• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identitas Sosial Etnik Tionghoa Golongan Pernakan di Kota Medan (Studi Kasus Autobiografi KeluargaLiem Ki Lio)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identitas Sosial Etnik Tionghoa Golongan Pernakan di Kota Medan (Studi Kasus Autobiografi KeluargaLiem Ki Lio)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1.Sejarah Dan Gambaran Umum Kota Medan

Pada zaman dahulu kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan

keadaan tanahnya berupa rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai

melintasi kota ini yang kesemuanya bermuara di selat malaka. Sungai sungai itu

antaral lain: Sei Deli, Sei Babura, Sei Sekambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei

Badra, Sei Belawan, dan Sei Sulang Saling/ Sei Kera. Pada mulanya yang

membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus, Lokasinya terletak di

Tanah Deli. Hal ini yang menyebabkan orang sering menyebutnya dengan

Medan Deli. Setelah Zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli

secara berangsur angsur lenyap sehingga akhirnya kurang populer. Dahulu orang

menamakan Tanah Deli mulai dari sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke sungai

Wampu di Langkat sedangkan kesultanan Deli yang berkuasa pada saat itu

wilayah kekuasaannya tidak mencakup diantara kedua sungai tersebut.

Secara keseluruhan jenis tanah di wilayah Deli terdiri dari tanah liat,

tanah pasir, tanah campuran, tanah hitam, tanah cokelat, dan tanah merah. Hal

ini merupakan ppenelitian dari Van Hissink tahun 1900 yang kemudian

dilanjutkan oleh penelitian Vrins tahun 1910 bahwa disamping jenis tanah

seperti tadi ada lagi ditemui jenis tanah liat yang spesifik. Tanah liat inilah pada

era kolonial Belanda bera di tempat yang bernama Bakaran Batu (Sekarang

(2)

Mengenai curah hujan di Tanah Deli digolongkan atas dua macam,

yakni: Maksima Utama dan Maksima Tambahan. Maksima Utama terjadi pada

bulan-bulan Oktober s/d bulan Desember sedangkan Maksima Tambahan antar

bulan Januari s/d September. Secara rinci curah hujan di Medan rata-rata 2000

pertahun dengan intensitas rata-rata 4,4 mm/jam. Menurut Volker pada tahun

1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama

dimuara-muara sungai sungai diselingi pemukiman-pemukiman penduduk yang berasal

dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda

mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona

Tanah Deli. Sejak saat itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan

menjadi psat perekonomian di Sumatera Utara[15].

Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi pada tahun 1590.

John Anderson, orang Eropa pertama yang mengunjungi Deli pada tahun 1833

menemukan sebuah kampung yang bernama Medan. Kmpung ini berpenduduk

200 orang dan seorang pemimpin bernama Tuanku Pulau Berayan sudah sejak

beberapa tahun bermukim disana untuk menarik pajak dari sampan sampan

pengangkut lada yang menuruni sungai. Pada Tahun 1886, Medan secara resmi

memperoleh status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur

serta Sultan Deli pindah ke Medan. Tahun 1909, Medan menjadi kota penting di

luar jawa, terutama setelah pemerintah kolonial Belanda membuka perusahaan

perkebunan secara besar-besaran. Dewan kota yang pertama terdiri dari 12

(3)

Diakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 terdapat dua gelombang migrasi

besar ke Medan. Gelombang pertama berupa kedatangan etnik Tionghoa dan

Jawa sebagai kuli kontrak di perkebunan. Tetapi setelah tahun 1880 perusahaan

perkebunan berhenti mendatangkan etnik Tionghoa, karena sebagian besar dari

mereka lari meninggalkan kebun dan sering melakukan kerusahan. Perusahaan

kemudian sepenuhnya mendatangkan etnik Jawa sebagai kuli kontrak di

perkebunan. Etnik Tionghoa bekas buruh perkebunan kemudian didorong

mengembangkan sektor perdagangan. Gelombang kedua ialah kedatangan etnik

Minangkabau, Mandailing dan Aceh. Mereka datang ke Medan bukan untuk

bekerja sebagai buruh perkebunan, tetapi untuk berdagang, menjadi guru dan

ulama.

Tahun ketahun kota Medan telah beberapa kali melakukan perluasan

areal. Mulai dari 1853 Ha di tahun 1950 menjadi 26.510 Ha di tahun 1974.

Dengan demikian dalam tempo 25 tahun setelah penyerahan kedaulatan, kota

Medan telah bertambah luas hampir delapan belas kali lipat.

Kota Medan dipimpin oleh seorang walikota. Saat ini walikota Medan

dijabat oleh Dzulmi Eldin dengan jabatan wakil walikota dijabat oleh. Wilayah

kota Medan dibagi menjadi 21 Kecamatan dan 151 kelurahan, yaitu:

TABEL 2.1.

TABEL NAMA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KOTA MEDAN

( SUMBER WEB :

(4)

1 Medan Tuntungan Tanjung Selamat

Simalingkar B

Simpang Selayang

Kemenangan Tani

Lau Cih

Namu Gajah

Sidomulyo

Ladang Bambu

Mangga

2 Medan Johor Kwala Bekala

Pangkalan Mansyhur

Gedung Johor

Kedai Durian

Suka Maju

Titi Kuning

3 Medan Amplas Harjosari I

Harjosari II

Timbang Deli

Bangun Mulia

Sitirejo II

Sitirejo III

(5)

4 Medan Denai Tegal Sari Mandala I

Tegal Sari Mandala II

Tegal Sari Mandala III

Denai

Binjai

Medan Tenggara

5 Medan Area Pandau Hulu II

Sei Rengas II

Sei Rengas Permata

Kota Matsum I

Kota Matsum II

Kota Matsum IV

Sukaramai I

Sukaramai II

Tegal Sari I

Tegal Sari II

Tegal Sari III

Pasar Merah Timur

6 Medan Kota Pandau Hulu I

Pasar Baru

Pusat Pasar

(6)

Sei Rengas I

Kota Matsum III

Pasar Merah Barat

Teladan Barat

Teladan Timur

Sudi Rejo I

Sudi Rejo II

Siti Rejo I

7 Medan Maimun Aur

Hamdan

Jati

Kampung Baru

Sei Mati

Suka Raja

8 Medan Polonia Anggrung

Madras Hulu

Polonia

Sari Rejo

Suka Damai

9 Medan Baru Darat

Petisah Hulu

(7)

Merdeka

Padang Bulan

Titi Rantai/Rante

10 Medan Selayang Beringin

Padang Bulan Selayang I

Padang Bulan Selayang II

Sempakata

Tanjung Sari

Asam Kumbang

11 Medan Sunggal Babura Sunggal

Sei Sikambing B

Simpang Tanjung

Tanjung Rejo

Lalang

Sunggal

12 Medan Helvetia Dwi Kora

Sei Sikambing C II

Helvetia

Helvetia Tengah

Helvetia Timur

Tanjung Gusta

(8)

13 Medan Petisah Petisah Tengah

Sekip

Sei Putih Barat

Sei Putih Tengah

Sei Putih Timur I

Sei Putih Timur II

Sei Sikambing D

14 Medan Barat Kesawan

Silalas

Glugur Kota

Pulo Brayan Kota

Karang Berombak

Sei Agul

15 Medan Timur Gang Buntu

Perintis

Sidodadi

Durian

Gaharu

Glugur Darat I

Glugur Darat II

Pulo Brayan Bengkel

(9)

Pulo Brayan Darat I

Pulo Brayan Darat II

16 Medan Perjuangan Pandau Hilir

Pahlawan

Sei Kera Hulu

Sei Kerah Hilir I

Sei Kerah Hilir II

Sidorame Barat I

Sidorame Barat II

Sidorame Timur

Tegal Rejo

17 Medan Tembung Indra Kasih

Sidorejo

Sidorejo Hilir

Bandar Selamat

Bantan

Bantan Timur

Tembung

18 Medan Deli Tanjung Mulia

Tanjung Mulia Hilir

Mabar

(10)

Kota Bangun

Titi Papan

19 Medan Labuhan Besar

Martubung

Sei Mati

Pekan Labuhan

Nelayan Indah

Tangkahan

20 Medan Marelan Tanah Enam Ratus

Paya Pasir

Labuhan Deli

Rengas Pulau

Desa Terjun

21 Medan Belawan Belawan I

Belawan II

Belawan Sicanang

Bagan Deli

Belawan Bahari

Belawan Bahagia

Adapun nama-nama Walikota yang pernah menjabat di kota Medan dari

(11)

TABEL.2.2

TABEL NAMA WALIKOTA MEDAN SERTA PERIODE MENJABAT

( SUMBER WEB :

No. Nama Masa Jabatan

1 Daniel Mackay 1918-1931

2 J.M. Wesselink 1931-1935

3 G. Pitlo 1935-1938

4 C.E.E Kuntze 1938-1942

5 Shinichi Hayasaki 1942-1945

6 Luat Siregar 3 Oktober - 10 November 1945

7 M. Yusuf 10 November 1945 - Agustus 1947

8 Djaidin Purba 1 November 1947 - 12 Juli 1952

9 A.M Jalaluddin 12 Juli 1952 - 1 Desember 1954

10 Hadji Muda Siregar 6 Desember 1954 - 14 Juni 1958

11 Madja Purba 3 Juli 1958 - 28 Februari 1961

12 Basyrah Lubis 28 Februari 1961 - 30 Oktober 1964

(12)

14 Aminurrasyid 28 Agustus 1965 - 26 September 1966

15 Sjoerkani 26 September 1966 - 3 juli 1974

16 M. Saleh Arifin 3 Juli 1974 - 31 Maret 1980

17 Agus Salim Rangkuti 1 April 1980 - 31 maret 1990

18 Bachtiar Djafar 1 April 1990 - 31 maret 2000

19 Abdillah 1 April 2000 - 20 Agustus 2008

20 Afifudin Lubis (Penjabat) 20 Agustus 2008 - 22 Juli 2009

21 Rahudman Harahap (Penjabat) 23 Juli 2009 - 16 Februari 2010

22 Syamsul Arifin (penjabat) 16 Februari 2010 - 25 Juli 2010

23 Rahudman Harahap 26 Juli 2010 - 14 Mei 2013

24 Dzulmi Eldin(Penjabat) 15 Mei 2013 – 2014

25 Dzulmi Eldin 2014 – Sekarang

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di propinsi Sumatera

Utara, kedudukan,fungsi dan peranan kota Medan cukup enting dan strategis

secara regional. Bahkan sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara, kota Medan

sering dijadikan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan

pemerintah daerah. Secara geografis, kota Medan memiliki kedudukan strategis

(13)

dekat dengan kota-kota / negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia,

Singapura, dan lain-lain.Demikian juga secara demografis kota Medan

diperkirakan memiliki pangsa pasar barang dan jasa yang relatif besar. Hal ini

tidak lepas dari jumlah penduduknya yang relatif besar dimana pada tahun 2007

diperkirakan telah mencapai 2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomi

yang didominasi sektor tertier dan sekunder, kota Medan sangat potensial

berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional.

2.2.Kota Medan Secara Geografis

Kota Medan memiliki luas 26.510 hektar ( 265,10 km²) atau 3.6%dari

keseluruhan wilaayah Sumatera Utara. Dengan demikian, dibandingkan dengan

kota/kabupaen lainnya, Medan memiliki luas wilayah yang relatif kecil dengan

jumlah penduduk yang relatif besar. Secara Geografis Kota Medan terletak pada

3º 30´- 3º 43´Lintang Utara dan 98º 35´-98º 44´ Bujur timur untuk itu Topografi

Kota Medan cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5-37,5

meter diatas permukaan laut.

Secara administratif, batas wilayah Medan adalah sebagai berikut :

TABEL 2.3

TABEL BATAS WILAYAH KOTA MEDAN

( SUMBER WEB :

Sebelah Utara Selat Malaka

(14)

Sebelah Timur Kabupaten Deli Serdang

Secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya

sumber daya alam, seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli

Utara Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dn lain-lain. Kondisi ini

menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbabagi

kerjasama dan keitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat

dengan daerah-daerah sekitarnya.

Disamping itu sebagai daerah pinggir jalur pelayaran Selat malaka, Kota

Medan memiliki posisi strategis sebagai gerbang ( pintu masuk ) kegiatan

perdagangan barang dan jasa, baik perdagangan domestik maupun luar negeri (

ekspor-impor ). Posisi geografis kota Medan ini telah mendorong perkembangan

kota dalam dua kutub pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah Belawan dan pusat

Kota Medan saat ini.

Secara umum ada 3 ( tiga ) faktor utama yang mempengaruhi kinerja

perkembangan kota, (1) faktor geografis, (2) faktor demografis, (3) faktor sosial

ekonomi. Ketiga faktor tersebut biasanya terkit satu dengan lainnya, yang secara

stimulan mempengaruhi daya guna dan hasil guna pembangunan kota termasuk

pilihan-pilihan disesuaikan dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah

administrasi Kota Medan telah melalui beberapa kali perkembangan.

Pada Tahun 1951, Walikota Medan mengeluarkan Maklumat Nomor 21

(15)

dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor

66/III/PSU tanggal 21 September 1951, agar daerah Kota Medan diperluas

menjadi tiga kali lipat. Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

22 tahun 1973 Kota Medan kmudin mengalami pemekaran wilayah menjadi

26.510 Ha yang terdiri dari 11 Kecamatan dengan 116 Kelurahan. Berdasarkan

luas administrasi yang sama maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam

Negeri Nmor 140/2271/PUOD, tanggal 5 Mei 1986, kota Medan melakukan

pemekaran Kelurahan menjadi 144 Kelurahan. Perkembngan terakhir erdasarkan

Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Suamtera Utara Nomor

140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefisitan 7

Kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Perturan

Pememrintah Republik Indonesia Nomor 35 tahun 1992 tentang Pembentukan

Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara

administrasi Kota Medan dimekarkan kembal, dibagi atas 21 Kecamatan yang

mencakup 151 Kelurahan. Berdasarakan perkembangan administratif ini, Kota

Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis, dan secara

ssial-ekonomis akibat penanaman modal ( investasi ). Secara administratif, wilayah

Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan Daerah Kabupaten

Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang Wilayah

Utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan

salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu daerah yang kaya dengan

(16)

Sumber Daya Alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli

Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi

ini menjadikan Kota Medan secara Ekonomi mampu mengembangkan berbagai

kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkn, saling memperkuat

dengan daerahdaerah sekitarnya.

Disamping itu sebagai daerah yang terletak pada pinggiran jalur

pelayaran Selat Malaka maka Kota Medan memiliki posisi yang sangat strategis

sebagai gerbang ( pintu masuk ) kegiatan perdagangan barang dan jasa, baik

perdagangan domestik maupun luar negeri ( ekpor-impor ). Posisi geografis

Kota Medan ini telah mendorong perkembangan kota dalam 2 kutub

pertumbuhan secara fisik, yaitu daerah terbangun Belawan dan pusat kota saat

ini.

2.3.Kota Medan Secara Demografis

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Kota Medan

diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar

dari pria, ( 1.010.174 jiwa> 995.968 jiwa 0 jumlah penduduk tersebut diketahui

merupakan penduduk tetap, sedagkn penduduk tidak tetap diperkirakan

mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan

demikian Kota medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk

terbesar.

Berdasarkan Sensus Penduduk Indonesia 2010, penduduk Medan

(17)

Disisang hari jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa

dengan dihitungnya jumlah komuter. Sebagian besar penduduk Kota Medan

berasal dari kelompok umur 0-19 dan 20-39 tahun ( masing-masing 41% dan

37% dari total penduduk ).

Dilihat dari struktur umur penduduk, Kota Medan dihuni lebih kurang

1.377.751 jiwa berusia produktif, ( 15-59 tahun ). Selanjutnya dilihat dari tingkat

pendidikan, rata-rata lama sekolah pnduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan

demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja

pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri

manufaktur.

Laju pertumbuhan penduduk Kota Medan periode 2000-2004 cenderung

mengalami peningkatan tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah

0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling banyak

terdapat di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan

Tembung. Jumlah penduduk paling sedikit terdapat di Kecamatan Medan Baru,

Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan penduduk teringgi ada

di kecamatan Medan Perjuangan , Medan Area, dan Medan Timur. Pada tahun

2004, angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 9 tahun sedangkan bagi wanita

adalah 71 tahun.

TABEL 2.4

TABEL SENSUS JUMLAH PENDUDUK KOTA MEDAN

( SUMBER WEB :

(18)

2001 1.926.052

2002 1.963.086

2003 1.993.060

2004 2.006.014

2005 2.036.018

2007 2.083.156

2008 2.102.105

2009 2.121.053

2010 2.109.339

2012 2.122.804

Mayoritas penduduk Kota Medan sekarang ialah Suku Jawa, dan

suku-suku dari Tapanuli ( Batak, Mandailing, Karo ). Di Kota Medan banyak pula

orang keturunan India dan Tionghoa. Medan salah satu Kota di Indonesia yang

memiliki populasi orang Tionghoa cukup banyak.

Keanekaragaman Etnis di Kota Medan terlihat dari jumlah Mesjid,

gereja, dan vihara Tionghoa yang banyak tersebar di seluruh kota. Daerah di

sekitar Jl.Zainul arifin dikenal sebagai Kampung keling, yang merupakan daerah

(19)

Secara historis, pada tahun 1918 tercatat bahwa Medan dihuni 43.826

jiwa. Dari jumlah tersebut, 409 orang berketurunan Eropa, 35.009 berketurunan

Indonesia, 8.269 berketurunan Tionghoa, dan 139 lainnya bersal dari ras Timur

lainnya.

Tabel 2.5.

Tabel Persentase Penduduk Kota medan berdasarkan etnik ( Sumber : 1930 dan 1980 : Usman Pelly; 1983, 2000: BPS SUMUT )

Perbandingan etnik di kota Medan pada tahun 1930, 1980, 2000

Etnik Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun 2000

Jawa 24,89% 29,41% 30,03%

Batak 2,93% 14,11% 20,93%*

Tionghoa 35,63% 12,8% 10,65%

Mandailing 6,12% 11,91% 9,36%

Minangkabau 7,29% 10,93% 8,6%

Melayu 7,06% 8,57% 6,59%

Karo 0,19% 3,99% 4,10%

Aceh -- 2,19% 2,78%

(20)

Lain-lain 14,31% 4,13% 3,95%

*Catatan: Data BPS Sumut tidak menyenaraikan “Batak” sebagai suku bangsa,

total Simalungun (0,69%), Tapanuli/Toba (0,34%), dan Nias (0,69%) adalah

20,93%

Angka Harapan Hidup penduduk kota Medan pada tahun 2007 adalah

71,4 tahun sedangkan jumlah penduduk miskin pada tahun 2007 adalah 148100

jiwa[16

Dalam kependudukan dikenal istilah transisi penduduk. Istilah ini

mangacu pada suatu proses pergeseran dari suatu keadaan dimana tingkat

kelahiran dan kematian tinggi ke keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian ]

.

Penduduk kota medan memiliki ciri majemuk meliputi unsur agama,

etnik, adat istiadat, dan keanekaragaman(diversitas) budaya. Hal ini

memmunculkan karakter sebagian besar penduduk kota medan bersifat terbuka.

Secara demografi, kota Medan pada saat ini juga sedang mengalami masa

transisi demografi. Kondisi tersebut menunjukkan proses pergeseran dari suatu

keadaan dimana tingkat kelahiran dan kematian tinggi menuju keadaan dimana

tingkat kelahiran dan kematian semakin menurun. Berbagai faktor yang

mempengaruhi proses penurunan tingkat kelahiran adalah perubahan pola pikir

masyarakat dan perubahan sosial ekonominya. Disisi lain adanya faktor

perbaikan gizi, kesehatan yang memadai juga mempengaruhi tingka kematian.

(21)

rendah. Penurunan pada tingkkat kelahiran ini disebabkan oleh banyak faktor,

antara lain perubahan pola pikir akibat pendidikan yang diperolehnya, dan juga

disebabkan oleh perubahan pada aspek sosial ekonomi. Penurunan tingkat

kematian disebabkan oleh membaiknya gizi masyarakat akibat dari pertumbuhan

pendapatan masyarakat. Pada tahap ini pertumbuhan penduduk mulai menurun.

Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun kematian sudah

tidak banyak berubah lagi, akibatnya jumlah penduduk juga cenderung tidak

mengalami banyak perubahan, kecuali adanya faktor migrasi atau urbanisasi.

Komponen kependudukan lainnya umumnya menggambarkan berbagai

dinamika sosial yang terjadi di masyarakat, baik secara sosial maupun kultural.

Menurunnya tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortalitas),

meingkatnya arus perpindahan antar daerah (migrasi) dan proses urbanisasi,

termasuk arus ulang alik (Commuters), mempengaruhi kebijakan kependudukan

yang diterapkan. Pada akhir proses transisi ini, baik tingkat kelahiran maupun

kematian sudah tidak banyak mengalami perubahan, akibatnya jumlah penduduk

juga cenderung untuk tidak berubah banyak, kecuali disebabkan faktor migrasi

dan urbanisasi.

2.4.Kota Medan Secara Kultural

Sebagai pusat perdagangan baik regional maupun internasional, sejak

awal kota Medan telah memiliki keragaman suku ( etnik ), dan agama . oleh

karenanya, budaya masyarakat yang ada juga sangat beragam yang berdampak

(22)

moderenisasi ), dan sangat diyakini pula, hidup dan berkembangnya nilai-nilai

budaya yang heterogen, dapat menjadi potensi besar dalam mencapai kemajuan.

Keragaman suku, tarian, alat musik, nyanyian, makanan, bangunan fisik dan

sebagainya, justru memberikan kontribusi besar bagi upaya pengembangan

industi pariwisata di Kota Medan. Adanya keberagaman ( diversitas ) menuntut

adanya pluralisme, pluralisme ini juga yang nantinya akan menjadi peredam

munculnya isu-isu primordialisme yang dapat menggangu sendi-sendi kehidupan

sosial. Oleh karenanya, tujuannya, sasarannya, strategi pembangunan kota

Medan dirumuskan dalam bingkai visi, dan misi kebudayaan yang harus

dipelihara secara harmonis.

2.5.Kota Medan Secara Sosial

Kondisi sosial yang terbagi atas pendidikan, kesehatan, kemiskinan,

keamanan, dan ketertiban, agama, dan lainnya, merupakan faktor penunjang dan

penghambat bagi pertumbuhan ekonomi di Kota Medan. Keberadaan sarana

pendidikan, kesehatan dan fasilitas kesehatan lainnya, merupakan sarana vital

bagi masyarakat untuk medapat pelayanan hak dasarnya yaitu hak memperoleh

pelayanan pendidikan dan kesehatan serta pelayanan sosial lainnya.

Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

merupakan salah satu masalah utama pengembangan kota yang sifatnya

kompleks dan multi dimensional yang fenomenanya dipengaruhi berbagai faktor

yang saling berkaitan, antara lain : tingkat pendapatan, kesehatan, pendidikan,

(23)

perbedaan perlakuan bagi seorang atau sekelompok orang dalam menjalani

kehidupan secara bermartabat.

2.5.1.Pekerjaan

Sebagai kota terbesar dipulau Sumatera dan di Selat Malaka, Penduduk

Medan banyak yang berprofesi di bidang perdagangan. Biasanya pengusaha

Medan banyak yang menjadi pedagang komoditas perkebunan. Setelah

kemerdekaan sektor perdagangan secara konsisten didominasi etnik Tionghoa

dan Minangkabau. Di bidang pemerintahan dan politik, dikuasai oleh

orang-orang Mandailing, sedangkan profesi yang memerlukan keahlian dan pendidikan

tinggi, seperti pengacara, dokter, notaris, dan wartawan, mayoritas digeluti oleh

orang Minangkabau.

TABEL 2.6.

TABEL PERSENTASE KLASIFIKASI ETNIK BERDASARKAN BIDANG PEKERJAAN

( SUMBER WEB :

Komposisi Etnik Berdasarkan Okupasi Profesional

Etnik Pengacara Dokter Notaris Wartawan

Aceh 2,6% 3,9% -- 3,7%

Batak 13,2% 15,9% 18,5% 8,5%

Jawa 5,3% 15,9% 11,1% 10,4%

(24)

Mandailing 23,6% 14,1% 14,8% 18,3%

Minang 36,8% 20,6% 29,7% 37,7%

Melayu 5,3% 5,9% 3,7% 17,7%

Sunda -- -- 3,7% 10,4%

Tionghoa -- 14,7% 7,4% 1,2%

2.5.2.Pola Pemukiman

Perluasan Kota Medan telah mendorong perubahan pola pemukiman

kelompok - kelompok etnik. Etnik Melayu yang merupakan penduduk asli kota,

banyak yang tinggal dipinggiran kota. Etnik Tionghoa dan Minangkabau yang

sebagian besar hidup dibidang perdagangan, 75% dari mereka tinggal di sekitar

pusat-pusat perbelanjaan. Pemukiman orang Tionghoa dan Minangkabau sejalan

dengan arah pemekaran dan perluasan fasilitas pusat perbelanjaan. Orang

Mandailing juga memilih tinggal di pinggiran kota yang lebih nyaman, oleh

karena itu terdapat kecenderungan di kalangan masyarakat Mandailing untuk

menjual rumah dan tanah mereka di tengah kota, seperti di Kampung Mesjid,

Gambar

TABEL 2.3 TABEL BATAS WILAYAH KOTA MEDAN
Tabel 2.5.
TABEL PERSENTASE KLASIFIKASI ETNIK BERDASARKAN BIDANG PEKERJAAN

Referensi

Dokumen terkait

Dimana dalam pembuatan aplikasi ini penulis menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0, dengan database MS Access yang juga dijelaskan tentang rancangan database dan

[r]

Effect of consuming different dairy products on calcium, phosphorous and pH levels of human dental plaque; a comparative study.. Poureslami H, Pishbin L, Eslaminejad Z, Moqadam

Ketujuh, faktor penyebab rendahnya kemampuan menulis teks pidato antara lain: referensi buku tata bahasa yang kurang; penguasaan kaidah yang tidak memadai; kurangnya

 Belia yang melakukan aktiviti khidmat masyarakat mempunyai kebarangkalian yang kurang untuk terlibat dengan pelakuan tidak sihat, lebih merasakan diri mereka dekat

Oleh karena itu, untuk indikator-indikator baik dari segi standar akuntansi pemerintahan maupun good governance dengan nilai terendah, sebaiknya terus dioptimalkan untuk

Dari Tabel A.3 pada Lampiran A dapat dilihat bahwa sumbangan pengaruh massa, daya, dan waktu terhadap moisture loss sebesar 39,99%, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS, dapat dijadikan dasar untuk menjawab hipotesis yang diajukan