• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penguasaan Senjata Api Oleh Masyarakat Sipil (Studi Putusan No. 370 Pid.Sus 2016 PN-Mdn) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penguasaan Senjata Api Oleh Masyarakat Sipil (Studi Putusan No. 370 Pid.Sus 2016 PN-Mdn) Chapter III V"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PENGAWASAN PENGUASAAN DAN PENGGUNAAN SENJATA API OLEH KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDOENSIA

C. Kepolisian Negara Republik Indonesia

Sebagian masyarakat di Indonesia berpendapat bahwa keamanan terhadap warga sipil masih belum maksimal sebagaimana mestinya, hal ini dapat di lihat sekarang banyak warga sipil yang memiliki senjata api. Bagi seseorang yang ingin menjaga keselamatan diri dengan memiliki senjata bukan lah suatu tindakan yang tidak baik. Sebab, kepemilikan senjata api itu telah diatur oleh Undang - undang Nomor 12 tahun 1951 dan didukung Undang - undang Nomor 20 Prp tahun 1960 tentang kewenangan perizinan senjata api, tentang Kepolisian Republik Indonesia Undang-Undang Nomor: 2 tahun 2002 menjelaskan di dalam Pasal 15 ayat 2 huruf e yakni Kepolisian memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam. Administrasi pada lembaga kepolisian dalam hal perizinan senjata api itu sendiri adalah bagian dari administrasi negara dan sistem kepolisian suatu negara sangat terpengaruh dan bergantung dari bagaimana sistem pemerintahan suatu negara itu sendiri berjalan. Dalam menjalankan roda pemerintahan tidak lepas dari yang namanya manajemen dan administrasi.42

Pasal 1 angka 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kepolisian adalah segala hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga. Polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan, istilah Kepolisian dalam undang-undang tersebut mengandung dua pengertian,

42

(2)

yakni fungsi Polisi dan lembaga Polisi, apabila dicermati dari pengertian fungsi Polisi sebagaimana disebutkan dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, fungsi Kepolisian sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pelindung, pengayom dan pelayan kepada masyarakat, sedangkan lembaga Kepolisian adalah organ pemerintah yang ditetapkan sebagai suatu lembaga dan diberikan kewenangan menjalankan fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan.43

Pasal 2 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia mengatur bahwa fungsi Kepolisian sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pelindung, pengayom dan pelayan kepada masyarakat. 44

Mengenai tugas dan wewenang polisi diatur dalam Pasal 13 dan Pasal 14 UndangUndang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu :

Pasal 13 Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah : b. memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

c. menegakan hukum; dan

d. memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayannan kepada masyarakat.

43

Doris Manggalang Raja Sagala, Upaya Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Menanggulangi Kejahatan Menggunakan Senjata Api, Jurnal. Univ Atma Jaya Yogyakarta FH 2014, hal 8.

(3)

Pasal 14

(1) Dalam melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, Kepolisian Negara Republik Indonesia bertugas :

a. melaksanakan pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patroli terhadap kegiatan masyarakat dan pemerintah sesuai kebutuhan;

b. menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban,dan kelancaran lalu lintas di jalan;

c. membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat,kesadaran hukum masyarakat serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan;

d. turut serta dalam pembinaan hukum nasional;

e. memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum;

f. melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil, dan bentukbentuk pengamanan swakarsa;

g. melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana dan peraturan perundangundangan lainnya;

h. menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian;

(4)

memberikan bantuan dan pertolongan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

j. melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi dan/atau pihak yang berwenang;

k. memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingannya dalam lingkup tugas kepolisian; sertal.

l. melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundangundangan (2) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) huruf

diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Menurut semboyan Tribrata, tugas dan wewenang POLRI adalah : “ Kami Polisi Indonesia :

1. Bebakti kepada nusa dan bangsa dengan penuh ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

2. Menjungjung tinggi kebenaran, keadilan, dan kemanusiaan dalam menegakkan hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945

3. Senantiasa melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat dengan keikhlasan untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban.

(5)

Laporan tersebut bertujuan melindungi dan memberikan bantuan hukum selain itu sebagai pertanggungjawaban bagi anggota polisi. Laporan yang dimaksudkan tersebut berisi:

1. Tanggal dan tempat kejadian

2. Uraian singkat peristiwa tindakan pelaku kejahatan atau tersangka, sehingga memerlukan tindakan kepolisian;

3. Alasan/pertimbangan penggunaan kakuatan; 4. Evaluasi hasil penggunaan kekuatan;

5. Akibat dan permasalahan yang ditimbulkan oleh penggunaan kekuatan tersebut.45

Pengawasan dan pengendalian pada pasal di atas tidak hanya pada penggunaan senjata api namun juga berkenaan dengan tindakan kekerasan yang lain. Seperti pengamanan pada keramaian masal bahkan tindakan masa yang anarki. Kepolisian juga memiliki protap dalam penanganan tindakan masa yang anarki.

Anarki merupakan bentuk pelanggaran hukum yang membahayakan keamanan dan mengganggu ketertiban umum masyarakat sehingga perlu dilakukan penindakan secara tepat, dan tegas dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia (HAM) serta sesuai ketentuan perundang undangan yang berlaku.46

45

Pasal 14 Peraturan Kapolri Nomor. 1 Tahun 2009 Tentang Penggunaan Kekuatan Dalam Tindakan Kepolisian

46

(6)

Tujuan dari diberlakukannya prosedur tetap (Protap) ini agar anarki dapat ditangani secara cepat dan tetap untuk mengeliminir dampak yang lebih luas, perlu disusun Prosedur Tetap untuk dijadikan pedoman seluruh anggota Polri.

Protap memiliki fungsi tercapainya keseragaman pola tindak. Serta tidak menimbulkan keraguraguan bagi anggota Polri dalam menangani anarki, yaitu a. Terhadap sasaran Ambang Gangguan

1) Perorangan anggota Polri Apabila melihat, mendengar dan mengetahui AG, setiap anggota Polri wajib melakukan tindakan agar AG tidak berkembang menjadi GN dengan upaya antara lain:

a) Melakukan pemantauan dan himbauan kepada pelaku agar menaatihukum yang berlaku dan menjaga tata tertib;

b) Menyampaikan kepada pelaku bahwa perbuatannya dapat membahayakan keteteraman dan keselamatan umum, serta jangan menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah;

c) Mencatat identitas pelaku beserta peralatan yang dibawanya;

d) Apabila pelaku melakukan perlawanan kepada petugas, maka segera dilakukan himbauan berupa: Saya Selaku Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia Atas Nama Undang-Undang Saya Perintahkan Agar Saudara Tidak Melakukan Tindakan Yang Melanggar Hukum. e) Melaporkan kepada pimpinan dan/atau satuan kepolisian terdekat

dengan menggunakan alat komunikasi yang ada:

(7)

a) Pimpinan satuan melakukan pembagian tuags, antara lain: tugas pemantauan, pemotretan, identifikasi;

b) Pimpinan satuan melakukan himbauan kepada pelaku untuk menaati hukum yang berlaku dan menjaga tata tertib;

c) Menghimbau agar segera menyerahkan peralatan dan/atau barang-barang berbahaya lainnya kepada petugas;

d) Apabila pelaku melakukan perlawanan kepada petugas, maka segera dilakukan himbauan berupa: Saya Selaku Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia Atas Nama Undang-Undang Saya Perintahkan :

(1) Agar Tidak Melakukan Tindakan Melanggar Hukum;

(2) Agar Segera Menyerahkan Peralatan Dan/Atau BarangBarang Berbahaya Lainya Kepada Petugas;

(3) Apabila Tidak Mengindahkan Kami Akan Melakukan Tindakan Tegas.

e) Apabila pelaku tidak mengindahkan perintah petugas, maka dilakukan penindakan:

(1) Memerintahkan Menghentikan Pergerakan Pelaku Dan/Atau Kendaraan Yang Digunakan;

(2) Memerintahkan Semua Orang Untuk Berhimpun Atau Turun Dari Kendaraan; (3) Melakukan Penggeledahan Dan/Atau Penyitaan Atas Barang-Barang Yang Menyertainya.

(8)

(1) Kendali tangan kosong; (2) Kendali tangan kosong keras;

(3) Kendali senjata tumpul, senjata kimia antara lain gas air mata, atau alat lain sesuai standar polri; dan

(4) Kendali dengan menggunakan senjata api atau alat lain untuk menghentikan tindakan atau prilaku pelaku yang dapat menyebabkan luka atau kematian anggota polri atau anggota masyarakat.

g) Apabila personel dalam ikatan satuan tidak mampu menangani AG anarki, maka segera meminta bantuan kekuatan dan perkuatan secara berjenjang; h) Apabila pelaku secara suka rela segera menyerahkan diri, maka dilakukan

tindakan membawa pelaku ke kantor polisi terdekat untuk dilakukan proses lebih lanjut; dan

i) Terhadap para pelaku yang secara suka rela menyerahkan diri harus diperlakukan secara manusiawi dan berikan perlindungan terhadap hak-haknya.47

D. Peraturan Tentang Penggunaan Senjata Api oleh Kepolisian Republik

Indonesia

Peraturan yang mengatur mengenai penggunaan senjata api oleh polisi antara lain diatur dalam perturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia (Perkapolri 8/2009), serta didalam

47

(9)

Perkapolri No. 1 tahun 2009 tentang penggunaan Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian (Perkapolri 1‟/2009).

Berdasarkan Pasal 47 Perkapolri 8/2009 disebutkan bahwa:

(1)Penggunaan senjata api hanya boleh digunakan bila benar-benar diperuntukkan untuk melindungi nyawa manusia.

(2)Senjata api bagi petugas hanya boleh digunakan untuk: a. Dalam hal menghadapi keadaan luar biasa;

b. Membela diri dari ancaman kematian dan /atau luka berat;

c. Mencegah terjadinya kejahatan berat atau yang mengancam jiwa orang;

d. Menahan, mencegah atau menghentikan seseorang yang sedang atau akan melakukan tindakan yang sangat membahayakan jiwa; dan

e. Menangani situasi yang membahayakan jiwa, dimana langkah-langkah yang lebih lunak tidak cukup.

Sedangkan penggunaan senjata api oleh polisi dilakukan apabila (Pasal 8 ayat (1) Perkapolri 1/2009):

a. Tindakan pelaku kejahatan atau tersangka dapat secara segera menimbulkan luka parah atau kematian bagi anggota Polri atau masyarakat;

(10)

c. Anggota Polri sedang mencegah larinya pelaku kejahatan atau tersangka yang merupakan ancaman segera terhadap jiwa anggota polri atau masyarakat.

Pada prinsipnya, penggunaan senjata api merupakan upaya terakhir untuk menghentikan tindakan pelaku kejahatan atau tersaqngka (Pasal 8 ayat (2) Perkapolri). Jadi, penggunaan senjata api oleh polisi hanya digunakan saat keadaan adanya ancaman terhadap jiwa manusia. Sebelum menggunakan senjata api, polisi harus memberikan peringatan yang jelas dengan cara (Pasal 48 huruf b Perkapolri 8/2009):

1. Menyebutkan dirinya sebagai petugas atau anggota Polri yang sedang bertugas;

2. Member peringatan dengan ucapan secara jelas dan tegas kepada sasaran untuk berhenti, angkat tangan, atau meletakkan senjatanya; dan

3. Memberi waktu yang cukup agar p;eringatan dipatuhi

Sebelum melepaskan tembakan, polisi juga harus memberikan tembakan peringatan ke udara atau ke tanah dengan kehati-hatian tinggi dengan tujuan untuk menurunkan moril pelaku serta member peringatan sebelum tembakan diarahkan kepada pelaku (Pasal 15 Perkapolri 1/2009). Pengecualiannya yaitu dalam keadaan yang sangat mendesak dimana penundaan waktu diperkirakan dapat mengakibatkan kematian atau luka berat bagi petugas atau orang lain disekitarnya, peringatan tidak perlu dilakukan (Pasal 48 huruf c Perkapolri 8/2009).

(11)

karena penggunaan senjata api. Petugas polisi yang bersangkutan wajib membuat penjelasan secara terperinci tentang alas an penggunaan senjata api, tindakan yajng dilakukan dan akibat tindakan yang telah dilakukan (Pasal 49 ayat (2) huruf a Perkapolri 8/2009).

Selain itu, setelah menggunakan senjata api, polisi harus membuat laporan terperinci mengenai evaluasi pemakaian senjata api. Laporan tersebut berisi (Pasal 14 ayat (2) Perkapolri 1/2009):

a. Tangga dan tempat kejadian;

b. Uraian singkat peristiwa tindakan pelaku kejahatan atau tersangka, sehingga memerlukan tindakan Kepolisian;

c. Alasan/pertimbangan penggunaan kekuatan; d. Rincian kekuatan yang digunakan;

e. Evaluasi hasil penggunaan kekuatan;

f. Akibat dan permasalahan yang ditimbulkan oleh penggunaan kekuatan tersebut.

Laporan inilah yang akan digunakan untuk bahan pertanggungjawaban hokum penerapan penggunaan kekuatan, serta sebagai bahan pembelaan hokum dalam hal terjadi gugatan pidana/perdata terkait penggunaan kekuatan yang dilakukan oleh anggota Polri yang bersangkutan (Pasal 14 ayat (5) huruf 3 dan f Perkapolri 1/2009).

(12)

secara pidana. Hal tersebut termasuk kaksus-kasus penyalahgunaan senpi oleh anggota polisi yang marak terjadi di Indonesia dalam 3 tahun terakhir. Peristiwa-peristiwa penyalahgunaan senpi oleh anggota polisi yang marak terjadi di Indonesia dalam 3 tahun terakhir. Peristiwa-peristiwa penyalahgunaan itu memicu pengetatan penggunaan senpi di Indonesia yang dilakukan atas instruksi Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) terutrama bagi anggota polisi. Kapolri Jendral Sutarman menginstruksikan agar semua satuan kerja di Mabes Polri dan polda seluruh Indonesia untuk melakukan uji ulang pemegang senjata api. Pengetatan penggunaan nsenjata api ini menyusul penembakan Kepala Detasemen Markas Polda Metro Jaya AKBP Pamudji diruang piket Pelayanan Markas (Yanna) oleh bawahannya akibat tersinggung. Insiden maut itu terjadi pada 19 Maret 2014. Kapolri memerintahkan semua pemegang senpi harus memenuhi persyaratan teknis maupun psikologis dan uji ulang serangkaian tes 48 Persoalan menonjol terangkat dalam pemberitaan beberapa media di Indonesia lebih pada kekhawatiran atas penegakan hokum penyalahgunaan senpi, mengarah pada perilaku aparat dan pejabat penegak hukum yang menjadi perhatian tersendiri. Justru ketertarikan masyarakat tertuju pada banyaknya kasus salah tembak dan salah sasaran yang dilakukan aparat penegak hokum itu sendiri sebagai lembaga yang seharusnya mengatur penyalahgunaan senpi tersebut. Aksi-aksi kekerasan massa dan tindak kriminal yang disertai kekerasan sepertinya telah menjadi tren warga negeri ini. Berita-berita terdengar silih berganti, dari mulai tawuran kelompok masyarakat, pelajar, mahasiswa, pemuda sampai masyarakat dan lain

48

(13)

sebagainya. Belum lagi aksi-aksi yang menggunakan senjata api baik yang ilegal maupun yang legal. Semakin terasa bahwa sebuah rasa aman dan nyaman semakin lama semakin merambat menjadi barang yang mahal harganya. Di tengah masalah seperti ini wacana penggunaan senjata api oleh masyarakat sipil kembali mengemuka. Karena tinggi frekuensi perampokkan atau aksi-aksi melawan hukum lainnya dengan menggunakan senjata api, sehingga banyak pihak yang kemudian meminta pemerintah untuk memperketat perizinan kepemilikan senjata api.49

Dalam bukunya “The Blind Eye of History” Charles Reith, mengartikan

polisi sebagai tiap-tiap usaha untuk memperbaiki atau menertibkan tata susunan kehidupan masyarakat.50 Lebih lanjut Momo Kelana mengambil terjemahan dari Polizeirecht mengatakan, bahwa istilah polisi mempunyai dua arti, yakni polisi dalam arti formal yang mencakup penjelasan tentang organisasi dan kedudukan suatu instansi kepolisian, dan kedua dalam arti materiil, yakni memberikan jawaban-jawaban terhadap persoalan-persoalan tugas dan wewenang dalam rangka menhadapi bahaya atau gangguan keamanan dan ketertiban, baik dalam rangka kewenangan kepolisian umum melalui ketentuan-ketentuan yang diatur dalam peraturan peraturan perundang-undangan.51.

49

Irwandy Hendrik, Peran Kepolisian dalam Menanggulangi Penyalahgunaan SenjataApi oleh Warga Sipil, Universitas Bung Hatta,Padang, 2013, hal. 3

50

Warsito Hadi Utomo, Hukum Kepolisian di Indonesia. (Prestasi Pustaka,Jakarta), 2005, hal 5

51

(14)

BAB IV

PENERAPAN HUKUM PIDANA TERHADAP PIHAK YANG MENGUASAI DAN MENGGUNAKAN SENJATA API

(Studi Putusan No. 370/PID.SUS/2016/PN-Mdn)

C. Analisis Putusan

1. Kronologis kasus

(15)

sebagai berikut :

Bahwa pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut di atas ketika saksi Simanjuntak SH, Adil Sembiring SH, Joko Afrianto dan Dwi Sakti Darniko Ajie sedang melakukan patroli mobile dan ketika melintas Jl.KH.Zainul Arifin Medan, para saksi melihat 1 (satu) unit Mobil Honda freed BK 1595 KU keluar dari arah kampung kubur dan karena merasa curiga kemudian para saksi mengikuti mobil tersebut dan ketika berhenti di depan Indomaret di Jalan S.Parman Kel. Petisah Tengah Kec. Medan Petisah Kota Medan para saksi mendekati mobil tersebut dan melihat mobil tersebut ditumpangi oleh 2 (dua) orang yaitu Terdakwa dan saksi Winda Sari Ginting, kemudian karena merasa curiga para saksi memeriksa dan menggeledah isi mobil tersebut dan ketika digeledah ditemukan 1 (satu) pucuk senjata api Rakitan tanpa Nomor seri dan merek Cal 22 Colt berisi 6 (enam) butir peluru yang disimpan di bawah karpet bagian supir, setelah diinterogasi, Terdakwa mengakui bahwa senjata tersebut di bawa dari rumahnya dan diperoleh Terdakwa dari temannya yang bernama Fitri Maswira dan diperoleh sekitar 3 (tiga) bulan yang lalu namun Terdakwa tidak

dapat menunjukkan bukti kepemilikan yang sah atas senjata tersebut surat izin dari pihak yang berwewenang untuk memiliki, menguasai, menyimpan senjata api tersebut;

2. Dakwaan

(16)

menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyaai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum dengan hukuman mati dan/atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara sementara setinggi-tingginya dua puluh tahun.

3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Setelah mendengar tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum yang diajukan di persidangan pada hari Selasa tanggal 09 Februari 2016 yang pada pokoknya mohon kepada Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara ini memutuskan ; a. Menyatakan terdakwa Asnul Hendry telah terbukti secara sah menyakinkan

menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana „‟Tanpa Hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, meyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak‟‟dalam dakwaan melanggar Pasal 1 ayat (1) UU Darurat No.12 Tahun 1951.

b. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Asnul Hendry masing dengan pidana selama 2 (dua) bulan dikurangi selama para terdakwa dalam tahanan;

c. Menetapkan barang bukti berupa :

(17)

2) 1 (satu)unit mobil Honda Freed BK 1595 KU, dikembalikan kepada yang berhak yaitu Celvia Anggriany;

3) Menetapkan para terdakwa dibebani membayar biaya perkara sebesar Rp.1.000,- (seribu rupiah).

Menimbang, bahwa atas tuntutan pidana dari Penuntut Umum tersebut, Penasihat Hukum telah mengajukan nota pembelaan pada tanggal 14 April 2016, pada pokoknya memohon kepada Majelis agar menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut :

a. Menyatakan terdakwa Asnul Hendry tidak terbukti secara sah dan menyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum.

b. Membebaskan terdakwa dari segala tuntutan hukum;

c. Memulihkan hak terdakwa dalam kedudukan,harkat serta martabatnya; d. Membebankan biaya perkara kepada negara;

4. Fakta-Fakta Hukum

Menimbang, bahwa di persidangan telah didengar keterangan saksi-saksi yang menerangkan sebagai berikut :

a. L. Simanjuntak, S.H, disumpah, yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

1) Bahwa saksi telah diperiksa dihadapan Penyidik;

2) Bahwa keterangan yang diberikan oleh saksi telah benar;

(18)

4) Bahwa Saksi melakukan penangkapan terhadap Terdakwa pada hari Jumat tanggal 08 Januari 2016 sekitar pukul 00.30 wib di Jalan S Parman Kel Petisah Tengah Kec. Medan Petisah Kota Medan karena telah membawa 1 (satu) pucuk senjata api Rakitan tanpa nomor seri dan merek Cal 22 Colt berisi 6 (enam) butir peluru.

5) Bahwa sebelumnya saksi dan rekan sedang melakukan patroli dan melintas di Jalan KH Zainul Arifin dan melihat mobil terdakwa yang keluar dari arah kampung kubur dan karena merasa curiga lalu saksi mengikutinya;

6) Bahwa terdakwa mengendarai 1 (satu) unit Mobil Honda Freed BK 1595 KU bersama dengan Winda Sari Ginting;

7) Bahwa saat mobil terdakwa saksi stop lalu di lakukan pemeriksaan dan ditemukan senjata api yang di dimpan di bawah karpet bagian supir. 8) Bahwa terdakwa mengaku bahwa senjata api tersebut diperolehnya

dari seorang teman yang bernama Fitri Maswira sejak 3 (tiga) bulan yang lalu

9) Bahwa terdakwa tidak ada memiliki izin untuk menguasai, menyimpan sejanta api tersebut.

10)Bahwa terdakwa tidak ada melakukan perlawanan saat dilakukan penangkapan terhadap dirinya. Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa keberatan;

(19)

Bahwa Saksi melakukan penangkapan terhadap Terdakwa pada hari Jumat tanggal 08 Januari 2016 sekitar pukul 00.30 wib di Jalan S Parman Kel Petisah Tengah Kec. Medan Petisah Kota Medan karena telah membawa 1 (satu) pucuk senjata api Rakitan tanpa nomor seri dan merek Cal 22 Colt berisi 6 (enam) butir peluru.

Bahwa Sebelumnya saksi dan rekan sedang melakukan patroli dan melintas di Jalan KH Zainul Arifin dan melihat mobil terdakwa yang keluar dari arah kampung kubur dan karena merasa curiga lalu saksi mengikutinya.

Bahwa Terdakwa mengendarai 1 (satu) unit Mobil Honda Freed BK 1595 KU. Bahwa Saat mobil terdakwa saksi stop lalu dilakukan pemeriksaan dan ditemukan senjata api yang di dimpan di bawah karpet bagian supir. Bahwa Terdakwa mengaku bahwa senjata api tersebut diperolehnyadari seorang teman yang bernama Fitri Maswira sejak 3 (tiga) bulan yang lalu.

Bahwa Terdakwa tidak ada memiliki izin untuk menguasai, menyimpan sejanta api tersebut. Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa keberatan;

c. Joko Aprianto, disumpah, yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut: 1) Bahwa Saksi melakukan penangkapan terhadap Terdakwa pada hari

Jumat tanggal 08 Januari 2016 sekitar pukul 00.30 wib di Jalan S Parman Kel Petisah Tengah Kec. Medan Petisah Kota Medan karena telah membawa 1 (satu) pucuk senjata api Rakitan tanpa nomor seri dan merek Cal 22 Colt berisi 6 (enam) butir peluru.

(20)

melintas di Jalan KH Zainul Arifin dan melihat mobil terdakwa yang keluar dari arah kampung kubur dan karena merasa curiga lalu saksi mengikutinya.

3) Bahwa Terdakwa mengendarai 1 (satu) unit Mobil Honda Freed BK 1595 KU.

4) Bahwa Saat mobil terdakwa saksi stop lalu di lakukan pemeriksaan dan ditemukan senjata api yang di dimpan di bawah karpet bagian supir. BahwaTerdakwa mengaku bahwa senjata api tersebut diperolehnyadari seorang teman yang bernama Fitri Maswira sejak 3 (tiga) bulan yang lalu. 5) Bahwa Terdakwa tidak ada memiliki izin untuk menguasai, menyimpan

sejanta api tersebut;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi tersebut terdakwa keberatan; Menimbang, bahwa dipersidangan didengar pula keterangan Terdakwa yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut:

a. Bahwa terdakwa pernah diperiksa dihadapan Penyidik; b. Bahwa keterangan yang diberikan telah benar;

c. Bahwa terdakwa tidak keberatan dengan semua keterangan yang disampaikan oleh para saksi;

d. Bahwa keterangan yang terdakwa berikan dihadapan penyidik sehubungan dengan perkara ini;

(21)

nomor seri dan merek Cal 22 Colt berisi 6 (enam) butir peluru;

f. Bahwa terdakwa mengendarai 1 (satu) unit Mobil Honda Freed BK 1595 KU . g. Bahwa saat mobil terdakwa saksi stop lalu di lakukan pemeriksaan dan

ditemukan senjata api yang di dimpan di bawah karpet bagian supir.

h. Bahwa senjata api tersebut saksi peroleh dari seorang teman yang bernama fitri maswira sejak 3 (tiga) bulan yang lalu.

i. Bahwa terdakwa tidak ada memiliki izin untuk menguasai, menyimpan sejanta api tersebut.

j. Bahwa terdakwa menyesal atas perbuatan terdakwa tersebut;

Menimbang bahwa selanjutnya dipersidangan Jaksa Penuntut Umum mengajukan barang bukti sebagai berikut 1(satu) pucuk senjata api Rakitan tanpa Nomor seri dan merek Call 22 Colt berisi 6(enam) butir peluru;

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, Terdakwa dapat dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya ;

Menimbang, bahwa untuk menyatakan seseorang telah melakukan suatu tindak pidana, maka perbuatan orang tersebut haruslah memenuhi seluruh unsur-unsur dari tindak pidana yang didakwakan kepadanya ;

Menimbang, bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan Dakwaan Tunggal yaitu dakwaan Kesatu melanggar Pasal 1 ayat (1) UU Darurat No. 12 Tahun 1951;

5. Putusan hakim

(22)

maka perlu dipertimbangkan hal-hal yang memberatkan dan yang meringankan diri Terdakwa, yaitu:

Hal-Hal Yang Memberatkan :

- Bahwa perbuatan para terdakwa meresahkan masyarakat; Hal-Hal Yang Meringankan :

-Bahwa terdakwa berlaku sopan dan mengakui terus terang perbuatannya

sehingga tidak menyulitkan persidangan;

-Bahwa terdakwa belum pernah dipidana dan tersangkut dalam

perbuatan kejahatan.

Memperhatikan Pasal 1 ayat (1) UU Darurat No.12 Tahun 1951 ,Undang- Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana serta peraturan perundang- undangan lain yang bersangkutan.

MENGADILI :

a. Menyatakan terdakwa Asnul Hendry telah terbukti secara sah menyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana„‟ Tanpa Hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, meyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak;

b. Menjatuhkan pidana kepada terdakwa Asnul Hendry tersebut oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) bulan;

(23)

oleh Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan; d. Menetapkan Terdakwa- terdakwa tetap dalam tahanan;

e. Menetapkan barang bukti berupa :

1) 1(satu) pucuk senjata api Rakitan tanpa Nomor seri dan merek Call 22 Colt berisi 6(enam) butir peluru, dirampas untuk dimusnahkan;

2) 1(satu)unit mobil Honda freed BK 1595 KU, Dikembalikan kepada yang berhak yaitu Celvia Anggriany;

3) Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp.1.000,- 6. Analisis yuridis

Hakim dalam menjatuhkan putusan harus mempertimbangkan hal-hal yang meringankan maupun yang memberatkan terdakwa. Dalam kasus Asnul Hendry dimana terdakwa telah terbukti secara sah menyakinkan menurut hukum bersalah melakukan tindak pidana„‟ Tanpa Hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, meyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia sesuatu senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak.

(24)

terhadap kepemilikan senjata api tanpa izin adalah maksimal hukuman mati, hukuman seumur hidup dan 20 tahun penjara.

D. Penerapan Hukum Terhadap Kepemilikan Senjata Api (Putusan No.

370.Sus/2016/PN-Mdn)

Penegakan hukum merupakan usaha untuk penegakan norma-norma hukum dan sekaligus nilai-nilai yang ada dibelakang norma tersebut. Para penegak hukum harus memahami benar-benar spirit hukum yang mendasari peraturan hukum harus ditegakkan. Barangsiapa Berdasarkan Putusan Majelis Hakim di atas, maka dapat dibuat analisa penerapan hukum pidana terhadap pemilikan senjata oleh masyarakat sipil secara illegal.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak asasi Manusia tidak ada diatur tentang ketentuan/sanksi pidana terhadap tindakan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Begitu juga resolusi 34/168 tentang Prinsip Dasar Penggunaan Kekerasan dan Senjata Api tidak ada diatur tentang ketentuan/sanksi pidana dari penggunaan senjata api yang tidak sesuai dengan prosedur. Didalam resolusi ini hanya diatur bahwa pengguna senjata api yang tidak sesuai dengan prosedur merupakan pelanggaran pidana dan harus diproses di Peradilan Umum.

(25)

2004 tentang Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Senjata Non-Organik. Hukuman terhadap kepemilikan senjata ap tanpa izin juga cukup berat.

Berdasrkan Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Darurat no 12 Tahun 1951 ini,maka yang menjadi unsur pidana adalah:

Menimbang, bahwa Majelis Hakim akan mempertimbangkan dakwaan Tunggal yaitu pasal Pasal 1 ayat (1) UU Darurat No.12 Tahun 1951 yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut :

a. Barang Siapa;

b. Tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, meyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia;

c. Sesuatu senjata api,amunisi,atau sesuatu bahan peledak;

Menimbang, bahwa terhadap unsur-unsur tersebut, Majelis Hakim mempertimbangkannya sebagai berikut :

Unsur kesatu : “Barang Siapa”

(26)

dipersidangan.

Dengan demikian unsur ‟‟Barang Siapa‟‟ ini telah terpenuhi. Unsur kedua : “Tanpa Hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima, mencoba

memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya, meyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia” ;

Dari keterangan para saksi serta dikuatkan dan didukung oleh keterangan terdakwa yang menerangkan ;

Bahwa pada hari Jumat tanggal 8 Januari 2016 sekitar pukul 00.30 wib waktu ketika saksi L. Simanjuntak SH, Adil Sembiring SH, Joko Afrianto dan Dwi Sakti Darniko Ajie sedang melakukan patroli mobil dan ketika melintas Jl.KH.Zainul Arifin Medan, para saksi melihat 1(satu) unit Mobil Honda freed BK 1595 KU keluar dari arah kampung kubur dan karena merasa curiga kemudian para saksi mengikuti mobil tersebut dan ketika berhenti di depan Indomaret di Jalan S.Parman Kel. Petisah Tengah kec.Medan Petisah Kota Medan para saksi mendekati mobil tersebut dan melihat mobil tersebut

(27)

temannya yang bernama FITRI MASWIRA dan diperoleh sekitar 3 (tiga) bulan yang lalau namun Terdakwa tidak dapat menunjukkan bukti kepemilikan yang sah atas senjata tersebut serta surat ijin dari pihak yang berwewenang untuk memiliki,menguasai,menyimpan,senjata api tersebut;

Bahwa benar terdakwa tidak ada ijin dari pejabat yang berwenang untuk membawa senjata api,amunisi atau sesuatu bahan peledak dan terdakwa tidak lazim membawa senjata api tersebut dan disimpan dibawah karpet bagian supir mobil yang dikendarai oleh terdakwa; Dengan demikian unsur ini telah terpenuhi; Unsur ketiga : “Sesuatu senjata api,amunisi,atau sesuatu bahan peledak;”

Bahwa bpengertian umum „‟Senjata‟‟ adalah alat yang digunakan untuk berkelahi atau berperang dan pengertian umum unsure „‟Senjata Api‟‟ adalah senjata yang menggunakan mesin seperti senapan atau pistol dan pengertian umum unsur‟‟Amunisi‟‟ adalah bahan pengisi senjata Api seperti mesiu atau peluru;

Berdasarkan keterangan saksi-saksi yang menerangkan bahwa benar terdakwa membawa 1 (satu) pucuk senjata api rakitan tanpa nomor seri dan merk Cal 22 Colt berisi 6 (enam) butir peluru yang disimpan dibawah karpet bagian supir mobil yang dikendarai oleh terdakwa,padahal terdakwa tidak ada ijin dari pejabat yang berwenang untuk membawa senjata api,amunisi atau sesuatu bahan peledak tersebut tidak lazim dibawa oleh terdakwa;

Berdasarkan fakta diatas didukung oleh keterangan terdakwa :

(28)

disimpan dibawah karpet bagian supir mobil yang dikendarai oleh terdakwa,padahal terdakwa tidak ada ijin dari pejabat yang berwenang untuk membawa senjata api,amunisi atau sesuatu bahan peledak tersebut tidak lazim dibawa oleh terdakwa;

b. Bahwa terdakwa tidak ada izin dari pejabat yang berwenang untuk membawa senjata api,amunisi atau sesuatu bahan peledak dan terdakwa tidak lazim membawa senjata api tersebut dan disimpan dibawah karpet bagian supir mobil yang dikendarai oleh terdakwa;Dengan demikian unsur ini telah terpenuhi.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut, ternyata perbuatan Terdakwa telah memenuhi seluruh unsur-unsur dari dakwaan Penuntut Umum, sehingga Majelis Hakim berkesimpulan bahwa para terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya yaitu melanggar dakwaan Tunggal yaitu melanggar Pasal 1 ayat (1) UU Darurat No.12 Tahun 1951;

Menimbang, bahwa oleh karena seluruh unsur dari pasal yang didakwakan dalam dakwaan Tunggal yaitu melanggar Pasal 111 1 ayat (1) UU Darurat No.12 Tahun 1951 telah terpenuhi, maka terdakwa dapat disalahkan telah melakukan perbuatan sebagaimana yang didakwakan kepadanya;

(29)

Menimbang, bahwa selama pemeriksaan di persidangan terhadap para Terdakwa tidak ditemukan hal-hal yang dapat melepaskan para terdakwa dari pertanggung jawaban pidana, baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, oleh karena itu Majelis Hakim berkesimpulan bahwa perbuatan yang dilakukan Terdakwa harus dipertanggungjawabkankan kepadanya ;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa mampu bertanggung jawab, maka Terdakwa harus dinyatakan bersalah atas tindak pidana yang didakwakan terhadap diri Terdakwa oleh karena itu harus dijatuhi pidana ;

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terdakwa telah dikenakan penahanan yang sah, maka masa penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa ditahan dan penahanan terhadap diri terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka ditetapkan agar terdakwa tetap berada dalam tahanan ;

Menimbang, bahwa barang bukti berupa, 11 (satu) pucuk senjata api Rakitan tanpa Nomor seri dan merek Call 22 Colt berisi 6 (enam) butir peluru,1(satu)unit mobil Honda Freed BK 1595 KU,yang akan ditentukan statusnya dalam amar putusan ini ;

(30)

Asnul Hendry tersebut oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu)

bulan.

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut

1. Pengaturan hukum mengenai kepemilikan senjata api oleh masyarakat sipil, yaitu, Undang-Undang Nomor 8 tahun 1948 tentang pendaftaran dan pemberian izin pemakaian senjata api, dalam Pasal 9. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 20 tahun 1960 tentang Kewenangan Perijinan yang Diberikan Menurut Perundang- Undangan Senjata Api. Surat Keputusan Kapolri Nomor Polisi : Skep/82/II/2004 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api. Peraturan Kapolri Nomor 8 tahun 2012 tentang Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Untuk Kepentingan Olahraga.

(32)

untuk memberikan izin dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam.

3. Penerapan hukum pidana terhadap kepemilikan senjata api (Studi Putusan No. 370/Pid.Sus/2016/PN-Mdn) yakni berupa sanksi yang diancam ke pelaku diatur dalam pasal Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Darurat no.15 tahun 1951, terdakwa Asnul Hendry tersebut oleh karena itu dengan pidana

penjara selama 1 (satu) bulan. Penulis tidak setuju dengan putusan hakim tersebut dimana tuntutan Jaksa Penuntut Umum kepada terdakwa Asnul Hendry masing dengan pidana selama 2 (dua) bulan dikurangi selama terdakwa dalam tahanan. Dalam UU Darurat No12.Tahun 1951 disebutkan hukuman masksimal terhadap kepemilikan senjata api tanpa izin adalah maksimal hukuman mati, hukuman seumur hidup dan 20 tahun penjara.

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan tersebut, maka penulis merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut:

2. Adanya Undang-undang yang mengatur sipil bersenjata api harus menindak tegas para pemilik dan pembuat senjata api ilegal sesuai dengan peraturan yang berlaku sebagai efek jera sehingga keberadaan peraturan senjata api dapat berlaku secara efektif.

(33)

masyarakat sipil mengajukan surat permohonan izin kepemilikan senjata api dan meningkatnya kejahatan senjata api yang illegal.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis perhitungan dengan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) yang terdapat pada ruas jalan Ratu dibalau depan pasar way kandis, maka

Dalam model ini dinyatakan dalam bahwa pemakai akan memberikan nilai evaluasi yang tinggi (positif) tidak hanya dikarenakan oleh karakteristik sistem yang melekat,

Seperangkat instrument kromatografi Gas Shimadzu 2010.

Dampak yang terjadi akibat konsumsi minuman beralkohol.. yaitu sering membuat keributan sehingga

Prestasi kerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang

saat tiba di tempat karaoke P2 sudah tidak menahan kantuk dan langsung tidur di tempat tersebut, saat P2 kaget karena mendengar keributan yang dilakukan teman minum

Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, Bunda Maria dan dengan penyertaaan Roh Kudus-Nya yang berkat kasih cinta dan bimbingan-Nya,

5 Tahun 2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan