• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Karakteristik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita dalam Keluarga Perokok di Kelurahan Gundaling I tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Karakteristik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita dalam Keluarga Perokok di Kelurahan Gundaling I tahun 2014"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

7

Lingkungan adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Lingkungan yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Kualitas lingkungan yang semakin menurun dapat mengancam perikehidupan manusia (UU RI Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2009).

Lingkungan merupakan kondisi dan segala sesuatu yang ada di sekitar makhluk hidup maupun kelompok makhluk hidup ataupun kondisi sosial dan budaya yang mempengaruhi seseorang maupun sekumpulan orang (William dan Mary, 2004). Banyak aspek kehidupan manusia yang dipengaruhi oleh lingkungan. Banyak pula penyakit yang disebabkan, dipengaruhi, dan ditularkan oleh faktor-faktor lingkungan. Oleh karena itu, hubungan manusia dengan lingkungannya merupakan hal yang penting dalam kesehatan masyarakat (Moeller, 2005).

(2)

tercampur ke badan air, dan sampah padat, plastik dan zat kimia berbahaya akan menumpuk di permukaan tanah (Moeller, 2005).

2.1.1 Udara

Udara merupakan zat yang paling penting setelah air dalam memberikan kehidupan di permukaan bumi ini. Udara merupakan campuran mekanis dari bermacam-macam gas yang terdiri dari 78,1% nitrogen, 20,9% oksigen, 0,03% karbon dioksida, dan selebihnya berupa gas neon, argon, krypton, xenon, dan helium. Selain sebagai sumber oksigen, udara memiliki fungsi sebagai penghantar suara dan sebagai pendingin benda yang panas. Namun udara juga dapat menjadi media penyebaran penyakit bagi manusia (Chandra, 2007).

Penurunan kualitas udara sebagai akibat dari masuknya komponen lain ke dalam udara baik karena kegiatan manusia ataupun secara alami yang mengakibatkan lingkungan manjadi tidak dapat lagi dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya disebut sebagai polusi udara. Selain dapat mempengaruhi struktur dan kepekaan udara, polusi udara juga dapat mempengaruhi kesehatan manusia (Journal of Allergy and Clinical Immunology, 2004).

2.1.1.1 Polusi Udara

(3)

Menurut United States Environmental Protection Agency (2007) mendefinisikan polusi udara sebagai adanya kontaminan ataupun substansi polutan dalam udara yang mengganggu kesehatan dan kesejahteraan manusia, atau menimbulkan dampak kerusakan bagi lingkungan. Dari definisi tersebut, kualitas udara harus tetap dipertahankan agar dapat mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya (Vallero,2008).

Ada dua jenis sumber pencemaran yaitu pencemaran alami, dan pencemaran akibat aktivitas manusia (Tiwary dan Colls, 2010).

a. Pencemaran alami

Pencemaran alami merupakan adanya bahan polutan yang diakibatkan oleh proses alami.

1. Sulfur dioksida yang dilepaskan secara langsung ke udara melalui letusan gunung berapi, atau terbentuk dari oksidasi dimetil sulfida yang dilepaskan oleh pitoplankton di lautan.

2. Oksidasi dari nitrogen yang terbentuk ketika pembakaran.

3. Nitrogen oksida yang diemisikan dari permukaan tanah oleh bakteri denitrifikasi.

4. Hidrogen sulfida yang dihasilkan oleh bakteri anaerob. 5. Amonia yang berasal dari kotoran hewan.

6. Ozon yang terbentuk akibat radiasi sinar UV terhadap oksigen

(4)

8. Non-biogenic particles yang berasal dari letusan gunung berapi ataupun yang berasal dari tanah.

9. Biogenic particles seperti serbuk sari, spora, dan garam laut. b. Polutan yang berasal dari aktivitas manusia (Chandra, 2007):

1. Sisa pembakaran bahan bakar minyak oleh kendaraan bermotor berupa gas CO, CO2, NO, karbon, hidrokarbon, aldehide, dan Pb.

2. Limbah industri seperti limbah kimia, metalurgi, tambang, pupuk dan minyak bumi.

3. Pembakaran sisa pertanian, pembakaran hutan, sampah, dan limbah reaktor nuklir.

Dalam proses pencemaran ini, terjadi proses sinergestik berupa suatu keadaan ketika polutan satu dengan polutan yang lain di dalam udara bereaksi menjadi jenis polutan baru yang lebih berbahaya dari polutan sebelumnya. Seperti ketika dua jenis polutan yang berasal dari sisa pembakaran bahan bakar fosil (NO dan hodrokarbon) membentuk polutan baru seperti peroksiasetil nitrit dan ozon dengan bantuan sinar ultraviolet yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan dapat menimbulkan gangguan pernafasan (Chandra, 2007).

Chandra (2007) juga membagi polutan kedalam dua bagian yaitu: a. Struktur kimia

(5)

3. Gas organik seperti gas hidrokarbon, benzen, etilen, asetilen, aldehide, keton, alkohol, dan asam-asam organik.

b. Penampang partikel

Ukuran dari partikel berbeda-beda dan setiap partikel dapat melekat pada bagian saluran pernapasan sesuai dengan ukuran partikelnya yang dapat menyebabkan bahaya bagi kesehatan manusia.

Pencemaran udara yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya faktor meteorologi dan iklim serta faktor topografi (Chandra, 2007).

a. Faktor meteorologi dan iklim 1. Suhu

Pergerakan lapisan udara dingin ke suatu kawasan dapat menimbulkan inversi suhu. Akibatnya udara akan terperangkap dan tidak dapat keluar dari kawasan tersebut dan cenderung menahan polutan. Jika ini berlangsung lama, konsentrasi polutan di udara akan semakin tinggi dan menimbulkan keadaan yang sangat kritis bagi kesehatan (Chandra, 2007). Selain itu, suhu udara di perkotaan yang lebih panas dari daerah lain juga dapat mengakibatkan terbentuknya senyawa berbahaya seperti nitrogen dioksida dan ozon pada daerah inversi yang terjadi pada proses potokimia (Willliam dan Mary, 2004).

(6)

2. Arah dan kecepatan angin

Kecepatan angin yang kuat akan membawa polutan terbang jauh dan dapat mencemari udara bahkan hingga negara lain. Sebaliknya, kecepatan udara yang lemah mengakibatkan polutan akan menumpuk di tempat dan dapat mencemari udara di pemukiman yang terdapat di sekitar lokasi pencemaran.

3. Hujan

Air hujan merupakan pelarut umum yang melarutkan polutan yang ada di udara. Pembakaran batu bara akan menghasilkan gas sulfur dioksida yang apabila gas tersebut tercampur dengan air hujan akan membentuk asam sulfat sehingga air hujan menjadi asam dan sering desebut hujan asam.

b. Topografi

1. Dataran rendah

Di daerah dataran rendah, angin akan membawa polutan terbang jauh keseluruh penjuru dan mampu melewati batas negara sehingga mencemari negara lain.

2. Pegunungan

Di daerah dataran tinggi seperti pegunungan, sering terjadi inversi suhu dan udara dingin yang terperangkap akan menahan polutan tetap di lapisan permukaan bumi.

3. Lembah

(7)

Pengaruh pencemaran udara yang dapat dialami manusia memungkinkan manusia mengalami serangan jantung, penyakit saluran pernapasan, dan kanker paru. Hal ini dapat terjadi karena zat oksidasi yang kuat seperti sulfat, SO2, NOx, dan O3 mengiritasi dan merusak jaringan mata dan paru-paru. Hal ini mengakibatkan paltikulat-partikulat menembus ke dalam paru-paru yang mengakibatkan iritasi, luka, dan bahkan pertumbuhan sel tumor. Tekanan jantung terjadi akibat gangguan fungsi paru-paru. Karbon monoksida akan diikat oleh haemoglobin yang mengakibatkan penurunan kadar oksigen yang terjadi di otak mengakibatkan sakit kepala, pusing, dan juga mengakibatkan tekanan jantung meningkat (William dan Mary, 2004). 2.1.2 Lingkungan Rumah

Sebagai bagian dari lingkungan, rumah merupakan tempat di mana manusia menghabiskan sebahagian besar waktunya sehari-hari. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 1992, rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.

Menurut WHO, rumah dikatakan sehat apabila memenuhi beberapa kriteria, antara lain (Wicaksono, 2009):

1. Harus dapat melindungi dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat istirahat.

2. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, masak, mandi, mencuci, kakus, dan kamar mandi.

(8)

4. Bebas dari bahan bangunan yang berbahaya.

5. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.

6. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.

Menurut winslow, rumah dapat dikatakan sehat apa bila memiliki 4 kriteria yaitu dapat memenuhi kebutuhan Fisiologis, dapat memenuhi kebutuhan psikologis, menghindarkan penghuni dari terjadinya kecelakaan, dan menghindarkan terjadinya penyakit. Di Indonesia sendiri, terdapat kriteria rumah sehat sederhana, yaitu (Candra, 2007):

1. Luas tanah antara 60-90 meter2. 2. Luas bangunan antara 21-36 meter2.

3. Memiliki fasilitas kamar tidur, WC (kamar mandi), dan dapur. 4. Berdinding batu bata dan diplester.

5. Memiliki lantai dari ubin keramik dan langit-langit dari triplek. 6. Memiliki sumur atau air PAM.

7. Memiliki fasilitas listrik minimal 450 Watt. 8. Memiliki bak sampah dan saluran air kotor.

Dari kriteria-kriteria di atas, terdapat faktor-faktor keutuhan yang harus diperhatikan dan dipenuhi.

1. Kebutuhan fisiologis

(9)

a. Suhu ruangan

Suhu ruangan harus tetap diperhatikan berkisar 18-200C. Suhu ruangan sangat dipengaruhi oleh suhu udara luar, pergerakan udara, kelembaban udara, suhu benda-benda yang ada di sekitar.

b. Penerangan

Rumah harus cukup mendapatkan penerangan baik pada siang maupun malam hari. Idealnya, penerangan didapat dengan bantuan listrik dan diupayakan agar setiap ruangan mendapatkan cahaya matahari di pagi hari.

c. Ventilasi udara

Pertukaran udara yang baik akan membuat hawa dalam ruangan menjadi segar (tercukupiya oksigen). Dengan demikian setiap rumah harus memiliki jendela yang memadai. Total luas jendela yang harus diupayakan adalah 15% dari luas lantai. Susunan ruangan harus sedemikian rupa sehingga udara dapat mengalir bebas jika jendela dan pintu dibuka.

d. Jumlah ruangan atau kamar

Ruang atau kamar diperhitungkan berdasarkan jumlah penghuni atau jumlah orang yang tinggal bersama dalam satu rumah atau sekitar 5 m2per orang. 2. Kebutuhan psikologis

(10)

a. Keadaan rumah dan sekitarnya, cara pengaturannya harus memenuhi rasa keindahan sehingga rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.

b. Adanya jaminan kebebasan yang cukup bagi setiap anggota keluarga yang tinggal di rumah tersebut.

c. Untuk setiap anggota keluarga, terutama yang mendekati dewasa, harus memiliki ruangan sendiri sehingga privasinya tidak terganggu.

d. Harus ada ruangan untuk hidup bermasyarakat, seperti ruang untuk menerima tamu.

3. Bahaya kecelakaan dan kebakaran

Adapun kriteria yang harus dipenuhi agar penghuni rumah terhindar dari kecelakaan dan kebakaran antara lain:

a. Konstruksi rumah dan bahan-bahan bangunan harus kuat sehingga tidak mudah runtuh.

b. Memiliki saran pencegahan kasus kecelakaan di sumur, kolam, dan tempat-tempat lainnya khususnya untuk anak-anak.

c. Bangunan diupayakan terbuat dari material yang tidak mudah terbakar. d. Memiliki alat pemadam kebakaran terutama yang menggunakan gas. e. Lantai tidak boleh licin dan tergenang air.

4. Lingkungan

(11)

b. Memiliki tempat pembuangan kotoran, sampah, dan air limbah yang baik. c. Dapat mencegah terjadinya perkembangbiakan vektor penyakit seperti

nyamuk, lalat, tikus dan sebagainya.

Letak perumahan jauh dari sumber pencemaran (seperti kawasan industri) dengan jarak minimal sekitar 5 km dan memiliki daerah penyangga atau daerah hijau dan bebas banjir.

2.1.2.1 Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal

Adapun persyaratan kesehatan rumah tinggal menurut Kepmenkes No.829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut (siregar, 2013):

1. Bahan bangunan

a. Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain: debu total kurang dari 150 μ g/m2, asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per 24 jam, timbal kurang dari 300 mg/kg bahan.

b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen.

2. Komponen dan penataan ruangan

a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan.

b. Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan mudah dibersihkan.

(12)

e. Dapur harus memiliki sarana pembuangan asap. 3. Pencahayaan

Pencahayaan alami dan/atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak menyilaukan mata.

4. Kualitas udara

a. Suhu udara nyaman antara 18-300C b. Kelembaban udara 40-70%

c. Gas SO2kurang dari 0,1 ppm/24 jam d. Pertukaran udara 5 kaki3/menit/penghuni e. Gas CO kurang dari 100 ppm/8 jam f. Gas formaldehid kurang dari 120 mg/m3 5. Ventilasi

Luas lubang ventilasi alami yang permanen minimal 10% luas lantai. 6. Vektor penyakit

Tidak ada lalat, nyamuk, ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah. 7. Penyediaan air

a. Tersedia sarana penyediaan air bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/orang/hari.

(13)

8. Sarana penyimpanan makanan

Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman. 9. Pembuangan limbah

a. Limbah cair yang berasal dari rumah tangga tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan tidak mencemari permukaan tanah.

b. Limbah padat harus dikelola dengan baik agar tidak menimbulkan bau, tidak mencemari permukaan tanah dan air tanah.

10. Kepadatan hunian

Luas kamar tidur minimal 8 m2dan dianjurkan tidak untuk lebih dari 2 orang. 2.1.2.2 Indoor Air Pollution (Polusi dalam Ruangan)

Environmental Protection Agency (EPA) menemukan bahwa toksisitas dalam

(14)

Banyak orang berasumsi bahwa udara di dalam rumah mereka lebih bersih dibanding di luar rumah. Ternyata hal ini tidak sepenuhnya benar. Ketika udara di dalam ruangan tidak memiliki sumber pencemar seperti kendaraan, terdapat banyak polutan yang ditemukan di dalam ruangan. Setiap jenis polutan di dalam ruangan tidaklah memiliki pengaruh yang siknifikan terhadap kesehatan. Namun semua jenis polutan akan memiliki dampak kumulatif bagi resiko kesehatan yang cukup serius (Encyclopedia of Global Health, 2008).

Tabel 2.1 Jenis-jenis, sumber, dan pengaruh polutan pada indoor air pollution

Polutan Sumber Pengaruh terhadap kesehatan

1. Polutan anorganik

a. CO2 Pembakaran, polusi

dari luar rumah

Frekuensi bernapas cepat, sesak napas, pening, sakit kepala, mual, pingsan, dan kematian b. CO Pembakaran dan asap

rokok

Penurunan fungsi haemoglobin, ganguan jantung dan otak, kematian

c. NO2 Pembakaran yang

menggunakan minyak tanah dan kayu, asap rokok

Iritasi paru-paru

d. SO2 Pembakaran minyak

tanah

Gangguan saluran pernapasan, penurunan fungsi sensoris hidung, bronchitis kronik

e. Ozon Sinar UV, mesin

fotokopi, printer laser

Iritasi mata, hidung dan tenggorokan, sesak napas, asma 2. Polutan organik

a. Volatile organic compounds (VOCs)

Benda-benda yang ada di rumah, produk konsumen, cat, perabot, pestisida, bahan bakar

Gangguan sistem saraf pusat, iritasi mata, saluran pernapasan dan kulit, kerusakan hati dan ginjal.

b. Formaldehid Busa, cat, pernis, kompor gas, plastik,

(15)

rokok, kematian c. Pestisida Racun serangga, racun

tikus,

Keracunan 3. Polutan fisik

a. Particulate

matter

Pembakaran,

kontaminan biologis, debu,

Iritasi paru-paru, kanker paru, gangguan saluran pernapasan

b. Asbestos Asbes Gangguan pernapasan,

asbestosis, kanker paru c. Radon Celah dinding dan

lantai bawah tanah, material bangunan

Kanker paru

4. Asap rokok Rokok Iritasi mata, hidung, dan

tenggorokan, ISPA, kanker paru 5. Agen biologis

a. Tungau Karpet, tempat tidur, bantal, mainan anak

Asma b. Bulu hewan Hewan peliharaan Asma c. Jamur Benda yang terbuat

dari kayu, jasat hewan

Reaksi alergi, asma, iritasi membran mukosa

d. Bakteri Manusia, hewan, AC ISPA Sumber: Indoor Air Quality–A comprehensive Reference Book (1995)

2.2 Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 2.2.1 Defenisi ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernafasan atas atau bawah yang dapat menular dan menimbulkan tingkatan penyakit dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit parah yang mematikan tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan dan pejamunya (WHO, 2007).

(16)

ISPA juga diartikan sebagai radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh jasat renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru. ISPA yang mengenai saluran napas bawah misalnya bronkitis, bila menyerang anak-anak, khususnya bayi, balita, dan orang tua, akan memberikan gambaran klinik yang berat dan jelek dan sering sekali berakhir dengan kematian (Alsagaff, 2005).

2.2.2 Epidemiologi

ISPA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama pada balita. ISPA menduduki peringkat kedua penyebab kematian balita setelah diare di Indonesia (sebesar 13,2%) menurut Riskesdas 2007 dan menjadi penyebab utama mortalitas pada balita di dunia menurut WHO. Walaupun demikian, ISPA tidak banyak mendapat perhatian sehingga sering disebut pembunuh balita yang terlupakan. Di dunia sekitar 2 juta balita meninggal Karena ISPA dari 9 juta kematian balita. Dari 5 kematian balita, satu di antaranya disebabkan oleh ISPA. Di negara berkembang, kejadian penyakit ISPA 60% disebabkan oleh bakteri dan oleh virus di negara maju (Kemenkes RI Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2012).

(17)

2.2.3 Klasifikasi

Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan tahun 2012, ISPA dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian.

1. Bukan pneumonia

ISPA bukan pneumonia merupakan gangguan pernafasan yang ditandai dengan tidak adanya tarikan dinding dada bagaian bawah ke dalam serta tidak adanya frekuensi nafas yang cepat (kurang dari 40 kali per menit) seperti batuk pilek biasa, pharyngitis, tonsillitis, otitis.

2. Pneumonia

Ciri-ciri yang membendakan bahwa seseorang anak terkena pneumonia adalah tidak adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam tetapi disertai dengan nafas yang cepat.

3. Pneumonia berat

Apa bila seorang anak terkena pneumonia berat, maka penyakit ini akan ditandai dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.

Berdasarkan inang dan lingkungan, pneumonia dapat diklasifikasikan menjadi 6 jenis yaitu (Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam):

1. Pneumonia komunitas, yaitu pneumonia yang bersifat sporadik atau endemik, dan menyerang golongan usia muda atau tua.

2. Pneumonia nosokomial, yaitu pneumonia yang didahului perawatan di rumah sakit 3. Pneumonia rekurens, yaitu pneumonia yang terjadi berulang kali, berdasarkan

(18)

4. Pneumonia aspirasi, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh masuknya benda asing kedalam paru dan pada umunya menyerang usia tua

5. Pneumonia pada gangguan imun, yaitu pneumonia yang terjadi pada pasien transplantasi, onkologi dan penderita AIDS.

Secara klinis, pneumonia dapat dibagi atas 3 bagian, yaitu (Yunus dkk, 1992): 1. Community acquired pneumonia

Community acquired pneumonia merupakan pneumonia yang didapatkan di

masyarakat dan terjadi di luar rumah sakit 2. Nosokomial pneumonia

Nosokomial pneumonia adalah pneumonia yang didapatkan oleh seorang pasien selama dirawat di rumah sakit. Hampir 1% dari pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami pneumonia dan sepertiga dari antaranya meninggal dunia. Dan lebih dari 60% pasien yang dirawat di ruang ICU akan menderita pneumonia.

3. Pneumonia in the immunocompromised host

Pneumonia jenis ini terjadi akibat terganggunya system kekebalan tubuh.

Zul Dahlan (2009) membagi pneumonia ke dalam beberapa macam berdasarkan patofisiologinya, yaitu (Buku Ajar lmu Penyakit Dalam):

1. Pneumonia Aspirasi

(19)

paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat. Kerusakan paru yang terjadi tergantung jumlah bahan yang teraspirasi serta daya tahan tubuh.

2. Pneumonia pada gangguan imun

Pneumonia pada gangguan imun terjadi akibat terjadinya gangguan sistem imunitas seperti menurunnya system kekebalan tubuh seseorang akibat mengalami penyakit tertentu yang mengakibatkan terjadinya manifestasi infeksi pada paru bagian bawah sebagai infeksi ikutan.

3. Pneumonia pada usia lanjut

Pneumonia pada usia lanjut merpakan pneumonia yang terjadi pada golongan usia di atas 60 tahun baik yang tinggal di rumah maupun di rumah perawatan yang gejalanya berbeda dengan golongan usia muda seperti sedikit batuk dan demam ringan, dan sering disertai dengan gangguan status mental atau bingung, dan lemah. Kelainan fisik paru biasanya ringan.

4. Pneumonia kronik

Pneumonia kronik dapa berupa pneumonia karena infeksi dan bukan karena infeksi. Pneumonia non infeksi antara lain pada pneumonia intersisial kronik yang disebabkan oleh proses degeneratif yang menyebabkan terjadinya inflamasi dan proses fibrosis pada alveolar yang diikuti indurasi dan atrofi paru. Pneumonia akibat infeksi merupakan pneumonia yang berkembang dan berlangsung berminggu-minggu sampai berbulan-bulan yang dapat disebabkan oleh bakteri ataupun cacing.

(20)

Pneumonia rekurens (berualng) merupakan pneumonia yang terjadi apabila dijumpai 2 atau lebih episode infeksi paru non TB dengan berjarak waktu lebih dari 1 bulan dan disertai adanya febris, sputum yang purulen, leukositosis, dan respon terhadap antibiotik yang baik

6. Pneumonia resolusi lambat

Pneumonia resolusi lambat merupakan pneumonia yang terjadi bila pengurangan gambaran konsolidasi pada foto toraks lebih kecil dan 50% dalam dua minggu da berlangsung lebih dan 21 hari.

2.2.4 Tanda dan Gejala

Ada beberapa gejala yang biasa ada pada penderita pneumonia seperti demam, menggigil, batuk, serta nyeri dada dengan tarikan nafas yang dalam disertai dengan sesak nafas. Gejala ini mungkin dapat muncul dalam waktu yang singkat maupun lambat. Gejala lain yang bisa menyertai gejala pneumonia seperti sakit kepala, mual, muntah, diare, nyeri sendi dan otot, serta kelelahan. Tanda yang dapat ditemukan ketika pemeriksaan dilakukan adalah detak jantung yang cepat, frekuensi napas yang cepat, dan adanya tarikan dinding dada bagian bawah kearah dalam (Encyclopedia of Global Health, 2008)..

(21)

2 bulan, pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali per menit atau lebih, penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam. Jika bayi yang menderita pneumonia bernapas dengan ventilator akan tampak bahwa jumlah lendir meningkat (Misnadiarly, 2008).

Gejala pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran napas atas akut selama beberapa hari. Kemudian didapati demam, menggigil, suhu tubuh meningkat dapat mencapai 400C, sesak napas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental berwarna kuning hingga hijau. Tanda lain yang juga mungkin ada berupa kulit lembab (Alsagaff, 2005).

(22)

berupa konfusio, letargi, sakit kepala, lemas, anoreksia, nyeri perut, episode jatuh, dan inkontinensia.

2.2.5 Etiologi

ISPA disebabkan oleh adanya infeksi pada bagian saluran pernapasan. ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan polusi udara.

1. Pada umumnya ISPA disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang dapat menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus pneumonia, Mycoplasma pneumonia, Staphylococcus aureus, (Encyclopedia of Global Health, 2008). dan bekteri yang

paling sering menyebabkan ISPA adalah Streptococcus pneumonia (Misnadiarly, 2008).

2. ISPA yang disebabkan oleh virus dapat disebabkan oleh virus sinsisial pernapasan, hantavirus, virus influenza, virus parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, virus herpes simpleks, sitomegalovirus, rubeola, varisella (Misnadiarly, 2008).

Ada 6 gambaran klinik sindroma ISPA yang disebabkan oleh virus, yaitu (Alsagaff, 2005):

a. Sindroma korisa

(23)

b. Sindroma faring

Gejala klinik yang menonjol adalah suara serak, dan nyeri tenggorok dengan derajat ringan sampai berat. Gejala umum sindroma ini berupa panas dingin, malaise, nyeri/pegal seluruh badan, nyeri kepala, dan kadang-kadang suara parau.

c. Sindroma faringokonjungtiva

Merupakan varian dari sindroma faring yang disebabkan oleh virus yang sama. Gejala klinik diawali dengan faringitis yang berat kemudian diikuti konjungtivitis yang sering kali bilateral. Pada sindroma ini, didapati fotofobia, dan nyeri pada bola mata.

d. Sindroma influenza

Gambaran yang menonjol pada sindroma ini dalah gangguan fisik yang cukup berat dengan gejala batuk, meriang, badan panas, badan lemah, nyeri kepala, nyeri tenggorok, nyeri seluruh tubuh, malaise, dan anoreksia. Gejala ini terjadi secara mendadak dan dengan cepat dapat menular kesemua anggota keluarga. e. Sindroma herpangina

(24)

f. Sindroma laringotrakeobronkitis obstruktif akuta

Pada anak-anak, gambaran sindroma ini tampak gawat dan berat berupa batuk-batuk, sesak napas. Gejala awal sering ringan berupa sindroma korisa, kemudian cepat memburuk berupa obstruksi jalan napas yang hebat dengan penarikan sela antar tulang iga bagian bawah serta penggunaan otot-otot napas bantu secara menonjol.

3. ISPA yang disebabkan oleh jamur dapat disebabkan oleh candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, Coccidioido mycosis, Cryptococosis, Pneumocytis carinii (Misnadiarly, 2008).

4. ISPA yang disebabkan oleh polusi, antara lain disebabkan oleh asap rokok, asap pembakaran di rumah tangga, asap kendaraan bermotor dan buangan industri serta kebakaran hutan dan lain-lain (WHO, 2007)

5. Ada juga ISPA yang disebabkan oleh virus yang belum diidentifikasi dan sering disebut mikoplasma. Mikroplasma tidak dapat dikatakan sebagai virus maupun bakteri meskipun memiliki karakteristik dari keduanya (misnadiarly, 2008).

a. Seorang penderita AIDS sering mengalami pneumonia yang jarang dialami orang yang bukan penderita AIDS seperti Pneumocystis carinii.

b. Seseorang yang berada dalam ruangan berpendingin dapat mengidap pneumonia legionella.

(25)

teraspirasi tersebut yang mengakibatkan pneumonia, bukan golongan virus maupun bakteri.

Sebagian besar pneumonia disebabkan oleh infeksi, akan tetapi, dapat juga disebabkan oleh bahan-bahan lain dan sering dikenal sebagai (Alsagaff,2005):

a. Pneumonia lipid oleh karena aspirasi minyak mineral.

b. Pneumonia kimiawi yang disebabkan oleh inhalasi bahan-bahan organik dan anorganik atau uap kimia seperti berilium.

c. Extrinsic allergic alveolitis yang disebabkan oleh inhalasi bahan debu yag mengandung allergen.

d. Pneumonia karena obat seperti nitrofurantoin, busulfan dan metotreksat. e. Pneumonia karena radiasi.

f. Pneumonia dengan penyebab tidak jelas seperti desquamative interstitial pneumonia, eosinofilik pneumonia.

2.2.6 Patogenesis

Selama hidup, saluran nafas merupak organ tubuh yang selalu terpapar dengan dunia luar. Ketahanan saluran pernapasan terhadap infeksi maupun pertikel dan gas tergantung pada beberapa hal seperti (Rab, 1996):

a. Filtrasi udara pernapasan

(26)

berukuran < 0,5 mikron akan dapat masuk kedalam alveoli, akan tetapi dapat pula dikeluarkan sebagai sekresi.

b. Muskosiliar

Mukus dan partikel yang terbungkus oleh mukus akan dikeluarkan dari paru-paru menuju laring melalui gerakan silia. Asap rokok dapat mengiritasi pada saluran pernapasan yang dapat menurunkan kemampuan silia dalam mengeluarkan mukus.

c. Sekresi oleh humoral lokal

Zat-zat yang melapisi permukaan bronkus antara lain: 1. Lisozim yang dapat melisis bakteri.

2. Laktoferon yang dapat mengikat zat besi dan bersifat bakteriostatik.

3. Interferon merupakan protein yang memiliki kemampuan dalam membunuh virus.

4. IgA yang dikeluarkan oleh sel plasma yang berperan dalam mencegah terjadinya infeksi virus.

d. Fagositosis

Sel fagosit berperan dalam memfagosit mikroorganisme dan kemudian menghancurkannya.

e. Surfaktan

(27)

Oleh karena itu surfaktan juga turut dalam pembersihan alveoli dari bakteri dan kotoran.

Ada tiga cara penyebaran ISPA, yaitu (Alsagaff, 2005): 1. Melalui aerosol yang lembut seperti batuk.

2. Melalui aerosol yang lebih kasar yang terjadi pada waktu batuk dan bersin-bersin.

3. Melalui kontak langsung maupun tidak langsung dari benda yang dicemari jasad renik ( hand to hand transmission).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pneumonia, antara lain (Yunus, 1992).:

a. Mekanisme pertahanan paru

Paru berusaha untuk mengeluarkan berbagai mikroorganisme yang terhirup seperti partikel debu dan bahan lainnya yang terkumpul di dalam paru. Beberapa mekanisme tersebu tersebut antara lain bentuk anatomis saluran nafas, refleks batuk, sistem mukosilier, dan juga sistem fagositosis yang dilakukan oleh sel-sel tertentu dengan memakan partikel yang mencapai alveoli. Bila fungsi ini berjalan dengan baik, maka bahan infeksius akan dapat dikeluarkan dari saluran napas, sehingga pada orang sehat tidak akan terjadi infeksi.

b. Kolonisasi bakteri di saluran napas

(28)

bawah dan paru, dan terjadi kegagalan mekanisme pembersihan saluran napas, keadaan ini akan bersifat manifestasi sebagai penyakit.

c. Pembersihan saluran napas dari bahan infeksius

Saluran napas bawah dan paru berulang kali dimasuki oleh berbagai mikroorhanisme, akan tetapi tidak menimbulkan sakit. Ini menujukkan adanya suatu mekanisme pertahanan paru yang efisien yang dapat mengeluarkan mikroorganisme sebelum mereka bermultiplikasi dan menimbulkan penyakit.

(29)

2.2.7 Faktor resiko

Ada beberapa faktor resiko ISPA seperti kurangnya pemberian ASI eksklusif, gizi buruk, polusi udara dalam ruang (indoor air pollution), BBLR, kepadatan penduduk dan kurangnya imunisasi campak (Kemenkes RI Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2012).

Mereka yang rentan terkena pneumonia adalah peminum alkohol, perokok, penderita diabetes mellitus, penderita gagal jantung, penderita penyakit paru obstruktif menahun, gangguan sistem kekebalan karena obat tertentu (penderita kanker menerima organ cangkokan), dan penderita AIDS (Misnadiarly, 2008).

1. Usia

Usia juga mempengaruhi seseorang terkena ISPA. Pada golongan usia balita, ISPA sering terjadi karena organ paru yang masih sangat rentan dan masih dalam tahap perkembangan sehingga segala sesuatu yang masuk kedalam paru-paru dapat mempengaruhi fungsi faal paru-paru. Pada usia lanjut, semakin tua seseorang, semakin banyak perubahan anatomi dan struktur organ tubuhnya termasuk saluran napas bagian bawah, berkurangnya refleks batuk, dan menurunnya fungsi pertahanan paru. Hal ini membuat seseorang sangat rentan terkena pneumonia.

2. Rokok

(30)

dapat mengurangi kerja paru-paru dari orang yang bukan perokok dan menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan yang berakibat batuk, dahak yang berlebihan dan rasa tidak nyaman pada dada. Selain itu asap rokok juga salah satu penyumbang indoor air pollution yang dapat mengakibatkan pneumonia (Encyclopedia of Global Health,

2008). 3. Alkohol

Penelitian membuktikan adanya hubungan antara konsumsi alkohol dengan resiko pneumonia. Konsumsi alkohol dapat merusak pembentukan dan fungi netrofil. Konsumsi alkohol yang berlebihan juga dapat memperparah dan bahkan kematian akibat pneumonia (Niederman, 2005).

4. Penyakit campak

Penyakit campak merupakan salah satu penyakit yang sangat infeksius dan 90% mengenai balita. Dikhawatirkan, apabila anak balita menderita penyakit campak dangan komplikasi pneumonia dapat menyebabkan kematian (Kemenkes RI Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2012).

2.3 Rokok

2.3.1 Definisi rokok

(31)

tembakau. Namun di beberapa negara ada lebih dari 600 zat tambahan yang diizinkan ditambahkan pada rokok yang sebagian orang tidak mengetahui kalau zat ini memberikan pengaruh terhadap kesehatan. Zat aditif ini ditambahkan sebagai pengawet dan penambah cita rasa. Zat aditif ini tidak dilampirkan dalam kemasan yang secara umum ditambahkan untuk mempertahankan kesegaran tembakau, untuk menutupi rasa atau bau yang tidak enak dan meningkatkan sensasi bagi para perokok (Anderson, 2006).

Ketika seorang perokok merokok, bagian rokok yang terbakar akan mencapai suhu 7000C dan menyebabkan terjadinya reaksi kimia termasuk pembentukan gas sepeti karbon monoksida dan menguapnya zat yang bersifat lengket yang dikenal sebagai tar. Ketika asap rokok mencapai paru-paru, zat kimia yang terkandung dalam asap rokok akan merusak saluran pernapasan. Kemudian tar akan menguap dan menempel pada bagian bronkiolus dan alveolus yang kemudian akan mempengaruhi kemampuan saluran pernafasan untuk mencegah infeksi dan membuat resiko terkena infeksi saluran pernafasan menjadi lebih besar (Anderson, 2006).

2.3.2 Second Hand Smoke

Secondhand smoke merupakan akumulasi asap yang dihasilkan oleh

(32)

langsung, namun kadar toksin yang berada pada secondhand smoke jauh lebih tinggi (ASH, 2014).

Anak-anak merupakan golongan yang berpotensi terkena paparan secondhand smoke lebih besar dibandingkan orang dewasa (Encyclopedia of Global Health,

2008). Hal ini terjadi karena saluran pernafasan anak- anak masih berada pada takap perkembangan dan masih sangat mudah untuk rusak. Selain itu balita menghirup lebih banyak asap rokok karena mereka memiliki frekuensi bernafas yang lebih tinggi dibandingkan orang dewasa (HealthlinkBC, 2012).

2.3.3 TAR

Sekitar 85% asap tembakau dalam ruangan biasanya merupakan asap samping (sidestream smoke) dari ujung rokok yang terbakar. Banyak racun didapatkan dalam kadar yang lebih tinggi dari asap samping daripada asap yang diisap secara langsung oleh perokok dari rokoknya. Banyak dari antara bahan kimia yang teridentifikasi dalam asap rokok merupakan zat kimia berbahaya. Bahan-bahan kimia ini terutama terkonsentrasi di dalam tar, yaitu cairan cokelat lengket yang terkondensasi dari asap rokok (John and David, 2002).

(33)

dan formaldehid ketika bertemu dengan zat kimia lain akan membentuk senyawa kimia yang dapat mengakibatkan pertumbuhan sel kanker (Harold, 2001).

Ketika rokok dinyalakan, bagian rokok yang terbakar dapat mencapai suhu 7000C. Pembakaran tembakau dengan suhu tinggi ini mengakibatkan banyak terjadi reaksi kimia yang menghasilkan residu. Sisa pembakaran yang terbentu ada dua jenis yaitu gas (seperti CO, CO2, SOx) dan partikel. Partikel yang terbentuk merupakan partikel yang terkondensasi (menguap akibat suhu yang tinggi) dan bergabung sehingga membentuk cairan yang berwarna kecokelatan serta bersifat lengket yang dikenal sebagai tar. Ketika seorang perokok mengisap asap rokok dan memasukkannya ke dalam saluran pernapasannya, asap tersebut akan mengiritasi permukaan saluran pernapasan sehingga mengakibatkan batuk maupun sensasi seperti terbakar. Ketika tar terhirup, tar akan menempel pada bronkiolus dan alveolus. Hal ini mengakibatkan penurunan kemampuan paru-paru melawan infeksi dan membuat kita semakin berpotensi terkena batuk, flu, bronchitis, dan ISPA. Hal ini juga mempersulit oksigen masuk ke dalam peredaran dara. Sebagian dari tar akan tinggal di paru-paru, dan selebihnya diabsorbsi melalui dinding paru yang jika lama-kelamaan dapat mengakibatkan kanker (Anderson, 2006).

Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingginya kadar tar dalam asap rokok dari sebatang rokok, antara lain (Boyle, 2010):

1. Penggunaan filter rokok

(34)

sianida, formaldehid, akrolein, dan asetaldehid hingga 66%. Namun filter jenis ini ternyata kurang efektif dalam mengurangi tar dalam asap rokok. Setelah ditemukannya filter yang terbuat dari selulosa asetat, pelepasan tar dapat dikurangi hingga 50%.

2. Struktur rokok

Asap rokok yang terbentuk tergantung dari parameter fisik rokok seperti panjang dan diameter rokok, dan lebar irisan tembakau. Semakin panjang ukuran sebatang rokok, maka semakin tinggi pula kadar tar yang dihasilkan. Begitu pula dengan diameter rokok, semakin tebal diameter sebatang rokok, maka semakin tinggi pula kadar tar dalam asap rokok. Hal ini dikarenakan semakin tebal diameter rokok, semakin banyak pula tembakau yang harus digunakan. Jumlah potongan tembakau per inchi juga sangat berpengaruh dengan kadar tar yang dihasilkan. Semakin banyak irisan tembakau per inchi, baka semakin rendah pula kadar tar yang dihasilkan. Penurunan kadar tar dari 8 irisan dengan 60 irisan adalah dari 29,1 mg menjadi 23 mg tar.

3. Tipe tembakau

(35)

mg. sementara kadar tar pada tembakau yang dikeringkan dengan cara dianginkan berkisar 21,2-25,6 mg.

2.3.4 Dampak Rokok Bagi Kesehatan

Penelitian menunjukkan bahwa perokok aktif ternyata juga dapat memberi resiko kesehatan pada orang yang tidak merokok yaitu sebagai perokok pasif baik pada orang dewasa, anak-anak maupun balita (Encyclopedia of Global Health, 2008). 1. Pada orang dewasa

Orang yang terpapar secondhand smoke memiliki resiko terkena kanker paru dan kerusakan hati yang lebih besar. Ada beberapa penyakit yang telah terbukti memilki kaitan dengan kebiasaan merokok secara aktif maupun pasif, seperti:

a. Kanker kandung kemih, leher rahim, kerongkongan, ginjal, laring, paru-paru, rongga mulut, pankreas, dan leukemia.

b. Serangan jantung, pelebaran dan pengerasan pembuluh darah arteri pada jantung dan perut, stroke, dan penyakit jantung koroner.

c. Kemandulan, kelahiran premature, lahir mati, dan BBLR. 2. Pada anak-anak dan balita

(36)

2.3.5 Asap Rokok Sebagai Indoor Air Pollution

Merokok merupakan salah satu sumber pencemaran udara dalam ruangan terbesar sekaligus penyebab kanker paru. Asap rokok mengandung bermacam-macam zat yang tidak dapat di hilangkan dengan ventilasi maupun penyaring udara. Di luar ruangan, resiko gangguan kesehatan akibat asap rokok lebih kecil dan tidak begitu menonjol (Encyclopedia of Global Health, 2008).

2.4 Kerangka Konsep

Variambel independen Variabel dependen

2.5 Hipotesa Penelitian

1. Ho: tidak ada hubungan kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada balita Ha: ada hubungan kepadatan hunian dengan kejadia ISPA pada balita 2. Ho: tidak ada hubungan ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita

Ha: ada hubungan ventilasi dengan kejadia ISPA pada balita Karakteristik rumah:

1. Kepadatan hunian 2. Ventilasi

3. Jenis lantai 4. Jenis dinding 5. Jenis langit-langit 6. Pencahayaan 7. Suhu

8. kelembaban

Kasus ISPA pada balita

Kontrol

tidak ada ISPA pada balita Kebiasan anggota

(37)

3. Ho: tidak ada hubungan jenis lantai dengan kejadian ISPA pada balita Ha: ada hubungan jenis lantai dengan kejadia ISPA pada balita

4. Ho: tidak ada hubungan jenis dinding dengan kejadian ISPA pada balita Ha: ada hubungan jenis dinding dengan kejadia ISPA pada balita

5. Ho: tidak ada hubungan jenis langit-langit dengan kejadian ISPA pada balita Ha: ada hubungan jenis langit-langit dengan kejadia ISPA pada balita

6. Ho: tidak ada hubungan pencahayaan dengan kejadian ISPA pada balita Ha: ada hubungan pencahayaan dengan kejadia ISPA pada balita

7. Ho: tidak ada hubungan suhu dengan kejadian ISPA pada balita Ha: ada hubungan suhu dengan kejadia ISPA pada balita

8. Ho: tidak ada hubungan kelembaban dengan kejadian ISPA pada balita Ha: ada hubungan kelembaban dengan kejadia ISPA pada balita

9. Ho: tidak ada hubungan kebiasaan merokok anggota keluarga terhadap kejadian ISPA pada balita

Gambar

Tabel 2.1 Jenis-jenis, sumber, dan pengaruh polutan pada indoor air pollution

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 10 merupakan bobot yang sesuai dengan proses di Penerbit Andi, Gambar 11 memprioritaskan bobot tertinggi pada nilai terendah dan Gambar 12 memprioritaskan

Sehingga merupakan suatu sumber nilai,norma serta kaidah, baik moral maupun hukum negara, dan menguasai hukum dasar baik yang tertulis atau Undang-Undang Dasar maupun yang

Pada hari ini, Kamis tanggal Dua puluh satu bulan April tahun Dua ribu enam belas, Kami Kelompok Kerja Unit Layanan Pengadaan Daerah Kementerian Keuangan

Paket Pengadaan ini terbuka untuk penyedia yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan memenuhi persyaratan sebagaimana yang tercantum

PEKERJAAN RENOVASI RUANG BIDANG MUTASI, RUANG SRIWIJAYA II DAN GEDUNG ARSIP KANTOR REGIONAL VII BKN PALEMBANG (LELANG ULANG).. SYARAT TEKNIS

Berdasarkan sejumlah temuan penelitian yang telah diuraikan di atas tampak bahwa Pendidikan Kewarganegaraan berperan penting dalam pembentukan karakter generasi muda pacsa

Komunitas waria tu pada dasarnya begitu mereka menginjak atau merasakan diri menjadi waria dalam bergabung dengan temen2, mereka tu pasti ingin temen2nya pada dandan pada pake

Pada zaman keemasan raja Anak Wungsu, kegiatan yang paling terkenal dari kerajaan ini adalah perdagangan, dengan barang dagangan berupa; beras; asam; kemiri; dan