• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Peubah Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PT Bank Aceh Cabang Kuta Cane

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Faktor Peubah Motivasi Terhadap Prestasi Kerja Karyawan Pada PT Bank Aceh Cabang Kuta Cane"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Motivasi

Menurut Hasibuan (2003:142) motivasi adalah pemberian daya penggerak

yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja

efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan.

Jadi motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi

bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif, berhasil mencapai dan

mewujudkan tujuan yang telah ditentukan. Pentingnya motivasi karena motivasi

adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia,

supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal.

Herzberg (dalam Hasibuan, 2003:142), membagi motivasi kerja kedalam

2 (dua) faktor, yang diberi nama Teori Dua Faktor (Herzberg, Two Factors

Motivation Theory), yaitu :

1. Faktor yang berkaitan dengan isi pekerjaan, yang merupakan faktor intrinsik dari

pekerjaan tersebut, antara lain:

a. Tanggung jawab (responsibility), besar kecilnya tanggung jawab yang

dirasakan dan diberikan kepada seorang karyawan.

b. Kemajuan (advancement), besar kecilnya kemungkinan karyawan dapat

(2)

c. Pekerjaan itu sendiri (the work itself), besar kecilnya tantangan yang

dirasakan oleh karyawan dari pekerjaannya.

d. Pencapaian (achievement), besar kecilnya kemungkinan karyawan

mencapai prestasi kerja, mencapai kinerja yang tinggi.

e. Pengakuan (recognition), besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada

karyawan atas kinerja yang dicapai.

2. Faktor Pemeliharaan (Higiene) merupakan kelompok faktor lain yang

menimbulkan ketidakpuasan, berkaitan dengan konteks pekerjaan, berupa

faktor-faktor ekstrinsik dari pekerjaan, yaitu:

a. Kebijakan dan administrasi perusahaan (company policy and

administration, derajat kesesuaian yang dirasakan karyawan dari semua

kebijakan dan peraturan yang berlaku dalam organisasi.

b. Kondisi kerja nyaman (working condition), derajat kesesuaian kondisi

kerja dengan proses pelaksanaan tugas pekerjaannya.

c. Gaji dan kompensasi (wages or salaries), derajat kesulitan, keahlian,

pretasi, dan tanggung jawab dari gaji yang diterima sebagai imbalan

kinerjanya.

d. Hubungan antar pribadi (interpersonal relation), derajat kesesuaian yang

dirasakan dalam berinteraksi dengan karyawan yang lain. (akibat

harmonis)

e. Kualitas supervisi (quality supervisor), derajat kewajaran penyeliaan yang

(3)

Menurut Sutrisno (2009 :124), Motivasi merupakan proses psikologis

dalam diri seseorang yang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor

tersebut dapat dibedakan atas faktor internal dan faktor eksternal dari

seseorang,yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor internal meliputi:

a. Keinginan untuk dapat hidup.

Keinginan untuk dapat hidup meliputi kebutuhan untuk memperoleh

kompensasi yang memadai, pekerjaan yang tetap walaupun

penghasilan tak begitu memadai, dan kondisi kerja yang aman dan

nyaman.

b. Keinginan untuk dapat memiliki.

Hal ini banyak kita alami dalam kehidupan sehari-hari, bahwa

keinginan yang keras dapat memiliki itu dapat mendorong orang untuk

mau bekerja.

c. Keinginan untuk memperoleh penghargaan.

Seseorang mau bekerja disebabkan adanya keinginan untuk diakui,

dihormati oleh orang lain. Untuk memperoleh status sosial yang lebih

tinggi, orang mengeluarkan uangnya, untuk memperoleh uang itu pun

ia harus bekerja keras.

(4)

Keinginan untuk memperoleh pengakuan itu dapat meliputi:

1. Adanya penghargaan terhadap prestasi

2. Adanya hubungan kerja yang harmonis dan kompak

3. Pimpinan yang adil dan bijaksana

4. Perusahaan tempat bekerja dihargai masyarakat.

e. Keinginan untuk berkuasa

Keinginan untuk berkuasa akan mendorong seseorang untuk bekerja.

Apa lagi keinginan untuk berkuasa atau menjadi pimpinan itu dalam

arti positif, yaitu ingin dipilih menjadi ketua atau kepala, tentu

sebelumnya si pemilih telah melihat dan menyaksikan sendiri bahwa

orang itu benar-benar mau bekerja, sehingga iya pantas untuk menjadi

penguasa dalam unit organisasi (kerja).

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal meliputi:

a. Kondisi lingkungan kerja

Lingkungan pekerjaan adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja

yang ada disekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang

dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan.

b. Kompensasi yang memadai

Kompensasi merupakan sumber penghasilan utama bagi para

karyawan untuk menghidupi diri beserta keluarganya. Kompensasi

yang memadai merupakan alat motivasi yang paling ampuh bagi

(5)

c. Supervisi yang baik

Fungsi supervisi dalam suatu pekerjaan adalah memberikan

pengarahan, membimbing para karyawan, agar dapat melaksanakan

kerja dengan baik tanpa membuat kesalahan.

d. Adanya jaminan pekerjaan

Setiap orang akan mau bekerja mati-matian mengorbankan apa yang

ada pada dirinya untuk perusahaan, kalau yang bersangkutan merasa

ada jaminan karir yang jelas dalam melakukan pekerjaan.

e. Status dan tanggungjawab

Status atau kedudukan dalam jabatan tertentu merupakan dambaan

setiap karyawan dalam bekerja. Dengan menduduki jabatan, orang

merasa dirinya akan dipercaya, diberi tanggung jawab, dan wewenang

yang besar untuk melakukan kegiatan-kegiatan.

f. Peraturan yang fleksibel

Peraturan yang fleksibel biasanya peraturan bersifat melindungi dan

dapat memberikan motivasi para karyawan untuk bekerja lebih baik.

Menurut Hasibuan (2008:92) motivasi berasal dari katalatin movere yang

berarti dorongan atau gaya gerak. Motivasi ini hanya diberikan kepada manusia

khususnya kepada para bawahan atau pengikut. Motivasi mempersoalkan

bagaimana cara mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras

dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mewujudkan

(6)

Menurut Robbins (2005:92), motivasi adalah kesediaan melakukan usaha

tingkat tinggi guna mencapai sasaran organisasi, yang dikondisikan oleh

kemampuan usaha tersebut memuaskan kebutuhan sejumlah individu. Kita dapat

mengatakan bahwa karyawan-karyawan yang termotivasi itu berada dalam

keadaan tegang. Guna melepaskan ketengangan itu, mereka melakukan usaha.

Semakin besar ketegangan itu, semakin tingggi tingkat usahanya. Jika usaha itu

menghasilkan pemuasaan kebutuhan, usaha itu menurunkan ketegangan.

2.1.2 Prestasi Kerja

Penilaian prestasi adalah suatu alat dan fungsi manajemen untuk

mengontrol prestasi kerja pada setiap tenaga kerja, serta sebagai tambahan

informasi dan pertimbangan untuk merumuskan dan memutuskan berbagai

kebijaksanaan personalia (Simamora, 2004:338).

Menurut Rivai (2004:309) prestasi kerja terdiri dari lima dimensi yaitu:

1. Kualitas

Kualitas kerja karyawan yaitu kerapian, ketelitian dan keterkaitan hasil

kerja dengan tidak mengabaikan volume pekerjaan. Dengan adanya kualitas kerja

yang baik dapat menghindari tingkat kesalahan di dalam penyelesaian suatu

pekerjaan serta produktifitas dari kerja yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi

kemajuan perusahaan.

2. Kuantitas

Kuantitas kerja yaitu volume kerja yang dihasilkan dibawah kondisi

(7)

dilakukan dalam satu waktu sehingga efisien dan efektifitas dapat dilaksana sesuai

dengan tujuan perusahaan.

3. Kemampuan

Kemampuan yaitu kemampuan dari karyawan untuk mengoperasikan

peralatan kantor dan juga kemampuan untuk mengerjakan serta memahami setiap

tugas agar dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan standar yang ditetapkan

oleh perusahaan.

4. Sikap karyawan

Sikap karyawan yaitu tingkah laku serta kesopanan yang dipraktekkan

dalam keseharian baik kepada alasan, bawahan, rekan kerja serta customer atau

nasabah sehingga menimbulkan kesan profesional dalam bekerja

5. Waktu

Pemanfaatan waktu yaitu penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan

kebijaksanaan dari perusahaan. karena dengan adanya pemanfaatan waktu maka

pekerjaan dapat diselesaikan tepat waktu pada waktu yang ditentukan Oleh

perusahaan.

Setiap pimpinan perlu mengambil keputusan dan keputusan itu akan

semakin tepat apabila informasinya juga tepat. Salah satu cara untuk mendapatkan

informasi yang berkaitan dengan kemampuan karyawan dalam melaksanakan

pekerjaannya adalah penilaian prestasi.

Penilaian prestasi merupakan sebuah proses formal untuk melakukan

peninjauan ulang dan evaluasi prestasi kerja seseorang secara periodik. Proses

(8)

menghasilkan sesuatu. Proses penilaian prestasi diajukan untuk memahami

prestasi kerja seseorang. Tujuan ini memerlukan sebuah proses, yaitu serangkaian

kegiatan yang saling berkaitan. Kegiatan-kegiatan itu terdiri dan identifikasi,

observasi, pengukuran dan pengembangan hasil kerja karyawan dalam sebuah

organisasi, (Panggabean, 2004:66).

Prestasi kerja menurut Sutrisno (2009:150) mengartikan prestasi sebagai

hasil upaya seseorang yang ditentukan oleh ketentuan karakteristik pribadinya

serta persepsi terhadap perannya dalam pekerjaan itu. Menurut Steers dalam

tulisan Sutrisno (2009:150) mengemukakan, umumnya orang percaya bahwa

prestasi kerja individu merupakan fungsi gabungan dari tiga faktor, yaitu:

a. Kemampuan, perangai dan minat seorang pekerja

b. Kejelasan dan penerimaan atas penjelasan peranan seorang pekerja

c. Tingkat motivasi kerja

Tahap identifikasi merupakan tahap awal dari proses yang terdiri atas

penentuan dari unsur-unsur yang diamati. Kegiatan ini diawali dengan melakukan

analisis pekerjaan agar dapat mengenali unsur-unsur yang dapat dinilai dan dapat

mengembangkan skala penilaian. Dalam kaitannya dengan pihak penilai

ideniifikasi berani bahwa bagaimanapun pihak penilai harus dapat menentukan

unsur-unsur yang dinilai dari yang dinilai. Tentu saja, apa yang akan dinilai

adalah yang berkaitan dengan pekerjaan. Bukan yang tidak berkaitan dengan

pekarjaan. Selanjutnya, diadakan observasi. Dengan diadakannya observasi,

berarti ada pengamatan secara seksama dan periodik. Semua unsur yang dinilai

(9)

Dengan kata lain, observasi yang dilakukan dan observasi yang tidak berkaitan

dengan prestasi kerja dapat menghasilkan hasil penilaian sesaat dan tidak akurat.

Menurut Panggabean (2004:67) berdasarkan hasil tinjauan pustaka dapat

dikemukakan bahwa penilaian prestasi dilakukan untuk memperoleh informasi

yang berguna dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kegiatan

manajer sumber daya manusia yang lain, seperti perencanaan SDM, penarikan dan

seleksi, pengembangan SDM. perencanaan dan pengembangan karir.

program-program kompensasi, promosi, demosi, pensiun, dan pemecatan.

Walaupun diakui bahwa penilaian prestasi banyak manfaatnya, namun

masih banyak pimpinan yang tidak bersedia melakukannya. Adapun yang

menyebabkan antara lain:

a. Pihak penilai tidak merasa memiliki. Perasaan ini muncul karena mereka

tidak dilibatkan dalam menentukan sistem penilaian, tidak dilatih untuk

dapat menggunakan sistem yang ada, dan usulan mereka terhadap sistem

yang ada tidak diperhitungkan.

b. Pimpinan enggan untuk memberikan nilai yang buruk kepada karyawan

mereka, khususnya kepada orang yang mereka sukai secara pribadi.

c. Jika hasil penilaiannya buruk, pihak karyawan tidak mau menerimanya.

Penilaian yang buruk cenderung menimbulkan reaksi untuk bertahan atau

bermusuhan dari pada untuk mendorong menjangkau kinerja karyawan.

d. Pimpinan maupun bawahan rnenyadari bahwa penilaian yang buruk

(10)

e. Dalam kenyataannya proses penilaian restasi tidak dimanfaatkan untuk

menentukan kebijak sanaan dalam pemberian penghargaan.

f. Pimpinan ragu-ragu untuk memberikan penilaian yang buruk karena takut

dinilai tidak mampu untuk memilih dan mengembangkan karyawan.

Hambatan atau penolakan untuk melaksanakan penilaian prestasi dapat

diatasi jika (Panggabean,2004:68) :

a. Sistem penilaian prestasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

b. Faktor-faktor yang dinilai objektif dan konkrit.

c. Penilaiannya bebas dari bias.

d. Prosedur dan administrasinya seragam.

e. Sistemnya mudah digunakan.

f. Hasil penilaian digunakan dalam mengambil keputusan.

g. Sistemnya memungkinkan dilakukannya proses peninjauan ulang.

h. Yang menggunakan dapat menggunakannya sebagai input

i. Dapat dilaksanakan dengan ekonomis.

j. Hasil penilaiannya didokumentasikan.

k. Penilai terlatih dan berkualitas.

l. Sistemnya mencakup monitoring dan evaluasi.

m. Manajer puncak dengan jelas memberikan dukungannya terhadap sistem.

Penilaian prestasi dapat dilakukan dengan berbagai cara atau metode. Cara

mana yang dipilih tergantung kepada kegunaannya. Jika hasilnya akan digunakan

untuk keperluan seleksi, promosi, pelatihan, dan pengajian berdasarkan hasil

(11)

rating scale. Sedangkan untuk membantu karyawan berkembang digunakan

metode collaborative, seperti manajemen berdasarkan objektif (MBO).

Metode-metode yang dapat dipilih terdiri atas hal-hal berikut (Panggabean,

2004:68):

a. Rating Scale (Skala Rating)

Dengan menggunakan metode ini. hasil penilaian kerja karyawan

dicatat dalam suatu skala. Skala di bagi dalam tujuh atau lima kategori dan

karena konsep yang akan dinilai bersifat kualitatif, maka kategori yang

digunakan bersifat Kualitatif. yaitu dari sangat memuaskan sampai dengan

sangat tidak memuaskan. Cara ini banyak digunakan karena sangat

sederhana dan dapat digunakan untuk menilai lebih banyak orang dalam

waktu yang relatif singkat.

b. Critical Incidents (Insiden-insiden Kritis)

Dengan metode ini, penilai melakukan penilaian pada saat-saat

kritis saja, yaitu waktu dimana perilaku karyawan dapat membuat

bagiannya sangat berhasil atau bahkan sebaliknya. Pada hakikatnya,

metode penilaian ini tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus

digabungkan dengan metode yang lain.

c. Essay

Dengan menggunakan ini, penilai menulis cerita ringkas yang

menggambarkan prestasi kerja karyawan. Metode ini cenderung

menggambarkan prestasi kerja karyawan yang luar biasa ketimbang

(12)

menulis penilai.Setelah kinerja ditinjau ulang, evaluasi yang positif bisa

menjadi negatif apabila penilai tidak dapat menuliskannya dengan baik.

d. Work Standards (Standar Kerja)

Metode ini membandingkan kinerja karyawannya dengan standar

yang telah ditetapkan terlebih dahulu.Standar mencerminkan hasil yang

normal dari rata-rata pekerjaan dalam usaha yang normal.

e. Ranking

Dengan metode ini penilai sekedar menempatkan semua karyawan

yang dinilai kedalam urut-urutan rangking. Penilai membandingkan

karyawan yang satu dengan karyawan yang lainnya untuk menentukan

siapa yang lebih baik daripada siapa kemudian menempatkan karyawan

dalam urutan yang terbaik sampai yang terburuk.Kesulitan dihadapi

apabila terdapat dua orang atau lebih yang memiliki prestasi yang hampir

tidak dapat dibedakan.

f. Forced Distribution (Dstribusi yang Dipaksakan)

Dengan metode ini diasumsikan bahwa karyawannya dapat

dikelompokkan kedalam lima kategori. yaitu dari kategori yang paling

baik (10%). kemudian yang baik (20%). yang cukup (40%). yang buruk

(20%) dan sisanya (10%). Kelemahan dari metode ini adalah apabila

hampir semua karyawan dalam bagiannya mempunyai kinerja yang sangat

memuaskan, maka akan sangat sulit untuk membaginya kedalam lima

(13)

g. Forced-Choice and Weighted Checklist Performance Report (Pemilihan

yang dipaksakan dan laporan Pemeriksaan Kinerja Tertimbang).

Laporan ini memerlukan penilai untuk memilih karyawan mana

yang dapat mewakili kelompoknya. Faktor yang dinilai adalah perilaku

karyawan dan penilai memberikan nilai positif atau negatif. Namun,

penilai tidak perduli dengan bobot penilaiannya sebagaimana halnya

dengan metode forced distribution, dalam metode ini sulit untuk

mengetahui faktor apa yang mengakibatkan mereka masuk kedalam

kategori sangat tidak berprestasi.

h. Behaviorally Anchored Scales

Merupakan metode penilaian berdasarkan Catatan penilai yang

menggambarkan perilaku karyawan yang sangat baik atau sangat jelek

dalam kaitannya dengan pelaksanaan kerja.

i. Metode Pendekatan Management by Objective (MBO)

Dalam pendekatan ini, setiap karyawan dan penyelia secar bersama-sama

menentukan sasaran organisasi, tujuan individu dan saran-saran untuk

meningkatkan produktivitas organisasi.

2.2 Penelitian Terdahulu

Abdulsalam dan Abubakar Mawoli 2012 melahkukan penelitian dengan judul

jurnal Motivasi dan Prestasi Kerja Staf Akademik Negara Universitas di Nigeri.

Analisis mengungkapkan bahwa motivasi memiliki pengaruh signifikan terhadap

kinerja mengajar koefisien determinasi (R2) = 0,234 menunjukkan bahwa 23%

(14)

Anshari 2007 melahkukan penelitian dengan judul pengaruh kepuasan keja

terhadap prestasi kerja karyawan pada PT Bank Rakyat Indonesia Cabang Binjai.

Secara semultan ditunjukan bahwa variabel atas pendapat, pekerjaan, pegawasan,

promosi karir hubungan dalam kelompok kerja, dan kondisi kerja berpegaruh

positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan pada PT Bank Rakyat

Indonesia Cabang Binjai.

Salleh, Dzulkifli, Amalina, Abdullah, dan Yaakob 2011 melahkukan

penelitian dengan judul jurnal Pengaruh Motivasi Terhadap Prestasi Kerja

Pegawai Pemerintah Negara di Malaysia. Hal ini terkait dengan Hipotesis 1, yang

menyatakan bahwa motivasi berprestasi karyawan berhubungan secara signifikan

terhadap prestasi kerja karyawan. Hipotesis 2 berpendapat bahwa motivasi daya

terkait secara signifikan terhadap prestasi kerja karyawan dan 3 berpendapat

bahwa motivasi afiliasi berhubungan secara signifikan terhadap prestasi kerja

karyawan Hipotesis.

Silaban 2007 melakukan penelitian dengan judul, ”Pengaruh Penghargaan

Terhadap Prestasi Kerja Karyawan pada Bank Rakyat Indonesia Cabang

Sidikalang.” Penelitian ini memperoleh hasil bahwa penghargaan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap prestasi kerja karyawan sebesar 72,8 %, dimana R

square nya adalah 0,728.

Yuliastuti melakukan penelitian dengan judul jurnal pengaruh motivasi

dan kemampuan terhadap prestasi kerja, mendapatkan hasil bahwa prestasi kerja

(15)

Rusdianto 2012 melakukan penelitian dengan judul jurnal Pengaruh

Motivasi Kerja Pegawai di Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Tulung Agung

Indonesia. Hasil penelitian tersebut adalah uji F, dimana Fhitung adalah 143,848

dan Ftabel pada α =0,05 sebesar 2,53 dan tingkat signifikansi sebesar 0.000. Jadi

Fhitung> Ftabel. dengan demikian bahwa motivasi berpengaruh secara signifikan

terhadap pretasi kerja pegawai.

Ngaisah 2012 melakukan penelitian dengan judul jurnal pengaruh

kepemimpinan, motivasi dan lingkungan kerja terhadap prestasi kerja pegawai

pada Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang di Surakarta. Hasil penelitian

ini menunjukan bahwa motivasi paling berpengaruh terhadap prestasi kerja

pegawai.

Ferissa 2006. Pengaruh Motivasi dalam Upaya Meningkatkan Prestasi

kerja Karyawan pada PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk. Kantor Wilayah

Sumut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kebutuhan berprestasi

berpengaruh negatif dan tidak signifikan, variabel kebutuhan berkuasa

berpengaruh positif dan signifikan dan variabel kebutuhan afiliasi berpengaruh

positif dan signifikan terhadap prestasi kerja pada PT. Bank Rakyat Indonesia

(persero) Tbk Kantor Wilayah Sumut. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel

kebutuhan berkuasa memiliki pengaruh yang paling dominan mempengaruhi

(16)

2.3 Kerangka Konseptual

Menurut Hasibuan (2003:142) motivasi adalah pemberian daya

penggerak yang menciptakan kegairahan seseorang agar mereka mau bekerja

sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk

mencapai kepuasan.

Herzberg (dalam Hasibuan, 2003:142), membagi motivasi kerja kedalam 2

(dua) faktor, yang diberi nama Teori Dua Faktor (Herzberg, Two Factors

Motivation Theory), yaitu :

1. Faktor intrinsik

2. Faktor ekstrinsik

Motivasi dapat naik atau turun. Dengan kata lain motivasi dapat berubah.

Prestasi kerja menurut Sutrisno (2009:150) mengartikan prestasi sebagai

hasil upaya seseorang yang ditentukan oleh ketentuan karakteristik pribadinya

serta persepsi terhadap perannya dalam pekerjaan itu. Menurut Rivai (2004:309)

prestasi kerja terdiri dari lima dimensi yaitu:

1. Kualitas

2. Kuantitas

3. Kemampuan

4. Sikap karyawan

5. waktu

Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja dipengaruhi oleh

(17)

Berdasarkan uraian ini, maka dapat dibuat kerangka konseptual seperti

terlihat pada Gambar 2.1, sebagai berikut:

Sumber: Hasibuan (2003) dan Sutrisno (2009), diolah (2012). Rivai Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian

(Sugiyono, 2008:93). Berdasarkan rumusan masalah maka hipotesis di dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. H0 : Tidak Ada Pengaruh Faktor Intrinsik Terhadap Prestasi Kerja

Karyawan Pada PT Bank Aceh Cabang Kuta Cane.

2. H1 : Adanya Pengaruh Faktor Ekstrinsik Terhadap Prestasi Kerja Karyawan

Pada PT Bank Aceh Cabang Kuta Cane. Faktor Intrinsik

(X1)

Faktor Ekstrinsik (X2)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menyingkap efektivitas Outdoor Education dengan pengalaman ajar yang disampaikan melalui metode experiential learning dalam konteks

kepada Penyelenggara UN Kabupaten/Kota dan pihak terkait – untuk memperhatikan beberapa penekanan UN tahun 2013 yaitu antara lain : Jumlah paket soal, ketiadaan ujian

[r]

Effect of 6-fluoro-m-tyrosine on dopamine release and metabolism in rat striatum using in vivo microdialysis.. *

[r]

[r]

hypoxic / ischemic impaired potassium channels in CA1 pyramidal antagonist competition for [ H]- nociceptin / orphanin FQ-induced neurons of rat hippocampus after naloxone binding

Sebuah kawat berarus listrik I diletakkan diantaran dua kutub magnet utara dan selatan seperti gambar berikut... Jelaskan arah