapat merapatkan kekerabatan kita. Bakti sosial

diadakan dengan tujuan – tujuan tertentu. Bakti sosial antar warga yang dilakukan oleh Uni Papua Getasan adalah untuk mewujudkan rasa cinta kasih, rasa saling menolong, rasa saling peduli kepada masyarakat luas yang sedang membutuhkan uluran tangan mereka. Hal ini yang dilakukan Uni Papua dengan berbagai kegiatan-kegiatan sosial, seperti, penanaman pohon (go green), donor darah, bantuan hari raya (buka bersama)dan dulu ada gereja yang rubuh Uni Papua bahu membahu membantu membersihkan puing-puing sisah bagunan. Pada hasil wawancara terhadap anak didik tentang kegiatan yang diikuti, Roice, Mikra, Edisah dan Piter bahwa “kerja bakti, menanam pohon, membersihkan lingkungan, donor darah, memperingati hari HIV/AIDS dan dulu ada gereja rubuh kita ikut bantu bersih-bersih”13.

Penanaman pohon (go green) merupakan program yang dilakukan Uni Papua setiap tahun dan setiap 6 bulan sekali . Kegiatan penanaman pohon sudah dilakukan sebanyak 2 kali di area lereng Merbabu. Penanaman pohon pertama dilakukan pasca gunung Merbabu terbakar14. Pada waktu itu, Uni Papua bekerja sama dengan Kodim Salatiga, organisasi PKP (Pumuda Kinasih Puyang), organisasi Karang Taruna, Taman Nasional serta Muspika (Musyawarah Pimpinan Kecamatan) untuk penanaman 1.000 pohon Puspa dan 1.000 (seribu)

pohon Gayam di area lereng Merbabu. Penanaman yang kedua bersamaan dengan memperingatihari HIV/AIDS sedunia pada 1 Desember 2016, sebanyak 3.000

pohon, 1.000 pohon Puspa, 1.000 pohon salam dan 1.000 pohon Gayam dengan bekerjasama taman nasioanal, Karang Taruna, Masyarakat Peduli Api (MPA),

13

Wawancara dengan Roice, Mikra Edisah dan Piter sebagai peserta didik di Uni Papua Getasan pada 23 Desember 2016 di Lapangan Pulihan, Desa Tajuk, Getasan

14

(16)

Polsek Getasan, dan bantu Korem. Waktu itu juga, pada 1 Desember 2016 merupakan hari HIV/AIDS sedunia sehingga Uni Papua mengundang PMI (Palang Merah Indonesia) untuk hadir melakukan pendonoran darah bagi masyarakat yang ingin mendonorkan darah. Untuk lebih jelas lihat beberapa foto penanaman pohon dan donor darah di bawah ini:

Gambar 5.4

Penanaman Pohon dan Donor Darah

Sumber: Uni Papua Getasan, 2016

Berdasarkan gambar di atas dapat jelaskan bahwa gambar yang pertama atau pojok kiri merupakan penanaman pohon yang kedua pada tahun 2016. Pada waktu dibantu oleh Kodim 0714 Salatiga, dan Polsek Getasan. Untuk gambar yang kedua dari kiri atau tengah adalah keikutsertaan anak, pengurus dan pelatih untuk melakukan penanaman pohon dan pada waktu bersamaan dengan peringatan hari HIV/AIDS sedunia. Sedangkan gambar yang ketiga yang berada di pojok kanan adalah masyarakat Desa Tajuk yang ikut berpartisipasi mendonorkan darah. Oleh karena itu, sebelum melakukan penanaman pohon di lereng gunung Merbabu, terlebih dahulu dilakukan donor darah. Donor darah tersebut bukan hanya masyarakat di Desa Tajuk, tapi juga dari Polsesk dan

Kodim turut memberikan darah untuk di donor. Dari hasil wawancara bersama Daniel Zebaoth dan Adhi Arianto ada kesamaan pendapat yang mengatakan bahwa15:

15 Wawancara dengan Daniel Zebaoth sebagai Koordinator Uni Papua Getasan, 15 Desember

(17)

Kita sudah melakukan go green di lereng Merbabu yang pertama 2016 itu seribu pohon Puspa dan seribu pohon Gayam. Jadi untuk go green itu kita melibatkan dari Karang Taruna, dari namanya PKP (Pemuda Kinasi Puyang), dan juga dari taman nasional dari masyarakat juga karena waktu itukan dulunya pernah kebakaran di lereng Merbabu jadi tempat kebakaran tersebut sama masyarakat kita menanam pohon Puspa di lereng Merbabu tersebut dan dibantu sama Kodim 0714 Salatiga. Dan tangal 1 Desember 2016 kami melakukan kembali dengan 3.000 pohon, 1.000 pohon Puspa, 1.000 pohon salam dan 1.000 pohon Gayam itu dipandu lagi dengan taman nasional, karang taruna, juga masyarakat peduli api yang membantu kami untuk penanaman yaitu dengan 3.000 pohon tersebut. Jadi itu salah satunya itu karena juga itu peringatan hari AIDS dan juga kita melibatkan masyarakat untuk donor darah, jadi donor darah kita berikan kepada masyarakat waktu itu yang membantu mendonorkan darahnya untuk PMI.

Kegiatan berikutnya adalah Jumat Eglish Day (Jumat belajar bahasa Inggris). Setiap hari Jumat anak dibimbing belajar bahasa Inggris. Proses bimbingan dilakukan oleh seorang guru wanita yang juga menjadi guru di salah satu sekolah dasar di Getasan. Namun, pada tahun 2016 guru tersebut berpindah tugas ke Bandung sehingga yang mengambil alih kegiatan tersebut adalah pelatih dan pengurus. Dalam membimbing anak didik, para pelatih hanya mengarahkan anak agar di hari Jumat selalu mengucapkan bahasa Inggris dan pada saat pemanasan juga berhitung menggunakan bahasa Inggris. Untuk lebih jelas lihat beberapa foto anak diajarkan bahasa Inggris di bawah ini:

Gambar 5.5 Jumat English Day

(18)

Pada gambar diatas menunjukkan bahwa di Uni Papua memiliki program untuk melatih anak didik agar bisa berbahasa Inggris. Kegiatan tersebut dilakukan setiap hari Jumat di Lapangan Pulihan Desa Tajuk. Tujuan dilakukan di lapangan anak-anak dapat menjangkau tempat tersebut. Dan ketika cuaca yang tidak mendukung biasanya belajar ditunda ke hari-hari berikutnya. Namun, program ini agar terhenti dalam beberapa bulan karena guru yang sering

mengajarkan bahasa Inggris berpindah tugas ke kota Bandung. Seiring dengan berjalannya waktu, program tersebut dijalankan oleh pengurus dan pelatih walapun metode yang diajarkan agak berbeda. Metode yang digunakan dengan menggunakan latihan sepak bola, jadi pada saat pemanasan anak diwajibkan berhitung menggunakan bahasa Inggris. Hal ini juga yang dituturkan oleh Bapak Daniel Zebaoth16 bahwa:

Sebenarnya hari Jumat itu adalah hari english day. Sekarang mereka (guru) sedang pindah ke Bandung jadi sekarang pelatih-pelatih yang mengajarkan anak, mementori supaya di hari jumat atau di hari apa tetap memakai bahasa inggris. Kalau pemanasan semua anak menghitungpun harus bahasa inggris. Jadi kita mengajarkan kepada anak segala sesuatu berawal dari bahasa inggris seperti itu.

Kegiatan sosial yang terakhir adalah bantuan hari raya. Di Uni Papua Getasan setiap tahun menyelenggarakan buka bersama dengan masyarakat

sekitar pada bulan puasa (Idul Adha). Buka bersama diikuti oleh anak didik, pengurus Uni Papua, masyarakat sekitar dan organisasi Karang Taruna. Pada saat itu, Uni Papua memberikan bantuan berupa baju koko, snack, air miniral dan yang terakhir adalah memberikan bantuan berupa hewan kurban. Dana yang digunakan untuk buka bersama di Getasan pada saat itu adalah dana yang didapat dari pusat atau langsung dari CEO Uni Papua yang berada di Jakarta. Tujuan diadakan buka bersama sebagai bentuk terjalinnya hubungan kebersamaan dan saling menghormati antar umat beragama dan juga anak dapat

16 Wawancara dengan Daniel Zebaoth sebagai Koordinator Uni Papua Getasan, 15 Desember

(19)

belajar untuk berbaur dengan masyarakat, saling menghormati antar satu dengan yang lain walaupun berbeda agama, suku dan ras. Untuk lebih jelas lihat beberapa foto tentang perayaan bulan puasa di bawah ini:

Gambar 5.6 Bantuan Hari Raya

Sumber : Uni Papua Getasan, 2016

Berdasarkan gambar di atas dapat jelaskan bahwa saat merayakan buka puasa bersama, Uni Papua memberikan bantuan baju koko yang sudah diberikan

logo Uni Papua ke masyarakat. Pada kedua foto di atas yang berada di kiri merupakan Babinsa Sertu Suradi Desa Tajuk. Sedangkan foto yang di kanan adalah Drs. Gustomo Hartanto selaku camat di Getasan. Pembagian baju tersebut sebagai salah satu bentuk agar terjalinnya hubungan yang baik dan tetap menjaga tali persaudaraan antar agama khususnya di wilayah Getasan.

(20)

peneliti, para anak-anak didik dan diajarkan, seperti menghargai satu sama lain, disiplin, tidak mengeluarkan kata-kata kotor, menghormati orang yang lebih tua, yang tadinya suka mengeluarkan kata-kata kotor, akhirnya sedikit demi sedikit dapat berubah serta anak diajarkan untuk melestarikan lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarang. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak di Uni Papua mendapat dukungan masyarakat, pemerintah desa, dan bahkan mendapat

dukungan pemerintah kecamtan Getasan. Dalam hal ini pemerintah desa dan kecamatan turut hadir dalam kegiatan-kegiatan sosial, seperti tanam pohon, buka bersama dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya dan memberi izin menggunakan lapangan sebagai tempat latihan sepak bola di Uni Papua. Yang menarik sebagai bahan kajian, protecting didapatkan oleh masing-masing anak didik yang tergabung di Uni Papua Gatasan. Para anak didik tetap eksis dan solid menjaga persatuan di dalamnya dan berusaha mengajak kepada masyarakat khususnya generasi muda di Getasan agar tetap bersatu dan menjunjung sikap kebersamaan, sikap toleransi, kekompakkan, menjauhkan diri dari narkoba, alkohol, free sex serta melestarikan lingkungan dengan menjaga dan tidak membuang sampah sembarang.

5.1.4. Strategi Evaluasi Nilai Pemberdayaan

Strategi pemberdayaan masyarakat adalah suatu kegiatan yang memiliki tujuan yang jelas dan harus dicapai, oleh sebab itu, setiap pelaksanaan pemberdayaan masyarakat perlu dilandasi dengan strategi kerja tertentu demi keberhasilannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Mardikanto, 2015:167). Tentang hal ini, secara konseptual, strategi sering diartikan dengan beragam pendekatan, seperti:

Pertama, strategi sebagai suatu rencana. Uni Papua Getasan memiliki perencanaan yang baik dan teraarah, namun terdapat juga perencanaan yang

(21)

pemuda di Getasan. Sedangkan rencana jangka pendek, Uni Papua melakukan kegiatan-kegiatan, seperti CAC yang dilakukan setiap tahun, menanam pohon, donor darah, latihan sepak bola dan marayakan bulan puasa. Untuk setiap kegiatan jangka pendek tersebut selama ini sudah berjalan dengan baik dan terlaksana. Namun, berdasarkan observasi dan wawancara, peneliti menemukan ada beberapa perencanaan kegiatan yang belum terlaksana yaitu melakukan

penyuluhan HIV/AIDS ke sekolah-sekolah, hal ini diakibatkan kurangnya koordinasi dalam internal Uni Papua yang tidak berjalan dengan baik sehingga jarang antar pengurus bertemu untuk bertemu secara langsung dan membicarakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan.

Kedua, strategi sebagai kegiatan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan Uni Papua selama ini berjalan dengan baik dan membawa dampak positif bagi anak sehingga anak dapat merubah kebiasaan lama yang kurang baik berubah menjadi kebiasaan yang menguntungkan. Perubahan yang terlihat saat ini adalah terjalinnya hubungan kebersamaan dan kekompakkan saat latihan walaupun cuaca yang tidak bersahabat. Contohnya, kegiatan penanaman pohon juga anak terlihat kompak walaupun hujan deras dan angin kencang pada waktu itu mereka tetap datang untuk menanam. Berikutnya juga, ketika Uni Papua mendapatkan sponsor anak didik diajak pengurus untuk makan bersama di warung makan disekitaran Getasan. Selain itu, anak memiliki sikap saling percaya dan menghargai satu sama lainnya. Sikap itu terjadi pada saat latihan sepak bola, awalnya ketika tidak saling mengenal anak tidak mudah percaya dengan temannya, dimana anak akan takut passing bola karena belum saling mengenal, tetapi sikap itu sudah berubah dan sekarang anak-anak sudah saling percaya dan

tidak takut-takut untuk bermain bersama. Pada saat di lapangan anak didik memiliki sikap menghargai yang pada awalnya tidak mau mendengarkan, namun

(22)

bertanggungjawab terhadap alam dengan melestarikan alam dengan cara menanam pohon. Saat pelatihan sepak bola juga diajarkan anak untuk bertanggungjawab ketika kehilangan bola dari kakinya dan dituntut merebut kembali bola tersebut. Di Uni Papua, anak dilatih mendisiplin diri dan menghargai waktu pada saat latihan dilakukan, anak juga diajarkan untuk menjaga pola makan dan disiplin pada saat belajar. Contoh nyata, dalam latihan

sepak bola anak diajarkan agar pada saat latihan harus hadir tepat waktu dan kalau anak tersebut terlambat akan mendapatkan hukuman push up 10 kali atau keliling lapangan sebanyak 3-5 kali. Kemudian, yang menjadi hal yang terpenting dan selalu diingatkan oleh pelatih kepada anak adalah tidak merokok, tidak minum-minuman keras dan free sex. Ketika ada anak yang kedapatan merokok, anak akan diberi hukuman lebih berat serta diberi pengarahan agar tidak mengulangi hal yang serupa.

Ketiga, strategi sebagai suatu instrument. Dalam strategi ini, Uni Papua memiliki tujuan pertama yaitu loyal dengan anak didiknya, loyal dengan visi dan misi serta loyal dengan masyarakat. Loyal dengan anak, artinya para pengurus dan pelatih walaupun tidak dibayar atau mendapatkan imbalan, mereka tetap berkomitmen untuk melatih dan mengikutsertakan anak dalam kegiatan-kegiatan sosial yang mendidik. Untuk loyalitas yang berikutnya, para pengurus dan pelatih loyal terhadap visi-misi Uni Papua untuk membangun karater anak walaupun banyak masalah yang dihadapi. Kemudian loyal dengan masyarakat, yaitu dengan mengikutsertakan masyarakat dan selalu berbaur dengan masyarakat dalam kegiatan-kegiatan yang ingin dilakukan. Contohnya, sikap loyal yang dilakukan pengurus Uni Papua mendapat tanggapan dari masyarakat

dengan mengikuti kegiatan-kegiatan sosial dengan selalu mengundang masyarakat untuk mengambil bagian dalam kegiatan tersebut.

(23)

strategi yang dilakukan dengan latihan sepak bola, karena dalam latihan kami menanamkan nilai-nilai, seperti yang dikatakan bahwa17:

Yang paling penting yang saya tanamkan untuk anak-anak itu kekompakkan, kebersamaan, kesopanan, bertanggungjawab, kepercayaan terus respect terhadap sesama teman, pelatih maupun lawan. Jadi, harus saling menghargailah. Kan kita habis latihan kita suruh yang kita kasih latihan menceritakan apa yang kita kasih latih tadi bagaimana atau kurang dimana terus yang apa yang bisa mereka ambil (tujuan apa yang didapat dari latihan).

5.2. Strategi Pemberdayaan Dalam Penguatan Kelembagaan

Pemberdayaan pada hakikatnya adalah untuk memperkuat daya (kekampuan dan posisi-tawar) agar masyarakat semakin mandiri. Karena itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai proses penguatan kapasitas. Yang dimaksud dengan kapasitas adalah kemampuan (individu, kelompok, organisasi, dan kelembagaan yang lain). Yang dimaksudkan adalah kemampuan komunitas sepak bola sosial Uni Papua Getasan menjadi basis untuk mengembangkan keterampilan dan kompetensi anak didik hingga mampu dapat berubah dari perilaku yang kurang baik berubah menjadi anak yang memiliki moral dan etika yang baik. Oleh karena itu, terdapat peran yang dimainkan dalam penguatan kelembagaan, diantaranya:

Kapasitas adalah kemampuan (individu, kelompok, organisasi dan

kelembagaan lain). Peningkatan kapasitas individu lebih condong pada usaha

untuk meningkatkan kemampuan anak didik di Uni Papua Getasan agar mereka mampu memanfaatkan semua potensi dan kemampuan yang ada pada dirinya untuk dapat dimanfaatkan demi kemajuan masyarakat sekitarnya. Upaya peningkatan kapasitas individu ini meliputi usaha-usaha pembelajaran baik dari ranah pengetahuan, sikap atau penyadaran kritis dan keterampilannya. Pengembangan kapasitas merupakan bagian yang penting di dalam berbagai aspek kehidupan terutama pada komunitas sepak bola sosial Uni Papua di Getasan. Di Uni Papua anak diberdayakan dan diberi kemampuan dengan menanamkan nilai-nilai sosial, seperti, toleransi, kerjasama, bertanggung jawab

17 Wawancara dengan Yakonias Aiboy dan Yesaya Sampari serta Leunard Leonardo Runi sebagai

(24)

dan anak diajarkan untuk tidak merokok, minum alkohol dan free sex. Penguatan kemampuan anak dikemas ke dalam kegiatan-kegiatan sosial yang ada di masyarakat salah satu contoh program CAC (Coaching Across Continents), dimana anak diajarkan langsung menggunakan games-games yang didalamnya sudah diselipkan pengetahuan agar anak dapat saling mengenal satu sama dan terhindar dari hal-hal yang negativ. Yang terpenting dari games - games anaka

dapat bermain dan tertawa bersama, terhibur dan mengispirasi.

Dengan demikian pengembangan kapasitas individu (anak didik), adalah segala upaya untuk memperbaiki atau mengembangkan mutu karakteristik pribadi anak agar lebih efektif, efisien, baik didalam entitasnya maupun dalam lingkup global. Pengembangan kapasitas pribadi yang dimaksudkan nilai-nilai perilaku, merujuk kepada kebiasaan, norma, dan etika pergaulan yang lain, baik yang dipelihara didalam sistem sosial tertentu, maupun dalam pergaulan yang lebih luas dengan individu yang berasal dari sistem sosial yang berbeda latar belakang budaya.

Pemahaman mengenai pengembangan masyarakat sebagai sebuah proses juga harus diikuti dengan usaha peningkatan kapasitas yang terus menerus (kapasitas bukanlah sesuatu yang pasif melainkan berkelanjutan). Keluaran dari proses pengembangan yang dilakukan Uni Papua Getasan terhadap anak-anak didik bukanlah suatu kondisi yang berhenti pada sebuah titik tertentu saat tujuan pengembangan itu dinyatakan tercapai, namun secara terus menerus dilakukan oleh pengurus, pelatih agar anak tidak berhenti pada satu titik melainkan selalu disadarkan dan diingatkan melalui kegiatan-kegiatan, seperti, setiap tahun diadakan tanam pohon. Kegiatan ini terus dilakukan agar anak dapat

benar-benar memiliki kesadaran untuk selalu melestarikan alam dengan menanam dan tidak membuang sampah sembarang. namun keluarannya harus

(25)

Dalam siklus pengembangan anak-anak didik di Uni Papua Getasan merupakan proses peningkatan kapasitas yang dilakukan secara berulang-ulang sehingga kesadaran menjadi budaya dan bagian dari masing-masing individu dalam masyarakat.

Pengembangan kapasitas berikutnya adalah sumber daya manusia

merupakan pusat pengembangan kapasitas. Sumber daya manusia merupakan

tonggak keberlanjutan individu maupun organisasi. Oleh karenanya, hal yang paling ditekankan di Uni Papua Getasan adalah menciptakan anak-anak yang memiliki karakter dan memiliki moral yang baik dengan selalu memberikan pendidikan karakter yang dimulai dari hal-hal kecil, seperti dalam latihan sepak bola diajarkan untuk disiplin terhadap waktu latihan, anak diajarkan untuk memimpin teman saat berlatih dan setelah selesai latihan tidak lupa pelatih selalu menekankan agar menjauhi hal-hal negativ dan ketika lapangan di penuhi sampah, maka secara sadar anak langsung mengangkat dan membuang sampah pada tempat. Dengan demikian, pengembangan ini lebih menitikberatkan pada pendidikan karakter dimana suatu anak akan menjadi anak yang berguna untuk bangsa.

Pengembangan kapasitas yang terakhir adalah kelembagaan dalam arti

luas mengenai perilaku dan nilai-nilai. Komunitas Uni Papua adalah

komunitas yang bergerak dalam bidang sosial yang berhubungan dengan pembinaan generasi muda lewat kegiatan positif, yaitu sepak bola dan kegiatan-kegiatan sosial lainnya. Kelembagaan atau aturan main yang menjadi pegangan bersama di Uni Papua Getasan adalah tidak boleh berkata kotor dan setiap habis latihan mengumpulkan sampah. Aturan ini berlaku pada ana-anak didik, pelatih

serta pengurus. Ketika ada yang ketahuan mengeluarkan kata kotor, maka anak, pelatih ataupun pengurus akan mendapatkan hukuman push up 10 kali atau

(26)

sanksinya anak tidak izinkan pulang. Dengan demikian, kedua aturan yang dibuat bersama merupakan aturan yang ini merupakan aturan yang harus ditaati dan mendidik anak maupun pelatih agar menjaga kalimat yang diucapkan dan membiasakan diri untuk menjaga lingkungan.

5.3. Strategi Pemberdayaan Sepak Bola Sosial Dalam Rangka

Meminimalisir Isu SARA di Getasan

Permberdayaan pada hakikatnya adalah kemampuan membangun nilai-nilai bersama yang mampu memberikan penguatan bagi setiap orang atau kelompok untuk bertindak menggapai harapan-harapan yang diinginkan. Dalam perspektif inilah, John Friedmann (1992) mengatakan pemberdayaan masyarakat pada hakikatnya adalah nilai kolektif pemberdayaan individual yang berlangsung dalam suatu proses. Dengan demikian, pemberdayaan dimaknai secara konseptual oleh peneliti sebagai bentuk penyadaran, pengkapsitasan dan pendayaan dilakukan bagi individu dan masyarakat sebab pemberdayaan akan membentuk nilai-nilai kolektif untuk “menutup” kelemahan-kelemahan guna mengantisipasi atau meminimumkan ancaman-ancamanya. Distilulah dimaknai pemberdayaan sebagai pola pikir.

Secara konseptual, proses pemberdayaan yang telah dan sedang dilakukan oleh sepak bola sosial Uni Papua Getasan perlu diapresiasi. Apresiasi ini didasarkan pada realitas aktivitas yang dilakukan yaitu : pertama, secara kelembagaan Uni Papua telah berupaya dan bekerja keras untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevalusi program kegiatan yang mereka lakukan; kedua, dalam merekrut tidak ada batasan kriteria di Uni Papua dan tidak memaksa anak maupun pelatih untuk ikut Uni Papua, karena Uni Papua lebih ke pembinaan

karakter anak; ketiga, Uni Papua hadir di cabang Getasan sebagai bentuk untuk membina anak-anak agar memiliki moral dan etika yang baik; dan Keempat, pola

pembinaan dan pengkapasitasan masyarakat (anak laki-laki, perempuan) lewat kegiatan CAC, latihan rutin sepak bola dan kegiatan-kegiatan sosial di masyarakat.

(27)

sosial. Dalam kegiatan ini, yang mengikuti adalah anak-anak didik dan pelatih maupun masyarakat setempat. Materi yang diberikan pelatih berupa permainan-permainan edukasi dengan menggunakan media sepak bola. Tujuan CAC ini dilakukan agar anak dapat saling mengenal, tidak merasa takut dan malu ketika bertemu teman baru dan terjalinnya keakraban antara satu dengan yang lain serta anak dapat bermain, bersenang-senang dan bergembira. Selain itu, para pelatih

memberikan pengetahuan kepada anak dengan memberikan permainan-permainan kecil tentang bahaya HIV/AIDS kalau tidak memakai pengaman (kondom), bahaya menggunakan narkoba dan minum-minuman beralkohol.

Latihan rutin merupakan program latihan sepak bola yang dilakukan setiap minggu dua kali agar anak dapat menyalurkan hobi dan bakatnya. Latihan ini dilakukan pada hari Selasa dan Jumat. Latihan rutin dipimpin oleh pelatih yang memiliki licensi maupun tidak. Proses latihan sepak bola diikuti dari dua kategori umur dari usia 6-14 tahun dan juga ada usia dari 15-21 tahun. Saat latihan, biasanya pelatih membagi dua kategori tersebut dan juga terdapat perbedaan cara melatih usia 6-14 tahun dengan usia 15-21 tahun. Untuk usia 6-14 tahun para pelatih selalu mengajarkan agar sebelum mulai latihan pemain diwajibkan Namun, untuk usia 15-21 tahun, materi latihan yang diberikan oleh pelatih lebih berat dan menguras tenaga karena anak dipaksa untuk lebih baik dan mengurangi kesalahan. Materi yang selalu diberikan pelatih biasanya anak diajarkan untuk membiasakan diri melakukan pemanasan lari keliling lapangan yang diberi waktu 12 menit dengan 8 putaran. Setiap anak diwajibkan untuk tidak melebihi waktu yang sudah ditentukan dan menyelesaikan 8 putaran dengan cepat dan tepat. dalam kegiatan latihan sepak bola. Para pelatih dan anak memiliki perjanjian saat

berada di lapangan maupun di luar lapangan. Aturan tersebut berupa pelarangan bagi pengurus, pelatih dan anak-anak didik agar tidak mengeluarkan kata-kata

(28)

Selain itu, sebelum memulai latihan sepak bola, para pelatih terlebih dahulu hadir di Lapangan untuk mempersiapkan materi-materi yang diajarkan sambil menunggu para anak-anak didik datang. Dan bagi para anak-anak didik yang terlambat datang akan mendapatkan hukuman push up 10 kali atau keliling lapangan 5 kali. Aturan berikutnya adalah bahwa para pelatih di larang merokok selama melatih di lapangan, kecuali merokok ketika sudah berada di rumah.

Setelah selesai latihan anak diwajibkan untuk memungut sampah yang berserakan di dalam lapangan dan setiap anak diinstruksikan minimal mengumpulkan 10 sampah dengan berbagai jenis yang ditemukan. Dengan demikian, tujuan dari aturan yang dibuat bersama adalah bentuk pendidikan kepada anak dengan menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, tidak mengelurkan kata-kata kotor, menjaga lingkungan dan anak bermain, bersenang-senang dan bergembira.

Program berikutnya adalah English Day atau setiap hari Jumat belajar bahasa Inggirs. Program ini dilakukan oleh seorang guru perempuan setiap hari Jumat sore di Lapangan sepak bola Dusun Pulihan. Guru tersebut biasanya mengajarkan anak-anak didik belajar alfabet mengunakan bahasa Inggris, belajar menghitung dengan menggunakan bahasa Inggris serta anak diajarkan untuk memperkenalkan nama dan tanggal lahir dengan pengucapan bahasa Inggris. Setiap hari Jumat anak diwajibkan untuk berbicara bahasa Inggris dengan teman-temannya. Sanksi ketika ada anak yang tidak menggunaka bahasa Inggris berupa teguran lisan dan memberi pengarahan kepada anak.

Bakti sosial merupakan program yang dilakukan Uni Papua Cabang Getasan setiap 6 bulan sekali atau setiap tahunnya. Bakti sosial berupa penanaman pohon, donor darah, buka bersama pada bulan Idul Adha dengan memberikan bantuan.

Penanaman pohon sudah dilakukan dua kali di lereng gunung Merbabu dengan bekerjasama dengan Kodim, organisasi pemuda, pemerintah setempat, Polsek

(29)

bentuk berbagi kasih kepada umat muslim di Getasan yang pada waktu itu melakukan hari raya Idul Adha. Bentuk peduli antara sesama dengan memberikan bantuan berupa baju Koko dan bantuan berupa hewan kurban kepada masyarakat. Pada waktu itu buka bersama dilakukan dengan anak-anak didik, Babinsa Desa Tajuk, Bapak Camat Getasan serta organisasi pemuda. Hal yang sama juga dikemukakan oleh sekretaris Karang Taruna Budi Prayetno18 di kediamannya Dusun Puyang pada 12 Desember 2016, bahwa “keterlibatan untuk karang taruna itu seperti kegiatan penanaman dalam istilah go green dan kegiatan-kegiatan semisal bakti sosial dan bahkan dulu pernah ada kegiatan-kegiatan dari Uni Papua melibatkan karang taruna juga itu untuk buka bersama waktu bulan puasa seperti itu. Dulu juga pernah ada program seperti donor darah”.

Dengan program pemberdayaan yang sudah dilakukan Uni Papua Cabang Getasan membawa dampak positif untuk meredam atau meminimalisir isu SARA yang terjadi di Uni Papua Getasan. Pada kesempatan ini, sikap warga desa terhadap organisasi Uni Papua yang baru dikenalnya menimbulkan perilaku yang seolah-olah curiga dan ragu-ragu terhadap kehadiran Uni Papua Getasan. Disatu sisi sebagian masyarakat mendukung dan di sisi yang lain ada tidak mendukung. Namun, dengan seiiring perkembangan Uni Papua dengan berbagai program yang ditawarkan ke masyarakat, maka isu SARA saat ini mulai berkurang. Salah satu ukuran berkurangnya adanya peningkatan keikutsertaan anak dalam kegiatan rutin sepak bola Uni Papua. Sebelum isu SARA menjadi isu yang sangat besar, jumlah peserta didik yang mengikuti Uni Papua berjumlah 80-an anak, tetapi karena goncangan isu SARA maka ada penurunan yang cukup drastis mencapai 30 anak, tetapi sekarang dengan berbagai kegiatan-kegiatan bakti sosial yang dilakukan

Uni Papua masyarakat tersadarkan dan semakin percayaa dengan bertambahnya peserta didik yang dari 30 anak menjadi 43 anak sampai sekarang ini. Berdasarkan

hasil temuan saat wawancara dengan Meshak Riwanto bahwa: Kalo saya pernah mengikuti penyuluhan dari Uni Papua khususnya anak saya tentang programnya Uni Papua itu memang sangat membantu sekali untuk anak-anak

18 Wawancara dengan Bapak Budi Prayetno sebagai Sekretaris Karang Taruna pada 12 Desember

(30)

remaja ataupun anak kecil untuk mendidik anak-anak itu menjadi mandiri dan menjadi berprestasi itu kalo menurut pendapat saya karena memang itu sangat beruntung sekali Uni Papua ada di Getasan.

Dengan demikian, secara ideal, pemberdayaan masyarakat perlu dilakukan pertama-tama lewat character building atau proses penyadaran dan

Gambar

Gambar 5.1 Sosialisasi Ke Sekolah-Sekolah
Gambar 5.2. Coaching Acroos Continents Tahun 2016
Gambar 5.3  Proses Latihan Rutin Sepak Bola Uni Papua Cabang Getasan
Gambar 5.4  Penanaman Pohon dan Donor Darah
+2

Referensi

Dokumen terkait

Bahwa kebijakan Kepolisian Republik Indonesia Bidang Pelayanan Publik Lalu Lintas kota Bandar Lampung telah memberikan beberapa kebijakan antara lain dalam bidang angkutan

Walaubagaimanapun tidak dinafikan bahawa melalui pengenalan teknologi ini ke dalam sistem pendidikan dilihat berupaya mengundang pelbagai elemen kebaikan sebagaimana yang dinyatakan

Upaya penanggulangan tindak pidana pembobolan mesin ATM melalui sarana penal dilaksanakan oleh Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung dengan cara melakukan

Sedangkan indikator yakin terhadap kelebihan yang membuatnya mampu menjadi guru memperoleh nilai rerata yang rendah, dengan demikian indikator tersebut

Pengalaman yang diperolehi melalui karnival ini sangat berguna dan sebagai seorang guru pada kelak hari, saya dapat mengaplikasikan pengetahuan saya untuk mengelolakan

Perencanaan pembelajaran dikembangkan berdasarkan hasil analisis dan refleksi pada tindakan siklus I. Rencana pembelajaran yang dibuat diupayakan agar dapat mengatasi

Pada masa pasca krisis ekonomi terdapat gejolak perbaikan saat periode tahun 1999 dengan sedikit kenaikan yang mencapai laju pertumbuhan 0,79 persen dengan nilai pertumbuhan

Persamaan reaksi didefinisikan sebagai persamaan yang menyatakan kesetaraan jumlah zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia dengan menggunakan rumus kimia.. Dalam reaksi