3
ABSTRAK
TINJAUAN YURIDIS PENGELOLAAN PEWAKAFAN TANAH PADA MASYARAKAT TIONGHOA DI KOTA MEDAN
Di dalam praktik pelaksanaan perwakafan tanah ini sebelum diatur dalam Hukum Agraria Nasional, pelaksanaannya sangat sederhana yaitu cukup ditandai oleh adanya rasa kepercayaan dan terpenuhinya beberapa unsur dan syarat tertentu sesuai dengan ajaran hukum Islam saja. Dengan cukup diikrarkan di hadapan nadzir serta disaksikan oleh beberapa orang saksi, maka telah dianggap selesailah pelaksanaan wakaf tersebut. Sebagai akibatnya, sering tidak ada usaha pengadministrasiannya sama sekali atau hanya sampai pencatatan ke desa saja, tidak sampai pada instansi yang berwenang terhadap masalah pertanahan.
Perumusan masalah dalam penelitian skripsi ini adalah bagaimanakah perwakafan tanah di Indonesia, bagaimanakah pengelolaan perwakafan tanah pada masyarakat Tionghoa dan bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hukum terhadap tanah wakaf pada masyarakat Tionghoa di Kota Medan.
Metode yang digunakan adalah yuridis normatif, maka sumber-sumber data yang dikumpulkan berasal dari data kepustakaan. Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka digunakan teknik pengumpulan data dengan cara yaitu studi Kepustakaan. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis kualitatif.
Pelaksanaan hukum wakaf d pada masyarakat Tionghoa di Kota Medan semula masih sangat sederhana tidak disertai administrasi yang Iengkap, dan hanya cukup dilakukan ikrar (pernyataan) secara lisan saja, sedangkan pengurusan tanah wakaf kemudian diserahkan kepada nadzir yang ditunjuk. Pengelolaan wakaf tanah pada masyarakat Tionghoa di Kota Medan dalam kaitannya dengan pemberdayaan ekonomi umat sebagaimana tujuan dari diberlakukannya Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf yaitu dipersiapkan untuk menggerakkan seluruh potensi wakaf secara produktif. Dalam hal ini pengembangan tanah wakaf secara optimal dengan pengelolaan profesional produktif untuk mencapai hasil yang nyata dalam kehidupan masyarakat banyak, belum dapat dicapai dalam pengelolaan perwakafan tanah pada masyarakat Tionghoa di Kota Medan ini karena masyarakatnya sendiri untuk diajak kompromi ke arah pemberdayaan wakaf produktif untuk pengembangan ekonomi umat masih sulit, disebabkan minimnya pengertian mereka bahwa wakaf tanah hanya ditujukan untuk kegiatan peribadatan (non produktif).