• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Hukum Mengenai Penguasaan dan Penggunaan Senjata Api Tanpa Hak oleh Warga Sipil (Studi Kasus pada Putusan Nomor: 261 Pid.b 2013 PN.GS)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Hukum Mengenai Penguasaan dan Penggunaan Senjata Api Tanpa Hak oleh Warga Sipil (Studi Kasus pada Putusan Nomor: 261 Pid.b 2013 PN.GS)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

19 BAB II

PENGATURAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA

PENGUASAAN DAN PENGGUNAAN SENJATA API

A. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang pendaftaran dan pemberian

izin pemakaian senjata api

Senjata api merupakan bukanlah benda yang umum digunakan ataupun dibawa-bawa oleh masyarakat sipil, Negara telah membuat regulasi mengenai kepemilikan senjata api. Walaupun demikian penyalahgunaan senjata api tetap tidak dapat dihindarkan. Hal ini bisa saja dikarenakan kurang konsekuennya pihak-pihak terkait dalam mengeluarkan izin kepemilikan senjata api. Sekarang masyarakat berpandangan pemberian izin senjata api sama saja dengan memberikan izin untuk membunuh. Dalam artian orang yang memegang izin senjata api lebih besar kemungkinan untuk membahayakan nyawa orang lain dengan senjata yang dimilikinya.

Ketika mendengar kata senjata api, seringkali terlintas di kepala sebuah aksi kejar-kejaran antara pelaku kejahatan dengan polisi. Kata senjata api memang sulit untuk dipisahkan dari tindakan kejahatan dan polisi sebagai aparat penegak hukum yang bertugas untuk menanggulangi kejahatan. Hal ini juga berlaku di Indonesia, baik polisi maupun pelaku kejahatan memiliki dan menggunakan senjata pai sebagai alat untuk kepentingan masing-masing. Polisi menggunakan senjata api untuk menangani kejahatan, sementara pelaku kejahatan menggunakan senjata api sebagai alat untuk melakukan kejahatan.24

24

(2)

20

Undang-undang No 8 Tahun 1948 mengatur mengenai pendaftaran dan pemberian izin pemakaian Senjata Api. Senjata Api milik masyarakat sipil yang ingin didaftarkan harus didaftarkan ke kepolisisan daerah tempat orang tersebut berdomisili. Dalam Undang-Undang ini ditetapkan bahwa orang yang bukan anggota TNI atau POLRI yang memegang senjata api harus mempunyai surat izin. Hal yang demikian diatur dalam Undang-Undang No 8 Tahun 1948 tentang pendaftaran dan pemberian izin pemakaian senjata api. Yang dimaksud dengan senjata api dalam Undang-undang ini, ialah : senjata api dan bagian-bagiannya, alat penyembur api dan bagian-bagiannya, mesiu dan bagian-bagiannya seperti "patroonhulsen", "slaghoedjes" dan lain-lainnya, bahan peledak, termasuk juga benda-benda yang mengandung peledak seperti geranat tangan, bom dan lain-lainnya.25 Dalam waktu selambat-lambatnya 30 hari terhitung mulai berlakunya Undang-undang ini semua senjata api harus didaftarkan.26 Mulai hari berlakunya Undang-undang ini pemindahan senjata api kelain tangan dilarang, kecuali pemindahan sejata api ke tangan lain.27 Mulai hari berlakunya Undang-undang ini sampai hari penutupan pendaftaran yang dimaksud, pemindahan senjata api kelain tempat dilarang, kecuali pemindahan seperti9tersebut.28

Senjata api yang berada ditangan orang bukan anggauta Tentara atau Polisi harus didaftarkan oleh Kepala Kepolisian Karesidenan (atau Kepala Kepolisian Daerah Istimewa selanjutnya disebut Kepala Kepolisian Karesidenan saja) atau orang yang ditunjukkannya.29 Senjata api yang berada ditangan anggauta Angkatan Perang

25

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1948 Tentang Mencabut Peraturan Dewan Pertahanan Negara Nomor 14 dan Menetapkan Peraturan Tentang Pendaftaran Dan Pemberian Idzin Pemakaian Senjata Api, Pasal 1

26Ibid,

Pasal 2

27

Ibid, Pasal 3

28

Ibid, Pasal 4

29Ibid,

(3)

21

didaftarkan menurut instruksi Menteri Pertahanan, dan yang berada ditangan Polisi menurut instruksi Pusat Kepolisian Negara.30Tiap-tiap senjata api yang akan didaftarkan dan harus dibawa ketempat pendaftaran untuk diperlihatkan kepada Kepala Kepolisian Karesidenan atau orang yang ditunjukkannya.31 Mereka yang mendaftarkan senjata apinya menerima tanda pendaftaran menurut contoh yang ditetapkan oleh Kepala Pusat Kepolisian Negara.32 Tanda pendaftaran untuk senjata-senjata api yang didaftarkan, berlaku sebagai surat idzin pemakaian senjata api untuk sementara waktu, selanjutnya disebut surat idzin sementara.33Dalam waktu 7 hari mulai hari penutupan pendaftaran tersebut, Kepala Kepolisian Karesidenan melaporkan hasil pendaftaran kepada Kepala Pusat Kepolisian Negara.34

Setiap orang bukan anggauta Tentara atau Polisi yang mempunyai dan memakai senjata api harus mempunyai surat idzin pemakaian senjata api menurut contoh yang ditetapkan oleh Kepala Kepolisian Negara.35 Untuk tiap senjata api harus diberikan sehelai surat idzin.36 Yang berhak memberi surat idzin pemakaian senjata api ialah Kepala Kepolisian Karesidenan atau orang yang ditunjukkannya.37 Semua senjata api menjadi milik Negara, bilamana sehabis waktu 16 hari terhitung mulai hari penutupan pendaftaran senjata api, senjata api tadi belum mempunyai surat idzin pemakaian senjata api.38 Surat idzin pemakaian senjata api (termasuk idzin sementara)

30

Ibid, Pasal 5 ayat (2)

31Ibid,

Pasal 6 ayat (2)

32

Ibid, Pasal 7 ayat (1)

33

Ibid, Pasal 7 ayat (2)

34

Ibid, Pasal 8

35Ibid,

Pasal 9 ayat (1)

36

Ibid, Pasal 9 ayat (2)

37

Ibid, Pasal 9 ayat (3)

38Ibid,

(4)

22

dapat dicabut oleh fihak yang berhak memberikannya bila senjata api itu salah dipergunakan, dan senjata api tersebut dapat dirampas.39

Menurut ketentuan yang berlaku, cara kepemilikan senjata api harus memenuhi persyaratan-persyaratan berikut ini :

1. Pemohon ijin kepemilikan senjata api harus memenuhi syarat medis dan psikologis tertentu. Secara medis pemohon harus sehat jasmani, tidak cacat fisik yang dapat mengurangi keterampilan membawa dan menggunakan senjata api dan berpenglihatan normal;

2. Pemohon haruslah orang yang tidak cepat gugup dan panik, tidak emosional dan tidak cepat marah. Pemenuhan syarat ini harus dibuktikan dengan hasil psikotes yang dilaksanakan oleh tim yang ditunjuk Dinas Psikologi Mabes Polri;

3. Harus dilihat kelayakan, kepentingan, dan pertimbangan keamanan lain dari calon pengguna senjata api, untuk menghindari adanya penyimpangan atau membahayakan jiwa orang lain;

4. Pemohon harus berkelakuan baik dan belum pernah terlibat dalam suatu kasus tindak pidana yang dibuktikan dengan SKKB;

5. Pemohon harus lulus screening yang dilaksanakan Kadit IPP dan Subdit Pamwassendak.

6. Pemohon harus berusia 21 tahun hingga 65 tahun; dan

7. Pemohon juga harus memenuhi syarat administratif dan memiliki Izin Khusus Hak Senjata Api (IKHSA).40

39

Ibid, Pasal 13

40

(5)

23

Setelah memenuhi persyaratan diatas, maka pemohon juga harus mengetahui bagaimana prosedur selanjutnya yang diarahkan menurut ketentuan yang ada, antara lain :

1. Prosedur awal pengajuan harus mendapatkan rekomendasi dari Kepolisian Daerah (Polda) setempat, dengan maksud untuk mengetahui domisili pemohon agar mudah terdata, sehingga kepemilikan senjata mudah terlacak.

2. Setelah mendapat rekomendasi dari Polda, harus lulus tes psikologi, kesehatan fisik, bakat dan keahlian di Mabes Polri sebagaimamana yang telah dipersyaratkan.

3. Untuk mendapatkan sertifikat lulus hingga kualifikasi kelas I sampai kelas III calon harus lulus tes keahlian. Kualifikasi pada kelas III ini harus bisa berhasil menggunakan sepuluh peluru dan membidik target dengan poin antara 120 sampai 129. (dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Institusi Pelatihan Menembak yang sudah mendapat izin Polri dan harus disahkan oleh pejabat Polri yang ditunjuk).

4. Proses pemberian izin dan tes memiliki senjata harus diselesaikan dalam rentang waktu antara tiga sampai enam bulan. Bila gagal dalam batas waktu tersebut, Polri akan menolak melanjutkan uji kepemilikan.41

Dalam undang-undang disebutkan bahwa ijin kepemilikan senjata api hanya diberikan kepada pejabat tertentu, antara lain :

1. Pejabat swasta atau perbankan, yakni presiden direktur, presiden komisaris, komisaris, diretur utama, dan direktur keuangan;

41

(6)

24

2. Pejabat pemerintah, yakni Menteri, Ketua MPR/DPR, Sekjen, Irjen, Dirjen, dan Sekretaris Kabinet, demikian juga Gubernur, Wakil Gubernur, Sekwilda, Irwilprop, Ketua DPRD-I dan Anggota DPR/MPR;

3. TNI/Polri dan purnawirawan.42

Hingga saat ini banyak sekali warga dari kalangan sipil yang mengajukan izin kepemilikan senjata api. Baik ditujukan untuk alat proteksi diri, olahraga, berburu, hingga hobby mengkoleksi hal-hal terkait ragam jenis senjata api. Hal ini tentu menimbulkan suatu problem tersendiri mengingat benda yang diperizinkan tersebut merupakan benda yang dapat dikatakan sangat berbahaya. Masyarakat sipil pada dasarnya diperbolehkan menggunakan senjata api dengan kategori peruntukkan bela diri, koleksi, olahraga, dan berburu dengan persyaratan-persyaratan administrasi perizinan yang harus dipenuhi terlebih dahulu. Pemberian izin senjata api bagi masyarakat sipil merupakan bentuk dispensasi oleh pejabat aparatur negara. Dan apabila izin kepemilikan (dispensasi) senjata api telah diperoleh, maka senjata api tersebut menjadi tanggung jawab pemegang izin selain Kepolisian yang mengeluarkan kebijakan tersebut. Baik dalam penggunaaan, penyimpanan, serta pengawasan senjata api.43

B. Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang Senjata Api

Senjata adalah suatu alat yang digunakan untuk melukai, membunuh, atau menghancurkan suatu benda. Senjata dapat digunakan untuk menyerang maupun untuk mempertahankan diri, dan juga untuk mengancam dan melindungi. Apapun yang dapat

42

http://www.gtmshootingclub.com/2012/05/prosedur-teknis-kepemilikan-senjata-api.html, diakses tanggal 24 Mei 2015

43

(7)

25

digunakan untuk merusak (bahkan psikologi dan tubuh manusia) dapat dikatakan senjata. Senjata bisa sederhana seperti pentungan atau kompleks seperti peluru kendali balistik.44

Senjata api (bahasa Inggris: firearm) adalah senjata yang melepaskan satu atau lebih proyektil yang didorong dengan kecepatan tinggi oleh gas yang dihasilkan oleh pembakaran suatu propelan. Proses pembakaran cepat ini secara teknis disebut deflagrasi. Senjata api dahulu umumnya menggunakan bubuk hitam sebagai propelan, sedangkan senjata api modern kini menggunakan bubuk nirasap, cordite, atau propelan lainnya. Kebanyakan senjata api modern menggunakan laras melingkar untuk memberikan efek putaran pada proyektil untuk menambah kestabilan lintasan.45

Senjata api diartikan sebagai setiap alat, baik yang sudah terpasang ataupun yang belum, yang dapat dioperasikan atau yang tidak lengkap, yang dirancang atau diubah, atau yang dapat diubah dengan mudah agar mengeluarkan proyektil akibat perkembangan gas-gas yang dihasilkan dari penyalaan bahan yang mudah terbakar didalam alat tersebut, dan termasuk perlengkapan tambahan yang dirancang atau dimaksudkan untuk dipasang pada alat demikian.

Senjata Api diartikan sebagai setiap alat, baik yang sudah terpasang ataupun yang belum, yang dapat dioperasikan atau yang tidak lengkap, yang dirancang atau diubah, atau yang dapat diubah dengan mudah agar mengeluarkan proyektil akibat perkembangan gas-gas yang dihasilkan dari penyalaan bahan yang mudah terbakar

44

http://sekolah007.blogspot.ca/2013/04/pengertian-senjata.html, diakses tanggal 24 Mei 2015

45

(8)

26

didalam alat tersebut, dan termasuk perlengkapan tambahan yang dirancang atau dimaksudkan untuk dipasang pada alat demikian.46

Indonesia memiliki 2 (dua) buah Undang-undang yang walaupun sudah berusia

“lanjut” namun tetap berlaku secara efektif, salah satunya yaitu Undang-undang

Nomor 12/Drt Tahun 1951 tentang Senjata Api (undang senjata Api). Undang-undang ini merupakan satu-satunya Undang-Undang-undang yang masih efektif diberlakukan terhadap pelaku penyalahgunaan Senjata Api. Dalam Undang-undang tersebut, secara tegas diatur unsur-unsur dari tindak pidana penyalahgunaan Senjata Api di Indonesia.

Ketentuan UU Drt No 12 Tahun 1951 pada dasarnya mengatur mengenai peraturan hukuman istimewa sementara. Melalui peraturan ini pula ditetapkan sanksi pidana terhadap seseorang yang melakukan penyalahgunaan senjata api dan bahan peledak.

Barangsiapa, yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, munisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara sementara setinggi-tingginya dua puluh tahun.47Yang dimaksudkan dengan pengertian senjata api dan munisi termasuk juga segala barang yang telah diubah dengan Ordonnantie tanggal 30 Mei 1939 (Stbl. No.278), tetapi tidak termasuk dalam pengertian itu senjata-senjata yang nyata-nyata mempunyai tujuan sebagai barang kuno atau barang yang ajaib

46

http://www.bumn.go.id/pindad/berita/358/Senjata.Api,.Definisi.Dan.Pengaturannya.html, diakses tanggal 24 Mei 2015

47

(9)

27

(merkwa a rdigheid), dan bukan pula sesuatu senjata yang tetap tidak dapat terpakai atau dibikin sedemikian rupa sehingga tidak dapat dipergunakan.48Yang dimaksudkan dengan pengertian bahan-bahan peledak termasuk semua barang yang dapat meledak, yang dimaksudkan dalam Ordonnantie tanggal 9 Mei 1931 (Stbl. No.168), semua jenis mesiu, bom-bom pembakar, ranjau-ranjau (mijnem), granat-granat tangan dan pada umumnya semua bahan peledak, baik yang merupakan luluhan kimia tunggal (enkelvoudige chemische verbindingen) maupun yang merupakan adukan bahan-bahan peledak (explosieven mengsels) atau bahan peledak pemasuk (inleidende explosieven), yang dipergunakan untuk meledakkan lain-lain barang peledak, sekedar belum termasuk dalam pengertian munisi.49

Peraturan ini bisanya digunakan untuk kasus-kasus penyalahgunaan senjata api, maupun kasus penyelundupan senjata api ke Indonesia. Sebab UU Darurat No 8 Tahun 1951 ini merupakan perundang-undangan yang masih berlaku dan belum dicabut, di dalamnya juga mengatur secara khusus mengenai sanksi penyalahgunaan senjata api.

Akan tetapi sebagaimana disebutkan dalam rumusan pasal-pasal di atas, hal yang dilarang tersebut dapat dilakukan jika orang tersebut memiliki hak untuk melakukan kepemilkan senjata api, senjata pemukul, senjata penikam, atau senjata penusuk (slag-, steek-, of stootwapen).50

Barangsiapa yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperolehnya, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya,

48Ibid,

Pasal 1 ayat (2)

49

Ibid, Pasal 1 ayat (3)

50

(10)

28

menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata pemukul, senjata penikam, atau senjata penusuk (slag, steek of stoot wa pen), dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya sepuluh tahun.51 Dalam pengertian senjata pemukul, senjata penikam atau senjata penusuk dalam pasal ini, tidak termasuk barang-barang yang nyata-nyata dimaksudkan untuk dipergunakan guna pertanian, atau untuk pekerjaan-pekerjaan rumah tangga atau untuk kepentingan melakukan dengan sah pekerjaan atau yang nyata-nyata mempunyai tujuan sebagai barang pusaka atau barang kuno atau barang ajaib (merkwaardigheid).52 Perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum menurut Undang-undang ini dipandang sebagai kejahatan.53Bilamana sesuatu perbuatan yang dapat dihukum menurut Undang-undang ini dilakukan oleh atau atas kekuasaan suatu badan hukum, maka penuntutan dapat dilakukan dan hukuman dapat dijatuhkan kepada pengurus atau kepada wakilnya setempat.54Barang-barang atau bahan-bahan dengan mana atau terhadap mana sesuatu perbuatan yang terancam hukuman dapat dirampas, juga bilamana barang-barang itu tidak kepunyaan si tertuduh.55Barang-barang atau bahan-bahan yang dirampas harus dirusak, kecuali apabila terhadap barang-barang itu oleh atau dari pihak Menteri Pertahanan untuk kepentingan Negara diberikan suatu tujuan lain.56

Yang diserahi untuk mengurus perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum berdasarkan pasal 1 dan 2 selain dari orang-orang yang pada umumnya telah ditunjuk untuk mengusut perbuatan-perbuatan yang dapat dihukum juga orang-orang, yang

51

Ibid,Pasal 2 ayat (1)

52

Ibid,Pasal 2 ayat (2)

53Ibid,

Pasal 3

54

Ibid,Pasal 4 ayat (1)

55

Ibid,Pasal 5 ayat (1)

56Ibid,

(11)

29

dengan peraturan Undang-undang telah atau akan ditunjuk untuk mengusut kejahatan-kejahatan dan pelanggaran-pelanggaran yang bersangkutan dengan senjata api, munisi dan bahan-bahan peledak.57 Pegawai-pegawai pengusut serta orang-orang yang mengikutnya senantiasa berhak memasuki tempat-tempat, yang mereka anggap perlu dimasukinya, untuk kepentingan menjalankan dengan saksama tugas mereka. Apabila mereka dihalangi memasukinya, mereka jika perlu dapat meminta bantuan dari alat kekuasaan.58

C. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 tentang Senjata Api Dinas

Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai

Dalam melaksanakan tugas dan fungsi yang menjadi kewenangannya untuk mengamankan hak-hak negara dan dipatuhinya ketentuan dibidang kepabeanan dan cukai, Pejabat Bea dan Cukai dapat menggunakan segala upaya terhadap orang atau barang agar dipenuhinya ketentuan Undang-undang. Dalam rangka melaksanakan penegakan hukum, Pejabat Bea dan Cukai perlu dilengkapi dengan sarana operasi termasuk Kapal Patroli. Mengingat tugas penegakan hukum dan penggunaan Kapal Patroli kemungkinan menghadapi bahaya yang mengancam jiwa atau keselamatan, dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku, Pejabat Bea dan Cukai dan Kapal Patroli dapat dilengkapi dengan Senjata Api Dinas. Sesuai dengan tugas dan fungsi yang menjadi kewenangan Pejabat Bea dan Cukai, maka jumlah, jenis, macam, dan ukuran/kaliber Senjata Api Dinas yang digunakan dalam penegakan hukum perlu dilakukan pembatasan. Mengingat besarnya bahaya bagi keselamatan dan keamanan, penggunaan Senjata Api Dinas perlu dibatasi hanya dalam hal yang sangat mendesak.

57

Ibid,Pasal 6 ayat (1)

58Ibid,

(12)

30

Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, maka perlu diatur tentang Senjata Api Dinas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam suatu Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Senjata Api dan Amunisi adalah sebagaimana dimaksud dalam Ordonansi Senjata Api 1937 (Staatsblad 1937 Nomor 170) sebagaimana telah diubah dengan Ordonansi tanggal 30 Mei 1939 (Staatsblad 1939 Nomor 278) serta Undang-undang Nomor 8 Tahun 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Pemakaian Senjata Api.59 Peralatan Keamanan adalah peralatan yang digunakan untuk keperluan keamanan, yang digolongkan sama dengan senjata api.60

Pengadaan Senjata Api Dinas hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin dari Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.61Pengadaan Senjata Api Standar ABRI hanya dapat dilakukan dengan cara pinjam pakai dari Panglima Angkatan.62

Pemilikan Senjata Api Non Standar ABRI dan Peralatan Keamanan berdasarkan izin pengadaan wajib dilengkapi dengan izin pemilikan.63 Izin pemilikan diberikan oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia kepada Direktur Jenderal.64 Untuk memperoleh izin pemilikan Direktur Jenderal mengajukan daftar Senjata Api Non Standar ABRI berdasarkan izin pengadaan.65 Izin pemilikan berlaku selama lima tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu yang sama kepada Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.66 Senjata Api Standar ABRI

59

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 tentang Senjata Api Dinas Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai, Pasal 1 angka 1

60

Ibid,Pasal 1 angka 4

61

Ibid,Pasal 2 ayat (4).

62

Ibid, Pasal 2 ayat (5)

63Ibid,

Pasal 3 ayat (1)

64

Ibid, Pasal 3 ayat (2)

65

Ibid, Pasal 3 ayat (3)

66Ibid,

(13)

31

berdasarkan persetujuan pengadaan pemilikannya tetap berada pada Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.67Penguasaan Senjata Api Standar ABRI diberikan berdasarkan izin hak pakai oleh Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia kepada Direktur Jenderal.68Senjata Api Dinas disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan keamanan.69

Pengangkutan Senjata Api Dinas dalam rangka distribusi wajib dilengkapi dengan izin pengangkutan.70 Izin pengangkutan diberikan oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia kepada Direktur Jenderal.71 Untuk memperoleh izin pengangkutan Direktur Jenderal mengajukan permohonan tertulis kepada Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.72

Pejabat Bea dan Cukai dan Kapal Patroli wajib memiliki izin penguasaan pinjam pakai.73 Izin penguasaan pinjam pakai diberikan oleh Direktur Jenderal atas kuasa Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.74 Izin penguasaan pinjam pakai berlaku untuk seluruh Daerah Pabean.75

Pemeliharaan Senjata Api Dinas dilakukan secara rutin guna menjaga kondisi senjata siap pakai.76 Perbaikan Senjata Api Dinas dilakukan oleh bengkel pemeliharaan milik Angkatan Bersenjata Republik Indonesia atau bengkel swasta yang telah mendapat izin dari Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.77

67

Ibid, Pasal 4

68Ibid,

Pasal 5

69

Ibid,Pasal 6

70Ibid,

Pasal 7 ayat (1)

71

Ibid,Pasal 7 ayat (2)

72

Ibid,Pasal 7 ayat (3)

73

Ibid,Pasal 9 ayat (2)

74Ibid,

Pasal 9 ayat (3)

75

Ibid,Pasal 9 ayat (4)

76

Ibid,Pasal 10 ayat (1)

77Ibid,

(14)

32

Pertanggungjawaban senjata api yang hilang diselesaikan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.78Pengawasan Senjata Api Dinas dilakukan dengan sistem pelaporan tentang : jumlah dan posisi Senjata Api Dinas; dan perubahan jumlah dan penghapusan Senjata Api Dinas.79Izin Pemilikan Senjata Api Non Standar ABRI yang sudah dimiliki oleh Direktorat Jenderal sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini masih tetap berlaku sampai dengan berakhir masa berlakunya dan dapat diperpanjang sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.80

D. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Nomor 8 Tahun 2012 Tentang

Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Untuk Kepentingan Olahraga

Penggunaan senjata api di kalangan masyarakat sipil setidaknya disebabkan beberapa hal seperti kurangnya rasa keamanan yang dirasakan masyarakat. Rasa aman tidak cukup didapat hanya dengan adanya perangkat hukum. Sehingga masyarakat merasa perlu untuk mengamankan dirinya sendiri dari segala ancaman marabahaya yang bisa muncul. Alasan lain bagi masyarakat sipil memiliki senjata adalah karena proses kepemilikan tersebut bias dilakukan dengan proses yang relatif mudah.81

Senjata Api adalah suatu alat yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam yang mempunyai komponen atau alat mekanik seperti laras, pemukul/pelatuk, trigger, pegas, kamar Peluru yang dapat melontarkan anak Peluru atau gas melalui laras dengan bantuan bahan peledak.82 Penggunaan Senjata Api adalah hak atas Senjata Api dan peluru dengan tujuan untuk menggunakannya sebagai kepentingan olahraga sesuai

78

Ibid,Pasal 11 ayat (4)

79

Ibid,Pasal 12 ayat (1)

80Ibid,

Pasal 13

81

http://digilib.unila.ac.id/3903/10/BAB%20I.pdf.html, diakses tanggal 25 Mei 2015

82

(15)

33

dengan ketentuan perundang-undangan.83 Penyimpanan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menyimpan Senjata Api dan peluru di tempat yang aman agar terhindar dari pencurian, kerusakan dan disalahgunakan oleh orang yang tidak berhak.84

Jenis senjata api olahraga, meliputi: senjata api; pistol angin (air Pistol) dan senapan angin (air Rifle); dan airsoft gun.85 Senjata api digunakan untuk kepentingan olahraga: menembak sasaran atau target, menembak reaksi; dan berburu.86 Pistol angin (a ir Pistol) dan senapan angin (air Rifle) digunakan untuk kepentingan olahraga menembak sasaran atau target.87 Airsoft Gun hanya digunakan untuk kepentingan olahraga menembak reaksi.88

Jumlah senjata api olahraga yang dapat dimiliki dan dibawa/digunakan oleh atlet menembak sasaran atau target dan reaksi, dibatasi paling banyak 2 (dua) pucuk untuk setiap kelas yang dipertandingkan.89 Senjata api hanya digunakan di lokasi pertandingan, latihan dan lokasi berburu.90 Pistol angin (air Pistol) dan senapan angin (air Rifle) dan Airsoft Gun hanya digunakan di lokasi pertandingan dan latihan.91

Persyaratan untuk dapat memiliki dan/atau menggunakan senjata api untuk kepentingan olahraga sebagai berikut:

1. memiliki kartu tanda anggota Perbakin;

83

Ibid, Pasal 1 angka 18

84Ibid,

Pasal 1 angka 19

85

Ibid, Pasal 4 ayat (1)

86

Ibid, Pasal 4 ayat (2)

87

Ibid, Pasal 4 ayat (3)

88Ibid,

Pasal 4 ayat (4)

89

Ibid, Pasal 5 ayat (1)

90

Ibid, Pasal 5 ayat (2)

91Ibid,

(16)

34

2. berusia paling rendah 17 (tujuh belas) tahun dan paling tinggi 65 (enam puluh lima) tahun;

3. sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari Dokter Polri serta Psikolog Polri; dan

4. memiliki keterampilan menembak, merawat dan mengamankan senjata api yang dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkanoleh Perbakin.92

Persyaratan usia, dikecualikan bagi atlet olahraga menembak berprestasi yang mendapatkan rekomendasi dari PB Perbakin.93Izin senjata api olahraga, meliputi: pemasukan dari luar negeri (impor), pemasukan (impor) dan pengeluaran (re-ekspor), pengeluaran (ekspor), pengeluaran (ekspor) dan pemasukan (re-impor), pembelian dari dalam negeri, pemilikan, penghibahan, pembaharuan, penyimpanan, pemindahan (mutasi), pengangkutan, penggunaan, pemusnahan; dan/atau gudang.94

Dalam hal pemilik senjata api meninggal dunia dan belum sempat menghibahkan kepada orang lain maka status senjata api: dimiliki oleh salah satu ahli waris yang sah dan memenuhi persyaratan untuk kepemilikan senjata api setelah ada pernyataan tertulis dari seluruh ahli waris yang berhak, dihibahkan oleh ahli waris yang sah kepada orang lain yang memenuhi persyaratan kepemilikan senjata api, diserahkan kepada negara oleh ahli waris untuk dimusnahkan; atau ahli waris yang sah telah memenuhi persyaratan diantaranya sudah dewasa atau belum dewasa tetapi telah mendapat penetapan sebagai ahli waris dari pengadilan.95

92Ibid,

Pasal 11 ayat (1)

93

Ibid, Pasal 11 ayat (2)

94

Ibid, Pasal 14 ayat (1)

95Ibid,

(17)

35

Permohonan izin penggunaan senjata api olahraga diajukan kepada: Kapolda u.p. Dirintelkam, untuk penggunaan dalam satu wilayah Polda; dan Kapolri u.p. Kabaintelkam Polri, untuk penggunaan lebih dari satu wilayah Polda atau di wilayah Polda lain.96Izin pemasukan senjata api olahraga berlaku selama 6 (enam) bulan terhitung sejak tanggal dikeluarkan dan dapat diperpanjang sebanyak 1 (satu) kali untuk jangka waktu 6 (enam) bulan, diajukan paling lambat 1 (satu) bulan sebelum habis masa berlakunya.97 Izin kepemilikan senjata api (Buku Pas) berlaku selama 5 (lima) tahun terhitung sejak tanggal dikeluarkan, dan wajib didaftar ulang setiap tahun di Polda setempat.98 Izin penggunaan/membawa senjata api di luar wilayah Polda setempat untuk mengikuti kejuaraan/pertandingan menembak, berlaku selama pertandingan berlangsung.99 Izin penggunaan/membawa senjata api di luar wilayah Polda setempat untuk kegiatan olahraga berburu, berlaku paling lama 10 (sepuluh) hari dan untuk olahraga safari berburu berlaku paling lama 14 (empat belas) hari.100

Pengesahan izin senjata api olahraga dilaksanakan oleh Kabaintelkam Polri atas nama Kapolri dan Dirintelkam Polda atas nama Kapolda.101Sebelum mengeluarkan surat rekomendasi, Dirintelkam Polda meminta saran/pertimbangan kepada Kapolres tempat domisili atlet yang mengajukan permohonan izin senjata api.102

Pengawasan dan pengendalian perizinan senjata api, peluru, Pistol Angin (Air Pistol) dan Senapan Angin (Air Rifle), dan Airsoft Gun dilaksanakan pada

96

Ibid, Pasal 26 ayat (1)

97

Ibid, Pasal 29 ayat (1)

98

Ibid, Pasal 29 ayat (2)

99Ibid,

Pasal 29 ayat (3)

100

Ibid, Pasal 29 ayat (4)

101

Ibid, Pasal 33

102Ibid,

(18)

36

tingkat:Polres, Polda; dan Mabes Polri.103 Pengawasan dan pengendalian pada tingkat Polres dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. kegiatan yang dilakukan sebelum terbit izin

a.menerima/mencatat dan meneliti tembusan surat permohonan rekomendasi yang diajukan oleh Pemohon;

b.melaksanakan pengecekan di lapangan;

c.membuat dan menyampaikan surat saran kepada Kapolda u.p. Dirintelkam Polda dengan tembusan Kapolres, atas hasil penelitian dan pengecekan di lapangan; dan

d.mengadakan koordinasi dan pengecekan terhadap senjata api olahraga yang dimohonkan serta meneliti biodata anggota Perbakin yang akan mengadakan latihan, pertandingan, atau berburu.

2. kegiatan yang dilakukan setelah terbit izin:

a.menerima dan mencatat tembusan surat izin yang dikeluarkan oleh Kapolri/Kapolda;

b.mengadakan pengecekan dan pengamanan terhadap pelaksanaan izin yang telah diberikan kepada pemohon;

c.mengadakan penyelidikan dan penyidikan bilamana terjadi penyimpangan/penyalahgunaan izin; dan

d.melaporkan hasilnya kepada Kapolda u.p. Dirintelkam Polda.104 Pengawasan dan pengendalian pada tingkat Polda, dilakukan sebagai berikut:

1. kegiatan yang dilakukan sebelum terbit izin:

103

Ibid, Pasal 35

104Ibid,

(19)

37

a.menerima, mencatat dan meneliti surat permohonan rekomendasi serta kelengkapan persyaratan dan mengadakan pengecekan di lapangan; dan b.mengadakan koordinasi dan pengecekan terhadap senjata api olahraga yang

dimohonkan serta meneliti biodata anggota Perbakin yang akan mengadakan latihan, pertandingan, atau berburu;

c.membuat rekomendasi ditujukan kepada Kapolri u.p. Kabaintelkam Polri sesuai hasil pengecekan di lapangan atau surat saran Kapolres.

2. kegiatan yang dilakukan setelah terbit izin:

a. menerima dan mencatat tembusan surat izin yang telah dikeluarkan oleh Kapolri u.p. Kabaintelkam Polri;

b. mengadakan pengamanan atas pelaksanaan realisasi izin yang telah diberikan kepada pemohon;

c. melaporkan kepada Kapolri u.p. Kabaintelkam Polri bilamana ditemukan adanya penyimpangan/penyalahgunaan izin;

d. melakukan pengecekan gudang Pengprov Perbakin terhadap kepemilikan senjata api olahraga setiap 3 (tiga) bulan sekali;

e. memberikan teguran/sanksi kepada pemegang izin bilamana menyimpang dari ketentuan sebagaimana telah ditetapkan dalam surat izin dan bilamana perlu mengadakan penyelidikan dan penyidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

f. mencabut izin kepemilikan dan melakukan penggudangan senjata api apabila: 1) izin kepemilikannya sudah mati/tidak diperbarui/tidak didaftarkan ulang

(20)

38

2) terbukti melakukan penyalahgunaan izin.105

Pengawasan dan pengendalian pada tingkat Mabes Polri, dilakukan sebagai berikut:

1. kegiatan yang dilakukan sebelum terbit izin:

a.menerima, mencatat dan meneliti surat permohonan rekomendasi serta kelengkapan persyaratan dan mengadakan pengecekan di lapangan; dan b.mengadakan koordinasi dan pengecekan terhadap senjata api olahraga yang

dimohonkan serta meneliti biodata anggota Perbakin yang akan mengadakan latihan, pertandingan, atau berburu;

c.membuat rekomendasi ditujukan kepada Kapolri u.p. Kabaintelkam Polri sesuai hasil pengecekan di lapangan atau surat saran Kapolres;

2. kegiatan yang dilakukan setelah terbit izin:

a.menyampaikan surat izin dan/atau surat penolakan kepada pemohon serta mendistribusikan surat tembusan ke alamat yang dituju sebagaimana tersebut dalam surat izin/surat penolakan;

b.mencatat dan membukukan untuk surat izin yang telah dikeluarkan serta menerima laporan realisasi surat izin;

c.memberikan petunjuk arahan kepada kewilayahan berkaitan dengan pengawasan dan pengendalian terhadap senjata api dan peluru yang telah mendapat izin dari Kapolri; dan

d.memberikan teguran/sanksi kepada pemegang izin bilamana menyimpang dari ketentuan sebagaimana telah ditetapkan dalam surat izin yang telah diberikan

105Ibid,

(21)

39

dan mengadakan penyelidikan dan penyidikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.106

Pemegang Senjata Api untuk kepentingan olahraga dilarang menggunakan atau menembakkan senjata api di luar lokasi latihan, pertandingan, dan berburu.107 Pada saat peraturan ini mulai berlaku, izin Senjata Api untuk kepentingan olahraga yang diterbitkan berdasarkan peraturan lama, dinyatakan tetap sah sampai habis masa berlakunya.108

106

Ibid, Pasal 38

107

Ibid, Pasal 41

108Ibid,

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, hasil studi merekomendasikan perlunya kebijakan peningkatan kualitas diplomasi Indonesia dalam forum RFMOs melalui: (1) pengiriman utusan perwakilan

Dasar filosofisnya entah karena bangsa ini sudah tidak memiliki karakter lagi, atau dunia pendidikan telah melupakan tujuan utamanya pembentukan karakter, atau

Tidak semua guru yang mengajar Kurikulum 2013 pernah diberikan pelatihan secara khusus mengenai proses pembelajaran pada kurikulum 2013.Beberapa kendala-kendala yang ditemui

Dari hasil penelitian dan pembahasan seperti telah diuraikan di atas menjelaskan bahwa dengan penerapan metode dua tinggal dua tamu yang tepat pada siswa kelas

Dampak yang terjadi akibat konsumsi minuman beralkohol.. yaitu sering membuat keributan sehingga

penelitian ini menunjukkan bahwa hasil fraksi air daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dengan beberapa tingkatan dosis dimana dosis yang dipakai adalah 25 mg/kg BB, 50 mg/kg

Potensi sebagai batang bawah juga terdapat pada aksesi J2 yang memiliki tinggi tanaman, diameter batang, bobot kering tajuk, panjang akar primer tunggang, diameter

Pasar Baru Kota Bintuhan, Kab Kaur Provinsi Bengkulu.