• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA BIDANG PELAYANAN PUBLIK LALU LINTAS KOTA BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEBIJAKAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA BIDANG PELAYANAN PUBLIK LALU LINTAS KOTA BANDAR LAMPUNG"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA BIDANG PELAYANAN PUBLIK LALU LINTAS

KOTA BANDAR LAMPUNG

(JURNAL ILMIAH)

Oleh

FAHMAN MUNDACA 1342011066

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

KEBIJAKAN KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA BIDANG PELAYANAN PUBLIK LALU LINTAS

KOTA BANDAR LAMPUNG

Oleh:

Fahman Mundaca, Charles Jacson, Upik Hamidah

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

HP: 08117990305

e-mail: fahmanmundaca03@gmail.com

Banyaknya tugas-tugas Pemerintah yang dilakukan oleh para aparatnya telah di atur dalam Ketentuan Peraturan perundang-undangan. Hal tersebut tidak akan mencapai tujuannya bila ketentuan peraturan yang tertulis itu harus dilakukan dengan kaku. Hukum yang baik bukanlah merupakan suatu norma yang tertulis dengan indahnya dalam suatu buku tetapi apa yang dilakukan oleh petugas termasuk kebijakan yang harus di perbuat guna mengatasi masalah yang sedang terjadi, professional petugas di tuntut untuk bertindak guna menerapkan hukum sehingga dapat berjalan secara efektif. Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah: bagaimana pelaksanaan kebijakan Kepolisian Republik Indonesia bidang pelayanan public lalu lintas kota Bandar Lampung dan faktor apakah yang menghambat pelaksanaan kebijakan Kepolisian Republik Indonesia bidang pelayanan public lalu lintas kota Bandar Lampung.

Metode penelitian yang di gunakan skripsi ini menggunakan metode pendekatan Normatif dan empiris.Sumber data terdiri dari data skunder dan primer.Tekhnik pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan dan studi lapangan.Pengolahan data dilakukan dengan cara pemeriksaan data sistematis data.Analisis data dilakukan secara kualitatif.

(3)

ABSTRACT

THE POLICY OF INDONESIAN NATIONAL POLICE OF PUBLIC SERVICE - TRAFFIC UNIT IN BANDAR LAMPUNG

By:

Fahman Mundaca, Charles Jacson, Upik Hamidah

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145

HP: 08117990305

e-mail: fahmanmundaca03@gmail.com

The big number of governmental tasks performed by the provincial officers has been regulated in the provisions of legislation. The objective will fail to achieve if the written provisions of the rules have to be rigidly applied. A good law is not merely a well written norm of a book but it is more what officials can do including policies application to solve current problems, the professional officers are required to perform action in order to apply the law to work effectively. The problems in this research are formulated as follows: how is the policy implementation of Indonesian National Police of Public Service - Traffic unit of Bandar Lampung? and what are the inhibiting factors of the policy implementation of Indonesian National Police of Public Service - Traffic unit of Bandar Lampung?

This research applied normative and empirical approaches. The data sources consisted of secondary and primary data. The data collecting techniques were carried out through library study and field study. The data processing was done using examination of systematic data. Then the data were analyzed qualitatively.

The result of the research showed that there were several policies issued by the Indonesian National Police of Public Service - Traffic unit of Bandar Lampung, among others: the regulation of special freight transport, the provision of Driving License, the implementation of route permits, joint duties, the regulation of improper transportation, helmets policy; in which all policies were regulated in accordance with reference to the provisions of the laws and regulations that have met all the existing procedures. There were several inhibiting factors regarding the policy of the Indonesian National Police of Public Service - Traffic unit of Bandar Lampung, included: the lack of human resources who dare to take risks due to the policies above, the disciplinary loyalty to superiors, the occurrence of multiple interpretations of the provisions of the Law and regulations of traffics, the arrogance against the police officers on the roads.

(4)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ketentuan Undang-Undang yang di buat oleh badan legislatif bersama dengan presiden harus di jadikan pedoman oleh pelaksanaan tugas-tugas pembangunan maupun pelayanan publik yang di lakukan oleh pemerintah. Begitu juga ketentuan dalam pasal 14 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara untuk melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol dalam kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan menyelenggarakan segala kegiatan untuk menjamin keamanan, ketertiban, kesadaran hukum masyarakat dan ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan Undang-Undang serta memelihara ketertiban dan keamanan umum.

Sebagai suatu institusi kepolisian sebagai salah satu penegak hukum di Indonesia memiliki tujuan untuk memberikan perlindungan dan pelayanan publik bagi masyarakat. Institusi kepolisian sebagai lembaga tingkat pertama yang menangani suatu perkara sebelum di limpahkan ke pengadilan dengan melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap suatu perkara.Untuk menjalakan tugasnya pihak kepolisian tidak dapat selalu berpedoman dengan Undang-Undang yang di buat oleh badan legislatif karena kehidupan masyarakat selalu berkembang dengan pesat sedangkan peraturan yang sudah di buat tidak selamanya dapat menampung dan menyelesaikan permasalahan yang di

hadapi oleh masyarakat secara komplek.1

Petugas dikatakan berhasil apabila terdapat kesesuaian diantara apa yang tercantum dalam Undang-Undang lalu lintas dan yang dilakukan oleh para petugas hukum, sedangkan petugas hukum itu dikatakan gagal apabila terjadi ketidak cocokan diantara janji-janji hukum atau cita-cita hukum dengan pelaksanaannya pada kehidupan masyarakat khususnya di jalan raya. Dalam hubungan inilah tampil para petugas hukum sebagai orang-orang yang di tuntut untuk memiliki kualitas kejiwaan, pengetahuan, dan keterampilan tertentu agar pelaksanaan Undang-Undang khsusnya di jalan raya dapat berhasil penerapannya.

Kenyataan yang demikian skaligus izin mengemukakan bahwa penyesuaian dijalan raya proses hukum itu bukan berjalan seperti suatu mesin otomatis, melaikan suatu proses yang penuh syarat dengan kreatifitas sehingga oleh karena itu para penegak hukum di tuntut untuk memenuhi berbagai kualitas seperti energi, intelegensi, professional, kejujuran, serta kesungguhan.2

Tugas pembangunan di segala bidang akan terus di laksanakan bahkan di tingkatkan dan di perluas. Dengan demikian maka peningkatan kebutuhan transportasi akan semakin tinggi pula, khususnya penggunaan

1

. Ridwan HR. Hukum Administrasi Negara, PT. Raja Grapindo Persada Jakarta. Halaman 98

2

(5)

kendaraan bermotor. Transportasi melalui jalan darat merupakan modal transportasi yang paling dominan di bandingkan dengan modal trasnsportasi lainnya. Oleh karena itu, masalah yang paling pelik di hadapi oleh hamper semua kota di Indonesia adalah kemacetan, kesemrautan, dan kecelakaan lalu lintas, serta pencemaran udara. Penanganan masalah transportasi perkotaan yang kurang hati-hati dan kurang terpadu tidak akan dapat memecahkan masalah tersebut secara teapat dan baik. Kondisi ini justru cenderung menimbulkan masalah baru yang dapat menambah komplek serta rumitnya permasalahan transportasi yang telah ada di kota besar.

Apabila di perhatikan persoalan lalu lintas dan angkutan di kota-kota besar pada dasarnya disebabkan oleh:

a. Pertumbuhan penduduk di kota-kota besar yang sangat pesat yaitu berkisar antara 3%-5% pertahun.

b. Perkembangan kota tidak diikuti dengan struktur tata guna tanah yang serasi, hal ini di sebabkan oleh tidak konsistennya rencana umum tata ruang yang telah di ciptakan.

c. Tidak seimbangnnya tambahan jaringan jalan serta fasilitas lalu lintas dan angkutan bila di bandingkan dengan pertumbuhan jumlah kendaraan. Pertambahan jumlah kendaraan berkisar antara 8%-12% pertahun. Jika pertumbuhan ini tidak dikendalikan, dikhawatirkan terjadi kemacetan total yang hamper terjadi di kota-kota besar Indonesia pada masa yang akan datang.

d. Penggunaan kendaraan pribadi kurang efisien. Pada sebagian besar lintasan-lintasan di pusat kota Bandar Lampung pada jam sibuk terlihat bahwa hanya sekitar 4% dari kendaraan pribadi yang di muati oleh 4 orang penumpang, sementara itu sekitar 82% kendaraan pribadi yang dimuati oleh 1 sampai 2 orang saja.

e. Kualitas dan jumlah kendaraan angkutan umum yang belum memadai. Sarana dan prasarana, terminal dan system pengadilan pelayanan angkutan umum belum berhasil di data secara konsepsional. Sistem pelayanan angkutan umum yang ada belum mampu menarik minat pemakai kendaraan pribadi untuk beralih ke angkutan umum.

f. Kurangnya peranan kereta api sebagai angkutan masal di kota Bandar Lampung3

Berdasarkan pengamatan dan analisis situasi kondisi lalu lintas di kota Bandar Lampung dewasa ini semakin padat menyebabkan terjadinya kemacetan lalu lintas, di tambah lagi sarana dan prasarana lalu lintas seperti lampu pengatur lalu lintas yang kadang-kadang mati sehingga menambah kemacetan dimana-mana. Disinilah peran polisi lalu lintas sebagai petugas harus melakukan ke bijakan dengan tidak harus berpedoman kepada rambu-rambu lalu lintas yang ada.

Exsitensi penyelenggaraan lalu lintas yang aman dan tertib bukan sekedar persoalan bagaimana menyediakan

3

Iskandar Abu Bakar, Menuju Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Raya Yang Tertib.

(6)

sarana dan prasarana lalu lintas yang memadai saja, bukan pula sekedar persoalan undang-undang tersebut mengatur secara baik perihal mengenai manajemen dan rekayasa lalu lintas.Lebih dari itu penyelenggaraan lalu lintas.Lebih dari itu penyelenggaraan lalu lintas sesungguhnya berkaitan erat dengan persoalan bagaimana Undang-Undang lalu lintas dan angkutan jalan dapat memberikan unsur pendidikan atau pembinaan bagi para pengguna jalan serta bagaimana pula penegakkan hukum dari Undang-Undang yang bersangkutan dapat berjalan secara efektif.

Aneka masalah-masalah tersebut di atas seyogyanya menjadi tujuan yang dapat di wujudkan melalui Undang-Undang yang mengatur lalu lintas dan angkutan jalan.Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Suryono Sukamto bahwa salah satu tujuan dari peraturan lalu lintas dan angkutan jalan adalah untuk merubah pola-pola perilaku warga masyarakat di sector kepentingannya untuk menggunakan jalan raya.Oleh karena itu, masalah tersebut berkaitan erat dengan membentuk kesadaran hukum serta berprosesnya persoalan tersebut dalam kebudayaan struktur sosial masyarakat.Melihat pernyataan tersebut polisi lalu lintas sebagai pintu gerbang utama guna melaksanakan peraturan.Untuk membentuk kesadaran hukum, maka di perlukan manusia-manusia yang memerintah untuk bersikap adil dalam memberikan kebijakan untuk menerapkan ketentuan atau peraturan yang ada.4

4

Suryono Sukamto, Suatu Tinjauan Sosiologi Terhadap Amsalah-Masalah Sosial. Halaman 31. 1982. Alumni Bandung.

Kondisi seperti ini harus terjelma melalui tangan-tangan petugas penegak hukum yang professional yang tidak saja berdasarkan ketentuan aturan hukum yang termuat pada isi Undang-Undang tetapi penyelenggaraan petugas pemerintah maupun pembentukan hukum untuk melaksanakan kebahagiaan dan kesejahtraan bagi pihak-pihak yang diaturnya.

Dalam rangka pelaksanaan Undang-Undang atau pemerintah tidak kaku di terapkan diperlukan kebijakan-kebijakan atau kebebasan bertindak. Polisi lalu lintas dalam mengatur ketertiban dan kelancaran di jalan raya juga memerlukan apa yang di sebut kebijakan dalam hukum administrasi negara terkenal dengan diskresi.

B.Rumusan Masalah

Adapun yang dijadikan masalah dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah kebijakan kepolisian Republik Indonesia bidang pelayanan publik lalu lintas kota Bandar Lampung. b. Faktor-faktor apakah yang

menghambat kebijakan kepolisian Republik Indonesia bidang pelayanan publik lalu lintas kota Bandar Lampung.

II. METODE PENELITIAN

(7)

peraturan perundang-undangan yang berlaku secara yuridis formal, sertaber hubungan dengan hal-hal yang di bahas, khususnya kebijakan kepolisian Negara Republik Indonesia bidangpelayanan public lalu lintas kota Bandar Lampung. Dan pendekatan empiris yaitu melihat kenyataan yang berlaku terhadap peraturan-peraturan hukum yang berhubungan dengan kebijakan kepolisian Negara Republik Indonesia bidang pelayanan public lalu lintas kota Bandar Lampung.

Sumber data terdiri dari data sekunder dan primer. Data skunder diperoleh dari study kepustakaan yang bersumber dari literatur-literatur yang mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, laporan-laporan hasil penelitian, perundang-undangan dan peraturan-peraturan lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang ada pada skripsi ini. Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lapanga nmelalui wawancara dengan pihak yang berwenang serta merupakan sumber utama dalam peneltian ini.

Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. 2 (dua) orang polisi lalu lintas kota yang bertugas di kesatuan Lalu Lintas Kota Bandar Lampung.

b. 3(tiga) orang pengemudi kendaraan bermotor setiap hari beroprasi sebagai pengemudi angkutan kota Bandar Lampung.

Setelah semua data terkumpul kemudian data dianalisis secara kualitatif untuk mendapatkan suatu kesimpulan.

III. PEMBAHASAN

A.Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Lalu Lintas

Berdasarkan Pasal 177 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010, Dilantas bertugas menyelenggarakan kegiatan lalu lintas yang meliputi pendidikan masyarakat Lalu Lintas, penegakan hukum, pengkajian masalah lalu lintas , administrasi Regident pengemudi serta kendaraan bermotor, melaksanakan patroli jalan raya antar wilayah, serta menjamin Kamseltibcarlantas.

Dalam melaksanakan tugasnya tersebut, ditlantas menyelenggarakan fungsi:

a. Pembinaan lalu lintas kepolisian b. Pembinaan partisipasi

masyarakat melalui kerja sama lintas sektoral, dikmaslantas, dan pengkajian masalah di bidang lalu lintas

c. Pelaksanaan operasi kepolisian bidang lalu lintas dalam rangka penegakan hukum dan ketertiban lalu lintas.

d. Pembinaan administrasi registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor serta pengemudi

e. Pelaksanaan patrol jalan raya dan penindakan pelanggaran serta penanganan kecelakaan lalu lintas dalam rangka penegakan hukum lalu lintas, serta menjamin kamseltibcarlantas di jalan raya

f. Pengamanan dan penyelamatan masyarakat pengguna jalan g. Pengumpulan dan pengolahan

(8)

B.Kebijakan Kepolisian Negara Republik Indonesia Bidang Pelayanan Publik Lalu Lintas Kota Bandar Lampung.

Dalam pelaksanaan tugas pembangunan yang ada di kota Bandar lampung dewasa ini banyak sekali sarana dan prasarana jalan di bangun dengan pemerintah bekerja sama dengan swasta, untuk tugas pembangunan tersebut diperlukan berbagai bahan material yang terdiri dari semen, batu, bata, dan lain-lain.

Semua kebutuhan bahan baku tersebut tidak tersedia di kota Bandar lampung, tapi ada di luar kota Bandar lampung. Begitu juga sarana angkutan untuk membawa material tersebut dan tempat tertentu diluar daerah di kota Bandar Lampung. Sarana yang di gunakan adalah truk, mobil angkutan barang ini akan melintasi kabupaten, kota, dalam rangka memenuhi material kebutuhan pembangunan di kota Bandar Lampung. Dapat di bayangkan hiruk pikul dari kemacetan lalu lintas yang akan terjadi bila angkutan material di oprasionalkan serta memasuki kawasan kota Bandar Lampung. Pada saat kondisi lalu lintas sedang ramai untuk mengatasi kemacetan, yang di sebabkan oleh alat pengangkutan material pembangunan itu pemerintah daerah melalui dinas perhubungan memberikan kebijakan bidang pelayanan public kepada para pengusaha jasa angkutan barang untuk membawa muatan memasuki kawasan kota Bandar Lampung, guna memasok keprluan pembangunan pakaah berupa material aspal atau batu-batu split serta semen untuk pengecoran. Dengan diberikan kebijakan kepada pengusaha jasa angkutan barang

khusus maka kendaraan-kendaraan bermotor khusus tersebut akan memasuki kawasan kota Bandar Lampung pada jam-jam yang di tentukan.

Pemerintah Kota Bandar Lampung yang sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan guna memberikan pelayanan yang baik kepada warganya serta untuk memberikan perlindungan dalam mewujudkan kesejahtraan, demi terciptanya keadilan yang diamanatkan oleh sila dari Pancasila berupa keadilan sosisal bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan adanya kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah acap kali membuat beberapa ruas jalan di kota Bandar Lampung mengalami kemacetan, palagi bagi daerah-daerah yang memang sudah tidak asing lagi dilanda kemacetan pada waktu-waktu tertentu. Polisi lalu lintas sebagai petugas yang bertanggung jawab untuk mengawasi jalan-jalan yang ada agar kondisi lalu lintas menjadi lancer, aman dan tertib harus bertindak cepat tanpa menunggu instruksi atau perintah yang yang diberikan oleh lampu pengaturan lalu lintas. Oleh karena itu walaupun lampu pengatur lampu lalu lintas berfungsi dengan baik, tapi jika kondisi lalu lintas sedang macet maka tindakan professional polisi lalu lintas untuk mengabaikan perintah lampu lalu lintas beupa tindakan untuk memberhentikan arus lalu lintas dan atau pemakai jalan tertentu:

1. Memerintahkan untuk pemakai jalan untuk jalan terus

(9)

Melihat hal yang dilakukan oleh polisi lalu lintas tersebut di atas timbul pertanyaan apakah tindakan petugas polisi lalu lintas itu merupakan pelanggaran. Peneliti menilai hal itu dapat saja dilakukan mengingat petuas polisi lalu lintas dalam melaksanakan tugas dan wewnangnya dapat bertindak menurut penilaian nya sendiri, sepanjang hal itu dilakukan dengan alasan-alasan yang rasional serta dalam keadaan yang sangat perlu untuk kepentingan umum yang dikenal dengan diskresi.

Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan pasal 77 dikatakan bahwa setiap pengemudi kendaraan bermotor wajib memiliki surat izin mengemudi. Isi surat tersebut merupakan surat izin yang diberikan pada seseorang yang telah memiliki pengetahuan tentang undang-undang lalu lintas jalan dan peraturan-peraturan lainnya yang berhubungan dengan masalah tersebut, dan memiliki kemampuan serta syarat-syarat lain yang di tentukan oleh Undang-undang dikeluarkan oleh Kepolisian Republik Indonesia sebagai sarana indentifikasi dan registrasi kendaraan bermotor. Dengan bertitik tolak pada pengertian surat izin mengemudi jelaslah bahwa surat izin tersebut diberikan pada seseorang yang sehat fisik dan mampu mengemudikan kendaraan bermotor di jalannya. Kemampuan mengemudikan kendaraan bermotor meupakan syarat mutlak yang dituntut guna menghindari hal-hal yang tidak di inginkan di jalan raya. Pembuat Undang-undang telah memberikan peringatan yang sangat hati-hati, agar surat izin mengemudi tidak jatuh

atau dimiliki oleh orang-orang yang profesional di bidangnya terutama dalam mengwmudikan kendaraan bermotor di jalan raya. Peringatan ini menunjukan bahwa untuk memiliki surat izin mengemudi di pemohon harus melalui cara-cara yang lazim di tentukan oleh undang-undang.

Kebijakan dalam Pelaksanaan Izin Trayek Pasal 27 (2) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Berdasarkan Surar Keputusan Walikota Bandar Lampung Nomor B973/B.II/HK?2007 tentang pola jaringan trayek Angkutan umum dan bis penumpang maka setiap perusahaan wajib memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Memiliki izin usaha angkutan kendaraan bermotor sesuai dengan ketentuan perundang undangan yang berlaku.

b. Memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang baik di jalan yang di buktikan dengan surat Tanda Kendaraan Bermotor dan buku uji.

c. Memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan/pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar lokasi dan bangunan serta surat keterangan mengenai pemilikan atau penguasaan.

d. Memilki atau bekerjasama dengan pihk lain yang mampu menyediakan fasilitas pemeliharaan kendaraan bermotor sehingga dapat merawat kendaraannya untuk tetap dalam kondisi layak jalan.

(10)

masyarakat khususnya mereka yang akan menggunakan kendaraan bermotor. Provinsi Lampung merupakan pintu gerbang jasa angkutan bagi masyarakat dari pulau Sumatera ke Pulau Jawa atau sebaliknya.Banyaknya aktivitas angkutan darat yang ada khususnya angkutan barang menyebabkan beban jadi tidak mampu menopang beban yang ada, apalagi bila beban tersebut melebihi batas yang telah di tentukan. Akibatnya bila ini di lakukan oleh para pengemudi dengan memuat beban kendaraan melebihi jumlah muatan yang telah ditentukan maka kerusakan jalan akan terjadi dimana-mana. Oleh karena itu pengawsan penggunaan jalan melalui jembatan timbang terhadap kendaraan angkutan barang merupakan keharusan.Bagi pengemudi yang melanggar maka sanksi hukum harus diterapkan secara konsekuen.Tetapi kenyataan di lapangan banyak kendaraan angkutan barang yang telah melewati jembatan timbang dengan kelebihan muatan tetap jalan tanpa gangguan dari para petugas.

Provinsi Lampung merupakan pintu gerbang dari pulau Sumatera menuju pulau Jawa atau sebaliknya, untuk menuju pulau sumatera untuk arus pergerakan orang maupun barang dari pulau Jawa menuju daerah-daerah Sumatera lainnya, seperti: Palembang, PekanBaru, Banda Aceh dan provinsi lainnya di Sumatera, sehingga dapat digambarkan bahwa pembebanan perjalanan atau tinggi aktivitas perjalanan khusunya angkutan barang sangat besar yang melintas di Provinsi Lampung.

Akibat aktivitas tersebut maka kendaraan angkutan barang

seringkali dimanfaatkan untuk mengangkut barang diluar batas yang telah di tentukan (kelebihan muatan). Hal ini tentunya akan memberikan dampak tidak hanya terhadap pemakai jalan dan masyarakat tetapi juga kepada ruas-ruas jalan yang di lalui dan lingkungan sekitarnya. Salah satu dampak yang dapat kita lihat langsung di lapangan yaitu terjadinya percepatan kerusakan jalan, jembatan dan komdisi jalan yang labil.Oleh karena itu pengawasan penggunaan jalan dan jembatan oleh angkutan barang yang melebihi muatan sumbu terberat (MST) merupakan keharusan untuk dilaksanakan.

Perangkat pengawasan dan penggunaan jalan yang di peruntukan guna mengawasi pengguna jalan agar dapat dicegah kerusakan jalan yang di akibatkan oleh pengoprasian kendaraan di jalan yang melebihi ketentuan adalah Unit pelaksana Penimbangan Kendaran Bermotr (UPPKB) atau lebih dikenal dengan

nama “Jembatan Timabang”.

Penyelenggaraan penimbangan kendaraan bermotor di jalan di maksudkan untuk melakukan pengawasan terhadap muatan lebih, pelanggaran terhadap muatan lebih merupakan masalah yang sangat rumit sehingga penanganannya tidak dapat dilakukan secara persial tetapi harus dilakukan secara

berkesinambungan dan

komperhansif.

(11)

kendaraan angkutan barang sehingga banyak terjadi kendaraan angkutan barang yang terbalik sendiri, sumbu kendaraan patah saat berada di jalan dan kendaraan yang labil karena sarat muatan.

Pemberian kabijakan kepada kendaraan angkutan barang dengan muatan lebih dapat saja diberikan kepada para pengusaha jasa angkutan barang oleh petugas Kepolisian maupun dinas Perhubungan pada kondisi tertentu seperti kendaraan pengangkutan keperluan korban bencana alam, gempa bumi, kkorban tsunami. Selain itu diberikan dispensasi kepada kendaraan-kendaraan untuk pengangkutan bahan makanan untuk keperluan hari raya idul fitri, hari raya idul adha, hari natal maupun tahun baru.Pemberian kebijakan seperti ini dapat saja dibenarkan karena barang-baran kebutuhan seperti ini memang sangat diperlukan bagi masyarakat umum.

Bila petugas Dinas Perhubungan maupun Polisi Lalu Lintas sebagai penentu kebijakan di jalan raya akan melakukan penahanan terhadap kendaraan yang tidak layak jalan dan rawan menimbulkan hal-hal yang tidak di inginkan tentulah petugas yang melakukan hal ini dikatakan tidak professional. Apalagi penumpang yang ada di dalam bus-bus tersebut aadalah para pegawai negeri yang harus sampai ke kantornya tepat waktu. Selain itu bila di lakukan penahanan mungkin akan terjadi disharmonis antar instansi dengan para petugas di jalan raya. Dengan demikian tidak ada yang dapat dilakukan oleh Polisi Lalu Lintas maupun Petugas Dinas Perhubungan selain memberikan

dikresi, dengan membiarkan kendaraan bermotor tersebut berlalu lalang di jalan raya untuk mengantar, menjemput penumpangnya dan kebanyakan dari mereka adalah pegawai negeri yang bekerja di kantor-kantor pemerintah pusat maupun daerah.

(12)

meloloskan diri dari jerat sanksi hukum berupa tilang.

Pembentuk Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dalam pasal 106 (8) memerintahkan kepada para pengemudi kendaraan bermotor roda 2 maupun mereka yang di bonceng bila berada di jalan raya harus memakai helm. Hal ini harus dilakukan guna melindungi kepala si pengemudi maupun mereka yang di bonceng bila terjadi musibah tabrakan atau terjatuh pada saat menaiki kendaraan bermotor dijlan raya.Apalagi dewasa ini jumlah pemilik kendaaan bermotor roda dua sangat banayak.Kondisi lalu lintas dari hari ke hari semakin padat.Pemakai jalan diminta untuk ekstra hati-hati saat berkendara agar selamat sampai ketempat tujuan.Pada hari-hari tertentu seperti hari Minggu masyarakat kita banyak menyelenggarakan acara pesta perkawinan ataupun acara lainnya. Tentunya pada pesta tersebut akan dihadiri oleh para undangan berkendara roda empat atau roda dua. Bagi para undangan yang memakai kendaraan roda dua sebagai pasangan suami istri yang bertindak sebagai panitia pada acara tersebut dimana istri memakai kebaya dan rambut di sanggul.Disini tentulah istri tidak dapat menggukan helm.Polisi Lalu Lintas dalam menangani kasus seperti ini tidak dapat mengenai sanksi tilang. Kebijakan polisi lalu lintas di jalan raya menghadapi kenyaataan ini dengan ttidak mengenakan sanksi tilang merupakan diskresi dalam pelaksanaan pemakaaian helm, bagi para pengemudi kendaraan bermotor roda dua yang akan menghadiri pesta berupa perkawinan atau syukuran, khitanan dan lain-lain.

C.Faktor-faktor yang

menghambat kebijakan Kepolisian Negara Republik Indonesia bidang pelayanan publik Lalu Lintas Kota Bandar Lampung

Faktor yang menghambat kebijakan Kepolisian bidang pelayanan public lalu lintas kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut:

a. Masih kurangnya sumber daya manusia di Kepolisian Republik Indonesia bidang pelayanan public yang berani melakukan kebijakan dalam tugas jalan raya dikarenakan system komando yang sudah berlaku lama diterapkan pada Kepolisian Republik Indonesia selama ini. b. Disiplin loyalitas terhadap atasan

yang sudah terbangun sejak lama sukar untuk di hilangkan sehingga professional dinamis yang di miliki oleh personal muda kepolisian Republik Indonesia tidak dapat di terapkan dengan akibat personal Kepolisian Republik Indonesia segan untuk bertindak, takut jika tindakannya akan menjadi boomerang terhadap dirinya sendiri.

c. Terjadinya multitafsir terhadap bunyi ketentuan dalam Undang-undang Lalu Lintas maupun peraturan pelaksanaannya yang masih sangat abstrak tanpa adanya penjelasan-penjelasan sehingga masing-masing personal memberi interprestasi yang berbeda antara satu dengan yang lain dalam satu kasus yang sama.

(13)

pada tugas-tugas jalan di jalan raya banyak di lakukan hanya oleh aparat Kepolisian Negara Republik Indonesia padahal pembentuk Undang-undang telah mengamanatkan tugas di jalan raya harus dilakukan oleh berbagai instansi khususnya Kepolisian dan Dinas Perhubungan yang dahulu disingkat dinas Lalu Lintas Angkutan jalan. Tugas di jalan raya ini seringkali menimbulkan kontrofersi yang berakhir dengan tidak harmonisnya hubungan antar instansi untuk jangka waktu tertentu.

IV. PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan hal-hal yang telah dilihat pada bab-bab terdahulu maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa kebijakan Kepolisian Republik Indonesia Bidang Pelayanan Publik Lalu Lintas kota Bandar Lampung telah memberikan beberapa kebijakan antara lain dalam bidang angkutan barang khusus, pemberian surat izin mengemudi, pelaksanaan izin trayek, muatan lebih yang di izinkan, tugas gabungan, angkutan yang tidak layak, pemberian prioritas terhadap angkutan, pemakaian helm yang semua kebijakan ini di benarkan oleh Kepolsian Negara Republik Indonesia menyatakan kepada ketentuan peraturan perundangan yang telah ada, sehingga dengan demikian kebijakan yang dikeluarkan telah memenuhi semua prosedur peraturan yang telah ada.

2. Masih adanya factor penghambat kebijakan Kepolisian Republik Indonesia Bidang Pelayanan Publik Lalu Lintas kota Bandar Lampung antara lain:

a. Kurangnya sumber daya manusia yang berani mengambil resiko kebijakan di jalan raya

b. Disiplin loyalitas terhadap atasan merupakan kendala dalam melakukan kebijakan bagi personal muda, peraturan dijalan raya oleh masing-masing instansi yang masuk syarat abstrak.

c. Adanya egoargonisasi pada petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mengklaim tugas dijlan raya adalah dominan Kepolisian Negara Republik Indonesia.

B.Saran

a. Sebaiknya kebijakan Kepolisian Negara Republik Indonesia bidang pelayanan public dimasa yang akan dating terus dilakukan dengn tetap mengacu kepada ketentuan semua peraturn yang telah ada.

(14)

untuk terjadinya misscomunikasi oleh masing-masing instansi, egoorganisasi, profesi, yang ada pada personal Kepolisian Negara Republik Indonesia selama ini harus dihilangkan dan diganti dengan sifat humoris dari Kepolisian sehingga semua instansi yang bertugas dijalan raya masing-masing mempunyai rasa tanggung jawab sebagai pelengkap dari kelemahan yang dimiliki masing-masing instansi dalam mengemban tugas mulia dijalan raya.

DAFTAR PUSTAKA

Abubakar Iskandar dkk Menuju Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya

yang Tertib. Direktorat

perhubungan darat. Jakrta 1993

Andrew R Cecil, et al. Penegakan Hukum Lalu Lintas. Panduan

Bagi Paara Polisi dan

Pengendara. Bandung: Nuansa

Cendikia.

Hadiman H. Yang Perlu Diketahui

Menuju Tertib Lalu Lintas.

Ghadsa Puraeng. Jakarta, 1985

Julista Mastamu. Diskresi dan Tanggung Jawab Administrasi Pemerintah.

Kansil, ST. Hukum Tata Negara

Republik Indonesia. 1984. Bina

Aksara Jakarta.

Kansil. ST. Peraturan Melakukan

Tugas Polisi Dilapangan.

Politeia. Bogor 1993.

Kansil. ST. Peraturan Melakukan

Tugas Polisi Dilapangan.

Politeia. Jakarta 1975.

Karyadi M. Perundang-Undangan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya dengan Komentar Secara

Tanya Jawab. Politiea. Bogor,

1976

Marbun SF. Dimensi-Dimensi

Pemikiran HAN. UII

Yogyakarta. 2001

Marcus Lukman. Eksistensi

Peraturan Kebijakan dan

Bidang Perencanaan dan

Pelaksanaan Rencana

Pembangunan di Daerah serta Dampaknya terhadap Materi

Hukum tertulis Nasional.

Disertai. Bandung: Universitas

Padjajaran, 1996

Momo Kelana. Hukum Kepolisian.

Garsindo. Jakrta 1994

Pamuji S. Kepemimpinan

Pemerintahan di Indonesia.

Bina Aksara. Jakarta

Prajudi Atmosudirjo. Hukum HAN. Ghalia Indonesia 1981

Ridwan HR. Hukum Administrasi

Negara. Jakarta: PT. Raja

Grapindo Husadas 2006)

Sitompul, DPM dkk. Hukum

Kepolisian di Indonesia. Irsindo.

Bandung 1993

Soekanto, Soerjono. Inventarisasi

dan Analisis Terhadap

Perundang-Undangan Lalu

Lintas. Rajawali 1993

Soekanto, Soerjono. Penegakan

Hukum. Badan Pembinaan

Hukum Nasional. Departemen

Kehakiman. 1993

Soekanto, Soerjono. Polisi dan Lalu

Lintas.Mandar Maju. Bandung

1990

Soekanto, Soerjono. Suatu Tinjauan Sosiologi Terhadap

Masalah-Masalah Sosial. Alumni

Bandung. 1982

Referensi

Dokumen terkait

Konseptual arsiektur jaringan enterprise dibangun berdasarkan pada kebutuhan strategi distribusi data dan aplikasi serta hubungan sharing data diantara unit

pattern in lead V1, upright T waves in the right precordial leads between ages 7 days and 7 years, marked right axis deviation (particularly associated with right atrial

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui pengaruh modal, bahan baku, tenaga kerja, jam kerja, dan lama usaha terhadap pendapatan industri pembuatan tahu di

Exposure Modes AUTO, AUTO Advanced (AUTO+), Program AE, Aperture priority, Shutter priority, Manual, Sweep Panorama (2D/3D), Tele-zoom Continuous Advance Priority AE. Scene

Adapun judul PTK yang penulis laporkan adalah “Penerapan Metode Talking Stick untuk Meningkatkan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas I SD Negeri 1 Katong,

Aplikasi dilengkapi dengan fitur pencarian data barang, data penjualan, data stok barang, data pembelian, dan data keuangan secara spesifik sesuai kebutuhan

Implementasi framework laravel pada sistem informasi penyewaan kamera di rumah kamera semarang yang berbasis web, dapat digunakan untuk memudahkan pelanggan dalam

[r]